Aktivitas Fisik Dan Massa Otot Lansia Non Panti Di Pangkalpinang
Aktivitas Fisik Dan Massa Otot Lansia Non Panti Di Pangkalpinang
Aktivitas Fisik Dan Massa Otot Lansia Non Panti Di Pangkalpinang
2, Desember 2018
P-ISSN.2339-2150, E-ISSN 2620-6234
Ratmawati1*, Siti Fatimah-Muis2, Muchlis Achsan Udji Sofro2,Ani Margawati2, dan Martha
Irena Kartasurya2
1. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang, Indonesia
2. Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia
Email Korespondensi : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas fisik dan massa otot lansia non panti di Pangkalpinang.
Desain penelitian adalah studi cross sectional dengan melibatkan 132 orang lansia non panti (34 orang
laki-laki dan 98 orang perempuan), usia 60-69 tahun. Data didapatkan dari wawancara dan
pengukuran fisik (berat badan, tinggi badan, aktivitas fisik, massa otot). Penelitian ini menggunakan
uji korelasi dalam analisis variabel. Aktivitas jalan kaki/bersepeda berkorelasi positif dengan indeks
massa otot (r=0,303; p<0,001) pada lansia non panti. Disarankan untuk memberikan edukasi gizi pada
lansia sebagai upaya promosi kesehatan tentang pentingnya aktivitas fisikdalam menghambat proses
sarkopenia. Serta memberikan edukasi gizi pada masyarakat pra lansia tentang perubahan yang
terjadi selama proses penuaan sebagai peluang mencegah penurunan massa otot dan fungsi fisik.
Abstract
The purpose of this study to analyze the physical activity and muscle mass of independently living
elderly in Pangkalpinang. The study design was a cross-sectional study involving 132 people of
independently living elderly (34 men and 98 women), aged 60-69 years. Data were obtained from
interviews and physical measurements (weight, height, physical activity, muscle mass). This study used
correlation test in variable analysis. Walking activities/bicycle were positively correlated with muscle
mass index (r = 0.303; p <0.001) of independently living elderly. It is recommended to provide
nutritional education to the elderly as a health promotion effort on the importance of physical
activityin inhibiting the sarcopenia process. As well as providing nutritional education to the pre-
elderly community about changes that occur during the aging process as an opportunity to prevent a
decrease in muscle mass and physical function.
Tabel 4. Deskripsi Aktivitas Fisik Subjek Aktivitas jalan kakia 0,000** 0,303
Penelitian (n = 132) Aktivitas fisik seharib 0,658 -0,039
b
Variabel X ± SB Median Min-Maks Aktivitas sedentary 0,725 0,031
(menit/hr) (menit/hr) (menit/hr)Keterangan: a: korelasi Pearson; b: korelasi
Aktivitas fisik - 740 600 – 810Spearman; nilai p < 0,001**: sangat bermakna;
seharia nilai p < 0,05*: bermakna; nilai r: koefisien
Aktivitas jalan 19,8 ± 21,1 - 0 – 120 korelasi dan arah korelasi (positif atau negatif)
kaki/bersepedab
Aktivitas - 150 120 – 300 Sebelum analisis korelasi bivariat,
sedentary(duduk/be dilakukan eksplorasi data secara grafis. Pola
rbaring)a hubungan antara variabel dapat terlihat dengan
Keterangan: : rata-rata; SB: simpangan baku; a: memplotkan pasangan sampel data pada
tidak terdistribusi normal; b: terdistribusi normal scatterplots (diagram pencar). Perubahan salah
satu variabel diikuti dengan perubahan
Distribusi frekuensi indeks massa otot variabel lain, baik dalam arah yang sama
lansia non panti dapat dilihat pada Tabel 5. ataupun arah sebaliknya. Kekuatan dan arah
hubungan linier diantara kedua variabel
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Subjek berdasarkan nilai koefisien korelasi (nilai r).
Penelitian Berdasarkan Indeks Massa
Otot(n = 132)
Variabel n %
Indeks massa otot (kg/m2)
Tidak sarkopenia 132 100,0
(laki-laki: ≥ 8,87;
perempuan: ≥ 6,42)
Sarkopenia 0 0
Keterangan: Nilai cut-off berdasarkan indikator
Populasi Taiwan (Vitriana et al, 2016)
2010). Orang sehat mengalami penurunan Aktivitas fisik berat adalah kegiatan
massa otot 1% per tahun antara usia 20 dan 30 yang dilakukan secara terus menerus minimal
tahun; sedikit perubahan massa otot, daya otot, 10 menit sampai meningkatnya denyut nadi
dan kekuatan otot antara usia 30 dan 50 tahun; dan napas lebih cepat dari biasanya (seperti
kemudian dipercepat setelah usia 50 tahun menimba air, mendaki gunung, lari cepat,
(Naseeb et al, 2017). Sebelum usia 60 tahun, menebang pohon, mencangkul, dan lainnya)
masih ada peluang mencegah penurunan selama minimal tiga hari dalam satu minggu.
massa otot atau fungsi fisik (Zeng et al, 2016). Aktivitas fisik sedang seperti menyapu,
Perubahan komposisi tubuh merupakan mengepel, dan lainnya minimal lima hari atau
karakteristik dari proses penuaan yang lebih dengan total lamanya beraktivitas 150
dikaitkan dengan penurunan massa otot menit dalam satu minggu. Aktivitas sedentary
skeletal dan peningkatan massa lemak. Status adalah perilaku duduk atau berbaring dalam
gizi obesitas menyebabkan gangguan sehari-hari (membaca, nonton TV, duduk
metabolisme dan mempengaruhi fungsi fisik dalam perjalanan/transportasi, main game, dan
terutama pada populasi lansia wanita di Asia lainnya), tetapi tidak termasuk waktu tidur
(Wu et al, 2016). (Balitbangkes, 2013).
Tabel 3 menjelaskan tingginya tingkat Aktivitas fisik dapat juga
aktivitas fisik lansia non panti kategori aktif dikategorikan menjadi aktif dengan melakukan
(aktivitas fisik berat dan sedang): 96 orang aktivitas fisik berat atau sedang atau keduanya,
(72,7%) dan kebiasaan jalan kaki atau sedangkan kategori kurang aktif dengan tidak
bersepeda: 128 orang (97%). Lansia non panti melakukan aktivitas fisik sedang ataupun
melakukan aktivitas sedentary (duduk atau berat. Perilaku sedentary menjadi faktor risiko
berbaring) < 3 jam: 94 orang (71,2%). Jenis terjadinya penyakit penyumbatan pembuluh
aktivitas yang dilakukan diantaranya: aktivitas darah, penyakit jantung dan mempengaruhi
berat seperti berkebun, mendaki bukit, umur harapan hidup (Balitbangkes, 2013).
mencangkul, menimba air, menebang pohon, Tabel 5 menjelaskan indeks massa otot
tukang bangunan, buruh harian, upah mencuci, lansia non panti dengan kategori baik (tidak
dan berjualan; aktivitas sedang seperti sarkopenia) sejumlah 132 orang (100%). Hal
menyapu, mengepel, memasak, ke pasar, ini kemungkinan dipengaruhi oleh kebiasaan
mencuci, mengasuh cucu; serta aktivitas lansia non panti dalam melakukan aktivitas
sedentary (duduk atau berbaring) seperti jalan kaki atau bersepeda (97%), rendahnya
membaca, nonton TV, dan duduk dalam aktivitas sedentary dengan perilaku duduk atau
perjalanan. Hal ini kemungkinan dapat berbaring (71,2%), serta sejumlah 72,7%
menghambat penurunan massa otot, menjaga lansia non panti dengan aktivitas fisik dalam
kualitas hidup serta mobilitas lansia non panti. kategori aktif (lihat Tabel 3).
Tabel 4 menjelaskan rata-rata waktu Tabel 6 menjelaskan rata-rata massa
aktivitas fisik lansia non panti setiap hari: 740 otot lansia non panti 35,1 kg dengan indeks
menit, untuk melakukan aktivitas rutin; 19,8 massa otot 15,6 kg/m². Alur penegakan
menit, untuk aktivitas jalan kaki atau diagnosis sarkopenia rekomendasi AWGS
bersepeda; dan 150 menit untuk aktivitas menyatakan jika salah satu atau keduanya dari
sedentary (duduk atau berbaring). Aktivitas pengukuran kekuatan otot dan kecepatan
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang berjalan rendah maka dilanjutkan dengan
dilakukan oleh otot rangka dan memerlukan pengukuran massa otot, jika hasilnya normal
energi (Kobayashi et al, 2013; Tompuri, maka belum dikategorikan sarkopenia dan
2015). Penelitian Kim et al proses tersebut dapat dihambat (Chen et al,
(2012)membuktikan olahraga memiliki efek 2014). Konsensus European Working Group
positif terhadap massa otot, kekuatan otot, dan on Sarcopenia in Older People (EWGSOP)
fungsi fisik populasi lansia. The Society for tahun 2010 menyatakan diagnosis sarkopenia
Sarcopenia, Cachexia, and Wasting dan ditetapkan dengan kriteria rendahnya massa
PROT-AGE Study Group merekomendasikan otot, rendahnya kekuatan otot dan rendahnya
olahraga selama 20 sampai 30 menit selama kemampuan fisik pada lansia (Yu et al, 2016).
tiga kali seminggu (Naseeb et al, 2017).
serta tenaga gizi dan kader di Puskesmas muscle function with aging:
Girimaya Pangkalpinang. Recommendations from the ESPEN
Expert Group. Clinical Nutrition. 2014;
DAFTAR PUSTAKA 33: 929-936.
Arnold P, Bautmans I. 2014. The influence of Kim HK, Suzuki T, Saito K, Yoshida H,
strength training on muscle activation Kobayashi H, Kato H, et al. Effects of
in elderly persons: A systematic review exercise and amino acid
and meta-analysis. Experimental supplementation on body composition
Gerontology 58:58-68. and physical function in community-
http://dx.doi.org/10.1016/j.exger.2014. dwelling elderly japanese sarcopenic
07.012. women: a randomized controlled trial.
Badan Penelitian dan Pengembangan Journal American Geriatrics Society.
Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2012; 60: 1.
Laporan Nasional Riset Kesehatan Kim JH, Choi SH, Lim S, Kim KW, Lim JY,
Dasar (Riskesdas). 2013. p. 139-142. Cho NH, et al. Assessment of
Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang. appendicular skeletal muscle mass by
Kota Pangkalpinang dalam angka 2015, bioimpedance in older community-
2016, 2017 (proyeksi penduduk). dwelling Korean adults. Archives of
Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Gerontology and Geriatric. 2014; (58):
Bangka Belitung. Provinsi Kepulauan 303-307.
Bangka Belitung dalam angka 2015, Kim JS, Wilson JM, Lee SR. Dietary
2016, 2017 (proyeksi penduduk). implications on mechanisms of
Chang CI, Chen CY, Huang KC, Wu CH, sarcopenia: roles of protein, amino
Hsiung CA, Hsu CC. Comparison of acids and antioxidants (reviews).
three BIA muscle indices fro Journal of Nutritional Biochemistry.
sarcopenia screening in old adults. 2010; 21: 1-13.
European Geriatric Medicine. 2013; Kobayashi S, Asakura K, Suga H, Sasaki S.
(4): 145-149. High protein intake is associated with
Chen LK, Liu LK, Woo J, Assantachai P, low prevalence of frailty among old
Auyeung TW, Bahyah KS, et al. Japanese women: a multicenter cross
Sarcopenia in Asia: consensus report of sectional study. Nutrition Journal.
the Asian Working Group for 2013; 12: 164.
Sarcopenia. Journal Jamda. American http://www.nutritionj.com/
Medical Directors Association. 2014; content/12/1/164.
15 (2): 95–101. doi: Lemeshow S, Hosmer Jr DW, Klar J, Lwanga
10.1016/j.jamda.2013.11.025. SK. Adequacy of sample size in health
Chen LK, Lee WJ, Peng LN, Liu LK, Arai H, studies. World Health Organization.
Akishita M. Recent advances in 1990. p. 41-86.
sarcopenia Research in Asia: 2016 Liu CK, Leng X, Hsu FC, Kritchevsky SB,
Update from the Asian Working Group Ding J, Earnest CP, Ferrucci L,
for Sarcopenia. Journal Jamda. 2016; Goodpaster BH, Guralnik JM, Lenchik
xxx: 1.e1-1.e7. L, et al. 2014. The impact of sarcopenia
Cruz-Jentoft AJ, Baeyens JP, Bauer JM, Boirie on a physical activity intervention: the
Y, Cederholm T, Landi F, et al. Lifestyle Interventions and
Sarcopenia: European consensus on Independence for Elders Pilot Study
definition and diagnosis Report of the (LIFE-P). J Nutr Health Aging
European Working Group on 18(1):59-64. doi:10.1007/s12603-013-
Sarcopenia in Older People. 2010; 39: 0369-0.
412-423. doi: 10.1093/ageing/afq034. Liu LK, Lee WJ, Liu CL, Chen LY, Lin MH,
Deutz NEP, Bauer JM, Barazzoni R, Biolo G, Peng LN, Chen LK. 2013. Age-related
Boirie Y, Bosy-Westphal A, et al. skeletal muscle mass loss and physical
Protein intake and exercise for optimal performance in Taiwan: implications to