Potensi Dan Strategi Pengembangan Kawasan Peternakan Ruminansia Dan Pemanfaatan Limbah Tanaman Pangan .Di Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

Jumal Peternakan Vol 7 No 2 September 2010 (70- 81) ISSN 1829 - 8729

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN

PETERNAKAN RUMINANSIA DAN PEMANFAATAN

LIMBAH TANAMAN PANGAN

.DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT (MTB)

"The Potency and Strategy of Ruminant Animal Husbandry Area and Using ofFood Plant Waste
in West-South East Maluku (MTB) Regency

P.R. MATITAPUTTYI DAN B. KUNTOR02


IBPTP-Maluku*)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian - Maluku, fl. Chr. Soplanit Rumah Tiga Ambon
\, 2Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau- fl. H.R Soebrantas Km 16 Panam Pekanbaru Riau.

ABSTRACT

The area development to be animal husbandry area should be directed in the increasing of natural resources using
efficiency, and environment preservation. In this case, its development is done with use and manage natural resources in the
form of land, livestock, and livestock woof, with other production factors in the form ofemployee and working capital. Local
animal husbandry is genetic resources which have high potency to be used as prime seed forming source or other sources
which are used to community necessity example meat production. West-South East Maluku Regency is the regency for
livestock development in Maluku. A number ofruminant livestock populations in MTB regency are 40.215 ST, in detail, beef
cattles are 5.392 ST, buffalo are 21.511 ST, goats are 11.376 ST, and sheeps are 1.936 ST. One offactors to determine animal
husbandry development success in Maluku especially in MTB Regency is availability of woof resources and wastes for
livestock. Dry material production total (ton BK) offood plant wastes in MTB Regency is 62855 ton, it is alternative woof
source which is given for livestock besides of natural grass. If food plant intensification increases, so food plant waste
production will be high. Corn strllW is food plant waste which has high support power that is 21530 ST or about 78 percent,
it is compared with otherfood plant wastes in MTB Regency.

Keywords: potency,strategy, food plant waste,~minant

PENDAHULUAN komoditas yang saat ini masih kosong,


belum memperlihatkan kegiatan produksi,
Kawasan Peternakan adalah kawasan tetapi memiliki potensi pasar yang besar di
yang secara khusus diperuntukan untuk masa mendatang.
kegiatan petemakan atau terpadu sebagai Dengan kata lain, secara umum bisa
komponen usahatani (berbasis tanaman dikatakan bahwa. kawasan petemakan
pangan, perkebunan, hortikultura atau memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1). Lokasi
perikanan) dan terpadu sebagai komponen sesuai dengan agroekosistem dan alokasi
ekosistem tertentu (kawasan hutan
tata ruang wilayah; 2). Dibangun dan
lindung, suaka alam). Pengembangan dikembangkan oleh masyarakat· dalam
kawasan petemakan harus memperhatikan atau sekitar kawasan tersebut; 3). Berbasis
optimalisasi sumberdaya lokal dan strategi komoditas temak unggulan dan atau
kebijakan pembangunan daerah. Dalam komoditas ternak strategis; 4). Adanya
hal ini, pemerintah daerah yang pengembangan kelompok tani menjadi
memetakan pembangtmaIl petemakan kelompok pengusaha; 5). Sebagian
tersebut kedalam kawasan-kawaSan yang besar pendapatan masyarakat berasal dari
ada, sehingga apabila dalam usaha agribisnis pE;"!temakan; 6). Memiliki
pengembangan petemakan . disuatu
prospek pasar yang jelas; 7). Didukung
kawasan dijumpai suatu jenis produksi oleh ketersediaan teknologi yang memadai;
yang memegang peranan penting, maka 8). Memiliki peluang pengembangan atau
pemerintah daerah dapat mengkhususkan diversifikasi produk yang tinggi; 9).
dalam satu jenis komoditas itu saja. Didukung oleh kelembagaan dan jaringan
Namun daerah dapat juga memilih jenis
Vol 7 No 2 POTENSI DAN STRATEGI

kelembagaan yang berakses ke hulu dan pakan belum menjadi prioritas (Sajimin,
hillr. et al. 2000).
Pola pembangunan peternakan di
Limbah pertanian adalah pakan yang
provinsj Maluku mengacu pada konsep
bersumber dati limbah tanaman pangan
tata ruang wilayah dengan tetap
d~ produksinya sangat tergantung pada
memperhatikan potensi-potensi spesifik
jenis dan jumlah areal penanaman dari
pada masing-masing gugus pulau yang tanaman pangan di suatu wllayah. Limbah
. dalam pelaksanaannya dilakukan melalui
pertanian dikategorikan sebagai p~
peningkatan populasi, produk dan nilai dengan serat tinggi dan protein rendah.
tambah produk dan sasaran utamanya
Jenis pakan yang tergolong dalam
adalah penmgkatan komoditas ternak kelompok ini adalah jerami jagung, jerami
unggul yang berbasis pada sumberdaya padi, jerami kacang dlli dan juga pakan
lokal Permintaan daging yang tinggi dengan serat kasar tinggi dan protein
seharusnya menjadi salah satu faktor
linggi. Pakan yang termasuk kategori ini
pendorong produksi temak ruminasia di adalah beberapa limbah industri pertanian
daerah maupun secara nasional. Pada saat seperti dedak padi, dan dedak jagung, dll.
ini kebutuhan akan daging secara nasional
Peningkatan luas lahan pertanian
sekitar 2.070,24 ton atau 6,43 kg/tahun
memberikan implikasi terhadap
(17,61 gr/kpta/hati) dan ini pun masih peningkatan luas areal panen tanaman
kurang untuk kebutuhan masyarakat pangan. Kabupaten MTB di tahun 2007,
Indonesia, sehingga dilakukan impor luas areal panen padi ladang seluas 1572
daging atau sapi setiap tahunnya dati luar ha, jagung 9823 ha, ubi jalar 511 ha, kacang
negeri (BPS Petemakan, 2007). Kabupaten tanah 1408 ha dan kacang hijau 985,3 ha.
Maluku Tenggara Barat (MTB) dengan Meningkatnya intensifikasi tanaman
jumlah penduduk sebanyak 161.342 jiwa, pangan mengakibatkan peningkatan
pada tahun 2007 kebutuhan dagingnya
produksi limbah tanaman pangan.
barn sekitar 1.058.817 kg, berasal dati
temak sapi, kerbau, kambing, babi, ayam Kabupaten MTB memlliki prospek
buras dan itik. Secara terinci masing­ yang sangat baik untuk pengembangan
masing ternak barn memberikan temak ruminansia di Provinsi Maluku,
sumbangan daging per tahun sebesar 1,13 karena kabupaten ini merupakan sentra
kg/kpta/th untuk temak sapi, ternak temak kambing, kerbau dan domba di
kerbau 0,22 kg/kpta/th, kambing 1,49 Maluku.
kg/kpta/th, babi 2,95 kg/kpta/th, ayam Penulisan ini bertujuan untuk
buras 0,76 kg/kpta/th dan itik barn mengetahui potensi kawasan peternakan
0,008 kg/kpta/tho temak ruminansia dengan ketersediaan
Salah satu faktor penentu sumberdaya limbah tanaman pangan
keberhasllan pembangunan peternakan di sebagai pakan temak di kabupaten MTB
Indonesia adalah ketersediaan sumberdaya dan melihat strategis pengembangan
pakan untuk ternak. Pengembangan ternak dengan menggunakan analisis SWOT.
khususnya temak ruminansia masih
tergantung pada kecukupan tersedianya METODE
pakan hijauan baik jumlah, .dan
keseimbangannya sepanjang tahun. Kajian ini dilakukan dengan metode
Hijauan pakan yang digunakan untuk survei melalui ' pengamatan dan
temak ruminansia sering mengalami pengumpulan. data, di lapangan, dan data
kekurangan di musim kering dengan mutu sekunder yang berasal dati instansi terkait.
yang rendah. Selain itu penggunaan lahan Untuk analisis strategis digunakan metode
untuk tanaman pakan masih bersaing analisis SWOT. Sementara untuk
dengan tanaman pangan, karena tanaman mengetahui kepadatan ekonomi temak,
MATITAPUITY & KUNTORO Jumal Petemakan

daya dukung limbah, dan indeks daya


dukung pakan (IDDP) serta kapasitas • KPPTR; kapasitas peningkatan
peningkatan populasi (KPPTR) populasi temak ruminansia di suatu
menggunakan rumus sebagai berikut : kecamatan/kabupaten/provinsi.
I<PPTR (91) masing-masing Kecamatan
• Kepadatan temak (Ditjen Petemakan KPPlR(%) =
dan Balitnak, 1995) diukur dari jumlah KPPlR (51) Kabupaten
populasi (5T) dalam 1.000
HASIL DAN PEMBAHASAN
penduduk/jiwa. Kriteria yang
digunakan adalah untuk ruminasia 1. Karakteristik Temak Ruminansia di
dalam satuan temak yaitu sangat padat Kabupaten MTB
(>300), padat (>100-300), sedang
(>50-100) dan jarang «50). Perkembangan populasi temak
ruminansia di kabupaten MTB dari tahun
• Perhitungan Satuan Temak (ST) 2002 - 2006 dapat dillhat pada Gambar 1.
dianalisis menurut umur temak yakni Disini terlihat populasi temak kambing
untuk temak [sapi: anak (0,25), muda menunjukkan peningkatan signifikan,
(0,6) dewasa (1)]; [temak kerbau : anak dengan laju pertumbuhan 9% per tahun,
(0,29), muda (0,69), dewasa (1,15)]; diikuti tenak kerbau dan domba,
[temak kambing : anak (0,04), muda sementara temak sapi pertumbuhannya
(O,OB), dan dewasa (0,16)]; [Temak masih rendah.
domba : anak (0,04), muda (0,07), dan
dewasa (0,14)]. Pada Gambar 2. Menunjukkan
bahwa temak babi merupakan
• Daya dukung limbah tanaman pangan penyumbang daging tertinggi dari tahun
(Ditjen Peternakan dan Fapet UGM, 2002 - 2004, diikuti kambing, sapi dan
1982) menggunakan : kerbau, sedangkan temak domba belum
Produksi BK (ton/Tahun) tercatat. Kambing memperlihatkan
DDLTP berdasarkan BK = pertumbuhan produksi daging yang
Kebutuhan BK 1 ST (ton/tahun) meningkat setiap tahunnya, sementara
• Indeks Daya Dukung Pakan (IDDP) temak babi mengalami penurunan yang
adalah nisbah antara jumlah pakan cukup drastis pada tahun 2005 dan
limbah tanaman pangan yang tersedia mengalami peningkatan yang cepat tahun
(5T) dengan jumlah populasi temak 2006. Sementara temak lain seperti sapi
ruminansia (5T) yang ada di suatu dan kerbau sumbangan produksi daging
wilayah. masih sangat rendah.

j' ......... Sapi

O
I
i
f
.......
~::
... ,
~

........• ••...••....•
I
., a:a.~~
_----,--...;---~------+;(-
...•..•.....

~............
..----..
~.~---------,!
! !
.
4IIIJl(
, .< '
. ___ Kerbau

_a.__Kambing

2002 2003 2Q04 2005 2006

Gambar 1. Grafik perkembangan populasi temak di kabupaten MTB (ekor) (2002-2006)


Vol 7 No 2 POTENSI DAN STRATEGI

600000..."..-.--­

2002 2003 2004 2005 2006


• Sapi ...... Kerbau ...... Kambing - * Babi

Gambar 2. Grafik perkembangan produksi daging menurut jenis ternak di kabupaten

MTB (2002-2006)

Kebutuhan konsumsi daging ideal Harapan Provinsi Maluku tahun 2006. Pada
masyarakat Maluku termasuk kabupaten Tabel 1. memperlihatkan kebutuhan
MfB sebesar 150 g/kpt/hari, berdasarkan konsumsi daging dari beberapa jenis ternak
Neraca Bahan Makanan dan Pola Pangan yang ada di Kabupaten MfB.

Tabel1. Kebutuhan ideal konsumsi daging masyarakat Kabupaten MfB


Konsumsi
Estimasi
Jumlah Estimasi daging
Jumlah tingkat Proporsi rill Konsumsi
N prod konsumsi berdasarkan
Jenis Daging Penduduk konsumsi ketersediaan ideal
0 Daging rill Neraca bahan
(jiwa) dagingrill daging (grfkptfhr)
(Kg) (grfkptfhr) makarum dan
(kgfkptfth)
PPH
1 Sapi 161.342 182.499 1,1311 3,099 0,1724 150 25,85
2 Kerbau 161.342 35.756 0,2216 0,607 0,0338 150 5,07
3 Kambing 161.342 241.139 1,4946 4,095 0,2277 150 34,16
4 Babi 161.342 476.606 49540 8,093 0,4501 150 67,52
5 Ayamburas 161.342 122.332 0,7582 2,077 0,1155 150 17,33
6 Itik 161.342 485 0,0030 O,OOS 0,0005 150 0,07
Total 1.058.817 6,5626 17,980 1,000 150,00
Keterangan : kpt = kapita; gr "" gram; kg = kilogram; hr "" hari; dan PPH = Pola Pangan Harapan

2. Populasi dan Keunggulan Komparatif Beberapa kecamatan menunjukkan


Temak Ruminansia jumlah populasi ternak ruminansia (ST)
Jumlah populasi ternak ruminansia di cukup tinggi berada pada kecamatan Moa
kabupaten MTBseluruhnya 40.215 ST, Lakor 26.056 ST atau sekitar 64,8%, Pulau­
dengan rincian penyebaran untuk sapi pulau Terse1atan 4.460 ST, Letti 3.772 ST, dan
potong 5.392 ST, kerbau 21.511 ST, kambing diikuti kecamatan yang lain. Untuk jenis
11.376 ST dan domba 1.936 ST. Hal ini temak kambing sebagian besarnya berada di
menunjukkan bahwa sebagian besar temak kecamatan Moa Lakor, pulau-pulau
ruminansia yang ada adalah kerbau yaitu Terselatan, Babar timur, dan Letti masing­
sebesar 53,5%, dari total populasi temak masing 44,8%, 27,4%,8,2%, dan 6,0%. Jenis
ruminansia, sementara kambing (28,3%), sapi ternak sapi dan kerbau belum begitu
13,4%, dan selebihnya adalah ternak domba berkembang dan hanya berada pada
(4,8%). kecamatan tertentu. Sedangkan temak
domba hanya berada di dua kecamatan
yakni Moa Lakor dan Pulau-pulau
Terselatan.
MATITAPUTTY & KUNTORO Jurnal Petemakan

Tabel2. Populasi temak ruminansia di kabupaten MTB dalam Satuan Temak (ST)
POEulasi Temak Ruminansia {ST)
Kecamatan Jumlah
SaEi Kerbau Kambing Domba
Pulau-pulau Terselatan 376 130 3.118 836 4.460
Wetar 7 141 170 318
Damer 57 57
LeW 767 2.319 686 3.772
MoaLakor 989 18.871 5.096 1.100 26.056
Pulau-pulau Babar 855 671 1.526
MdonaHiera 100 408 508
BabarTimur 1.069 929 1.998
'Tanimbar Selatan 956 3 22 981
Wertamrian 104 11 35 150
Wermaktian 20 33 10 63
Selaru 21 26 47
Tanimbar Utara 126 54 180
Yaru 18 18
Wuarlabobar 6 6
Nirunmas 3 30 33
Kormomolin 39 39
Jumlah 5.392 21.511 11.376 1.936 40.215

Berdasarkan perhitungan nilai LQ dipeJihara masyarakat, dibandingkan


(Hendayana, 2003), menunjukkim bahwa kecamatan yang lain.
katmpa'ten 1\n'''B memllikl potensl sebagal
Bagi kecamatan seperti Pulau-pulau
wilayah pengembangan temak kambing,
Terselatan, Pulau-pulau Babar dan Babar
kerbau, dan temak domba, walaupun nilai
Timur berada dalam kategori padat.
LQ kerbau dan domba cukup tinggi yakni
Sedangkan kecamatan yang lain masih
1.80 dan 1.93 dibandingkan dengan ternak
tergolong dalam kategori sangat jarang
kambing 1.02 namun penyebaran domba
temaknya dan berpeluang untuk
dan kerbau terbatas, hanya pada kecamatan
pengembangan temak ruminansia. Temak
tertentu seperti kecamatan Moa Lakor dan
kambing, sapi dan domba termasuk temak
pulau-pulau Terselatan. Sementara temak
yang menjadi prioritas pengembangan ke
kambing penyebarannya merata disemua
depan.
kecamatan yang ada di kabuaten MTB. Hal
ini menunjukkan bahwa temak kambing
sudah menjadi bagian dalam usaha 4. Sumberdaya Lahan dan Pakan
petemakan dan memiliki peluang yang bail< . Lahan merupakan sumberdaya alam
untuk dikembangkan. yang berkaitan erat dengan usaha
petemakan, khususnya untuk temak
3. Kepadatan Ternak di Kabupaten ruminansia sebagai pakan hijauan. Pada
MTB hakekatnya budidaya temak ruminansia
Hasil perhitungan menunjukkan sapi, kerbau, kambing 'dan domba dapat
bahwa kecamatan Moa Lakor dan Letti dilakukan di semua laban yang termasuk ke
termasuk dalam kategori sangat padat, dalam zona agroekologi. Lahan tidak saja
karena jumlah populasi temak ruminansia berfungsi menye~ ruang jelajah, tetapi .
;;
yang ada di kecamatan ini sudah di atas pada waktu yang bersamaan juga
500 yakni 2801,4 ST/1000 jiwa dan 502,7 merupakan sumber ketersediaan pakan
• ST/1.000 jiwa (Tabel 3). Hal ini karena (hijauan, hasil sisa. pertanian, hasil ikutan
kecamatan Moa Lakor dan Letti memiliki industri pertanian/ perkebunan), dan air
hampir semua jenis temak ruminansia (sapi, bail< yang bersumber dari air permukaan
kerbau, kambing dan domba) yang maupun air tallah.
Vol 7 No 2 POTENSI DAN STRATEGI

Tabel3. Kepadatan ternak ruminansia di kabupaten MTB


Kecarnatan Jumlah penduduk Kepadatan Ternak Ruminansia ST/l.000 jiwa
Pulau-pulau Terselatan 16.003 278,7
Wetar 7.059 45,0
Darner 5.291 10,8
Letti 7.503 502,7
Moa Lakor 9.301 2:801,4
Pulau-pulau. Babar 8.479 180,0
MdonaHiera 5.264 96,5
BabarTimur 9.919 201,4
Ta,umbar Selatan 21.375 45,9
Wertamrian 9.322 16,1
Wermaktian m~ ~
Selaro 11.871 4,0
Tanimbar Utara ~~ W
Yarn 4.866 3,7
Wuarlabobar UW ~
Nirunmas ~~ U
KormornoIin 5.752 6,8
Jumlah 161.342 249,3

Ketersediaan laban penggembalaan ruminansia rata-rata membutuhkan bahan


balk milik umum seluas 2.705 ha dan laban kering (BK) berdasarkan Nutional Research
milik pribadi/perorangan seluas 228 ha Council, (1984) sebesar 6,25 kg/hari.
yang tersebar di setiap kecamatan, Luas area panen beberapa komoditas
semuanya berperan sebagai sumber pakan
tanaman pangan di kabupaten MTB (Tabel
bagi temak yang ada. Jenisrumput yang
4) yang diusahakan petani sebagai laban
ditemui banyak tumbuh di daerah ini adalah
usaha produktif dan sebagai sumber pakan
rumput setaria, rumput merak, rumput
alternatif. Usaha tanaman pangan yang
kerbau, rumput sudan, dan jukut pait. Ada
usahakan masyarakat di kabupaten MTB
beberapa jenis pohon yang daunnya
berupa padi ladang, jagung, ubi jalar, kacang
diberikan ke temak seperti pohon kusambi,
tanah dan kacang hijau. Usaha tanaman
beringin, lamtoro, dan daun pohon wetu.
pangan jagung, padi ladang dan kacang
tanah merupakan usahatani pokok dan
5. Daya Dukung Limbah Tanaman
menjadi mata pencaharian masyarakat di
PangansebagaiSumberPakan
kabupaten MTB. Jagung masih menjadi
Daya dukung limbah tanaman pangan makanan pokok sehari-hari selain beras dan
merupakan kemampuan suatu wilayah ubi-ubian.
untuk menghasilkan atau menyediakan
Berdasarkan perhitungan Bahan
pakan berupa limbah (jerami) yang dapat
Kering (BK) dengan menggunakan rumus
menampung kebutuhan sejumlah populasi
di atas maka diperoleh .produksi Bahan
temak ruminansia tanpa melalui
Kering limbah daritlB.p-tiap tanaman
pengolaban. Daya dukung limbah tanaman
pangan yang diusahakan masyarakat
pangan sebagai sumber. pakan ternak
kabupaten MTB. Temyata usaha tani jagung
ruminansia di kabupaten MTB dilihat dan
. menghasilkan bahan kering (BK) 49115 ton
dihitung berdasarkan Bahan Kering (BK).
yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan
Dalam menghitung daya dukung karena hampir . di setiap kecamatan
limbah tanaman pangan digunakan mengusahakan tanaman jagung sebagai
beberapa asumsi kebutuhan pakan temak usahatani pokok dan jagung masih
ruminansia. Asumsi yang digunakan yaitu merupakan makanan pokok masyarakat di
bahwa satu satuan ternak (1 ST) temak sana. Bahan Kering (BK) yang dihasilkan
MATITAPUTTY & KUNTORO Jumal Petemakan

Kacang tanah, padi ladang dan kacang hijau ini merupakan bahan pakan altematif bagi
masing-masing sebagai berikut 4.914 ton BK, ternak ruminansia.
3.930 ton BK, dan 3.399 ton BK, semuanya

Tabel4. Luas areal panen (ha) tanaman pangan di kabupaten MTB Tahun 2006
- Luas areal panen (ha) tanaman pangan
Kecamatan
padiladang jagung ubijalar kacang tanah kacang bijau
1 Pulau-pulau. Terselatan 93 2.662 29 64 45,9
2 Wetar 149 984 30 27 44,0
3 Darner 83 161 17 18 11,7
4 LeW 10 994 25 117 50,8
5 Moa Lakor 8 1.046 29 26 35,2
6 Pulau-pulau. Babar 20 997 34 15 60,6
7 MdonaHiera 15 239 22 10 17,6
8 BabarTimur 31 1.041 34 14 23,S
9 Tanimbar Selatan 117 225 34 171 60,6
10 Wertamrian 118 283 34 111 135,9
11 Wermaktian 142 376 29 83 53,8
12 Selaru 124 243 24 239 73,3
13 Tanimbar Utara 115 124 34 279 95,8
14 Yarn 109 83 27 22 127,1
15 Wuarlabobar 200 85 28 24 28,3
16 Nirunmas 121 149 41 71 57,7
17 Kormomolin 117 131 40 117 63,S
Jumlah 1.572 9.823 511 1.408 985,3
Sumber: BPS Maluku Tenggara Barat, 2007

Berdasarkan hasil perhitungan Pada Tabel 6. memperlihatkan daya


diperoleh total produksi bahan kering dukung limbah tanaman pangan dalam
(ton BK) limbah tanaman pangan di Satuan Ternak (ST). Hasil perhitungan daya
kabupaten MTB yaitu sebanyak 62.855 ton dukung bahan kering limbah tanaman
(Tabel5). Jumlah ini merupakan sumber pangan dalam sr pada Tabel 6.
pakan altematif yang dapat di berikan pada menunjukkan bahwa jerami jagung
ternak selain rumput alarn yang ada. merupakan limbah tanaman pangan yang
Kecarnatan Pulau-pulau Terselatan memiliki daya dukung yang tinggi 21.530
merupakan salah satu kecarnatan yang ST (78%) dibandingkan limbah tanaman
memiliki produksi bahan kering limbah pangan lainnya.
tanaman pangan yang tinggi yakni sebesar Secara keseluruhan total daya dukung
14.009 (22,3%), diiukuti kecamatan LeW, bahan kering dari limbah tanaman pangan
Moa Lakor dan Pulau-pulau Babar.
yang merupakan sumber pakan alterna:tif di
Tingginya produksi limbah tanarnan kabupaten MTB sebanyak 27.553 sr dan itu
pangan pada kecarnatan Pulau-pulau berarti bahwa ketersediaanlimbah tanaman
Terselatan dipengaruhi oleh luas areal pangan bisa menyurribang sebesar 50%
panen tanaman pangan yang tinggi, ketersediaan pakan selain dari hijauan
khususnya luas areal panen jagung dan rumput yang ada di alam untuk ternak
padi ladang sehingga menghasilkan jerami ruminansia yang> berjumlah sekitar
jagung dan padi yang lebih banyak (22%), 40.215 ST. Jika,diperuntukan untuk ternak
dengan demikian akan berpengaruh kepada kambing maka dapat memberi makan
• tingginya total produksi bahan kering sebanyak 11.376 ST, ternak sapi 5.392 ST,
limbah tanaman pangan di kecamatan kerbau 11.376 ST dan domba 1.936 sr.
tersebut.
MATITAPUTTY & KUNTORO Jurnal Petemakan

Tabel6. Daya dukung limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan temak ruminansia di

kabuEaten MrS per tahun


Da;!a dukung bahan kering (ST) limbah tanaman pangan
Kecamatan Jum1ah %
Eadi Jadang ja~g ubi jalar kacang 1anah ka£ang hijau
PuJau-pulau Terselatan 102 5.835 37 98 69 6.141 22,3
Wetar 163 2.157 39 41 67 2.466 9,0
Darner 91 353 22" 28 18 511 1,9
Letti 11 2.179 32 179 77 2.478 9,0
MoaLakor 9 2.293 37 40 53 2.432 8,8
PuJau-puJau Babar 22 2.185 44 23 92 2.365 8,6
Mdona Riera 16 524 28 15 27 610 2,2­
.. Babar Timur 34 2.282 44 21 36 2.416 8,8
'r~bar Selatan 128 493 44 262 92 1.018 3,7
Weriamrian 129 620 44 170 206 1.169 4~
Wermaktian 156 824 37 127 81 1.225 4,4
Selaru 136 533 31 366 111 1.176 4,3
Tanimbar Utara 126 272 44 427 145 1.013 3,7
Yarn 119 182 35 34 192 562 2,0
Wuarlabobar 219 186 36 37 43 521 1,9
Nirunmas 133 327 53 109 87 708 2,6
Kormomolin 128 287 51 179 96 742 2,7
Jumlah 1.723 21.530 656 2.154 1.490 27.553 100,0
Persentase {%} 6,25 78,14 2,38 7,82 5,41 100,00

Tabel 7. IDD limbah tanarnan }?aIlgan sebagai Eakan temak l'U1Ilinansia di kabuEaten MfB

IDD Eakan limbah tanaman Eangan (BK)

Kecamatan
Indeks kategori
1,38 2
7,76 2
Darner 8,96 2
Leti 0,66 1
Moa Lakor 0,09 1
Polau-pulau Babar 1,55 2
Mdona Hiera 1,20 2
Babar Timur 1,21 2
Tanimbar Selatan 1,04 2
Wertamrian 7,79 2
Wermaktian 19,45 3
Selaru 25,02 3
Tanimbar Utara 5,63 2
Yaru 31,22 3
Wuarlabobar 86,83 3
Nirunmas 21,45 3
Kormomolin 19,02 3
Keterangan : 1 = rendah ; 2 = sedang; 3 =tinggi

Jumlah daya dukung pakan limbah KPPrR yang negatif,karena jumlah temak
tanaman pangan" dihubungkan dengan yang ada di kecamatan ini sudah
kapasitas peningkatan populasi temak melampaui ketersediaan limbah tanaman
ruminansia (ST), terlihat bahwa pangan yang ada.,
kecamatan LeW. dan· kecamatan Moa
Lakor menunjukkan daya dukung pakan
limbah tanaman pangan tidak mencukupi
kebutuhan temak ruminansia. Kedua
wilayah kecamatan ini dalam kondisi
Vol 7 No 2 POTENSI DAN STRATEGI

Tabel8. Kapasitas peningkatan populasi temak ruminansia di kabupaten MTB


Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
Kecamatan Berdasarkan Bahan Kering (BK)
Ruminansia (ST)
Pulau-pulau. Terselatan 1.681
Wetar 2.148
Damer 454
Lelli -1.294
Moa Lakor -23.624
Pulau-pulau. Babar 839
MdonaHiera 102
Bab@.rTimur 418
Tanimbar Selatan 37
Wertamrian 1.019
Wermaktian 1.162
Selaru 1.129
Tanimbar Utara 833
Yam 544
Wuarlabobar 515
Nirunmas 675
Kormomolin 703

7. Strategi Pengembangan dengan limbah tanaman pangan memiliki


Analisis SWOT produksi yang cukup besar; 2). produksi
Strategi merupakan alat untuk limbah tanaman pangan khususnya jerami
mencapai tujuan, dalam jagung tersebar disebagian besar wilayah
perkembangannya konsep mengenai kabupaten MTB; 3). limbah tanaman
strategi terus berkembang. Esensi strategi pangan tidak digunakan untuk kebutuhan
merupakan keterpaduan dinamis faktor lain selain untuk pakan ternak.
eksternal dan faktor internal yang Kelemahan (Weaknesses). Faktor­
berisikan strategi itu sendiri. Strategi faktor kelemahan yang dimiliki dalam
merupakan respons yang secara teros pemanfaatan limbah tanaman pangan
meneros atau adaptif terhadap peluang antara lain : 1). kualitas nutrisi limbah
dan ancaman eksternal serta kekuatan dan tanaman pangan rendall; 2). usaha ternal<
kelemahan internal (Rangkuti, 2002). ruminansia masih bersifat sambilan dan
Analisis lingkungan internal dan pola pemeliharaan temak masih tergolong
eksternal merupakan analisis terhadap tradisiona1; 3). tingkat penerapan
keadaan internal dan keadaan eksternal teknologi pengolahan pakan limbah
yang berpengaruh terhadap upaya tanaman pangan rendah; 4). produksi
pemanfaatan limbah tanaman pangan limbah tanaman pangan bersifat
sebagai pakan ternak ruminansia di musiman.
kabupaten MIB. Identifikasi faktor Peluang (Opportunities). Faktor­
internal meliputi faktor kekuatan faktor eksternal yang diidentifikasi
(Sthrengths) dan faktor kelemahan sebagai peluang adalah sebagai berikut :
(Weaknesses), faktor eksternal meliputi 1). populasi ternak ruminansia cukup
faktor peluang (Opportunities),dan tinggi; 2). dukungan kebijakan
ancaman (Threats), seperti yang pembangunan peternakan kabupaten
dipaparkan berikut ini : MIB; 3). umu.nulya peternak memelihara
Kekuatan (Sthrengths). Faktor-faktor ternak sendiri dan pertanian tanaman
internal yang diidentifikasi sebagai pangan menjadi usaha tani pokok dan
kekuatan adalah: 1). sumberdaya pakan intensif; 4). penggunaan limbah tanaman
MATITAPUTTY & KUNTORO Jurnal Peternakan

pangan untuk ternak ruminansia belum impor ternak yang terns meningkat
optimal. dengan dibangun hubungan antara
pihak pemerintah dan. masyarakat
Ancaman (Threats). Faktor-faktor
dalam pengembangan ternak
eksternal yang diidentifikasi sebagai
ruminansia di Kab.MfB. Dengan cara
ancaman adalah sebagai berikut : 1).
seperti pelarangan pemotongan betina
kebiasaan petani peternak yang selalu
produktif dan penjualan pejantan
membakar limbah tanaman pangan; 2).
unggul, atau melakukan penyebaran
impor ternak dan daging semakin
meningkat untuk kebutuhan konsumen di betina d~ pejantan unggul' ke
masyarakat, sehingga ternak dapat
. .Indonesia.
berkembang dengan. baik dan
Dalam merumuskan alternatif populasinya meningkat.
strategi pemanfaatan limbah tanaman
D. Strategi W-T yang dapat dirumuskan:
pangan sebagai pakan ternak ruminansia
1). meningkatkan frekuensi
di Kabupaten MfB, maka digunakan
penyuluhan dan pelatihan petani
matriks SWOT. Alternatif strategi dengan
dalam pengembangan teknologi pakan
memadukan faktor-faktor eksternal dan
dari limbah tanaman pangan, dan
internal. Ada 4 (empat) macam alternatif
pembinaan kelembagaan yang ada di
strategi yaitu : 5-0, W-O, S-T, dan W-T,
masyarakati 2). menerapkan teknologi
seperti diperlihatkan:
praktis cara pengolahan limbah
A. Strategi 5-0 yang dapat dintmuskan : tanaman pangan seperti dengan
1). pengembangan kawasan pola teknologi fermentasi, pembuatan silase
integrasi ternak ruminansia dengan yang dapat menigkatkan nilai nutrisi
tanaman jagung, karena umumnya pakan tersebut.
jagung masih menjadi bahan makanan
pokok penganti beras dan hampir KESIMPULAN
semua masyarakat petani menanam
jagung sehingga limbahnya cukup 1. Jumlah populasi ternak ruminansia di
banyaki 2). sinergis dan keterpaduan Kabupaten MfB dalam kurun waktu
antara sektor peternakan-tanaman lima tahun terakhir (2002 - 2006)
pangan dalam kebijakan pemerintahan mengalami peningkatan. Dalam
kabupaten MfB, seperti dalam Satuan Ternak (ST) seluruhnya
pemanfaatan limbah tanaman pangan berjumlah 40.215 ST, dengan rincian
sebagai pakan ternak sementara ternak penyebaran untuk sapi 5.392 ST,
dapat meyediakan kotorannya sebagai kerbau 21.511 ST, kambing 11.376 ST
pupuk bagi tanaman pangan yang dan domba 1.936 ST. Hal ini
diusahakan. menunjukkan bahwa sebagian besar
ternak ruminansia yang ada adalah
B. Strategi W-O yang dapat dirumuskan:
kerbau yaitu sebesar 53,5%, kambing
1). pemanfaatan pakan berbasis bahan
(28,3%), sapi 13,4%, dan selebihnya
baku loka! dati limbah tanaman
adalah ternak domba (4,8%).
pangani 2). penerapan teknologi
pengolahan limbah tanaman pangan 2. Total produksi bahan kering (ton BK)
secara optimal limbah tanaman pangan di kabupaten
MfB yaitu sebanyak 62.855 ton,
C. Strategi 5-T yang dapat dirumuskan :
sementara total daya dukung bahan
1). peningkatan pemanfaatan limbah
kering 'sebanyak 27.553 ST.
tanaman pangan sebagai pakan ternak
Berdasarkan daya dukung yang ada
yang sesuai dengan keunggulan
produksi yang spesifik lokasi melalui dapat dilakukan penambahan
populasi ternak pada kecamatan yang
penyuluhani 2). mencegah terjadinya

on
Vol 7 No 2 POTENSI DAN STRATEGI

memiliki nilai KKPTR positif, kecua1i Dirjen Peternakan dan Fapet UGM. Direktorat
kecamatan Letti dan Moa Lakor. Jenderal Peternakan dan Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada.
3. Implikasi strategi pemanfaatan limbah 1982. Laporan Survei fuventarisasi
tanaman pangan sebagai pakan temak Limbah Pertanian, Jakarta; Direktorat
di kabupaten MTB yang menjadi Jenderal Peternakan dan Fakultas
pnoritas yaitu : Peternakan Universitas Gajah Mada.
o pengembangan kawasan pola
integrasi temak dengan tanaman National Research Council. 1984. Nutrient
jagung; Requirement of Beef Cattle. 6Th rev.ed.
Washington DC: National Academy
o optimalisasi penerapan teknologi Press.
pakan limbah tanaman pangan;
o membangun industri pakan Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location
berbasis bahan baku limbah Quotient (LQ) Dalam Penentuan
tanaman pangan; Komoditas Unggulan Nasional.
o pembinaan kelembagaan dan Informatika Pertanian. Volume 12:
penigkatan frekuensi penyuluhan 658- 675.
dan pelatihan teknologi
pemanfatan limbah tanaman Rangkuti F. 2002. Analisis SWOT Teknik
pangan. Membedah Kasus Bisnis. Jakarta,
PT Gramedia Pustaka Utama.
DAFTAR PUSTAKA
Sajimin, Kompiang !P, Supriyati, Lugiyo. 2000.
Pengaruh pemberian berbagai cara dan
BPS Provinsi Maluku 2007. Maluku Dalam dosis Bacillus sp terhadap
Angka. produktivitas dan kualitas rumput
Panicium maximum. [prosiding]
BPS Kabupaten Maluku Tenggara Barat Semnas Peternakan dan Veteriner.
2007. Maluku· Tenggara Barat Dalam Puslitbang Peternakan, Depart:emen
Angka. Pertanian. Bogor 18 - 19 September
2000. Hal 359-365.
BPS Petemakan. Buku Statistik Peternakan
2007. Direktorat Jenderal Bina Produksi
Peternakan. Depart:emen Pertanian RI.

Dinas Pertanian Provinsi Maluku. 2006.


Neraca Bahan Makanan dan Pola
Pangan Harapan Provinsi Maluku Tahu
20OS.Satuan Kerja Dinas Pertanian
Provinsi Maluku/Tim Kerja Ketahanan
Pangan.Ambon.

. Dirjen Peternakan dan Balitnak. Direktorat


Jenderal Petemakan dan Balai Penelitian
Ternak. 1995. Pedoman Analisis Potensi
Wilayah Penyebaran dan
Pengembangan Peternakan, Jakarta;
Direktorat Jenderal Peternakan dan
Balai Penelitian Ternak.

You might also like