Efisiensi Produksi Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat Pada Musim Kemarau Di Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul
Efisiensi Produksi Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat Pada Musim Kemarau Di Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul
Efisiensi Produksi Sapi Potong Pada Peternakan Rakyat Pada Musim Kemarau Di Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul
32(1), 49-54
DOI: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v32i1.15928
Abstract
This research was conducted to know the production efficiency of beef cattle in smallholder farmer in a
dry farming area at dry season. Research has been started on June and finished on September (dry
season) at smallholder farmer in the village Kemejing, Semin subdistrict, district Gunungkidul, DIY.
The research materials are 28 heads of beef cattle from 17 farmers, which consist of 10 heads of PO
breed, 10 heads of a Simpo breed, and 8 heads of Limpo breed with 292.25 kg of initial body weight.
This research was using Participatory Rural Appraisal method which is a collecting data process that
an active teamwork between data collector and farmer. Collected parameter are feed intake, average
daily gain (ADG), feed efficiency, feed cost per gain (FC/G), and income over feed cost (IOFC). Data
resulting from this research are 8.42 kg/head/day of feed intake, 0.19 kg/head/day of ADG, 0.021 of
feed efficiency, Rp 46.166,62 of feed cost per gain, and Rp 3.985,55 of income over feed cost. It can be
concluded that the efficient production of beef cattle in smallholder farmer at the dry area is low because
average daily gain, feed cost per gain and income over feed cost produced are extremely small so if the
calculated economic result is less favorable.
Keywords: Beef cattle; Feed intake; Feed efficiency; Income over feed cost
Cite this as: Handayanta, E., Lutojo, L., & Nurdiati, K. 2017. Efisiensi Produksi Sapi Potong pada Peternakan
Rakyat pada Musim Kemarau di Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul. Caraka Tani: Journal
of Sustainable Agriculture. 32(1), 49-54. doi: http://dx.doi.org/10.20961/carakatani.v32i1.15928
tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi rumput alam), kacang-kacangan (legum), hijauan
udara) serta bobot badannya (Parakkasi, 1995). dari tanaman lain, dan limbah pertanian.
Oleh karena itu setiap ekor ternak yang berbeda Peralatan kandang yang digunakan meliputi
kondisinya membutuhkan jumlah pakan/ nutrien timbangan digital merk Great Scale tipe XK-
yang berbeda pula. 3190A7 kapasitas 2000 kg dengan kepekaan 1 kg
Faktor musim menjadi salah satu faktor untuk menimbang sapi, timbangan pegas merk
penentu ketersediaan pakan khususnya hijauan Germany kapasitas 50 kg dengan kepekaan 0,5 kg
pakan yang dapat menyebabkan terjadinya untuk menimbang pakan, dan timbangan digital
fluktuasi ketersediaan hijauan. Kuantitas, merk Camry kapasitas 50 kg dengan kepekaan
kualitas, dan kontinyuitas hijauan pakan tidak 0,02 kg untuk menimbang sampel pakan.
terjamin sepanjang tahun sehingga menyebabkan
ternak tidak dapat berproduksi optimal. Pelaksanaan Penelitian
Produktifitas ternak ruminansia pada musim Lokasi penelitian ditentukan secara purposive
kemarau umumnya rendah karena mengkonsumsi (sengaja) dengan pertimbangan waktu dan
pakan dalam jumlah dan kualitas rendah. kemampuan serta jangkauan peneliti serta
Permasalahan muncul ketika memanfaatkan beberapa pertimbangan diantaranya adalah: (1)
lahan kering untuk usaha pertanian dan atau Desa Kemejing merupakan daerah dengan sistem
peternakan. Lahan kering yang umumnya miskin pertaniannya lahan kering (100%), dengan
unsur hara, kurang air dan kurang subur, sehingga kepadatan ternak ruminansianya (UT/luas lahan
kurang produktif untuk menghasilkan sumber pertanian) termasuk zone kepadatan tinggi di
pangan dan bahan pakan. Performans sapi potong Kecamatan Semin, (2) Kecamatan Semin,
yang dipelihara masyarakat yang meliputi kepadatan ternak ruminansianya (UT/luas lahan
konsumsi pakan (BK), pertambahan bobot badan pertanian) termasuk zone kepadatan tinggi di
harian (PBBH) rendah. Berdasarkan Kabupaten Gunungkidul, dan (3) wilayah
permasalahan tersebut di atas maka peneliti Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah
tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pertanian lahan kering (±90% sistem pertaniannya
efisiensi produksi sapi potong pada peternakan lahan kering) dan populasi ternak ruminansianya
rakyat pada musim kemarau di daerah pertanian terutama sapi dan kambing tertinggi (rangking 1)
lahan kering. di Propinsi DIY.
Penentuan peternak sapi potong sebagai
METODE PENELITIAN sampel juga diperkuat alasan bahwa sapi potong
menjadi salah satu komoditas unggulan dalam
Tempat dan Waktu Penelitian Renstra SKPD Dinas Peternakan Kabupaten
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan pada Gunungkidul. Syarat ini diperlukan untuk
musim kemarau, dimulai dari bulan Juni sampai memudahkan dalam menggali data informasi
dengan bulan September (musim kemarau terkait dengan pengelolaan ternak sapinya.
berlangsung dari bulan April - September, Penentuan jumlah responden setelah syarat-
sedangkan musim penghujan berlangsung dari syarat dalam pemilihan sampel peternak
bulan Oktober - Maret) di desa Kemejing, terpenuhi. Sebanyak 17 orang peternak ditentukan
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul. secara purposive sampling. Penentuan jumlah
responden ini dengan pertimbangan akses lokasi
Bahan dan Alat Penelitian (secara teknis dapat digunakan sebagai lokasi
Sapi potong yang digunakan dalam penelitian pengambilan sampel), waktu, tenaga, dan biaya
ini milik 17 peternak responden berjumlah 28 sesuai dengan model penelitian yang bersifat
ekor yang terdiri dari sapi Peranakan Ongole (PO) partisipatif (Partisipatory Rural Appraisal).
berjumlah 10 ekor, Simmental PO (Simpo) Syarat-syarat yang ditetapkan dari jumlah
berjumlah 10 ekor, dan Limousin PO (Limpo) responden tersebut telah dapat memberikan
berjumlah 8 ekor dengan rerata bobot awal adalah gambaran yang mendekati kebenaran.
292,25 kg.
Pakan yang diberikan pada sapi-sapi penelitian Data Penelitian
adalah sesuai dengan yang diberikan oleh Penelitian dengan metode Partisipatory Rural
peternaknya tanpa campur tangan dari peneliti, Appraisal (PRA) yaitu proses pengumpulan data
yang berupa rumput-rumputan (rumput kultur dan yang melibatkan kerjasama aktif antara
pengumpul data dengan responden. Pertanyaan- badan harian (PBBH), efisiensi pakan, feed cost
pertanyaan umumnya tidak dirancang secara per gain (FC/G) dan Income Over Feed Cost
baku, melainkan hanya garis-garis besarnya saja. (IOFC).
Topik-topik pertanyaan bahkan dapat muncul dan
berkembang berdasarkan proses tanya-jawab Analisis Data
dengan responden (Singarimbun dan Effendi, Data yang diperoleh dalam penelitian, bersifat
1995). kuantitatif dilaporkan secara deskriptif.
Metode dasar yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran
mengenai situasi atau kejadian atau memberikan Data performans sapi potong hasil penelitian
gambaran hubungan antar fenomena, menguji yang meliputi konsumsi pakan (BK),
hipotesa, membuat prediksi serta implikasi dari pertambahan bobot badan harian (PBBH),
suatu masalah yang ingin dipecahkan (Manti et efisiensi pakan, feed cost per gain (FC/G) dan
al., 2003). income over feed cost (IOFC) seperti terlihat pada
Data yang diperoleh dalam penelitian ini Tabel 1 berikut:
terdiri: konsumsi pakan (BK), pertambahan bobot
bobot badannya. Rerata konsumsi bahan kering oleh rendahnya kandungan nutrien dari bahan
sapi yang diamati selama masa penelitian adalah pakan yang dikonsumsi sapi.
8,42 kg/ekor/hari atau sebesar 2,74% dari rerata Nilai efisiensi penggunaan pakan yang
bobot badan sapi potong, sehingga dari data semakin tinggi menunjukkan bahwa ransum yang
tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi bahan dikonsumsi semakin sedikit untuk menghasilkan
kering sapi selama penelitian hampir mencukupi pertambahan bobot badan. Efisiensi penggunaan
dari kebutuhan. pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kemampuan ternak dalam mencerna
Pertambahan Bobot Badan Harian bahan pakan, kecukupan nutrien untuk hidup
Penimbangan sapi potong dilakukan sebanyak pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis
tiga kali yaitu pada awal, pertengahan dan di akhir pakan yang digunakan (Sagala, 2011), umur
penelitian. Tujuan dilakukan penimbangan yang ternak, kualitas pakan dan bobot badan. Semakin
kedua adalah untuk kontrol apabila terjadi baik kualitas pakan semakin baik pula efisiensi
penjualan ternak sapi potong oleh peternak pembentukan energi dan produksi (Pond et al.,
sewaktu-waktu. 2005).
Berdasarkan hasil penimbangan bobot badan Menurut Siregar (2001), efisiensi penggunaan
sapi diperoleh rerata PBBH sebesar 0,19 pakan untuk sapi potong berkisar 7,52% - 11,29%,
kg/ekor/hari. Nilai PBBH tersebut tergolong sedangkan rerata nilai efisiensi pada penelitian ini
rendah jika dibandingkan dengan PBBH sapi PO adalah sebesar 0,021 (2,1). Hal ini disebabkan
jantan yang diberi pakan basal jerami padi dan karena pakan yang diberikan oleh peternak pada
dedak halus dengan aditif pakan kultur mikroba, saat penelitian berupa limbah hasil pertanian dan
didapatkan PBBH sebesar 0,38 kg (Bonga, 2003), hijauan (rumput) yang mempunyai kualitas
sedangkan untuk rata-rata PBBH sapi SIMPO rendah dan tanpa diberikan legum ataupun
betina yang diberi pakan limbah hasil pertanian konsentrat.
dan bekatul adalah 0,65 kg (Hasbullah, 2003).
Perbedaan PBBH dalam penelitian ini Feed cost per gain
disebabkan oleh konsumsi bahan kering yang Feed cost per gain (fc/g) adalah besarnya biaya
diberikan oleh peternak yang bervariasi jenis pakan yang diperlukan ternak untuk
maupun jumlahnya pada tiap sapi, meskipun menghasilkan 1 kg gain (Suparman, 2004). Feed
jumlah pemberian pakan banyak/tinggi akan cost per gain ini dihitung berdasarkan pada harga
tetapi nutrien yang terkandung dalam bahan pakan pakan saat penelitian yang dikeluarkan setiap hari
belum mencukupi kebutuhan ternak sehingga oleh peternak dibagi dengan rerata pertambahan
meskipun konsumsi BK tergolong normal tetapi bobot badan yang dihasilkan.
PBBH yang dihasilkan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
Menurut Parakkasi (1995), sapi yang nilai feed cost per gain (fc/g) adalah Rp46.166,62.
memperoleh asupan nutrien kurang dari Ini berarti untuk menaikkan bobot badan
kebutuhan tidak dapat menunjukkan produktifitas sebanyak 1 kg diperlukan biaya pakan sebesar
optimal, karena untuk pertambahan bobot badan Rp46.166,62. Nilai fc/g ini cukup tinggi, hal ini
sapi harus terpenuhi kebutuhan bahan kering, disebabkan oleh nilai efisiensi pakan yang rendah,
protein kasar, dan energi. sehingga walaupun sapi mengkonsumsi BK
dalam jumlah yang mendekati standar tetapi tidak
Efisiensi Pakan bisa memberikan PBBH yang baik. Pertambahan
Berdasarkan data konsumsi BK dan bobot badan harian yang dicapai tidak sebanding
pertambahan bobot badan harian maka dapat dengan biaya pakan yang sudah dikeluarkan.
dihitung nilai efisiensi pakan dan feed cost. Saat musim kemarau peternak sangat kesulitan
Efisiensi penggunaan pakan pada penelitian ini mencari hijauan pakan di lahan pertaniannya
sebesar 0,021 yang artinya setiap 1 kg bahan sendiri, sehingga banyak peternak yang membeli
kering ransum menghasilkan pertambahan bobot pakan hijauan dari luar daerah dengan harga
badan harian sebesar 0,021 kg. Hasil yang didapat mahal yang mengakibatkan nilai feed cost tinggi.
menunjukkan nilai efisiensi yang sangat rendah. Angka feed cost per gain dapat ditekan dengan
Nilai efisiensi pakan yang rendah disebabkan cara mengoptimalkan PBBH dan menekan biaya
karena rendahnya rerata PBBH yang disebabkan pakan dengan menggunakan pakan yang lebih
efisien. Nilai PBBH dapat dioptimalkan dengan