Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman Di Kawasan Bersejarah Menara Kudus
Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman Di Kawasan Bersejarah Menara Kudus
Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman Di Kawasan Bersejarah Menara Kudus
Informasi Naskah: Abstract: Menara Kudus area is a settlement of urban villages that has own characteristics
Diterima: and urban embryo of Kudus city. Many traditional houses and ancient buildings can be found
2 Juni 2019 in there as a historical area. But, Menara Kudus area continues to develop into a religious
tourism area that makes the process changes physically and non-physically. The purpose of
Direvisi: this study is to find out what changes occur in Menara Kudus area and the underlying factors.
18 Juni 2019 A research method is qualitative explorative with informants as the main resource and uses
Disetujui terbit: purposive observation to sample selection. The results of this study indicate a public response
26 Juni 2019 to new activities by utilizing residential houses and their residential environment as business
space in supporting religious tourism activities. The factors behind the change are increasing
Diterbitkan: the number of visitors, the needs of tourist facilities, type of business space, and orientation of
Cetak: buildings following tourist routes. These changes have an impact on changes in the economy
29 Juli 2019 of society, lifestyle, and social society in the Menara Kudus area. But tourism activities are able
to maintain the culture and traditions community because it is an interest in tourist visits.
Online
29 Juli 2019 Keyword: changes, settlement, houses, religious tourism, historical area, Menara Kudus area.
Abstrak: Kawasan Menara Kudus merupakan sebuah permukiman masyarakat kampung kota
yang memiliki ciri khas tersendiri dan cikal bakal berdirinya kota Kudus. Banyak rumah-rumah
tradisional dan bangunan kuno masih dapat ditemukan disana sehingga ditetapkan sebagai
kawasan bersejarah. Namun sebagai kawasan permukiman kawasan Menara Kudus terus
berkembang menjadi kawasan wisata religi sehingga mengalami proses perubahan secara
fisik maupun non fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan apa saja
yang terjadi di kawasan Menara Kudus dan faktor yang melatarbelakanginya. Metode
penelitian ini adalah kualitatif yang digali secara eksploratif dengan informan sebagai
narasumber utama dan menggunakan pemilihan sampel amatan secara purposive. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan adanya respon masyarakat terhadap aktivitas baru dengan
memanfaatkan ruang rumah tinggal dan lingkungan permukiman mereka sebagai ruang usaha
dalam mendukung aktivitas wisata religi. Faktor yang melatarbelakangi perubahan tersebut
adalah adanya faktor peningkatan jumlah pengunjung, kebutuhan fasilitas wisata, perubahan
jenis usaha yang dimiliki, dan perubahan arah orientasi bangunan mengikuti akses jalur wisata.
Perubahan tersebut berdampak pada perubahan perekonomian masyarakat, gaya hidup, dan
sosial kemasyarakatan di kawasan Menara Kudus. Namun aktivitas wisata religi mampu
mempertahankan budaya dan tradisi adat istiadat leluhur karena menjadi minat bagi kunjungan
wisatawan.
Kata Kunci: perubahan, permukiman, rumah tinggal, wisata religi, kawasan bersejarah,
kawasan Menara Kudus.
Arlina A, Agung B. S, Titin W. M: [Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman] 161
Menurut World Tourism Organization (WTO, 2017) Wisata religi merupakan jenis wisata yang berkaitan
minat kunjungan wisata di dunia saat ini terus dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan
mengalami kenaikan yang cukup signifikan dan kepercayaan suatu umat atau kelompok masyarakat
diperkirakan jumlah kunjungan wisatawan di dunia yang dijadikan kegiatan rutin setiap tahunnya untuk
akan mencapai 1,8 miliar pada tahun 2030 dengan didatangi. Tujuan wisata religi ini dalam rangka
tingkat pertumbuhan kunjungan per tahun sebesar beribadah dan untuk meningkatkan spiritual. Dalam
3,3 persen. Oleh karena itu pemerintah Indonesia melaksanakan aktivitas wisata religi terkandung
mulai gencar mengangkat potensi masing–masing pesan maupun pelajaran untuk mewujudkan hidup
daerah untuk dijadikan destinasi wisata. lebih beradab (Pendit N. S., 2002; Bahammam,
Permukiman di daerah Indonesia yang memiliki 2012). Sedangkan aktivitas wisata religi terdapat
keindahan alam dan keberagaman etnik budaya bermacam-macam di Indonesia, menurut Ulung, G.
tidak luput dari incaran pemerintah untuk (2013) yaitu dengan mengunjungi tempat-tempat
dikembangkan menjadi kawasan wisata. peninggalan sejarah keagamaan atau ke tempat-
Hal ini juga terjadi pada permukiman di kawasan tempat suci, berziarah ke makam-makan para
Menara Kudus yang memiliki nilai sejarah tinggi dan pemuka agama (ulama, kyai) ataupun tokoh-tokoh
kegiatan religi adat istiadat didalamnya. Sehingga masyarakat. Trend wisata religi sangat dipengaruhi
pada tahun 2014 melalui Keputusan Kepala Dinas oleh daya tarik wisata yang ada, apalagi
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus perkembangan wisata semakin kompetitif di
No.556/23.01/043C/2014 kawasan Menara Kudus kalangan masyarakat, menurut Cooper (2005)
dinobatkan sebagai Desa Wisata Religi. Walaupun terdapat elemen wisata yang perlu dipenuhi, yaitu 1)
pada dasarnya kegiatan religi seperti ziarah Sunan Atraksi (attractions), seperti alam yang menarik,
Kudus, kegiatan Dandhangan, dan Buka Luwur kebudayaan daerah yang menawan dan seni
sudah ada sejak sebelum maupun setelah Sunan pertunjukkan; (2) Aksesibilitas (accessibilities),
Kudus meninggal. Kenaikan minat wisatawan untuk seperti transportasi lokal dan adanya terminal; (3)
berkunjung ke wisata religi di kawasan Menara Amenitas atau fasilitas, seperti tersedianya
Kudus semakin meningkat tiap tahunnya sejak tahun akomodasi, rumah makan, penginapan, dan agen
1980 (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten perjalanan; dan (4) Ancillary services yaitu
Kudus, 2018). Kemudian dibentuklah Yayasan organisasi kepariwisataan yang dibutuhkan untuk
Masjid Menara Makam Sunan Kudus (YM3SK) untuk pelayanan wisatawan seperti pokdarwis ataupun
mengatur dan melestarikan tradaisi di Masjid Makam organisasi manajemen pemasaran wisata.
Menara Kudus. Disamping itu pembangunan wisata dapat memiliki
Keberadaan kawasan Menara Kudus sebagai manfaat diberbagai bidang, seperti di bidang
catalyst aktivitas wisata religi yang berdampingan ekonomi, sosial, life style, politik, pendidikan,
dengan tempat bermukim masyarakat lokal yang teknologi, kebudayaan, dan lingkungan (Archer B.,
telah memiliki karakter tersendiri akan berdampak et. al, 2005).
terhadap perubahan yang terjadi baik secara fisik 2. Perubahan Permukiman dan Rumah Tinggal
maupun non fisik. Pada penelitian sebelumnya yang Permukiman terdiri dari contents (isi) dan container
memiliki locus amatan yang sama di kawasan (wadah). Yang dimaksud isi adalah manusia beserta
Menara Kudus lebih banyak membahas tentang aktivitasnya, sedangkan wadah berarti bentuk fisik
rumah-rumah tradisional Pencu, tradisi kehidupan permukiman baik buatan manusia maupun alam
masyarakat muslim dan pola permukiman sebagai tempat hidup manusia dengan segala
masyarakat Kudus Kulon yang mencerminkan aktivitasnya. Melalui contents dan container tersebut
suasana permukiman kuno serta tatanan/ patternnya Doxiadis (1986) menjelaskan bahwa permukiman
yang telah mencapai maximum-growth (Sardjono, memiliki lima elemen pembentuk, yaitu man, society,
2009; Nurjayanti, 2011; Nazaruddin Imam, 2012; nature, shells, dan network yang saling berkaitan.
Suprapti et. al, 2014). Sedangkan belum ada Terbentuknya sebuah permukiman merupakan
penelitian yang membahas tentang perubahan ruang proses pewadahan fungsional yang dilandasi oleh
permukiman di kawasan Menara Kudus terkait pola aktivitas manusia serta adanya pengaruh
dengan adanya aktivitas baru seperti aktivitas wisata setting baik bersifat fisik maupun non fisik (sosial,
religi. Oleh karena itu melalui penelitian ini penulis budaya, ekonomi) yang secara langsung
berusaha mengangkat fenomena perubahan apa mempengaruhi pola aktivitas dan proses
saja yang terjadi di kawasan Menara Kudus dengan pembentukan pewadahannya (Rapoport, 1969;
cakupan skala messo (lingkungan permukiman) dan Funo, S. Y. N. & Silas, J., 2002; Zahnd, 2006; Yunus,
mikro (rumah tinggal) dan faktor-faktor yang 2000). Selain itu dalam hubungan antara aktivitas
melatarbelakanginya. manusia yang membentuk sebuah setting ruang
terjadi melalui proses dimensi waktu yang akan
TINJUAN PUSTAKA membentuk perubahan, dimana perubahan tersebut
Tinjauan pustaka pada penelitian ini diposisikan dipengauhi oleh faktor-faktor lain didalamnya
sebagai background knowledge atau dasar-dasar (Yudohusodo, Siswono., dkk., 1991).
mengeksplorasi kasus di lapangan terkait perubahan Kellet P., et. al (1993) menjelaskan alasan
permukiman dengan adanya wisata religi di kawasan seseorang melakukan perubahan pada rumah
Menara Kudus. tinggal berasal dari hubungan timbal balik antara
1. Aktivitas Wisata Religi penghuni dengan rumahnya. Perubahan rumah
162 ARCADE: Vol. 3 No. 2, Juli 2019
tinggal yang dikategorikan Silas (dalam Osman &
Amin, 2012) menurut fungsionalnya dibagi menjadi Selain memiliki permukiman yang khas, kawasan
dua, yaitu rumah yang hanya difungsikan sebagai Menara Kudus juga memiliki rumah-rumah
rumah tinggal biasa dan rumah produktif dimana tradisional Pencu.
sebagain rumah digunakan sebagai ruang usaha
atau kegiatan ekonomi untuk mendukung kebutuhan
manusia di dalamnya. Sedangkan tipe rumah
produktif/ usaha ini kemudian diketegorikan lagi
menjadi tiga tipe, yaitu;
1. Tipe campuran, fungsi rumah tinggal dan tempat
usaha menjadi satu secara dinamis mewadahi
aktivitas pekerjaan. Rumah dengan tipe
campuran didominasi oleh fungsi rumah daripada
fungsi usaha.
2. Tipe berimbang, pemisahan antara fungsi rumah
dan fungsi usaha terjadi secara jelas dalam
bangunan yang sama dengan dipertegas oleh
keterlibatan akses dari luar. Gambar 2. Rumah Tradisional Pencu Kudus
3. Tipe terpisah, fungsi usaha lebih dominan dimana (Sardjono B. A., 2009)
rumah tinggal diletakkan terpisah dengan ruang
usaha (dengan batas teritori rumah yang sama). Ruang-ruang yang ada di dalam rumah tradisional
Sedangkan menurut Habraken (dalam Bukit et al, pencu juga memiliki perbedaan dari rumah
2012) jika perubahan dikaitkan dengan site maka tradisional jawa pada umumnya. Dalam pembagian
perubahan tersebut dapat berupa penambahan rumah Pencu terdapat dua kategori zona, yaitu zona
elemen (addition), pengurangan (elimination), dan terbuka dan zona tertutup. Zona terbuka terwujud
pergerakan (movement). dalam ruang sisir, pakiwan dan pelataran.
3. Karakteristik Permukiman di Menara Kudus Sedangkan untuk zona ruang tertutup terwujud dari
Permukiman di sekitar Menara Kudus merupakan ruang jogosatru atau serambi, ruang gedhongan/
sebuah cikal bakal berkembangnya kota Kudus saat dalem (ruang privat) dan pawon (dapur). Serta
ini dan awal mula persebaran agama islam oleh bangunan ini tidak simetris dan tidak mengenal
Ja’far Shadiq di kota Kudus sehingga memiliki latar pendopo maupun halaman belakang seperti pola
belakang sejarah dan karakter permukiman yang tata ruang rumah tradisional jawa (Sardjono, B. A.,
khas. Selain kawasan yang menarik dan penuh 1996). Arah hadap rumah Pencu juga harus
dengan tradisi adat-istiadat banyaknya budaya mengikuti tradisi untuk menghadap ke arah selatan
tangible intangible yang perlu dilindungi membuat yang berarti membelakangi Gunung Muria yang
kawasan ini dijadikan sebagai kawasan Cagar memiliki arti tidak boleh menyombongkan diri
Budaya (Rosyid, M., 2018). terhadap alam semesta. Hirarki ruang dan karakter
Permukiman di sekitar Menara Kudus yang asli permukiman di kawasan Menara Kudus menurut
dikelilingi oleh tembok pagar rumah yang tinggi Suprapti, et. al., (2014) menunjukan tradisi
(kilungan) dengan jalan gang yang sangat sempit kehidupan komunitas masyarakat muslim yang
untuk alasan keamanan dari masa penjajahan tinggal di kawasan Kudus Kulon yaitu adanya
Belanda pada zaman dahulu. Sehingga masyarakat konsep a) pusat orientasi, b). kontrol akses, c).
agak menutup diri terhadap lingkungan luar. Pusat ruang-ruang bermakna, dan d). tingkat privasi yang
dari lingkungan permukiman di Menara Kudus tinggi. Hal lain yang memperkuat konsep hidup
adalah masjid, baik masjid jami’ maupun masjid masyarakat muslim di kawasan Menara Kudus
lingkungan (Sardjono, B. A., 2009), di desa Kauman, adalah filosofi hidup Sunan Kudus, yaitu Gusjigang
Kerjasan dan Langgardalem sendiri memiliki jumlah yang memiliki arti Gus berarti bagus, Ji berarti
masjid sebanyak 17 buah dan 1 mushala. mengaji, dan Gang berarti berdagang yang masih di
teladani oleh masyarakat kota Kudus (Sardjono, B.
A., 2016).
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan dan tujuan pada
penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah
metode kualitatif. Hal ini didasari pada hasil yang
diharapkan agar lebih eksploratif dan mampu
menggambarkan/ menjelaskan temuan-temuan di
lapangan secara lebih kompleks (Groat and Wang,
2002; Creswell, J. W., 2014). Lokasi penelitian
berada di kawasan permukiman Menara Kudus.
Area/ locus yang akan dilakukan observasi yaitu
Gambar 1. Orientasi Permukiman di Menara Kudus Kauman, Kejaksan dan Langgar Dalem, ketiga
(Sardjono B. A., 2009)
Arlina A, Agung B. S, Titin W. M: [Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman] 163
kampung ini bersinggungan dengan aktivitas wisata berkembang ketika Ja’far Shadiq (dikenal
religi Menara Kudus. sebagai Sunan Kudus) yang menyebarkan
agama islam di kawasan Laggardalem dengan
mendirikan masjid dan pesantren (hal ini
diperkuat adanya Masjid Langgardalem sebagai
masjid tertua memuat sengkalan memet 1458 M).
c. Adanya persebaran agama islam dikawasan
Menara Kudus saat itu mulailah perkembangan
masyarakat islam dan sebagai pendirian kota
Kudus pertama kali (1549 M sampai akhir abad
16).
d. Masa pemerintahan Mataram membuat
permukiman penduduk makin berkembang dan
hidup dari perdagangan.
e. Masa kolonial pusat kota dipindahkan ke daerah
timur sungai Gelis yang sekarang menjadi pusat
Gambar 3. Lokasi Penelitian di Kawasan Menara Kudus
pemerintahan Kudus dengan fasilitas alun-alun
(https://maps.google.com/) kota, masjid agung Kudus, penjara, dan pasar
Sedangkan untuk obyek (fokus) penelitian pada saat itu. Sehingga kawasan Menara Kudus
mengamati secara holistik kondisi perubahan seakan ditinggalkan.
permukiman di kawasan Menara Kudus dari aspek f. Masa puncak perkembangan sosial-ekonomi
fisik dan non-fisik dalam skala mikro (rumah tinggal) diawali pada awal abad 19 dan kemudian mulai
dan messo (lingkungan permukiman). Kemudian berkembang industri rokok di akhir abad 19
untuk unit analisis penelitian ini adalah rumah-rumah hingga awal abad 20.
dan lingkungan yang mengakomodir kebutuhan g. Masa kemunduran sosial-ekonomi terjadi pada
wisatawan seperti penginapan, rumah usaha, ruko, awal abad 20 hingga tahun 1970-an karena
jalan, ruang parkir, ruang publik, dsb. Sample dipilih kondisi politik yang tidak stabil terjadi persaingan
secara bertujuan (purposive sampling), sehingga antara pengusaha pribumi dan non pribumi serta
pengambilan data menuntut peneliti untuk lebih zaman malaise yang melanda dunia. Sehingga
banyak terjun langsung ke lapangan serta pabrik, gudang bahkan rumah tinggal di kawasan
berinteraksi dengan informan (tokoh masyarakat) Menara Kudus banyak diinggalkan dan dijual.
yang dilengkapi dengan observasi, dokumentasi, h. Perkembangan kota akhir 1980-an hingga
dan wawancara secara lebih dalam (in depth sekarang mengalami perubahan dimana industri
interview). Analisis data dilakukan secara induktif kecil mulai berkembang kembali dan banyak
dengan mengkaji dan menginterpretasi data yang perbaikan sarana prasarana kota. Sedangkan
telah diperoleh kedalam tema-tema temuan yang kawasan Menara Kudus tidak banyak mengalami
dapat menjawab tujuan penelitian dan mendapatkan perubahan namun minat terhadap wisata ke
kesimpulan akhir. Sunan Kudus semakin meningkat. Dan hingga
saat ini kawasan Menara Kudus semakin
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berkembang dengan wisata religi yang dimiliki.
Pembahasan ini meliputi eksplorasi perubahan
secara fisik dan non fisik pada permukiman di
kawasan Menara Kudus terkait adanya aktivitas
wista religi. Selain perubahan pada permukiman juga
diambil 30 kasus rumah yang mengakomodasi
aktivitas wisata sehingga dapat diketahui perubahan
apa saja yang terjadi.
1. Perkembangan Kawasan Menara Kudus
Kawasan Menara Kudus sendiri berada di pusat
permukiman kuno di Kota Kudus yang terdiri dari
kampung Kauman, Kerjasan, dan Langgardalem.
Perkembangan permukiman dikawasan Menara
Kudus semakin kompleks dan berkembang, jika
ditelusuri sejarahnya terdapat beberapa tahapan
perkembangan (Hana, M. Y., 2018; Wikantari, 1994;
Salam Solichin, 1977; De Graaf & G. Pigeaud, 1985);
a. Masa masyarakat pra-islam (sebelum abad 15) Gambar 4. Fungsi Permukiman di Menara Kudus
dimana daerah permukiman ini diperkirakan (Analisa Peneliti, 2019)
berkembang disepanjang sungai Gelis dengan Adanya fungsi wisata religi yang mendominasi
dihuni oleh masyarakat Hindu. kegiatan di kawasan Menara Kudus membuat
b. Masa awal pembentukan masyarakat muslim
beberapa fasilitas sarana prasaran dibangun dan
terjadi pada awal pertengahan abad 16 dan mulai
diperbaiki. Sebagaimana menurut Archer, B., et. al,
164 ARCADE: Vol. 3 No. 2, Juli 2019
(2005) bahwa kegiatan wisata menjadi katalisator kemudian fasilitas berkembang keluar area bahkan
dalam pertumbuhan suatu wilayah yang akan hingga permukiman lain di Bakalankrapyak.
membuat wilayah tersebut terus berkembang dan Pemindahan terminal wisata
mengalami perubahan. Aktivitas wisata religi di ke Bakalankrapyak th. 2016
kawasan Menara Kudus sendiri bermacam-macam,
baik dilakukan harian maupun secara temporal
(eventual dalam waktu tertentu).
Arlina A, Agung B. S, Titin W. M: [Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman] 165
ditandai dengan menabuh bedug (dengan suara
“dhang.... dhang....” sehingga tradisi ini kemudian
dikenal dengan tradisi Dandhangan) karena pada
saat itu belum ada teknologi yang memadai untuk
menyiarkan berita. Dengan adanya antusias
masyarakat membuat masyarakat sekitar berjualan
makanan dengan dipanggul (dapat diangkat
Gambar 7. Tradisi Buka Luwur
(Dokumentasi YM3SK, 2019) dipindahkan) maksud dari berjualan makanan
Buka luwur merupakan salah satu wisata religi yang adalah sebagai persiapan untuk puasa esok harinya.
mendatangkan banyak pengunjung dari berbagai Perubahan : Semakin tahun ternyata kegiatan ini
daerah untuk mengantri mendapatkan nasi jangkrik menarik perhatian masyarakat dan hal ini menjadi
sebagai wujud keberkahan. Ketika kegiatan buka acara tahunan yang dikelola oleh pemerintah kota
luwur masyarakat yang berjualan di sekitar Menara Kudus. Adanya tradisi Dandhangan yang awalnya
dilarang untuk berjualan sementara waktu. Hal ini diadakan area depan Menara Kudus (jalan
dilakukan untuk menghormati dan memperlancar Madureksan dan jalan Menara), namun karena
kegiatan. Buka luwur adalah salah satu acara besar kondisi jalan yang semakin semrawut dan dipenuhi
yang terjadi selama 10 hari (dari tanggal 1–10 pedagang, membuat pihak Yayasan dan pemerintah
Muharam) dengan jadwal yang telah dibuat oleh akhirnya mengalihkan acara Dandhangan di
sesepuh sejak dulu. sepanjang jalan Sunan Kudus hingga alun-alun
Perubahan : Dulunya penyembelihan hewan qurban Simpang Tujuh sehingga tidak mengganggu aktivitas
(rata-rata 11 kerbau dan 84 kambing) serta kegiatan pedagang di kawasan Menara Kudus yang telah
memasak menggunakan rumah tinggal masyarakat lama berdiri dan dapat memberikan kesempatan
dan di area taman parkir dekat Menara Kudus hingga usaha bagi masyarakat lainnya. Pada awalnya acara
di gang-gang permukiman. Kegiatan besar ini Dandhangan diisi dengan acara keagamaan, namun
membutuhkan ruang yang mampu mewadahi semua adanya kebutuhan ekonomi dan politik membuat
aktivitas yang ada sedangkan ruang terbuka di tradisi Dandhangan sekarang lebih seperti pasar
kawasan Menara Kudus bisa dibilang semakin lama malam. Walaupun begitu masih banyak kegiatan
sudah semakin susah ditemui karena permukiman pengajian dan acara keagamaan tetap dilaksanakan
yang padat sehingga masyarakat memanfaatkan di Masjid Menara Kudus.
ruang publik seperti ruang parkir di YM3SK Ketiga aktivitas tersebut sama-sama diminati oleh
digunakan sebagai ruang memasak nasi jangkrik wisatawan sebagai tujuan wisata religi, namun
(berkat) dan sepanjang Jl. Menara digunakan ziarah kubur Sunan Kudus menjadi salah satu wisata
sebagai ruang untuk mengantri mendapatkan berkat religi yang tingkat kunjungannya tertinggi karena
sedangkan di lain waktu sebelum pembagian nasi dapat dikunjungi setiap hari dan menjadi sebuah
jangkrik digunakan sebagai ruang pengajian tradisi tersendiri bagi kelompok masyarakat muslim.
(munadharah, khatmil, qasidah, terbangan). Begitu Dengan adanya wisata yang memiliki siklus waktu
pula jalan raya disekitar Menara Kudus untuk tertentu (temporal) berkontribusi terhadap terjadinya
sementara ditutup agar mempermudah sirkulasi perubahan fisik ruang-ruang yang digunakan. Baik
pengunjung dan sebagai ruang parkir. akses jalan, ruang terbuka publik, rumah tinggal,
Sementara itu bahan-bahan pokok yang digunakan maupun gang-gang permukiman. Perubahan
memasak untuk acara peringatan Buka Luwur penggunaaan ruang permukiman memberikan ciri
merupakan sumbangan dari masyarakat. Dan bagi kawasan Menara Kudus yang awalnya sebagai
selama 10 hari acara berlangsung masyarakat juga kawasan permukiman masayarakat dengan mono
ikut bergotong royong mempersiapkan acara dengan functional cenderung berubah menjadi mixed use
budaya guyub. Kondisi masyarakat yang cukup functional (adanya aktivitas wisata religi).
antusias dengan adanya tradisi tersebut
menghasilkan lebih dari 100 relawan dan
masyarakat yang ikut membantu persiapan dan
pelaksanaan acara Buka Luwur.
TH.1880
TH.1922 TH.2016
Arlina A, Agung B. S, Titin W. M: [Aktivitas Wisata Religi Dalam Perubahan Permukiman] 173