345 1628 4 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 17

Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm.

77 - 85

Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame (Osphronemus


gouramy) pada Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Awal
Menetas

Transplantation of Giant Gouramy (Osphronemus gouramy)


Testicular Cells in Early Hatching Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus)
Jasmadi1,*, Odang Carman2, dan Alimuddin2
1
UPT Loka Konservasi Biota Laut Tual, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indonesia.
2
Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Indonesia.
*
E-mail: [email protected]
ARTICLE INFO Abstract
Article history Cell transplantation technology has been widely developed in mammals, but
Received date: less implemented in inland aquaculture fish. Giant gouramy (Osphronemus
gouramy) is one of important comercial aquaculture commodities that has a
29 October 2015 relatively long first reproductive cycle compared to the tilapia (Oreochromis
Received in revised form date: niloticus). Tilapia has a faster reproductive cycle and potential as giant
01 December 2015 gouramy surrogate broodstock. This study was aimed to applicate testicular
Accepted date: cell transplantation technology of giant gouramy in tilapia larvae and to
evaluate its success rate trough donor cell colonization. Tilapia larvae of
07 June 2016 1-2dph (days post hatching) and 3-4dph were injected with ±20.000 giant
Available online date: gouramy testicular cells in the peritoneal cavity, and then groomed for two
30 November 2016 months. Cell colonization of spermatogonium donor was determined by Poly-
merase Chain Reaction (PCR), using giant gouramy F1-Growth Hormone
and R1-Growth Hormone primers. The result of cell dissociation showed
that a bigger giant gouramy (827g) had lower of spermatogonia composition
(4.45%) than a smaller gouramy (608g) (14.96%). Donor cell colonization
in 1-2dph recipient was higher (100%) than in 3-4dph recipient (75%).
Whereas recipient Survival Rate (SR) was 89.34% for 1-2dph recipient and
98.96% for 3-4dph recipient respectively. This study suggests that testicular
cell transplantation technology of giant gouramy could be appllied to tilapia
(Xenotransplantation) and cell transplantation has a better performance in
1-2dph than in 3-4dph recipients. With such success, there is a high potential
that the giant gouramy cultivation can be increased through the cell trans-
plantation technology.
Keywords: Transplantation, Giant gouramy, Testicular cells, Tilapia,
Colonization

Kata kunci: Abstrak


Transplantasi Teknologi transplantasi sel sudah banyak dikembangkan pada mamalia tetapi
Ikan gurame (Osphronemus belum banyak diterapkan pada ikan air tawar. Ikan gurame (Osphronemus
gouramy) gouramy) adalah salah satu komoditas akuakultur ekonomis penting tetapi
Sel testikular relatif lama matang gonad pertama kali dibandingkan dengan ikan nila
(Oreochromis niloticus). Ikan nila memiliki kemampuan matang gonad yang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih cepat dan berpotensi sebagai induk semang ikan gurame. Penelitian ini
Kolonisasi bertujuan untuk mengaplikasikan transplantasi sel testikular ikan gurame ke
larva ikan nila dan mengetahui tingkat keberhasilannya melalui kolonisasi sel
donor. Larva ikan nila umur 1-2 dan 3-4 hari setelah menetas (hsm) diinjeksi
±20.000 sel donor hasil disosiasi pada rongga peritonial, kemudian dipelihara
selama dua bulan. Kolonisasi sel donor ditentukan dengan Polymerase Chain
Reaction (PCR) dengan primer F1GH dan R1GH gurame. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ikan gurame dengan bobot tubuh yang lebih besar
(827g) memiliki komposisi spermatogonia lebih kecil (4,45%) dibanding
donor 608g (14,98%). Tingkat kolonisasi sel pada resipien 1-2hsm lebih
besar (100%) dibandingkan resipien 3-4hsm (75%). Sedangkan tingkat ke-
langsungan hidup resipien setelah injeksi adalah 89,34% pada resipien umur
1-2hsm, dan 98,96% pada resipien umur 3-4hsm. Penelitian ini menunjukkan
bahwa teknologi transplantasi sel dapat diaplikasikan pada ikan gurame ke
ikan nila (Xenotransplantasi), dan transplantasi sel menunjukkan hasil yang
lebih baik pada resipien 1-2hsm daripada resipien 3-4hsm. Dengan keber-
hasilan tersebut produktivitas usaha pengembangan budidaya ikan gurame
berpotensi untuk dapat ditingkatkan melalui teknik transplantasi.
© 2016 Widyariset. All rights reserved

DOI: http://dx.doi.org/10.14203/widyariset.2.2.2016.77-85 77
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

PENDAHULUAN penting bagi pembudidaya ikan air tawar


Teknologi transplantasi adalah bagian khususnya di Indonesia adalah jenis ikan
dari bioteknologi yang saat ini banyak yang memiliki umur matang gonad siap
berkembang di mamalia. Transplantasi memijah relatif lama sekitar 30-36 bulan
sel merupakan pemindahan sel donor ke (SNI 2000) dan kekhasan rasanya membuat
resipien yang bertujuan untuk perekayasaan alasan favorit bagi konsumennya. Sebagai
atau perbaikan fungsi organ pada resipien, salah satu upaya peningkatan produktivitas-
misalnya untuk rekayasa produktivitas nya diperlukan rekayasa reproduksi yang
organ reproduksi. Pengembangan teknologi memerlukan induk pengganti, khususnya
tersebut yang kemudian menjadi inspirasi pada ikan yang lebih cepat matang gonad,
penerapannya pada penelitian di bidang seperti ikan nila. Teknologi transplantasi
perikanan. Teknologi transplantasi sel sel testikular ini sangat berpotensi jika
germinal merupakan teknik yang dikem- diterapkan dengan menggunakan ikan nila
bangkan pertama kali pada ayam, kemu- sebagai induk pengganti (surrogate brood-
dian transplantasi sel spermatogonia pada stock) dan ikan gurame sebagai donor.
mamalia (Brinster and Zimmermann 1994), Selain kekerabatan atau hubungan
sedangkan di bidang perikanan teknologi filogeni, umur resipien saat transplantasi
ini telah dikembangkan oleh (Takeuchi, juga menjadi salah satu faktor penentu
Yoshizaki, and Takeuchi 2003; Okutsu keberhasilan transplantasi sel. Hal ini
et al. 2006; dan Yoshizaki et al. 2010). berkaitan dengan efisiensi kolonisasi dan
Dengan teknologi tersebut ikan rainbow adanya sistem imun resipien (Manning
trout (donor) dapat dihasilkan dengan cara and Nakanishi 1996). Untuk mengetahui
mengawinkan ikan salmon masu yang telah keberhasilan transplantasi sel pada ikan
ditransplantasi. Walaupun demikian peneli- nila diperlukan kajian tentang faktor-faktor
tian transplantasi pada ikan air tawar belum penentu tersebut. Oleh karena itu perlu
banyak dilakukan. Padahal keberhasilan- adanya studi mengenai efektivitas keber-
nya sangat membantu dalam peningkatan hasilan transplantasi pada larva ikan nila
produktivitas dan nilai ekonomisnya. Hal dilihat dari umur larva setelah menetas.
ini diduga disebabkan adanya anggapan Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
bahwa teknologi reproduksi konvensional keberhasilan transplantasi sel testikular
masih dirasa cukup menguntungkan dan ikan gurame ke larva ikan nila dengan
relatif murah di samping karena minimnya umur berbeda melalui kolonisasi sel donor.
referensi teknologi ini pada ikan air tawar.
Keberhasilan teknologi transplantasi tidak
hanya terjadi pada jenis donor dan resipien METODE PENELITIAN
yang dekat hubungan filogeninya (Takeu- Bahan Penelitian
chi, Yoshizaki, and Takeuchi 2004) tetapi
juga memberikan harapan terhadap objek Ikan resipien
yang jauh hubungan filogeninya (Yazawa Induk ikan nila yang digunakan dalam
et al. 2010; Majhi et al. 2009). Dengan penelitian ini adalah strain nila
demikian sangat memungkinkan teknologi Bogor Enhanced Strain Tilapia (BEST)
ini untuk diaplikasikan pada jenis ikan air (Gustiano 2009) yang diperoleh dari Balai
tawar yang bernilai ekonomi seperti nila, Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
gurame, patin, lele, dan lain-lain. Bogor. Bobot induk ikan nila yang
Ikan gurame (Osphronemus gouramy) digunakan adalah 350-500 g yang di-
yang merupakan ikan bernilai ekonomi pelihara dalam akuarium berdimensi

78
Jasmadi dkk. | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

60x50x50 cm3 dan berisi air sebanyak ¾ Penyediaan sel donor untuk transplantasi
bagian dari volume total akuarium. Aerasi Transplantasi diawali dengan penyiapan
diberikan sebagai suplai oksigen untuk sel gonad ikan donor (ikan gurame jantan)
kebutuhan ikan nila lebih dari 3ppm (SNI melalui proses disosiasi. Ikan donor
2009). Setiap akuarium diisi satu induk dibedah untuk diambil gonadnya dan
ikan untuk mencegah terjadinya kontak dibersihkan dari lemak dan jaringan lain
fisik antar-ikan dan untuk memudahkan yang menempel. Gonad dipotong-potong
dalam pemijahan. Pakan (protein 35-40%) menjadi ukuran sekitar 5 mm di dalam
diberikan selama masa pemeliharaan 3-5 cawan petri dan dicacah selama 3-5 menit.
kali pada setiap harinya, agar nutrisi induk Sebanyak 1-2 ml PBS (Phosphate Buffer
terpenuhi dengan baik dan untuk menjaga Saline) yang mengandung tripsin 0,5%
kualitas telur dan spermanya. Air disifon ditambahkan, kemudian dicacah kembali
setiap hari dan diganti setiap tiga hari untuk 3-5 menit sampai keruh. Cacahan tersebut
menjaga kualitas air. dipipet-teteskan (pipetting) menggunakan
Ikan donor mikropipet sampai berbuih membentuk
Ikan gurame jantan dengan bobot 600-900 suspensi sel. Suspensi sel tersebut disaring
g/ekor diperoleh dari wilayah Kayumanis, dengan saringan 60 μm dan dimasukkan ke
Bogor, Jawa Barat. Sebelum diambil gonad- dalam microtube, kemudian disentrifugasi
nya untuk transplantasi ikan gurame di- pada kecepatan 12.000 rpm selama sepuluh
pelihara di hapa ukuran 3x1,5x1 m3 pada menit sampai sel mengendap. Supernatan
kolam pemeliharaan dan diberi pakan daun dibuang dan diganti dengan PBS sebanyak
sente (Alocasia macrorrhiza) sampai dengan 200-400 μl untuk menjaga sel agar tidak
digunakan sebagai donor sel testikular. rusak dan memutus kerja dari tripsin.
Suspensi sel dihomogenasi dan dihitung ke-
Persiapan Resipien untuk Transplantasi padatannya menggunakan hemositometer.
Induk ikan nila dipijahkan dengan per- Kepadatan sel diatur menjadi 20.000
bandingan jantan dan betina 1:1, kemudian sel/0,5 μl atau 40.000 sel/μl PBS sesuai
telur dan sperma dikeluarkan dengan cara dengan kebutuhan untuk transplantasi.
mengurut bagian perut (stripping) ke arah Transplantasi
urogenital. Larutan NaCl 0,9% diberikan
untuk menjaga kualitas telur sebelum Jarum mikroinjeksi dipasang pada needle
dilakukan fertilisasi. holder dan diisi dengan minyak mineral
yang terdapat pada alat micromanipulator
Sebanyak 150 butir telur dicampurkan
yang terpasang dengan mikroskop “Stemi
dengan sperma sebanyak 0,15-0,2 ml (tanpa
DV4, Zeiss”. Larva ikan nila umur 1-2
pengenceran) ke dalam cawan petri dan di-
hari, umur 3-4 hari setelah penetasan di-
tambahkan larutan fisiologis (NaCl 0,9%).
injeksi sebanyak ±20.000 sel. Larva hasil
Digunakan bulu ayam untuk mencampur
penyuntikan dipelihara sampai umur seki-
telur dan sperma. Air ditambahkan ke
tar dua bulan di dalam akuarium 60x50x50
dalam cawan petri berisi sperma dan telur,
cm3. Ikan hasil penyuntikan diberikan
pada waktu pencampuran tersebut dihitung
pakan berupa cacing sutra selama dua
sebagai waktu fertilisasi yang kemudian
minggu secara ad satiation. Selama peme-
diinkubasi dalam akuarium untuk proses
liharaan diberi pakan pellet F999 protein
penetasan. Larva hasil penetasan tersebut
38% secara ad satiation. Air disifon satu
dipelihara dalam wadah yang sama sampai
kali dalam sehari dan diganti 80% setiap
dilakukan proses transplantasi.

79
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

tiga hari. Kelangsungan hidup (SR) larva pada gel agarosa 1% dan visualisasi DNA
diamati sampai hari ke-7 setelah penyunti- menggunakan sinar UV.
kan untuk mengetahui tingkat ketahanan
larva terhadap penyuntikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis PCR
Disosiasi Sel Testikular Ikan Donor
Konfirmasi keberhasilan dari penyunti-
kan (mikroinjeksi sel testikular donor Ikan gurame pada penelitian ini memperli-
pada resipien) menggunakan analisis hatkan hasil yang berbeda antar-individu.
polymerase chain reaction (PCR). Ikan Jumlah spermatogonia pada donor 827g
diambil secara acak dari populasi, DNA sebanyak 6.300.000 sel (4,45%) sedang-
diekstraksi dari ikan resipien umur satu kan pada donor 608g sebanyak 4.000.000
hari setelah penyuntikan menggunakan kit sel (14,98%) (Tabel 1). Hal ini juga ber-
isolasi DNA (Gentra, Minneapollis-USA) pengaruh terhadap persentase spermatogo-
dengan prosedur seperti dalam manual. nia pada setiap donor, yaitu donor pertama
DNA campuran (resipien dan donor) dengan bobot tubuh yang lebih tinggi
disimpan pada suhu -200C atau langsung memiliki persentase spermatogonia yang
dilakukan proses PCR. Analisis kemurnian lebih rendah (4,54%) dibandingkan dengan
DNA hasil ekstraksi dapat dilakukan donor kedua (14,98%). Semakin tinggi
dengan menggunakan GeneQuant. Sedang- bobot tubuh ikan gurame, maka semakin
kan tingkat kolonisasi sel donor pada gonad rendah persentase spermatogonia yang
resipien dapat diketahui dengan analisis terkandung dalam gonadnya (Alimuddin,
PCR pada gonad ikan resipien dua bulan M. Zairin Jr., and Arfah 2009).
setelah penyuntikan.
PCR dilakukan menggunakan primer
GH (Growth hormone) ikan gurame,
yaitu F1GH (5’-TGTTCTCTGACGG-
CGTGGTT-3’) dan R1GH (5’-GCAA-
CAAAAAACCACCAGAAAGAG-3’)
dengan program seperti berikut. Pre-
denaturasi 930C selama tiga menit,
denaturasi 940C selama 30 detik, annealing Gambar 1. Sel testikular ikan donor hasil disosiasi
580C selama 30 detik, ekstensi 720C selama menggunakan PBS yang mengandung tripsin 0,5%.
Spermatogonia ditunjukkan oleh anak panah.
45 detik, dan final ekstensi 720C selama tiga
menit, sebanyak 45 siklus (Achmad 2009). Sel donor khususnya sel sperma-
PCR untuk kontrol internal loading DNA togonia dalam bentuk tunggal (terpisah
dilakukan dengan menggunakan primer dari jaringan gonad dan sel germinal lain-
tiβ-aktin (F: 5’-GTGCCCATCTACGAG- nya) yang viable (hidup) dan berpotensi
GGTTA-3’ R : 5’-TTTGATGTCACG- untuk berkembang ataupun berdiferensiasi
CACGATTT-3’) Elektroforesis dilakukan di dalam gonad resipien dapat diperoleh

Tabel 1. Hasil disosiasi sel gonad ikan donor, gurame


Bobot tubuh Bobot gonad ∑ sel testikular Jumlah spermatogonia Persentase spermatogonia
Donor
(g) (g) (sel) (sel) (%)
1 827 0,1513 138.625.000 6.300.000 4,54
2 608 0,1169 26.704.000 4.000.000 14,98

80
Jasmadi dkk. | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

dengan cara disosiasi sel (pemisahan sel ke resipien (larva) diperkirakan lebih dari
dari jaringan). Menurut Kobayashi et al. sama dengan satu berbanding 10.000 sel
(2004), selain tingkat kemurnian sel donor, resipien.
viabilitasnya juga dapat memengaruhi
kemampuan diferensiasi menjadi sel
germinal pada resipien. Pada penelitian
ini telah berhasil diperoleh sel testikular
hasil disosiasi gonad ikan donor menggu-
nakan tripsin 0,5% di dalam larutan PBS.
Disosiasi sel menggunakan tripsin-
phosphate buffer saline (Trip-PBS) 0,5%
dengan lama inkubasi kurang dari atau
selama dua jam diperoleh suspensi sel
testikular ikan gurame dengan viabilitas Gambar 2. A) Analisis PCR DNA larva 1 hari
96,77-100% (Alimuddin, M. Zairin Jr., and setelah penyuntikan sel donor menggunakan
marka molekular spesifik GH-Gurame (konfirmasi
Arfah 2009). Berdasarkan kriteria ukuran keberhasilan penyuntikan). M, marker; 1-5, DNA
sel spermatogonia ikan gurame (5-15 µm) sampel larva; G, DNA ikan gurame sebagai kontrol
(Mauluddin 2009), jumlah dan persentase positif; N, DNA ikan nila sebagai kontrol negatif;
sel spermatogonia hasil disosiasi sel (-) Kontrol bahan pada proses PCR. B) PCR
menggunakan primer Ti β-actin sebagai kontrol
testikular dapat dilihat pada Gambar 1.
internal.
Analisis PCR pada DNA Resipien 1
Hari Setelah Penyuntikan Tingkat Kelangsungan Hidup Resipien
Lima sampel (lane 1-5) yang diperiksa Tingkat kelangsungan hidup resipien
dengan PCR menggunakan marka moleku- tujuh hari setelah penyuntikan menunjuk-
lar spesifik GH-gurame memperlihatkan kan kecenderungan peningkatan seiring
pita DNA sesuai dengan pita kontrol positif dengan semakin meningkatnya umur
DNA ikan gurame (G) berukuran 340 pb resipien pada saat penyuntikan dilakukan
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa (Tabel 2). Terlihat bahwa tingkat kelangsun-
penyuntikan sel donor telah berhasil masuk gan hidup larva (Survival Rate) paling ting-
ke rongga perut ikan resipien. Teknik PCR gi adalah kontrol, kemudian diikuti dengan
menggunakan primer spesifik tersebut perlakuan penyuntikan pada larva umur
telah diuji tingkat sensitivitas dan spesi- 3-4 hari (98,96%) dan paling rendah adalah
fisitasnya (Achmad 2009). Teknik PCR perlakuan penyuntikan pada larva umur
ini mampu mendeteksi DNA ikan gurame 1-2 hari (89,34%) (Tabel. 2). Diduga umur
dengan konsentrasi 1 ng/μl di dalam 700 larva yang masih muda memiliki daya tahan
ng/μl DNA ikan nila. Apabila konsentrasi tubuh lemah dan rentan terhadap gangguan
DNA tersebut dikonversi ke dalam jum- fisik dari luar yang berupa teknis penyunti-
lah sel melalui analisis ekstraksi DNA kan. Teknis penyuntikan ini berisiko men-
menunjukkan bahwa teknik PCR tersebut genai organ lain yang dapat menyebabkan
mampu mendeteksi satu sel ikan gurame kerusakan organ sehingga larva mudah
yang terdapat di dalam 10.000 sel ikan mati ketika selesai disuntik. Takeuchi et al.
nila (Achmad 2009) atau dengan kata lain (2009) menyatakan bahwa donor type
bahwa teknik PCR ini memiliki sensitivitas A spermato-gonia (type A SG), bahwa
yang cukup tinggi. Dengan demikian nilai resipien yang lebih kecil memiliki tingkat
rasio jumlah sel donor yang disuntikkan kelangsungan hidup yang lebih kecil

81
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

juga. Keadaan ini diperlihatkan dengan kan (proses transplantasi) (Takeuchi,


menurunnya SR larva dari 63,3% (pada Yoshizaki, and Takeuchi 2003). Dengan
resipien ikan nibe larva ukuran 6 mm) mengacu hasil penelitian Takeuchi,
menjadi 2,9% (pada resipien 3 mm). Yoshizaki, and Takeuchi (2003), maka pe-
Kemampuan teknis dalam metode meriksaan gonad resipien (ikan nila) dalam
mikroinjeksi sendiri memiliki peran rangka untuk mengetahui perkembangan
penting terhadap keberhasilan masuknya sel donor pada penelitian ini masih layak
sel donor ke dalam rongga perut resipien. dilakukan pada resipien berumur dua bulan
Selain itu penguasaan teknis penyuntikan setelah transplantasi.
secara tidak langsung juga dapat me- Proses kolonisasi (penggabungan) sel
mengaruhi tingkat kelangsungan hidup donor ke gonad resipien diawali dengan
resipien pada saat penyuntikan dilakukan. proses migrasi sel donor ke jaringan bakal
Menurut Ath-thar et al. (2008) dengan gonad (genital ridge) dari ikan resipien.
menggunakan teknik mikroinjeksi pada Menurut Yoshizaki et al. (2010) proses
embrio memungkinkan adanya teknis migrasi primordial germ cell (PGC)
injeksi yang membuat rusaknya jaringan diawali disekresikannya chemokine
tertentu sehingga menyebabkan telur tidak stromal derived factor-1 (SDF-1) oleh sel
dapat menetas setelah dilakukan penyunti- somatik bakal gonad resipien, PGC (sel
kan. donor) tersebut kemudian mengekspresi-
kan reseptor CXC-chemokine receptor
Tabel 2. Survival rate (SR) larva hingga tujuh hari
setelah penyuntikan. 4 (CXCR-4) dan bermigrasi ke bakal
gonad menggunakan pseudopodia. Apabila
Umur resipien saat penyuntikan Survival
No
sel donor Rate (%) telah mencapai daerah bakal gonad, PGC
mengalami penggabungan (terkolonisasi)
1 Kontrol (tanpa penyuntikan) 100
dengan gonad resipien.
2 Hari Ke 1-2 89,34
Berdasarkan deteksi sel gonad
3 Hari Ke 3-4 98,96
resipien dengan menggunakan teknik
PCR tersebut dapat dikatakan bahwa ke-
Analisis PCR Gonad Resipien berhasilan kolonisasi dengan melakukan
Konfirmasi kolonisasi sel donor pada penyuntikan terhadap resipien berumur
gonad resipien umur dua bulan setelah 1-2 hari setelah menetas adalah 100%
transplantasi dilakukan karena gonad (Gambar 3). Keberhasilan ini diduga karena
ikan nila yang berumur ± dua bulan telah rejection immune system resipien belum
berkembang dan jika dilakukan pembeda- berkembang dengan sempurna sehingga
han, gonad sudah terlihat secara jelas dan resipien masih mampu menerima sel donor
mudah diambil serta dipisahkan dari organ dari luar yang dimasukkan ke dalam rongga
lainnya untuk diekstraksi DNA-nya. Waktu peritonialnya. Seperti dinyatakan oleh
± dua bulan diduga merupakan waktu Takeuchi, Yoshizaki, and Takeuchi (2003)
yang tepat untuk menentukan apakah sel bahwa sel donor tidak terkolonisasi di dalam
donor dapat berkembang atau tidak di tubuh resipien ketika resipien (rainbow
dalam gonad ikan resipien. Seperti yang trout) yang digunakan telah berumur 45
telah diketahui sebelumnya bahwa tingkat hari setelah fertilisasi. Hal ini diduga oleh
kolonisasi atau perkembangan sel donor adanya kemampuan ikan menolak adanya
pada resipien (ikan rainbow trout) sudah sel asing dari luar. Pada beberapa spesies
dapat ditentukan dan dideteksi pada waktu ikan yang baru menetas sistem imun masih
sepuluh hari setelah dilakukan penyunti- relatif belum berkembang baik (Manning

82
Jasmadi dkk. | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

and Nakanishi 1996). Dengan demikian larva resipien yang disuntik pada umur
sel donor masih dapat berkembang di 3-4 hari menunjukkan adanya resipien
dalam tubuh resipien. Sebagai contoh ikan yang tidak membawa sel donor (sampel
yang sudah dapat menolak sel donor pada ke-4) dalam gonadnya (Gambar 4), diduga
umur tertentu adalah ikan mas umur 16 bahwa sistem immune rejection sudah
hari setelah menetas pada suhu 20-220C, mulai berkembang pada hari ke-3 setelah
Xiphophorus maculates 23 hari setelah menetas. Keadaan ini menunjukkan bahwa
fertilisasi pada suhu 200C dan pada sel donor gagal berkembang dan terkolo-
rainbow trout 14 hari setelah menetas pada nisasi di dalam gonad resipien. Dengan
suhu 140C (Nakanishi 1986). demikian keberhasilan kolonisasi hanya
Berbeda dengan hasil PCR terhadap mencapai 75% dari empat sampel yang
resipien yang disuntik pada umur 1-2 hari diperiksa gonadnya. Kasus yang sama
setelah menetas. Hasil deteksi terhadap juga terjadi terhadap hasil penelitian lain-

Gambar 3. A) Analisis PCR DNA sampel resipien Gambar 4. A) Analisis PCR DNA sampel resipien
(yang disuntik pada umur 1-2 hari setelah menetas) (yang disuntik pada umur 3-4 hari setelah menetas)
dua bulan setelah penyuntikan menggunakan marka dua bulan setelah penyuntikan menggunakan marka
molekular spesifik GH-Gurame. M, marker; (-), molekular spesifik GH-Gurame. M, marker; 1-4,
kontrol negatif bahan PCR, N, DNA ikan nila; G, DNA sampel resipien yang berumur dua bulan
DNA ikan gurame; a-f, DNA sampel resipien yang setelah penyuntikan; G, DNA ikan gurame; N,
berumur dua bulan setelah penyuntikan. B) PCR DNA ikan nila; (-), kontrol negatif bahan PCR.
menggunakan primer Ti β-aktin sebagai kontrol B) PCR menggunakan primer Ti β-aktin sebagai
internal. kontrol internal.

nya yang menggunakan PGC ikan donor genital ridge-nya sehingga sel donor dapat
(rainbow trout) (Takeuchi, Yoshizaki, and terkolonisasi. Seperti yang dijelaskan oleh
Takeuchi 2003). Takeuchi, Yoshizaki, and Takeuchi (2003)
Pada penelitian yang menggunakan bahwa hilangnya kondisi lingkungan di
PGC dari umur embrio donor yang sama, dalam peritoneal cavity resipien ikan
kemudian ditransplantasikan ke resipien rainbow trout yang mampu mengarahkan
dengan umur berbeda (35, 40, dan 45 PGC donor hasil transplantasi bermigrasi
days post fertilization, (dpf)) menunjuk- ke genital ridge-nya ketika resipien ber-
kan adanya penurunan tingkat kolonisasi umur antara 40 dan 45 dpf. Selain itu bebe-
yang signifikan terhadap sel donor pada rapa faktor yang memengaruhi keberhasilan
resipien umur 45-dpf pada waktu 30 hari dari transplantasi adalah hubungan genetik,
setelah transplantasi. Hal ini diduga bahwa respon lingkungan mikro di dalam resipien
umur resipien memiliki pengaruh penting seperti keberadaan sel sertoli (Doitsidou et
dalam memberikan lingkungan di dalam al. 2002; Yazawa et al. 2010). Dilaporkan
peritoneal (micro-environment) yang oleh Takeuchi et al. (2009) donor type A
mampu mengarahkan migrasi sel donor ke spermatogonia (type A SG Keberhasilan

83
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

transplantasi berdasarkan tingkat kolonisasi Ath-thar, MH. Fariduddin, Komar


ini termasuk kategori relatif tinggi jika Sumatadinata, Alimuddin, dan Rudhy
dibandingkan dengan hasil transplantasi Gustiano. 2008. “Efektivitas Promoter
β-Actin Ikan Medaka Oryzias
ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) Latipes dengan Penanda Gen hrGFP
(Okutsu et al. 2006). Pada penelitian (Humanized Renilla Reniformis
selanjutnya perlu dilakukan karakterisasi Green Fluorescent Protein) pada Ikan
sperma dan telur fungsional ikan transplan Lele Clarias Gariepinus Keturunan
untuk mengetahui perkembangan sperma F0.” Jurnal Riset Akuakultur 3(2):
199–207.
dan telur ikan donor pada ikan resipien
sampai dengan potensi menghasilkan Brinster, Ralph L., and James W. Zim-
keturunan yang diharapkan. mermann. 1994. “Spermatogenesis
Following Male Germ Cell Trans-
plantation.” In Proceedings of the
National Academy of Sciences of the
KESIMPULAN United States of America, 91:11298–
Transplantasi sel testikular ikan gurame 302.
pada larva ikan nila awal menetas telah Doitsidou, Maria, Michal Reichman-fried,
berhasil dilakukan. Resipien umur 1-2 hari Jurg Stebler, Marion Koprunner,
memiliki tingkat keberhasilan yang lebih Julia Dorries, Dirk Meyer, Camila V.
baik. Esguerra, Tin Chung Leung, and Erez
Raz. 2002. “Guidance of Primordial
Germ Cell Migration by the Chemo-
kine SDF-1.” Cell 111: 647–59.
UCAPAN TERIMAKASIH
Gustiano, Rudhy. 2009. “Ikan Nila BEST ;
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Unggulan Baru, Harapan Mutu.”
Prof. Dr. Endang Tri Margawati dan Trobos.
Dr. Odang Carman sebagai pembimbing
Kobayashi, Terumasa, Goro Yoshizaki,
selama penyusunan karya ilmiah ini. Yutaka Takeuchi, and Toshio Takeu-
Penulis juga mengucapkan terima kasih chi. 2004. “Isolation of Highly Pure
kepada Dr. Alimuddin atas bimbingan and Viable Primordial Germ Cells
selama penelitian, penyusunan karya tulis from Rainbow Trout by GFP-Depen-
dan sekaligus membantu pembiayaan dent Flow Cytometry.” Molecular
Reproduction and Development
penelitian ini. 67(1): 91–100. doi:10.1002/
mrd.20003.

DAFTAR ACUAN Majhi, Sullip K, Ricardo S Hattori,


Masashi Yokota, Seiichi Watanabe,
Achmad, Marlina. 2009. “Pengembangan and Carlos A Strüssmann. 2009.
Marka Molekuler DNA dalam “Germ Cell Transplantation Using
Identifikasi Sel Gonad Ikan Gurame Sexually Competent Fish: An
(Osphronemus gouramy) dan Ikan Approach for Rapid Propagation
Nila (Oreochromis niloticus) Meng- of Endangered and Valuable
gunakan PCR.” Institut Pertanian Germlines.” PloS One 4(7): e6132.
Bogor. doi:10.1371/journal.pone.0006132.
Alimuddin, M. Zairin Jr., dan Harton Arfah. Manning, Margaret J., and Teruyuki
2009. Teknologi Transplantasi Sel Nakanishi. 1996. “The Specific
Testikular dalam Rekayasa Produksi Immune System : Cellular Defenses.
Benih Ikan Gurame (Osphronemus ”In The Fish Immune System:
gouramy). Laporan hasil Penelitian Organism, Pathogen, and Environ-
Strategis Internasional IPB. ment, edited by George Iwama and

84
Jasmadi dkk. | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

Teruyuki Nakanishi, 159–205. New Takeuchi, Yutaka, Kentaro Higuchi,


York: Academic Press, Inc. Takashi Yatabe, Misako Miwa,
and Goro Yoshizaki. 2009. “De-
Mauluddin. 2009. “Studi Mengenai velopment of Spermatogonial Cell
Morfologi dan Komposisi Sel Transplantation in Nibe Croaker,
Testikular Ikan Gurame (Osphro- Nibea Mitsukurii (Perciformes,
nemus gouramy, Lac.)” Institut Sciaenidae).” Biology of Reproduction
Pertanian Bogor. 1063: 1055–63. doi:10.1095/biolre-
Nakanishi, Teruyuki. 1986. “Ontogenetic prod.109.077701.
Development of the Immune Takeuchi, Yutaka, Goro Yoshizaki, and
Response in the Marine.” Bulletin Toshio Takeuchi. 2003. “Generation
of the Japanese Society of Scientific of Live Fry from Intraperitoneally
Fisherie, August. Transplanted Primordial Germ Cells
Okutsu, Tomoyuki, Kensuke Suzuki, in Rainbow Trout.” Biology of Repro-
Yutaka Takeuchi, Toshio Takeuchi, duction 69: 1142–49. doi:10.1095/
and Goro Yoshizaki. 2006. “Tes- biolreprod.103.017624.
ticular Germ Cells Can Colonize ———. 2004. “Surrogate Broodstock
Sexually Undifferentiated Embryonic Produces Salmonids.” Nature 430:
Gonad and Produce Functional 629–30. www.nature.com/nature.
Eggs in Fish.” In Proceedings of the
National Academy of Sciences of the Yazawa, Ryosuke,Yutaka Takeuchi, Kentaro
United States of America, 103:2725– Higuchi, Takashi Yatabe, Naoki
29. doi:10.1073/pnas.0509218103. Kabeya, and Goro Yoshizaki. 2010.
“Chub Mackerel Gonads Support
SNI. 2000. Induk Ikan Gurame Colonization, Survival, and Prolifer-
(Osphronemus gouramy, Lac) ation of Intraperitoneally Transplant-
Kelas Induk Pokok (Parent Stock). ed Xenogenic Germ Cells.” Biology
Indonesia. of Reproduction 82(5): 896–904.
———. 2009. Produksi Ikan Nila doi:10.1095/biolreprod.109.081281.
(Oreochromis niloticus bleeker) Yoshizaki, G, T Okutsu, M Ichikawa, M
Kelas Pembesaran di Kolam Air Hayashi, and Y Takeuchi. 2010.
Tenang. Indonesia. “Sexual Plasticity of Rainbow Trout
Germ Cells.” Animal Reproduction
7(3): 187–96.

85
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

PENDAHULUAN Ikan gurame (Osphronemus gouramy)


Teknologi transplantasi adalah bagian yang merupakan ikan bernilai ekonomi
dari bioteknologi yang saat ini banyak penting bagi pembudidaya ikan air tawar
berkembang di mamalia. Transplantasi khususnya di Indonesia adalah jenis ikan
sel merupakan pemindahan sel donor ke yang memiliki umur matang gonad siap
resipien yang bertujuan untuk perekayasaan memijah relatif lama sekitar 30-36 bulan
atau perbaikan fungsi organ pada resipien, (SNI 2000) dan kekhasan rasanya membuat
misalnya untuk rekayasa produktivitas alasan favorit bagi konsumennya. Sebagai
organ reproduksi. Pengembangan teknologi salah satu upaya peningkatan produktivitas-
tersebut yang kemudian menjadi inspirasi nya diperlukan rekayasa reproduksi yang
penerapannya pada penelitian di bidang memerlukan induk pengganti, khususnya
perikanan. Teknologi transplantasi sel pada ikan yang lebih cepat matang gonad,
germinal merupakan teknik yang di- seperti ikan nila. Teknologi transplantasi
kembangkan pertama kali pada ayam, sel testikular ini sangat berpotensi jika
kemudian transplantasi sel spermatogonia diterapkan dengan menggunakan ikan nila
pada mamalia (Brinster and Zimmermann sebagai induk pengganti (surrogate brood-
1994). Teknologi yang sama juga telah stock) dan ikan gurame sebagai donor.
dikembangkan di bidang teknologi Selain kekerabatan atau hubungan
perikanan (Takeuchi, Yoshizaki, and filogeni, umur resipien saat transplantasi
Takeuchi 2003; Okutsu et al. 2006; dan juga menjadi salah satu faktor penentu
Yoshizaki et al. 2010). Dengan teknologi keberhasilan transplantasi sel. Hal ini
tersebut ikan rainbow trout (donor) dapat berkaitan dengan efisiensi kolonisasi dan
dihasilkan dengan cara mengawinkan adanya sistem imun resipien (Manning
ikan salmon masu yang telah ditrans- and Nakanishi 1996). Untuk mengetahui
plantasi. Walaupun demikian penelitian keberhasilan transplantasi sel pada ikan
transplantasi pada ikan air tawar belum nila diperlukan kajian tentang faktor-faktor
banyak dilakukan. Padahal keberhasilan- penentu tersebut. Oleh karena itu perlu
nya sangat membantu dalam peningkatan adanya studi mengenai efektivitas keber-
produktivitas dan nilai ekonomisnya. Hal hasilan transplantasi pada larva ikan nila
ini diduga disebabkan adanya anggapan dilihat dari umur larva setelah menetas.
bahwa teknologi reproduksi konvensional Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji
masih dirasa cukup menguntungkan dan keberhasilan transplantasi sel testikular
relatif murah di samping karena minimnya ikan gurame ke larva ikan nila dengan
referensi teknologi ini pada ikan air tawar. umur berbeda melalui kolonisasi sel donor.
Keberhasilan teknologi transplantasi tidak
hanya terjadi pada jenis donor dan resipien
yang dekat hubungan filogeninya (Takeu- METODE PENELITIAN
chi, Yoshizaki, and Takeuchi 2004) tetapi Bahan Penelitian
juga memberikan harapan terhadap objek
yang jauh hubungan filogeninya (Yazawa Ikan resipien
et al. 2010; Majhi et al. 2009). Dengan Induk ikan nila yang digunakan dalam
demikian sangat memungkinkan teknologi penelitian ini adalah strain nila
ini untuk diaplikasikan pada jenis ikan air Bogor Enhanced Strain Tilapia (BEST)
tawar yang bernilai ekonomi seperti nila, (Gustiano 2009) yang diperoleh dari Balai
gurame, patin, lele, dan lain-lain. Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,

78
Jasmadi (dkk.) | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

Bogor. Bobot induk ikan nila yang dipelihara dalam wadah yang sama sampai
digunakan adalah 350-500 g yang di- dilakukan proses transplantasi.
pelihara dalam akuarium berdimensi Penyediaan sel donor untuk transplantasi
60x50x50 cm3 dan berisi air sebanyak ¾
Transplantasi diawali dengan penyiapan
bagian dari volume total akuarium. Aerasi
sel gonad ikan donor (ikan gurame jantan)
diberikan sebagai suplai oksigen untuk
melalui proses disosiasi. Ikan donor
kebutuhan ikan nila lebih dari 3 ppm (SNI
dibedah untuk diambil gonadnya dan
2009). Setiap akuarium diisi satu induk
dibersihkan dari lemak dan jaringan lain
ikan untuk mencegah terjadinya kontak
yang menempel. Gonad dipotong-potong
fisik antar-ikan dan untuk memudahkan
menjadi ukuran sekitar 5 mm di dalam
dalam pemijahan. Pakan (protein 35-40%)
cawan petri dan dicacah selama 3-5 menit.
diberikan selama masa pemeliharaan 3-5
Sebanyak 1-2 ml Phosphate Buffer Saline
kali pada setiap harinya, agar nutrisi induk
(PBS) yang mengandung tripsin 0,5%
terpenuhi dengan baik dan untuk menjaga
ditambahkan, kemudian dicacah kembali
kualitas telur dan spermanya. Air disifon
3-5 menit sampai keruh. Cacahan tersebut
setiap hari dan diganti setiap tiga hari untuk
dipipet-teteskan (pipetting) menggunakan
menjaga kualitas air.
mikropipet sampai berbuih membentuk
Ikan donor suspensi sel. Suspensi sel tersebut disaring
Ikan gurame jantan dengan bobot 600-900 dengan saringan 60 μm dan dimasukkan ke
g/ekor diperoleh dari wilayah Kayumanis, dalam microtube, kemudian disentrifugasi
Bogor, Jawa Barat. Sebelum diambil gonad- pada kecepatan 12.000 rpm selama sepuluh
nya untuk transplantasi, ikan gurame di- menit sampai sel mengendap. Supernatan
pelihara di hapa ukuran 3x1,5x1 m3 pada dibuang dan diganti dengan PBS sebanyak
kolam pemeliharaan dan diberi pakan daun 200-400 μl untuk menjaga sel agar tidak
sente (Alocasia macrorrhiza) hingga ikan rusak dan memutus kerja dari tripsin.
digunakan sebagai donor sel testikular. Suspensi sel dihomogenasi dan dihitung ke-
Persiapan Resipien untuk Transplantasi padatannya menggunakan hemositometer.
Kepadatan sel diatur menjadi 20.000
Induk ikan nila dipijahkan dengan per- sel/0,5 μl atau 40.000 sel/μl PBS sesuai
bandingan jantan dan betina 1:1, kemudian dengan kebutuhan untuk transplantasi.
telur dan sperma dikeluarkan dengan cara Transplantasi
mengurut bagian perut (stripping) ke arah
urogenital. Larutan NaCl 0,9% diberikan Jarum mikroinjeksi dipasang pada needle
untuk menjaga kualitas telur sebelum holder dan diisi dengan minyak mineral
dilakukan fertilisasi. yang terdapat pada alat micromanipulator
Sebanyak 150 butir telur dicampurkan yang terpasang dengan mikroskop “Stemi
dengan sperma sebanyak 0,15-0,2 ml (tanpa DV4, Zeiss”. Larva ikan nila umur 1-2
pengenceran) ke dalam cawan petri dan di- hari, umur 3-4 hari setelah penetasan di-
tambahkan larutan fisiologis (NaCl 0,9%). injeksi sebanyak ±20.000 sel. Larva hasil
Digunakan bulu ayam untuk mencampur penyuntikan dipelihara sampai umur seki-
telur dan sperma. Air ditambahkan ke tar dua bulan di dalam akuarium 60x50x50
dalam cawan petri berisi sperma dan telur, cm3. Ikan hasil penyuntikan diberikan
dan waktu pencampuran tersebut dihitung pakan berupa cacing sutra selama dua
sebagai waktu fertilisasi yang kemudian minggu secara ad satiation. Selama pe-
diinkubasi dalam akuarium untuk proses meliharaan diberi pakan pellet F999 protein
penetasan. Larva hasil penetasan tersebut 38% secara ad satiation. Air disifon satu

79
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

kali dalam sehari dan diganti 80% setiap 5’-TTTGATGTCACGCACGATTT-3’)


tiga hari. Kelangsungan hidup (SR) larva Elektroforesis dilakukan pada gel agarosa
diamati sampai hari ke-7 setelah penyuntik- 1% dan visualisasi DNA menggunakan
an untuk mengetahui tingkat ketahanan sinar UV.
larva terhadap penyuntikan.
Analisis PCR
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konfirmasi keberhasilan dari penyuntik- Disosiasi Sel Testikular Ikan Donor
an (mikroinjeksi sel testikular donor
pada resipien) menggunakan analisis Ikan gurame pada penelitian ini memperli-
polymerase chain reaction (PCR). Ikan hatkan hasil yang berbeda antar-individu.
diambil secara acak dari populasi, DNA Jumlah spermatogonia pada donor 827 g
diekstraksi dari ikan resipien umur satu sebanyak 6.300.000 sel (4,45%) sedangkan
hari setelah penyuntikan menggunakan kit pada donor 608 g sebanyak 4.000.000 sel
isolasi DNA (Gentra, Minneapollis-USA) (14,98%) (Tabel 1). Hal ini juga ber-
dengan prosedur seperti dalam manual. pengaruh terhadap persentase spermato-
DNA campuran (resipien dan donor) gonia pada setiap donor, yaitu donor
disimpan pada suhu -20 0C atau langsung pertama dengan bobot tubuh yang lebih
dilakukan proses PCR. Analisis kemurnian tinggi memiliki persentase spermatogonia
DNA hasil ekstraksi dapat dilakukan yang lebih rendah (4,54%) dibandingkan
dengan menggunakan GeneQuant. Sedang- dengan donor kedua (14,98%). Semakin
kan tingkat kolonisasi sel donor pada gonad tinggi bobot tubuh ikan gurame, maka
resipien dapat diketahui dengan analisis semakin rendah persentase spermato-
PCR pada gonad ikan resipien dua bulan gonia yang terkandung dalam gonadnya
setelah penyuntikan. (Alimuddin, M. Zairin Jr., and Arfah 2009).
PCR dilakukan menggunakan primer
Growth hormone (GH) ikan gurame,
yaitu F1GH (5’-TGTTCTCTGACGG-
CGTGGTT-3’) dan R1GH (5’-GCAA-
CAAAAAACCACCAGAAAGAG-3’)
dengan program seperti berikut. Pre-
denaturasi 93 0C selama tiga menit,
denaturasi 94 0C selama 30 detik,
annealing 58 0C selama 30 detik, ekstensi Gambar 1. Sel testikular ikan donor hasil disosiasi
72 0C selama 45 detik, dan final ekstensi menggunakan PBS yang mengandung tripsin 0,5%.
Spermatogonia ditunjukkan oleh anak panah.
72 0C selama tiga menit, sebanyak 45
siklus (Achmad 2009). PCR untuk kontrol Sel donor khususnya sel sperma-
internal loading DNA dilakukan togonia dalam bentuk tunggal (terpisah
dengan menggunakan primer tiβ-aktin (F: dari jaringan gonad dan sel germinal lain-
5’-GTGCCCATCTACGAGGGTTA-3’ R : nya) yang viable (hidup) dan berpotensi

Tabel 1. Hasil disosiasi sel gonad ikan donor, gurame


Bobot tubuh Bobot gonad ∑ sel testikular Jumlah spermatogonia Persentase spermatogonia
Donor
(g) (g) (sel) (sel) (%)
1 827 0,1513 138.625.000 6.300.000 4,54
2 608 0,1169 26.704.000 4.000.000 14,98

80
Jasmadi (dkk.) | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

untuk berkembang ataupun berdiferensiasi yang cukup tinggi. Dengan demikian nilai
di dalam gonad resipien dapat diperoleh rasio jumlah sel donor yang disuntikkan
dengan cara disosiasi sel (pemisahan sel ke resipien (larva) diperkirakan lebih dari
dari jaringan). Menurut Kobayashi et al. sama dengan satu berbanding 10.000 sel
(2004), selain tingkat kemurnian sel donor, resipien.
viabilitasnya juga dapat memengaruhi
kemampuan diferensiasi menjadi sel
germinal pada resipien. Pada penelitian
ini telah berhasil diperoleh sel testikular
hasil disosiasi gonad ikan donor menggu-
nakan tripsin 0,5% di dalam larutan PBS.
Disosiasi sel menggunakan tripsin-
phosphate buffer saline (Trip-PBS) 0,5%
dengan lama inkubasi kurang dari atau
selama dua jam diperoleh suspensi sel
testikular ikan gurame dengan viabilitas Gambar 2. A) Analisis PCR DNA larva 1 hari
96,77-100% (Alimuddin, M. Zairin Jr., and setelah penyuntikan sel donor menggunakan
marka molekular spesifik GH-Gurame (konfirmasi
Arfah 2009). Berdasarkan kriteria ukuran keberhasilan penyuntikan). M, marker; 1-5, DNA
sel spermatogonia ikan gurame (5-15 µm) sampel larva; G, DNA ikan gurame sebagai kontrol
(Mauluddin 2009), jumlah dan persentase positif; N, DNA ikan nila sebagai kontrol negatif;
sel spermatogonia hasil disosiasi sel (-) Kontrol bahan pada proses PCR. B) PCR
menggunakan primer Ti β-actin sebagai kontrol
testikular dapat dilihat pada Gambar 1.
internal.
Analisis PCR pada DNA Resipien satu
Hari Setelah Penyuntikan Tingkat Kelangsungan Hidup Resipien
Lima sampel (lane 1-5) yang diperiksa Tingkat kelangsungan hidup resipien
dengan PCR menggunakan marka moleku- tujuh hari setelah penyuntikan menunjuk-
lar spesifik GH-gurame memperlihatkan kan kecenderungan peningkatan seiring
pita DNA sesuai dengan pita kontrol positif dengan semakin meningkatnya umur
DNA ikan gurame (G) berukuran 340 pb resipien pada saat penyuntikan dilakukan
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa (Tabel 2). Terlihat bahwa tingkat ke-
penyuntikan sel donor telah berhasil masuk langsungan hidup (Survival Rate) larva
ke rongga perut ikan resipien. Teknik PCR paling tinggi adalah kontrol, kemudian
menggunakan primer spesifik tersebut diikuti dengan perlakuan penyuntikan
telah diuji tingkat sensitivitas dan spesi- pada larva umur 3-4 hari (98,96%)
fisitasnya (Achmad 2009). Teknik PCR dan paling rendah adalah perlakuan
ini mampu mendeteksi DNA ikan gurame penyuntikan pada larva umur 1-2 hari
dengan konsentrasi 1 ng/μl di dalam 700 (89,34%) (Tabel. 2). Diduga umur
ng/μl DNA ikan nila. Apabila konsentrasi larva yang masih muda memiliki daya tahan
DNA tersebut dikonversi ke dalam jum- tubuh lemah dan rentan terhadap gangguan
lah sel melalui analisis ekstraksi DNA fisik dari luar yang berupa teknis penyuntik-
menunjukkan bahwa teknik PCR tersebut an. Teknis penyuntikan ini berisiko me-
mampu mendeteksi satu sel ikan gurame ngenai organ lain yang dapat menyebabkan
yang terdapat di dalam 10.000 sel ikan kerusakan organ sehingga larva mudah
nila (Achmad 2009) atau dengan kata lain mati ketika selesai disuntik. Takeuchi et al.
bahwa teknik PCR ini memiliki sensitivitas (2009) menyatakan bahwa donor type

81
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

A spermato-gonia (type A SG), bahwa pada resipien (ikan rainbow trout) sudah
resipien yang lebih kecil memiliki tingkat dapat ditentukan dan dideteksi pada waktu
kelangsungan hidup yang lebih kecil sepuluh hari setelah dilakukan penyuntik-
juga. Keadaan ini diperlihatkan dengan an (proses transplantasi) (Takeuchi,
menurunnya SR larva dari 63,3% (pada Yoshizaki, and Takeuchi 2003). Dengan
resipien ikan nila, larva ukuran 6 mm) mengacu hasil penelitian Takeuchi,
menjadi 2,9% (pada resipien 3 mm). Yoshizaki, and Takeuchi (2003), maka pe-
Kemampuan teknis dalam metode meriksaan gonad resipien (ikan nila) dalam
mikroinjeksi sendiri memiliki peran rangka untuk mengetahui perkembangan
penting terhadap keberhasilan masuknya sel donor pada penelitian ini masih layak
sel donor ke dalam rongga perut resipien. dilakukan pada resipien berumur dua bulan
Selain itu penguasaan teknis penyuntikan setelah transplantasi.
secara tidak langsung juga dapat me- Proses kolonisasi (penggabungan) sel
mengaruhi tingkat kelangsungan hidup donor ke gonad resipien diawali dengan
resipien pada saat penyuntikan dilakukan. proses migrasi sel donor ke jaringan bakal
Menurut Ath-thar et al. (2008), dengan gonad (genital ridge) dari ikan resipien.
menggunakan teknik mikro injeksi pada Menurut Yoshizaki et al. (2010) proses
embrio memungkinkan adanya teknis migrasi primordial germ cell (PGC)
injeksi yang membuat rusaknya jaringan diawali disekresikannya chemokine
tertentu sehingga menyebabkan telur tidak stromal derived factor-1 (SDF-1) oleh sel
dapat menetas setelah dilakukan penyuntik- somatik bakal gonad resipien, PGC (sel
an. donor) tersebut kemudian mengekspresi-
kan reseptor CXC-chemokine receptor
Tabel 2. Survival rate (SR) larva hingga tujuh hari
setelah penyuntikan. 4 (CXCR-4) dan bermigrasi ke bakal
gonad menggunakan pseudopodia. Apabila
Umur resipien saat penyuntikan Survival
No.
sel donor Rate (%)
telah mencapai daerah bakal gonad, PGC
mengalami penggabungan (terkolonisasi)
1 Kontrol (tanpa penyuntikan) 100
dengan gonad resipien.
2 Hari Ke 1-2 89,34
Berdasarkan deteksi sel gonad
3 Hari Ke 3-4 98,96
resipien dengan menggunakan teknik
PCR tersebut dapat dikatakan bahwa ke-
Analisis PCR Gonad Resipien berhasilan kolonisasi dengan melakukan
Konfirmasi kolonisasi sel donor pada penyuntikan terhadap resipien berumur
gonad resipien umur dua bulan setelah 1-2 hari setelah menetas adalah 100%
transplantasi dilakukan karena gonad (Gambar 3). Keberhasilan ini diduga karena
ikan nila yang berumur ± dua bulan telah rejection immune system resipien belum
berkembang dan jika dilakukan pembedah- berkembang dengan sempurna sehingga
an, gonad sudah terlihat secara jelas dan resipien masih mampu menerima sel donor
mudah diambil serta dipisahkan dari organ dari luar yang dimasukkan ke dalam rongga
lainnya untuk diekstraksi DNA-nya. Waktu peritonialnya. Seperti dinyatakan oleh
± dua bulan diduga merupakan waktu Takeuchi, Yoshizaki, and Takeuchi (2003)
yang tepat untuk menentukan apakah sel bahwa sel donor tidak terkolonisasi di dalam
donor dapat berkembang atau tidak di tubuh resipien ketika resipien (rainbow
dalam gonad ikan resipien. Seperti yang trout) yang digunakan telah berumur 45
telah diketahui sebelumnya bahwa tingkat hari setelah fertilisasi. Hal ini diduga oleh
kolonisasi atau perkembangan sel donor adanya kemampuan ikan menolak adanya

82
Jasmadi (dkk.) | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

sel asing dari luar. Pada beberapa spesies nya yang menggunakan PGC ikan donor
ikan yang baru menetas sistem imun masih (rainbow trout) (Takeuchi, Yoshizaki, and
relatif belum berkembang baik (Manning Takeuchi 2003).
and Nakanishi 1996). Dengan demikian Pada penelitian yang menggunakan
sel donor masih dapat berkembang di PGC dari umur embrio donor yang sama,
dalam tubuh resipien. Sebagai contoh ikan kemudian ditransplantasikan ke resipien
yang sudah dapat menolak sel donor pada dengan umur berbeda (35, 40, dan 45
umur tertentu adalah ikan mas umur 16 days post fertilization, (dpf)) menunjuk-
hari setelah menetas pada suhu 20-22 0C, kan adanya penurunan tingkat kolonisasi
Xiphophorus maculates 23 hari setelah yang signifikan terhadap sel donor pada
fertilisasi pada suhu 20 0C dan pada resipien umur 45 dpf pada waktu 30 hari
rainbow trout 14 hari setelah menetas pada setelah transplantasi. Hal ini diduga bahwa
suhu 14 0C (Nakanishi 1986). umur resipien memiliki pengaruh penting
Berbeda dengan hasil PCR terhadap dalam memberikan lingkungan di dalam
resipien yang disuntik pada umur 1-2 hari peritoneal (micro-environment) yang
setelah menetas. Hasil deteksi terhadap mampu mengarahkan migrasi sel donor ke
larva resipien yang disuntik pada umur genital ridge-nya sehingga sel donor dapat
3-4 hari menunjukkan adanya resipien terkolonisasi. Seperti yang dijelaskan oleh
yang tidak membawa sel donor (sampel Takeuchi, Yoshizaki, dan Takeuchi (2003),
ke-4) dalam gonadnya (Gambar 4), diduga bahwa hilangnya kondisi lingkungan di
bahwa sistem immune rejection sudah dalam peritoneal cavity resipien ikan
mulai berkembang pada hari ke-3 setelah rainbow trout mampu mengarahkan PGC
menetas. Keadaan ini menunjukkan bahwa donor hasil transplantasi bermigrasi ke
sel donor gagal berkembang dan terkolo- genital ridge-nya ketika resipien ber-umur
nisasi di dalam gonad resipien. Dengan antara 40 dan 45 dpf. Selain itu bebe-
demikian keberhasilan kolonisasi hanya rapa faktor yang memengaruhi keberhas-
mencapai 75% dari empat sampel yang ilan dari transplantasi adalah hubungan
diperiksa gonadnya. Kasus yang sama genetik, dan respon lingkungan mikro
juga terjadi terhadap hasil penelitian lain- di dalam resipien, seperti keberadaan sel

Gambar 3. A) Analisis PCR DNA sampel resipien Gambar 4. A) Analisis PCR DNA sampel resipien
(yang disuntik pada umur 1-2 hari setelah menetas) (yang disuntik pada umur 3-4 hari setelah menetas)
dua bulan setelah penyuntikan menggunakan marka dua bulan setelah penyuntikan menggunakan marka
molekular spesifik GH-Gurame. M, marker; (-), molekular spesifik GH-Gurame. M, marker; 1-4,
kontrol negatif bahan PCR, N, DNA ikan nila; G, DNA sampel resipien yang berumur dua bulan
DNA ikan gurame; a-f, DNA sampel resipien yang setelah penyuntikan; G, DNA ikan gurame; N,
berumur dua bulan setelah penyuntikan. B) PCR DNA ikan nila; (-), kontrol negatif bahan PCR.
menggunakan primer Ti β-aktin sebagai kontrol B) PCR menggunakan primer Ti β-aktin sebagai
internal. kontrol internal.

83
Widyariset | Vol. 2 No. 2 (2016) Hlm. 77 - 85

sertoli (Doitsidou et al. 2002; Yazawa et Alimuddin, M. Zairin Jr., dan Harton Arfah.
al. 2010). Dilaporkan oleh Takeuchi et al. 2009. Teknologi Transplantasi Sel
(2009) pada donor type A spermatogonia Testikular dalam Rekayasa Produksi
Benih Ikan Gurame (Osphronemus
(type A SG) keberhasilan transplantasi gouramy). Laporan Hasil Penelitian
berdasarkan tingkat kolonisasi ini Strategis Internasional IPB.
termasuk kategori relatif tinggi jika
Ath-thar, MH. Fariduddin, Komar
dibandingkan dengan hasil transplantasi Sumatadinata, Alimuddin, dan Rudhy
ikan rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) Gustiano. 2008. “Efektivitas Promoter
(Okutsu et al. 2006). Pada penelitian β-Actin Ikan Medaka Oryzias
selanjutnya perlu dilakukan karakterisasi Latipes dengan Penanda Gen hrGFP
sperma dan telur fungsional ikan transplan (Humanized Renilla Reniformis
Green Fluorescent Protein) pada Ikan
untuk mengetahui perkembangan sperma Lele Clarias Gariepinus Keturunan
dan telur ikan donor pada ikan resipien F0.” Jurnal Riset Akuakultur 3 (2):
sampai dengan potensi menghasilkan 199–207.
keturunan yang diharapkan. Brinster, Ralph L., and James W. Zim-
mermann. 1994. “Spermatogenesis
Following Male Germ Cell Trans-
KESIMPULAN plantation.” In Proceedings of the
Transplantasi sel testikular ikan gurame National Academy of Sciences of the
United States of America, 91:11298–
pada larva ikan nila awal menetas telah 302.
berhasil dilakukan. Resipien umur 1-2 hari
memiliki tingkat keberhasilan yang lebih Doitsidou, Maria, Michal Reichman-fried,
Jurg Stebler, Marion Koprunner,
baik daripada resipien umur 3-4 hari. Julia Dorries, Dirk Meyer, Camila V.
Esguerra, Tin Chung Leung, and Erez
Raz. 2002. “Guidance of Primordial
UCAPAN TERIMAKASIH Germ Cell Migration by the Chemo-
kine SDF-1.” Cell 111: 647–59.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof. Dr. Endang Tri Margawati dan Gustiano, Rudhy. 2009. “Ikan Nila BEST ;
Dr. Odang Carman sebagai pembimbing Unggulan Baru, Harapan Mutu.”
selama penyusunan karya ilmiah ini. Trobos.
Penulis juga mengucapkan terima kasih Kobayashi, Terumasa, Goro Yoshizaki,
kepada Dr. Alimuddin atas bimbingan Yutaka Takeuchi, and Toshio Takeu-
selama penelitian, penyusunan karya tulis, chi. 2004. “Isolation of Highly Pure
and Viable Primordial Germ Cells
dan sekaligus membantu pembiayaan from Rainbow Trout by GFP-Depen-
penelitian ini. dent Flow Cytometry.” Molecular
Reproduction and Development 67
(1): 91–100. doi:10.1002/mrd.20003.
DAFTAR ACUAN Majhi, Sullip K, Ricardo S Hattori,
Achmad, Marlina. 2009. “Pengembangan Masashi Yokota, Seiichi Watanabe,
Marka Molekuler DNA dalam and Carlos A Strüssmann. 2009.
Identifikasi Sel Gonad Ikan Gurame “Germ Cell Transplantation Using
(Osphronemus gouramy) dan Ikan Sexually Competent Fish: An
Nila (Oreochromis niloticus) Meng- Approach for Rapid Propagation
gunakan PCR.” Institut Pertanian of Endangered and Valuable
Bogor. Germlines.” PloS One 4 (7): e6132.
doi:10.1371/journal.pone.0006132.

84
Jasmadi (dkk.) | Transplantasi Sel Testikular Ikan Gurame...

Manning, Margaret J., and Teruyuki Takeuchi, Yutaka, Goro Yoshizaki, and
Nakanishi. 1996. “The Specific Toshio Takeuchi. 2003. “Generation
Immune System : Cellular Defenses. of Live Fry from Intraperitoneally
”In The Fish Immune System: Transplanted Primordial Germ Cells
Organism, Pathogen, and Environ- in Rainbow Trout.” Biology of Repro-
ment, edited by George Iwama and duction 69: 1142–49. doi:10.1095/
Teruyuki Nakanishi, 159–205. New biolreprod.103.017624.
York: Academic Press, Inc.
———. 2004. “Surrogate Broodstock
Mauluddin. 2009. “Studi Mengenai Produces Salmonids.” Nature 430:
Morfologi dan Komposisi Sel 629–30. www.nature.com/nature.
Testikular Ikan Gurame (Osphro-
nemus gouramy, Lac.)” Institut Yazawa, Ryosuke,Yutaka Takeuchi, Kentaro
Pertanian Bogor. Higuchi, Takashi Yatabe, Naoki
Kabeya, and Goro Yoshizaki. 2010.
Nakanishi, Teruyuki. 1986. “Ontogenetic “Chub Mackerel Gonads Support
Development of the Immune Colonization, Survival, and Prolifer-
Response in the Marine.” Bulletin ation of Intraperitoneally Transplant-
of the Japanese Society of Scientific ed Xenogenic Germ Cells.” Biology
Fisherie, August. of Reproduction 82 (5): 896–904.
doi:10.1095/biolreprod.109.081281.
Okutsu, Tomoyuki, Kensuke Suzuki,
Yutaka Takeuchi, Toshio Takeuchi, Yoshizaki, G, T Okutsu, M Ichikawa, M
and Goro Yoshizaki. 2006. “Tes- Hayashi, and Y Takeuchi. 2010.
ticular Germ Cells Can Colonize “Sexual Plasticity of Rainbow Trout
Sexually Undifferentiated Embryonic Germ Cells.” Animal Reproduction 7
Gonad and Produce Functional (3): 187–96.
Eggs in Fish.” In Proceedings of the
National Academy of Sciences of the
United States of America, 103:2725–
29. doi:10.1073/pnas.0509218103.
SNI. 2000. Induk Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy, Lac)
Kelas Induk Pokok (Parent Stock).
Indonesia.
———. 2009. Produksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus bleeker)
Kelas Pembesaran di Kolam Air
Tenang. Indonesia.
Takeuchi, Yutaka, Kentaro Higuchi,
Takashi Yatabe, Misako Miwa,
and Goro Yoshizaki. 2009. “De-
velopment of Spermatogonial Cell
Transplantation in Nibe Croaker,
Nibea Mitsukurii (Perciformes,
Sciaenidae).” Biology of Reproduction
1063: 1055–63. doi:10.1095/biolre-
prod.109.077701.

85

You might also like