Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP Melalui Penerapan Model Pembelajaran

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881

STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020


Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SMP


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION

Muhammad Abrar1), Vina Apriliani2)*, dan Johan Yunus3)


1
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
2
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh
3
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
*Email: [email protected]

ABSTRACT

Understanding mathematical concepts is a very important aspect in learning mathematics.


By understanding concepts, students can develop their abilities in solving mathematical
problems. This is in accordance with the objectives of learning mathematics, which is
understanding concepts and applying mathematical procedures in everyday life. In fact, the
ability to understand students 'mathematical concepts is still relatively low, so we need a
learning model that can improve students' understanding of mathematical concepts, namely
the Auditory Intellectually Repetition learning model. The purpose of this study was to
determine differences in the ability to understand mathematical concepts of junior high
school students taught through the Auditory Intellectually Repetition learning model with
those taught through conventional learning. The research method used was a quasi-
experimental study with a pretest-posttest control group design. The population in this study
were all eighth grade students of SMPN 13 Banda Aceh. Sampling was done using simple
random sampling, which consisted of two classes, namely class VIII2 as an experimental
class and class VIII1 as a control class. Data collection is used by using a test sheet to
understand mathematical concepts. The data analysis technique used is an independent t-
test. From the results of independent t-test research, we concluded that the ability to
understand mathematical concepts of junior high school students taught through the
Auditory Intellectually Repetition learning model is better than the ability to understand
mathematical concepts of junior high school students taught through conventional learning.
Keywords: Auditory Intellectually Repetition Learning Model, Understanding of
Mathematical Concepts

ABSTRAK

Pemahaman konsep matematika merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran matematika. Dengan memahami konsep, siswa dapat mengembangkan
kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Hal ini sesuai dengan
tujuan pembelajaran matematika yaitu memahami konsep dan menerapkan prosedur
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataannya, kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa masih tergolong rendah, sehingga dibutuhkan suatu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yaitu model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang
diajarkan melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan yang
diajarkan melalui pembelajaran konvensional. Metode penelitian yang digunakan adalah
158
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

penelitian quasi experiment dengan desain control group pretest-posttest. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13 Banda Aceh. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan simple random sampling, yang terdiri dari dua kelas yaitu
kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII1 sebagai kelas kontrol. Pengumpulan
data digunakan dengan menggunakan lembar tes kemampuan pemahaman konsep
matematika. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t independen. Dari hasil
penelitian dengan uji-t independen, kami memperoleh kesimpulan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan melalui model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa SMP yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition, Pemahaman
Konsep Matematika

1. PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai penting
dalam membentuk karakter siswa menjadi berkualitas. Peran matematika sangat penting
dalam upaya membimbing pola pikir dan menjadi pembentuk sikap atau karakter siswa.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran
matematika, diantaranya pemilihan pendekatan, media, metode, dan model
pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, tugas guru adalah menolong siswa agar dapat
belajar dan menguasai matematika dengan baik. Berdasarkan tujuan pembelajaran
matematika di Indonesia dalam Kurikulum 2013 dan NCTM (National Council of
Teachers of Mathematics), salah satu standar kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa
adalah kemampuan pemahaman konsep matematika. Melalui pemahaman konsep, siswa
dapat memahami konsep-konsep yang diberikan oleh guru. Hal ini berarti kemampuan
pemahaman konsep pada siswa harus lebih ditingkatkan.
Tetapi kenyataannya, fakta yang ada menunjukkan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa di Indonesia masih sangat rendah. Hal tersebut
terbukti dari hasil laporan penelitian TIMSS (Trends in International Mathematics and
Science Study) pada tahun 2011 yang mencatat data prestasi matematika siswa kelas
VIII SMP Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 42 negara dengan skor 386 dari rata-
rata skor internasional adalah 500. Pada tahun 2015, Indonesia mengikuti TIMSS untuk
kelas IV SD dimana berada di peringkat ke-44 dari 50 negara dengan skor 397.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara yang dilakukan pada siswa SMPN 13 Banda Aceh,
peneliti menemukan bahwa proses pembelajaran yang terlaksana di sekolah tersebut
masih cenderung terpusat pada guru (pembelajaran berlangsung satu arah). Ketika guru
menjelaskan dan memberikan contoh soal mengenai materi yang diajarkan, banyak
siswa yang kurang mau bertanya pada guru tentang apa yang belum dipahami. Hampir
sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk memahami materi matematika yang
dijelaskan oleh guru. Sebagian siswa hanya menjawab soal begitu saja tanpa mengetahui
alur penyelesaian atau konsep awal yang dijadikan titik terang untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. Terlebih lagi ketika siswa diberikan soal latihan, banyak
siswa yang kurang berpikir dalam mengerjakan soal latihan dan lebih suka menunggu
jawaban dari teman yang mempunyai kemampuan lebih. Selain itu, terkadang siswa lupa
akan inti dari pokok bahasan yang telah dijelaskan pada pertemuan-pertemuan
sebelumnya. Beberapa hal yang telah dijelaskan tersebut menunjukkan bahwa
pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.
159
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

Oleh karena itu, agar siswa dapat memahami konsep matematika dengan mudah,
maka diperlukan cara tertentu dalam pembelajaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika adalah dengan
merubah model yang digunakan dalam pembelajaran. Berdasarkan penelitian
sebelumnya, ada berbagai macam model pembelajaran yang telah digunakan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa (Astriani, 2017;
Karubaba, Rahman, & Arifin, 2019; Mawaddah & Maryanti, 2016; Saputri, 2020; Sari,
2018). Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa adalah model pembelajaran Auditory
Intelectually Repetition.
Model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition merupakan model
pembelajaran yang memberikan penekanan kepada Auditory yaitu kegiatan mendengar,
menyimak, berbicara, argumentasi, mengemukakan dan menanggapi pendapat,
Intelectually adalah kemampuan bernalar dan menyelesaikan masalah, dan Repetition
adalah pengerjaan soal dan pemberian tugas, pengulangan pada bagian yang kurang
dipahami siswa terhadap suatu masalah yang ditemukan, dengan tujuan agar
pemahaman lebih mendalam dan luas. Akibat dari ketiga hal yang ditekankan pada
model Auditory Intelectually Repetition, siswa memiliki kemampuan lebih dalam
pemahaman, kreativitas, dan keaktifan dalam pembelajaran. Melalui model
pembelajaran Auditory Intelectually Repetition, siswa lebih aktif dan guru hanya sebagai
fasilitator atau pendamping siswa dalam menemukan suatu gagasan baru sehingga dapat
menyelesaikan masalah. Menurut Suyatno, Auditory Intelectually Repetition merupakan
suatu tipe model pembelajaran kooperatif, dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah
yang lebih aktif (Suyatno, 2009).
Melihat fenomena di atas, model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa di
sekolah, karena model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition ini merupakan
salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang menekankan
bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Dengan
adanya penggunaan banyak panca indra yang terlibat, maka model ini akan
meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa.
Hal ini diperkuat oleh beberapa peneliti yang telah mengkaji kemampuan
pemahaman konsep matematika menggunakan model pembelajaran Auditory
Intelectually Repetition (Fitri & Utomo, 2016; Mustamin & Kusumayanti, 2019;
Muzayyana, Coesamin, & Djalil, 2018; Sarniah, Anwar, & Putra, 2019; Wijaya,
Destiniar, & Mulbasari, 2018). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siswa SMP melalui Penerapan Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan
melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dengan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan melalui pembelajaran
konvensional.

160
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

2. METODOLOGI
2.1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Menurut
Arikunto, “pendekatan kuantitatif dapat dilihat pada penggunaan angka-angka pada
waktu pengumpulan data, penafsiran terhadap data, dan penampilan dari hasil”
(Arikunto, 2010). Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berdasarkan pada
penafsiran terhadap data-data yang berupa angka-angka. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian quasi experiment. Penelitian quasi experiment merupakan
penelitian yang pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam
pengontrolan variabel (Sukmadinata, 2011).

2.2. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan di SMPN 13 Banda Aceh pada tanggal 10 s/d 12 Juni
2019. Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti telah melakukan observasi langsung ke
sekolah untuk melihat kondisi dan situasi sekolah serta konsultasi tentang siswa yang
diteliti dengan guru bidang studi matematika. Kemudian peneliti mempersiapkan
instrumen pengumpulan data, yaitu Soal Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) untuk materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jadwal kegiatan penelitian dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian


No Hari/Tanggal Waktu (menit) Kegiatan Kelas
1 Senin/10 Juni 2019 120 Pretest dan Pertemuan I Kontrol
2 Senin/10 Juni 2019 120 Pretest dan Pertemuan I Eksperimen
3 Selasa/11 Juni 2019 80 Pertemuan II Eksperimen
4 Selasa/11 Juni 2019 80 Pertemuan II Kontrol
5 Rabu/12 Juni 2019 120 Pertemuan III dan Posttest Eksperimen
6 Rabu/12 Juni 2019 120 Pertemuan III dan Posttest Kontrol

2.3. Populasi dan Sampel


Menurut Sudjana, “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
perhitungan ataupun mengukur, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik
tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang dipelajari sifat-
sifatnya, adapun sampel yaitu sebagian yang diambil dari populasi” (Sudjana, 2005).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 13 Banda Aceh.
Peneliti mengambil sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling, yaitu cara
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak dengan syarat anggota
populasi dianggap homogen (Arikunto, 2010). Adapun sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII2 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII1 sebagai kelas
kontrol.

161
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

2.4. Prosedur
Pada penelitian ini, jenis desain yang digunakan adalah control group pretest-
posttest design. Penelitian control group pretest-posttest design menggunakan dua
kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, peneliti
memberikan pretest untuk melihat kemampuan dasar siswa. Kemudian, peneliti
memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menerapkan model
pembelajaran Auditory Intellectually Repetition saat proses pembelajaran. Diakhir
proses pembelajaran, siswa diberikan posttest untuk melihat perubahan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa setelah diterapkan model. Hal yang serupa
dilakukan juga pada kelas kontrol. Sebelum materi diajarkan, peneliti juga memberikan
tes awal kepada siswa. Setelah proses pembelajarannya berlangsung dengan
menerapkan pembelajaran konvensional, siswa diberikan tes akhir untuk melihat
perkembangan yang diperoleh. Rancangan penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 2
berikut (Zairisma, Apriliani, & Yunus, 2020).

Tabel 2 Rancangan Penelitian


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2

Keterangan:
X = Pembelajaran melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
Y = Pembelajaran melalui pembelajaran konvensional
O1 = Pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
O2 = Posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol

2.5. Teknik Pengumpulan Data


Untuk mempermudah pengumpulan data dan hasilnya lebih baik, maka peneliti
menggunakan instrumen berupa lembar soal tes pemahaman konsep matematika. Tes
terdiri dari soal pretest dan posttest untuk kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang
digunakan berbentuk soal uraian. Hal ini dipilih dengan pertimbangan bahwa tes dengan
tipe ini lebih mampu mengungkap pemahaman konsep matematika siswa. Melalui tes
uraian, proses yang dilakukan dan ketelitian siswa dalam menjawab dapat teramati.
Pedoman penskoran yang peneliti ambil dalam penelitian ini untuk menilai jawaban pre-
test dan post-test siswa adalah pedoman penskoran kemampuan pemahaman konsep
matematika (Septriani, Irwan, & Meira, 2014).

2.6. Teknik Analisis Data


Data yang diolah adalah data pretest dan posttest yang diperoleh dari kedua kelas
dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Mengkonversi data ordinal pretest dan posttest menjadi data interval menggunakan
MSI (Method of Successive Interval) sebagai syarat untuk uji hipotesis.
b. Uji normalitas menggunakan rumus chi-square untuk melihat data penelitian
berdistribusi normal atau tidak.

162
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

c. Uji homogenitas menggunakan uji F untuk mengetahui sampel dari penelitian ini
mempunyai varians yang sama atau tidak.
d. Uji kesamaan dua rata-rata menggunakan uji-t untuk data pretest.
e. Uji hipotesis untuk data posttest menggunakan uji-t sampel independen Untuk
melihat perbandingan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
diajarkan dengan model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition dan yang
diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Berikut hipotesis penelitiannya:
𝐻0 : Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan
melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition sama dengan
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan
melalui pembelajaran konvensional.
𝐻1 : Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan
melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition lebih baik
daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang
diajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Kemudian rumus uji-t sampel independen yaitu:
𝑥̅ 1 −𝑥̅2 (𝑛1 −1)𝑆1 2 −(𝑛2 −1)𝑆2 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = dengan 𝑠 = √ .
𝑆 1 1 𝑛1 +𝑛2 −2
√𝑛 +𝑛
1 2
Keterangan:
𝑥̅1 = rata-rata posttest siswa kelas eksperimen
𝑥̅2 = rata-rata posttest siswa kelas kontrol
𝑛1 = jumlah sampel kelas eksperimen
𝑛2 = jumlah sampel kelas kontrol
𝑠1 2 = varians kelas eksperimen
𝑠2 2 = varians kelas kontrol
𝑠 = varians gabungan / simpangan gabungan
Kriteria pengujian yang ditentukan adalah tolak H0 jika thitung> ttabel, dalam hal
lainnya H0 diterima. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah (𝑛1 + 𝑛2 − 2)
dengan 𝛼 = 0,05.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Hasil Penelitian
Data pretest dan posttest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
berupa data ordinal terlebih dahulu dikonversi menjadi data interval menggunakan MSI.
Setelah diperoleh data interval, data pretest dan posttest ini diuji normalitas dan
homogenitas sebagai syarat uji hipotesis. Berdasarkan hasil uji normalitas yang
dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa data hasil pretest dan posttest kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berasal dari populasi berdistribusi normal. Selain itu, uji homogenitas menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan varians data kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji kesamaan dua rata-
rata juga dilakukan pada data pretest untuk melihat bahwa kemampuan awal siswa tidak
berbeda secara signifikan sebelum diberikan perlakuan. Berikut data hasil pretest
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa untuk kelas eksperimen kontrol
yang dapat dilihat pada Tabel 3.

163
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

Tabel 3 Hasil Pretest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol
Skor Varians
Kelas Simpangan baku
Minimum Maksimum Rata-rata (𝑠 2 )
Eksperimen 7,24 18,22 11,54 5,60 2,37
Kontrol 5,65 14,16 10,25 6,46 2,54

Setelah hasil uji prasyarat terpenuhi (uji normalitas dan uji homogenitas), maka
dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji t sampel independen (uji dua pihak)
untuk data posttest. Data hasil posttest kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Posttest Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas


Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas Rata-Rata (𝑥̅ ) Varians (𝑠 2 ) Simpangan Baku (𝑠)
Eksperimen 22,18 3,64 1,91
Kontrol 13,95 4,55 2,13

Secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan


pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan melalui model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition dengan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa SMP yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional. Namun, untuk
membuktikan hal ini perlu dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t. Berdasarkan
perhitungan uji-t, didapat nilai thitung = 14,55. Pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan derajat
kebebasan dk = 50, maka dari tabel distribusi t diperoleh t(0,95;50) = 1,68. Karena thitung >
ttabel yaitu 14,55 > 1,68 maka tolak 𝐻0 sehingga terima 𝐻1 . Berdasarkan hal tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
SMP yang diajarkan melalui model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition
lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa SMP yang
diajarkan melalui pembelajaran konvensional.

3.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa SMP yang diajarkan melalui model pembelajaran
Auditory Intellectually Repetition lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa SMP yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional.
Menurut peneliti, ada beberapa hal yang menyebabkan kemampuan pemahaman
konsep matematika meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition. Model pembelajaran Auditory Intelectually Repetition
memfasilitasi siswa agar mendapatkan keterampilan atau pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada metode ilmiah yang berlangsung secara sistematis. Siswa mampu
secara mandiri memahami materi dan menyelesaikan masalah matematika yang
164
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

berkaitan dengan dunia nyata dengan tahapan ilmiah ini. Selama pembelajaran dengan
model Auditory Intellectually Repetition, siswa memahami masalah yang disajikan
dengan membaca dan mengamati masalah yang diberikan. Siswa juga aktif bertanya
tentang hal-hal yang belum dipahami, baik kepada teman sekelompoknya ataupun guru.
Siswa juga aktif berdiskusi membuat hipotesis dari masalah dengan mencoba
menyelesaikan masalah dan siswa berdiskusi mengumpulkan informasi untuk
memecahkan masalah. Jika siswa aktif bertanya maka membuat siswa belajar lebih
mudah memahami konsep matematika. Selain itu, siswa diberikan kesempatan untuk
mengumpulkan atau menggali informasi dari berbagai sumber belajar, baik buku,
internet, dan lain sebagainya. Selama proses diskusi, siswa dituntut untuk bekerja sama
dengan aktif bertanya baik kepada teman sekelompoknya atau guru sehingga siswa
belajar dengan membangun pengalamannya sendiri. Pada tahap repetition, siswa
diberikan pengulangan terhadap materi yang telah dipelajari dengan harapan siswa dapat
memperdalam terhadap materi tersebut.
Lain halnya dengan pembelajaran konvensional yaitu menggunakan model
pembelajaran langsung, sehingga siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran
dikarenakan mereka hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini membuat
rasa ingin tahu siswa kurang terhadap materi yang sedang dipelajari.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya
(Fitri & Utomo, 2016; Mustamin & Kusumayanti, 2019; Sarniah, Anwar, & Putra, 2019)
yang mengatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model Auditory Intellectually Repetition lebih baik
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.

4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan melalui
model pembelajaran Auditory Intellectually Repetition lebih baik daripada kemampuan
konsep matematika siswa SMP yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional pada
materi bangun ruang sisi datar di kelas VIII SMPN 13 Banda Aceh. Hal ini dapat
menjadi salah satu alternatif pembelajaran matematika yang dapat diterapkan oleh guru
di sekolah.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astriani, L. 2017. Pengaruh pembelajaran reciprocal teaching terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematika ditinjau dari kemampuan awal matematika
siswa. FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika, 3(1), 77-85.
Fitri, S., & Utomo, R. B. 2016. Pengaruh model pembelajaran auditory, intellectually, and
repetition terhadap kemampuan pemahaman konsep di SMP Pustek Serpong. JURNAL
e-DuMath, 2(2), 193-201.
Karubaba, S. A., Rahman, B., & Arifin, S. 2019. Pengaruh model pembelajaran kooperatif
tipe think pair square terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa. IndoMath: Indonesia Mathematics Education, 2(1), 37-44.

165
P-ISSN: 2655-3724 E-ISSN: 2720-9881
STATMAT (Jurnal Statistika dan Matematika), Vol. 2, No. 2, Juli 2020
Halaman: 158-166
@Prodi S-1 Matematika FMIPA Unpam

Mustamin, S. H., & Kusumayanti, A. 2019. Kemampuan pemahaman konsep matematika


melalui model pembelajaran auditory intellectually repetition (AIR) pada siswa.
Alauddin Journal of Mathematics Education, 1(2), 90-97.
Mawaddah, S., & Maryanti, R. 2016. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
SMP dalam pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing (discovery
learning). Edu-Mat: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(1), 76-85.
Muzayyana, R., Coesamin, M., & Djalil, A. 2018. Efektivitas pembelajaran auditory,
intellectually, repetition ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa. Jurnal Pendidikan Matematika Unila, 6(1), 76-88.
Saputri, L. 2020. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap kemampuan
pemahaman konsep matematis. Jurnal Serunai Matematika, 12(1), 13-18.
Sari, D. P. 2018. Pengaruh model pembelajaran tipe numbered heads together terhadap
kemampuan pemahaman konsep matematika. Jurnal Mathematic Paedagogic, 2(2),
196-203.
Sarniah, S., Anwar, C., & Putra, R. W. Y. 2019. Pengaruh model pembelajaran auditory
intellectually repetition terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis. Journal
of Medives: Journal of Mathematics Education IKIP Veteran Semarang, 3(1), 87-96.
Septriani, N., Irwan, & Meira. 2014. Pengaruh penerapan pendekatan scaffolding terhadap
pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMP Pertiwi 2 Padang. Jurnal
Pendidikan Matematika, 3(3), 17-18.
Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Sukmadinata, N. S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur: Masmedia Buana.
Wijaya, T. U. U., Destiniar, D., & Mulbasari, A. S. 2018. Kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran auditory intellectually
repetition (AIR). In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas
PGRI Palembang (Vol. 5, No. 05).
Zairisma, Z., Apriliani, V., & Yunus, J. 2020. Mathematical representation ability of middle
school students through model eliciting activities with stad type. Desimal: Jurnal
Matematika, 3(2), 109-116.

166

You might also like