948-Article Text-3724-1-10-20101222 PDF
948-Article Text-3724-1-10-20101222 PDF
948-Article Text-3724-1-10-20101222 PDF
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB, Darmaga, Bogor, 16680
Abstract
Bekasam is one of the fishery product fermentation by using lactic acid bacteria. Bekasam is still
made traditionally by applying spontaneous fermentation that cause product’s quality inconsistent. This
research aims to analyze bacteria characteristics that isolated from bekasam and predict its types based on
morphology and physiology characteristics. This research consists of three steps which are material
analysis, isolation, and bacteria characterization. The result of this characterization is used to predict the
bacteria type based on identification key. In this research milkfish bekasam is from traditional fishery
product (pengolah) in Indramayu. It is predicted that milkfish has been fermented for two (2) weeks so
that bekasam can be obtained. The analysis results shows that milkfish bekasam has Na Cl concentration
3.26 %, pH 4.46 and lactic acid total 1.30 %. Bacteria isolation from bekasam is chosen 5 (five) colony
which grows dominantly and have different morphology. Those colony are isolated several times by
quadrant scratch methode by using MRSA media until the pure culture can be obtained. The isolate are
characterized based on morphology and physiology characteristic. Based on the characterization result, it
is predicted that isolate B1, B3, and B5 are bacteria Staphylococcus sp., isolate B2 is Erysipelothrix or
Lactobacillus, and isolate B4 is family of Streptococcacea which are Streptococcus sp. or Gemella.
PENDAHULUAN
Ikan dikenal sebagai sumber protein hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Disamping itu ikan mempunyai sifat mudah rusak, sehingga perlu dilakukan pengolahan
untuk memperpanjang masa simpannya. Salah satu cara pengolahan ikan adalah
melakukan fermentasi dengan memanfaatkan bakteri asam laktat. Salah satu contoh
produknya adalah bekasam.
Pembuatan bekasam masih dilakukan secara tradisional dengan menerapkan
fermentasi spontan. Hal ini menyebabkan jumlah dan jenis mikroba yang berperan
dalam bekasam beraneka ragam, sehingga produk yang diperoleh mutunya tidak
konsisten. Sampai saat ini belum ada penelitian yang berkaitan dengan mikrobiologi
bekasam, sehingga belum diketahui jenis mikroba yang berperan aktif di dalamnya.
Bekasam ikan dibuat dengan cara menambahkan garam dan nasi sebagai sumber
karbohidrat atau energi untuk pertumbuhan bakteri yang berperan.
Bekasam dibuat dengan menambahkan garam konsentrasi tinggi dan nasi sebagai
sumber karbohidrat yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi bagi
pertumbuhan mikroba yang berperan. Penambahan gula atau sumber-sumber
karbohidrat lainnya pada fermentasi ikan dilakukan karena gula dapat dimanfaatkan
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri asam laktat dapat mengubah
gula menjadi asam laktat yang menyebabkan penurunan pH dan menciptakan suasana
asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba lainnya (Irawadi, 1979).
Penurunan pH tidak saja menghasilkan flavor asam laktat yang khas tetapi juga akan
meningkatkan kekerasan (tekstur) dan memberikan rasa enak akibat terjadinya proses
denaturasi protein (Smith dan Palumbo, 1981; Daly et al. 1973 diacu dalam Yin dan
Jiang, 2001).
Penggunaan garam yang tinggi dalam proses fermentasi akan menyebabkan
tumbuhnya bakteri asam laktat (Chyun et al., 1976 diacu dalam Sumanti, 1988). Bakteri
pembentuk asam laktat dalam acar, sosis, sayur asin dan lain-lain, biasanya toleran
terhadap konsentrasi garam 10–18 % (Winarno et al., 1980). Mikroba patogen
Salmonella dan Escherichia coli yang membahayakan manusia dapat dicegah
pertumbuhannya pada kadar garam 10–12 % (Ilyas, 1972 diacu dalam Wahyuni, 1992).
Pada kadar garam lebih dari 20 % yang mampu tumbuh hanya mikroorganisme halofilik
yang mempunyai aktivitas proteolitik (Pelczar dan Chan, 1988).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri asam laktat yang berkembang dalam
produk fermentasi dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme alam, seperti
Listeria monocytogenes dan Staphylococcus aureus, dalam produk daging olahan
(Bacus, 1984; De Vuyst dan Vandamme, 1994; Ennahar et al., 1996; Contreras et al.,
1997 diacu dalam Yin et al. (2002). Daya awet produk kemungkinan disebabkan oleh
adanya berbagai senyawa antibakteri yang terbentuk (Gilliland, 1985; Klaenhammer,
1988; Jimenez–Diaz et al., 1993, De Vuyst dan Vandamme, 1994 diacu dalam Yin et
al., 2002). Bacteriocins dapat diproduksi oleh bakteri Gram positif yang merupakan
protein yang aktif secara biologis dan memperlihatkan aktivitas bakterisida (membunuh
bakteri) (Tagg et al., 1976; Jack et al., 1995 diacu dalam Yin et al., 2002). Bacteriocin
diproduksi oleh bakteri asam laktat yang kemudian menghambat beberapa bakteri
patogen, seperti Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Listeria sp. dan
15
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
Staphylococcus aureus (Carminati et al., 1989; Harris et al., 1989; Schillinger dan
Lucke,1989; Spelhaug dan Harlander, 1989 diacu dalam Yin et al., 2002).
Dalam penelitian ini bekasam ikan bandeng yang digunakan berasal dari pengolah
hasil perikanan tradisional di Indramayu, diperkirakan proses fermentasinya telah
berlangsung selama 2 minggu. Sebagai dasar untuk mengidentifikasi jenis mikroba
diperlukan adanya isolasi dan karakterisasi. Setelah diperoleh biakan murni dan
diidentifikasi jenisnya, selanjutnya bakteri tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai
starter dalam proses pembuatan produk fermentasi lainnya, seperti bekasam dan produk
lain, agar dihasilkan mutu yang baik dan konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik bakteri yang dapat diisolasi dari produk bekasam dan menduga
jenisnya berdasarkan sifat-sifat morfologi dan fisiologinya.
METODOLOGI
Bahan utama yang digunakan adalah bekasam ikan bandeng (Chanos chanos)
yang diperoleh dari pengolah tradisional di daerah Indramayu dan diperkirakan telah
mengalami proses fermentasi selama 2 minggu. Bahan lain yang digunakan adalah
NaCl, potasium khromat, perak nitrat, fenoftalein, NaOH 0,1 N, kristal violet, safranin,
lugol, alkohol 96 %, malachite green, minyak immersi, H2O2 3 %, bromthymol blue,
egg yolk, plasma kelinci, pereaksi Kovacs, asam sulfanilat, dimetil alpa-naphtylamin,
lemak 1 %, p-aminodimetilanilin oksalat 1 %, neutral red, parafin, dan beberapa media
agar untuk analisis fisiologis.
Alat yang digunakan adalah erlenmeyer, tabung reaksi, beaker glass, pH-meter,
cawan petri, inkubator, gelas objek, jarum ose, mikroskop cahaya, foto digital
mikroskopik, water bath, pembakar bunsen, lemari es, dan vortex.
Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: (1) analisis bahan yang meliputi
pengukuran kadar garam, pH, dan total asam laktat; (2) isolasi bakteri dengan teknik
goresan kuadran; dan (3) karakterisasi bakteri berdasarkan sifat morfologi dan
fisiologisnya.
Sifat morfologi yang diamati meliputi morfologi koloni (bentuk dan warnanya)
dan morfologi sel (bentuk sel, pewarnaan gram dan pewarnaan spora). Sifat fisiologis
yang diamati meliputi katalase, oksidase, oksidatif-fermentatif Baird Parker, uji
penduga (kualitatif) Staphylococcus, koagulase, indol, reduksi nitrat, H2S, fermentasi
glukosa, pembentukan gas dan asam, penggunaan sitrat sebagai sumber energi, aktivitas
16
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
proteolitik, hidrolisis lemak dan hidrolisis pati (Lay dan Hastowo, 1992). Hasil
karakterisasi digunakan untuk menduga jenis bakteri berdasarkan kunci identifikasi dari
Cowan dan Steel (1974) serta Holt et al. (1994).
Analisis Bahan
Tahap analisis bahan bertujuan untuk mengetahui karakteristik bekasam ikan
bandeng sebagai informasi awal sebelum dilakukan isolasi dan karakterisasi bakteri.
Hasil analisis kimia bekasam dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada tahap awal isolasi, bakteri yang berasal dari sampel bekasam ikan bandeng
ditumbuhkan ke dalam media MRSA. Dari kultur bakteri tersebut, koloni yang tumbuh
dominan dan mempunyai morfologi berbeda, baik dari segi warna, bentuk dari atas,
bentuk dari samping dan bentuk penonjolannya diambil untuk diinokulasi ke dalam
media agar miring de Man, Rogosa, Sharpe Agar (MRSA) dan diamati morfologi
selnya. Berdasarkan hasil pengamatan, dipilih 5 koloni bakteri yang tumbuh dominan
17
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
serta mempunyai morfologi berbeda satu sama lainnya. Untuk memudahkan dalam
pembahasan, maka kelima koloni bakteri diberi nama B1, B2, B3, B4 dan B5. Data
hasil pengamatan morfologi koloni dan sel dari koloni bakteri terpilih dapat dilihat pada
Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa bentuk sel dan sifat Gram koloni bakteri
masih ada yang tercampur satu sama lain. Khususnya pada koloni B1 dan B5 yang
memberikan hasil pewarnaan Gram yang bersifat positif dan negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam koloni bakteri tersebut terdapat bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif. Untuk memurnikannya dilakukan isolasi dengan metode goresan
kuadran pada cawan petri yang berisi media MRSA. Isolat bakteri diperoleh setelah
dilakukan 10 kali tahapan isolasi. Dari setiap tahapan, bakteri yang tumbuh diamati
morfologi selnya sampai didapatkan hasil seragam dan tidak berubah pada tahap isolasi
selanjutnya. Data hasil pengamatan morfologi sel dari setiap tahapan isolasi dapat
dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, isolat B1 dan B2 telah menunjukkan hasil yang seragam
pada tahap isolasi ke-8. Hasil tersebut juga tidak berubah keadaannya sampai pada
tahap isolasi terakhir (ke-10), sehingga dapat dinyatakan isolat bakteri B1 dan B2 telah
murni pada tahap isolasi ke-8. Untuk isolat B3, B4 dan B5, diperoleh hasil yang
seragam pada tahap isolasi ke-9. Hasil tersebut tidak berubah keadaannya sampai pada
tahap isolasi terakhir (ke-10), sehingga isolat B3, B4 dan B5 telah murni pada tahap
isolasi ke-9. Bakteri yang telah murni, selanjutnya dikarakterisasi berdasarkan sifat
morfologi dan fisiologisnya.
18
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
19
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
b) Sifat fisiologi
Uji fisiologi merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui sifat biokimiawi
bakteri yang diisolasi dari sampel bekasam. Data hasil pengujian sifat fisiologi pada
isolat bakteri dapat dilihat pada Tabel 5.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa isolat B1, B3 dan B5 mempunyai sifat
fisiologi yang hampir sama. Perbedaan dari ketiga spesies ini terlihat dari beberapa uji.
Isolat B1 dan B5 memberikan hasil positif terhadap uji reduksi nitrat, penggunaan sitrat,
dan hidrolisis lemak; sedangkan isolat B3 memberikan hasil yang negatif terhadap
ketiga uji tersebut. Berdasarkan uji fermentasi glukosa, isolat B1 dan B5 mampu
memfermentasi glukosa dan laktosa atau sukrosa, sedangkan isolat B3 hanya mampu
memfermentasi glukosa. Isolat B2 dan B4 juga mempunyai sifat fisiologi yang hampir
sama. Perbedaan dari kedua isolat tersebut terlihat pada uji reduksi nitrat dan hidrolisis
lemak. Adanya perbedaan sifat fisiologi menunjukkan bahwa kelima isolat bakteri yang
diisolasi dari produk bekasam berbeda jenisnya satu sama lain.
Kelima isolat bersifat fermentatif dan memberikan hasil positif terhadap uji
pembentukan asam, aktivitas proteolitik dan hidrolisis pati. Hal ini berarti bakteri
tersebut mampu menguraikan protein dari daging ikan dan karbohidrat yang berasal dari
nasi menjadi senyawa asam. Senyawa asam yang terbentuk dapat berperan sebagai
pengawet dan memberikan cita rasa yang khas pada produk bekasam, yaitu rasa asam.
20
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
21
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
KESIMPULAN
Bekasam ikan bandeng (Chanos chanos) yang telah mengalami fermentasi selama
2 minggu mempunyai kadar garam 3,26 %; nilai pH 4,46; dan mengandung total asam
laktat 1,30 %. Hasil isolasi dari 5 koloni bakteri yang mempunyai morfologi (bentuk
dan warna koloni) yang berbeda diperoleh 5 isolat bakteri dengan karakteristik yang
berbeda pula.
Berdasarkan hasil karakterisasi secara morfologi dan fisiologi dari kelima isolat,
diperoleh bahwa : isolat B1, B3 dan B5 merupakan bakteri Staphylococcus sp. Hal ini
diperkuat dengan hasil uji penduga (uji kualitatif) Staphylococcus yang memberikan
22
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
hasil positif. Isolat B2 diduga merupakan bakteri dari jenis Erysipelothrix atau
Lactobacillus. Isolat B4 diduga merupakan bakteri yang termasuk ke dalam famili
Streptococcaceae, yaitu Streptococcus atau Gemella.
Untuk menentukan spesies bakteri yang berperan selama proses fermentasi ikan
bandeng menjadi produk bekasam perlu dilakukan uji-uji lainnya diantaranya
pengamatan bentuk dan ukuran sel secara lebih akurat, analisis sifat-sifat fisiologi:
pertumbuhan dalam kondisi aerob dan anaerob, pertumbuhan dalam berbagai media
yang berbeda (NaCl 10 % dan 15 %), pertumbuhan pada suhu berbeda (10 °C, 15°C,
45°C), analisis hasil produk fermentasi, uji hemolisis serta sifat-sifat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
23
Buletin Teknologi Hasil Perikanan
Vol X Nomor 2 Tahun 2007
24