Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Make A Match Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Ips

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

p-ISSN : 2549-7928

PURWADITA VOLUME 3, No.1, MARET 2019 e-ISSN : 2621-1017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TEKNIK MAKE A MATCH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR
DAN HASIL BELAJAR IPS
Nyoman Tri Esa Putra
Universitas Pendidikan Ganesha
E-mail: [email protected]

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of the cooperative learning model make a match
technique on learning motivation and social studies learning outcomes in Class V students of
SD Cluster VII Kubu District, Karangasem Regency. The design of this study uses the basic
pattern of The Posttest Only Control Group with a type of quasi-experimental. The study sample
amounted to 56 students. Data collected are learning motivation and social studies learning
outcomes. Data was analyzed using assisted MANOVA SPSS 17.00 for windows. The results of
the study show that: First, the learning motivation of students who learn with cooperative learning
using the make a match technique is significantly better than students who follow learning with
conventional models (F = 48.923; p <0.05). Second, social studies learning outcomes of students
studying with cooperative learning make a match techniques were significantly better than
students who followed learning with conventional models (F = 47.046; p <0.05). Third,
simultaneously learning motivation and social studies learning outcomes between students
studying with cooperative learning make a match techniques were significantly better than
students who followed conventional learning models.

Keywords: Cooperative Learning, Make a Match Technique, Learning Motivation, Social


Studies Learning Outcomes

I. PENDAHULUAN
Pendidikan IPS dewasa ini menunjukkan mereka. Hal ini diduga bersumber pada
beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses lemahnya proses belajar, sebagaimana
maupun hasil belajar, yang mana pendekatan dikemukakan oleh (Lesmawan, 2010;103),
konvensional sangat mendominasi seluruh bahwa pendidikan IPS belum mampu
proses belajar. Aktifitas guru lebih membangkitkan budaya belajar pada peserta
menonjolkan dari pada kegiatan siswa, didik. Budaya belajar dalam konteks ini
sehingga belajar siswa sebatas pada menghafal diartikan bahwa belajar IPS bukan hanya
(Lasmawan, 2010;129). Menemukan adanya menyangkut “what to learn” melainkan “how
kecendrungan dikalangan siswa dewasa ini to learn” dengan kata lain belajar IPS
yang beranggapan bahwa pendidikan ilmu seyogyanya dIPSndang dari aspek
pengetahuan sosial (PIPS) merupakan bidang instrumentalnya, yaitu “learning to learn”.
studi yang menjemuk dan kurang menantang Menurut Al Muchtar (2008) Kondisi
minat serta motivasi belajar, Bahkan lebih dari pembelajaran IPS saat ini masih menekankan
itu pandangan sebagai mata pelajaran kelas dua, pada pengembangan aspek kognitif dari pada
baik oleh peserta didik maupun orang tua afektif dan psikomotorik, pembelajaran kurang

94
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF.....(Nyoman Tri Esa Putra, 94-100)

menyentuh nilai sosial dan keterampilan sosial, pengalaman belajar yang bermakna. Kenyataan
menempatkan siswa sebagai penerima sekarang dalam proses pembelajaran masih
informasi bukan sebagai pengembang terdapat ketidaksesuaian antara bidang yang
kemampuan berpikir kritis dan mengakses diajarkan oleh guru dengan materi yang
penguasaan IPTEK. Disamping itu banyak diajarkan.
pandanagn dari peserta didik, orang tua, Hal ini juga yang mengakibatkan proses
masyarakat sampai para pengambil keputusan pembelajaran yang dilalui oleh siswa tidak
yang menganggap bahwa pendidikan IPS menjadi maksimal sehingga hasil belajar yang
kurang memberi nilai manfaat dibandingakan diperoleh tidak maksimal. Guru harus
dengan bidang studi yang lain seperti menghayati peran yang dilakoni sehingga bisa
Matematika, IPS. menciptakan proses pembelajaran yang benar-
Dampak dari persepsi ini dapat benar berkualitas dengan memberikan
menimbulkan kualitas masukan bagi program pengalaman belajar yang bermakna serta
ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan mampun menumbuhkan budaya belajar bagi
bidang studi yang lainnya, padahal secara siswa, yang pada nantinya akan berpangaruh
intrisik materi pelajarannya memerlukan terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
kemampuan intelektual dan motivasi yang Sudah menjadi kenyataan sehari-hari dimana
tinggi (Lasmawan, 2010). Perkembangan proses belajar mengajar dikelas kurang dapat
teknologi dan ilmu pengetahuan menandang membantu siswa bagaimana belajar dengan
lebih mengutamakan sains dalam pembinaaan benar. Hal ini mungkin disebabkan oleh
sumber daya manusia sehingga kurikulum strategi, metode atau cara yang digunakan guru
condong lebih banyak menuat sains dari pada belum tepat atau kurang disenangi oleh guru.
IPS. Penerapan teknologi dan ilmu alam Salah satu cara atau model yang
dianggap mampu membebaskan manusia dari digunakan oleh guru dalam proses pembelajarn
keterbelakangan dari suatu masyarakat. masih bersifat konvensional. Pada proses
Disamping itu karena ilmu sosial slalu pembelajaran ini cendrung pembelajaran
memberikan jawaban yang abstrak terhadap berlangsung satu arah yaitu dari guru ke siswa
semua permasalahan yang dihadapi masyarakat saja. Selama proses pembelajaran seperti ini
menyebabkan ilmu sosial selalu menjadi siswa akan merasa bosan serta kurangnya
kritikan bagi masyarakat. Ilmu sosial dianggap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
selalu hanya bisa memberi kritikan tanpa Dalam keadaan seperti ini siswa tidak akan mau
memberi jawaban atau alternatif solusi akhir bertanya kepada gurunya tentang hal-hal yang
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. tidak dimengerti. Hal ini disebabkan oleh siswa
Hal ini menyebabkan ilmu sosial dijadikan merasa takut untuk mengemukakan pendapat
penampung-penampung bagi mereka yang atau pertanyaa, siswa mungkin bingung dengan
gagal di ilmu alam atau teknologi. apa yang akan ditanyakan. Disamping itu siswa
Terkait penyelenggaraan pembelajaran di kurang dilatih untuk mengembangkan ide-ide
sekolah seorang guru memegang peranan dalam memahami dan menyelesaikan masalah
penting. Kondisi proses pembelajaran di tingkat yang dihadapi.
sekolah saat ini masih menekankan pada aspek Siswa biasanya lebih berani
pengetahuan dan masih sedikit yang mengacu menyampaikan pendapatnya kepada teman atau
pada keterlibatan siswa pada proses siswa lain. Dalam proses pembelajaran di
pembelajaran itu sendiri. Guru dapat sekolah yang berperan sebagai sumber
merancang pembelajaran sedemikian rupa pebelajar adalah siswa. Masing-masing siswa
sehingga peserta didik memperoleh memiliki karakteristik yang berbeda baik dari

95
p-ISSN : 2549-7928
PURWADITA VOLUME 3, No.1, MARET 2019 e-ISSN : 2621-1017

segi fisiologi dan psikologis serta perbedaan dan mencatat, aktivitas kegiatan siswa dalam
tingakt kecerdasan, bakat, minat serta motivasi. pembelajaran sangat sedikit. (2) siswa kurang
Semua kondisi ini akan berpengaruh pada dilatih dalam menyelesaikan masalah dalam
proses belajar mengajar yang juga kan kegiatan pembelajaran, sehingga jika dikasi
berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa. masalah siswa akan merasa bingung. (3) Guru
Oleh karena itu dalam pembelajaran perlu dalam proses pembelajaran hanya mengejar
membantuk kelompok-kelompok siswa yang ketuntasan materi dan kurikulum. Dalam
memungkinkan siswa untuk berdiskusi satu mengajar guru akan berorientasi pada
sama lain dalam memahami materi ataupun bagaimana materi atau kurikulum habis
menyelesaikan masalah. disajikan di kelas tanpa memandang siswa
Dalam proses pembelajaran yang telah mampu atau tidak menguasai materi yang telah
dilaksanakan mungkin guru sudah merasa diajarkannya. (4) dalam menyelesaikan
mengajar dengan cara yang benar, tetapi tidak masalah guru jarang memberikan kesempatan
bagi siswanya, sehingga terjadi miskonsepsi kepada siswa untuk menyampaikan pendapat
antara pemahaman guru dalam proses atau gagasannya.
pembelajaran dengan target dan misi Dalam upaya meningkatkan motivasi dan
pendidikan IPS sebagai mata pelajaran yang hasil belajar siswa, harus selalu dikemukanan
mangacu pada aspek pengembangan untuk tujuan pendidikan peningkatan kualitas
kemampuan intelektual siswa, pengembangan pendidikan bangsa. Guru harus sadar dengan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai bertanya tanggung jawab yang diemban,
anggota masyarakat dan bangsa serta sehingga mereka harus kratif memilih bentuk
pengembangan diri siswa sebagai pribadi, pengelolaan kelas yang berpotensi untuk
kondisi ini didukung oleh kenyataan ada di meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
lapangan, bahwa aspek guru sangat Guru telah berusaha menerapkan model
mendominasi seluruh proses pembelajaran guru atau metode pembelajaran lainya selaian
merasa puas dengan apa yang terlah diajarkan metode konvensional dalam pembelajaran,
tanpa melihat aspek siswanya namun usaha yang dilakukan guru kurang
(Lasmawan,2010). Sehingga menyebabkan maksimal. Situaasi yang demikian berdampak
pendidika IPS belum mampu menumbuhkan terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar
iklim yang menantang siswa untuk belajar dan siswa seperti yang terjadi pada anak kelas V
tidak mendukung produktivitas serta Sekolah Dasar Gugus VII Kecamatan Kubu
pengembangan berpikir peserta didik. Hal ini Kabupaten Karangasem. Hal ini dapat dilihat
mengakibatkan rendahnya motivasi belajar dari rendahnya rata-rata hasil belajar, sebagaian
siswa yang berdampak pula rendahnya hasil besar siswa belum mencapai Kriteria
belajar IPS siswa, dimana anak terlihat kurang Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah untuk
antusias dan kurang berkonsentrasi dalam mata pelajaran IPS yaitu 60. Rendahnya rata-
menerima pelajaran IPS. rata hasil belajar IPS siswa disebabkan karena
Permasalahan yang terkait dengan pelajaran IPS masih menjadi mata pelajaran
rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa yang kurang menarik bagi siswa dan
adalah (1) guru cendrung menggunakan model membosankan sehingga berdampak langsung
pembelajaran yang konvensional yaitu interaksi pada hasil belajar siswa.
yang terjadi dalam pembelajaran berjalan satu Untuk meningkatkan motivasi dan hasil
arah yaitu dari guru kesiswa. Guru hanya belajar siswa dapat dilakukan dengan
menyampaikan materi atau penyaji materi, mengadakan perubahan-perubahan dalam
sedangkan siswa senagai penerima informasi pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu

96
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF.....(Nyoman Tri Esa Putra, 94-100)

perlu dirancang suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan motivasi
dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa karena pada model pembelajaran
berpikir siswa untuk mengkontruksi ini siswa memberikan kesempatan untuk
pengetahuan sendiri dan berinteraksi satu sama berinteraksi dengan siswa lain, suasana belajar
lain baik itu siswa dengan siswa, siswa dengan di kelas dapat diciptakan sebagai suasana
guru, serta dapat mengkomunikasikan gagasan- permainan, ada kompetisi antar siswa untuk
gagasan berdasarkan pengetahuan yang memecahkan masalah yang terkait dengan
dimilikinya untuk menyelesaikan suatu topik pelajaran serta adanya penghargaan
permasalahan. (reward), sehingga siswa dapat belajar dalam
Salah satu alternatif untuk memcahkan suasanayang menyenangkan.
masalah tersebut diatas adalah dengan Model pembelajaran kooperatif teknik
menerapkan model pembelajaran kooperatif. make a match merupakan pembelajaran yang
Model pembelajaran kooperatif dikatakan unik dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun
bila dibandingkan dengan model-model lain 1994. Salah satu keuntungan teknik ini adalah
karena meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa mencari pasangan sambil belajar
digunakan struktur tugas dan struktur mengenai konsep atau topik dalam suasana
penghargaan(reward) yang lain dari yang lain. yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan
Peserta didik diharapkan bekerja dalam dalam semua mata pelajaran dan untuk
kelompok, dan penghargaan diberikan baik semuatingkatan usia anak didik.
secara kelompok maupun individu. Tujuan Berdasarkan uarain di atas maka peneliti
pembelajaran kooperatif adalah timbulnya efek bermaksud mengadaan penelitian dengan judul
akademik yang dibarengi oleh efek pengiring “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif
seperti kemampuan bekerjasama, penghargaan Teknik Make A Match Terhadap Motivasi dan
terhadap eksistensi orang lain, dan lain-lain Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V Sekolah
(Marhaeni, 2012). Dasar Gugus VII Kecamatan Kubu Kabuapten
Salah satu pembelajaran kooperatif yang Karangasem.”
dipilih sebagai salah satu alternatif solusi adalah
pembelajaran kooperatif teknik make a match. II. PEMBAHASAN
pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk Tujuan pembelajaran IPS di SMP
bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan tercantum dalam kurikulum tingkat satuan
masalah,menyelesaikan tugas, atau pendidikan. Adapun tujuan pembelajaran IPS
mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama. menurut Depdiknas, (2008:2) adalah sebagai
Model kooperatif merupakan model berikut. (1) Memperoleh keyakinan terhadap
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
mencapai kompetensinya dengan menekankan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
kerjasama antar siswa. ciptaan-Nya; (2) Mengembangkan pengetahuan
Karakteristik model pembelajaran dan pemahaman konsep-konsep IPS yang
kooperatif teknik make a match adalah adanya bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
permainan “mencari pasangan”. Permainan kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan
“mencari pasangan” menggunakan kartu yang rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
berisi soal dan jawaban soal dari kartu lain. tentang adanya hubungan yang saling
Siswa mencoba menemukan jawaban dari soal mempengaruhi antara IPS, lingkungan,
dalam kartunya yang terdapat pada kartu yang teknologi, dan masyarakat; (4)
dipegang siswa lain. Model pembelajaran Mengembangkan keterampilan proses untuk
kooperatif teknik make a match cocok menyelidiki alam sekitar, memecahkan

97
p-ISSN : 2549-7928
PURWADITA VOLUME 3, No.1, MARET 2019 e-ISSN : 2621-1017

masalah, dan membuat keputusan; (5) yang mengikuti model pembelajaran kooperatif
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta tipe TTW dengan siswa yang mengikuti model
dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan pembelajaran konvensional, (2) Terdapat
lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran motivasi belajar IPS antara siswa yang
untuk menghargai alam dan segala mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan TTW dengan siswa yang mengikuti model
Tuhan; (7) Memperoleh bekal pengetahuan, pembelajaran konvensional, (3) Terdapat
konsep, dan keterampilan IPS sebagai dasar kontribusi yang positif dan signifikan antara
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. motivasi belajar dengan prestasi belajar IPS
Mengacu pada hal tersebut, terdapat siswa.
perbedaan proses pembelajaran mandiri dengan Dengan demikian, motivasi belajar siswa
pembelajaran konvensional. Dengan adanya dan hasil belajar siswa yang mengikuti
perbedaan pada proses pembelajaran, maka pembelajaran dengan model pembelajaran
sangat memungkinkan jika hasil belajar IPS kooperatif teknik make a match lebih baik
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan dibandingkan dengan motivasi berprestasi
model pembelajaran kooperatif teknik make a siswa dan hasil belajar siswa yang mengikuti
match lebih baik daripada hasil belajar IPS pembelajaran konvensional. Pada dasarnya
siswa yang mengikuti pembelajaran hasil belajar adalah hasil dari suatu kegiatan
konvensional. yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
Penelitian yang ketiga bertujuan untuk individual maupun kelompok
mengetahui pengaruh model pembelajaran (Djamarah,1994:19). Pada proses interaksi
kooperatif teknik make a match secara simultan dalam pembelajaran siswa sebagai subjek didik
terhadap motivasi belajar dan hasil belajar IPS melakukan perbuatan belajar yang ditandai
Berdasarkan temuan ini maka hasil analisis dengan adanya perubahan tingkah laku pada
MANOVA menunjukkan bahwa harga F hitung dirinya atas adanya rangsangan dari
44.018 dengan signifikansi 0,000 untuk Pillae lingkungan. Sedangkan pendapat lain
Trace, Wilk Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s menjelaskan belajar merupakan rangkaian
Largest Root dari implementasi model kegiatan, jiwa raga, psikofisik menuju pada
pembelajaran kooperatif teknik Make A Match perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang
lebih kecil dari 0,05. Artinya semua nilai Pillae menyangkut unsure cipta, rasa, karsa ,ranah
Trace, Wilk Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s kognitif dan psikomotor. Aktivitas dari belajar
Largest Root signifikan. Dengan demikian, secara rinci dan memiliki tujuan yang lebih luas
terdapat pengaruh penerapan model yaitu perkembangan pribadi seutuhnya
pembelajaran kooperatif teknik make a match (Sardiman, 2003:38).
terhadap motivasi belajar dan hasil belajar IPS Dimyati dan Mudjiono (2006:239) juga
secara simultan pada siswa kelas V SD Gugus mengatakan pengertian belajar adalah suatu
VII Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem. proses aktif dalam memperoleh pengalaman/
Temuan pada penelitian ini sejalan pengetahuan baru sehingga menyebabkan
dengan hasil penelitian I Gede Widiastika perubahan tingkah laku. Dengan demikian,
(2012), dalam tesisnya yang berjudul Pengaruh belajar pada dasarnya merupakan suatu proses
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think artinya kegiatan belajar senantiasa dinamis dan
Talk Write (TTW) terhadap motivasi dan mengarah kepada terjadinya perubahan dalam
prestasi belajar IPS pada siswa SMP Negeri 1 diri peserta didik. Hasil belajar dipengaruhi
Kubu. Menyatakan bahwa (1) Terdapat oleh faktor yang bersumber dari dalam diri
perbedaan prestasi belajar IPS antara siswa siswa sebagai individu berupa usaha untuk

98
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF.....(Nyoman Tri Esa Putra, 94-100)

mencapai keberhasilan dalam belajar. Motivasi dengan motivasi belajar akan menghasilkan
belajar merupakan salah satu faktor yang hasil belajar yang baik atau bahkan lebih baik.
berasal dari dalam diri siswa. Tanpa adanya Oleh karena itu, peran pendidik dalam hal ini
motivasi, tidak mungkin siswa memiliki harus berupaya membangkitkan motivasi
kamauan untuk belajar. Oleh karena itu, belajar yang kuat pada diri siswa dengan
membangkitkan motivasi merupakan salah satu menciptakan kesenangan dalam belajar.
tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, proses
Selain itu juga dapat merangsang tumbuhnya pembelajaran seyogyanya dipersiapkan dengan
rasa optimis sehingga akan dapat mendorong matang sehingga akan lebih efektif dan efisien
keinginan untuk bekerja maksimal akhirnya yang tentunya akan berpengaruh pada motivasi
akan berujung pada peningkatan hasil belajar. belajar siswa. Pendidik juga memiliki peranan
Keberhasilan yang dicapai akan menimbulkan penting untuk memfasilitasi, membimbing dan
perasaan dan sikap positif terhadap diri dan membangkitkan motivasi belajar pada siswa
lingkungan, yang akhirnya akan menyebabkan sehingga menumbuhkan kecintaan untuk terus
timbulnya keinginan untuk mengerjakan tugas belajar khususnya mempelajari IPS. Model
dengan sebaik-baiknya. pembelajaran kooperatif teknik make a match
Ini sejalan dengan ciri-ciri motivasi mampu memenuhi apa yang dibutuhkan siswa
belajar siswa yaitu: a) Siswa merencanakan dan selama pendidik selalu berupaya untuk
memilih kegiatan belajar sendiri ; b) Siswa merancang pembelajaran yang bermakna agar
berinisiatif dan memacu diri untuk belajar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan
secara terus menerus; c) Siswa dituntut dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
bertanggung jawab dalam belajar; d) Siswa
belajar secara kritis, logis, dan penuh III. PENUTUP
keterbukaan; dan e) Siswa belajar dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
penuh percaya diri, Anton Sukarno (1989:64). Hasil analisis hipotesis 1 menunjukkan bahwa
Pembelajaran IPS yang membosankan terdapat perbedaan secara signifikan motivasi
mengharuskan guru untuk menganti model belajar antara siswa yang belajar dengan
pembelajaran yang digunakan agar tidak pembelajaran kooperatif teknik make a match
monoton. Ini berarti bahwa apabila mata dan siswa yang belajar dengan model
pelajaran IPS dibelajarkan dengan cara yang pembelajaran konvensional pada siswa kelas
tepat yaitu membuat pembelajaran yang V SD Gugus VII Kecamatan Kubu, Kabupaten
menyenangkan maka materi akan lebih mudah Karangasem.
dipahami siswa. Pembelajaran mandiri adalah Hasil analisis hipotesis 2 menunjukkan
suatu model pembelajaran kooperatif yang bahwa terdapat perbedaan secara signifikan
memberi siswa untuk memiliki inisiatif dengan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar
atau tanpaa bantuan guru untuk menganalisis dengan pembelajaran kooperatif teknik make
kebutuhan belajarnya sendiri, merumuskan a match dan siswa yang belajar dengan model
tujuan belajarnya sendiri, mengidentifikasi pembelajaran konvensional pada siswa kelas
sumber- sumber belajar, mengevaluasi hasil V SD Gugus VII Kecamatan Kubu, Kabupaten
belajarnya sendiri. Karangasem.
Adanya korelasi langsung antara motivasi Hasil analisis hipotesis 3 menunjukkan
belajar dan hasil belajar IPS, artinya semakin bahwa secara simultan terdapat perbedaan yang
tinggi motivasi belajar siswa, semakin baik signifikan terhadap motivasi belajar dan hasil
hasil belajarnya. Agar proses pembelajaran belajar IPS antara siswa yang belajar dengan
efektif maka perlu melibatkan motivasi belajar, pembelajaran kooperatif teknik make a match

99
p-ISSN : 2549-7928
PURWADITA VOLUME 3, No.1, MARET 2019 e-ISSN : 2621-1017

dan siswa yang belajar dengan model Berpretasi dan Hasil Belajar
pembelajaran konvensional pada siswa kelas Matematika Pada Siswa Kelas IV
V SD Gugus VII Kecamatan Kubu, Kabupaten Sekolah Dasar Nomor 3 Mambal. e
Karangasem. Jurnal Pendidikan Dasar Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
DAFTAR RUJUKAN Ganesha. Tahun 2011.
Sumarni, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Model
Al Muchtar, Suwarman. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Pendidikan IPS, Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau
Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI. Dari Minat Terhadap Lingkungan Pada
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Siswa Kelas V SD Se-Desa Sibangkaja.
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik e Jurnal Pendidikan Dasar Program
(Edisi Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Pascasarjana. Universitas Pendidikan
Cipta. Ganesha. Tahun 2011.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian,
Yogyakarta: Andi.
Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Penerapan Standar Nasional
Pendidikan, Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama.
Dimyati & Mudjiono. 1994. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi
Belajar dan kompetensi Guru.
Surabaya: Usaha Nasional.
Gregory, Robert J. 2000. Psychological Testing
History, Principles, and Application.
Singapore: Allyn & Bacon Inc.
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam
Pendidikan. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha Press.
Lasmawan, Wayan. 2010. Menelisik
Pendidikan IPS Dalam Persepektif
Kontekstual-Empirik, Singaraja:
Mediakom Indonesia Press Bali.
Marhaeni, AAIN. 2012. Landasan dan Inovasi
Pembelajaran, Singaraja: Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha Negeri Singaraja.
Rapini, Ni Made. 2011. Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
untuk Meningkatkan Motivasi

100

You might also like