JGSM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.

4 November 2018 hal 187 - 200


Geo-Science

Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral


i
g
lo Center for Geological Survey, Geological Agency, Ministry of Energy and Mineral Resources
o
e
G Journal homepage: http://jgsm.geologi.esdm.go.id
ISSN 0853 - 9634, e-ISSN 2549 - 4759

Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan Jawa Barat


Ditafsir dari Anomali Bouguer
Subsurface Geological Structure of The Southern Mountain of West Java Based
interpreted on Bouguer Anomaly

Subagio
Pusat Survei Geologi, Jl.Diponegoro No.57 Bandung
email: [email protected]
Naskah diterima : 8 Oktober 2018, Revisi terakhir : 25 Oktober 2018 Disetujui : 29 Oktober 2018, Online : 8 November 2018
DOI: http://dx.doi.org/10.33332/jgsm.geologi.19.4.187-200

Abstrak- Pola anomali Bouguer Pegunungan Selatan Abstract- West Java Southern Mountain Bouguer Anomaly
Jawa Barat mengindikasikan struktur geologi bawah Pattern indicated subsurface geological structures,
permukaan yang dicirikan oleh pola gradien anomali characterized by high anomaly gradient patterns, mainly
tinggi, terutama di sepanjang pantai selatan. Besar gradien along south coast. The anomaly gradients are about 4-8
anomali tersebut adalah sekitar 4-8 mGal/km, yang diduga mGal/km, that are reflected normal fault as along as south
coast. High anomaly around Ciletuh, Sukabumi shows 240
merupakan pencerminan keberadaan sesar normal di
mGals, while in the northern area is 10 mGals. The high
sepanjang pantai selatan. Anomali tinggi di sekitar Ciletuh, anomaly is interpreted ultramafic outcrop at Ciletuh and
Sukabumi mencapai 240 mGal, sementara nilai anomali di the Moho level is at about 13 kms under sea level, while
wilayah bagian utara mencapai hanya 10 mGal. Tingginya low anomaly in northern indicates sedimentary basin,
anomali tersebut diperkirakan akibat keterdapatan which is partly covered by Quartenary volcanic rocks. The
singkapan batuan ultrabasa di Ciletuh dan meningginya geological structures were affected by the collision of the
Moho hingga kedalaman sekitar 13 km di bawah muka Indian Ocean Plate and the Eurasian Continent Plate. The
laut. Sementara rendahan anomali di bagian utara active faults controlls negative potential (damage,
merupakan pencerminan keberadaan cekungan sedimen, geological hazard), while faults related to Quaternary
namun cekungan ini sebagian tertutupi oleh batuan volcanoes controlled the formation of geothermal traps.
gunungapi Kuarter. Struktur geologi di wilayah ini
dipengaruhi oleh aktifitas tumbukan Lempeng Samudra
Hindia dan Lempeng Benua Eurasia. Sesar aktif yang ada
menjadi potensi negatif (merusak, bencana geologi),
sedangkan sesar yang berkaitan dengan gunungapi Kuarter
mengontrol terbentuknya jebakan panasbumi.
Keywords : Bouguer anomaly, Southern Mountain of West
Katakunci : Anomali Bouguer, Pegunungan Selatan Jawa Java, high anomaly gradient, normal faults, sediment basins,
Barat,gradien anomali tinggi, sesar normal, cekungan sedimen, geological hazard, geothermal traps.
bencana geologi, jebakan panasbumi.

© Pusat Survei Geologi, Badan Geologi. This is an open access article


under the CC-BY-NC-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/)
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral - Terakreditasi KEMENRISTEKDIKTI No. 21/E/KPT/2018
Berlaku sejak Volume 17 Nomor 1 Tahun 2016 sampai Volume 21 Nomor 4 Tahun 2020
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

188

banjir, dan letusan gunungapi rentan terjadi di bagian


PENDAHULUAN timurlaut daerah penelitian. Gempabumi tektonik
terjadi tahun 1979 dan 1980, masing-masing sebesar 6
Latar Belakang dan 7 skala Richter. Daerah yang terkena bencana
berada dalam satu jalur dengan arah bersesuaian dengan
Keragaman struktur geologi di wilayah Jawa bagian arah sesar regional di daerah ini (Budhitrisna, 1987).
barat diakibatkan oleh proses tektonik, yang dikontrol Berhubung kompleksnya kondisi geologi di wilayah ini,
oleh aktifitas tumbukan dua lempeng yaitu Lempeng selain penelitian geologi, juga disertai penelitian
Eurasia berada di sebelah utara yang berkomposisi gayaberat. Survei ini telah dilaksanakan oleh Pusat
granitis dan Lempeng Samudra Hindia di sebelah Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), sekarang
selatan yang berkomposisi basaltis. Lempeng samudera Pusat Survei Geologi (PSG) tahun 1990-1995.
menunjang ke bawah lempeng benua, zona tumbukan Berdasarkan hasil survei ini, dihasilkan peta pola
ini membentuk morfologi palung laut yang di dalamnya anomali gayaberat (anomali Bouguer) skala 1:100.000.
terakumulasi batuan sedimen laut dalam, batuan Berdasarkan analisis pola anomali secara kualitatif dan
malihan, dan batuan beku berkomposisi basa hingga kuantitatif, dapat dilakukan pemodelan geologi bawah
ultrabasa. Percampuran berbagai jenis batuan tersebut permukaan.
membentuk batuan bancuh (mélange), dan tersingkap di Struktur geologi permukaan daerah penelitian dapat
berbagai tempat di Jawa, seperti di Ciletuh-Sukabumi, diketahui berdasarkan peta geologi skala 1:100.000
dan Karangsambung-Kebumen sebagai penciri zona yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan
penunjaman pada Awal Tersier. Pengembangan Geologi tahun 1987-2010. Namun
Kondisi geologi tersebut menjadi faktor pendukung struktur geologi bawah permukaan belum dapat
utama keterdapatan mineral-mineral ekonomis, seperti diketahui. Oleh sebab itu, analisis pola anomali
emas, perak, tembaga, timah hitam, dan seng. Emas gayaberat dilaksanakan agar dapat mengungkapkan
banyak ditambang di daerah Banten Selatan, yaitu di struktur geologi bawah permukaan. Tulisan ini akan
Cikotok, G.Pongkor (berada di Jalur Pegunungan membahas struktur geologi bawah permukaan daerah
Selatan). Jalur Pegunungan Selatan terletak di bagian Jawa Barat bagian selatan.
selatan dari Jawa bagian barat), batuan penyusunnya di
antaranya adalah Formasi Andesit Tua (Bemmelen, Lokasi Penelitian
1949), yang mengandung tufa pasiran dan tufa berbutir
sedang sampai kasar, yang dapat berfungsi sebagai Berdasarkan peta geologi sistematik Jawa skala
batuan reservoir untuk minyak dan gas bumi (Nahrowi 1:100.000, daerah penelitian termasuk ke dalam
dkk., 1978). Lembar Jampang dan Balekambang (Sukamto, 1975),
Sumberdaya alam lainnya yang dikandung wilayah ini Lembar Sindangbarang dan Bandarwaru (Koesmono,
adalah energi panasbumi, antara lain dijumpai di dkk, 1996), Lembar Garut dan Pameungpeuk (Alzwar,
lapangan panasbumi Darajat, Kamojang, dan Wayang- dkk., 1992), Lembar Tasikmalaya (Budhitrisna, 2010),
Windu (Alzwar dkk, 1992), yang masing-masing dan Lembar Karangnunggal (Supriatna, dkk., 1992).
lapangan panas bumi tersebut sudah menghasilkan Daerah penelitian secara geografi terletak dalam 10620-
energi sebesar 150 megawatt, 140 megawatt, dan 110 10830 BT dan 700- 800 LS (Gambar 1).
megawatt (Bronto dan Hartono, 2004).
Pemunculan sumber mata air panas di sekitar Kawah
Kamojang dan Kawah Darajat juga tersebar di beberapa METODOLOGI PENELITIAN
lokasi lainnya, sebagai manifestasi permukaan dari Metode gayaberat merupakan salah satu metode
suatu keberadaan lapangan panasbumi. geofisika yang tergolong paling tua dan paling umum
Selain potensi geologi yang sifatnya positif seperti digunakan untuk membantu memecahkan
diutarakan di atas, terdapat juga potensi negatif yang permasalahan geologi. Metode penelitian ini di
dapat menimbulkan bencana geologi akibat keberadaan Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun 1923, yaitu
beberapa sesar aktif, seperti Sesar Cileunyi- sejak Vening Meinesz melakukan pengukuran
Tanjungsari, Sesar Lembang, Sesar Jati, Sesar Legok gayaberat di sekitar perairan laut Indonesia,
Kole (Marjiyono dkk, 2008), Sesar Cimandiri, Citarik, menggunakan peralatan pendulum yang dipasang di
Sesar Ciliwung-Cisadane (Soehaimi, 2011),. dalam kapal selam. (Bemmelen, 1949 dalam Subagio
Kebencanaan geologi gempabumi, gerakan tanah,
Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

189

0 1 5km

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

dan Setiadi, 2016 ).


Menjelang awal REPELITA (Rencana Pembangunan
Lima Tahun) I, Pusat Penelitian dan Pengembangan TATAAN GEOLOGI
Geologi (sekarang Pusat Survei Geologi, PSG), mulai
melakukan pemetaan gayaberat bersistem di Indonesia. Fisiografi Daerah Penelitian
Tujuannya adalah untuk mencari sumberdaya alam dan Secara fisiografi, daerah penelitian bagian utara
energi, serta menentukan struktur geologi yang termasuk ke dalam Zona Bandung yang tersusun oleh
berkaitan dengan potensi geologi. batuan gunungapi Kuarter, sedangkan di bagian selatan
Pola anomali Bouguer hasil pemetaan gayaberat termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat
merupakan salah satu data dasar yang dapat digunakan yang memanjang dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai
untuk penelitian potensi geologi, baik potensi positif dengan Pulau Nusakambangan (Bemmelen, 1949;
maupun potensi negatif (Subagio, 2014; Subagio, Gambar 2).
2017). Morfologi daerah penelitian ini terbagi 4 satuan, yaitu
Pola anomali Bouguer daerah Pegunungan Selatan kerucut gunungapi, pebukitan bertimbulan kasar,
Jawa bagian barat diambil dari peta anomali Bouguer pebukitan menggelombang, dan pedataran. Kerucut
skala 1:100.000, mencakup Lembar Jampang (Rohandi gunungapi menempati bagian utara dan tengah, tersusun
dan Gunawan, 1990), Lembar Karangnunggal (Tasno oleh batuan gunungapi Kuarter, dengan puncak-
dan Djaswadi, 1990), Lembar Tasikmalaya (Nasution puncaknya antara lain G.Malabar (2321 m),
dan Pandu, 1994), Lembar Sindangbarang G.Papandayan (2622 m), G.Cikuray (2820 m),
(Nainggolan, dkk., 1995), Lembar Garut (Nasution, G.Kracak (1838 m), G.Sawal (1764 m), G.Sanggabuana
dkk., 1995), dan Lembar Pemeungpeuk (Subagio, dkk, (1721 m), dan G.Galunggung-Baturahong-Sadakeling
1995). Pola anomali Bouguer dihitung berdasarkan (700-2000 m). Pebukitan bertimbulan kasar menempati
reduksi anomali gayaberat teoritis menggunakan bagian selatannya, dan merupakan bagian dari
Formula Geodetic Reference Systems 1967, yang sesuai Pegunungan Selatan Jawa Barat, tersusun terutama oleh
dengan peta dasar rupabumi Badan Koordinasi batuan gunungapi Tersier Akhir (Pliosen) hingga
Survei dan Pemetaan Nasional yang beracuan formula Kuarter Tua. Puncak-puncaknya antara lain G.Sorok
tersebut. (1416 m), G.Sembung (1230 m), G.Puncakgede (1801
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

190

Sumber: Bemmelen (1949) dalam Subagio (2017)


Gambar 2. Fisiografi Jawa Barat.

m), G.Mandalagiri (1813 m), G.Cupu (1457 m), kasar yang mengandung foram kecil. Di bagian timur
G.Harendong (1000 m), G.Dongeng (771 m), G.Taman Formasi Jampang ditindih secara selaras oleh
(731 m), G.Gedebong (441 m), dan G.Parang (755 m). Batugamping Kalipucang, dan ditindih secara tak
Pebukitan menggelombang menempati daerah di bagian selaras oleh Formasi Halang (Tmh). Formasi Halang
selatan daerah penelitian, dibentuk oleh batuan sedimen menjemari dengan Formasi Bentang, dan tertindih tak
Tersier. Pebukitan ini pada umumnya rendah (dibawah selaras Formasi Tapak (Tpt) yang berumur Pliosen.
1000 m), dengan lereng yang tidak terjal. Puncak- Sebagian besar di bagian timurlaut ditempati Formasi
puncaknya antara lain Pr.Sodongparat (116 m), Pemali (Tmp) yang berumur Miosen Bawah, dan
Pr.Gintung (136 m), Pr.Genteng (284 m), Pr.Anggalasan ditindih secara selaras oleh Formasi Halang. Formasi
(434 m), dan G.Kecapi (494 m). Daerah pedataran Kaliwangu (Tpkw) dan Formasi Cijulang (Tpc) yang
menempati wilayah yang sempit, di sepanjang pantai berumur Pliosen menindih tak selaras Formasi Halang
selatan dan di antara kerucut gunungapi (di bagian Di bagian utara daerah penelitian dijumpai lava dan
tengah). Satuan pedataran tersusun oleh endapan pantai breksi tuf yang bersusunan andesit dan mengandung
dan sungai, serta endapan rempah lepas gunungapi fragmen batuapung, diduga batuan gunungapi ini
muda. termasuk ke dalam Formasi Beser (Tmb) yang berumur
Miosen Akhir.
Tataan Stratigrafi Batuan gunungapi berumur Pliosen (Tpv) menindih tak
selaras Formasi Bentang, yang terdiri atas tuf hablur, tuf
Batuan tertua tersingkap adalah lava dan breksi andesit sela, dan breksi tuf andesit. Formasi Bentang diterobos
serta tuf setempat terpropilitkan, berumur Oligosen oleh piroksen (Tpap) dan andesit hornblenda (Tpah),
Akhir hingga bagian awal Miosen Tengah yang dapat dan ditindih tak selaras oleh batuan gunungapi lebih
dikorelasikan dengan Batuan gunungapi Formasi muda berumur Plio-Plistosen (QTv), terdiri atas tuf
Jampang (Tomjv). Batuan ini berhubungan menjemari hablur, breksi tuf berbatuapung, breksi, dan lava
dengan Batuan sedimen Formasi Jampang (Tomjc). andesit. Batuan gunungapi Kuarter Tua yang menindih
Batuan tersebut diterobos oleh diorit kuarsa (Tmdi) yang tak selaras batuan gunungapi Plio-Plistosen, diduga
berumur akhir Miosen Tengah. Formasi Jampang merupakan hasil kegiatan G.Waringin, G.Bedil, G.
ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Bentang Malabar Tua, Komplek Gunung Sunda, Komplek
(Tmpb) yang berumur Miosen Akhir hingga Pliosen Gunung Guntur-Pangkalan dan Kendang, Gunung
Awal. Bagian bawah formasi ini tersusun oleh Kracak-Puncakgede, Gunung Mandalawangi-
konglomerat, batupasir tufan, sisipan lempung dengan Mandalagiri, dean Gunung Malabar-Tilu. Batuan
lensa lignit dan mengandung moluska. Bagian atasnya Gunungapi Kuarter Muda dihasilkan dari G.Windu,
terdiri atas tuf kaca berbatuapung, sisipan batupasir tuf G.Papandayan, G.Cikuray, G.Masigit, G.Haruman, dan
Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

191

G.Kaledong. Endapan paling muda adalah endapan Disamping itu, dijumpai juga bahan galian golongan B,
danau, koluvium, dan aluvium. seperti belerang, pirit, besi titan, dan emas (Alzwar dkk,
Untuk lebih menyederhanakan permasalahan, 1992). Jebakan emas terdapat di daerah Salopa
khususnya dalam hubungannya dengan pemanfaatan (Cipanawar), berupa endapan emas letakan (Supriatna
data geofisika berupa data gayaberat (pola anomali dkk, 1992).
Bouguer), tataan geologi permukaan dapat Sumberdaya energi yang dijumpai berupa sumber
disederhanakan seperti tersaji dalam Gambar 3. Dalam energi tenaga air (S.Citarum), dan energi panasbumi
gambar tersebut, stratigrafi daerah penelitian dapat (G.Kamojang). Energi panasbumi dari Kawah
dikelompokkan menjadi 6 satuan, yaitu: batuan malihan Kamojang dan Kawah Darajat bernilai ekonomis,
Tersier, batuan gunungapi Tersier, batuan sedimen karena mempunyai potensi tenaga listrik dengan nilai
Tersier, batuan terobosan Tersier, batuan gunungapi cadangan 100-250 Mw (Bronto dan Hartono, 2004).
Kuarter, dan endapan permukaan. Kebencanaan geologi berupa gempabumi, gerakan
tanah, banjir, dan letusan gunungapi rentan terjadi di
Struktur dan Tektonik bagian timur laut daertah penelitian. Gempabumi
tektonik terjadi tahun 1979 dan 1980, masing-masing
Struktur geologi permukaan yang terdapat di daerah ini sebesar 6 dan 7 skala Richter. Daerah yang terkena
adalah lipatan, sesar, dan kekar. Lipatan berarah barat bencana berada dalam satu jalur dengan arah
baratlaut-timur tenggara yang terdapat dalam Formasi bersesuaian dengan arah sesar regional di daerah ini
Bentang, dan berarah utara baratlaut-selatan tenggara (Budhitrisna, 1987). Daerah di bagian utara juga
dalam Formasi Jampang. Sesar yang dijumpai adalah mempunyai potensi kebencanaan geologi, karena
sesar normal dan sesar mendatar. Sesar normal utama berdasarkan hasil penelitian kegempaan yang
merupakan bagian unsur pembentukan depresi (Zona dilaksanakan Marjiyono dkk. (2008) diketahui bahwa di
Bandung) yang dicirikan sebagai sesar Pegunungan wilayah ini terdapat Sesar Legok Kole, Sesar Jati, dan
Selatan, berarah barat-timur. Di Bagian tenggara, sesar Sesar Cicalengka yang merupakan sesar aktif.
normal berarah baratlaut-tenggara, dan utara-selatan. Kemudian Soehaimi (2011) juga melakukan penelitian
Sesar mendatar umumnya berarah baratdaya- timurlaut, seismotektonik di wilayah Jawa bagian barat, dan
beberapa berarah hampir barat-timur dan baratlaut- menyatakan bahwa Sesar Cimandiri di bagian baratlaut
tenggara, yang melibatkan batuan Tersier dan Kuarter. diperkirakan aktif. Sesar-sesar aktif ini kemungkinan
(Alzwar, dkk, 1992). Sesar regional di bagian timur besar merupakan sumber bencana geologi di wilayah
berarah utara baratlaut-selatan tenggara, dan menerus ini.
ke arah Pangandaran. Sesar ini disebut sebagai Sesar
Citanduy (Simandjuntak, 1979 dalam Budhitrisna,
1987).Tektonik di daerah ini pada Zaman Tersier sangat HASIL
dipengaruhi oleh penunjaman Lempeng Samudra
Hindia ke bawah Lempeng Eurasia yang terjadi pada Pola Anomali Bouguer
Oligosen Akhir – Miosen Awal/Tengah. Tunjaman ini
Pola anomali Bouguer daerah penelitian (Gambar 4)
menghasilkan kegiatan gunungapi yang bersusunan
berpola melajur berarah baratlaut-tenggara, dengan
andesit dan diikuti dengan sedimentasi karbonat pada
kisaran nilai 10 mGal (di Tarogong Garut dan di
laut dangkal (Alzwar ,dkk, 1992).
G.Malabar) sampai 250 mGal (pantai selatan di sekitar
Ciletuh Pelabuhanratu-Sukabumi). Pola anomali ini
Potensi Geologi memperlihatkan gambaran sebaran densitas batuan.
Potensi geologi yang dimiliki daerah penelitian ini Secara umum densitas batuan di daerah penelitian
terbagi dua, yaitu potensi positif dan potensi negatif. dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok batuan
Potensi positif merupakan potensi geologi yang sifatnya densitas tinggi yang dicirikan oleh pola anomali tinggi
menguntungkan, seperti potensi sumberdaya mineral (ditandai dengan pola kontur berwarna merah hingga
dan energi. Sedangkan yang termasuk ke dalam potensi ungu), kelompok batuan berdensitas menengah
negatif adalah potensi geologi yang sifatnya merusak, (ditandai dengan pola kontur berwarna hijau hingga
seperti bencana geologi akibat gempabumi. kuning), dan kelompok batuan yang mempunyai
Potensi sumberdaya mineral yang dijumpai di daerah densitas rendah (ditandai dengan pola kontur berwarna
penelitian sebagian besar berasal dari bahan galian biru muda hingga biru tua). Secara kuantitatif, ketiga
golongan C, seperti andesit, basalt, pasir batu, obsidian, kelompok batuan tersebut masing-masing ditempati
batuapung, batugamping, pasir, dan lempung. oleh kelompok anomali tinggi (145-250 mGal),
192
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

Sumber: Alzwar dkk (1992); Supriatna dkk (1992); Budhistrisna (1987); Sukamto (1990); Koesmono dkk (1996)

Gambar 3. Peta geologi yang disederhanakan daerah penelitian.


Sumber: Rohandi & Gunawan (1990); Tasno & Djaswadi (1990); Nasution & Pandu (1994); Nainggolan dkk (1995); Nasution dkk (1995); Subagio dkk (1995)

Gambar 4. Pola anomali Bouguer daerah penelitian


Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

193
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

194

kelompok anomali menengah (65-145 mGal), dan mGal/km. Tingginya gradien anomali ini diduga
kelompok anomali rendah (10-65 mGal). merupakan pencerminan sesar normal berarah relatif
Hasil olahan data gayaberat menunjukkan nilai anomali barat-timur, blok utara relatif turun terhadap blok
tinggi (sekitar 250 mGal) terletak di sekitar daerah selatan. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya
Ciletuh, yaitu daerah tempat tersingkapnya batuan cekungan sedimen di blok utara tersebut. Menurut
bancuh (melange) yang mempunyai densitas tinggi. Hamilton (1974), ketebalan batuan sedimen di wilayah
Tingginya nilai anomali tersebut diakibatkan oleh tersebut adalah sekitar 1km (Gambar 5).
keterdapatan batuan bancuh di sekitar Ciletuh, dan juga Berdasarkan hasil penelitian geologi dan geofisika yang
mungkin diakibatkan oleh menipisnya fragmen kerak dilaksanakan oleh Badan Geologi (2009), di wilayah
benua, dan meningginya Moho oleh kinematika Jawa Barat bagian selatan terdapat Cekungan Jawa
kompresi oblik di dekat lajur penunjaman kerak Barat Selatan yang lokasinya bertampalan
Samudra Hindia. Gradien anomali ini meninggi hingga (overlapping) dengan lokasi cekungan sedimen di blok
4 mGal/km, bahkan di sekitar Pelabuhanratu mencapai utara, bahkan melebar hingga ke arah laut selatan
nilai hingga 8 mGal/km (Sardjono dan Simandjuntak, (Gambar 6). Bila cakupan Cekungan Jawa Barat
2004). Selatan ini ditampalkan dengan pola anomali Bouguer
Kelompok anomali menengah yang ditandai dengan dalam Gambar 4, maka akan timbul permasalahan baru
kontur berwarna hijau hingga kuning, menjalur dengan yaitu cekungan sedimen yang berada di bagian laut
arah baratlaut-tenggara, dan gradien anomali sebesar 4 selatan tersebut berada di wilayah anomali tinggi.
Sehingga dapat ditafsirkan bahwa Cekungan Jawa

Sumber: Hamilton, W.B(1974)

Gambar 5. Kontur ketebalan sedimen di P.Jawa dan sekitarnya

Sumber: Badan Geologi (2009)

Gambar 6. Cekungan sedimen di sekitar P.Jawa.


Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

195

Barat Selatan ini tidak melebar hingga ke laut, dan di merupakan gambaran tentang keberadaan sesar-sesar
bagian selatannya dibatasi oleh sesar normal. yang tersebar di daerah penelitian. Tingginya anomali
di bagian pantai selatan Jawa bagian barat, diduga
Hasil penafsiran pola anomali secara kualitatif diakibatkan 2 (dua) hal sebagai berikut (Sardjono,
memberikan gambaran struktur geologi bawah 2006) :
permukaan berupa sesar-sesar, baik sesar normal - merupakan akibat mendekatnya batuan mantel
maupun sesar geser. Diduga fenomena ini diakibatkan atas yang berdensitas tinggi (3,10 gr/cm3)
oleh kegiatan tektonik pada zaman Tersier yang dengan permukaan.
dipengaruhi oleh penunjaman Lempeng Samudra
Hindia ke bawah Lempeng Benua Eurasia (Alzwar dkk, - keberadaan batuan ultrabasa (densitas batuan
1992). Sesar normal yang berarah baratlaut-tenggara, 2,90 gr/cm3) yang dihasilkan akibat proses
terjadi di sepanjang pantai selatan daerah penelitian. penunjaman Lempeng Samudra Hindia ke
Sesar-sesar ini seolah-olah terpotong oleh sesar-sesar bawah Lempeng Benua Eurasia.
geser, sehingga sesar-sesar tersebut pada arah lateral Anomali di sepanjang pantai selatan ini mempunyai
membentuk garis zig-zag sedemikian rupa, blok bagian gradien tinggi sekitar 4-8 mGal/km, sehingga dapat
utara turun secara relatif terhadap blok selatan. ditafsirkan sebagai gambaran keberadaan sesar normal
Disamping struktur sesar, diduga pula terbentuk (Gambar 8, 9, dan 10). Akibat sesar tersebut, bagian di
struktur pelipatan di bagian barat dengan sumbu berarah sebelah utara relatif turun, menyebabkan terbentuknya
hampir barat-timur, dan di bagian timur dengan sumbu cekungan, cekungan ini dinamakan sebagai Cekungan
berarah hampir utara selatan (diduga antiklin) dan utara Jawa Barat Selatan. Penamaan cekungan ini
baratlaut – tenggara selatan yang diduga sinklin disesuaikan dengan penamaan cekungan pada Peta
(Gambar 7). Cekungan Sedimen Indonesia (Badan Geologi, 2009).
Keberadaan cekungan sedimen ini kurang tersingkap
Penafsiran Kuantitatif Pola Anomali Bouguer seluruhnya di permukaan, karena sebagian besar
tertutup oleh batuan gunungapi, seperti yang
Penafsiran kuantitatif dilakukan sepanjang tiga lintasan diungkapkan pada model geologi lintasan CD dan EF
AB, CD, dan EF yang ditarik dengan arah tegak lurus (Gambar 9 dan 10). Pada Lintasan AB, endapan batuan
struktur geologi daerah penelitian. sedimen hampir tersingkap di sepanjang lintasan ini, di
Metode gayaberat merupakan salah satu metode km 20-40 dan km 60-80 batuan ini tertutupi batuan
penelitian geofisika yang mempunyai tingkat terobosan (Gambar 8).
ambiguitas tinggi, seperti halnya dengan metode
geomagnet. Untuk dapat meningkatkan ketelitian hasil
penafsiran metode gayaberat, diperlukan data PEMBAHASAN DAN DISKUSI
penunjang lainnya yang dapat berfungsi sebagai data Keberagaman struktur geologi ini menimbulkan
ikat atau data kontrol. Dalam hal ini, data geologi potensi geologi, baik negatif (kebencanaan geologi)
permukaan dan data densitas batuan sebagai data ikat maupun positif (sumber daya energi, sumber daya
penafsiran kuantitatif. mineral). Potensi negatif ditimbulkan oleh sesar-sesar
Data geologi permukaan yang digunakan sebagai acuan aktif di sekitar wilayah anomali rendah yang berada di
penafsiran ini didasarkan kepada (Alzwar dkk, 1992), bagian utara daerah penelitian. Penelitian sesar aktif
(Supriatna dkk, 1992), (Budhitrisna, 1987), (Sukamto, yang dilakukan di Cekungan Bandung dengan data
1975), dan (Koesmono dkk., 1996). Sedangkan untuk citra landsat dan kegempaan telah mengidentifikasi
data densitas batuan digunakan acuan (Subagio, 2014), lima sesar di sekitar cekungan tersebut yang
dan (Sardjono dan Simandjuntak, 2004). diperkirakan aktif, tiga diantaranya terletak di wilayah
Pemodelan geologi berdasarkan pola anomali penelitian ini, yaitu Sesar Legok Kole (2), Sesar Jati (3),
gayaberat ini dilakukan menggunakan perangkat lunak dan Sesar Cicalengka (4) (Marjiyono dkk, 2008).
Gravmag 2,5 D (Pedley, 1991). Penafsiran secara Kemudian Soehaimi (2011) juga melakukan penelitian
kualitatif yang meng-hasilkan sebaran kelurusan seismotektonik di wilayah Jawa bagian barat, dan
anomali menjadi panduan dalam melaksanakan menyatakan bahwa Sesar Cimandiri (1) yang
penafsiran kuantitatif pola anomali Bouguer sepanjang diperkirakan memanjang sepanjang Sungai Cimandiri
Lintasan AB, CD, dan EF (Gambar 7). Berdasarkan juga aktif. Walaupun keaktifan sesar-sesar di atas tidak
penafsiran kuantitatif kelurusan anomali di atas dapat ditentukan dari data anomali Bouguer, namun
196
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

Gambar 7. Struktur geologi bawah permukaan. Hasil penafsiran kualitatif dan kuantitatif pola anomali Bouguer.
Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

197

Gambar 8. Model geologi Lintasan AB berdasarkan analisis pola anomali


Bouguer. A adalah perbesaran ke arah vertikal dari B, terbatas
hingga kedalaman 3 km.

Gambar 9. Model geologi Lintasan CD berdasarkan analisis pola anomali


Bouguer. A adalah perbesaran ke arah vertikal dari Gambar B,
terbatas hingga kedalaman 4,5 km.
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

198

Gambar 10. Model geologi Lintasan EF berdasarkan analisis pola anomali


Bouguer. A adalah perbesaran ke arah vertikal dari Gambar B,
terbatas hingga kedalaman 4,5 km.

keberadannya dicirikan oleh pola kelurusan anomali tersebut.


yang mempunyai gradien cukup tinggi, sekitar 2 Selain potensi negatif, di daerah penelitian ini juga
mGal/km. terdapat potensi geologi positif berupa tenaga
Sesar-sesar aktif tersebut, dua diantaranya terpotong panasbumi. Keterdapatan panasbumi ditunjukkan oleh
oleh lintasan pemodelan geologi yang didasarkan keberadaan mata air panas di beberapa daerah
kepada penafsiran pola anomali Bouguer, Sesar penelitian. Menurut Sukamto (1975) di sekitar daerah
Cimandiri dipotong oleh Lintasan AB, Sesar Legok Cadasmalang (di sebelah selatan S.Cimandiri) terdapat
Kole dipotong oleh Lintasan CD. Lintasan EF ditarik 5 titik mata air panas. Menurut Alzwar, dkk. (1992) di
melalui tiga titik tempat tersingkapnya mata air panas sekitar G. Patuha terdapat 4 titik mata air panas, di
yang berada di daerah Garut dan sekitarnya. Lintasan ini sekitar Pangalengan terdapat 7 titik, di G.Kendang
tidak memotong sesar aktif yang berada di daerah terdapat 4 titik, di G.Papandayan dijumpai 3 titik, dan di
tersebut (Gambar 7). G.Gandapura dijumpai 2 titikmata air panas. Menurut
Selain kedua sesar aktif di atas, Lintasan AB dan Budhitrisna (1987), di sekitar Ciawi terdapat 2 titik
Lintasan CD juga memotong sesar- sesar lainnya yang mata air panas, dan di selatan Tasikmalaya dijumpai 2
belum diidentifikasi keaktifannya. Lintasan EF juga titik mata air panas. Keberadaan mata air panas ini dapat
memotong tiga sesar yang belum diketahui diidentifikasi pada pola anomali Bouguer bergradien
keaktifannya. Ketiga lintasan di atas dapat dianggap tinggi, karena di wilayah tersebut diduga terdapat sesar
mewakili daerah penelitian, karena ditarik memotong yang mengontrol munculnya air panas.
daerah penelitian dengan arah hampir utara-selatan, Pada Gambar 10, lintasan pemodelan dibuat melalui
dengan posisi berada di tengah wilayah ini. Keberadaan tiga titik mata air panas a, b, c. Mata air panas a terletak
sesar aktif tersebut merupakan kendala bagi kestabilan di sekitar sungai S.Ciarinem, mata air panas b terletak di
wilayah ini, sehingga perlu dihindari untuk membangun G.Papandayan, sedangkan mata air panas c terletak di
infrastruktur di wilayah yang dilewati oleh sesar aktif G.Gandapura, yang keseluruhannya terletak di wilayah
Garut. Dari ketiga titik mata air panas tersebut, mata air
Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan di Daerah Jawa Barat... (Subagio)

199

panas di titik c (lapangan panasbumi Darajat) sudah ke Samudra Hindia, karena anomali Bouguer di
menghasilkan energi sebesar 140 megawatt (Bronto dan sepanjang pantai selatan ini merupakan anomali tinggi.
Hartono, 2004). Berdasarkan model geologi sepanjang Kelurusan anomali hasil penafsiran kualitatif
lintasan EF yang melalui ketiga sumber mata air panas memanjang hampir sejajar pantai selatan, diduga
ini, mata air panas di titik a dan titik b diduga sebagai merupakan kelurusan sesar. Beberapa diantara sesar
manifestasi permukaan suatu lapangan panasbumi. tersebut, bersesuaian posisinya dengan sesar aktif yang
Diperkirakan sebagai sumber panas dari sistem diinterpretasi pada citra landsat dan kegempaan dan
panasbumi ini adalah magma dari batuan gunungapi dihasilkan dari penelitian seismotektonik. Dengan
Kuarter. Hasil penafsiran pola anomali Bouguer secara demikian, sesar-sesar tersebut terdiri atas Sesar Aktif
relatif menunjukkan formasi batuan sedimen Cimandiri, Sesar Aktif Legok Kole, Sesar Aktif Jati, dan
tersesarkan, sehingga mengakibatkan terbentuknya Sesar Aktif Cicalengka. Sesar-sesar aktif ini terletak di
rekahan dan hancuran yang dapat berfungsi sebagai bagian utara daerah penelitian, yang dapat
porositas sekunder. Porositas sekunder ini dapat menyebabkan potensi negatif di wilayah yang
berfungsi sebagai reservoir panasbumi yang lebih dilaluinya. Hasil pemodelan geologi lintasan EF
besar, dan batuan penutupnya terdiri atas batuan mengidentifikasi bahwa mata air panas di sekitar
gunungapi Kuarter yang telah teralterasi. S.Ciarinem (titik a) dan di G.Papandayan (titik b)
merupakan manifestasi permukaan lapangan
KESIMPULAN DAN SARAN panasbumi.

Kesimpulan UCAPAN TERIMA KASIH


Pegunungan Selatan Jawa Barat yang tersebar dari Makalah ini terwujud berkat terlaksananya pemetaan
Teluk Pelabuhanratu hingga Pulau Nusakambangan gayaberat dan pemetaan geologi skala 1:100.000
dicirikan oleh pola anomali tinggi dengan gradien Lembar Jampang, Lembar Sindangbarang dan
anomali sekitar 4-8 mGal. Gradien anomali tersebut Bandarwaru, Lembar Garut dan Pameungpeuk, Lembar
tergolong tinggi, diduga karena keberadaan batuan Tasikmalaya, dan Lembar Karangnunggal. Oleh sebab
yang mempunyai kontras densitas tinggi dengan batuan itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
di sekitarnya, sebagai akibat adanya pensesaran normal. seluruh penyusun peta-peta tersebut, semoga hasil karya
Batuan di blok utara relatif turun terhadap batuan di tersebut dapat bermanfaat bagi kepentingan negara.
blok selatan, yang mengontrol terbentuknya Cekungan Selain itu, ucapan terima kasih juga ditujukan kepada
Jawa Barat Selatan. Cekungan ini diduga tidak meluas manajemen Pusat Survei Geologi, khususnya kepada
Kepala Pusat, Kepala Bidang Geosains, dan Kepala
Subbidang Geofisika Dasar dan Terapan, yang telah memfasilitasi penulis dalam penyusunan makalah ini.

ACUAN
Alzwar, M., Akbar, N., dan Bachri, S., 1992. Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, Jawa, Skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Badan Geologi, 2009. Peta Cekungan Sedimen Indonesia Berdasarkan Data Gayaberat dan Geologi, Skala
1:5.000.000. Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung
Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, Vol. I A. Gov. Printing office, Martinus Nijhoff, The Hague
Bronto, S., dan Hartono, U., 2004. Potensi Sumber Daya Geologi di Daerah Cekungan Bandung dan sekitarnya, Buku
Panduan Lokakarya Cekungan Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung (tidak
diterbitkan)
Budhitrisna, 2010. Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Survei Geologi, Badan Geologi,
Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Bandung, Jawa Barat
Budhitrisna, 1987. Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung.
Hamilton, W.B., 1974. Map of Sedimentary Basins of The Indonesian Region, U.S. Geological Survey, Washington.
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol.19. No.4 November 2018 hal 187 - 200

200

Koesmono, M., Kusnama, dan Suwarna, N., 1996. Peta Geologi Lembar Sindangbarang danBandarwaru, Jawa,
Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat.
M., Kusnama, dan Suwarna, N., 1996. Peta Geologi Lembar Sindangbarang danBandarwaru, Jawa, Skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral,
Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat.
Nahrowi, T.Y., Suratman, Namida, S., Hidayat, S., 1978. Geologi Pegunungan Selatan Jawa Timur, Bagian Eksplorasi
PPTKGD Lemigas Cepu (tidak diterbitkan).
Nainggolan, D.A., Hutubessy, S., dan Suharyono, S., 1995. Peta Anomali Bouguer Lembar Sindangbarang, Jawa,
Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Nasution, J., dan Pandu, D. 1994. Peta Anomali Bouguer Lembar Tasikmalaya, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Nasution, J., Suharyono, S., Djaswadi, I., dan Otong, H.G., 1995. Peta Anomali Bouguer Lembar Garut, Jawa, Skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Marjiyono, Soehaimi, A., dan Kamawan, 2008. Identifikasi Sesar Aktif Daerah Cekungan Bandung Dengan Data Citra
Landsat dan Kegempaan. Jurnal Sumber Daya Geologi, Pusat Survei Geologi, Vol. XVIII, No.2 : 81-88
Pedley, R.C., 1991. Interactive 2.5D Gravity and Magnetic Modelling Program (Gravmag).User Manual, British
Geologycal Survey, Keyworth, Notingham
Rohandi, U., dan Gunawan, W., 1990. Peta Anomali Bouguer Lembar Jampang, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Sardjono dan Simandjuntak, T.O., 2004. Anomali Gayaberat dan Arsitektur Cekungan di Wilayah Barat Pulau Jawa,
Implikasi terhadap Batuan Landasan dan Tektonika Kewilayahan Anggitan Tektonogenesis Cekungan
Bandung, Buku Panduan Lokakarya Cekungan Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
Soehaimi, A., 2011. Seismotektonik Jawa Barat dan Mikrozonasi Potensi Bencana Gempabumi DKI Jakarta, Badan
Geologi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Bandung (tidak terbit)
Subagio, Padmawidjaja, T., Mirnanda, E., Djaswadi, I., dan Budiman, I., 1995. Peta Anomali Bouguer Lembar
Pameungpeuk, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Subagio, 2014. Pola Anomali Bouguer Jawa Bagian Barat Implikasi Terhadap Potensi Geologi, Karya Tulis Ilmiah
untuk presentasi di Balitbang KESDM dalam rangka kenaikan Jabatan Fungsional Peneliti Madya ke Peneliti
Utama, tidak terbit
Subagio, dan Setiadi, I., 2016. Benchmark Titik Pangkal Gayaberat Lintasan Kalibrasi Gravimeter Museum Geologi –
G.Tangkuban Parahu, Pusat Survei Geologi, tidak terbit
Subagio, 2017. Pergerakan Tanah Ruas Jalan Tol Cikampek-Purbaleunyi, Hubungannya dengan Pola Anomali
Bouguer. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, v., no.: 91-101
Sukamto, R., 1975. Peta Geologi Lembar Jampang dan Balekambang, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan
dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Supriatna, S., Sarmili, L., Sudana, D., dan Koswara, A., 1992. Peta Geologi Lembar Karangnunggal, Jawa, Skala
1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya
Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat
Tasno, D., dan Djaswadi, I., 1995. Peta Anomali Bouguer Lembar Karangnunggal, Jawa, Skala 1:100.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen
Pertambangan dan Energi, Bandung, Jawa Barat

You might also like