Jurnal JSA

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 4

IDENTIFIKASI BAHAYA PEMBUATAN KAPAL FIBERGLASS

MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

Citra Dwi Kusumawardani1, Rona Riantini2, R.A Norromadani Yuniati3


1
Program Studi Teknik Keselamatan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan
Negeri Surabya 60111
2
Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111
3
Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya
60111
*
email : [email protected]

Abstract

The process of producing fiberglass ship is always uses harmful chemicals that have a negative impact on human
health. The ship production process also uses mechanical devices that have a risk of danger. These hazard factors
have not been identified so that in this company often happened work accident where in one year on average
happened 25 times the work accident. This is the background of the author to identify hazards, calculate the risk
score and the determination of alternative solutions. Hazard identification was performed using Job Safety
Analysis (JSA) method and risk score calculation in accordance with AS / NZS 4360: 2004. The process of
producing fiberglass ship in this shipyard company there are 48 potential hazards. After the calculation of risk
score in accordance with AS / NZS 4360: 2004 there are 12 potential hazards included in the high risk and
extreme risk level. The results obtained are the potential hazard of direct contact with woven roving and direct
contact with chopped strand mat on the hull making work and building construction including in the extreme risk
level which must be immediately controlled.

Keywords : AS/NZS 4360, Benefit Cost Analysis, fiberglass, Job Safety Analysis, Risk Score

Abstrak

Proses produksi kapal fiberglass selalu menggunakan bahan kimia berbahaya yang berdampak negatif bagi
kesehatan manusia. Proses produksi kapal juga menggunakan alat-alat mekanik yang mempunyai risiko bahaya.
Faktor-faktor bahaya tersebut belum dilakukan identifikasi bahaya sehingga pada perusahaan ini sering terjadi
kecelakaan kerja dimana dalam satu tahun rata-rata terjadi 25 kali kecelakaan kerja. Hal tersebut melatar belakangi
penulis untuk melakukan identifikasi bahaya, perhitungan risk score dan penentuan solusi alternatif. Identifikasi
bahaya dilakukan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA) dan perhitungan risk score sesuai dengan
AS/NZS 4360:2004. Setelah dilakuakan identifikasi bahaya pada proses pembuatan kapal fiberglass pada
perusahaan galangan kapal ini terdapat 48 potensi bahaya. Setelah dilakukan perhitungan risk score sesuai dengan
AS/NZS 4360:2004 terdapat 12 potensi bahaya yang termasuk ke dalam level high risk dan extreme risk. Potensi
bahaya kontak langsung dengan woven roving dan kontak langsung dengan chopped strand mat pada pekerjaan
pembuatan lambung kapal dan pembuatan bangunan atas kapal adalah potensi bahaya termasuk dalam level
extreme risk yang harus segera dilakukan pengendalian.

Kata kunci : AS/NZS 4360, Benefit Cost Analysis , fiberglass, Job Safety Analysis, risk score

PENDAHULUAN
Industri perkapalan saat ini sedang memasuki zaman keemasan. Tingginya permintaan kapal baik dari pasar
lokal maupun internasional. Hal ini membuat pekerjaan pada industri kapal mengalami peningkatan. Hingga
tahun 2009 demand kapal diperkirakan meningkat mencapai 44% jika dibandingkan dengan tahun 2004 menurut
Pardi, (2017). Sementara itu, kinerja galangan kapal Indonesia di beberapa tahun belakangan ini menunjukkan
perkembangan yang cukup membanggakan. Sebagai acuan saja, berdasarkan World Shipbuilding Statistics, edisi
Juni 2007 menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara pembangun kapal dari 22 negara jajaran dunia.
Meskipun hanya mendapat urutan ke-21 dari 22 negara, prestasi ini dapat dijadikan momentum untuk terus
memperkuat industri galangan kapal nasional yang hampir tanpa bantuan sama sekali dari pemerintah sejak
diberlakukannya Inpres 5 tahun 2005 oleh pemerintah. Salah satu sektor industri pembuatan kapal yang sedang
berkembang adalah pembuatan kapal fiberglass. Proses produksi kapal fiberglass selalu berkaitan dengan
penggunaan bahan kimia berbahaya seperti resin, multiaksial, cobalt dan katalis yang semuanya mempunyai
dampak negatif bagi kesehatan manusia baik jika terjadi kontak langsung maupun masuk ke dalam tubuh manusia.
Sementara itu, Chopped Strand Mat (CSM) dan Woven Roving sebagai bahan utama pembuatan kapal yaitu
sebagai penguat juga mempunyai dampak langsung berupa gatal-gatal jika kontak langsung dengan kulit. Selain
itu, terdapat penggunaan alat-alat mekanik seperti gerinda, bor, gergaji, mesin las, dsb. Semua alat-alat mekanik
tersebut mempunyai risiko bahaya yang dihasilkan.
Perusahaan galangan kapal ini belum melakukan upaya pengendalian bahaya, baik menggunakan metode
teknik identifikasi bahaya maupun pengendalian menurut lima hirarki yaitu secara eliminasi, subtitusi,
perancangan, administratif maupun Alat Pelindung Diri (APD). Semua pekerja dalam menjalankan
pekerjaannya tidak dilengkapi dengan APD. Maka dari itu sangat besar risiko kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja yang menimpa pekerja. Sementara itu yang disebut kecelakaan menurut International Labour Organization
(1989), adalah kejadian yang tidak terencana dan terkontrol, yang disebabkan oleh manusia, situasi atau
faktor lingkungan, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang mengganggu proses kerja, yang dapat (ataupun
tidak) menimbulkan injury, kesakitan, kematian, kerusakan properti, atau kejadian yang tidak diinginkan.
Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 pasal 5 ayat 1 menerangkan bahwa wajib bagi sebuah perusahaan untuk
mempunyai dan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3), penelitian terdahulu
dan kondisi riil di lapangan, serta banyaknya kejadian kecelakaan kerja pada Perusahaan Galangan Kapal
memberikan inspirasi kepada penulis untuk melakukan penelitian tentang identifikasi bahaya pembuatan kapal
fiberglass di tempat penulis melakukan on the job pelatihan yaitu pada perusahaan galangan kapal dan melakukan
analisis risiko dengan menggunakan risk assesment sehingga perusahaan dapat melakukan upaya mitigasi risiko
atau pencegahan risiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja serta dapat memenuhi kewajiban perusahaan untuk
mendapatkkan sertifikat SMK3.

METODE PENELITIAN
Untuk menganalisis kecelakaan, maka dibutuhkan data berupa data kecelakaan, pelaporan kecelakaan dan
wawancara terhadap pihak yang bersangkutan atau saksi kecelakaan. Selanjutnya data tersebut akan dianalisa
menggunakan 1 metode sebagai berikut :
a. Metode JSA
1. Mengetahui step-step proses pembuatan kapal fiberglass .
2. Menentukan potensi bahaya pada setiap step pekerjaan.
3. Memberikan rekomendasi perbaikan untuk melakukan mitigasi pada potensi bahaya tersebut .
4. Menghitung risk score sesuai dengan AS/NZS 4360:2004.
b. Metode Penilaian Risk Score sesuai dengan AS/NZS 4360:2004
1. Menentukan nilai likelihood atau tingkat kemungkinan
2. Menentukan nilai consequence atau tingkat keparahan
3. Mengalikan antara nilai likelihood dengan nilai consequence sehingga diperoleh nilai risk score
Tabel 1. Risk Matrix
CONCEQUENCY
LIKELIHOOD
1 2 3 4 5
A (5) H H E E E
B (4) M H H E E
C (3) L M H E E
D (2) L L M H E
E (1) L L M H H
(sumber : AS/NZS 4360, 2004)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan cara melakukan observasi lapangan secara langsung dan
melakukan brainstorming dengan para pekerja dan bagian divisi produksi perusahaan. Potensi-potensi cedera
yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan penilaian untuk mengetahui level risiko. Untuk mengetahui level
risiko setiap hazard digunakan acuan tabel matriks tingkatan risiko menurut AS/NZS 4360 tahun 2004.
Berdasarkan tabel tersebut harus dilakukan penilaian kategori consequences (luasan dampak yang ditimbulkan)
dan kategori likelihood (peluang terjadinya) maka akan dapat diketahui level risikonya yaitu extreme risk, high
risk, moderate risk dan low risk. dari setiap risiko seperti contoh perhitungan nilai risiko sebagai berikut :

Tabel 2 Contoh perhitungan risk score


Potensi bahaya Likelihood (L) Consequnce (C) Risk Score(L X C) Keterangan
Pekerjaan : Pembuatan desain kapal
Langkah 1 : pembuatan desain melalui autocad
Kontak langsung dengan material Extreme
5 3 5 x 3 = 15
woven roving risk
Sumber : Hasil Penelitian, 2018
Setelah dilihat pada tabel risk matriks pada tabel 2.4 diketahui bahwa nilai likelihood sebesar 5 diperoleh dari
kejadian kontak dengan material woven roving sangat sering terjadi di perusahaan galangan kapal yang menjadi
obyek penelitian karena material tersebut adalah komponen utama penyusun kapal fiberglass dan dalam
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan material tersebut, para pekerja tidak menggunakan APD. Nilai
consequence sebesar 3 diperoleh dari konsekuensi atau kerugian yang akan diterima perusahaan adalah
moderate dimana perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan pekerja yang mengalami iritasi kulit
dan saluran pernapasan, sehingga nilai risk score 15 termasuk ke dalam level extreme risk.

Tabel 3 Identifikasi Bahaya Pembuatan Kapal Fiberglass


No Potensi Bahaya Konsekuensi Risk Score Rekomendasi
Pekerjaan : Pembuatan lambung kapal
Langkah 3 : Pengaplikasian gelcoat ke moulding
a. Eliminasi : -
b. Subtitusi : -
a. Pekerja mengalami c. Engineering control : -
Uap semprotan gangguan d. Administrative control :
1. gelcoat yang pernapasan 12 1. Membuat instruksi kerja pada
terhirup b. Pekerja terkena pekerjaan pengaplikasian gelcoat.
penyakit bronkhitis 2. Memberikan sosialisasi kepada
pekerja tentang bahaya uap gelcoat
e. APD: masker khusus untuk bahan
Langkah 4 : Menyiapkan material Woven Roving
a. Pekerja mengalami a. a. Eliminasi : -
Pemotongan iritasi kulit b. Subtitusi : pengadaan electric cutter
material woven b. Pekerja mengalami c. Engineering control :
2. roving gangguan saluran 12 d. Administrative control :
menggunakan pernapasan 1. Memberikan sosialisasi tentang
cutter c. Pekerja mengalami bahaya material woven roving
iritasi mata 2. Membuat instruksi kerja tentang
pemotongan material woven roving
e. APD : sarung tangan karet, masker,
kacamata safety, coverall
Langkah 5 : Menyiapkan Chopped Strand Mat (CSM)
a.
Eliminasi : -
a. Pekerja mengalami
b.
Subtitusi : pengadaan electric cutter
iritasi kulit
Pemotongan c.
Engineering control:
b. Pekerja mengalami
material chopped d.
Administrative control:
3. strand mat tanpa gangguan saluran 12 1. Memberikan sosialisasi tentang
pernapasan
alat bantu bahaya material CSM
c. Pekerja mengalami
2. Membuat instruksi kerja tentang
iritasi mata pemotongan material CSM
e. APD : sarung tangan karet, masker,
kacamata safety
Langkah 6 : Penempelan chopped strand mat dan woven roving pada cetakan lambung kapal
a. Eliminasi :-
a. Pekerja mengalami
iritasi kulit atau b. Subtitusi :-
Kontak langsung c. Engineering control :
b. gatal-gatal
dengan material d. Administrative control :
chopped strand c. Pekerja mengalami 1. Memberikan sosialisasi tentang
4. gangguan saluran 15
mat bahaya kontak langsung dengan
pernapasan
material CSM
Tabel 3 Identifikasi Bahaya Pembuatan Kapal Fiberglass
No Potensi Bahaya Konsekuensi Risk Score Rekomendasi
d.Tangan pekerja 3. Membuat instruksi kerja tentang
tergores material pekerjaan pelaminasian
chopped strand mat e. APD : sarung tangan, masker, kacamata
ssafety, coverall
a. Eliminasi :-
a. Pekerja mengalami b. Subtitusi :-
b. iritasi kulit atau c. Engineering control :
gatal-gatal d. Administrative control :
5. Kontak langsung c. Pekerja mengalami 15 1. Memberikan sosialisasi tentang
dengan material gangguan saluran bahaya kontak langsung dengan
woven roving pernapasan material woven roving
d. Tangan pekerja 2. Membuat instruksi kerja tentang
tergores material pekerjaan pelaminasian
woven roving e. APD : sarung tangan, masker, kacamata
safety, coverall
Langkah 7 : Meratakan atau menghaluskan bagian tepi fiberglass menggunakan gerinda tangan
a. Eliminasi : -
b.. Subtitusi : -
c. Engineering control :
6. Mata gerinda 8 d. Administrative control :
a. Pekerja mengalami
terlepas saat a 1. Memberikan briefing sebelum
proses b. luka gores
dilakuakan pekerjaan menggunakan
menggerinda bc. Pekerja mengalami gerinda tangan
sedang d. luka sobek
2. Membuat instruksi kerja tentang
berlangsung pekerjaan penghalusan bagian tepi
kapal menggunakan gerinda
e. APD : sarung tangan, kaca mata, masker
sumber : Hasil Penelitian

Keterangan : : High Risk


: Extreme Risk

Pada tahapan pembuatan kapal fiberglass terdapat tahapan yang pekerjaannya identik atau sama yaitu
pekerjaan pembuatan lambung kapal dan pekerjaan pembuatan bangunan atas kapal. Potensi bahaya yang
termasuk extreme risk dan high risk keseluruhan merupakan potensi bahaya pada kedua pekerjaan tersebut
sehingga dari 12 potensi bahaya yang terdiri dari 8 potensi termasuk ke dalam level high risk, dari 8 potensi
bahaya tersebut 4 potensi bahaya identik sehingga terdapat 6 potensi bahaya yang termasuk kedalam level high
risk dan extreme risk.
Hasil identifikasi bahaya yang dilakukan dengan menggunakan metode Job Safety Analisys diketahui bahwa
terdapat 48 potensi bahaya pada proses pembuatan kapal fiberglass pada perusahaan galangan kapal ini. Dari 48
potensi bahaya tersebut setelah dilakukan penilaian risiko dengan ketentuan menggunakan expert
judgement dan tabel risiko sesuai dengan ketentuan AS/NZS 4360:2004 diperoleh hasil bahwa terdapat 12
potensi bahaya yang termasuk pada level high risk dan extreme risk

KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan permasalahan didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya yang dilakukan dengan menggunakan metode Job Safety Analysis
diketahui bahwa pada proses pembuatan kapal fiberglass pada perusahaan galangan kapal yang menjadi obyek
penelitian terdapat 48 potensi cedera yang mana setelah dilakukan perhitungan risk score sesuai dengan AS/NZS
4360 tahun 2004 terdapat 12 potensi bahaya yang termasuk ke dalam level high risk dan extreme risk

DAFTAR PUSTAKA
Australian Standart / New Zealand Standart 4360. (2004). Risk Management.
Michigan Department Licensing and Regulatory Affairs. (2010). Job Safety Analysis. Michigan: MIOSHA.
OHSAS 18001. (2007). Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Peraturan Pemerintah. (2012). PP No. 50 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Permenaker No 50 Tahun 2012. (n.d.). Tentang Sistem Manajemen K3
Ramli, S. (2011). Pedoman Praktis Manajemen Risiko Dalam Perspektif K3. Jakarta: Dian Rakyat.

You might also like