Praktikum Penjerbihan Air-Sari

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

EduChemia Vol.1, No.

2, Juli 2016
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

PENGEMBANGAN SIKAP KREATIF SISWA PADA


PRAKTIKUM PENJERNIHAN AIR
Sari1, Ratnasari1, Ida Farida1
1
Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati, Jl. A. H. Nasution No. 105
Cipadung - Cibiru, Kota Bandung

*e-mail: [email protected]

Abstract: A problem can be solved by using creative atittude which includes as creativity
framer. The creative attitude can be developed in the process of learning at school. Creative
Attitude developmenton colloid roles lab water purificationcan be implemented through
the application of CBLmodel in the learning process. This research was purposed to describe
the students activity by implementing the CBL model on lab water purification and to obtain
the depiction of students’ creative attitude. The research method used in this study was an
experimental class. The subject research of this study were the students of XI IPA 1 at SMP
Mekar Arum Bandung which amounts to 30 students. The instument used in this study were
learning description, observation sheet of learning process, worksheet, assessement
worksheet,and the questionnaire of creative attitude. Students learning activity that
implement the CBL model was held effectively. In general, the students’ creative attitude
develompent was considered good. Based on the observation sheet, the students’ highest
score that was described as good was implemented on the inquiring sub-indicator, and the
score was 63,4%. While based on the questionnaire, the students’ highest score that was
described as strongly good was in the sub-indicator of respecting freedom that require
responsibility, and the score was 73,3%. The implementation of CBL model is advisable to
be used on the other practical.
Keywords: Lab water purification; creative attitude

Abstrak: Suatu permasalahan dapat diselesaikan dengan menggunakan sikap kreatif yang
merupakan salah satu pembentuk kreativitas. Sikap kreatif dapat dikembangkan dalam
pembelajaran di sekolah. Pengembangan sikap kreatif pada praktikum penjernihan air dapat
dilakukan melalui penerapan model Context Based Learning (CBL) pada proses
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa
dengan menerapkan model CBL pada praktikum penjernihan air dan memperoleh gambaran
sikap kreatif siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kelas. Subjek
penelitiannya yaitu siswa kelas XI IPA 1 SMA Mekar Arum Bandung sebanyak 30 siswa.
Instrumen yang digunakan yaitu deskripsi pembelajaran, lembar observasi proses
pembelajaran, LKS, lembar penilaian kinerja, lembar observasi dan kuesioner sikap kreatif.
Aktivitas pembelajaran siswa menggunakan model CBL berlangsung dengan sangat baik.
Secara keseluruhan pengembangan sikap kreatif adalah baik. Berdasarkan lembar observasi
jumlah siswa tertinggi yang mendapatkan nilai baik ialah pada sub indikator
mempertanyakan segala sesuatu yaitu 63,4%. Berdasarkan kuesioner jumlah siswa tertinggi
dengan kategori sangat kuat pada sub indikator menghargai kebebasan tapi tahu bahwa

124
125 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

kebebasan menuntut tanggung jawab yaitu 73,3%. Penerapan model CBL sebaiknya
digunakan pada konsep yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Kata kunci: Praktikum penjernihan air; sikap kreatif

PENDAHULUAN di SMA Mekar Arum Bandung,

Ilmu kimia sangat penting dipelajari diperoleh informasi bahwa kegiatan

di sekolah karena berhubungan dengan proses pembelajaran kimia lebih terfokus

kejadian alam dan erat kaitannya dalam untuk mengingat prinsip dan hukum

kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran kimia yang berkontribusi pada

kimia sangat erat dengan kehidupan penguasaan konsep, kurang terfokus pada

sehari-hari, salah satu konsep kimia yang pengembangan sikap kreatif siswa. Guru

erat kaitannya dengan kehidupan sehari- lebih cenderung menggunakan metode

hari adalah aplikasi koloid yaitu atau pendekatan yang tidak memfasilitasi

penjernihan air. Konsep penjernihan air pengembangan sikap kreatif. Mengingat

ini menuntut siswa untuk berkreativitas. sikap kreatif perlu dikembangkan,

Sikap kreatif merupakan salah satu penulis berpendapat bahwa kegiatan

pembentuk kreativitas dan diperlukan pembelajaran kimia di sekolah

siswa untuk menghadapi suatu seharusnya dibuat lebih bervariasi.Salah

permasalahan yang akan terjadi di masa satu alternatif model pembelajaran yang

depan. Sikap kreatif perlu dikembangkan dapat mengembangkan sikap kreatif ialah

dalam pembelajaran, karena siswa akan dengan menggunakan model Context

terdorong untuk rajin mencari informasi Based Learning karena mengaitkan

dan dapat membantu dalam antara materi pembelajaran dengan

meningkatkan pemahaman terhadap situasi dunia nyata siswa dan mendorong

materi pembelajaran. (Arifin dkk. 2005). siswa menghubungkan pengetahuan yang

Salah satu materi kimia yang didapatkan dengan penerapannya dalam

memungkinkan untuk memfasilitasi sikap kehidupan sehari-hari.

kreatif adalah konsep aplikasi koloid, Berdasarkan latar belakang masalah

karena bersifat aplikatif. Contoh diatas, maka penelitian ini bertujuan

praktikum penjernihan air, sebagai bahan untuk 1) mendeskripsikan aktivitas siswa

makanan, bahan kosmetik dan bahan dengan menggunakan model Context

pencuci. Berdasarkan studi pendahuluan Based Learning pada praktikum


penjernihan air Kelas XI IPA 1 SMA

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 126

Mekar Arum Bandung, dan 2) mampu meningkatkan hubungan antara


mengembangkan sikap kreatif siswa dan pertanyaan dan informasi yang siswa
memperoleh gambaran mengenai sikap kumpulkan dari sumber-sumber yang
kreatif siswa Kelas XI IPA 1 SMA relevan baik dari buku pegangan atau
Mekar Arum Bandung pada praktikum website. Keempat, tahap applications,
penjernihan air dengan menggunakan pada tahapinisiswa akan diarahkan oleh
model pembelajaran Context Based guru untuk menerapkan pengetahuan
Learning. mereka yang sudah dipelajari.
Model Context Based Learning Berdasarkan hasil penelitian Manalu
merupakan proses belajar secara (2012) sikap kreatif dapat dikembangkan
berkelompok dimana proses belajar dengan model yang bervariasi. Sikap
dilakukan secara bekerja bersama-sama kreatif adalah cara seseorang menerima
untuk menciptakan konsep dan membawa atau menolak sesuatu yang didasarkan
siswa fokus terhadap peristiwa yang telah pada pandangan kecenderungan mental
ada atau masalah yang ada (Trimmer et yang relatif menetap seperti untuk
al. 2009). Berdasarkan hasil penelitian memberikan gagasan yang baru,
Jong (2006) terdapat 4 tahapan pada melakukan hal-hal dengan caranya
pembelajaran kimia dengan sendiri dalam memecahkan masalah,
menggunakan Context Based Learning mepertanyakan segala sesuatu, dan
yaitu:Pertama questions, pada tahap ini mengambil resiko dalam membuat
siswa akan diberikan suatu fenomena sebuah keputusan (Munandar 2009).
dalam kehidupan sehari-hari dimana Lebih lanjut Munandar (1999)
berhubungan dengan materi kimia yang menyatakan bahwa indikator sikap keratif
akan dipelajari. Kedua answers, pada diantaranya: 1) Rasa ingin tahu dengan
tahap ini guru akan mempersiapkan siswa sub indikator mempertanyakan segala
untuk menemukan prediksi jawaban dari sesuatu,senang menjajaki buku-buku dan
pertanyaan yang sebelumnya telah sebagainya untuk mencari gagasan-
diajukan oleh siswa pada tahap questions, gagasan baru, menggunakan semua panca
berdasarkan pengetahuan awal siswa indranya untuk mengenal, dan tidak takut
serta mempelajari tentang konsep-konsep menjajaki bidang-bidang baru. 2) Bersifat
dari sumber yang relevan tentang imajinatif dengan sub indikator
pembelajaran kimia. Ketiga selecting melakukan sesuatu yang belum pernah
informations, pada tahap ini siswa dilakukan orang lain. 3) Merasa

e-ISSN 2502-4787
127 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

tertantang oleh kemajemukan dengan sub kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini
indikator mencari penyelesaian tanpa adalah siswa kelas XI IPA 1 di SMA
bantuan orang lain dan berusaha terus Mekar Arum Bandung. Jumlah siswa 30
menerus agar berhasil. 4) Sifat berani orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki
mengambil resiko dengan sub indikator dan 22 orang perempuan, masing-masing
berani mempertahakan gagasan atau dibagi menjadi 8 kelompok.Untuk
pendapatnya walaupun mendapat menganalisis permasalahan yang diteliti
tantangan atau kritik, bersedia mengakui maka dilaksanakan 3 tahap yaitu tahap
kesalahan-kesalahannya, berani persiapan,tahap pelaksanaan serta tahap
mengajukan pertanyaan atau pengolahan dan analisis data. Analisi data
mengemukakan masalah yang tidak untuk sikap kreatif merujuk pada analisis
dikemukakan orang lain, tidak mudah data keterampilan berpikir tingkat tinggi
dipengaruhi orang lain, dan berani dari Crowl (Crowl dkk. 1997). Instrumen
mencoba hal-hal baru. 5) Sifat yang digunakan ialah deskripsi
menghargai dengan sub indikator pembelajaran, LKS, lembar observasi
menghargai hak-hak sendiri dan hak-hak aktivitas guru dan siswa, catatan
orang lain, menghargai makna orang observasi, lembar observasi sikap kreatif,
lain,menghargai kebebasan tetapi tahu kuesioner sikap kreatif, dan penilaian
bahwa kebebasan menuntut tanggung kinerja siswa. Semua instrumen yang
jawab, dan menghargai kesempatan- digunakan telah diuji oleh tiga dosen
kesempatan yang diberikan. yang ahli dalam bidangnya. Setelah
dinyatakan valid, instrumen penelitian di
METODE uji cobakan dengan melakukan uji coba
Penelitian ini dilakukan dengan terhadap mahasiswa kimia semester VIII
menggunakan metode penelitian kelas. kelas B sebanyak 10 orang.
Sedangkan desain penelitian yang
digunakan ialah one shot case study. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari metode ini adalah untuk Deskripsi Proses Pembelajaran dengan
meneliti permasalahan di dalam kelas, Menggunakan Model Context Based
Learning pada Praktikum Penjernihan
sehingga hasil penelitiannya dapat
air
digunakan untuk menyempurnakan
Pembelajaran dengan model
kualitas proses pembelajaran. Jenis data
pembelajaran Context Based Learning
yang diperoleh ialah data kualitatif dan

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 128

terdiri dari empat tahapan yaitu questions kelompok dengan wacana (peranan
(memberikan fenomena peranan koloid koloid dalam penjernihan air dan
dan pertanyaan melalui LKS), answers pembuatan sabun)s. Pada saat membaca
(menjawab pertanyaan pada tahap wacana pada LKS masih terdapat siswa
sebelumnya), selecting informations yang kurang fokus dalam membaca
(mencari informasi dari buku dan sumber wacana. Setelah siswa membaca wacana
lain untuk menjawab pertanyaan pada dalam LKS guru membimbing siswa
LKS) dan applications (melakukan untuk menganalisis wacana tersebut
praktikum serta menjawab pertanyaan sehingga siswa dapat memahami isi dari
dalam LKS). Pada setiap tahapan Context wacana dan menuliskan pertanyaan pada
Based Learning dikembangkan indikator kolom yang disediakan pada LKS. Secara
sikap kreatif yang berbeda-beda. keseluruhan keterlaksanaan proses
Tahapan-tahapan tersebut dapat dianalisis pembelajaran pada tahap ini sebesar 88%
berdasarkan hasil observasi di kelas dan dapat dinyatakan sanga baik. Nilai
mengenai proses pembelajaran yang rata-rata LKS untuk tahap questions
terdiri dari aktivitas guru dan siswa. berdasarkan kelompok belajar untuk
Adapun kegiatan yang dilakukan selama semua kelompok ialah 100 dengan
proses pembelajaran berlangsung dengan kategori sangat baik.
menggunakan model Context Based b) Tahap Answers
Learning untuk setiap tahapan Pada tahap answers siswa
mendapatkan nilai rata-rata 86% dan menuliskan prediksi jawaban pada LKS
dapat dikategorikan sangat baik. Berikut
dari pertanyaan yang sebelumnya pada
ini adalah deskripsi penerapan model tahap questions dan dikerjakan secara
Context Based Learning dengan empat bersama-sama dengan kelompoknya
orang observer untuk setiap tahapannya masing-masing. Berdasarkan hasil
ialah sebagai berikut:
observasi pada saat pembelajaran
a) Tahap Questions berlangsung, siswa berdiskusi dengan
Pada tahap questions guru baik dalam menjawab pertanyaan pada
merangsang dan menggali pengetahuan tahapini. Secara keseluruhan
awal siswa dengan memberikan wacana keterlaksanaan proses pembelajaran pada
pada LKS berisi fenomena dalam tahap ini yaitu 100% dan dapat
kehidupan sehari-hari tentang peranan dinyatakan sanga baik. Nilai nilai rata-
koloid. Pada pemberian LKS ini 4 rata LKS pada tahap ini yaitu 100 untuk

e-ISSN 2502-4787
129 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

semua kelompok dan dapat dinyatakan Setelah siswa mengisi pertanyaan LKS
sangat baik. berupa judul, tujuan, alat, bahan dan
prosedur praktikum, kemudian siswa
c) Tahap Selecting Informations
melaksanakan praktikum dengan
Pada tahap selecting informations
kelompoknya masing-masing. Semua
kegiatan siswa ialah merancang
anggota kelompok ingin mencoba
praktikum yang akan dilaksanakan
melakukan praktikum sehingga siswa
meliputi judul, tujuan, alat, bahan, dan
secara bergantian melaksanakan
prosedur praktikum dengan cara
praktikum dan terjadi kegaduhan serta
berdiskusi dengan kelompoknya masing-
kurang tertib. Pada saat praktikum
masing dengan mencari informasi dari
berlangsung selain berdiskusi dengan
buku atau sumber lain. Setelah siswa
temannya, siswa bertanya kepada guru
selesai mengerjakan LKS, hasil diskusi
tentang hal yang mereka tidak mengerti.
dipresentasikan di depan kelas dan
Banyak siswa yang menyiapkan alat dan
mendapatkan konfirmasi dari guru
bahan dari kehidupan sehari-hari. Pada
tentang rancangan praktikum yang telah
tahap ini, siswa mencoba hasil dari
dibuat. Secara keseluruhan
praktikumnya. Setelah selesai
keterlaksanaan proses pembelajaran pada
melaksanakan praktikum, siswa mengisi
tahap ini yaitu 81% dan dapat dinyatakan
pertanyaan yang terdapat pada LKS dan
sangat baik. Sebagian siswa pada saat
mempresentasikan hasil praktikumnya di
teman sekelasnya presentasi di depan
depan kelas. Secara keseluruhan aktivitas
kelas tidak semua memperhatikan dengan
keterlaksanaan proses pembelajaran pada
baik. Nilai rata-rata LKS pada tahap ini
tahap ini yaitu 75% dan dapat dinyatakan
yaitu 76 untuk semua kelompok dan
baik. Nilai rata-rata LKS pada tahap ini
dapat dinyatakan baik.
yaitu 82 untuk semua kelompok dan
d) Tahap Applications
dapat dinyatakan baik. Kinerja siswa
Tahap applications dilaksanakan
pada saat melaksanakan praktikum dinilai
pada pertemuan kedua. Setiap kelompok
oleh observer dengan menggunakan
melaksanakan praktikum dengan
lembar observasi penilaian kinerja, nilai
melakukan penjernihan air tetapi cara
rata-rata kinerja siswa ialah 84 dan
yang mereka lakukan berbeda-beda.
dikategorikan sangat baik.

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 130

Analisis Sikap Kreatif Siswa pada indikator rasa ingin tahu berdasarkan
Model Pembelajaran Context Based
lembar observasi. Jumlah siswa yang
Learning (CBL)
mendapatkan nilai baik pada sub
Sikap kreatif siswa dapat diukur
indikator bersedia mengakui kesalahan-
dengan menggunakan lembar observasi
kesalahannya ialah 43,3% dan ini
sikap kreatif yang diisi oleh peneliti
merupakan nilai tertinggi pada sub
dengan melihat langsung sikap siswa
indikator sifat berani mengambil resiko.
pada saat proses pembelajaran dan
melihat hasil dokumentasi. Selain itu,
diukur dengan menggunakan kuesioner
yang berisi pertanyaan-pertanyaan
tentang sikap kreatif siswa. Indikator
sikap kreatif yang diukur ialah lima
indikator dengan enam belas sub
Keterangan:
indikator. Berikut analisis presentase Indikator Rasa Ingin Tahu
a = M empertanyakan segala sesuatu
sikap kreatif dengan menggunakan b = Senang menjajaki buku-buku dan sebagainya
untuk mencari gagasan-gagasan baru
lembar observasi dan kuesioner. c = M enggunakan semua panca indranya untuk
mengenal
a) Analisis Sikap Kreatif Siswa Indikator S ifat Berani Mengambil Resiko
d = Berani mempertahankan gagasan atau
Berdasarkan Lembar Observasi dari pendapatnya walaupun mendapat tantangan
atau kritik
empat orang boserver e = Bersedia mengakui kesalahan-kesalahannya
f = Tidak mudah dipengaruhi orang lain
Sikap kreatif yang diukur dengan
Gambar 1. Diagram Presentase JumlahSiswa
menggunakan lembar observasi terdiri 2 Berdasarkan Kategori Sikap Kreatif untuk Tiap
Sub Indikator (N=30 Siswa)
indikator dengan 6 sub indikator.
Presentase jumlah siswa berdasarkan
b) Analisis Sikap Kreatif Berdasarkan
kategori sikap kreatif yang mendapatkan
Kuesioner (Angket)
nilai kurang, sedang, dan baik untuk
Sikap kreatif yang diukur dengan
setiap sub indikator dapat dilihat pada
menggunakan kuesioner terdapat lima
gambar 1.
indikator dengan sepuluh sub indikator.
Berdasarkan gambar 1 jumlah siswa
Presentase jumlah siswa berdasarkan
yang mendapatkan nilai baik pada sub
kuesioner sikap kreatif pada seluruh
indikator mempertanyakan segala sesuatu
siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
ialah 63,4%, dan ini merupakan
presentase tertinggi dari semua sub

e-ISSN 2502-4787
131 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

Tabel 1. Presentase Jumlah Siswa Berdasarkan Indikator sikap kreatif yang


Kategori Sikap Kreatif untuk Tiap Sub Indikator
(N=30 Siswa) dikembangkan pada Context Based
S ub Presentase Jumlah S iswa (%) Learning yaitu rasa ingin tahu, merasa
No Indi S angat S angat
Kuat Cukup Lemah tertantang oleh kemajemukan, bersifat
kator Kuat Lemah
1 A 30 66,7 3,3 0 0
2 B 20 26,7 30 23,3 0 imajinatif, sifat berani mengambil resiko
3 C 50 43,3 0 6,7 0
4 D 30 66,7 3,3 0 0 dan sifat menghargai. Setiap indikator
5 E 43,3 56,7 0 0 0
6 F 66,7 3,3 0 0 0 sikap kreatif mempunyai sub indikator
7 G 56,7 36,7 6,6 0 0
8 H 56,7 36,7 3,3 3,3 0 masing-masing diukur menggunakan
9 I 73,3 20 6,7 0 0 instrumen yang berbeda yaitu lembar
10 J 53,3 36,7 10 0 0
observasi dan kuesoiner. Enam sub
Keterangan:
a. Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru indikator sikap kreatif diukur
b. M encari penyelesaian tanpa bantuan orang lain
c. Berusaha terus menerus agar berhasil menggunakan lembar observasi dan
d. M emikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu
yang belum pernah dilakukan orang lain sepuluh dengan kuesioner. Perbedaan
e. Berani mengajukan pertanyaan atau
mengemukakan masalah yang tidak dikemukakan instrumen yang digunakan untuk
orang lain
f. Berani mencoba hal-hal baru
mengukur sub indikator sikap kreatif,
g. M enghargai hak-hak sendiri dan hak-hak orang lain
h. M enghargai makna orang lain karena enam sub indikator yang diukur
i. M enghargai kebebasan tapi tahu bahwa kebebasan
menuntut tanggung jawab menggunakan lembar observasi dapat
j. M enghargai kesempatan-kesempatan yang
diberikan
dinilai oleh orang lain. Sedangkan
sepuluh sub indikator sikap kreatif yang

Proses pembelajaran dengan diukur menggunakan kuesioner hanya

menggunakan model pembelajaran dapat dinilai oleh diri sendiri (penilaian

Context Based Learning terdiri dari diri).

empat tahapan yaitu tahap answers, Indikator yang pertama ialah rasa

questions,selecting informationsdan ingin tahu dengan empat sub indikator.

applications.Berdasarkan hasil observasi Sub indikator pertama ialah

selama kegiatan pembelajaran, dapat mempertanyakan segala sesuatu.

diamati bahwa keempat tahap Berdasarkan gambar 1 jumlah siswa yang

pembelajaran Context Based Learning mendapatkan nilai baik pada sub

pada praktikum penjernihan air dapat indikator ini ialah 63,4%, dan merupakan

dilakukan oleh guru dan siswa dengan presentase tertinggi dari indikator rasa

sangat baik yang mendapatkan nilai rata- ingin tahu. Dapat dilihat dari siswa yang

rata 86% untuk keterlaksanaan semua sering mengajukan pertanyaan selama

tahapan Context Based Learning. proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 132

fenomena kimia tentang peranan koloid dari hasil kuesioner bahwa siswa tidak
yang diberikan pada awal pembelajaran takut untuk menerima pengetahuan baru
sangat menarik bagi siswa dan yang disampaikan oleh guru pada proses
berhubungan dengan kehidupan sehari- pembelajaran.
hari. Sub indikator yang kedua dari rasa Indikator yang kedua ialah merasa
ingin tahu ialah senang menjajaki buku- tertantang oleh kemajemukan dengan dua
buku dan sebagainya untuk mencari sub indikator yang diukur menggunakan
gagasan-gagasan baru dengan jumlah kuesioner. Sub indikator pertama ialah
siswa yang mendapatkan nilai baik mencari penyelesaian tanpa bantuan
36,7%. Hal ini dikarenakan siswa hanya orang lain dengan jumlah siswa yang
menggunakan satu sumber buku kimia mendapatkan nilai sangat kuat 20%.
dan lebih banyak mencari informasi dari Berdasarkan hasil kuesioner, hal ini
internet. Peran guru dalam memotivasi disebabkan karena siswa tidak dapat
siswa untuk membaca buku kimia harus menyelesaikan tugas tanpa bantuan orang
lebih ditingkatkan. Hal tersebut sejalan lain. Ini dikarenakan pada proses
dengan hasil penelitian Wiana (2014) pembelajaran, siswa bekerja sama dengan
bahwa dalam pembelajaran dengan kelompoknya dalam menyelesaikan tugas
model Context Based Learning peran yang diberikan oleh guru. Sub indikator
guru dalam memotivasi siswa untuk yang kedua ialah berusaha terus menerus
membaca buku kimia lebih ditingkatkan agar berhasil dengan jumlah siswa yang
supaya siswa minat dalam membacanya. mendapatkan nilai sangat kuat 50%. Hal
Sub indikator yang ketiga ialah ini dapat dilihat pada kinerja siswa ketika
menggunakan semua panca indranya melaksanakan praktikum. Pada saat
untuk mengenal dengan jumlah siswa praktikum yang mereka laksanakan
yang mendapatkan nilai baik 56,6%. Hal belum berhasil, mereka terus mencoba
ini dikarenakan pada proses pembelajaran untuk melakukannya sampai berhasil.
siswa melaksanakan praktikum sehingga Sesuai dengan pernyataan Munandar
tertarik dengan pembelajaran. Sub (2009) bahwa seorang yang memiliki
indikator yang keempat ialah tidak takut sikap kreatif akan lebih terorganisasi
menjajaki bidang-bidang baru. dalam tindakan atau kinerja.
Berdasarkan tabel 1 jumlah siswa yang Indikator yang ketiga ialah bersifat
mendapatkan nilai sangat kuat 30% dan imajinatif, dengan sub indikator
nilai kuat 66,7%. Hal ini dapat dilihat memikirkan bagaimana jika melakukan

e-ISSN 2502-4787
133 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

sesuatu yang belum pernah dilakukan mempertahankan gagasan dan


orang lain. Berdasarkan tabel 1 jumlah mengajukan pertanyaan yang tidak
siswa yang mendapatkan nilai sangat dikemukakan orang lain. Hal ini sesuai
kuat ialah 30%. Berdasarkan jawaban dengan teori kontruktivisme menurut
siswa pada kuesioner, mereka senang Slavin (2000) bahwa belajar sebagai
dalam memikirkan suatu hal yang belum proses dimana pembelajaran secara aktif
pernah orang lain lakukan. Pada tahap mengkontruksi atau membangun
selecting informatios, siswa berimajinasi gagasan-gagasan baru yang didasarkan
dalam merancang praktikum yang atas pengetahuan yang telah dimiliki
mereka laksanakan. Sedangkan pada siswa. Sub indikator yang ketiga ialah
tahap applications, siswa melaksanakan berani mencoba hal-hal baru yang dan
praktikum dengan kreasi mereka sendiri. berdasarkan tabel 1 jumlah siswa yang
Hal ini yang menyebabkan indikator mendapatkan nilai baik 67,7%. Ini
bersifat imajinatif berkembang. Hal ini merupakan jumlah tertinggi dari indikator
sejalan dengan hasil penelitian Sari sifat berani mengambil resiko, karena
(2014) bahwa pembelajaran dengan praktikum peranan koloid yang mereka
dilaksanakan praktikum dapat laksanakan berhubungan dengan
mengembangkan bersifat imajinatif. kehidupan sehari-hari sehingga siswa
Indikator yang keempat ialah sifat berani mencoba praktikum. Sub indikator
berani mengambil resiko dengan lima sub keempat ialah bersedia mengakui
indikator. Sub indikator yang pertama kesalahan-kesalahannya dan berdasarkan
ialah berani mengajukan pertanyaan atau Gambar 1 jumlah siswa yang
mengemukakan masalah yang tidak mendapatkan nilai baik adalah 43,3%.
dikemukakan orang lain dan berdasarkan Sub indikator kelima ialah tidak mudah
tabel 1 jumlah siswa yang mendapatkan dipengaruhi orang lain dengan jumlah
nilai sangat kuat ialah 43,3%. Sub siswa yang mendapatkan nilai baik 30%.
indikator kedua ialah berani Tidak mudah dipengaruhi orang lain
mempertahankan gagasan atau mendapatkan jumlah terendah dari semua
pendapatnya walaupun mendapat sub indikator sifat berani mengambil
tantangan atau kritik. Berdasarkan resiko, karena pada saat berdiskusi siswa
gambar 1 jumlah siswa yang memiliki rasa ragu atau tidak yakin
mendapatkan nilai baik adalah 36,7%. dengan pendapat atau jawaban mereka.
Dapat dilihat bahwa siswa dapat Hal ini sejalan dengan penelitian (Manalu

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 134

dkk. 2012) bahwa rasa ragu atau tidak indikator ketiga ialah menghargai
yakin pada diri siswa akan menyebabkan kebebasan tapi tahu bahwa kebebasan
sikap kreatif sulit untuk berkembang. menuntut tanggung jawab dengan
Indikator yang kelima ialah sifat presentase 73,3%. Sub indikator ini
menghargai dengan empat sub indikator mendapatkan jumlah tertinggi dari
dan diukur dengan menggunakan indikator sifat menghargai, karena pada
kuesioner. Sub indikator pertama ialah proses pembelajaran siswa diberikan
menghargai hak-hak sendiri dan orang kebebasan dalam berkreasi untuk
lain. Berdasarkan tabel 1 jumlah siswa merancang dan pada saat pelaksanaan
yang mendapatkan nilai sangat kuat praktikum. Tetapi siswa harus fokus
56,7%, karena pada pembelajaran banyak dalam fenomena pembelajaran kimia
kegiatan yang menuntut siswa untuk yang sedang dipelajari yaitu tentang
dapat menghargai hak-hak sendiri dan peranan koloid dalam kehidupan sehari-
orang lain. Seperti dalam diskusi hari. Sub indikator keempat ialah
kelompok, apabila terdapat temannya menghargai kesempatan-kesempatan
yang menyanggah maka siswa harus yang diberikan dengan jumlah siswa
menerimanya untuk dapat menyelesaikan yang mendapatkan nilai sangat kuat
permasalahan. Hal ini sejalan dengan 53,3%. Pada proses pembelajaran siswa
penelitian (Muthi 2014) bahwa interaksi memanfaatkan waktu yang diberikan oleh
dengan anggota kelompok pada guru untuk menyampaikan pertanyaan
pembelajaran Context Based Learning tentang materi pembelajaran. Siswa
dapat mengidentifikasi kebenaran dan banyak memanfaatkan kesempatan untuk
menyanggah pernyataan yang tidak benar bertanya karena konteks yang diberikan
terhadap pemahaman konsep. Sub kepada siswa sangat berhubungan dengan
indikator kedua ialah menghargai makna kehidupan sehari-hari yaitu tentang
orang lain, jumlah siswa yang peranan koloid. Hal ini sesuai dengan
mendapatkan nilai sangat kuat 56,7%. penelitian (Jong 2006) bahwa konteks
Pada proses pembelajaran masih terdapat dalam pembelajaran Context Based
siswa yang belum memperhatikan dengan Learning harus terkenal, relevan dan
serius apa yang disampaikan oleh tidak boleh terlalu rumit serta
temannya ketika mempresentasikan hasil membingungkan bagi siswa.
diskusi dan guru menyampaikan
konfirmasi pada setiap kelompok. Sub

e-ISSN 2502-4787
135 EduChemia,Vol.1, No.2, Juli 2016 Sari, Ratnasari dan Farida

KESIMPULAN 63,4%. Berdasarkan kuesioner jumlah

Berdasarkan hasil penelitian dapat siswa tertinggi dengan kategori sangat

disimpulkan bahwa aktivitas kuat ialah pada sub indikator menghargai

pembelajaran siswa menggunakan model kebebasan tapi tahu bahwa kebebasan

Context Based Learning pada praktikum menuntut tanggung jawab yaitu

penjernihan air berlangsung dengan 73,3%.Peneliti menyarankan bahwa

sangat baik sesuai dengan hasil observasi. penerapan pembelajaran dengan model

Pengembangan sikap kreatif siswa secara CBL sebaiknya digunakan pada

keseluruhan pada proses pembelajaran praktikum penjernihan airdan peran guru

Context Based Learning adalah baik. dalam mengefektifkan waktu pada setiap

Berdasarkan lembar observasi jumlah tahapan CBLlebih ditingkatkan, sehingga

siswa tertinggi yang mendapatkan nilai pembelajaran dapat sesuai dengan

sikap kreatif baik ialah pada sub indikator prosedur serta waktu yang telah

mempertanyakan segala sesuatu yaitu direncanakan.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim 2009, Mengembangkan Bakat Pembelajaran Tipe STAD untuk


dan Kreativitas Anak Berbakat, Meningkatkan Sikap Kreatif Siswa
Rineka Cipta, Jakarta. pada Pokok Bahasan Termokimia di
Arifin, M. dkk. 2005, Strategi Belajar Kelas XI IPA SMAN 3 Pekanbaru.
Mengajar Kimia, UM Press, Malang. Riau: Program Studi Pendidikan
Crowl. dkk. 1997, Assesment Higher Kimia FKIP Universitas Riau,
Order Thingking Skill, Education diakses 2 November 2014,
Quarterly. (www.repository.unri.ac.id).
Jong, O.D. 2006, Context-Based Munandar, U. 1999, Mengembangkan
Chemical Education: How to Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah,
Improve It?.Karlstad University, PT Gramedia, Jakarta.
Sweden Utrecht University, The Muthi, F. 2014, Penerapan Model
Netherlands, diakses 30 Oktober Context Based Learning (CBL) untuk
2014, (www.old.iupac.org). Mengembangan Keterampilan
Manalu, L.F., Asmadi, M.N., & Proses Sains pada Materi Garam
Rasmiwetti 2012, Penerapan Model Terhidrolisis, Skripsi tidak

e-ISSN 2502-4787
Pengembangan Sikap Kreatif Siswa 136

diterbitkan, UIN Sunan Gunung Djati Environments: The Contruction of an


Bandung. Instrument, Learning Envion Res
Sari. 2014, Pengembangan Kreativitas 20133, vol. 16, hh. 437-462.
Mahasiswa Calon Guru Kimia dalam Trimmer, W., Laracy, K., & Love-Gray,
Pembelajaran dengan Metode Inkuiri M., Whitireia Community
Laboratorium melalui Tema Polytechnic 2009, Seeing The Bigger
Minuman Kemasan. Tesis tidak Picture Context-Based Learning.
diterbitkan, UPI Bandung. Good Pratice Publication Grants, hh.
Slavin, R.E. 2000, Educational 1-6.
Psychology: Theory and Practice. Wiana, G. 2014, Penerapan Model
Boston: Allyn and Bacon, diakses 15 Context Based Learning (CBL) untuk
Juni 2015, Mengembangkan Keterampilan
(www.catalogue.pearsoned.co.uk) Generik Sains pada Materi Koloid,
Smits, L.G.A.D.P., Taconic, R., dan Skripsi tidak diterbitkan, UIN Sunan
Jochems, W.M.G. 2011, Mapping Gunung Djati Bandung.
Context- Based Learning

e-ISSN 2502-4787

You might also like