Pengembangan Modul Problem Based Learning (PBL) Berorientasi Green Chemistry Untuk Peningkatan Literasi Sains Siswa

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No.

2, ISSN 2338-6480
PENGEMBANGAN MODUL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
BERORIENTASI GREEN CHEMISTRY UNTUK PENINGKATAN
LITERASI SAINS SISWA

Nurul Fauziah1, Suryati2, & Ratna Azizah Mashami3


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia IKIP Mataram
2&3
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia IKIP Mataram
E-mail: [email protected], [email protected]
[email protected]

ABSTRACT: The aim of this study was to determine the characteristics, the feasibility practice and
the effectiveness of developed module. This study used a model of development Nieveen began
preliminary stages of research, prototyping stage, summative evaluation and systematic reflection
and documentation. Validation of products was conducted by expert lecturers of chemistry and
expert lecturers of media with the percentage of feasibility an average of 93.6% to the category of
very feasible. The practice of module testing by the chemistry teachers and students of XII MIA
grade and testing of learning plan. Trial by teachers got the average percentage of the feasibility is
94.75% categorized as very practice, testing students gained average percentage of the feasibility
was 95% categorized as very practice. The precentage of learning plan was 95% categorized as very
practice. The effectiveness of developed module obtained an average score of N-Gain students
namely 0.4 categorized as moderate. Based on the percentage of feasibility and the effectiveness
level, so it can be concluded that the Problem Based Learning (PBL) module oriented green
chemistry in salt hydrolysis concept to improve the scientific literacy of students were feasible,
practice, and effectively used to improve the scientific literacy of students.

Keywords: Module,(PBL), Green Chemistry, Scientific Literacy.

PENDAHULUAN saing Indonesia di tingkat dunia, tanpa


Pembelajaran saat ini diharapkan dapat melupakan aspek dampak sosial yang
sesuai dengan kurikulum 2013 yang ditimbulkan (Suara, 2015). Selain itu,
menekankan pada dimensi pedagogik modern pendidikan juga hendaknya menghasilkan
dalam pembelajaran, yaitu menggunakan genarasi yang dapat memiliki sikap terampil
pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah dalam menyelesaikan masalah di kehidupan
(scientificapproach) meliputi mengamati, sehari-hari terlebih pada fenomena-fenomena
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, yang melibatkan lingkungan. Fenomena-
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata fenomena yang terjadi di lingkungan dapat
pelajaran.Karakteristik kurikulum 2013 dijadikan sarana belajar bagi siswa untuk
menekankan pembelajaran scientifik (scientific menerapkan ilmu yang di dapatkan di
approach) misalnya model Problem Based sekolah.Salah satunya adalah menerapkan
Learning, Inkuiri (Inquiry), Discovery, Project konsep green chemistry sebagai upaya
Based Learning sebagai model yang pelestarian lingkungan dan menumbuhkan nilai-
menekankan keterampilan berpikir dan nilai konservasi (peduli lingkungan) pada diri
keterampilan bekerja ilmiah sehingga siswa.
mewujudkan tujuan pembelajaran sikap, Berdasarkan hasil observasi yang
pengetahuan, dan keterampilan dalam upaya dilakukan pembelajaran yang dilakukan masih
mewujudkan religilitas peserta didik (Rosita, berpusat pada guru sehingga kurang
2015). memberikan aplikasi pembelajaran dalam
Pembelajaran kimia di SMA/MA tidak kehidupan sehari-hari kepada siswa. Hal ini
hanya sekedar pemberian materi, topik, atau bertolak belakang dengan proses pembelajaran
konsep-konsep yang strategis, tetapi juga harus kurikulum 2013 yang menuntut agar
memberikan pengalaman belajar yang pembelajaran berpusat pada siswa, dan guru
memungkinkan tumbuh dan berkembangnya hanya menjadi fasilitator. Hasil observasi juga
literasi sains siswa dalam belajar. Pendidikan menunjukkan bahwa bahan ajar yang
hendaknya menghasilkan generasi melek sains digunakan guru hanya berupa buku teks
yang memiliki dasar pemikiran dan penemuan pembelajaran kimia dan LKS. Buku-buku ajar
ilmiah yang inovatif untuk menopang daya yang ada selama ini lebih menekankan kepada

94
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480
dimensi konten daripada dimensi konteks, berpartisispasi dalam kegiatan menyelesaikan
kompetensi dan sikap sebagaimana empat masalah lingkungan, serta menggunakan
dimensi yang diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan sains dan menggunakan produk
literasi sains.Hal ini menjadikan siswa masih dan proses kimia yang ramah lingkungan.
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Dengan demikian, modul yang dikembangkan
masalah pada materi yang diajarkan serta ini akan menjadi daya tarik guru dan siswa
rendahnya literasi sains siswa.Rendahnya untuk digunakan sebagai sumber belajar yang
literasi sains siswa juga ditunjukkan oleh hasil relevan dalam kurikulum serta sebagai rujukan
pengukuran test literasi sains terakhir PISA pada bahan ajar yang digunakan oleh sekolah.
tahun 2012 yang dipublikasikan oleh OECD
(Organization for Economic Cooperation and METODE
Development)dimana Indonesia menempati Penelitian ini merupakan jenis
peringkat 64 dari 65 negara yang mengikuti tes penelitian R & D (Reseach and Develoment)
(OECD, 2012). dengan menggunakan model pengembangan
Berdasarkan hal tersebut, maka untuk Nieeven dengan tahapan pengembangan yakni
meningkatkan literasi sains siswa, guru preliminary research (Review literatur),
memerlukan perangkat pembelajaran yang baik prototyping stage (merancang petunjuk desain),
untuk mencapai hal tersebut yakni salah satunya summative evaluation (evaluasi sumatif), dan
adalah bahan ajar.Bahan ajar yang baik systematic reflection and documentation
digunakan dalam hal ini adalah modul. (menuliskan keseluruhan studi). Tahap
Pengembangan modul perlu disusun dengan preliminary research meliputi analisis masalah,
model dan pendekatan konsep pembelajaran analisis kebutuhan, analisis kurikulum dan
yang tepat. Salah satunya dengan menerapkan analisis materi sehingga hasil dari analisis
model Problem Based Learning (PBL) dengan tersebut dibutuhkan modul problem based
pendekatan konsep green chemistry. Menurut learning berorientasi green chemistry. Tahapan
Savery (2006), model PBL mampu kedua yakni prototyping stage meliputi
memberdayakan peserta didik untuk melakukan perencanaan desain modul, perancangan modul,
penelitian, mengintegrasikan teori dan praktek, perancangan perangkat pendukung,
dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan pengembangan modul dan validasi modul yang
untuk mengembangkan solusi yang layak untuk dilakukan oleh dosen ahli materi dan dosen ahli
masalah yang diberikan. media. Kemudian pada tahap ketiga yakni
Model PBL perlu diorientasikan summative evaluation meliputi uji kepraktisan
dengan konsep green chemistry. Pembelajaran dan uji keefektifan dari modul yang
kimia yang berorientasi green chemistry akan dikembangkan. Tahap terakhir yakni systematic
membawa peserta didik terlibat langsung reflection and documentation Pada tahap ini
dengan lingkungan dalam aktivitas dituliskan keseluruhan studi untuk mendukung
pembelajarannya dan meningkatkan nilai-nilai analisis, kemudian melakukan spesifikasi
konservasi (peduli lingkungan) (Rosita, 2014). prinsip desain dan mengartikulasikan
Keterlibatan langsung siswa dengan lingkungan hubungannya dengan kerangka berpikir yang
juga akan meningkatkan literasi sain siswa. telah ditetapkan, sehingga tahap ini dapat
Model Problem based learning yang dilakukan bersamaan dengan tahap-tahap yang
diorientasikan dengan green chemistry akan sebelumnya.
menjadikan siswa siswa mampu Uji coba modul dilakukan dengan uji
mengidentifikasikan masalah di lingkungan dan coba terbatas, yang sebelumnya produk telah
lebih kreatif dalam mencari solusi serta mampu divalidasi oleh validator ahli yakni 2 orang
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka validator ahli materi dan 1 orang validator ahli
miliki dalam konteks permasalahan yang media.Subjek uji coba terbatas yakni 1 orang
mereka hadapi. guru kimia Mataram dan 10 orang siswa kelas
Menurut Rosita (2014), model XII MIA2 sebagai subjek uji kepraktisannya dan
problem based learning yang diorientasikan 34 siswa kelas XII MIA2 sebagai subjek uji
dengan green chemistry ini membawa siswa keefektifan. Uji keefektifan uji ini dilaksanakan
lebih kreatif, memiliki kepedulian terhadap pada pembelajaran pengayaan dengan
lingkungan yang besar, lebih mudah rancangan pre-experimental menggunakan
mengaplikasikan materi-materi yang dipelajari pretest-posttest one group design.
untuk memahami dan memberi solusi terhadap Instrumen pengumpulan data
masalah yang terjadi di lingkungan, memiliki dilakukan dengan memberikan angket kevalidan
nilai-nilai konservasi terhadap lingkungan, kepada ahli materi dan ahli media, untuk
memiliki kecenderungan untuk ikut instrumen kepraktisan modul diberikan angket

95
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480
kepraktisan dan dan untuk uji efektifitas modul peningkatan literasi sains siswa setelah
diberikan soal pilihan ganda beralasan dan diajarkan dengan modul yang dikembangkan.
angket sikap literasi sains kepada 34 siswa kelas
XII MIA2. HASIL dan PEMBAHASAN
Tehnik pengumpulan data digunakan A. Hasil
persentasi perolehan untuk analisis data Data kevalidan modul berdasarkan
kevalidan, kepraktisan dan sikap literasi sains penilaian ahli materi dan ahli media masing-
siswa, sedangkan untuk uji keefektifan masing dapat dilihat pada Tabel 1.
digunakan analisis N-gain untuk melihat
Tabel 1. Data validasi dari ahli materi dan ahli media
No Validator Skor Kategori kelayakan
1. Ahli Materi 1 98,4% Sangat Baik
2. Ahli Materi 2 84% Sangat Baik
3. Ahli Media 98,3% Sangat Baik
Rata-rata 93,6% Sangat Baik
Data kepraktisan modul berdasarkan uji coba praktisi oleh guru dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Data Uji Coba Praktisi Oleh Guru
No. Praktisi (Guru Pelajaran) Skor Kriteria kelayakan
1. Guru 96,7% Sangat layak
Data Data kepraktisan modul berdasarkan uji coba praktisi oleh 10 orang siswa dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Kepraktisan Modul oleh Siswa
No. Praktisi (Siswa) Skor Kriteria kelayakan
1. Siswa 1 95% Sangat Baik
2. Siswa 2 93,3% Sangat Baik
3. Siswa 3 93,3% Sangat Baik
4. Siswa 4 93,3% Sangat Baik
5. Siswa 5 96,7% Sangat Baik
6. Siswa 6 96,7% Sangat Baik
7. Siswa 7 93,3% Sangat Baik
8. Siswa 8 96,7% Sangat Baik
9. Siswa9 91,7% Sangat Baik
10. Siswa10 93,3% Sangat Baik
Rata-rata 94,33% Sangat Baik
Data keterlaksanaan RPP dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Data Keterlaksanaan RPP
No. Pertemuan Perolehan Kategori
1. RPP 1 86 % Sangat baik
2. RPP 2 100 % Sangat baik
3. RPP 3 91 % Sangat baik
Rata-rata 92 % Sangat Baik
Data hasil uji keefektifan modul dengan menggunakan soal litersi sains sisa
berdasarkan analisis N-gain dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data hasil uji keefektifan modul

N(𝜮 Siswa) Pretest Posttest Spost-Spre Smax-Spre N-gain


𝑺𝒑𝒐𝒔𝒕 − 𝑺𝒑𝒓𝒆
𝑺𝒎𝒂𝒙 − 𝑺𝒑𝒓𝒆
34 31 57 27 69 0.4

Rincian perolehan N-gain berdasarkan jumlah siswa dan skor perolehan dapat dilihat pada
Diagram 1.

96
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480

Gambar 1.Perolehan N-Gain Siswa Berdasarkan Tingkat Kategori


Data sikap literasi sains siswa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 6. Data sikap literasi sains siswa
N(𝜮Siswa) (𝜮 skor perolehan) Rata-rata Ketegori
34 2699 79% Tinggi

B. Pembahasan pengembangan pada tahap prototyping


Pengembangan modul problem stage.
based learning berorientasi green chemistry Pada tahap prototyping stage
pada materi hidrolisis garam bertujuan untuk dihasilkan sebuah desain modul yang
menghasilkan sebuah bahan ajar berupa dikembangkan yakni berupa modul
modul yang digunakan untuk meningkatkan hidrolisis garam yang dirancang berdasarkan
literasi sains siswa. Pada tahap prilimery sintak pembelajaran model PBL yakni (1)
reseach diperoleh data tentang masalah pada orientasi siswa pada masalah (2)
proses pembelajaran yang dilakukan di kelas mengorganisasikan siswa untuk belajar (3)
yakni proses pembelajarannya masih membimbing penyelidikan individu dan
menggunakan model pembelajaran kelompok,(4) menyajikan hasil karya, dan
konvensional (ceramah) yang menyebabkan (5) evaluasi. Modul juga dirancang
pembelajaran berpusat pada guru. Pada berdasarkan orientasi terhadap konsep green
analisis kebutuhan diperoleh informasi chemistry yakni meliputi 6 prinsip yaitu
bahwa bahan ajar yang digunakan berupa (1).Mencegah limbah lebih baik daripada
buku ajar dan LKS yang lebih menekankan mengolah dan membersihkannya
pada dimensi konten, sedangkan kurikulum (2).Melakukan sintesis kimia yang tak
yang digunakan yakni kurikulum 2013 menghasilkan racun (3).Pemakaian pelarut
sehingga model dan sumber ajar kurang dan bahan bahan yang aman (4). Pemakaian
efektif dalam pembelajaran kurikulum 2013 bahan baku yang dapat diperbaharui (5).
dan kurang efektif untuk meningkatkan Mudah terdegradasi (6).Pencegahan polusi
literasi sains siswa. Berdasarkan data yang lingkungan. Gambaran umum modul
diperoleh pada tahap prelimery reseach problem based learning berorientasi green
digunakan untuk melakukan perencanaan chemistry dapat dilihat pada Gambar 1.

97
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480

Sampul Modul Sub materi yang berisi judul, KI, KD, dan tujuan
pembelajaran

Kegiatan 1 dari sintak model PBL Isi dari artikel yang memuat aspek literasi sains
berorientasi green chemistry yakni Orientasi kemudian didiskusikan dan dilakukan
siswa pada masalah yang berisi masalah penyelidikan yakni dengan menjawab pertanyaan
yang disajikan dalam bentuk artikel/kajian yang terdapat pada fitur mari selidiki.
literatur yang berkaitan dengan materi yang
diajarkan dan didalamnya memuat aspek-
aspek literasi sains.

98
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480

Kegiatan 2 yakni mengorganisasikan siswa Kegiatan 3 yakni membimbing penyelidikan


untuk belajar berisi mengajukan rumusan individu dan kelompok yang berisi pengumpulan
masalah danmenjawab hipotesis. data dan praktikum untuk membuktikan
hipotesis yang diajukan

Fitur green chemistry yang berisi contoh Kegiatan 4 yakni menampilkan hasil karya berisi
penerapan prinsip-prinsip green chemistry. kegiatan yang dilakukan untuk menampilkan
hasil karya berupa laporan dan presentasi
terhadap hasil yang diperoleh daripenyelidikan
yang dilakukan pada kegiatan sebelumnya.

99
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480

Kegiatan 5 yakni menganalisis dan


mengevaluasi proses pemecahan masalah Evaluasi berisi soal-soal dalam bentuk artikel/
yang berisi refleksi dan evaluasi dari hasil bacaan yang didalamnya memuat dimensi/
pembelajaran sebelumnya yang akan aspek-aspek literasi sains.
disajikan secara lengkap.
Gambar 1. Gambaran Umum Modul PBL Berorientasi Green Chemistry

Selanjutnya dilakukan sampul dan aspek tampilan dan


pengembangan terhadap modul yang penyajian.Penilaian aspek sampul sebesar
dikembangkan yakni dengan menyusun 100% dan penilaian aspek tampilan dan
bagian-bagian modul yang terdiri atas penyajian sebesar 97%. Secara keseluruhan
prapendahuluan, pendahuluan, isi dan rata-rata perolehan penilaian sebesar 98,5%
penutup.Setelah dilakukan perancangan dengan kategori sangat baik.
maka dilakukan validasi.Validasi dilakukan Pada tahap summative
oleh 2 orang validator ahli materi dan 1 evaluation dilakukan uji kepraktisan dan
orang validator ahli media. keefektifan terhadap modul yang
Penilaian oleh validator ahli dikembangkan. Untuk menilai kepraktisan
meteri terdiri atas 3 aspek, yakni aspek modul yang dikembangkan maka dilakukan
sampul dan isi materi, aspek pembelajaran, uji coba praktisi yaitu dari guru mata
dan aspek kebahasaan. Penilaian sampul dan pelajaran kimia dan 10 orang siswa kelas XII
isi materi dari validator ahli materi masing- serta 1 observer yang akan menilai
masing sebesar 83,07% dan 97,33% dengan keterlaksanaan RPP.
presentase rata-rata sebesar 90,2% yang Penilaian dari guru kimia
dikategorikan sangat baik.Penilaian terdiri atas 4 yakni kelayakan sampul dengan
pembelajaran dari validator ahli materi perolehan persentase 100%, kelayakan isi
masing-masing sebesar 85% dan 100% dengan presentasi 84%, kebahasaan dengan
dengan presentasi rata-rata sebesar 92,5% presentase 95% dan kegrafikan dengan
yang dikategorikan sangat baik.Penilaian presentase 100%. Hasil analisis data uji coba
kebahasaan dari validator materi sebesar oleh praktisi (guru) rata-rata sebesar 94,75%
84% dengan ketegori sangat baik. dan disimpulkan bahwa modul yang
Berdasarkan penilaian dosen ahli, secara dikembangkan sangat baik. Uji coba praktisi
keseluruhan rata-rata penilaian oleh dari siswa dilakukan oleh 10 orang siswa
validator materi terhadap modul yang kelas XII MIA 2 semester ganjil. Penilaian
dikembangkan sebesar 93,6% dengan uji coba praktisi dari siswa terdiri atas 4
kategori sangat baik. Penilaian oleh dosen aspek yakni motivasi, kebahasaan, materi,
ahli media terdiri atas 2 aspek, yakni aspek dan kegrafikan. Hasil penilaian dari 10 orang

100
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480
siswa pada aspek motivasi yakni sebesar skor sebesar 57, sehingga N-gain rata-rata
94%, aspek kebahasaan sebesar 94%, aspek siswa yang diperoleh sebesar 0,4 yang
materi sebesar 92,5% dan aspek kegrafikan dikategorikan sedang. Faktor yang
sebesar 100%. Berdasarkan penilaian dari mempengaruhi N-gain siswa sedang yakni
keempat aspek tersebut, rata-rata siswa belum terbiasa menyelesaikan soal
keseluruhan penilaian dari 10 orang siswa yang sebagian besar merupakan soal analisis
sebesar 95% dengan kategori sangat baik. hipotesis, pernyataan dan kesimpulan,
Keterlaksanaan komponen sehingga dalam menjawab soal
pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan membutuhkan waktu yang lama dan
RPP yang telah dibuat. Berdasarkan berdampak pada penyelesaian soal dimana
penilaian observer, data keterlaksanaan RPP siswa sebagian besar hanya menjawab opsi
pada pertemuan pertama yakni sebesar 86%, dan tidak dilengkapi oleh alasan.
pertemuan kedua sebesar 100% dan Berdasarkan N-gain yang diperoleh dapat
pertemuan ketiga yakni 92%. Berdasarkan disimpulkan bahwa modul yang
penilaian tersebut, secara keseluruhan rata- dikembangkan efektif meningkatkan literasi
rata keterlaksanaan RPP yakni sebesar 92% sains siswa.
dengan kategori sangat baik. Terdapat Penilaian sikap literasi sains
beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi siswa rata-rata secara keseluruhan sebesar
rendahnya persentasi keterlaksanaan 79%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang dilakukan yakni setting sikap siswa terhadap literasi sains
waktu pada tiap-tiap kegiatan yang harus dikategorikan tinggi.Menurut Okohariadi
diatur sebaik mungkin serta sistematika (2015), sikap siswa terhadap sains
tahapan pembelajaran yang harus dipengaruhi secara posistif oleh kegiatan
diperhatikan dengan baik, sehingga apabila belajar mengajar, banyaknya waktu yang
faktor-faktor tesebut dapat diatur dengan digunakan untuk belajar sains, kepercayaan
baik maka keterlaksanaan pembelajaran diri dan motivasi belajar sains berkorelasi
dapat berlangsung dengan baik. positif dengan literasi sains. Semakin besar
Uji Keefektifan dilakukan kepercayaan diri dan motivasi belajar sains,
pada siswa kelas XII MIA 2 semester ganjil. semakin besar literasi sains yang dicapai
Alasan peneliti melakukan uji keefektifan oleh siswa.
pada siswa kelas XII dikarenakan model Penelitian ini sejalan dengan
pembelajaran yang dilakukan merupakan penelitian yang dilakukan oleh Kelly, O.C
pengajaran pengayaan dimana model dan Finlayson, O.E (2007), Providing
pengayaan ditempuh oleh siswa yang sudah Solutions Through Problem Based Learning
mempelajari materi hidrolisis garam For Undergraduated 1st Year Chemistry
sebelumnya. Uji keefektifan bertujuan untuk Labolatory. Hasil penelitian ini
memperoleh data dan fakta empiris terkait menunjukkan modul problem based
dengan penggunaan modul. Uji keefektifan learning dapat mengembangkan dan
dilakukan dengan membagikan instrument meningkatkan keterampilan pembelajaran
soal literasi sains sebelum (pretest) diajarkan jangka panjang siswa serta pengetahuan
dengan modul problem based learning konten ilmiah dan pemahaman dalam
beroriantasi green chemistry dan sesudah lingkungan.
(posttest) diajarkan dengan modul kepada Berdasarkan hal tersebut,
seluruh siswa kelas XII MIA 2 yang maka modul Problem Based Learning (PBL)
berjumlah 34 siswa . Instrumen literasi sains berorientasi green chemistry pada materi
terdiri atas soal pilihan ganda beralasan 10 hidrolisis garam ini dapat meningkatkan
nomor dan angket sikap literasi sains.Hasil literasi sains siswa, minat belajar yang pada
uji keefektifan kemudian dianalisis dengan akhirnya memperoleh hasil belajar yang
menggunakan analisis uji N-Gain. diharapkan.Hal ini disebabkan oleh
Berdasarkan Diagram 1 diatas pengajian modul yang didalamnya memuat
maka diperoleh data bahwa siswa yang dimensi konteks, pengetahuan, kompetensi
memperoleh N-gain rendah terdiri atas 7 dan sikap dari materi yang diajarkan
orang, siswa yang memperoleh N-Gain sebagaimana yang diharapkan dalam
sedang terdiri atas 25 orang dan siswa yang meningkatkan literasi sains siswa, selain itu
memperoleh N-Gain tinggi adalah 2 orang. juga disusun berdasarkan kurikulum 2013
Berdasarkan hasil yang diperoleh, skor dan mencakup aspek kognitif, afektif dan
pretest rata-rata yang diperoleh keseluruhan pikomotorik sehingga tujuan pembelajaran
siswa yakni 31, sedangkan posttest diperoleh dapat terlaksana dengan baik.

101
Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia “Hydrogen” Vol. 4 No. 2, ISSN 2338-6480
Pada tahap terakhir yakni dan Pengembangan Kementerian
sistematic reflection and pendidikan Nasional. Jakarta
documentationpeneliti mengumpulkan Kelly, O.C dan Finlayson, O.E (2007),
semua data yang dieroleh untuk dianalisis Providing Solutions Through Problem
dan direvisi.Tahap ini dilakukan bersamaan Based Learning For
dengan tahap-tahap yang sebelumnya. Undergraduated 1st Year Chemistry
Labolatory.
SIMPULAN Rosita, A. dkk. 2014. Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian dan Problem Based Learning Berorientasi
analisis data maka dapat ditarik kesimpulan Green Chemistry Materi Hidrolisis
sebagai berikut: Garam Untuk Mengembangkan Soft Skill
1. Karakteristik modul yang dikembangkan Konservasi Siswa. Jurnal Pendidikan
berupa modul problem based learning yang IPA Indonesia
berorientasi pada konsep green chemistry .http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
pada materi hidrolisis garam untuk jpii. Diakses 25 November 2015
meningkatkan literasi sains siswa yang Savery, J.R.2006.Overview of Problem Besed
mengacu pada kurikulum 2013. Learning: Definitions and
2. Kelayakan modul yang dikembangkan yakni Destinctions. Iterdisciplinary Journal
sangat layak dengan presentase kelayakan of Problem Based Learning Article 3
rata-rata 93,6%. Vol 1, Issue 1. http://ijpbl.org Diakses
3. kepraktisan modul yang digunakan yakni 07 Desember 2015
sangat praktis dengan presentase kepraktisan Suara, Jaka (2015). Pengembangan Modul
rata-rata yakni 94,34%. Pembelajaran Berbasis Masalah
4. Keefektifan modul yang dikembangkan Dengan Pendekatan Sains Masyarakat
yakni efektif untuk digunakan, hal ini Dalam Menumbuhkan Kemampuan
didasari pada rata-rata skor N-gain yang Literasi Sains. Skripsi Prodi Kimia FP-
diperoleh yakni 0,4 dengan kategori sedang. MIPA IKIP Mataram
OECD.2012. Education at a Glance 2012 :
DAFTAR RUJUKAN OECD Indicators, OECD Publishing.
Ekohariadi. 2010. Perkembangan Kemampuan http://dx.doi.org/10.1787/eag-2013-
Sains Siswa Indonesia Usia 15 Tahun en(diakses 29 November 2015)
Berdasarkan Data Studi PISA.Pusat Nieeven, Nienke. dkk. 2006. Educational
Penilaian Pendidikan Badan Penelitian Design Research (E-Book). Taylor &
Francis e-Library

102

You might also like