Nyamplung Merupakan Tanaman Yang Memilki Nilai Ekonomis Tinggi, Dimana Tanaman

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGARUH MEDIA TANAM DAN INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN

SEMAI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L.)

THE INFLUENCE Of MEDIA PLANTING AND LIGHT INTENSITY ON THE GROWTH OF


NYAMPLUNG SEEDLINGS (Calophyllum inophyllum L.)

Rizal Fahlevy, Ir. Raden Sutriono, MP, Indriyatno, S.Hut., MP


Program Studi Kehutanan, Universitas Mataram

ABSTRACT
Nyamplung is a plant that have high economic value, where this plant has fruits that
contain vegetable oils which can be used as an alternative material manufacture biodiesel oil.
It makes nyamplung as one of the high-value crops to be cultivated. The purpose of this study
was to determine the effect of light intensity and planting medium on seedling growth of
nyamplung.
The method used in this study is an experimental method using a split plot design
(split plot design) factorial, where the first factor is the intensity of light, and the second factor is
the growing media. The parameters observed in this study are the percentage of growth, plant
height, leaf number, stem diameter, and plant dry weight. Data analysis was performed by
using analysis of variance (ANOVA) at the 5% significance level. If there is a signifikan effect,
then do a further test by Duncan (Duncan's Multiple Range Test) at 5% level.
The results showed that the growing media does not significantly affect a growing
percentage, plant height, leaf number, stem diameter, and plant dry weight, while the light
intensity of treatment significant effect on the treatment plant height, leaf number and stem
diameter of the seedling growth of nyamplung. A further test of the parameters that show the
real difference is using Duncan Multiple Range test at 5% significance level. While the
combination treatment between the growing media and light intensity indicates there is no
interaction between the treatment of seedling growth of nyamplung.

Keywords: Light Intensity, Growing Media, Growth, Nyamplung

RANGKUMAN
Nyamplung Merupakan tanaman yang memilki nilai ekonomis tinggi, dimana tanaman
ini memiliki buah yang mengandung minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan
alternatif pembuatan minyak biodiesel. Hal tersebut menjadikan nyamplung sebagai salah satu
tanaman yang bernilai ekonomis tinggi untuk dibudidayakan. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh intensitas cahaya dan media tanam terhadap pertumbuhan semai
nyamplung.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
menggunakan rancangan petak terbagi (split plot design) faktorial, dimana faktor pertama
adalah intensitas cahaya, dan faktor kedua adalah media tanam. Parameter yang diamati
dalam penelitian ini adalah persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
dan berat berangkasan kering tanaman. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
Analisis Sidik Ragam (Anova) pada taraf nyata 5%. Jika terdapat pengaruh nyata, maka
dilakukan uji lanjut Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf 5 %.
Hasil penelitian menunjukan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan berat berangkasan
kering, sementara perlakuan intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap perlakuan tinggi
tanaman, jumlah daun dan diameter batang terhadap pertumbuhan semai nyamplung. Uji
lanjut terhadap parameter yang menunjukan beda nyata yaitu menggunakan uji Duncan pada
taraf nyata 5%. Sedangkan kombinasi perlakuan antara media tanam dan intensitas cahaya
menunjukan tidak terdapat interaksi antar perlakuan terhadap pertumbuhan semai nyamplung.

Kata Kunci : Intensitas Cahaya, Media Tanam, Pertumbuhan, Nyamlung.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan, memilki gugusan pulau dengan kawasan pesisir
yang luas dengan kepulauan yang terdiri atas ± 17.504 pulau dengan garis pantai 95.181 km
serta luas laut mencakup ± 70%. Mengingat garis pantai Indonesia yang sangat luas, perlu
dilakukan penjagaan dan perlindungan. Melihat kerusakan akibat berbagai faktor penyebab
seperti gempa, erosi, banjir, abrasi pantai dan lain-lain serta dampak aktivitas manusia. Oleh
karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat agar kawasan pesisir terhindar dari kerusakan.
Salah satu usaha untuk memperbaiki kawasan pesisir adalah melakukan rehabilitasi melalui
penanaman kawasan pesisir. Tanaman nyamplung (Callophylum Inophyllum Linn) merupakan
salah satu tanaman alternatif yang digunakan sebagai rehabilitasi kawasan pantai yang cocok
di tanam pada wilayah pesisir (Prasetyawati, 2013).
Menurut Penelitian Kehutanan, (2008) dalam Karmawati et al, (2009) menyatakan
bahwa Tanaman Nyamplung merupakan famili Clusiaceae atau Guttiferae. Tanaman
nyamplung memiliki banyak manfaat yang bernilai ekonomis tinggi, sehingga memilik prospek
yang baik sebagai usaha dalam membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi manyarakat,
dimana pada bijinya mengandung minyak nabati yang dapat diguanakan sebagai bahan
alternatif pembuatan biodiesel, daun yang dimanfaatkan sebagai obat luka dan bahan baku
kosmetik, getah yang mengandung senyawa kumarin (C9H6O2) yang dapat membantu
menghambat pertumbuhan virus acquired immunodeficiency syndrome (HIV) dan batangnya
termasuk kayu komersial, dapat digunakan sebagai pembuatan furnitur, lemari, alat musik dan
lain–lain (Bustomi, 2009).
Tanaman nyamplung untuk mendapatkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman
yang baik diperlukan adanya usaha-usaha dalam budidaya tanaman antara lain dengan
mengatur intensitas cahaya yang tepat bagi tanaman, karena intensitas cahaya berhubungan
erat dengan aktifitas fotosintesis tanaman. Menurut Hasna (2013) dalam Suryawan (2014)
menyatakan tanaman nyamplung membutuhkan naungan cahaya 50% pada saat persemaian
dengan tingkat daya kecambah 90%. Naungan yang mempunyai intensitas cahaya yang berat,
pertumbuhan semai mengalami penghambatan dalam pertumbuhannya. Sedangkan dengan
intensitas cahaya rendah, pertambahan tinggi tanaman akan lebih besar, karna tanaman
dapat melakukan fotosintesis yang baik (Aminah, 2012).
Uraian di atas menjelaskan bahwa tanaman nyamplung memiliki prospek yang cukup
baik untuk dikembangkan di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Akan tetapi, ketersediaan
bahan baku biji nyamplung masih menjadi kendala utama karena sampai saat ini masih
mengandalkan hutan alam sebagai sumber bahan baku biodiesel (Bustomi, 2009).
Pemenuhan kebutuhan baik jumlah benih serta mutu benih perlu dilakukan, salah
satunya melalui upaya penanaman dan menyediakan sumber benih unggul agar dapat
memenuhi tingginya kebutuhan yang ada. Dilain pihak, upaya penyediaan tersebut
membutuhkan kajian dan analisis tertentu, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Media Tanam dan Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Semai Nyamplung
(C. inophyllum Linn).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-desember 2015 dengan rincian


waktu sebagai berikut: Universitas Mataram dan persemaian serta pengamatan pertumbuhan
akan dilakukan selama 90 hari yang bertempat di kebun pembibitan Program Studi Kehutanan
Universitas Mataram. Adapun uji laboratorium akan dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur
dan Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan, Universitas Mataram dan Analisis tanah
akan dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan menggunakan 2 faktor
percobaan. Faktor pertama menggunakan intensitas cahaya yang terdiri atas 3 aras dan factor
keduanya menggunakan media tanam dengan 3 aras yang didesain dalam Rancangan Petak
Terbagi (Split Plot Design) dan dibuat 3 kali ulangan.
Pelaksanaan penelitian meliputi tahap persiapan, tahap perlakuan, dan tahap
pemeliharaan. Parameter yang diamati adalah persentase tumbuh (%), tinggi tanaman (cm),
jumlah daun (helai), diameter batang (mm), berat berangkasan kering (mg). Analisis data
menggunakan Anova pada taraf nyata 5%, dan diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf nyata
5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Tanah
Analisis tanah merupakan suatu cara untuk mengetahui kandungan dari tanah secara
akurat seperti unsur hara tanah. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesuburan
tanah dengan mengevaluasi unsur yang terkandung di dalam tanah baik secara fisik dan
kimia. Analisis tanah pada dasarnya dilakukan untuk menentukan tingkat kecocokan tanah
terhadap aktivitas pertumbuhan tanaman. Adapun hasil analisis tanah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1. Hasil Analisis Tanah
No. Parameter Analisis Metode Hasil Analisis Harkat
Analisis
1. Tekstur Tanah Hydrometer 88 : 10 : 2 Pasir
(Pasir : Debu : Liat ) Berlempung
2. Kadar Air Gravimetri 4,29 % Kekeringan
3. pH H2O (Aktual) 5,6 % Agak Masam
Sedang
4. N Total Kjeldahl 0,38 % Rendah
5. P Tersedia Morgan Wolf 16,28 mg/100g Sangat Tinggi
6. K Tersedia AAS 338,13 ppm (1,014
me/100 g)
Keterangan : Hasil analisis tanah ini dilakukan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Nusa Tenggara Barat (2015) dan pengharkatan berdasarkan Hardjowigeno (2011)
dan Sudomo (2007).

Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antar fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat. Partikel-
partikel pasir memiliki luas permukaan yang kecil dibandingkan debu dan liat tetapi ukurannya
besar (Sutanto, 2005 dalam Manfarizah et al., 2011) Pada tabel 4.1 menyatakan hasil analisis
tanah termasuk ke dalam golongan pasir berlempung, dimana fraksi pasir memiliki persentase
88%, umumnya tanah ini mempunyai tekstur yang kasar. Tanah pasir tidak memiliki
kemampuan menyerap air dan hara, sehingga pasir tidak subur. Hal ini menjadikan tanah
berpasir menjadi media tumbuh yang kurang baik. Penambahan bahan organik pada tanah
kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori
makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982
dalam Atmojo, 2003).
Hasil analisis tanah menujukan kadar air yang diperoleh sebesar 4.29%. Menurut Ali
(2009 dalam manfariza, 2011), kadar air dalam tanah sangat tergantung kepada penambahan
dan pengurasannya. Penambahan berasal dari curah hujan atau irigasi dan pengurasan
melalui evaporasi, perkolasi, dan evapotranspirasi. Tanah yang terdiri atas partikel besar
kurang dapat menahan air. Air dalam tanah akan berinfiltrasi, bergerak ke bawah melalui
rongga tanah, akibatnya tanaman kekurangan air dan menjadi layu. Kondisi semacam ini
apabila berlangsung terus menerus dapat mematikan tanaman dan air sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk sintesa karbohitrat dan sebagai pengangkut hara yang dibutuhkan tanaman
(Dwidjoseputro, 1981 dalam Sinulingga, 2011).
Hasil analisis tanah yang dilakukan, menunjukan bahwa pH tanah sebesar 5,6, menurut
Harjowigeno (2003 dalam sudomo, 2007), tanah tersebut tergolong dalam kelas agak masam.
Kondisi pH tanah seperti ini tergolong baik, dalam membudayakan tanaman nyamplung.
Menurut Bustomi (2009), tanaman nyamplung dapat tumbuh pada tanah dengan pH sebesar
4-7,5. Kondisi keasaman tanah sangat mempengaruhi keseburan tanah. Pada pH rendah
terjadi kekakatan (defiency) unsur-unsur hara makro dan bersama dengan itu terjadi
ketersediaan unsur-unsur hara makro, yang dapat melapaui batas sehingga bersifat racun
(Notohadiprawiro, 2006). Menurut Sanchez (1976 dalam Burhanuddin, 2010) menyatakan
bahwa dengan pemberian pupuk organik (pupuk kandang) dapat meningkatkan unsur hara
makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman.
Hasil analisis tanah, kandungan N (nitrogen) total diperoleh sebesar 0,38 %, dari hasil
tersebut dapat dikatakan bahwa N total tanah tersebut berharkat sedang (Hardjowigeno,
2011). Kekurangan dan kelebihan unsur hara tanaman terutama unsur N dapat mengurangi
pertumbuhan produksi. Unsur hara N memiliki peran penting bagi tanaman, antara lain
nitrogen akan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman dan bahan baku penyusun klorofil
pada proses fotosintesis. Tanaman yang kekurangan N memiliki gejala seperti tanaman
tumbuh kerdil, dan daun cendrung cepat rontok. Sedangkan kelebihan N seperti menurunya
kualitas hasil khususnya pada buah-buahan, memperlambat pematangan buah (Noverita,
2005).
Hasil analisi tanah menunjukan nilai P tersedia adalah 16,28 mg/100g dan harkatnya
tergolong rendah (Hardjowigeno, 2011). Unsur hara P paling mudah diserap oleh tanaman
pada pH netral (6,0-7,0) dan unsur P berperan dalam pembelahan sel, perkembangan akar,
mempercepat pematangan buah dan memperkuat batang gar tidak mudah roboh. Faktor yang
memperangaruhi P adalah pH tanah. Pada tanah ber-pH rendah, fosfor akan bereaksi dengan
ion besi dan aluminium. Reaksi ini membentuk besi fosfat atau aluminium fosfat yang sukar
larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman. Pada tanah ber pH tinggi, fosfor
akan bereaksi dengan ion kalsium (Hanum, 2008).
Hasil analisi tanah menujukan nilai K (kalium) tersedia dalam tanah yang digunakan
adalah 338,13 ppm atau 1,014 me/100g, dan harkat tanah ini tergolong sangat tinggi
(Harjowigeno, 2011). Unsur K berfungsi dalam pembentukan pati, pembukaan stomata,
mengaktifkan enzim, dan mempertinggi daya tahan terhadap kekeringan dan penyakit, serta
perkembangan akar. Gejala kekurangan K pada tanaman dapat dilihat dari kondisi daun,
dimana daun akan mengalami gejala klorosis yang mengakibatkan gangguan fotosintesis. K
ditemukan dalam jumlah banyak didalam tanah, tetapi hanya sebagian kecil yang digunakan
oleh tanaman (Ma,shum, 2005).

ANALISIS PERTUMBUHAN

Berdasarkan pelakuan jenis media tanam dan kelas intensitas cahaya yang digunakan,
untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan pada tanaman nyamplung (Calophyllum
inophyllum), diperoleh data dari hasil pengeukuran yang kemudian dikelola atau dianalisis
dengan Anova (Analisis Sidik Ragam) sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2. Hasil Analisi Sidik Ragam Parameter Penelitian.
No Parameter Intensitas Media Tanam Intensitas Cahaya*
Cahaya Media Tanam
1 Persentase Tumbuh ns ns ns

2 Tinggi tanaman s ns ns
3 Jumlah daun s ns ns
4 Diameter Batang s ns ns

5 Berat Berangkasan ns ns ns
Kering
Keterangan : s = signifikan, ns = non sinifikan

Berdasarkan pengamatan di atas menunjukan bahwa, setiap parameter perlakuan


memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan nyamlung. Adapun faktor
media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter penelitian yang meliputi
persentase tumbuh, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang dan berat berat
berangkasan kering. Pada faktor perlakuan intensitas cahaya menujukan, sebagian parameter
menujukan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman dan diameter batang,
sedangkan untuk persentase tumbuh, jumlah daun dan berat berangkasan kering tidak
berpengaruh nyata. Untuk dapat mengetahui beda nyata pada setiap perlakuan, maka
parameter yang beda nyata diuji lanjut dengan uji Duncan’s pada taraf 5%.
Hasil penelitian dapat dilihat bahwa factor media tanam dan interaksi intensitas cahaya
dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter, hal ini diduga bahwa
factor media tanam dari parameter pengamatan menunjukan bahwa tanaman nyamplum dapat
tumbuh dengan kondisi tanam akan unsur hara, hal ini sesuai dengan pendapat Bustomi,
2009) menyatakan bahwa tanaman nyamplung dapat tumbuh baik pada pesisir pantai, dimana
tanah berpasir miskin dengan unsure hara. Namun pada parameter pertumbuhan persentase
tumbuh, jumlah daun, diameter batang dan berat berangkasan kering,i menujukan bahwa
pada perlakuan media tanam campur pupuk kandang sapi yang paling tinggi bahwa dengan
penambahan pupuk kandang membantu pertumbuhan pada fase pertumbuhan vegetative. Hal
ini sesuai dengan pendapat Safir (1986, dalam Sriyanto et al, 2015).
Pada factor intensitas cahaya menunjukan berpengaruh nyata terhadap beberapa
parameter seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang, sedangkan pada
parameter persentase tumbuh dan berat berangkasan kering tidak berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan nyamplung. Pada factor intensitas cahaya, pada perlakuan 44,57
lux/hari menujukan rata -rata yang tertinggi, pada parameter yang dilakuan selama 90 hari hal
ini dapat dilihat dari beberapa parameter yang memberikan pengaruh nyata dan dapat
ditunjukkan dari table parameter tersebut, sebagai berikut :
Tabel 4.4 Uji Duncan 5% pada perlakuan intensitas cahaya terhadap tinggi tanaman.
Rangking Perlakuan Nilai Rata-rata Kisaran
1 C3 17,72 a
2 C2 16,32 a
3 C1 11,7 b

Tabel 4.6 Uji Duncan 5% pada perlakuan intensitas cahaya terhadap jumlah daun
Rangking Perlakuan Nilai rata-rata Kisaran
1 C3 10,88 a
2 C2 9,11 b
3 C1 8,66 b

Tabel 4.8 Uji Duncan 5% Pada Perlakuan Intensitas Cahaya Terhadap Diameter Batang.
Rangking Perlakuan Nilai Rata-rata Kisaran
1 C1 0,43 a
2 C2 0,43 a
3 C3 0,38 b
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menujukan tidak berbeda nyata menurut uji duncan 5%

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
1. Intensitas cahaya berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun
dan diameter batang, sedangkan pada parameter persentase tumbuh dan berat
berangkasan kering tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan nyamplung.
Pertumbuhan paling baik pada intensitas cahaya 44,47 lux/hari dengan nilai tertinggi pada
parameter tinggi tanaman 11,72 cm, jumlah daun 10,88 (helai), diameter 0,43 mm, dan
pertumbuhan terendah terjadi pada intensitas cahaya 7,30 lux/hari pada parameter tinggi
tanaman 17,72 cm, jumlah daun 8,66, diameter batang 0,38 mm.
2. Media tanam dari hasil Analisi Sidik Ragam tidak berpengaruh nyata terhadap persentase
tumbuh, tinggi tanam, jumlah daun, diameter batang, dan berat berangkasan kering semai
nyamplung.
3. Media tanam dan intensitas cahaya tidak terdapat intraksi pada semua parameter
pertumbuhan semai nyamplung.
Daftar Pustaka

Anisa, Sartika. 2011. Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Bibit Andalas (Morus
macroura Miq.). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang.
Astuti, Dwi. 2006. Pengaruh Intensitas Cahaya dan Periode Aklimatisasi Terhadap
Pertumbuhan Serta Kualitas Layak Display Tanaman Walisongo (Scefflern
arboricoln). Skripsi Program Studi Hortikultura Fakultas Pertanian Intstitut Pertanian
Bogor. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/123456789/12885/4/E09irp_abstract.ps.
diakses 14 april 2015.
Atmojo, Suntoro Wongso. 2013. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Aurum, Mustika. 2005. Pengaruh Jenis Media Tanam dan Pupuk Kandang Terhadap
Pertumbuhan Setek Sambang Colok. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Burhanuddin dan Nurmansyah. 2010. Pengaruh Pemebrian Pupuk Kandang dan Kapur
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Nilam Pada Tanah Podsolik Merah Kuning.
Bul. Littro. Vol. 21 No. 2, 2010, 138-144. Kebun Percobaan Laing Solok Balai
Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik.
Bustomi, S, et al. 2009. Nyamplung (Calophyllum L) Sumber Energi Biofuel yang Potensia.
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman.
Hanum, C. 2010. Tehnik Budidaya Tanaman Jilid 1. Jakarta : Sumber Bahagia Concern.
Hardjowigeno,S. 2011. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Karmawati, Elna, et al. 2009. Tanaman perkebunan Pengasil Bahan Bakar Nabati (BBN).
Bogor: Kampus IPB Taman kencana bogor.
Kusuma, A.H., IzzatiM., Saptiningsi E.2013. Pengaruh Penambahan Arang Sekam dan Abu
Sekam. Jurnal Penelitian. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman P.T Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Leksono, budi dan Hasna, Tri Maria. 2012. Variasi Genetik Pertumbuhan Semai, Kandungan
Nitrogen Jaringan dan Klorofil Antar Populasi Nyamplung Di Pulau Jawa.
Lukitasari, M .2010. Ekologi Tumbuhan .Diktat Kuliah. IKIP PGRI Press. Madiun.
Ma’shum, M. 2005. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Mataram : Mataram University Press.
Manfariza, Syamaun, dan Nurhaliza, S. 2011. Karakteristik Sifat Fisik Tanah di University Farm
Stasiun Bener Meriah. Agrista Volume 15 Nomor 1 hal. 1-9. Tahun 2011. Fakultas
Pertanian, Universitas Kuala Banda Aceh.
Noverita, S.V. 2005. Pengaruh Pemberian Nitrogen dan Kompois Terhadap Komponen
Pertumbuhan Tanaman Lida Buaya (Aloe Vera). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu
Pertanian Volume 3 Nomor 3 Hal 58-65. Universitas Sisingamangaraja Medan.
Riadi, Indah Putri. 2009. Pengaruh Itensitas Cahaya Matahari Terhadap Pertumbuhan Jenis
Shorea Parvifolia dan Shorea Leprosula. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Rustam, Evayustiva. Yuniarti Naning dan Suhardi Tati. 2012. Identifikasi Dan Tehnik
Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Benih, Kecambah, dan Semai Jenis
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil
Litbang HHBK dalam mendukung Pembangunan Kehunan.
Sari, Asma. Siti Fatonah dan Dyah Iriani. 2015. Respons Anakan Tumbuhan Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L.) Pada Berbagai Periode Penggenagan. Urnal JOM
FMIPA volume 2 no. 1 Februari 2015.
Sinulingga, Maranatha. dan Sri Darmanti. 2011. Kemampuan Mengikat Air oleh Tanah Pasir
yang Diperlukan dengan Tepung Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa). Jurnal
Kemampuan Mengikat air oleh Tanah Pasir Vol. 32-38. Laboratorium Biologi Struktur
dan Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FMPA UNDIP.
Sriyanto, Astuti, dan Sujalu 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung Ungu dan Terung Hijau (Solanum
melongena L.). jurnal Agrifor Volume XIV Nomor 1 Hal 42. Universitas 17 Agustus
1945 Samarinda.
Sudomo, A. 2007. Pengaruh Tanah Berpasir Berlempun Terhadap Pertumbuhan Sengon dan
Nilam pada Sistem Agroforestry. Jurnal Pemulian Tanman Hutan Vol. 1 No. 2,
September 2007. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman
Hutan.
Suryawan, Ady. 2014. Pengaruh Benih Terhadap Pertumbuhan Semai Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L). Pengaruh Media Tanam dan Penanganan Benih
Terhadap Pertumbuhan Semai.
Supriyono, 2008. Pengaruh Macam Media dan Intensitas Pemupukan Terhadap Pertumbuhan
Bibit Tanaman Anthurium Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Swestiani, Dila. 2012. Pengaruh Lama Simpan dan Posisi Benih Terdahap Perkecambahan
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L). Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil
Litbang HHBK dalam mendukung Pembangunan Kehunan.
Notohadiprawiro, Terjoyuwono. 2006. Persoalaan Tanah Masam dalam Pembangunan
Pertanian di Indonesia. Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.
Pertamawati. 2010. Pengaruh Fotosintesis Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kentang
(Solanum Tuberosum L.) Dalam Lingkungan Fotoautotrof Secara Invitro. Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 1, April 2010 Hlm.31-37. Diakses 20
april 2015.
Prihandini, P.W. dan Purwanto, T. 2007. Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos.
Prasetyawati, C. Andriyani dan Mongopang, Albert D. 2013. Konservasi Kawasan Pesisir
Dengan Tanaman Nyamplung. Balai Penelitian Kehutanan Makasar. Info Teknis
EBONI Vol.10 No.1, Mei 2013 : 14 – 25. Diakses 13 april 2015.
Widjaja, Tri, et al. 2013. Pemanfaatan Biji Buah Nyamplung (Callophylum Inophylum) Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Biodisel. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN:
2337-3539 (2301-9271 Print).
http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/viewFile/2359/768. Diakses 13 april
2015.
Yudistira. 2014. Pengaruh Media Tanam dan Kelas Intensitas Cahaya terhadap pertumbuhan
Benih Gaharu (Gyrisnops versteegii). Skripsi. Program Studi Kehutanan Universitas
Mataram.

You might also like