Jerapan Dan Pengaruh Na, NH, Dan Fe Terhadap Ketersediaan K Pada Tanah-Tanah Yang Didominasi Mineral Liat Smektit

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

J. Tanah Trop., Vol. 14, No.

1, 2009: 33-40

Jerapan dan Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ terhadap Ketersediaan K


pada Tanah-tanah yang Didominasi Mineral Liat Smektit

Dedi Nursyamsi1, Komaruddin Idris2, Supiandi Sabiham2, Djunaedi Abdul Rachim2, dan Agus Sofyan3

Makalah diterima 10 April 2008 / disetujui 25 September 2008

ABSTRACT

Sorption and Effect of Na+, NH4+, and Fe3+ on Soil Available K at Smectitic Soils (D. Nursyamsi, K. Idris, S. Sabiham,
D. A. Rachim, and A. Sofyan): Total content of potassium in smectitic soils is commonly high, however its availability
for plant growth is frequently problem because it is fixed at interlayer space of 2:1 type of clay mineral. The research
was aimed to study the sorption and effect of Na+, NH4+, and Fe3+ on soil available K at smectitic soils. It was
conducted in Laboratory of Research and Soil Test, Indonesian Soil Research Institute by using four of soil samples
taken from Bogor (Typic Hapludalfs), Cilacap (Chromic Endoaquerts), Ngawi (Typic Endoaquerts), and Blora (Typic
Haplustalfs). Incubation experiment used Randomized Completely Block Design, 4 treatments, and 5 replications. The
treatment consisted of without cation, application of Na+, NH4+, and Fe3+ from NaCl, NH4Cl, and FeCl3 respectively at
50% of maximum adsorption level. The results showed that soil sorption, buffering capacity, and maximum sorption of
Fe3+ were higher than NH4+ and Na+, while the variables of NH4+ were similar with those of Na+. Among the treatments,
bond energy constant was in order of Na+ > Fe3+ > NH4+ at Alfisols and it was in order of Fe3+ > Na+ > NH4+ at
Vertisols. Among the soils, the soil sorption, buffering capacity, and maximum sorption were in order of Vertisols >
Alfisols. The application of Na+ significantly increased soil soluble-K at Chromic Endoaquerts and Typic Endoaquerts;
NH4+ significantly increased soil exchangeable K at Typic Hapludalfs, Chromic Endoaquerts, and Typic Endoaquerts;
while Fe3+ significantly increased both variables in all tested soils.
Keywords: Available K, Fe3+, Na+, NH4+, smectitic soils, sorption

PENDAHULUAN lembab (musim kering tidak nyata) tidak selalu


menunjukkan sifat vertik tersebut kecuali kadar liat.
Tanah-tanah yang mengandung mineral liat Penyebaran tanah-tanah tersebut di Indonesia
smektit mempunyai prospek yang cukup besar untuk cukup luas, yaitu diperkirakan lebih dari 2,12 juta ha
dikembangkan menjadi lahan pertanian tanaman (Vertisol sekitar 2,12 juta ditambah sebagian
pangan jika dibarengi dengan pengelolaan tanaman Inceptisol dan Alfisol) yang tersebar di wilayah Jawa
dan tanah yang tepat. Tanah yang mengandung min- (Jabar, Jateng, dan Jatim), Sulawesi (Sulsel, Sulteng,
eral liat smektit umumnya terdapat pada order Vertisol dan Gorontalo), dan Nusa Tenggara (Lombok) (Pusat
dan order lain bersubgrup vertik. Penelitian Tanah dan Agroklimat, 2000). Tanah ini
Tanah-tanah tersebut memiliki sifat vertik, yaitu termasuk tanah pertanian utama di Indonesia dan
diantaranya mempunyai bidang kilir atau ped umumnya dimanfaatkan untuk padi sawah irigasi dan
berbentuk baji, kadar liat > 30% dalam fraksi tanah tadah hujan, palawija, kebun campuran, tebu,
halusnya, dan terdapat rekahan terbuka dan tertutup tembakau, kapas, kelapa dan hortikultura lainnya
secara periodik. Tanah dengan mineral liat smektit seperti mangga (Subagyo et al., 2000).
dominan tetapi berada di bawah iklim yang selalu

1
Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda 98 Bogor 16123, [email protected]
2
PS Ilmu Tanah, Sekolah Pascasarjana, IPB, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680, [email protected],
[email protected], [email protected]
3
Ditjen Pengelolaan Lahan dan Air, Deptan, Jl. Margasatwa No. 3, Pasarminggu, Jakarta Selatan,
[email protected].
J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 1, 2009: 33-40
 ISSN 0852-257X
33
D. Nursyamsi et al.: Jerapan dan Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ pada Smektit

. Kadar K potensial tanah ini umumnya tinggi bersangkutan karena semakin tinggi valensi kation
tetapi K aktualnya sering rendah sehingga tanaman semakin tinggi pula jerapannya. Dengan demikian
mengalami kekahatan. Hal ini disebabkan karena K maka Fe3+ berpeluang memiliki jerapan yang lebih
difiksasi oleh mineral liat tipe 2:1, seperti dari tinggi dibandingkan K+. Untuk kation yang bervalensi
golongan smektit (Borchardt, 1989) yang dominan sama, seperti Na +, NH4+, dan K+, maka besarnya
di tanah tersebut. Ghousikar dan Kendre (1987) jerapan mengikuti deret liotropik (Tan, 1998; Havlin
mengemukakan bahwa tanah-tanah tersebut et al., 1999).
mempunyai kapasitas fiksasi K (K-fixing capacity) Bertitik tolak dari uraian di atas penelitian ini
dan daya sangga terhadap K (PBC K) yang sangat bertujuan untuk mempelajari jerapan Na+, NH4+, dan
tinggi. Dengan demikian maka perlu dilakukan Fe3+ dan pengaruh ketiga kation tersebut terhadap
berbagai upaya untuk mengatasi fiksasi K tanah ketersediaan K pada tanah-tanah yang didominasi
sehingga jumlah bentuk K cepat tersedia meningkat mineral liat smektit.
bagi tanaman.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa asam BAHAN DAN METODE
organik dan sejumlah kation (amonium, natrium, dan
lain-lain) mempunyai peranan yang sangat penting Percobaan dilaksanakan di Laboratorium
dalam meningkatkan ketersediaan K tanah. Asam Penelitian dan Uji Tanah, Balai Penelitian Tanah
oksalat dan sitrat dapat melepaskan K tidak dapat Bogor dengan menggunakan empat contoh tanah
dipertukarkan (Ktdd) menjadi K dapat dipertukarkan bulk yang diambil dari Bogor (Hapludalf Tipik),
(Kdd) dan K larut (Kl) pada tanah-tanah yang berbahan Cilacap (Endoaquert Kromik), Ngawi (Endoaquert
induk batu kapur, dimana asam oksalat mempunyai Tipik), dan Blora (Haplustalf Tipik). Pengambilan
efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh tanah bulk mempertimbangkan: bahan induk
asam sitrat (Zhu dan Luo, 1993). Sejumlah kation tanah, iklim, kadar Kdd dan mineral liat smektit tanah.
dapat membebaskan K yang terfiksasi pada tanah- Hapludalf Tipik, berasal dari bahan induk batu kapur
tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe 2:1. dan zone agroklimat B1, Endoaquert Kromik dari
Kation tersebut antara lain: Na+ (Ismail, 1997), NH4+ sedimen liat berkapur dan zone agroklimat B1,
(Kilic et al., 1999; Evangelou dan Lumbanraja, 2002), Endoaquert Tipik dari sedimen liat berkapur dan zone
dan Fe3+. Kation Fe berpotensi untuk membebaskan agroklimat C3, dan Haplustalf Tipik dari batu kapur
K terfiksasi karena berdasarkan deret liotropik kation dan zone agroklimat C2. Kadar Kdd tanah-tanah
tersebut mempunyai jerapan yang lebih tinggi daripada tersebut berkisar antara rendah (Hapludalf Tipik)
kation K (Havlin et al., 1999). hingga tinggi (Endoaquert Kromik), sedangkan
Kemampuan ketiga kation tersebut dalam mineral liat yang dominan di keempat tanah tersebut
membebaskan K terfiksasi selain tergantung adalah smektit. Karakteristik tanah lebih rinci telah
kemampuan meningkatkan jarak basal smektit juga dilaporkan oleh Nursyamsi et al. (2007). Selanjutnya
dipengaruhi oleh kekuatan ketiga kation tersebut penelitian dilaksanakan melalui tiga rangkaian
mendepak K yang berada di ruang antar lapisan kegiatan yang diuraikan sebagai berikut.
mineral liat. Faktor yang terakhir dipengaruhi oleh
konsentrasi kation karena kation yang mempunyai Penetapan Jerapan Kation
konsentrasi tinggi dapat mendepak kation terjerap Jerapan Na+, NH4+, dan Fe3+ ditetapkan dengan
yang berkonsentrasi lebih rendah. Selain konsentrasi prosedur Fox dan Kamprath (1970), tapi sistem
ion, tingkat jerapan koloid tanah juga berpengaruh pengocokannya mengikuti prosedur Widjaja Adhi et
terhadap kekuatan kation dalam melepaskan K yang al. (1990). Prosedur penetapan masing-masing kurva
terfiksasi karena kation yang memiliki jerapan tinggi jerapan adalah sebagai berikut:
dapat mengusir kation yang jerapannya lebih rendah (1) Dua g masing-masing contoh tanah dimasukkan
pada komplek jerapan koloid tanah. ke dalam botol plastik, lalu masing-masing ditambahi
Untuk memanfaatkan kation dalam 20 ml larutan NaCl, NH 4 Cl, dan FeCl 3 yang
meningkatkan ketersediaan K tanah maka perlu mengandung 0, 5, 10, 20, 40, 60, 80, 100, 150, 200,
dipelajari terlebih dahulu karakteristik jerapan kation 250, 300, 350 dan 400 mg kg-1 Na+, NH4+, dan Fe3+
tersebut di dalam tanah. Jerapan tanah (jerapan dalam pelarut 0,001 M CaCl2. Kemudian 2 tetes toluen
maksimum, konstanta energi ikatan, dan daya sangga) ditambahkan untuk menghambat aktivitas mikro
terhadap kation tergantung valensi kation yang organisme yang dapat memanfaatkan unsur hara.
34
J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 33-40

Tabel 1. Takaran kation Na+, NH4+, dan Fe3+ pada tiap jenis Tanah.

Hapludalf Endoaquert Endoaquert Haplustalf


Kation Senyawa
Tipik Kromik Tipik Tipik
……………………….. mg kg-1 …………………......
Na+ NaCl 59 68 82 60
NH4 + NH4Cl 65 104 96 85
Fe3+ FeCl3 5.000 5.000 5.555 5.000

(2) Ekstrak contoh dikocok 2 kali sehari masing-masing digerus lalu diayak dengan ayakan 2 mm. Bentuk-
30 menit pagi dan sore hari dengan selang waktu 6 - 8 bentuk K yang meliputi: Kl, Kdd, Ktdd, Kt ditetapkan
jam selama 6 hari berturut-turut. dengan metode yang diuraikan oleh Helmke dan Sparks
(3) Setelah 12 kali pengocokan (6 hari), suspensi (1996); Knudsen et al. (1982); dan Wood dan DeTurk
disaring dan konsentrasi masing-masing Na+ dan Fe3+ (1940).
dalam filtrat diukur dengan Atomic Adsorption
Spectrophotometer (AAS) sedangkan NH4+ dengan Penetapan Fraksionasi K
spektrofotometer. Selanjutnya kurva yang K larut. Lima gram contoh tanah dimasukkan
menghubungkan jumlah kation yang terdapat di dalam ke dalam botol sentrifius, lalu ditambahkan 20 ml
larutan dengan jumlah kation yang dijerap dibuat 0,0002 M CaCl2 dan dikocok selama 1 jam. Ekstrak
berdasarkan data hasil pengukuran. Hubungan tanah disentrifius dengan kecepatan 3.500 rpm selama
tersebut kemudian dianalisis regresinya dengan 20 menit dan supernatan ditampung. Selanjutnya
menggunakan model persamaan keseimbangan kadar K dalam supernatan diukur dengan AAS.
Langmuir yang dilinierkan (Syiers et al., 1973). Model K dapat dipertukarkan. Dua gram contoh
tersebut adalah: C/(x/m) = 1/(kb) + (1/b)C, dimana: tanah dimasukkan ke dalam botol sentrifusi 50 ml,
x/m = jumlah kation yang terjerap per satuan bobot lalu ditambahkan 20 ml NH4OAc 1 N pH 7 dan
tanah (mg kg-1); k = konstanta Langmuir; b = jerapam dikocok selama 30 menit. Ekstrak tanah disentrifius
maksimum (mg kg-1 ); dan C = konsentrasi kation selama 10 menit dengan kecepatan 2.000 rpm dan
dalam larutan dalam keadaan keseimbangan supernatannya ditampung. Tahapan tersebut diulang
(mg l-1). lalu volume supernatan diimpitkan dengan
Percobaan Inkubasi penambahan NH4OAc 1 N menjadi 50 ml. Selanjutnya
kadar K dalam supernatan diukur dengan AAS.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak K total. Setengah gram contoh tanah dimasukkan
Kelompok, empat perlakuan dengan lima ulangan. kedalam teflon bom, lalu tambahkan 1 ml aquades
Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan kation, dan 10 ml HNO3 dan HClO4 pekat. Teflon bomb
yaitu: tanpa kation, Na+, NH4+, dan Fe3+ masing- ditempatkan pada metal container dan dipanaskan
masing dalam bentuk NaCl, NH4Cl, dan FeCl3 dengan pada suhu 383 oK selama 3 jam. Asam borat 2,8 g
takaran 50% jerapan maksimum (Tabel 1). ditambahkan ke dalam labu ukur plastik 100 ml,
Bahan tanah dikeringudarakan, ditumbuk, diayak kemudian ekstrak tanah dituangkan ke dalam labu.
dengan saringan 2 mm, lalu dimasukan ke dalam pot Sisa cairan dalam teflon dicuci dengan air bebas ion
sebanyak 1 kg pot-1 bobot kering mutlak (BKM). dan dimasukkan ke dalam labu ukur. Labu dikocok
Semua pupuk diberikan dalam bentuk larutan, lalu dan larutan diimpitkan menjadi 100 ml dengan
tanah diaduk hingga homogen. Tanah diinkubasi menambahkan air bebas ion. Selanjutnya kadar K
selama 12 minggu dan kadar air dipertahankan dalam dalam larutan diukur dengan AAS.
kondisi kapasitas lapang dengan cara menambahkan K tidak dapat dipertukarkan. K tidak dapat
air bebas ion seminggu 2 kali. Selanjutnya contoh tanah dipertukarkan ditetapkan sebagai K total dikurangi
diaduk hingga homogen setiap minggu. oleh K larut dan K dapat dipertukarkan (Ktdd = Kt –
Setelah inkubasi mencapai 12 minggu, contoh Kl – Kdd).
tanah diambil sekitar 250 gram, dikeringudarakan,

35
D. Nursyamsi et al.: Jerapan dan Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ pada Smektit

HASIL DAN PEMBAHASAN sesama tanah Vertisol, yaitu Endoaquert Kromik dan
Endoaquert Tipik, dan sesama tanah Alfisol, yaitu
Kurva Jerapan Hapludalf Tipik dan Haplustalf Tipik memiliki pola
Jerapan Na+, NH4+, dan Fe3+ pada tanah Alfisol yang relatif sama. Kapasitas tukar kation tanah
dan Vertisol disajikan pada Gambar 1. Jerapan Fe3+ Vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan tanah Alfisol,
jauh lebih tinggi dibandingkan Na + dan NH 4 + , yaitu berturut-turut 56,38 dan 30,83 cmol kg-1 sehingga
sedangkan jerapan Na + relatif tidak berbeda jerapan kation pada Vertisol lebih tinggi dibandingkan
dibandingkan NH4 pada empat jenis tanah yang dengan Alfisol. Selain itu jerapan kation berkaitan erat
dicoba. Besarnya jerapan kation di empat jenis tanah pula dengan kadar smektit, dimana kadar smektit tanah
yang dicoba mempunyai pola yang sama, yaitu dari Vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan Alfisol
tinggi ke rendah: Fe3+ > NH4+ > Na+. Besarnya jerapan (Nursyamsi et al., 2007). Mineral liat smektit
kation tergantung valensinya dimana kation merupakan sumber muatan permanen dan merupakan
bervalensi III mempunyai jerapan yang lebih besar sumber muatan negatif utama pada tanah-tanah yang
daripada kation bervalensi II dan I. Demikian pula didominasi oleh muatan permanen seperti tanah
kation bervalensi II mempunyai jerapan yang lebih Vertisol atau tanah-tanah yang memiliki sifat vertik
besar dari pada kation bervalensi I. Besarnya jerapan (Borchardt, 1989).
kation mengikuti deret liotropik, yaitu: Al3+ = (H+) > Daya sangga tanah terhadap kation dapat diduga
Fe3+ > Fe2+ > Ca2+ > Mg2+ > K+ = NH4+ > Na+ (Tan, dari kemiringan kurva jerapan kation tersebut pada
1998). Ion Fe3+ bervalensi III, sedangkan NH4+ dan tanah yang bersangkutan, dimana kurva jerapan yang
Na+ bervalensi I sehingga jerapan Fe3+ jauh lebih besar lebih curam memiliki daya sangga yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kation NH4+ dan Na+. dibandingkan dengan kurva yang lebih landai. Dengan
Jerapan kation (terutama Fe3+) pada tanah demikian maka daya sangga tanah terhadap Fe3+ jauh
Vertisol (Endoaquert Kromik dan Endoaquert Tipik) lebih tinggi dibandingkan dengan kation NH4+ dan Na+
lebih tinggi daripada tanah Alfisol (Hapludalf Tipik di empat jenis tanah yang dicoba. Demikian pula daya
dan Haplustalf Tipik). Sementara itu jerapan kation sangga tanah Vertisol terhadap kation (terutama besi)

Gambar 1. Kurva jerapan Na+, NH4+, dan Fe3+ pada tanah Alfisol dan Vertisol
36
J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 33-40

Tabel 2. Jerapan maksimum dan konstanta energi ikatan Na+, NH4+ dan Fe3+ pada tanah
Alfisol dan Vertisol.

Tanah p q R2 b k
Na +
Hapludalf Tipik 0,0038 0,0085 0,978 118 2,237
Haplustalf Tipik 0,0042 0,0084 0,966 119 2,000
Endoaquert Kromik 0,0176 0,0073 0,824 137 0,415
Endoaquert Tipik 0,0092 0,0061 0,790 164 0,663
NH 4+
Hapludalf Tipik 0,0381 0,0077 0,791 130 0,202
Haplustalf Tipik 0,0213 0,0059 0,797 169 0,277
Endoaquert Kromik 0,0227 0,0048 0,670 208 0,211
Endoaquert Tipik 0,0285 0,0052 0,607 192 0,182
Fe3 +
Hapludalf Tipik 0,0004 0,0001 0,849 10.000 0,250
Haplustalf Tipik 0,0003 0,0001 0,822 10.000 0,333
Endoaquert Kromik 0,0001 0,0001 0,955 10.000 1,000
Endoaquert Tipik 0,0001 0,0001 0,972 11.111 1,500
Y = p + qX setara dengan C/(x/m) = 1/kb + C/b; dimana p = konstanta, q = koefisien arah, C = kation
terlarut (mg l-1), x/m = kation terjerap (mg kg-1), b = jerapan kation maksimum (mg kg-1), dan k =
konstanta energi ikatan kation

Gambar 2. Kurva hubungan antara C dengan C/(x/m) pada tanah Alfisol dan Vertisol.

lebih tinggi dibandingkan dengan Alfisol (Gambar 1). selalu mensuplai kation Fe3+ dari pool Fe terjerap ke
Bila konsentrasi kation larut turun akibat diserap dalam Fe larut lebih tinggi dibandingkan dengan kation
tanaman atau tercuci maka kemampuan tanah untuk NH4 + dan Na +. Demikian pula kemampuan tanah
37
D. Nursyamsi et al.: Jerapan dan Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ pada Smektit

Vertisol untuk selalu menjaga keseimbangan kation pula jerapan maksimum kation pada tanah Vertisol
terjerap dan kation larut lebih tinggi dibandingkan (Na+ 137-164, NH4+ 192-208, dan Fe3+ 10.000-11.111
dengan tanah Alfisol. mg kg-1) lebih tinggi dibandingkan tanah Alfisol (Na+
118-119, NH4+ 130-169, dan Fe3+ 10.000 mg kg-1).
Jerapan Maksimum dan Konstanta Energi Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa jerapan
Ikatan maksimum tanah terhadap kation berkaitan erat
Berdasarkan kurva hubungan antara kation larut dengan valensi kation yang bersangkutan. Demikian
(C) dengan rasio kation larut dan terjerap [C/(x/m)] pula jerapan maksimum kation pada tanah yang
seperti yang disajikan pada Gambar 2, maka jerapan berbeda dipengaruhi oleh kapasitas tukar kation dan
maksimum dan konstanta energi ikatan Na+, NH4+, kadar smektit tanah yang bersangkutan.
dan Fe3+ pada setiap jenis tanah dapat dihitung dan Berbeda dengan jerapan maksimum, konstanta
hasilnya disajikan pada Tabel 2. Jerapan maksimum energi ikatan Na+ paling besar dibandingkan dengan
Fe3+ (10.000-11.111) jauh lebih tinggi dibandingkan kation lainnya yang dicoba, dimana besarnya
NH4+ (130-208) dan Na+ (118-164 mg kg-1). Demikian konstanta energi ikatan dari tinggi ke rendah adalah

Gambar 3. Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ terhadap bentuk Kl, Kdd, dan Ktdd pada Hapludalf
Tipik, Endoaquert Kromik, Endoaquert Tipik, dan Haplustalf Tipik.
38
J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 33-40

Na+ > Fe3+ > NH4+. Konstanta enegi ikatan Na+ pada Kdd menjadi Kl adalah K yang berada di posisi-p
Alfisol lebih tinggi daripada Vertisol; NH4+ relatif tidak (planar) dan e (edge) (Kirkman et al., 1994).
berbeda pada kedua tanah tersebut; sebaliknya Fe3+ Di antara kation yang dicoba ternyata Fe3+ paling
pada Vertisol lebih tinggi daripada Alfisol (Tabel 2). efektif dalam melepaskan Ktdd menjadi Kdd dan Kl di
Konstanta energi ikatan tanah terhadap kation semua jenis tanah yang diteliti. Tingkat kekuatan
berkaitan erat dengan radius hidrasi, dimana semakin kation dalam melepaskan K tanah dari tinggi ke rendah
tinggi radius hidrasi maka konstanta energi ikatan adalah: Fe3+ > NH4+ > Na+. Berdasarkan jumlah K
semakin rendah. Ion Fe3+ memiliki radius hidrasi 9 Å, yang dilepas, maka dapat diduga bahwa Na+ hanya
lebih tinggi dibandingkan Na + yang hanya 7.9 Å dapat mengusir K yang berada di posisi-p, sedangkan
(Havlin et al., 1999) sehingga konstanta energi NH4+ selain K di posisi-p juga di posisi-e dan sebagian
ikatannya lebih rendah. kecil K yang berada di posisi-i. Sementara itu Fe3+
dapat melepas K yang berada di posisi-p dan e dan
Ketersediaan K Tanah sejumlah besar K di posisi-i.
Pemberian Na + nyata meningkatkan Kl pada
Endoaquert Kromik dan Endoaquert Tipik; NH4+ tidak KESIMPULAN
berpengaruh nyata terhadap Kl ; sedangkan Fe3+
nyata meningkatkan peubah tersebut di semua tanah Jerapan, daya sangga, dan jerapan maksimum
yang diuji. Ion Na+ tidak berpengaruh nyata terhadap Fe3+ lebih tinggi dibandingkan dengan NH4+ dan Na+,
K dd di semua tanah yang diuji, NH 4 + nyata sedangkan NH 4 + dan Na + relatif tidak berbeda.
meningkatkan Kdd pada Hapludalf Tipik, Endoaquert Sementara itu konstanta energi ikatan kation dari tinggi
Kromik, dan Endoaquert Tipik; sedangkan Fe3+ nyata ke rendah adalah Na+ > Fe3+ > NH4+ pada Alfisol dan
meningkatkan peubah tersebut di semua tanah yang Fe3+ > Na + > NH4 + pada Vertisol. Jerapan, daya
diuji. Akibatnya Na+ dan NH4+ nyata menurunkan Ktdd sangga, dan jerapan maksimum Na+, NH4+, dan Fe3+
pada Endoaquert Tipik dan Haplustalf Tipik, sedangkan pada Vertisol lebih tinggi dibandingkan dengan Alfisol.
Fe3+ nyata menurunkan Ktdd di semua tanah yang diuji Pemberian Na + nyata meningkatkan K l pada
(Gambar 3). Endoaquert Kromik dan Endoaquert Tipik; NH 4 +
Bentuk Kl dan Kdd merupakan bentuk K yang nyata meningkatkan K dd pada Hapludalf Tipik,
cepat tersedia sehingga sering disebut sebagai K Endoaquert Kromik, dan Endoaquert Tipik; sedangkan
tersedia atau K aktual. Sementara itu bentuk Ktdd Fe3+ nyata meningkatkan kedua peubah tersebut di
merupakan bentuk K yang lambat tersedia sehingga semua tanah yang diuji.
disebut sebagai K potensial. Kalium tidak dapat
dipertukarkan meliputi K terfiksasi dan K struktural DAFTAR PUSTAKA
(Havlin et al., 1999). Dengan demikian maka ketiga
kation yang dicoba dapat meningkatkan K tersedia Borchardt, G. 1989. Smectites. In: Minerals in Soil
Environments. Second ed. SSSA. Madison, WI. pp.
pada semua tanah yang diuji, dimana K tersedia
675-727.
tersebut berasal dari bentuk Ktdd. Evangelou, V.P. and J. Lumbanraja. 2002. Ammonium-
Di antara tanah yang dicoba, tingkat efektivitas potassium-calcium exchange on vermiculite and
ketiga kation dalam melepaskan Ktdd menjadi Kdd dan hydroxy-aluminum vermiculite. Soil Sci. Soc. Am. J.
Kl adalah Endoaquert Kromik > Endoaquert Tipik > 66: 445-455.
Haplustalf Tipik > Hapludalf Tipik. Dengan kata lain Fox, R.L and E.J. Kamprath. 1970. Phosphate sorption
pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diuji lebih isotherm for evaluating the phosphate requirement
kentara pada Vertisol daripada Alfisol (Gambar 3). of soils. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 34: 902-907.
Hal ini disebabkan antara lain karena kadar K total Ghousikar C.P. and D.W. Kendre. 1987. Potassium
tanah Vertisol jauh lebih tinggi dibandingkan dengan supplying status of some soils of Vertisol type. Potash
Review No. 5/1987. International Potash Institute,
Alfisol (Nursyamsi, 2008). Kalium yang lepas dari pool
Switzerland.
Ktdd menjadi Kdd (pelepasan) dan dari Kdd menjadi Kl Havlin, J.L., J.D. Beaton, S.L. Tisdale, and W.L. Nelson.
(desorpsi) pada Vertisol lebih tinggi dibandingkan 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to
dengan Alfisol. Kation yang lepas dari Ktdd menjadi Nutrient Management. Sixth Edition. Prentice Hall.
Kdd umumnya K yang berada di posisi-i (inert), w Upper Saddle River, NJ.
(wedge), dan c (crack), sedangkan K yang lepas dari Helmke, P.A. and D.L. Sparks. 1996. Lithium, sodium,
potassium, rubidium, and cesium. In Methods of Soil
39
D. Nursyamsi et al.: Jerapan dan Pengaruh Na+, NH4+, dan Fe3+ pada Smektit

Analysis. Part 3 Chemical Methods-SSSA Book Series meningkatkan kalium tersedia bagi tanaman pada
No. 5. tanah-tanah yang didominasi mineral liat smektit.
Ismail, I. 1997. The role of Na and partial substitution of Disertasi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
KCl by NaCl on sugarcane (Saccharum officinarum Bogor (Tidak Dipublikasikan).
L.) growth and yield, and its effect towards soil Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000. Atlas
chemical properties. Disertasi Fakultas Pascasarjana, Sumberdaya Tanah Eksplorasi Indonesia, Skala 1 :
Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan). 1.000.000. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Kilic, K., M.R. Derici, and K. Saltali. 1999. The ammonium Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
fixation in great soil groups of Tokat Region and some Bogor.
factors affecting the fixation. I. The affect of Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-
potassium on ammonium fixation. Tr. J. Agric. For. tanah pertanian di Indonesia. Hlm. 21-66 Dalam
23: 673-678. Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya.
Kirkman, J.H., A. Basker, A. Surapaneni, and A.N. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Macgregor. 1994. Potassium in the soils of New Tan, K.H. 1998. Principles of Soil Chemistry. Third Edition
Zealand- a review. New Zealand J. Agric. Res. Vol. Revised and Expanded. Marcel Dekker, Inc., New
37: 207-227. York.
Knudsen, D., G.A. Paterson dan P.F. Pratt. 1982. Lithium, Widjaja-Adhi, I P.G. dan M. Sudjadi. 1987. Status dan
sodium, and potassium. In Page et al (eds) Method kelakuan fosfat tanah-tanah di Indonesia. Hal. 223-
of Soil Analysis. Part 2. 2nd ed. Agronomy 9: 403- 242 Dalam Prosiding Lokakarya Nasional
429. Penggunaan Pupuk Fosfat. Cipanas, 29 Juni-2 Juli
Nursyamsi, D., K. Idris, S. Sabiham, D.A. Rachim, dan A. 1987. Pusat Penelitian Tanah, Bogor.
Sofyan. 2007. Sifat-sifat tanah dominan yang Wood, L.K. and E.E. DeTurk. 1940. The absorption of
berpengaruh terhadap K tersedia pada tanah-tanah potassium in soil in non-exchangeable form. Soil Sci.
yang didominasi smektit. J. Tanah Iklim 26: 13-28. Soc. Am. Proc. 5: 152-161.
Nursyamsi, D. 2008. Pelepasan kalium terfiksasi dengan Zhu Yong-Guan and Luo Jia-Xian. 1993. Release of non-
penambahan asam oksalat dan kation untuk exchangeable soil K by organic acids. Pedosphere 3:
269-276.

40

You might also like