Referat Rahman

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 27

REFERAT

KEGANASAN GINEKOLOGI

Penulis :
Abdul Rahman
1102013001

Pembimbing :
dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG, MH.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD ARJAWINANGUN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2018

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan referat dengan judul “
Keganasan Ginekologi ” sebagai tugas kepanitraan Kebidanan RSUD Arjawinangun. Tidak
lupa shalawat serta salam kami panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Pada kesempatan ini, izinkan saya selaku penulis untuk mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami untuk menyelesaikan referat ini, terima-kasih
kepada dr. K.A. Halim Lutfi, Sp.OG, MH.Kes selaku kepala kepanitraan Kebidanan yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan memberi masukan-masukan kepada penulis
mengenai referat ini dan kepada dr. Isnaina Perwira, Sp.OG dan dr. Husny B. Sismawan,
Sp.OG dan dr. Trubus Priyoko, Sp.OG yang turut membantu dan membimbing penulis, dan
juga kepada seluruh dokter, staf bagian kebidanan, orang tua kami yang telah mendukung
secara moril maupun materil demi terwujudnya cita-cita kami, dan teman-teman sejawat
lainnya yang turut membantu penyusun selama kepanitraan di bagian Ilmu Kebidanan. Semoga
Allah SWT memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan selama
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan presentasi kasus ini masuh banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang dapat membangun
untuk perbaikan di kemudian hari. Semoga referat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua baik sekarang maupun dihari yang akan datang. Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Arjawinangun, Maret 2018


Penulis

2
KEGANASAN GINEKOLOGI
A. Kanker Vulva
1. Definisi
Kanker vulva adalah keganasan pada vulva yang terdiri dari rangkaian tumor yang berasal dari
kulit atau appendiks kulit vulva.
2. Epidemiologi
Insidens kanker vulva antara 5-15% kasus per 100.000 wanita per tahun. Berdasarkan data
tahun 2007-2011, National Cancer Institute, jumlah kasus baru kanker vulva sekitar 2.4 kasus
per 100.000 perempuan setiap tahun. Sekitar 0.5 kematian per 100.000 perempuan setiap tahun
. Pada tahun 2014, di Amerika Serikat sekitar 4.850 kasus baru ditemukan dan 1030 wanita
meninggal akibat kanker vulva. Karsinoma sel skuamosa merupakan kasus tersering (90%),
setelah itu adalah melanoma, adenokarsinoma, karsinoma sel basal dan sarkoma. Ditemukan
paling banyak pada wanita post-menopause, dengan puncak insidens pada wanita usia 60 - 70
tahun.
3. Penyebab / Faktor risiko
Etiologi terjadinya kanker vulva belum diketahui secara spesfik. Salah satu penelitian
mengajukan adanya dua tipe etiologi pada kanker vulva. Tipe pertama ditemukan pada wanita
muda, utamanya non keratinisasi (basaliod) yang dihubungkan dengan infeksi HPV dan rokok.
Tipe yang lain dan tersering ditemukan pada pasien yang lebih tua, dan tidak ada hubungan
dengan kebiasaan merokok atau infeksi HPV (khususnya tipe 16), tetapi berhubungan dengan
adanya lesi distrofi antara lain liken-sklerosus.
Faktor risiko untuk terjadinya kanker vulva adalah wanita yang sering berganti pasangan
seks, wanita dengan higiene yang buruk, penyakit radang kronik pada vulva adanya riwayat
kondiloma akuminata.
Faktor risiko timbulnya karsinoma vulva dan karsinoma in situ.
1.
Pada kanker vulva tipe I faktor risiko dan karakteristik yang biasa muncul adalah
biasanya menyerang pada umur muda, adanya cervical neoplasia dengan gambaran
intraepithelial like (basaloid), HPV DNA sering (>60%), lesi yang ada sebelumnya
VIN, ada hubungan kuat dengan riwayat kondiloma, riwayat STD dan meningkat
kejadiannya pada perokok.
2.
Kanker vulva tipe II erat kaitannya dengan umur tua, dengan kofaktur atypia vulva
dengan gambaran histopatologi squamous sel karsinoma differensiasi baik, HPV DNA

3
jarang (<15%), didahului oleh inflamasi vulva sebelumnya dan jarang berhubungan
dengan STD, kondiloma dan insidennya tidak meningkat pada perokok.
4. Tanda dan Gejala
Keluhan bengkak atau timbulnya massa di vulva menjadi gejala pada karsinoma vulva,
yang sebelumnya didahului dengan pruritus lama. Kadang-kadang disertai luka, perdarahan
serta disuria.
Kadang-kadang ditemukan perubahan warna dan konsistensi kulit. Dan kadang-kadang
ditemukan metastasis dengan massa yang besar pada lipat, paha sebagai gejala awal. Pada
pemeriksaan fisik lesi biasanya ditemukan pembesaran, pelebaran ulserasi, leukoplakia, atau
terlihat seperti kutil. Sebagian besar karsinoma skuamos ditemukan pada labia mayora, tetapi
lokasi primer dapat juga terjadi pada labia minora, klitoris dan perineum.
Secara fisik tampak luka yang ulseratif, leukoplakia atau seperti wart (kutil). Sebagian
banyak tumbuh di labia majora, tetapi juga bisa tumbuh prmer di labia minora, klitoris dan
perineum. Sebagian tumor tumbuh secara multifokal. Sebagian sudah terjadi pembesaran
kelenjar getah bening pada inguinal dan datang dengan banyak keluhan lainnya.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk penegakan diagnosis yakni biopsi.
Pemeriksaan laboratorium lengkap, foto thorax, USG dan CT-scan perlu dilakukan untuk
melihat kondisi umum pasien hingga adanya penyebaran tumor ke organ lainnya. Sebagian
besar (90%) karsinoma vulva adalah bentuk skuamosa tumor biasanya soliter dan berlokasi
pada labium majus atau labium minus, dan sekitar 10% kasus terdapat pada klitoris. Lesi
multifokal pada sekitar 10% pasien. Sebagian besar karsinoma sel skuamosa pada vulva yang
invasif berdiferensi baik. Risiko meningkat pada penyebaran nodus pada karsinoma dengan
diferensiasi buruk (karsinoma tanpa keratin).
Keganasan vulva lain yang jarang antara lain melanoma, leiomiosarkoma, dan sarkoma
lain, karsinoma sel basal, adenokarsinoma dan karsinoma skuamos pada kelenjar Bartholini.

6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan biopsi dengan anastesi lokal. Bila lesi tumor kurang dari 1
cm sebaiknya dilakukan biopsi eksisional. Sebelum dilakukan tindakan terapi perlu dilakukan
terlebih dahulu evaluasi atau pemeriksaan kolposkopi untuk menilai serviks, vagina, dan vulva
karena meskipun jarang, kemungkinan bisa didapatkan kelainan pra-invasif atau kanker invasif
pada organ tersebut. Karena kanker vulva timbul pada permukan kulit, maka dengan inspeksi
dapat dilakukan identifikasi terhadap lesi dan dapat dilakukan biopsi.

4
Pada awal pemeriksaan bisa dilakukan vulvoskopi, yakni vulva diolesi dengan asam asetat
3 % selama 5 menit. Hal ini dilakukan agar, asam asetat dapat penetrasi kedalam lapisan keratin
dan untuk mengidentifikasi daerah acetowhite dan pola pembuluh darah yang abnormal.
Beberapa lesi vulva memerlukan biopsi untuk diagnosik histologis. Hal ini penting sebab lesi
inflamasi kronis (distrofi hipertrofik dan liken-skierosus), perubahan akibat HPV (Kondiloma
lata), Displasia (karsinoma in situ primer) dan kanker (semua tipe histologic) dapat
menimbulkan gambaran sama.
Sitoskopi dapat dilakukan untuk mendeteksi invasi ke uretra bagian atas dan mukosa vesika
urinaria. Proktoskopi untuk mendeteksi penyebaran ke rektum. CT Scan atau MRI sangat
membantu untuk mengidentifikasi limfadenopati retroperitoneal bagian atas inguinal atau
invasi ke struktur tulang pelvis.
Stadium kanker vulva menurut FIGO (2009)
Stadium 0 Karsinoma in situ
Stadium I Tumor terbatas pada vulva atau perineum dan berukuran ≤ 2 cm; tidak
ada metastasis ke limfonodus.
Stadium I A Invasi ke stroma maksimal ≤ 1 mm
Stadium I B Invasi ke stroma > 1 mm
Stadium II Tumor terbatas pada vulva atau perineum dan berukuran > 2 cm dan
tidak ada metastasis limfonodus, (penyebaran 1/3 uretra bawah, 1/3
vagina bawah, anus)
Stadium III Tumor dalam berbagai ukuran dan menyebar ke vagina, uretra dan
anus; dengan metastasis limfonodus inguinal unilateral.
Stadium IIIA Tumor dengan ukuran berapa saja dengan metastasis positif pada
inguinal-femoral
(i) 1 metastasis limfonodus ≥ 5 mm
(ii) 1-2 metastasis limfonodus < 5 mm
Stadium IIIB
(i) 2 atau lebih metastasis limfonodus ≥ 5 mm
(ii) 3 atau lebih metastasis limfonodus < 5 mm
Stadium IIIC Positif pada limfonodus dengan penyebaran ekstrakapsuler
Stadium IV Tumor lokal atau penyebaran tingkat lanjut
Stadium IV A

5
Tumor telah menginvasi struktur regional (2/3 atas uretra, 2/3 atas
Stadium IV B vagina), v. urinaria, mukosa rektrum bagian atas atau tulang pelvis
dengan metastasis limfonodus inguinal bilateral
Tumor dengan metastasis jauh termasuk kelenjar limfonodus pelvik
bilateral

7. Penanganan
Penanganan standar kanker vulva adalah vulvektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening
inguinal (groin) dengan atau tanpa limfadenektomi pelvik. Penanganan kanker vulva dapat
melalui pembedahan, radioterapi dan kemoterapi.
-. Tumor mikroinvasif
Pembedahan untuk wanita dengan tumor stadium IA mikroinvasif kebanyakan terjadi
pada usia muda dan memiliki tumor multifokal yang berhubungan HPV. Untuk reseksi kuratif
, pasien tersebut dapat menjalani eksisi luas atau biasa disebut vulvektomi simpel parsial
dimana diambil jaringan 1-2 cm pinggir lesi dengan diseksi ke bawah fasia superfisial dari
diafragma urogenitalia. Limfedenektomi tidak diindikasikan pada pasien dengan risiko rendah
seperti ini.
- Kanker vulva stadium dini
Wanita dengan stadium IB dan II dan beberapa stadium III yang dapat direseksi pada
dasarnya membutuhkan reseksi radikal pada tumor primer yang melibatkan eksisi jaringan
vulva diantara labiocrural folds dari badan perineum ke batas superior dari mons pubis.
Radioterapi dilakukan sebelum operasi, yaitu pada pasien dengan penyakit yang lanjut
dimana akan dilakukan eksenterasi pelvis atau pada pasien yang telah operasi, untuk
penanganan limfonodus pelvis dan lipat paha pada pasien dengan lebih dari dua metastasis,
satu metastasis, atau penyebaran ekstrakapsuler. Radioterapi bertujuan untuk untuk mencegah
kekambuhan lokal dan meningkatkan angka keselamatan dan sebagai terapi primer terhadap
pasien dengan tumor primer yang kecil, utamanya pada klitoris atau lesi preklitoral pada wanita
usia muda dan usia pertengahan, yang mana pembedahan reseksi mengakibatkar dampak
psikologis.
Kemoradiasi pada keganasan vulva dikatakan mungkin mampu meningkatkan angka
harapan hidup sama halnya pada pasien kanker serviks. GOG telah mengadakan penelitian
yang mengeksplorasi tentang kemoterapi yang dilakukan setiap minggu dengan menggunakan
cisplatin dengan adjuvan post-operatif yakni radiasi pada daerah inguinopelvik dalam
meningkatkan angka harapan hidup.

6
8. Prognosis
Secara umum 5-years survival rate pada semua stadium adalah 79%
o Pada stadium I, 5-years survival rate adalah 98 %
o Pada stadium II, 5-years survival rate adalah 85 %
o Pada stadium III, 5-years survival rate adalah 74 %
o Pada stadium IV 5-years survival rate adalah 31 %

B. Karsinoma Vagina
1. Definisi
Karsinoma primer vagina adalah suatu keganasan primer di vagina, sedangkan serviks dan
vulva bebas dari proses.
2. Insidens
Karsinoma vagina sangat jarang ditemukan, dan hanya terjadi sekitar 1-2% dari seluruh
keganasan ginekologik. Sekitar 84% karsinoma yang melibatkan vagina adalah sekunder,
biasanya berasal dari serviks (32%), endometrium (18%), kolon dan rektum (9%), ovarium
(6%) atau vulva (6%). Insiden terjadinya kanker vagina adalah 0.42 per 100.000 perempuan
dan relatif tidak berubah sejak tahun 1980-an.
3. Etiologi
Etiologi pasti penyakit ini belum diketahui, namun diduga berhubungan dengan infeksi
human papilloma virus. Sebanyak 30 % pasien dengan karsinoma vagina primer memiliki
riwayat karsinoma serviks in situ atau invasif yang telah mendapat terapi dalam waktu
sekurang-kurangnya 5 tahun sebelumnya kanker multifokal saluran kelamin wanita bagian
bawah.Vaginal intraepithelial neoplasia (VAIN) telah diduga sebagai suatu prekursor
karsinoma vagina walaupun potensi keganasan yang sebenarnya belum diketahui.
4. Tanda dan Gejala klinis
Tanda yang paling sering dari karsinoma vagina adalah perdarahan pervaginam dan
pengeluaran sekret (discharge) tanpa disertai rasa nyeri. Pada keadaan lebih lanjut, dapat
terjadi retensi urin, spasme buli-buli, hematuria, dan frekuensi miksi bertambah. Tumor yang
berkembang pada dinding vagina posterior dapat menyebabkan tenesmus, konstipasi, atau
perdarahan sewaktu defekasi.
5. Pemeriksaan Fisis dan Pemeriksaan Penunjang
Rutin skrining untuk kanker vagina biasanya tidak dilakukan. Pada wanita dengan
displasia pada serviks dan vulva, pemeriksaan Pap perlu dilakukan setiap tahun. Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisis , biopsi vagina, dan hasil

7
patologi anatomi yang ditemukan pada kanker vagina adalah karsinoma sel skuamosa yang
mencapai 80%. Selebihnya adalah adenokarsinoma, melanoma dan sarkoma. Pemeriksaan
MRI, CT-Scan juga diperlukan untuk menetukan penyebaran penyakit. Pemeriksaan dengan
inspekulo tetap harus dilakukan untuk melihat kondisi vagina posterior yang biasanya luput
dari pemeriksaan.
6. Diagnosis
Diagnosis dapat diarahkan dari hasil pemeriksaan hasil pap’s smear yang abnormal atau
penampakan lesi yang sangat besar yang dibiopsi. Diagnosis pasti biasanya dibuat melalui
biopsi dari lesi. Sistoskopi atau proktoskopi, mungkin dibutuhkan tergantung dari lokasi tumor.
Pasien yang memiliki Pap’s smear yang abnormal dan tidak disertai penampakan abnormalitas,
diperlukan tindakan kolposkopi vagina dengan penggunaan iodine Lugol.
Stadium
Tingkat 0 : Karsinoma in situ
Tingkat I : Karsinoma terbatas pada dinding vagina
Tingkat II : Karsinoma telah melibatkan jaringan subvaginal namun belum mencapai
dinding panggul
Tingkat III : Karsinoma sudah mencapai dinding panggul
Tingkat IV : Karsinoma telah keluar dari panggul atau telah melibatkan mukosa buli-buli
atau rektum
IV A : Tumor mencapai mukosa buli-buli dan/atau rektum keluar dari panggul
IV B : Penyebaran ke organ-organ yang jauh

7. Terapi
Terapi didasarkan pada pemeriksaan klinik, CT-scan, foto toraks, umur. dan kondisi pasien.
Kebanyakan tumor diterapi dengan terapi radiasi. Pembedahan hanya berlaku untuk kasus-
kasus tertentu saja. Pembedahan mungkin berguna pada pasien dengan stadium tingkat I yang
melibatkan vagina posterior bagian atas, pasien yang masih muda yang memerlukan terapi
radiasi, pasien dengan stadium tingkat IV, terutama jika terjadi fistula rektovaginal atau
vesikovaginal dan pasien dengan rekurensi sentral setelah terapi radiasi. Terapi radiasi
merupakan terapi pilihan untuk semua pasien kecuali yang telah disebutkan di atas, dan terdiri
dari penggabungan teleterapi dan terapi intrakavitari/interstisial. Penggunaan kemoradiasi
untuk karsinoma vagina masih terbatas. Namun penggunaan 5-FU dan cisplatin dapat
memberikan kesuksesan yang tinggi pada terami kanker serviks dan anus, sehingga perlu juga
dipertimbangkan penggunaannya pada kanker vagina.

8
8. Prognosis
Salah satu penelitian tahun 1950 dengan 992 kasus melaporkan bahwa 5-year survival rate
untuk karsinoma vagina kira-kira 15 %, namun pada tahun 2006, angka harapan hidup tersebut
meningkat hingga 60 %. Prognosis untuk karsinoma sel skuamous pada vagina bergantung
pada stadium. Angka harapan hidup selama 5 tahun pada stadium I adalah 85%, stadium II 78
% dan stadium III dan IV A sebanyak 58 %.

C. Kanker Serviks
1. Definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang terdapat pada mulut rahim atau serviks yang dapat
menyebar secara lokal, limfatik regional maupun melalui pembuluh darah. Kanker ini adalah
kanker ginekologik terbanyak di seluruh dunia. Dibandingkan dengan keganasan lain, kanker
serviks sering muncul pada wanita dewasa muda.
Kebanyakan kanker stadium awal adalah asimptomatik, dimana gejala stadum lanjut
menunjukkan adanya perdarahan pervaginam yang sering disertai gejala berhubungan dengan
kompresi uretra, aliran limfatik dan keluhan berat lainnya.
2. Insidens
Insidens di negara berkembang lebih tinggi dibanding negara maju. Di negara sedang
berkembang fasilitas untuk pemeriksaan belum memadai terutama pada wanita yang disertai
dengan gejala. Sedangkan di negara-negara maju menempati urutan ketiga terbanyak pada
wanita setengah kanker payudara dan kanker endometrium.
Di Amerika Serikat tahun 2011, sekitar 12.109 wanita didiagnosis kanker serviks dan 4.092
meninggal karenanya.
Di Indonesia, kanker serviks masih urutan teratas kanker terbanyak, dimana lebih dari 50%
pasien datang pada stadium lanjut. Usia rata-rata penderita karsinoma serviks di Amerika
serikat adalah adalah 47 tahun, dimana distribusi kasus bersifat bimodal dengan puncak umur
antara 35- 39 tahun dan 60 – 64 tahun.
3. Penyebab dan Faktor risiko
Penyebab utama kanker serviks adalah infksi virus HPV (human Papilloma Virus). Lebih
dari 90 % kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50% kanker serviks
berhubungan dengan HPV tipe 16. Faktor Risiko yang berhubungan dengan kejadian kanker
serviks adalah :
1. Faktor Reproduksi dan Seksual

9
Pertumbuhan kanker serviks sangat berhubungan dengan kebiasaan seksual. Usia pertama
Koitus, sering berganti pasangan dan paritas tinggi sebagai faktor risiko yang utama.
2. Umur
Puncak insidens terjadinya kanker serviks adalah pada usia 45 dan 60 tahun. Kanker
serviks jarang terjadi sebelum usia 20 tahun tetapi insidensnya dapat meningkat selama usia
reproduksi.
3. Status Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi yang rendah sering di sebutkan sebagai faktor risiko dalam pertumbuhan
karsinoma serviks.
4. Perokok
Nikotin, kotinin, hidrokarbon dan tar dalam rokok menyebabkan terjadinya mutagen dalam
sel serviks dimana senyawa tersebut berperan sebagai karsinogenik serviks.
Stadium
0 : Carsinoma in situ, CIN 3
I : Proses terbatas pada serviks.
A : Karsinoma invasif preklinik, diagnosis hanya dengan menggunakan mikroskop
dengan kedalaman invasi ≤ 5 mm dan ekstensi terlebar 7 mm
A1 : Invasi ke stroma ≤ 3mm dan lebar ≤7
A2 : Invasi ke stroma diantara 3mm dan 5 mm dan lebar 7 mm
B : Secara klinik lesi jelas terlihat pada serviks atau lebih besar dari I A
B1 : Diameter lesi kurang dari 4 cm
B2 : Diameter lesi lebih dari 4 cm.
II : Proses keluar dari serviks dan menjalar ke vagina atau parametrium tetapi tidak
sampai ke dinding pelvis dan belum mencapai 1/3 distal vagina.
A1 : Keterlibatan 2/3 atas vagina, tanpa invasi parametrium, < 4 cm
A2 : Keterlibatan 2/3 atas vagina, tanpa invasi parametrium, > 4 cm
B : Sudah sampai ke parametrium.
III : Penyebaran sudah sampai 1/3 distal vagina dan dinding pelvis. Terjadi
hidronephrosis dan gangguan fungsi ginjal.
A : Penyebaran ke 1/3 distal vagina, tapi tidak sampai ke dinding pelvis
B : Meluas sampai ke dinding pelvis atau terjadi hidronefrosis dan gangguan
fungsi ginjal.
IV : Tumor telah mencapai mukosa kadung kencing dan rektum atau sudah meluas ke
panggul kecil.

10
A : Penyebaran ke organ sekitarnya.
B : Metastasis jauh.
4. Tanda dan Gejala Gejala
Gejala kanker serviks tergantung pada tingkat pertumbuhan stadium tumor. Biasanya pada
NIS tidak ditemui gejala, kadang hanya berupa keputihan atau gejala peradangan lazimnya.
Pada stadium awal kanker serviks bersifat asimptomatik dan dapat disertai gejala keluarnya
cairan vagina yang disertai dengan perdarahan. Keluarnya cairan vagina serosanguinous
seringkali menyertai kanker serviks. Mayoritas pasien dengan kanker serviks datang dengan
keluhan perdarahan pasca sanggama (Post coital bleeding ) atau Intermentrual dan
Postmenopausal bleeding. Jika perdarahan pada serviks bersifat kronik, pasien biasanya
mengeluh lelah atau adanya gejala yang berhubungan dengan anemia. Jika lesi pada tingkat
lanjut atau sudah terjadi nekrosis, keluar cairan yang berbau busuk memberikan gejala nyeri
pada pelvis. Jika vesika urinaria dan rektum sudah terkena atau sudah terjadi metastasis dapat
memberikan gejala hematuria, hematokezia, perdarahan rektal dan obstruksi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan sebagai upaya deteksi dini terutama pada tahap lesi
prakanker/preklinik serta dapat menurunkan insidens carsinoma invasive dan jumlah kematian
akibat ca. Serviks. Tes pap yang positif kemudian ditindaklanjuti dengan melakukan
pemeriksaan kolposkopi untuk menentukan lokasi lesi. Bila ditemukan gambaran yang tidak
normal maka dilakukan biopsi terarah. Pemeriksaan histopatologi menjadi penentu diagnosis.
Pada pemeriksaan dengan spekulum lesi utama dapat bersifat eksofitik, endofitik ulseratif atau
polypoid. Pada kanker servis stadium lanjut, apabila dilakukan pemeriksaan dalam vagina,
dapat ditemukan portio yang tidak licin, berbenjol-benjol, rapuh dan mudah berdarah. Dapat
pula teraba nodul di parametrium, yang sifatnya terfiksir.
Menurut Workd Health Organization , pap smear dianjurkan pada orang yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual atau sudah menikah sebelum usia 21 tahun dan wanita
yang sering berganti pasangan seksual. Pap smear dilakukan dengan interval 3 tahun atau lebih
pada wanita dengan risiko rendah, pemeriksaan juga dapat dianjurkan pada wanita diatas 65
tahun oleh karena 25% dari semua kasus ca. Serviks dan 41% meninggal pada usia tersebut.
Penegakan diagnosis dan stadium dilakukan secara klinik (clinically staged) dimana tergantung
dari kecermatan dalam melakukan inspeksi, pemeriksaan dalam/ palpasi serviks, vagina serta
pelvis, ditambahkan dengan radiologi, baik USG, CT-Scan hingga pencitraan imaging. Pada
pemeriksaan fisik termasuk dengan palpasi pada hati, supraklavikuler untuk mengetahui
terjadinya metastasis.

11
6. Diagnosis
Diagnosis kanker serviks dapat ditegakkan mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisis hingga
pemeriksaan penunjang. pasti kanker serviks diperoleh melalui pemeriksaan histopatologi
jaringan biopsi. Kecurigaan adanya lesi yang tidak tampak, harus dilakukan biopsi. Hasil
sitologi tidak boleh digunakan sebagai dasar penetapan diagnosis. Kanker serviks berasal dari
tahap preinvasif berkembang menjadi karsinoma invasif. Cone Biopsi juga bisa dilakukan
sebagai tindakan diagnostik dan terapeutik untuk stadium I A1 ketika fungsi fertilitas masih
ingin dipertahankan.
7. Penatalaksanaan :
IA1 : Jika tidak invasi ke limfo-vaskuler
Cone biopsy jika menginginkan anak I
Histerektomi tipe I jika fungsi Reproduksi tidak diperlukan lagi
Jika invasi ke limfo vaskuler : radikal trakelektomi atau Histerektomi radikal
tipe II dengan diseksi limfonodus pelvis
IA2 : Jika invasi ke limfo vaskuler : Histerektomi radikal tipe II dengan
limfadenektomi pelvikl
Jika invasi 3-5 mm :
I B1 : Radikal trakelektomi atau Histerektomi radikal tipe III
Limfadenektomi pelvis
I B2 Histerektomi radikal tipe III dengan limfadenektomi pelvik dan paraaortic dan
kemoradiasi
IIA : Histerektomi radikal tipe III dengan limfadenektomi pelvik dan paraaortic dan
kemoradiasi
IIB, IIIA, IIIB : Kemoradiasi primer
IV A, IVB : Kemoterapi ± radiasi 6 LVSI, limfovaskular space invasion
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan mendahului tindakan operatif yang disebut neoadjuvan
kemoterapi. kombinasi yang sering digunakan adalah Cisplatin, Bleomyein dan Vinkristin.
Pada pemberian kemoterapi sebelum pembedahan memberikan respon klinik yang komplit
sekitar 17-44%. Pemberian kemoterapi sebelum operasi juga menurunkan jumlah limfonodus
pelvis yang positif dan pada beberapa penelitian memperlihatkan usia harapan hidup meningkat
2-3 tahun. Pada karsinoma serviks tingkat lanjut yang diterapi dengan terapi radiasi disebut
dengan kemoradiasi. Pemberian kemoterapi diindikasikan pada pasien yang mengalami
metastasis ekstrapelvik dan rekurensi yang tidak di indikasikan untuk radiasi dan pembedahan.

12
Pada pasien yang mengalami rekurensi dan metastasis memberikan respon klinik
yang komplit terhadap pemberian ciplatin yaitu sekitar 24% dari kasus. Obat lain yang dapat
digunakan seperti: Carboplatin, Ifosfamide, doxorubicin, etoposide, vinblastine, vincristine, 5-
flurouracil, mitomycin-c dan methotrexate. Pendekatan yang didasarkan atas sensitivitas dan
sel-sel cerviks terhadap irradiasi oleh beberapa bahan kemoterapi dan kemampuan untuk
mengurangi metastasis sistemik secara mikroskopik. Bahan yang sering digunakan adalah 5-
Flurouracil, hydroxyurea dan Cisplatine.
8. Prognosis
Prognosis pasien kanker serviks ditentukan oleh stadium penyakit yang diderita,
umur penderita, keadaan umum, tingkat klinik keganasan, ciri-ciri histologik sel tumor,
kemampuan ahli dalam pengobatan, serta sarana pengobatan yang ada.
Menurut data internasional angka ketahanan hidup (AKH) sebagai berikut (setelah
pengobatan).
 Karsinoma insitu 100%
 Mikroinvasif stadium 98%
 Karsinoma invasive stadium 85% baik dengan terapi radiasi maupun radikal
histerektomi
 Stadium II 40-60%
 Stadium III 20-25%
 Stadium IV 5-10%
Pasien yang mendapatkan pengobatan primer dari karsinoma serviks, dimana
didapatkan rekurensi dalam 1 tahun sekitar 50% dari semua kasus dan dalam waktu dua tahun
didapatkan lebih dari 80% dari semua pasien, sedang pasien yang mengalami rekurensi diatas
70% akan mempunyai pemeriksaan sitologi serviks dan vagina yang abnormal.

D. Karsinoma Endometrium
1. Definisi
Karsinoma endometrium adalah keganasan yang ditemukan dalam uterus yakni
endometrium. Kejadian ini banyak ditemukan pada traktus genitalia wanita di Amerika Serikat.
Penyakit ini meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan terutama mengenai pada wanita
dengan obesitas, pasca menopause dengan paritas rendah, meskipun telah dilaporkan
peningkatan proporsi pada pasien yang lebih muda dengan karsinoma endometrium akibat
stimulasi estrogen yang terus menerus.
2. Insidens

13
Amerika Serikat, tahun 2007, sekitar 39.080 kasus kanker endometrium yang baru
ditemukan dimana sekitar 7.400 meninggal akibat penyakit tersebut. Karsinoma endometrium
ini mengenai wanita post-menopause median pada umur 60 tahun. Karsinoma endometrium
tipe I terdapat pada sekitar 75-85% kasus yang menyerang wanita perimenopause dengan
riwayat terpapar estrogen baik endogen maupun eksogen.
3. Penyebab dan faktor risiko
Karsinoma endometrium menurut tipe patogenetiknya terbagi 2 yakni karsinoma
endometrium tipe I dan tipe II. Pada awalnya, karsinoma endometrium mungkin berawal dari
hiperplasia endometrium dan berkembang menjadi karsinoma. Tumor ini biasanya
berdiferensiasi sedang dan tampak pada stadium awal dengan hanya mengenai miometrium
superfisial dan metastasis ke kelenjar limfe jarang terjadi. Beberapa faktor risiko
perkembangan karsinoma endometrium yang telah diidentifikasi, sebagian besar faktor risiko
ini berhubungan dengan perpanjangan stimulasi estrogen.
1. Obesitas
2. Polikistik ovarian sindrome
3. Pemakaian estrogen jangka panjang
4. Infertilitas atau riwayat haid yang tidak teratur yang mengakibatkan siklus anovulatoar
(terpapar estrogen jangka lama tanpa progesteron yang cukup).
5. Menopause yang terjadi setelah umur >52 tahun, meningkatkan risiko karsinoma
endometrium 2,4 kali dibanding wanita yang menopause terjadi <49 tahun, mungkin
sebagai akibat uterus terpapar lama dengan progesteron (siklus menstruasi yang kurang).
6. Pemakaian anti-estrogen tamoxifen untuk terapi karsinoma mamma disertai dengan
meningkatknya karsinoma endometrium 2 - 3 kali.
7. Diabetes Melitus, meningkatkan karsinoma endometrium 1,3 – 2,8 kali
8. Perokok

Klasifikasi stadium pembedahan karsinoma endometrium (FIGO, 2009)(1,2)

Stadium Keterangan

Stadium I Terbatas pada uterus


IA Invasi miometrium tidak ada / kurang dari setengah
IB Invasi lebih atau sama dengan sebagian dari miometrium

14
Stadium II Tumor menginvasi stroma serviks, tetapi tidak melebih uterus

Stadium III Penyebaran tumor secara lokal dan atau regional


IIIA Tumor menginvasi serosa dan atau adneksa korpus uteri
IIIB Keterlibatan vagina dan atau parametrium
IIIC Metastasis ke nodus limfe pelvis atau para aorta

Stadium IV Tumor menginvasi ke kandung kemih dan atau mukosa usus atau
IVA metastasis jauh
IVB Invasi tumor ke kandung kemih dan atau mukosa usus
Metastasis jauh, termasuk diantaranya nodus limfe intra-
abdomen/inguinal

4. Tanda dan Gejala


a. Gejala
Karsinoma endometrium memperlihatkan perdarahan vagina yang abnormal, sebagian
besar berupa perdarahan post-menopause. Penyebab umum perdarahan pasca menopause
adalah estrogen eksogen, endometriosis atrofik / vaginitis, karsinoma endometrium,
endometrial atau polip servikal, hiperplasia endometrium dan lain-lain seperti kanker servikal,
gareoma uteri, karunkel uretra dan trauma.
b. Tanda
Pemeriksaan abdomen biasanya tidak menunjukkan kelainan, kecuali pada kasus lanjut
jika terdapat asites dan teraba hepar atau omentum jika metastasis. Uterus bisa sangat besar
tapi seringkali pembesaran tidak signifikan. Pemeriksaan retrovaginal sebaiknya dilakukan
untuk evaluasi tuba fallopi, ovarium, dan cul-de-sac.Adakalanya tampak hematometra, massa
midline halus muncul dari pelvis pada pemeriksaan pelvis, penting untuk berhati-hati dalam
melakukan inspeksi dan palpasi vulva, vagina dan serviks untuk menyingkirkan penyebaran
metastasis atau penyebab perdarahan abnormal.
5. Pemeriksaan penunjang
Semua pasien yang dicurigai mengidap karsinoma endometrium seharusnya dilakukan:
1. Pap Smear untuk menyingkirkan patologi serviks dan yang abnormal hanya 50 %
penderita karsinoma endometrium.
2. Biopsi Endometrium, bila positif memberikan rencana terapi definitif. Bila negatif pada
pasien yang ada gejala diikuti dengan kuret fraksional dengan anestesi.

15
3. Dilatasi dan Kuretase (D & C), diindikasikan pada sebagian besar pasien, untuk
mendeteksi hiperplasia endometrium atau kanker melebihi 90%.
4. Histeroskopi untuk mengevaluasi perdarahan post menopause.
5. USG Transvaginal (TVS) untuk mendeteksi karsinoma endometrium dan menentukan
adanya invasi miometrium.
6. Diagnosis
Diagnosis pasti / standar baku emas untuk mendiagnosis kanker endometrium saat ini
adalah dilatasi dan kuretase. Melalui pemeriksaan mikroskopik biopsi endometrium dan kuret
endoserviks biasanya dapat ditegakkan diagnosis adenokarsinoma jenis endometrioid atau
musinous, tapi jarang dapat dihubungkan dengan lesi awal berupa adenokarsinoma serviks
insitu atau hiperplasia atipik pada endometrium
Metastasis / Pola penyebaran
Karsinoma endometrium menyebar melalui:
1. Meluas secara langsung ke struktur yang berdekatan
Merupakan cara penyebaran yang paling banyak, dan menyebabkan penetrasi miometrium
dan serosa uterus, serviks dan tuba fallopi dan parametrium dapat terkena.
2. Pasase transtubal dari sel eksfoliatif
Terdapatnya sel malignant pada pembilasan peritoneum dan menyebar ke intra-abdomen.
Pada beberapa pasien dengan stadium awal karsinoma endometrium, diduga kuat bahwa
sel dapat terkelupas dari tumor primer dan berjalan ke rongga peritoneum melalui aliran
balikn sepanjang tuba fallopi.
3. Penyebaran limfatik
Penyebaran limfatik jelas mengenai pelvis, dan limfonodus para-aorta, meskipun saluran
limfatik secara langsung dari fundus ke nodus para-aorta melalui ligamentum
infundibulo-pelvikum, jarang didapatkan nodus para-aorta yang positif tanpa limfonodus
pelvis yang positif.
4. Penyebaran hematogen
Sebagian besar bermetastasis pada paru, tapi kurang bermetastasis pada hati, otak tulang,
dan tempat lainnya.
7. Penatalaksanaan
Penanganan kanker endometrium tergantung dari stadium klinik, luasnya penyebaran,
diferensiasi sel serta derajat invasi tumor.
Stadium 0 Histerektomi total
Stadium Ia-Ib Histerektomi total + salpingo-ooforektomi bilateral

16
Stadium Ic Extended Hysterectomy (Histerektomi yang diperluas)

Stadium II Histerektomi radikal, untuk I-lIa, jika diferensiasi jelek maka


penanganan operatif diikuti dengan kemoterapi atau radioterapi.
Stadium III-IV Eksternal Beam Radiation dengan atau tanpa kemoterapi.
8. Prognosis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis kanker endometrium yakni grade
tumor, histopatologi, kedalaman invasi dari miometrium, umur pasien, dan bukti penyebaran
ekstrauterine yang dibuktikan dengan histopatologi setelah operasi.
E. Kanker Ovarium
1. Definisi
Kanker ovarium merupakan kanker yang menyerang ovarium (indung telur) dan
merupakan kanker yang paling sulit diobati. Stadium awal penyakit ini tidak memberikan
gejala, sehingga umumnya ditemukan pada keadaan yang sudah bermatastasis. Oleh karena itu
selain membutuhkan terapi yang intensif dan kompleks. Penyakit ini merupakan penyebab
kematian tertinggi diantara kanker ginekologik yang lain.
2. Insidens
Insidens kanker ovarium antara 5-15% kasus per 100.000 wanita per tahun.Berdasarkan
data tahun 2007-2011, National Cancer Institute, jumlah kasus baru kanker ovarium sekitar
12.3 per 100.000 perempuan setiap tahun. Sekitar 7.9 kematian per 100.000 perempuan setiap
tahun. Pada tahun 2011, di Amerika Serikat sekitar 188,867 wanita menderita kanker ovarium.
Hampir 90% kanker ovarium berasal dari jaringan epitel celom (celomic epithelium) atau
modified mesothelium. Sel-sel tersebut berasal dari mesoderm primitif yang mengadakan
metaplasia. Perubahan ke keganasan terjadi secara genetik atau sel-sel tersebut terekspos oleh
zat-zat onkogenik.
3. Penyebab / faktor Risiko
Penyebab pasti kanker ovarium tidak jelas. Ada beberapa faktor yang diduga memegang
peranan penting diantaranya stimulus hormonal pada masa reproduksi, dimana siklus ovulasi
yang terjadi terus menerus.
Faktor predisposisi terjadinya kanker ovarium :
- Nulipara.
- Menarke dini dan menopause lambat
- Riwayat kanker ovarium dalam keluarga
- Riwayat kanker payudara

17
- Riwayat infertilitas
- Induksi ovulasi dengan menggunakan obat
a. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ovarium berdasarkan gambaran histologik.
a. Tipe
- Serosa (75 - 80%)
- Musinosa (10%)
- Endometroid (10%)
- Clear sel (<1 %)
- Tumor Brenner (<1°/o)
- Tumor tidak berdiferensiasi/tidak terklasifikasi (<1 %)
b. Diferensiasi
- Jinak
- Borderline/low malignant potensial
- Ganas
c. Tumor pada Stroma
Khusus :
Sex-cord stroma tumor :
- Tumor granulose-theca sel
- Sertoli-Leydig
Tidak khusus :
- Tumor mixed mesodermal, limfoma, leiomiosarkoma
d. Tumor Germ-sel
- Disgerminoma
- Diferensiasi embrionik :
- Teratoma kistik jinak
- Teratoma maligns
- Diferensiasi ekstraembrionik
- Tumor endermal sinus/ kanker embrional
- Koriokarsinoma
b. Klasifikasi /Stadium berdasarkan FIGO, 2014
I : Terbatas pada ovarium,
IA : Mengenai satu ovarium, kapsul intak, tidak ada tumor pada permukaan , bilasan
negatif

18
IB : Mengenai kedua ovarium, kapsul intak
IC : Tumor terabatas pada satu atau dua ovarium dan
IC1 : Kapsul ruptur pada saat operasi
IC2 : Kapsul ruptur sebelum operasi, atau tumor terdapat pada permukaan ovarium
IC3 : Sel ganas ditemukan dalam cairan asites dan peritoneum
II : Meluas ke pelvis
IIA : Ditemukan pada uterus dan tuba
IIB : Ditemukan pada jaringan intraperitoneal pelvis yang lain
III : Metastasis pada peritoneum diluar pelvis dan atau metastasis pada limfonodus
regional
IIIA : Metastasis pada limfonodus retroperitoneal peritoneum dan atau secara
mikroskopik metastasis diluar pelvis
IIIA1 : Hanya positif pada lomfonodus retroperitoneal
IIIA1 (I) : Metastasis ≤ 10 mm
IIIA1 (II) : Metastasis > 10 mm
IIIA2 : Mikroskopik, melibatkan peritoneum ekstrapelvik ± positif limfonodus
retroperitoneal
IIIB : Mkroskopik, ekstrapelvik, matastasis ≤ 2cm pada peritoneum ± positif limfonodus
retroperitoneal termasuk penyebaran hingga kapsul pada hepar/ lien
IIIC : Makroskopik, ekstrapelvik, matastasis > 2cm pada peritoneum ± positif limfonodus
retroperitoneal termasuk penyebaran hingga kapsul pada hepar/ lien
IVA : Efusi pleura dengan hasil sitologi positif
IVB : Metastasis ke parenkim hepar dan atau lien, metastasis ke organ extraabdominal
(termasuk kelenjar limfe inguinal dan kelenjar limfe di luar cavum abdomen)
c. Penyebaran
Terdapat tiga cara penyebaran kanker ovarium:
1. Eksofiialisasi dan implantasi
Pada saat tumor melakukan penetrasi melalui kapsul ovarium, sel ganas melakukan
eksfoliasi ke dalam kavum peritoneum. Seringkali mengikuti sirkulasi normal ke dalam
kavum peritoneum dan melakukan implantasi sirkulasi pada parakolika terus mengikuti
mesenterium usus dan hemidiafragma kanan bahkan dapat mengenai seluruh
permukaan peritoneum. Oleh karena itu sel-sel ganas sering ditemukan pada kavum
Douglasi, daerah parakolika, hemidiafragma kanan, kapsul hepar, permukaan
peritoneum usus dengan mesenteriumnya dan omentum. Sel-sel ganas jarang

19
mengadakan metastasis ke dalam lumen usus, tapi dapat menyebabkan kekakuan dari
lengkungan usus, sehingga terjadi obstruksi. Keadaan ini disebut ileus karsinomatosa.
2. Limfogen
Hal ini terjadi dengan mengikuti aliran darah ovarium pada ligamentum
infundibulopelvis ke nodus yang terdapat pada rantai para-aortik menuju ke vena kava.
Penyebaran cara ini termasuk penyebaran pada limfonodus iliaka eksterna, hipogastrik
dan obturator.
Dapat meluas ke kelenjar inguinal tapi hal ini jarang ditemukan.
3. Hematogen
Penyebaran secara hematogen ke organ hepar dan paru-paru sangat jarang, hanya 2 –
3%. Metastatik sistemik hanya ditemukan pada pasien-pasien kanker ovarium yang
masih bertahan pada beberapa tahun.
4. Tanda dan gejala
Diagnosis pada stadium awal kanker ovarium sangat sukar dilakukan oleh karena gejala
pada umumnya bersifat asimptomatik, sehingga kanker ovarium baru dapat ditemukan setelah
tumor membesar atau telah bermetastasis.
Pada kanker ovarium stadium lanjut, pasien datang dengan keluhan perut membesar.
Gejala lain dapat berupa nyeri abdomen, dispepsia, obstruksi, nyeri pelvik, perdarahan vaginal
yang abnormal, dispareunia, konstipasi, dispneu dan nyeri pleuritic.
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan untuk kanker ovarium yang dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dalam vagina, pemeriksaan tumor marker mulai dari Ca-125, LDH, B-HcG, AFP,
inhibin, Kalikrein, Osteopontin. Pemeriksaan penunjang lainnya yakni ultrasonografi untuk
melihat besarnya neoplasma ovarium yang ada, asites serta septasi yang ada.
Pemakaian USG transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu
menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Pemeriksaan CT-Scan untuk diagnosis
tumor ovarium sangat bermanfaat. Dapat ditemukan asites, nodularitas Cul-de-sac, efusi
pleura, limfadenopati supraklavikuler. CT-Scan dapat diketahui ukuran tumor primer , adanya
metastasis ke hepar dan kelenjar getah bening, asites, dan penyebaran ke dinding perut.
6. Diagnosis
Penegakan diagnosis kanker ovarium melalui tindakan operasi dengan diagnosis pasti
melalui histopatologi Namun, persiapan sebelum dilakukan tindakan operasi untuk
mengarahkan adanya keganasan membutuhkan pemeriksaan komprehensif mulai dari
pemeriksaan fisik, tumor marker, USG hingga CT-Scan.

20
7. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan dilakukan pembedahan berupa reseksi tumor lalu diikuti dengan
kemoterapi adjuvan atau radioterapi. Pembedahan berupa ooforektomi dengan reseksi,
histerektomi dan salpingo-ooforektomi radikal, omentektomi, appendektomi.
Laparatomi dapat memberikan gambaran diagnostik yang akurat dan memberikan sempatan
untuk dilakukan pembedahan sito-eduktif.

Penanganan berdasarkan stadium Kanker Ovarium


Stadium IA, IB : Pembedahan ( Ooforektomi dengan reseksi tumor, histerektomi dan salpingo-
ooforektomi radikal, omentektomi )

Stadium IC : Pembedahan (Ooforektomi dengan reseksi tumor, histerektomi dan


salpingo-ooforektomi radikal, omentektomi
Terapi Radiasi : Radioisotop Intraperitoneal
Kemoterapi : Clinical trials dengan terapi multiagen fase III

Stadium II : Pembedahan (Ooforektomi dengan reseksi tumor, histerektomi dan


salpingo-ooforektomi -radikal omentektomi, eksisi adhesi, biopsi diafragma
dan pelvis
Terapi radiasi definitive pada seluruh abdomen/pelvis
Kemoterapi : Clinical trials dengan terapi multiagen fase III
Stadium III : Pembedahan : sito-reduktif. Terapi radiasi definitive pada seluruh
abdomen/pelvis Kemoterapi : Clinical trials dengan terapi multiagen fase III

Stadium IV : Pembedahan : Debulking


Terapi radiasi palliatif
Kemoterapi : Clinical trials dengan terapi multiagen fase III

Relaps dan rekuren : Pembedahan : second look


Terapi radiasi palliatif
Kemoterapi : investigasi dengan Clinical trial fase I, II
Kemoterapi

21
Kombinasi cydophosphamide dan cisplatinum digunakan sebagai pengobatan utama.
Kemudian ditemukan kombinasi cydophosphamide dengan carboplatin yang mempunyai
efektifitas yang sama dan kurang toksik dibandingkan dengan kombinasi cydophosphamide
dan cisplatinum. Carboplatin analog dengan platinum, bersifat kurang neurotoksik dan
nefrotoksik dan tidak mielosupresif. Kombinasi paclitaxel dan cisplatinum memberikan efek
yang lebih baik dan kurang toksis dibandingkan dengan kombinasi cydophosphamide dan
cisplatinum. Kombinasi paclitexal dan cisplatinum merupakan pengobatan standar yang utama
setelah dilakukan operasi sitoreduktif pada kanker ovarium stadium lanjut.
Kemoterapi setelah operasi debulking memegang peranan untuk penanganan stadium
lanjut. Selama 25 tahun terakhir ini, terjadi kemajuan yang berarti terhadap respon dan harapan
hidup penderita yang diterapi dengan operasi dan kemoterapi, tetapi secara keseluruhan angka
harapan hidup 5 tahun tidak mengalami perubahan. Penggunaan cisplatinum dan kemoterapi
kombinasi meningkatkan angka harapan hidup penderita kanker epitel ovarium.
8. Prognosis
Prognosis kanker ovarum tergantung dari faktor patotologik, biologik dan gambaran
klinik tumor. Clear cell mempunyai prognosis yang paling jelek diantara jenis kanker ovarium
yang lain. Selain itu faktor klinik yakni sisa tumor setelah operasi, volume asites, usia,
berhubungan dengan prognosis penyakit. Pada kanker ovarium tipe epitel, didapatkan angka
harapan hidup sebagai berikut :
Stadium I : Angka harapan hidup dalam 5 tahun dengan laparatomi adalah 86%.
Stadium II : Angka harapan hidup dalam 5 tahun adalah 70%
Stadium III dan IV : Angka harapan hidup dalam 5 tahun adalah 34% dan 19%.
F. Karsinoma Tuba Fallopi
1. Definisi
Karsinoma tuba fallopi merupakan kanker yang menyerang pada saluran telur. Kanker ini
jarang ditemukan, jumlahnya hanya berkisar 0,15 – 1,8 % dari seluruh keganasan ginekologik.
2. Insidens
Insidens keganasan tuba fallopi tiap tahun rata-rata adalah 3,6 per 1.000.000 wanita,
berdasarkan atas analisis pada sembilan populasi kanker yang tercatat di Amerika Serikat.
Insidens wanita kulit putih 14% lebih tinggi bila dibanding wanita kulit hitam. Karsinoma tuba
fallopi paling sering terjadi pada wanita berumur 52 – 64 tahun. Kurangnya gejala yang spesifik
merupakan hal utama yang mengakibatkan terlambatnya diagnosis. Pada pasien mungkin akan
didapatkan perdarahan pervaginam abnormal, nyeri kolik abdomen, dan massa panggul.

22
Gambaran histologik dan biologik karsinoma tuba mirip dengan karsinoma ovarium. Oleh
karena itu stadium dan penatalaksanaannya, termasuk pemberian kemoterapi, pada dasarnya
sama dengan penanganan karsinoma ovarium.
3. Penyebab dan Faktor Risiko
Penyebab kanker tuba ini belum diketahui, tetapi diduga berhubungan dengan mutasi gen
BRCA1 dan BRCA2. Risiko relatif pada penderita dengan mutasi gen Karsinoma tuba
dihubungkan pula dengan inflamasi tuba atau didahului oleh penyakit tuberkulosis dan infeksi
panggul non tuberkulosis, tetapi penampakan tersebut hanya terjadi secara kebetulan atau
terjadi akibat dari tumor itu sendiri, tidak ada peran etiologi oleh infeksi sebelumnya. Faktor
predisposisi timbulnya penyakit ini tidak diketahui.
Bagian distal dari tuba merupakan bagian yang paling sering terkena, tetapi penyakit dapat
juga mengenai bagian isthmus dan intramural pada tuba. Sebagian besar karsinoma tuba fallopi
adalah adenokarsinoma tipe serosa dengan konfigurasi papiler, tetapi adenokarsinoma dengan
tipe histologi yang lain seperti karsinoma skuamosa, karsinoma sel transisional, dan sarkoma
pernah juga dilaporkan. Obstruksi pada fimbria dan pada hubungan uterus-tuba oleh tumor atau
inflamasi dapat menyebabkan distensi massif, dan mengakibatkan hidrosalfing.
4. Tanda dan Gejala klinik
Penderita kanker tuba umunya datang dengan keluhan perdarahan pervaginam atau
keluarnya cairan dari vagina, nyeri perut bagian bawah, perut membesar dan perasaan tertekan
dalam perut. Adanya pengeluaran cairan vagina dan perdarahan paling sering ditemukan pada
pasien karsinoma tuba. Keluhan perdarahan vagina yang tidak biasanya perlu dipikirkan suatu
karsinoma tuba yang tersembuny .Penekanan pada abdomen bawah atau panggul yang disertai
nyeri juga dilaporkan pada beberapa pasien, meskipun penampakannya tidak jelas dan
nonspesifik. Karsinoma tuba fallopi sering ditemukan secara kebetulan pada wanita tanpa
gejala sewaktu dilakukan histerektomi abdomen dan salpingo-ooforektomi bilateral. Pasien
dengan karsinoma tuba memberikan dilatasi dan kuretase negatif, meskipun sel-sel abnormal
dan adenokarsinomatosa mungkin terlihat pada spesimen sitologi yang didapatkan dari serviks.
5. Pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan penunjang
Karsinoma tuba fallopi sering asimtomatis. Meskipun trias nyeri, menoraghi dan leukorea
dianggap patognomonik untuk kanker tuba, gejala ini jarang ditemukan hanya pada kurang dari
15% penderita. Yang sering adalah nyeri dengan cairan bercampur darah yang ke luar dari
vagina yang ditemukan pada >50% penderita

23
 Gejala yang tersering adalah perdarahan pervaginam yang abnormal, massa panggul ,
nyeri pada abdomen dan panggul.Tidak adanya spesifikasi dari temuan gejala ini dan
jarangnya ditemukan karsinoma tuba membuat diagnosis preoperatif sangat sulit.
 Massa pada pelvik dapat ditemukan pada 6% pendertita, dan asites dapat ditemukan
pada stadium lanjut. Karsinoma tuba fallopi sering dikelirukan dengan tumor ovarium,
leiomioma uterus, hidrosalfing, atau abses tuba-ovarium, tetapi penyakit-penyakit
tersebut lebih sering ditemukan dibanding karsinoma tuba.
 Pada waktu laparotomi perlu untuk menetapkan diagnosis karsinoma tuba primer,
dimana masih terdapat keraguan pada pemeriksaan kasar. Metastasis penyakit dari
ovarium atau endometriosis lebih sering terjadi daripada karsinoma tuba primer dan
terkadang sulit membedakannya dari karsinoma tuba.
Jika penderita diperiksa saat terjadi hydrops tubae profluens, sering ditemukan massa
di pelvis. Tanda yang sering ditemukan adalah massa tumor di pelvis yang ditemukan pada
12 %- 66% kasus. Pada pemeriksaan sitologi serviks dapat ditemukan sel-sel ganas pada
23%-60% kasus. Jika ditemukan psammoma bodies pada sitologi serviks, tingkatkan
kecurigaan adanya kanker tuba
6. Diagnosis
Beberapa kriteria untuk memastikan adanya tumor tuba fallopi primer telah diajukan
beberapa peneliti. Finn dan Javert, 1949 mengajukan kriteria makroskopis dan makroskopis.
yakni tuba,sekurang-kurangnya bagian distal, dalam kondisi abnormal, ada pertumbuhan
papiler dalam tuba serta uterus dan ovarium dalam batas normal.
Kanker primer pada tuba fallopi jarang dan harus dibedakan dengan suatu metastasis,
khususnya yang timbul dari suatu kanker ovarium. Kriteria untuk membedakan kanker ovarium
dengan karsinoma tuba fallopi ditetapkan oleh Hu dkk (1950). Pertama, bagian terbesar tumor
harus pada tuba. Kedua. terkenanya mukosa harus secara mikroskopik menonjol, dengan suatu
pola papiler. Ketiga , jika dinding tuba terpapar lebih luas, transisi antara epitel jinak dan ganas
harus dapat terlihat. Dan akhirnya, apabila nampak metastasis ovarium atau endometrium,
maka keduanya harus mengandung lebih sedikit tumor dibandingkan dengan tuba atau hanya
terdapat pada bagian superfisial.

Stadium Tuba Fallopi Modifikasi FIGO


(Berdasarkan Atas Temuan Operasi Sebelum Temuan Debulking dan Patologi)
- Stadium 0 : Karsinoma in situ (terbatas pada mukosa tuba)

24
- Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada tuba Fallopi
- Stadium I A : Pertumbuhan terbatas pada satu tuba dengan penyebaran ke dalam
submukosa dan/atau lapisan otot tetapi belum penetrasi ke permukaan
serosa; asites tidak ada.
-Stadium I B : Pertumbuhan terbatas pada kedua tuba dengan penyebaran dalam
submukosa atau lapisan otot tetapi belum penetrasi ke permukaan serosa;
asites tidak ada.
- Stadium I C : Tumor seperti Stadium I A atau I B tetapi tumor menyebar melalui atau
diatas serosa tuba, atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau
dengan cuci peritoneum yang positif.
- Stadium II : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua tuba fallopi dengan penyebaran ke
panggul.
- Stadium II A : Penyebaran dan/atau metastasis ke uterus dan atau ovarium.
- Stadium II B : Penyebaran ke jaringan panggul yang lain.
- Stadium II C : Tumor seperti stadium II A atau II B tetapi tumor menyebar melalui atau
diatas serosa tuba; atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau
dengan cuci peritoneum positif.
- Stadium III : Tumor mengenai satu atau kedua tuba fallopi dengan penanaman keluar
peritoneum yaitu pada panggul dan/atau nodus retroperitoneal atau
inguinal positif. Metastasis ke superficial hati sederajat stadium III. Tumor
tampak terbatas pada pelvis minor tetapi secara histologi penyebaran
keganasan tampak ke usus kecil atau omentum.
- Stadium III A : Tumor terbatas pada pelvis minor dengan nodus negatif tetapi pada
pemeriksaan histologi yang dipertegas secara mikroskopik
memperlihatkan permukaan peritoneum abdomen.
- Stadium III B : Tumor mengenai satu atau kedua tuba yang secara histologi diperjelas
dengan penanaman pada permukaan peritoneum abdomen, dengan
diameter tidak melebihi 2 cm . Limfonodi negatif.
- Stadium III C : Penanaman yang lebih luas pada abdomen dengan diameter lebih dari 2 cm
dan/atau nodus retroperitoneal atau inguinal positif.
- Stadium IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua tuba fallopi dengan metastasis
jauh. Jika terdapat efusi pleura, maka sitologi harus positif untuk menjadi
stadium IV. Metastasis parenkhim hati sederajat stadium IV.
7. Penatalaksanaan

25
Laparotomi eksplorasi perlu dilakukan untuk mengangkat tumor primer seperti halnya pada
karsinoma ovarium. Sekaligus untuk menentukan stadium penyakit, dan reseksi tumor metastasis.
Setelah bedah, terapi yang paling sering digunakan adalah Platinum dengan kombinasi kemoterapi.
meskipun radiasi juga digunakan dalam kasus tertentu yaitu pada penyakit tanpa sisa.
- Bedah
Operasinya yang seharusnya dilakukan adalah histerektomi abdomen dan salpingo-
ooforektomi bilateral. Jika tidak ditemukan penyebaran tumor yang menonjol, surgical staging
dapat dilakukan. Asprasi cairan peritoneal, kelenjar limfe dan omentektomi infrakolika.
- Kemoterapi
Agen tunggal yang terlihat paling aktif adalah platinum dn taxan, seperti pada terapi kanker
ovarium. Pengalaman dengan penggunaan beberapa protokol yang digunakan untuk kanker
epitel ovarium dapat diberikan pada pasien dengan kanker tuba misalnya docetaxel, etoposide,
topotecan, gemcitabine and liposomally encapsulated doxorubicin. Pemakaian Carboplatin dan
Paditaxel (Taxol) dibenarkan pada pasien tersebut.
- Radiasi
Peranan radiasi dalam manajemen penyakit tetap belum jelas. Radiasi pada panggul pernah
dipopulerkan, tetapi pendekatan ini tampaknya tidak tepat karena pola penyebaran penyakit
tersebut pada abdomen bagian atas.
8. Prognosis
Angka harapan hidup selama 5 tahun untuk pasien dengan karsinoma epitel tuba rata-rata 40%.
Kemampuan hidup 5 tahun untuk penderita dengan stadium I adalah 65%. Kemampuan hidup 5
tahun untuk stadium II 50%, dan 10-20% untuk pasien dengan stadium III dan IV.

26
DAFTAR PUSTAKA

Berek JS, Hacker NF. Practical Gynecology, 3 rd ed. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, 2007 : 2101-2140.

Gunawan A, Registrasi Kanker Ginekologik pada beberapa Rumah sakit di Makassar Peridoe
Oktober – Desember 1999. Jurnal Medika Nusantara, Vol. 20, Nomor 4, 210-222. 1999.

Farid A., Andrijono, Saifuddin AB. Kanker Serviks. Buku Acuan Nasional, Onkologi
Ginekologi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006: 468-478.

National Cancer institute. Cervical Cancer Treatment. Available at http://www.cancer.gov.


Accessed on February, 2014.

Schorge, Schaffer, Halvorson, Hoffman, Bradshaw, Cunningham. Gynecologic Oncology:


Cervical cancer. Williams Gynecology. 2008: 1285-1310.

U.S.Cancer Statistics Working Group. United States Cancer Statistics : 1999-2011 Incidence
and mortality Web-Based Report. Atlanta (GA) : Department of Helth and Human Servces,
Centers for Disease Control and Prevention, And National Cancer Institute , 2014

27

You might also like