2.identifikasi Ektoparasit Pada Udang Windu by Darto 02

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 16

IDENTIFIKASI EKTOPARASIT PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricus)

DI TAMBAK TRADISIONAL KOTA TARAKAN


1)

1)

Azis , Heppi Iromo , Darto


1)

2)

Staf Pengajar FPIK Universitas Borneo Tarakan


Mahasiswa FPIK Universitas Borneo Tarakan

2)

ABSTRACT
Indonesia is a very potential country on fishery bussiness. As we know indonesia large in
sea than on land. One of the fishery businness which very advantages is Windu shrimp
aquaculture.
Through with the development of that businness,problems comes which annoying the
ussiness, include parasite problem and it sources. According to the research parasites
onsist to ectoparasite and endoparasite.
The research is oriented to distinguished about ectoparasite on shrimp (Penaeus monodon
Fabricus) at traditioanl embank on Tarakan. Samples take on from several plales includes
e mbank at East Tarakan, West Tarakan, North Tarakan and the last at Central Tarakan.
Every check location representative by two samples of shrimp (Penaeus monodon
abricus) embank traditional, and total samples is eight shrimp. Shrimp observation focus
on, eye, foot stroke, feglestal, skin, stub born and tail. Observation leave done on the fish
uarantina of Tarakan.
Based on the results of indentification of shrimp (Penaeus monodon Fabricus) on
traditional embank, researcher find of out three of parasit, which inflect to shrimp
(Penaeus monodon Fabricus) thats : Carchesium sp, Vorticella sp, and Epistylis sp.
According to the result, researcher consider that Carchesium sp more dominant inflect to
he shrimp. The othres Vorticella sp and Epistylis sp.
eyword : Ectoparasite, Penaeus monodon, and Traditional Embank

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki perairan seluas 328,87 juta ha, terdiri dari perairan laut
seluas 275,41 juta ha dan perairan umum seluas 53,46 juta ha yaitu rawa 39,46 juta ha,
danau 2,18 juta ha dan sungai 11,95 juta ha, maka sangat potensial untuk usaha bidang
nan. Dengan demikian sumber daya ikan merupakan satu diantara subsekto r
perika
nan yang memegang peranan penting dalam pembangunan nasional da n
perika
mempunyai prospek yang cerah dimasa sekarang dan mendatang (Anonim 2009).
Propinsi Kalimantan Timur sebagai satu diantara daerah yang memiliki
sumberdaya perikanan yang potensial, mempunyai luas perairan 14.047.000 ha., terdiri
dari perairan laut seluas 12.000.000 ha dan perairan umum seluas 2.047.000 ha yaitu
rawa 150.000 ha, danau 91.335 ha dan sungai 1.805.665 ha, serta lahan yang tersedia
untuk usaha tambak seluas 122.360 ha. Pemanfaatan sumberdaya tersebut adalah 25 %
penangkapan di laut, 40% penangkapan di perairan umum dan 9% untuk tambak
(Anonim, 2009)
2
Kota Tarakan yang memiliki luas daerah 657,33km dengan luasa daratan
2
2
250,80km dan luas lautan sekitar 406,53km atau sekitar 61,85% dari luas keseluruhan
merupakan lautan yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang mempunyai
nilai ekonomis yang cukup tinggi adalah udang windu (Anonim, 2009). Udang windu
(Penaeus monodon, Fab.) merupakan primadona komoditas non migas dari sektor

Borneo University
9 Library

perikanan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam budidaya udang


antara lain kualitas air, mutu benih, pakan, penerapan teknologi dan penyakit.
Sejalan dengan berkembangnya usaha budidaya udang tersebut, terdapat pula
beberapa masalah yang mengganggu, sehingga menghambat perkembangan usaha
budidaya, yaitu hama dan penyakit ikan. Apabila keadaan tersebut tidak segera
ditanggulangi lebih awal, maka kegiatan budidaya ikan akan terganggu,akibatnya
produksi ikan akan menurun karena tingkat kematiannya tinggi.
Adanya hama dan penyebab penyakit di dalam tambak sangat merugikan bagi
para pembudidaya dan spesies itu sendiri. Untuk itu para pembudidaya juga perlu
memahami lebih dalam jenis jenis hama dan penyebab penyakit yang dapat
mengganggu, merusak bahkan memangsa spesies yang di budidayakan. Dengan id
ketahuinya jenis jenis hama tersebut maka pembudi daya dapat mencegahnya ata
u
memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama dan penyebab
penyakit yang di ketahui.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sudah banyak udang yang
dibudi
dayakan di tambak tradisional terserang berbagai penyakit, salah satunya adala h
Ektoparasit. Untuk itu identifikasi penyakit udang adalah langkah awal yang haru s
dilakukan.
B. Tu juan
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui berbagai jenis ektoparasit yan
g terdap
at pada udang windu di tambak tradisional yang terdapat di Kota Tarakan.
C. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya, dan dapat
dijadikan bahan informasi tentang ektoparasit yang menempel pada udang windu di
tambak tradisional Kota Tarakan.
METODOLOGI
A.

aktu dan Tempat


Penilitian ini dilakukan selama dua yaitu : Juli - Agustus. Tempat untuk
melakukan penelitian ini di tambak tradisional Kota Tarakan dan pengamata
nektoparasit dilakukan di Laboratorium Karantina Ikan

B.

Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan adalah : Mikroskop eletrik, Obyek glass, Gunting,
Pipet tetes
Pinset, Water Checker, Hand Refractometer, Jala, Gerijen, Aerator baterai.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Udang windu, Aquades.

Borneo University
0 Library

C.

Metode

1.

Prosedur Pengambilan Sample

2.

Sample yang digunakan adalah Udang Windu (Penaeus monodon) yang


diambil di 8 (Delapan) lokasi tambak tradisional di Kota Tarakan, masing
masing lokasi diwakili dua ( 2 ) tambak yaitu : tambak tradisional di Tarakan
Timur, Barat, Tengah dan Utara. Jumlah sample masing masing lokasi sebanyak
8 ekor. Sample yang diambil selanjutnya dibawa ke Laboratorium Karantina Ikan
untuk dilakukan identifikasi ektoparasit.
Data yang akan diambil berupa data perimer yang terdiri :
a.

Pengamatan Ektoparasit

Pengamatan ektoparasit pada udang windu meliputi : mata, kaki renang ,


aki jalan, ekor, kulit,dan insang dengan cara memotong dengan mengunakak
gunting sample yang akan diamati. Sample yang telah digunting diambil denga
nnm
enggunakan pinset dan ditaruh di obyek glass, selanjutnya tetesi sample denga
nn
aquades dengan menggunakan pipet tetes, kemudian mengamati denga
m
enggunakan mikroskop eletrik.
.

Identifikasi Parasit

Hasil pengamatan ektoparasit selanjutnya di identifikasi menurut :


s
Lightner 1996 A Handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedure.
for Diseases of Cultured penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society
Baton Rouge, Louisiana, 70803 USA.
,
Johson 1975 Handbook Of Shrimp Diseases. Seegrand College Program
Texas A & M University.
3.
D
ata yang akan diambil berupa data pendukung yang terdiri Parameter Kualitas
Air secara Insitu (suhu, salinitas, pH,dan DO).

HASIL DAN PEMBAHASAN


A.

Tambak Tradisional Tarakan Timur


Dari hasil pengukuran selama penelitian didapatkan, parameter kualitas
airss yang terdapat di kecamatan Tarakan Timur, tersaji pada tabel 2 berikut ini:

Borneo University
1 Library

Tabel 2. Data Parameter Kualitas Air Di Kecamatan Tarakan Timur


TAMBAK

PARAMETER
PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu
PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu

DATA
7,5
28,5
7,8
31,3
7.4
23,2
6,7
30,8

KISARAN OPTIMAL
6,8 8,7
10 35 ppt
4 8 ppm
0
28 32 C
6,8 8,7
10 35 ppt
4 8 ppm
0
28 32 C

Sumber : Kisaran Optimal, Amri, 2003

a.

erajat Keasaman (pH)


pH berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat produksi udang.
Fluktuasi pH air sangat mengganggu aktivitas udang. Fluktuasi pH air juga sangat
menentukan berhasil tidaknya pemeliharaan udang,(Ghufron, 1996).
Pada Tabel 2 pH yang di peroleh di wilayah Kecamatan Tarakan Timur,
ada tambak 1 yaitu: 7,5 dan pada tambak 2 yaitu: 7,4. Secara fisik bahwa p p
go
yang tedapat di wilayah Kecamatan Tarakan Timur masih dalam kisaran Hyan
ptimal, pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian Rakhmatun dan Mudjiman (
gw
2003), di peroleh tingkat pH terbaik bagi kehidupan dan pertumbuhan udan
a
indu adalah diantara 6,8 8,7 dan akan mematikan bila pH mencapai angk
terendah di bawah 6 dan tertinggi 9.

b.

c.

Salinitas
Tabel 2 menunjukkan bahwa salinitas yang di peroleh di wilayah
kecamatan tarakan timur yaitu berkisar antara 28,5 dan 23,2 ppt. Kisaran salinita
sersebut, untuk pembesaran udang windu berada dalam kondisi yang optimal t
, arena Menurut Khairul, (2003) dalam Jumani (2008) salinitas untu k
kertumbuhan udang windu yang baik diperoleh pada kisaran 10 35 ppt.
p
ksigen Terlarut
Dilihat dari tabel di atas oksigen terlarut yang di peroleh di wilaya
h
Kecamatan Tarakan Timur yaitu berkisar antara 7,8 dan 6,7 ppm, dari hasil
penelitian didapatkan bahwa, oksigen terlarut di Kecamatan Tarakan Timur masih
dalam kisaran yang optimal untuk standar budidaya, hal ini diperkuat dengan
pendapat (Susanto, 1992) bahwa kisaran oksigen yang dibutuhkan oleh jenis-jenis
suatu organisme kadang berbeda, namun perbedaan itu tidak jauh. Oksigen
terlarut sebanyak 4 8 ppm dianggap ideal.

d.

Suhu
Tabel 2 suhu yang diperoleh di wilayah Kecamatan Tarakan Timur yaitu
0
31,3 dan 30,8 C. Kisaran tersebut sangat cocok untuk standar budidaya udang
0
windu, menurut (Soetomo, 2002), kisaran suhu yang baik adalah berkisar 28 C
2

Borneo University
2 Library

32 C. Bila suhu terus meningkat, udang akan mengalami stress dan akan
mengeluarkan lendir yang berlebihan, sebaliknya bila suhu terlalu rendah akan
kurang aktif makan dan bergerak, sehingga pertumbuhannya akan semakin
lambat.
e.

Jenis Ektoparasit
Sample udang diambil dengan menggunakan alat tangkap jala, penagkapan
dilakukan didalam areal tambak tersebut sebanyak delapan ekor masing masing
tambak.
Dari data yang di dapat pada lampiran 1 (tambak 1 & 2 ) bahwa sebagian
besar udang terserang parasit, hal ini disebabkan karena udang yang hidupny
aersifat menyebar, sehingga memudahkan proses terserang parasit pad b
arganisme yang hidup diperairan tersebut (Lom dan Dykopa, 1992). Di man o
aeringnya udang yang terserang parasit melakukan kontak atau gesekan denga s
ndang yang lainnya.
Jenis parasit yang paling dominan yang terdapat pada daerah tamba
u
radisional Tarakan Timur adalah Carchesium sp, umumnya jenis ini berkembank
tecara aseksual dengan pembelahan , Carchesium juga dapat berkembang secar
geksul, sehingga berkembangnya jenis parasit ini sangat pesat (webb, 2003).
s
Dari penelitian yang telah dilakukan dilapangan, jenis ektoparasit yan
a
s itemukan pada tubuh udang adalah sebagai berikut :
ata
: Negatif parasit
g
d aki renang
: Epistylis sp, Carchesium sp, Vorticella sp
Maki jalan
: Carchesium sp, Epistylis sp, Vorticella sp
Kkor
: Vorticella sp, Carchesium sp
Kulit
: Epistylis sp, Carchesium sp
: Carchesium sp, Vorticella sp
Ensang
K
I Tambak Tradisional Tarakan Barat

B.

rah tambak Tarakan Barat kualitas air yang diperoleh pengamat dapat dilihat pad
3, berikut ini :
Di dae3. Data Parameter Kualitas Air Di Tarakan barat
a
Tabel
Tabel
BAK

PARAMETER UJI

DATA KUALITAS AIR

KISARAN OPTIMAL

TA
M
1

PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu

7,6
22,2
6,7
31,9

6,8 8,7
10 35 ppt
4 8 ppm
28 32 0 C

PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu

8,3
25,7
5,9
32

6,835
8,7ppt
10
4 8 ppm
28 32 0 C

Borneo University
3 Library

Sumber Kisaran Optimal, Amri, 2003

Borneo University
4 Library

a.

Derajat Keasaman (pH)


Pada daerah tambak tardisional Tarakan Barat pH pada lokasi tersebut
masih optimal untuk lokasi budidaya, adapun pH yang dapat pada tambak 1 yaitu
: 7,6 dan pada tambak 2 yaitu : 8,3. Diperkuat dengan nilai optimal pH untuk
tambak udang windu adalah 6 9. Nilai pH diatas 10 dapat membunuh udang,
sementara nilai pH dibawah 5 mengakibatkan pertumbuhan udang terhambat
(Khairul, 2003).

b.

c.

d.

e.

Salinitas
a
Data Tabel 3 pada tambak tradisional Tarakan Barat dimana salinitasny
s
cukup bagus dalam pengembangan usaha budidaya udang windu, adapun salinita
yang diperoleh pada (tambak 1) 22,2 ppt dan (tambak 2) 25,7 ppt. Di mana udang
windu menyukai air bersalinitas 10 35 ppt. Salinitas ini lebih rendah daripad
aalinitas
s
yang dikehendaki jenis udang yang lain. Penurunan salinitas dibawah 1
0pt sebaiknya dihindari karena kondisi udang menjadi lemah (Khairul, 2003)
p
Oksigen Terlarut
Oksigen Terlarut merupakan salah satu unsur utama regulator pada prose
etabolisme dan tanaman dan hewan air, terutama untuk proses respiras s
m
Ondum, 1971) kisaran yang baik tidak boleh kurang dari 3 ppm karena aka
iengakibatkan udang mengalami stress. Adapun data Oksigen Terlarut (DO (
nyang diperoleh peneliti pada tambak tradisional Tarakan barat pada tambak m
)yaitu : 6,7 ppm dan tambak 2 yaitu : 5,9 ppm sangat optimal untuk budiday
1
dang windu.
a
u Suhu
Pada Tabel 3 suhu yang diperoleh peneliti pada tambak tradisional Taraka
o
o
arat pada tambak 1 adalah 31,9 C dan tambak 2 adalah 32 C, dimana masi
tandar dalam usaha budidaya udang. ini diperkuat dengan (Suyatno, 2001n
bimana kisaran suhu air dikawasan tambak udang adalah 28 32 oC
h
s
) enis Ektoparasit
d
Berdasarkan lampiran 2 (tambak 1 & 2) parasit paling dominan yan
enyerang udang budidaya adalah jenis Carchesium sp, hal ini diduga bawaa
J ari patogen melalui media air. Lokasi tambak tradisional Tarakan Bara
itemukan tiga jenis parasit yaitu : Carchesium sp, vorticella sp, dan Epitylis spg
m
n
d
t
d
. sample yang diperoleh pada lokasi ini sama dengan lokasi sebelumnya
yaitu dengan menggunakan alat tangkap jala didalam area tambak tersebut.
Berdasarkan pendapat Kei Yuasa et al,(2003) timbulnya parasit disebabkan
oleh dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (Eksternal),
penyakit Internal : genetic, sekresi interna, Imunodefisiensi, saraf, dan metabolic.
Sedangkan Eksternal terbagi dua yaitu non pathogen dan pathogen. Dimana non
pathogen terdiri dari penyakit lingkungan seperti kualitas air dan penyakit nutrisi
karena kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan. Sedangkan pathogen
bersifat parasit yang terdiri dari penyakit viral, jamur, bakterial dan parasitic.
2

Borneo University
5 Library

Jenis ektoparasit yang ditemukan pada tubuh udang di daerah tambak tradisional
Tarakan Barat adalah sebagai berikut :
Mata
: Negatif parasit
Kaki renang
: Epistylis sp, Carchesium sp, Vorticella sp
Kaki jalan
: Carchesium sp
Ekor
:Vorticella sp, Carchesium sp
Kulit
: Epistylis sp, Carchesium sp
Insang
: Carchesium sp
Jenis ektoparasit yang paling banyak ditemui di tubuh udang tersebut adalah jenis
Carchesium sp.
Tambak Tradisional Tarakan Utara
D.
Hasil pengukuran kulaitas air di tambak tradisional Tarakan Utara dapat dilihat pada
tabel 4:
Tabel 4. Data Parameter Kualitas Air Di Tarakan utara
Tambak

Parameter Uji

Data Kualitas Air

Kisaran Optimal

PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu

7,8
24,5
7,8
31

6,8 8,7
10 35 ppt
4 8 ppm
0
28 32 C

PH
Salinitas
Oksigen (O2)
Suhu

8,3
23,8
7,0
32

6,8 8,7
10 35 ppt
4 8 ppm
0
28 32 C

Sumber Kisaran Optimal, Amri, 2003

a.

b.

Derajat Keasaman (pH)


Daerah tambak tradisonal Tarakan Utara diperoleh pH 7,8 pada tambak 1
dan pH 8,3 pada tambak 2. Berdasarkan pada pH tersebut daerah tamba
kradisonal Tarakan Utara cocok untuk usaha budidaya udang windu. Karen t
aenurut Manik dan Mintarjo, 1980, pH air pada kisaran 6 8 pada tambak udan m
g tergolong cukup baik untuk mendukung kehidupan udang, maupun
organisme akuatik lainnya.
Salinitas
Salinitas yang diperoleh pada lokasi tambak Tarakan Utara yaitu 24,5 pada
tambak 1 dan 23,8 ppt pada tambak 2. Kisaran salinitas tersebut optimal untuk
pertumbuhan udang windu yang baik pada kisaran 10 35 ppt. Salinitas air
media pemeliharaan yang tinggi (>35) kurang menguntukan untuk kegiatan
budidaya udang windu, karena itu udang windu akan lebih cocok untuk salinitas
yang optimal (Amri, 2003)

Borneo University
6 Library

c.

d.

e.

Oksigen Terlarut
Yang masih oksigen terlarut pada tambak (1) : 7,8 dan tambak (2) : 7,0 ppm
masih ideal dalam usaha budidaya yang berkisar 4 - 8 ppm untuk pemeliharaan
udang windu, dimana menurut (Mintarjo et al, 1984) bila kandungan oksigen
rendah akan menganggu kebutuhan oksigen udang, hal ini disebabkan karena
udang selalu berada dasar perairan dan tidak suka mengambil oksigen bebas
dipermukaan air.
Suhu
Pada Tabel 4 diperoleh suhu tambak tradisional Tarakan Utara pada tambak
o
o
1 yaitu : 31 C dan tambak 2 yaitu : 32 C yang masih cocok untuk pembesaran
udang. menurut (Khairul, 2003) dimana kisaran suhu air tambak yang baik bag
o
iehidupan udang windu adalah 25 32 C. Perubahan suhu yang bisa ditolerans k
o
iidak lebih dari 2 C. Karena itu, harus dihindari perubahan suhu secara mendada t
karena berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan udang
k Jenis Ektoparasit
Dimana tambak daerah tersebut sangat jauh dari pasang surut perairan
ehingga perputaran air sangat kecil dan sangat mendungkung pertumbuha ,
sarasit. Berdasarkan hasil penelitian Soedjearti et al (1985) penyebaran penyaki
nuatu perairan disebabkan siklus perputaran air sangat rendah atau suli p
tengadakan pergantian air karena elevasi tambak yang terlalu tinggi ata s
tamplitude daerah tersebut sangat kecil. Berdasarkan lampiran 3 (tambak 1 & 2 m
uerdapat tiga jenis ektoparasit yang menyerang udang budidaya tersebut.
)
t dapun ektoparasit pada udang yang telah diidentifikasi oleh peneliti pad
ambak tradisional Tarakan Utara adalah sebagai berikut :
A ata
: Carchesium sp, Epistylis sp
a
: Epistylis sp, Carchesium sp, Vorticella sp
t aki renang
: Carchesium sp
Maki jalan
Kkor
:Vorticella sp, Carchesium sp
K ulit
: Epistylis sp, Carchesium sp
Ensang
: Carchesium sp, Vorticella sp
K
I

Borneo University
7 Library

D.
Tambak Tradisional Tarakan Tengah
Hasil pengukuran parameter kualitas air dilokasi tambak tradisional Tarakan Tengah
tersaji pada tabel 5, berikut ini:
Tabel 5. Data Parameter Kualitas Air Di Tarakan Tengah
Tambak

Parameter Uji

Data Kualitas Air

Kisaran Optimal

PH

7,7

6,8 8,7

Salinitas

27,8

10 35 ppt

Oksigen (O2)

6,1

4 8 ppm

Suhu

31

28 32 0 C

PH

8,3

6,8 8,7

Salinitas

24,7

10 35 ppt

Oksigen (O2)

6,7

4 8 ppm

Suhu

32

28 32 0 C

Sumber Kisaran Optimal, Amri, 2003


a.

Derajat Keasaman (pH)


Tabel 5 adapun pH yang di peroleh di daerah tambak Tarakan Tengah yaitu
berkisar antara 7,7 dan 8,3 . Secara fisik bahwa pH yang tedapat di wilaya
hecamatan Tarakan Timur masih dalam kisaran yang optimal, pendapat in K
iiperkuat oleh (Ghufran H K, 1997) pH mempengaruhi tingkat kesuburan peraira d
narena mempengaruhi kehidupan jasad renik, perairan asam akan kuran k
groduktif, malah dapat membunuh ikan atau udang budidaya. Pada pH renda p
hkeasaman tertinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang. Hal in (
iebaliknya pada suasana basa. Atas dasar ini maka usaha budidaya yang optima s
ladalah dengan pH 6,8 8,7 ppt

b.

Salinitas
Dilihat dari Tabel 5 adapun salinitas yang di peroleh di wilayah Tarakan
Tengah yaitu tambak ( 1 ) : 27,8 dan tambak ( 2 ) :24,7 ppt yang masih optimal
dalam kegiatan pemeliharaan udang windu. Diperkuat dengan pendapat
Rakhmatun dan Mudjiman (2003) karena udang windu tumbuh paling baik pada
kadar garam 15 35 ppt. Namun bukan berarti udang windu tidak bisa dipelihara
pada air lebih kecil dari 15 ppt dan lebih tinggi dari 35 ppt asalkan pergantian air
sering dilakukan.

Borneo University
8 Library

c.

Oksigen Terlarut
Pada Tabel 5 oksigen terlarut yang di peroleh di wilayah Kecamatan
Tarakan Tengah yaitu 6,1 dan 6,7 ppm, dari hasil penelitian didapatkan bahwa,
oksigen terlarut di Kecamatan Tarakan Tengah masih dalam kisaran yang optimal
untuk standar budidaya. Menurut Alie Poernomo ( 1988), kadar oksigen yang
terlalu rendah yang secara kronis belum mematikan tetapi dapat menganggu
kesehatan udang ditandai dengan adanya pertumbuhan yang lambat.

d.

Suhu
Di lihat pada Tabel 5 suhu yang diperoleh pada tambak tradisional Tarakan
o
0
engah yaitu pada tambak ( 1 ) 31 C dan tambak ( 2 )32 C. diperkuat dengaT
nkl
Boyd (1988) dalam Sutaman (1993) Baik secara langsung maupun tida
nu
angsung, suhu air mempunyai peranan yang sangat penting dalam pertumbuha
dang. suhu air juga dapat mempengaruhi kelarutan oksigen dalam air dan k
epadatan air serta meningkatkan reaksi kimia termaksud aktivitas jasad renik .
K isaran suhu yang optimal antara 28oC 32oC.

e.

Jenis Ektoparasit
Pada lokasi ini ditemukan tiga jenis Ektoparasit, sama halnya dengan daerah
-daerah lainnya yaitu Carchesium sp, Vorticella sp, dan Epitylis sp. Diman a
dapat dilihat lampiran 4 (tambak 1 & 2). Alat yang digunakan untuk mengambi
lample adalah jala.Data jenis ektoprasit udang windu yang didapat pada tamba s
kradisional Tarakan Tengah adalah sebagai berikut:
t ata
: Carchesium sp
Maki renang
: Epistylis sp, Carchesium sp, Vorticella sp
Kaki jalan
: Carchesium sp
Kkor
: Vorticella sp, Carchesium sp
E ulit
: Epistylis sp, Carchesium sp
Knsang
: Carchesium sp, Vorticella sp, Epistylis sp
I

ari pengamatan yang dilakukan secara mikroskopik pada parasit udang windu d
Dlokasi tambak tradisional Kota Tarakan diperoleh parasit sebanyak 3 jenis
i
empat
tersebut diperoleh melalui uji yang dilakukan di laboratorium karantina
ika
.
Parasit
arakan dengan mengunakan metode mikroskopik kamera, dengan mengamat
n
T
tubuh udang yang meliputi : mata,kota
kaki renang, kaki jalan, kulit, insang, dan eko
i
bagian
yang terdapat pada gambar 5, berikut ini:
r seperti
kuli
t

Gambar 5.Organ target pada udang

Borneo University
9 Library

E.

Deskripsi Jenis Ektoparasit

Deskripsi jenis ektoparasit yang di temukan pada empat lokasi tambak tradisional Kota
Tarakan adalah sebagai berikut:
1. Carchesium sp

Gambar 6. Carchesium sp

Carchesium sp merupakan kelompok siliata yang hidup berkoloni seperti poho


n
dengan banyak batang dengan ukuran koloni dapat mencapai 6 m. Koloni dapat
tumbuh sampai mencapai ukuran diameter beberapa senti meter dengan ribuan individu
yang ersebar dalam 9 cabang utama dalam satu bulan. Stimulasi yang terjadi pad t
a
pa individu dalam satu koloni akan memicu terjadinya reaksi berantai sehingg
bebera
a
uruhan koloni akan menggulung membentuk suata bulatan (Bruce, 2003)
kesel
.
fikasi Carchesium adalah sebagai berikut: Kingdom : Protozoa; Subkingdom
Klasi
:
ta;
Filum
Ciliophora;
Subfilum
:
Intrramacronucleata;
Klas
Bicilia
:
hymenophorea; Subklas : Peritrichia, Ordo: Carchesium Famili: Vorticellidae
Oligo
, Genu
s: Carchesium (kabata. 1985).
Carchesium bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan, Mikronukleus
akan mengalami mitosis, kemudian akan membagi menjadi dua bagian, meskipu
n
demik ian Carchesium juga dapat berproduksi secara seksual, reproduksi secara seksua
l
ukan melalui proses konjugasi ketika Carchesium sedang dalam kondis
dilak
i
ngan nutrisi. Selama konjugasi dua Carchesium akan berdekatan dan membentu
kekura
k
tan sitoplasmik diantara dua sel; mikronukleus akan membelah secara meiosis
jemba
,
nukleus akan mengalami isintegrasi, dan hubungan antara sel menyebabka
mikro
n
inya pertukaran mikronukleus. Kedua sel kemudian terpisah, membentu
terjad
k
nukleus dari mikronukleus, (Lightner, 1996). Populasi mengalami peningkata
mikro
n
pesat. Koloni Carchesium yang menempel pada organisme hidup dapa
yang
t mengakibatkan gangguan baik secara langsung oleh Carchesium maupun
tidak langsung. Adanya koloni Cacrhesium pada insang, akan mengakibatkan
pertukaran gas dalam insang terganggu sehingga insang, akan tampak pucat, selain
itu carchesium dapat memicu terjadinya infeksi sekunder oleh bakteri lain ( webb,
2003).

Borneo University
0 Library

2. Vorticella sp

Gambar 7. Vorticella sp

Vorticella sp termasuk dalam genus protozoa, dengan lebih dari 100 spesies di
dalamnya. Protozoa ini berbentuk seperti bel, dengan tangkai yang panjang dan bersilia,
letak silia besifat peritrik. Pada tiap-tiap sel memiliki tangkai berjangkar yang
kan untuk menembus substrat, dan mengandung fibril kontraktil yang disebu t
diguna
me, tangkai akan memendek dan menggulung ketika distimulasi dangan gerakan .
myone
Vorticella masuk ke dalam : Filium: Ciliophora; Klas: Oligohymenophorea; Subklas :
Peritrichia, Ordo: Sessillida: Family: Vorticellidae,Genus: Verticella. Parasit ini bias a
hidupmenempel pada suatu tempat dan jarang sekali terlihat hidup bebas. Ketik a
memasuki masa reproduksi pembelahan, vorticella akan membagi diri pada sepanjan g
garis xis
a longitudinal dalam suatu proses yang dikenal sebagai budding. Ketika parasi t
ini te ngah membelah, salah satu belahannya akan tetap memiliki myoneme dan bagian
yang ainnya akan berenang bebas. Fungsi dari silia yang berada di bagian atas adala l
mengambil makanan masuk kedalam corongnya.
h untuk
Parasit baru hasil pembelahan akan memisahkan diri dari induknya kemudian
berenang bebas, sampai kemudian menemukan tempat baru untuk menempel. Vorticell a
juga dapat bereproduksi secara seksual (webb, 2003). Dalam perkembangan
kehidupannya. Vorticella memanfaatkan zat-zat tempat menempelnya sebagai sumber
nutrisi. Selain hal tersebut, bakteri bakteri perairan dan algae juga merupakan sumber
makanan Vorticella sp.
Dikenal sebagai Fouling disease karena mengakibatkan penampilan udan
g
menjadi tidak menarik. Tubuh udang kelihatan seperti berlumut, dengan warn
a
kecoklatan yang diakibatkan oleh penempelan protozoa jenis Varticella sp. Protozoa ini
juga ering menempel pada insang sehingga kelihatan berwama kecoklatan dan pads
ya akan mengakibatkan warna insang menjadi kehitaman (Lukrejo, 2008).
a akhirn

Borneo University
1 Library

3. Epistylis sp

Gambar 8. Epistylis sp

Epistylis sp adalah sejenis protozoa bertangkai seperti Vorticella berkoloni


dengan ukuran Tubuhnya 60 m, yang menyerang hewan hewan perairan. Siklus
hidupEpistylis hampir sama dengan Vorticella. Parasit ini bereproduksi secara seksua l
maupun aseksual. Pembelahan secara aseksual terjadi melalui pembelahan biner.
Epistylis merupakan parasit opportunistic, ketika wilayah perairan dipenuhi bahan
bahanorganik, maka populasi Epistylis akan meledak dan menimbulkan masalah, ha l
tersebut dapat terjadi karena koloni Epistylis mampu mensekresikan enzim yang dapat
menghancurkan jaringan hospes sehingga juga memicu terjadinya infeksi sekunder
( ruth an
d ruth, 2003 ).
Epistylis menginfestasi bagian kepala, pectoral, insang dan juga kulit hospes.
Epistylis akan menginfestasi hospes lain dalam kolam melalui ceraian tangkainya .
Epistylis yang belum dewasa akan berenang mencari hospes dengan melekatkan dirinya
pada badan hospes (anonim, 2005 ). Klasifikasi Epistylis menurut Kabata (1985 ) adala h
sebagai berikut : Kingdom: Animalia; Filum : Ciliophora ; Klas : Ciliatea; Subklas :
Peritrichia: Ordo ; Peritricidu Subordo : Sesilina; Famili : Epistylidae; Genus :
Epistylis.
Udang yang terserang parasit Epistylis sp mula mula memperlihatkan gejal
a
flas ing timbul dipermukaan pada siang hari. Parasit ini melekat dipermukaan tubu
h
udang yaitu kulit dan insang, sehingga menimbulkan kerusakan pada bagian yang
ditempel parasit tersebut ( Ghufran H K, 2004).
Dari ketiga jenis parasit yang ditemukan diempat lokasi yaitu tambak tradisional
Tarakan Timur, Tarakan Barat, Tarakan Utara, Dan Tarakan Tengah. Menurut
Keputusan Mentri Kealutan dan Perikanan Nomor : Kep:17/Men/2003 Tentang
Penetapan jenis jenis Hama dan Penyakit Ikan dan Karantina, Golongan, Media
Pembawa dan Sebarannya, ketiga jenis parasit yang ditemukan masih belum tergolong
dalam golongan jenis jenis hama penyakit, artinya parasit ini masih dapat
dikendalikan dan tidak terlalu menghawatirkan serta masih tergolong dalam HPI (Hama
Penyakit Ikan), parasit tergolong menghawatirkan apabila tergolong HPIK (Hama
Penyakit Ikan Karantina), hal ini dibuktikan dari sejumlah sampel yang diambil dari
empat tambak tradisional Kota Tarakan.

Borneo University
2 Library

KESIMPULAN DAN SARAN


A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan


bahwa:
1. Ektoparasit pada udang windu (penaeus monodon) yang terdapat didaerah
tambak tradisional Kota Tarakan ada tiga jenis yaitu : Carchesium sp,
Vorticella sp, dan Epistylis sp.
2 . Jenis ektoparasit yang dominan didaerah tambak tradisional Kota Tarakan
adalah Carchesium sp.
A.

Saran
1 . Perlu adanya kajian lebih lanjut terhadap keberadaan parasit di tamba
k
tradisional Kota Tarakan
2. Dengan waktu penelitian yang terbatas, maka pada penelitian ini hanyat
meliha bahwa ada tiga jenis ektoparasit, untuk menjadi referensi penelitiann
yang aka datang agar memperhatikan faktor yang dapat melengkapi proses
3 penelitian.
t
. Ektoparasit yang terdapat di tambak tradisional Kota Tarakan yang terliha
k
melalui penelitian terbatas ini, perlu dikaji secara intensif dan spesifik untu
4 mengetahui pengaruh lain yang tidak terlihat pada penelitian ini.
a
. Sosialisasi mengenai upaya menjaga kebersihan lingkungan perairan Kott
Tarakan oleh pemerintah kota melalui instansi terkait, kepada masyaraka
untuk menjaga kelangsungan hidup udang windu dan biota air yang lain.

Amri,

DAFTAR PUSTAKA

r
2003. Pedoman Pembenihan Udang Penaeid. Cetakan kedua. Balai Budidaya Ain
Payau Jepara. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelauta
Amri
dan Perikanan.
Anon K, 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif Agro Media Pustaka, Jakarta.a
im, 2004. Penyakit Utama Penyebab Kematian Udang di Tambak dan Car
Anon
Penanggulangannya Departemen Kelautan dan Perikanan.
,
im, 2005. Pedoman Teknis Penanggulangan Penyakit Ikan Budidaya Laut
Anonim, 2009.
Perkembangan
http//walhi.or.i/tambak.com
Departemen
KelautanTambak.
dan Perikanan.
Bruce J, 2003. Biomedia Associates, http://ebiomedia.com/prod/
Ghufron H. K, 1997. Budidaya Air Payau. Penerbit Dahara Prize. Semarang.
Ghufron, M H Kordi K. 2004 Penangulangan Hama dan Penyakit Ikan Asdi
Mahasatya, Jakarta.
Johnson, S.K. 1975. Handbook Of Shrimp Diseases. Seegrand College Program, Texas
A & M University.
Jumani, 2008. Kajian Tambak Tradisional Kota Tarakan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Borneo
Kabata, Z.,1985. Parasite and Diseases of Fish Cultured in the Tropice. London and
Philadelphia.

Borneo University
3 Library

Lightner, D. V. 1996. A Handbook of Shrimp Pathology and Diagnostic Procedures for


Diseases of Cultured penaeid Shrimp. The World Aquaculture Society. Baton
Rouge, Louisiana, 70803 USA.
Lom, J, dan Dykova I, 1992. Protozoa Parasites of Fishes, Develoments in Aquaculture
and Fisheries. Amsterdam
Luksrejo 2008 Jenis Penyakit Udang pada Budidaya Air Payau kalitengah, Lamongan
Manik, R dan Mintarjo 1980 Pedoman Pembenihan Udang Panaed Balai Budidaya
Air Payau Jepara
Mintarjo 1984 Pedoman Budidaya Tambak Departemen Perikanan Balai Budidaya
Air Payau Jepara
Ondum 1971 Ekologi Umum Direktorat Jendral Perikanan Budidaya
Poenomo, Alie, 1988, Faktor Lingkungan Dominan Pada Budidaya Udang Intensif
Makalah Seminar Usaha Budidaya Tambak di Jawa Timur, Surabaya
Rakhmatun. S dan Mudjiman, A (2003) Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya,
Jakarta. 2003
Ruth .K., dan Ruth F,F,. 2003. Introduction to Freshwater Fish Parasite, University oE
Florida
f
earty, T, E.1985. Pengamatan Ektoparasit Hewani pada Udang Tambak sekita
Kodya Tegal. Lembaga Penelitian Universitas Jendral Soedirman. Purwekert
Soedjmo, 2002. Teknik Budidaya Udang Windu. Penerbit Sinar Baru Algensind r
o
Bandung. Anggota IKAPI. Bandung
Soeto to, 1992. Kriteria Kualitas Air Untuk Keperluan Perikanan. Penerbit Insitu
o
Pertanian Bogor. Bogor
Susan
man Ir 1993 Petunjuk Peraktis Pembenihan Udang Windu Penerbit Kanisiust
Yogyakarta
Suta no 2001 Budidaya Udang Windu Penebar Swadaya Jakarta
,
H, 2003. A Vorticella Colony, Micscape Magazine.
Suyat , J.A., dan Sweeney, J.N., 1991. Intensive Shrimp Production Technology
Webb,
Hawai: The Oceanic Institute.
Wyban
.

Borneo University
4 Library

You might also like