System Administration

Windows Server 2012 is probably the most significant release of the Windows Server platform ever. With an innovative new user interface, powerful new management tools, enhanced Windows PowerShell support, and hundreds of new features in the areas of networking, storage, and virtualization, Windows Server 2012 can help IT deliver more while reducing costs. Windows Server 2012 also was designed for the cloud from the ground up and provides a foundation for building both public and private cloud solutions to enable businesses to take advantage of the many benefits of cloud computing

✔✔✔This publication is for all the novice and experienced users alike. it's time to feel like a geek when using windows 10 devices. Be advised, some of the tricks require administrative privileges.
Its time to sharpen your skills and surprise your friends and colleagues alike. BE THE PRINCE CHARMING 💖💖IN THIS WINDOWS WORLD. 🙏🙏

Ethernet merupakan protocol link-layer yang mendominasi pada teknologi LAN dengan kabel. Kecepatan yang dapat dipenuhi oleh protokol Ethernet dapat bervariasi dari 2 Mbps hingga 10 Gbps bergantung dengan jenis media fisik yang digunakan (tembaga/fiber optic). Topologi fisik yang umum digunakan pada Ethernet saat ini adalah topologi star dengan menghubungkan sistem komputer dengan menggunakan switch kecepatan tinggi untuk mengurangi terjadinya collision. Struktur frame pada Ethernet dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Struktur Frame Ethernet
Setup dan konfigurasi pada Ethernet penting untuk dilakukan oleh administrator sistem dikarenakan pentingnya untuk melakukan verifikasi pada layer fisik dan link-layer. Adapun tools aplikasi yang digunakan untuk melakukan konfigurasi pada Ethernet adalah ethtool dan ifconfing.
1.1.2 Percobaan Antarmuka Ethernet
Antarmuka Ethernet diidentifikasi oleh sistem dengan menggunakan model penamaan ethX dimana nilai X merepresentasikan angka urutan dimulai dari angka awal 0. Untuk melakukan konfigurasi antarmuka Ethernet diperlukan beberapa perangkat lunak tambahan, pada praktikum ini perangkat lunak yang digunakan adalah ethtool & Ifconfig. Jika pada sistem belum ditemukan aplikasi ethtool silahkan melakukan instalasi dengan apt-get.

Security and crime related issues have become rampant most urban areas across the world. The application of technology can be incorporated into the security systems to enhance operational measures that have been deployed in the fight against crime.
The aim of this study research was to examine the challenges stakeholders face in crime reporting and develop a mobile-based application that would support intelligence information and real-time reporting.

The study employed a number of requirement elicitation techniques to
develop the proposed mobile application. Primary data was gathered from members of the public and police officers serving within Nakawa division, Kampala. The survey design made use of structured questionnaires which were administered to respondents independently, followed by developing a mobile application aimed at sealing the loopholes identified.

Consequently, the application was tested for usability by both the public and police officers. The test was successful and all key operation tests had positive and acceptable outcomes. The study therefore indicated that, the current crime reporting method has numerous failure, which is associated with late response to criminal cases, inaccuracy in documentation of acts, noncoordinate specific response by the police, longer duration for response, hence slow or no resolution of issues raised by the public and human resource related issues such as bribes before the police can act on reported cases.

The viability of the phone-based reporting was justified by the presence of more than half (85%) of the sampled population owning and being able to use smartphone which would support the application. The findings of the study concluded that the current crime reporting and information collection system are part of the problem that negates the policing sector hence encouraging criminal acts.

Finally, the study recommends that if the application will be used by the sector, then it is highly required for police officers to conduct training on the usage and massive education and awareness to the public as it presents a viable tool for solving crime, improving intelligence collection and reducing resource waste in the entire policing value chain.

Firewall adalah sebuah perangkat keamanan jaringan yang memonitoring dan menyaring (filtering) trafik di jaringan. Firewall melakukan monitoring berdasarkan aturan keamanan yang telah ditetapkan oleh seorang administrator jaringan. Pada umumnya, firewall digunakan untuk melindungan jaringan internal dari berbagai serangan dan ancaman kemananan dari jaringan luar seperti internet. Implementasi dari firewall dapat menggunakan hardware maupun software. Firewall berupa hardware adalah komputer yang didesain khusus untuk fungsi firewall, contohnya adalah Cisco ASA 5500-X. Sedangkan firewall berupa software adalah sebuah perangkat lunak yang memiliki fungsi firewall, contohnya adalah linux iptables, windows firewall,  comodo firewall, AVS firewall, dll.
Firewall dibagi ke dalam dua kategori, yaitu network-based firewall atau host-based firewall. Network-based firewall digunakan untuk memonitoring dan menyaring trafik dari satu atau lebih jaringan, sedangkan host-based firewall digunakan untuk memonitoring dan menyaring trafik yang keluar atau masuk dari satu host.
Firewall Generasi Pertama: Packet Filters
Firewall generasi pertama dikenal dengan istilah packet filter. Firewall memantau alamat IP dan port dari paket yang melintas kemudian memutuskan apakah paket tersebut akan diijinkan (allow), dibuang (dropped) atau ditolak (reject).
Firewall Generasi Kedua: Stateful Filters
Pada firewall generasi kedua dikenal dengan istilah stateful filter. Cara kerja dari firewall generasi kedua ini sama dengan firewall generasi pertama, namun dengan tambahan kemampuan memonitoring trafik hingga layer 4 (transport layer) dari OSI model. Stateful filter firewall akan mencatat trafik yang melewatinya hingga mendapatkan data yang cukup untuk mengetahui state dari trafik tersebut. Namun kemampuan ini dimanfaatkan oleh serangan distributed denial of service (DoS) yang membombardir firewall dengan koneksi palsu dengan tujuan untuk membuat connection state memory dalam firewall menjadi overload.


Firewall Generasi Ketiga: Application Layer
Firewall generasi ketiga mampu memonitoring trafik hingga layer aplikasi dari OSI model seperti File Transfer Protocol (FTP), Domain Name System (DNS), or Hypertext Transfer Protocol (HTTP). Firewall ini digunakan untuk mendeteksi aplikasi yang tak diinginkan yang mengganti protokol dan port standar yang seharusnya ia digunakan. Pada tahun 2012 muncul istilah next-generation firewall (NGFW). Namun secara konsep NGFW merupakah application layer firewall dengan kemampuan yang lebih luas dan lebih dalam.
1.2 Linux Firewall
Secara default, linux memiliki kernel based firewall yang dapat dikelola menggunakan utility iptables. Ketika sebuah trafik keluar atau masuk melalui network interface, maka iptables akan mecocokkan trafik tesebut dengan rule yang telah dibuat oleh administrator.
iptables memiliki lima tabel, yaitu raw, filter, nat, mangle, dan security. Tabel yang dibahas dalam modul ini terbatas tabel filter saja karena tabel inilah yang digunakan iptables untuk melakukan fungsinya sebagai firewall. Rule dalam tabel filter dibagi ke dalam tiga chain: input, forward, and output chain. Gambar 4.1 menunjukkan keterkaitan antara ketiga chain tersebut.
1.2.1 Input Chain
Input chain digunakan untuk mengatur incoming connections (koneksi yang masuk ke dalam sebuah host). Sebagai contoh misalkan anda mengakses sebuah server menggunakan protokol HTTP, maka iptables dalam server tersebut akan mencocokan akses anda dengan input chain yang ada dalam server tersebut. Bila input chain mengijinkan akses menggunakan prokol HTTP maka akses tersebut akan diteruskan ke aplikasi web server di dalam server tersebut.
1.2.2 Forward Chain
Forward chain digunakan untuk mengatur koneksi akan diteruskan (bukan ditujukan untuk server tersebut). Contoh penggunaannya adalah dalam sebuah router atau network firewall. Ketika sebuah paket melewati router, maka akan dicek terlebih dahulu oleh forward chain dalam iptables. Bila diijinkan oleh iptables maka barulah paket tersebut dapat diteruskan. Forward chain juga digunakna untuk membuat sebuah NAT server.

Gambar ‎4.1 Blok Diagram iptables Chains
1.2.3 Output Chain
Output chain digunakna untuk mengatur outgoing connection (koneksi yang masuk ke dalam sebuah host). Sebagai contoh misalkan anda melakukan ping dari komputer anda, maka output chain dalam iptables komputer anda akan mengecek apakah mengijinkan komputer anda melalukan ping atau tidak.

Menejemen user dan grup merupakan bagian penting dari pemeliharaan keamanan sebuah sistem.  Menejemen user dan grup dapat dikategorikan dalam dua jenis:
1. Pengaturan root dan  user
2. Pengaturan permission

3.1.1. Pengaturan root dan user
Sistem operasi Linux ataupun Unix-like dirancang sebagai sistem dengan multi-user. Dimana setiap user akan memiliki mekanisme pemisahan dan perlindungan file dari setiap user individual dan memungkinkan setiap user menggunakan sistem secara simultan. Setiap akun user akan mendapatkan nomor indentifikasi secara otomatis. Nomor ini disebut dengan User ID (UID).
Root merupakan akun definitif dari sistem administratif yang memungkinkan melakukan semua perintah dan file pada sistem operasi linux atau Unix-like.  Root dapat berupa akun root, root user dan superuser. Seperti halnya akun reguler, root memiliki direktori home pada sistem yang disebut sebagai top level directory. Di dalam directory root terdapat subdirectory dan file-file yang dibutuhkan. Direktori root dilambangkan dengan notasi forward slash (/) atau disebut juga dengan slash-root.  Akun root memiliki privileges yang memberikan kekuasaan sepenuhnya terhadap sistem yang bersifat absolut. Hak akun root memungkinkannya untuk mengubah sistem ataupun mengubah hak akses atas sistem untuk user lain.
Untuk melakukan fungsi root, anda akan diperkenalkan dengan perintah sudo. Sudo ( su “do”) memungkinkan administrator sistem untuk mendelegasikan hak akses pada user tertentu atau sekelompok grup tertentu untuk menjalankan beberapa atau seluru perintah sebagai root atau sebagai user lain namun tetap memberikan jejak audit dari perintah tersebut dan argument yang diberikan. Pengaturan sudo dilakukan pada file sudoer sebagai file setup. File sudoer hanya diberikan akses pengubahan dan pembacaannya pada akun root. Pengubahan konten pada file sudoer hanya diijinkan menggunakan perintah visudo. 
Selain akun root, sistem operasi Linux memungkinkan adanya user lain dengan menejemen yang terpisah dan saling bebas satu sama lain. Masing-masing akun user selain root dapat mememiliki privilege yang berbeda. Pengaturan akun dilakukan menggunakan akun root atau superuser. Menejemen user yang dapat dilakukan meliputi penambahan akun user, penghapusan akun user, pengubahan password secara permanen maupun berkala, penambahan atau pengurangan hak akses atas file atau folder. Juga dapat melakukan pengaturan secara berkelompok yang disebut grup.

3.1.2 File Permission
Dalam Linux dan unix, semua direpresentasikan dalam file. Semua file ini memiliki permission sistem yang memungkinkan atau mencegah user lain melihat, mengubah atau mengeksekusi file tersebut. Kemampuan mengubah ini dimiliki oleh akun root atau superuser. Untuk mengatur permission, terdapat tiga tipe pembatasan akses, yaitu:
Permission Action Chmod option
read View r atau 4
write edit W atau 2
execute execute x atau 1

Untuk mengubah permission kita dapat menggunakan perintah chmod dengan sintaks
chmod (option) filename
dengan option definition sebagai berikut
Option Definisi
U Owner
G Group
O Other
Z All (same as ugo)
X Execute
W Write
R Read
+ Add permission
- Remove permission
= Set permission

Virtual disk pada Virtualbox dapat dimanfaatkan untuk membangun environment pada praktikum manajemen disk. Sehingga tidak diperlukan pembelian atau penambahan disk fisik pada komputer yang digunakan. Sebelum memulahi latihan manajemen disk perlu diketahui beberapa hal berikut mengenai disk di sistem Linux.
5.1. Perangkat Penyimpanan (Disk)
5.1.1. Block Device
Perangkat random akses disk memiliki layer abstrak yang disebut dengan block device untuk mempermudah pada proses formating. Block dapat diakses secara independen. Untuk melihat list dari block device lakukan perintah berikut.
widhi@primary:~$ lsblk
NAME                  MAJ:MIN RM  SIZE RO TYPE MOUNTPOINT
sda                    8:0    0  10G  0 disk
├─sda1                  8:1    0  487M  0 part /boot
├─sda2                  8:2    0    1K  0 part
└─sda5                  8:5    0  9.5G  0 part
  ├─ubuntu--vg-root  252:0    0  8.5G  0 lvm  /
  └─ubuntu--vg-swap_1 252:1    0 1020M  0 lvm  [SWAP]
sdb                    8:16  0  10G  0 disk
└─sdb1                  8:17  0  10G  0 part
sr0                    11:0    1 1024M  0 rom
sr1                    11:1    1 1024M  0 rom
5.1.2. Penamaan Perangkat Disk
hasil perintah ls -l, diawal menunjukan huruf “b” yang menyatakan tipe file.
widhi@primary:~$ ls -l /dev/sd*
brw-rw---- 1 root disk 8,  0 Nov 13 10:07 /dev/sda
brw-rw---- 1 root disk 8,  1 Nov 13 10:07 /dev/sda1
brw-rw---- 1 root disk 8,  2 Nov 13 10:07 /dev/sda2
brw-rw---- 1 root disk 8,  5 Nov 13 10:07 /dev/sda5
brw-rw---- 1 root disk 8, 16 Nov 13 10:07 /dev/sdb
brw-rw---- 1 root disk 8, 17 Nov 13 10:07 /dev/sdb1  

Tabel 5.1 scsi device naming

Sistem Linux moderen menggunakan /dev/sd* untuk perangkat SCSI dan SATA, sd-card, usb-sticks, ATA/IDE dan juga solid state disk.

5.2. LVM (Logical Volume Manager)
1. Karena kebutuhan server dapat bertambah atau berkurang (fleksible). Maka sumberdaya dari server pun harus demikian (Scalability). Agar mendukung hal tersebut terutama pada fleksibilitas perangkat penyimpanan yang digunakan maka disini di konfigurasikan  (Logical Volume Manager)LVM untuk partisi disk dari VM yang diinstal.
Untuk persiapan praktikum ini instal Sistem Operasi Ubuntu pada Virtualbox dengan memilih opsi “Guided – use entire disk and set up LVM”

Gambar 5.1. Disk Dikonfigurasikan LVM pada Awal Instalasi
Perangkat lunak yang memungkinkan pengguna mengedit konfigurasi storage tanpa memanipulasi perangkat keras sebenarnya dan sebaliknya. Prinsipnya LVM mengabstraksi media penyimpanan fisik kedalam bentuk logical untuk memungkinkan managemen yang lebih fleksible.

Gambar 5.2. Ilustrasi Abstraksi LVM diatas Media Fisik

2. Untuk itu kali ini akan ditambahkan hardisk pada VM yang tadi sudah berjalan. Namun sebelumnya akan kita cek dulu hardisk dengan perintah df -h,

Pada gambar tersebut terdapat VG volum group ubuntu-vg dengan size 8.3 GB. (dari kapasitas hardisk yang diinstal adalah 10GB).
Untuk menambah kapasitas hardisk, dilakukan pada VirtualBox Manager, klik kanan ikon VM -> Setting ->Storage

Namun untuk melakukan konfigurasi tersebut kondisi VM dalam keadaan mati.
3. Setelah ditambahkan disk, sekarang di cek apakah hardisk sudah terdeteksi oleh OS dari VM (/dev/sdb)
widhi@ubuntu:~$ sudo fdisk /dev/sdb
[sudo] password for widhi:

Welcome to fdisk (util-linux 2.27.1).
Changes will remain in memory only, until you decide to write them.
Be careful before using the write command.

Device does not contain a recognized partition table.
Created a new DOS disklabel with disk identifier 0xb67b1a78.

Command (m for help): p
Disk /dev/sdb: 10 GiB, 10737418240 bytes, 20971520 sectors
Units: sectors of 1 * 512 = 512 bytes
Sector size (logical/physical): 512 bytes / 512 bytes
I/O size (minimum/optimal): 512 bytes / 512 bytes
Disklabel type: dos
Disk identifier: 0xb67b1a78

4. Kemudian kita buat partisi baru dengan Command n dengan tipe primary(p)
Command (m for help): n
Partition type
  p  primary (0 primary, 0 extended, 4 free)
  e  extended (container for logical partitions)
Select (default p): p
Partition number (1-4, default 1): 3
First sector (2048-20971519, default 2048):
Last sector, +sectors or +size{K,M,G,T,P} (2048-20971519, default 20971519):

Created a new partition 3 of type 'Linux' and of size 10 GiB.

Pekerjaan administratif oleh seorang administrator sistem membutuhkan otomatisasi dan juga penjadwalan yang berkala agar sebuah sistem dapat efisien dan mudah digunakan. Ada beberapa cara untuk melakukan hal tersebut yaitu dengan menggunakan mode cron dan pemrograman berbasis shell.
1.1 Cron
Cron atau dengan nama lainnya crontab merupakan aplikasi daemon yang digunakan untuk melakukan penjadwalan pada sebuah task tertentu pada sistem operasi Linux. Cron ini dapat dimiliki oleh setiap user selama mengaktifkan dan melakukan konfigurasi cron. Cron ini mengijinkan sebuah file tertentu untuk melakukan suatu task yang waktunya sudah ditentukan. Berikut merupakan format penulisan waktu dalam perintah cron seperti pada Gambar 7.1:






Gambar 7.1 Format penulisan cron
Pada Gambar 7.1 di atas terdapat format tanda bintang / asterisk (*) yang memiliki representasi waktu yang berbeda-beda seperti berikut:
a) (* pertama) merupakan representasi dari satuan menit dengan jangkauan angka (0-59).
b) (* kedua) merupakan representasi dari satuan jam dengan jangkauan angka (0-23).
c) (* ketiga) merupakan representasi dari hari dari bulan / tanggal dengan jangkauan angka (1-31).
d) (* keempat) merupakan representasi dari bulan dengan jangkauan angka (1-12).
e) (* kelima) merupakan representasi dari hari dari minggu dengan jangkauan angka (0-6). Hari minggu = 0, senin = 1, selasa = 2, rabu = 3, kamis = 4, jumat = 5, sabtu = 6.
f) Dan disertai perintah yang akan dieksekusi setelah bintang yang kelima.
Untuk penggunaan cron pada task tertentu dan dapat dilakukan proses edit pada konfigurasi file cron adalah dengan perintah berikut:
$ sudo crontab -e
Sedangkan untuk melihat daftar penjadwalan yang sedang berjalan di sistem adalah dengan perintah berikut:
$ sudo crontab -l
Berikut beberapa contoh penggunaan cron:
1. Setiap jam 19:50 maka user akan melakukan monitoring semua proses yang berjalan pada waktu tersebut dan menyimpannya dalam sebuah file, maka perintahnya adalah dengan menggunakan sudo crontab -e, kemudian tambahkan di baris akhir:
50 19 * * * ps -aux >> /home/[nama_user]/testps.txt
Pertanyaan:
a. Sila disesuaikan dengan waktu praktikum Anda, misal praktikum jam 12:50, berarti bisa disetting jam 13:10 atau 13:15, sesuai instruksi dari asisten dan tampilkan screenshot hasil direktori dari /home/[nama_user]/ yang mengandung testps.txt. Perlihatkan jam pembuatannya dan isi dari file testps.txt tersebut.
2. Setiap jam 19:00 pada hari Kamis-Sabtu di bulan Desember user akan melakukan penghapusan file temporary yang ada di /tmp/, maka perintahnya adalah dengan menggunakan sudo crontab -e, kemudian tambahkan di baris akhir:
0 19 * 12 4-6 rm /tmp/
Pertanyaan:
a. Sila disesuaikan dengan waktu praktikum Anda, misal praktikum di hari Jumat, berarti disetting Jumat-Minggu, komponen waktu lainnya tetap. Kemudian cermati setiap waktu tersebut, apakah yang terjadi dalam file tersebut?
3. Setiap 3 menit user akan melakukan ping ke web filkom.ub.ac.id, maka perintahnya adalah dengan menggunakan  sudo crontab -e, kemudian tambahkan di baris akhir:
*/3 * * * * ping filkom.ub.ac.id
Pertanyaan:
a. Sila dicek setiap 3 menit, sampai 3 menit yang ke-3 apa yang bisa dilihat pada daftar proses untuk menampilkan hanya ping saja. Berikan screenshotnya dan jelaskan!
4. Pada jam 18:15 tanggal 12 Desember user akan melakukan pembuatan file tesfile.txt pada direktori /home/[nama_user], maka perintahnya adalah dengan menggunakan  sudo crontab -e, kemudian tambahkan di baris akhir:
15 18 12 12 * touch /home/[nama_user]/tesfile.txt
Pertanyaan:
a. Sila dicek pada waktu tersebut, kemudian beri bukti screenshotnya dan berikan penjelasannya!
5. Sila membuat sebuah perintah cron yang menampilkan semua isian untuk semua bintang (tidak boleh ada *, harus terisi angka) dan menunjukkan perintah tertentu. Jelaskan maksud dari cron dan perintah tersebut!
1.2 Shell Scripting
Program shell UNIX pada umumnya menjadi interpreter pada perintah pengguna, yang secara langsung dibuat oleh pengguna atau yang dapat dibaca dari sebuah file bernama shell script atau program shell. Shell script tidak dikompilasi, melainkan diinterpretasi. Shell membaca perintah dari script baris per baris dan mencari perintah di sistem, sementara compiler mengubah sebuah program menjadi bentuk yang dapat dibaca oleh mesin, yaitu sebuah file eksekusi yang dapat digunakan dalam pemrograman shell.
Bash merupakan salah satu jenis shell yang ada di UNIX. Bash merupakan shell dengan kompatibilitas sh yang menggabungkan fitur dari korn shell (ksh) dan C shell (csh). Bash memberikan perbaikan fungsional dibandingkan dengan sh baik untuk pemrograman atau penggunaan interaktif. Perbaikan fungsional yang dimaksud seperti pengeditan baris perintah, riwayat perintah yang ukurannya tak terbatas, job control, fungsi shell dan aliasing, array array yang terindeks dengan ukuran tak terbatas, bilangan aritmatika dengan basis manapun dari 2 sampai 64.
Bash scripting ini ditandai di awal baris dengan:
#!/bin/bash
yang menandakan bahwa sistem ini menggunakan bash script dan disertai dengan perintah-perintah yang akan dikerjakan dalam sebuah file berformat .sh. Contohnya seperti file.sh, sistemku.sh, dll. Kemudian untuk bisa dieksekusi maka file tersebut harus diubah permission-nya dengan cara
chmod +x [nama_file].sh
Untuk melakukan eksekusi pada bash scripting, maka dilakukan dengan perintah:
./[nama_file].sh
Berikut beberapa contoh percobaan penggunaan pemrograman shell.
1. Perintah “echo” untuk menampilkan teks dalam bentuk output ke sistem.
Contoh: Membuat sebuah informasi dari beberapa sistem yang ada di OS pada bash, simpan dengan nama file sistemku.sh, kemudian ubah permission-nya, dan eksekusi:
#!/bin/bash
clear
echo "Informasi ini untuk melihat beberapa sistem dalam OS ini."
echo "Hello, $USER"
echo
echo "Hari ini adalah hari `date`, minggu ke- `date +"%V"`."
echo
echo "User ini yang terkoneksi:"
w | cut -d " " -f 1 - | grep -v USER | sort -u
echo
echo "Sistem `uname -s` ini berjalan pada prosesor `uname -m`."
echo
echo "Dan ini informasi terkait uptime:"
uptime
echo
echo "Sekian dulu ya gaes"

Pertanyaan:
a. Jelaskan maksud dari pemrograman di atas!
b. Tampilkan screenshotnya dan jelaskan!

2. Perintah kondisi if, jika pada bash scripting untuk mengakhiri if adalah fi.
if ungkapan
then perintah1
else perintah2
fi
Contoh: Membuat program shell dengan menjalankan (start) proses mysql secara otomatis dari state sebelumnya (stop) yang dikombinasikan dengan penjadwalan cron. Simpan dengan nama file sqlku.sh, kemudian ubah permission-nya, dan eksekusi:
#!/bin/bash
if [[ ! "$(service mysql status)" =~ "start/running" ]]
then
sudo service mysql start
fi
Pertanyaan:
a. Jelaskan maksud dari pemrograman di atas!
b. Kombinasikan pemrograman shell di atas dengan penjadwalan cron yang sudah dibahas di sub bab sebelumnya, di mana setiap 2 menit melakukan update status mysql start. Tampilkan perintah cronnya dan jelaskan!
c. Sebelum melakukan start, maka semua service mysql dihentikan dulu dengan perintah sudo service mysql stop, kemudian cek statusnya untuk memastikan sudah stop dengan perintah status mysql.
d. Lakukan pengecekan ketika stop dan pengecekan ketika sudah start pada setiap 2 menit secara otomatis dari cron, berikan screenshotnya dan jelaskan!

3. Perintah kondisi berganda case, jika pada bash scripting untuk mengakhiri case adalah esac.
case nilai in
Pola1) perintah1 ;;
Pola2) perintah2 ;;
*) perintahn ;;
esac
Contoh: Membuat program shell dengan pemilihan nama Ketua Prodi pada setiap Prodi yang ada di FILKOM UB. Simpan dengan nama file bashcase.sh, kemudian ubah permission-nya, dan eksekusi:
#!/bin/bash
clear
echo "Menu Nama Ketua Program Studi"
echo "1. Teknik Informatika (TIF)"
echo "2. Magister Ilmu Komputer (S2 ILKOM)"
echo "3. Teknik Komputer (TEKKOM)"
echo "4. Sistem Informasi (SI)"
echo "5. Pendidikan Teknologi Informasi (PTI)"
echo "6. Teknologi Informasi (TI)"
echo -n "Sila Pilih (1,2,3,4,5,6) : "
read pilih
case $pilih in
1) echo "Kaprodi TIF: Agus Wahyu Widodo, S.T., M.Cs.";;
2) echo "Kaprodi S2 ILKOM: Fitra A. Bachtiar, Dr.Eng., S.T., M.Eng.";;
3) echo "Kaprodi TEKKOM: Sabriansyah Rizqika Akbar, S.T., M.Eng.";;
4) echo "Kaprodi SI: Suprapto, S.T., M.T.";;
5) echo "Kaprodi PTI: Satrio Agung Wicaksono, S.Kom., M.Kom.";;
6) echo "Kaprodi TI: Dian Eka Ratnawati, S.Si., M.Kom.";;
*) echo "Kalian masuk prodi yang salah, ini FILKOM :)";;
esac
Pertanyaan:
a. Jelaskan maksud dari pemrograman di atas!
b. Pilihlah dengan memilih dari nomor antara 1-6, tampilkan hasilnya! Dan juga pilihlah angka di luar 1-6, tampilkan hasilnya! Apa yang berbeda di antara keduanya?

4. Buatlah sebuah program bash scripting yang terdapat unsur echo, kondisional if, dan berganda case seperti yang telah dijelaskan pada nomor sebelumnya! Berikan penjelasan pada program tersebut dan tampilkan hasilnya!

Webmin merupakan perangkat administrasi server yang memiliki User Interface (UI). Webmin tersedia dibeberapa distro Linux.
1. Sebelum melakukan instalasi Webmin pastikan komputer/server terkoneksi ke Internet. Kemudian kita tambahkan repositori Webmin pada /etc/apt/sources.list, dengan menambahkkan baris berikut di bagian akhir,
deb http://download.webmin.com/download/repository sarge contrib
2. Selanjutnya, tambahkan kunci PGP Webmin agar sistem Anda mempercayai repositori baru:

wget http://www.webmin.com/jcameron-key.asc
sudo apt-key add jcameron-key.asc
3. Selanjutnya, perbarui daftar paket untuk menyertakan repositori Webmin,
sudo apt-get update
4. Webmin dapat diinstal denga perintah,
sudo apt-get install webmin
5.2. Mengakses Halaman Webmin
1. Untuk mengakses halaman webmin dapat dilakukan menggunakan web browser. Akses halaman Webmin dengan alamat IP dari server Webmin dan port 10000 
https://alamatipwebmin:10000
2. Setelah itu login dengan username dan password dari akun server yang telah dimiliki.

3. Kemudian akan diarahkan ke halaman Dasboard, pada halaman ini ditampilkan kondisi dari server yang dikelola, tunjukkan berapakah kapasitas RAM dari server dan berapa RAM usagenya?
4. Sama seperti dengan nomor 2, berapakah total disk(Hardisk) yang tersedia?
5. Tunjukkan riwayat login dari server yang dikelola!
5.3. Mengelola User dan Group melalui Webmin
1. Pada Webmin dapat dilakukan pengelolaan user pada menu System -> Systems and Groups
2. List nama user yang memiliki akses ke /bin/bash!
3. Tambahkan user baru dengan pilih menu “create a new user)


4. Isi informasi mengenai nama user, password dan juga keanggotaan Goup dimana user baru akan tergabung, misal disini digunakan root, Untuk login shell pilih /bin/bash (Bourne Again Shell)


5. Coba masuk ke user yang baru ditambahkan dengan perintah “su nama_user”, dan Tunjukkan bahwa user dapat login!
6. Berapa User ID dari user yang baru ditambahkan?
7. Tunjukan hasil dari perintah berikut, apakah ditemukan folder baru?
ls -l /home/
8. Selanjutnya buat Group baru

Analyzing and controlling systems through mobile phones is quite common and interesting. Administrating the number of systems concerns wide variety of tools and refers the software and hardware systems. The idea behind this is to maintain and control the different resources inside the systems. Various number of administrators, programmers and operators are related to this area. Sometimes administrating most of the systems is usually a complicated job concerning analysis and installation of new systems. System administrator usually performs various jobs related to troubleshooting of the system, along with providing the training to number of users. Installing, maintaining, configuring, setting the policies and standards are main jobs of system administrators. Presently, controlling and maintaining the computers remotely provides an easy and flexible service to various administrators and users. As they can use and troubleshoot their systems from any particular remote location. This paper mainly focusses on the intent to using a system at a remote location by using android mobile phone. By applying this approach, one can operate, maintain and control the system at a distant location.

In order to understand and configure Cisco IOS Quality of Service mechanisms, it is imperative that you have a full understanding of IP addressing, variablelength subnet masks, and all types of access lists. Most of the Quality of Service mechanisms that you will learn to deploy throughout this book will be matched against access lists, so it is highly recommended that even experienced network administrators pay close attention to the material in this chapter.

IP addressing seems like a very simple thing to do, but if you are considering Quality of Service on your network, you will want to pay close attention to your addressing scheme.This is especially important in making access lists to filter traffic or classify traffic based on source and destination IP addresses.You will find it easier to define traffic in granular detail if your IP addresses have been properly assigned.

Network Address Translation (NAT) is also reviewed in this chapter. Although it is a valuable tool, NAT can create difficulties when you are matching access lists in order to classify or queue traffic.There are many things to consider before deploying NAT, but armed with the proper information, you will be able to make the best design decisions.

ABSTRACT: Cloud computing is becoming an adoptable technology for many of the organizations with its dynamic
scalability and usage of virtualized resources as a service through the Internet. It is growing rapidly with applications in
almost any area, including academia. [1]Cloud computing is model for enabling a convenient, on- demand and network
access to a shared pool of configurable computing resources, (networks, servers, storage, applications, and services) that
can be rapidly provisioned and released with minimum management effort or service provider interaction. High
Performance Computing (HPC) enables scientists and researchers to solve complex problems that require many
computing capabilities. Cluster computing has become popular in academia and industry. Clusters of servers are
used for a variety of distributed applications like simulation, data analysis, web services, and so on.
Hence, one of the areas that need to be researched more is handling of large data sets in the cloud. La rge data set is one
of important characteristics of HPC applications. In this paper, we will discuss private cloud infrastructure
implementation for each university using OpenStack by considering HPC. Then, create a collaboration mechanism for
each University private clouds throughout the country using a federated cloud architecture.

ABSTRACT The UNIX operating system, despite its emergence as a standard for supercomputer systems, lacks effective support for multiuser resource administration. The design and implementation of a decentralised resource administration system uniformly realisable across the wide variety of UNIX dialects presents a number of problems. Among these problems are potential violations of the UNIX design philosophy, preservation of the user process environment and adherence to industry standards. A research project to design and develop a UNIX resource administration system built upon the “Fair Share” scheduler, Share, has been undertaken at Softway with the support of the Australian Government. This project has yielded a resource administration and control system called Limits and further research is being undertaken on its extension to networks supporting shared resources.

ABSTRACT The UNIX operating system, despite its emergence as a standard for supercomputer systems, lacks effective support for multiuser resource administration. The design and implementation of a decentralised resource administration system uniformly realisable across the wide variety of UNIX dialects presents a number of problems. Among these problems are potential violations of the UNIX design philosophy, preservation of the user process environment and adherence to industry standards. A research project to design and develop a UNIX resource administration system built upon the “Fair Share” scheduler, Share, has been undertaken at Softway with the support of the Australian Government. This project has yielded a resource administration and control system called Limits and further research is being undertaken on its extension to networks supporting shared resources.

Teknologi informasi merupakan hasil olah pikir manusia untuk mengembangkan tata cara atau sistem tertentu dan menggunakannya untuk menyelesaikan persoalan dalam hidupnya(Angga & Eko Budi, 2017), salah satu permasalahan yang muncul adalah permasalahan sampah, sampah yang ada dalam lingkungan memerlukan perhatian khusus oleh semua elemen masyarakat, sampah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan selain itu juga akan mengambil banyak ruangan yang sebenarnya dapat digunakan untuk keperluan lain.
Data riset oleh Bali partnership yang dikeluarkan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa produksi sampah di Bali mencapai 4281 ton per hari, dimana 11 persen diantara jumlah tersebut mengalir ke laut. Dalam rangka mengurangi volume sampah yang ada, terdapat beberapa alternatif yang telah dilakukan, diantaranya adalah dengan penerapan bank sampah, Bank sampah merupakan tempat pemilahan serta pengumpulan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat untuk ikut berperan aktif di dalamnya, sistem ini melakukan penampungan, pemilahan serta penyaluran sampah daur ulang yang memiliki nilai ekonomi dalam pasar sehingga masyarakat mendapatkan keuntungan ekonomi dari menabung sampah (Utami, 2013),
masalah ini menjadi salah satu alasan mengapa sebuah sistem administrasi pengelolaan bank sampah sangatlah penting untuk dikembangkan serta di implementasikan ke dalam lingkungan masyarakat. Bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering terpilah yang alur manajemennya mirip seperti sistem perbankan, hanya saja bukan uang yang di tabung melainkan sampah, sebenarnya sudah banyak perusahaan maupun organisasi membuat konsep yang sama, tetapi perbedaanya adalah sistem tersebut tidak secara langsung di implementasikan ke dalam organisasi masyarakat, Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat langsung di implementasikan ke dalam lingkungan masyarakat terutama dalam organisasi masyarakat/desa adat yang ada di Bali, sehingga masyarakat tidak perlu jauh untuk mengantarkan sampah, hanya cukup untuk mendaftarkan diri dan pekerja bank sampah dalam tiap banjar dapat dengan mudah mengumpulkan sampah yang telah dipilah dan di bungkus oleh masyarakat sendiri di depan rumah/titik pengambilan sampah. Perlu diperhatikan juga bahwa Kesesuaian antara penggunaan sistem informasi dengan modul yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu tugas, sesuai dengan model TTF, berpengaruh signifikan terhadap kinerja end-user. (Wanti et al., 2020)

Beasiswa kebutuhan dan pinjaman registrasi adalah bantuan dana yang dibuka tiap awal semester nya. Dalam proses administrasi pengajuan, selama ini mahasiswa masih melakukan pengajuan secara manual dengan mengirimkan formulir dan berkas fisik yang tentunya beresiko terhadap kerusakan dokumen. Belum lagi dengan proses rumit yang dilalui mahasiswa saat mengajukan membutuhkan persetujuan dari pejabat terkait dan tentunya memakan banyak waktu. Masalah lain yang timbul ialah proses seleksi yang masih menggunakan buku kerja dalam perhitungan data dan belum di proses atau rekam dalam basis data. Saat pengguna membutuhkan riwayat penerima bantuan dana berdasarkan semesternya, akan membutuhkan waktu yang lama. Biro III membutuhkan sistem yang dapat memangkas waktu proses pengajuan dan menghubungkan administrasi pada dokumen pengajuan serta dapat menghubungkan seluruh proses tersebut. Dengan pengembangan sistem administrasi beasiswa ini, sistem mampu melakukan seluruh proses tersebut.

Identifikasi pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima pada Seksi Pengolahan Data dan Informasi terkait potensi korupsi yang terjadi di lingkungan kantor/satuan kerja yang berasal dari kelemahan sistem. Kajian ini bertujuan untuk memberikan solusi atau tindakan nyata yang dapat dilakukan sehingga celah kecurangan tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

The continuous delivery trend is dramatically shortening release cycles from months into hours. Applications with high frequency releases often rely heavily on automated deployment tools using cloud infrastructure APIs. We report some results from experiments on reliability issues of cloud infrastructure and trade-offs between using heavily-baked and lightly-baked images. Our experiments were based on Amazon Web Service (AWS) OpsWorks APIs and configuration management tool Chef. As a result of our experiments, we then propose error handling practices that can be included in tailormade continuous deployment facilities.

The UNIX operating system, despite its emergence as a standard for supercomputer systems, lacks effective support for multiuser resource administration. The design and implementation of a decentralised resource administration system uniformly realisable across the wide variety of UNIX dialects presents a number of problems. Among these problems are potential violations of the UNIX design philosophy, preservation of the user process environment and adherence to industry standards. A research project to design and develop a UNIX resource administration system built upon the “Fair Share” scheduler, Share, has been undertaken at Softway with the support of the Australian Government. This project has yielded a resource administration and control system called Limits and further research is being undertaken on its extension to networks supporting shared resources.

Large community clusters are becoming common in universities and other organizations due to the benefits they provide to participating researchers in terms of reduced operational costs and a bigger resource pool. However, effective management, and diagnosing failures and performance issues in these clusters are challenging tasks due to the diversity of workloads run by users from various domains and experience levels. Many users who use these clusters have very less experience in computing and hence often face performance issues — leading to resource wastage. In this paper, we study these dynamics in one of the largest university-wide community clusters. We perform in-depth analysis of library and application usage patterns, job failures and performance issues. Further, we introduce a set of novel analysis techniques that can be used to identify hidden trends and diagnose job failures in compute clusters in general. We provide concrete recommendations for the cluster administrators and present case studies highlighting how such information can be used to proactively solve many user issues, ultimately leading to better quality of service.