Indonesian Highway Capacity Manual

Tackling maritime security is one of the major global challenges today.
Safeguarding international transport by sea; preventing accidents and disasters; fighting transnational organised crimes like piracy and the trafficking of narcotics and weapons; addressing fishery crimes and preventing other environmental crimes are all vital for international security and realising the prospects of the blue economy.
Maritime security is a global task. It requires effective maritime security governance at both national and regional levels, but also external capacity building to assist countries in developing their human and material capacities.
Significant investments have been made in maritime security and a rich experience base has been built over the years regarding how to organise maritime security governance and do capacity building work. This report consolidates this experience and identifies best practices to organise maritime security more efficiently and devise ways in which it can be effectively supported by donors. It provides guidelines for mastering maritime security.
Mastering maritime security requires reflexive capacity building. What reflexivity means in practice is demonstrated in this report by drawing on the experience of the Western Indian Ocean region.
The report is an important toolkit for all practitioners involved in maritime security. It also provides an essential guide for the planning, programming and implementation of capacity building for maritime security.

This paper describes derivation of the curvature change for the transition curve in a 2 nd degree increasing concave formulation. The investigation of the usability of the developed transition curve in new designs and rehabilitation of existing roads are also included in this study. New transition curves are compared with the most used transition curves (clothoid, sinusoidal and bloss) in highways, and it has been targeted to indicate whether it is the most economic and comfortable one or not.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi besar tundaan yang terjadi di simpang berlampu lalu lintas dengan menggunakan metode pengamatan langsung dan model matematis antrian di mana kedatangan kendaraan untuk metode pengamatan langsung berdasarkan keadaan yang sebenarnya dan metode matematis antrian adalah berasumsi uniform flow dengan berbagai volume.
Tingkat pelepasan (saturation flow) adalah 2883,4 smp/jam/lebar pendekat 5 m. Pada penelitian ini kondisi undersaturated akan terpenuhi bila arus datang di simpang adalah ≤ 530 smp/jam/approach.
Berdasarkan metode pengamatan langsung total tundaan = 4806,8 smp-detik dan tundaaan rata-rata/smp = 86,2 detik dengan pola kedatangan dan pelepasan arus lalu lintas adalah berdasarkan kenyataan di lapangan yaitu seadanya sedangkan berdasarkan Model Matematis Antrian, total tundaan = 4002,7 smp-detik dan tundaan rata-rata/smp = 72,1 detik dengan asumsi kedatangan dan pelepasan adalah uniform.
Hubungan volume (smp/jam) dengan tundaan rata-rata (smp/detik) berdasarkan pengamatan langsung adalah eksponensial sedangkan berdasarkan model matematis antrian adalah linier.

Sinyal lalulintas perlu dipergunakan pada suatu persimpangan jalan untuk menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalulintas sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan pada saat jam puncak. Selain itu memberikan kesempatan bagi kendaraan dan penyeberang jalan untuk memotong arus lalulintas dan mengurangi jumlah kecelakaan lalulintas akibat tabrakan antar kendaraan dari arah berlawanan. Pembuatan program Signalised Intersection bertujuan untuk membantu rekayasawan transportasi dalam merencanakan suatu persimpangan bersinyal berdasarkan persyaratan yang terdapat dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Program dibuat dengan bahasa pemrograman Borland Delphi 6.0 yang berbasis Graphical User Interface sehingga tampilan input dan output menjadi lebih user friendly dibandingkan dengan program yang menggunakan text based (KAJI ver 1.1). Dengan bantuan program komputer proses analisa kinerja persimpangan bersinyal menjadi lebih fleksibel karena j...

Sinyal lalulintas perlu dipergunakan pada suatu persimpangan jalan untuk menghindari kemacetan akibat adanya konflik arus lalulintas sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan pada saat jam puncak. Selain itu memberikan kesempatan bagi kendaraan dan penyeberang jalan untuk memotong arus lalulintas dan mengurangi jumlah kecelakaan lalulintas akibat tabrakan antar kendaraan dari arah berlawanan. Pembuatan program Signalised Intersection bertujuan untuk membantu rekayasawan transportasi dalam merencanakan suatu persimpangan bersinyal berdasarkan persyaratan yang terdapat dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997. Program dibuat dengan bahasa pemrograman Borland Delphi 6.0 yang berbasis Graphical User Interface sehingga tampilan input dan output menjadi lebih user friendly dibandingkan dengan program yang menggunakan text based (KAJI ver 1.1). Dengan bantuan program komputer proses analisa kinerja persimpangan bersinyal menjadi lebih fleksibel karena jika Level of Service (LOS) persimpangan hasil analisa tidak sesuai dengan batasan umum Degree of Saturation (DS) ≤ 0,75 maka user dapat melakukan perubahan lebar ruas jalan secara bertahap hingga diperoleh LOS yang sesuai dengan yang diharapkan. Program Signalised Intersection juga menyediakan fasilitas untuk menganalisa persimpangan tiga lengan yang tidak tersedia pada program KAJI.