Nama : Mohammad Yuzariyadi
NPM: 0715051020
Tugas Geodinamika
Anatomi Bumi
1. Struktur dan Komposisi BUMI
Berdasarkan gelombang seismic struktur internal bumi dapat dibedakan menjadi tiga komponen
utama, yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).
Inti bumi (core)
Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi dua macam yaitu
inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti
dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan
oleh Lehman Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis
meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa inti bumi
tersusun oleh senyawa besi dan nikel.
Mantel bumi (mantle)
Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan mantel dibatasi
oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel atas yang bersifat
plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan
memiliki kedalaman sampai 2900 km.
Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan kerak
membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah yang bersifat
plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.
Kerak bumi (crust) Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan
5-80 km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan
tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu
:
Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima. Ketebalan
kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc.
Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama
berkomposisi basalt.
Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut sial.
Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata 35 km dengan berat
jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena
batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua dari kerak
samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat
muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Penyebab
perbedaan umur ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
2. Perkembangan Teori
Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah vektor gerakannya
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-kenampakan
utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti pegunungan bisa
dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak
tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua
Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan
nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari
paparan benua di sana.[2] Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal
ini, tetapi semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.[3]
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang
umur bumi,[4]karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan
asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang merah-pijar, suhu
Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa puluh juta tahun. Dengan adanya
sumber panas yang baru ditemukan ini maka para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa
Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari hipotesis continental drift yang dikemukakan Alfred
Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and
Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu
adalah satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut
dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di
atas lautan basal yang lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan
gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat
dan inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak
tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan ada di
bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi adalah kekuatan
penggeraknya.[9][10][3]
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan dari
penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan
ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula,
penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi [11], namun selanjutnya justeru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran (spreading)
sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan
adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan
memasukkan zona subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault).
Pada waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori
yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih
lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi
(geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G.
Mason[12][13][14][15]menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal
batuan yang baru
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur sejajar
yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge,
tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik
mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya
tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki kemampuan
yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang pesat
pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini. Sejalan dengan
itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara
cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam
bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi
3. Prinsip-prinsip Utama
Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer dan astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis
dan cara terjadinya perpindahan panas. Litosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer
lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses
konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki
gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi
secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian
dari mantel. Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada
waktu yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci
tektonik lempeng adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang
berbeda-beda. Lempeng ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai
viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya bisa mencapai 1040 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun mencapai 160
mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.[16][17] Lempeng-lempeng ini
tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan
hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera atau
yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua
yaitu kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan aluminium. Kedua jenis
kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km
sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah di mana
aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan kenampakan
topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi
yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu lempeng
terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar
Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan
kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua
dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon. Kerak
samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon dan lebih
banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik
ketimbang felsik.[18] Maka, kerak samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti
sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut,
mengikuti sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.
4. Jenis-jenis Batas Lempeng
Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena yang
berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan mengalami
gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform (transform
fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan
dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan (rifting)
yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona subduksi jika
salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua (continental
collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam
biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam
mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini
dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan pencairan
sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat di
Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).
5. Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter
astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari
energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun
masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang
membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat pergerakan lempeng.
Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki
kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring
dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang
lama relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel
yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak
pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak secara
mudah menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat
penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya
lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak
mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian intensif
dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi
(tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di
seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral
(dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi
panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari
gaya apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara langsung dan
tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan
dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya
lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke
pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.
A. Gaya Gesek
Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer, sehingga
pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona subduksi di
palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini bisa terjadi dalam kondisi
geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke
dalam mantel, meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi
lempengan, atas dan bawah
B. Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya lempeng di
oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih padat daripada mantel panas
yang merupakan sumbernya, maka dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng
ini tenggelam ke dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan
sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-teks
geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai sebuah doronga. Namun,
sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng
bisa jadi sangat berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan
pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer
sebelum ia turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan yang
bisa mempengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng
tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang dingin dan padat
yang turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti yang cukup banyak bahwa
konveksi juga terjadi di mantel dengan skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di
mid-oceanic ridge mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal
Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di atas selsel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer
tidaklah cukup kuat untuk secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gayagaya itu. Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada
lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan
(suction) di palung, tetapi lempeng seperti Lempeng Amerika Utara tidak mengalami
subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng
Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempeng
dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung
C. Gaya dari luar
Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin Geological
Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika Serikat berpendapat
bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang
bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan,
gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik lapisan permuikaan bumi kembali ke barat.
Beberapa juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan
mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di
Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran
ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari
hipotesis ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempeng juga bergerak ke utara dan barat,
bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera Pasifik adalah jika dilihat dari sudut
pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan
juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada
pergerakan semua lempeng