Academia.eduAcademia.edu

Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran PPKN

2019

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PPKn di MTs Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, (2) faktor pendukung pelaksanaan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PPKn. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah guru PPKn dan pamong asrama. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis model Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini menunjukan: (1) pelaksanaan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran PPKn di MTs Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta dilakukan melalui tiga tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan dengan penyusunan RPP. Pada tahap pelaksanaan internaliasi nilai-nilai multikultural melalui kegiatan pembelajaran di kelas. Tahap evaluasi yakni tahap peni...

ABSTRAK Nama : Nurlina NIM : 17.23100224 Program Studi: Pendidikan Agama Islam Judul : Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Internalisasi nilai-nilai multikultural menawarkan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai dan internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Informan penelitian adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala Sekolah. Adapun metode yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan metode dokumentasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa:1. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, yaitu nilai kesamaan terlihat dari siswa sama-sama mau diatur guru ketika belajar, nilai persatuan dari siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa mempermasalahkan status sosial, nilai persaudaraan siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu adalah saudara meskipun berbeda suku, dan nilai keadilan. 2. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial, yaitu nilai toleransi tercermin dari siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat, nilai kesamaan dari adanya tanggung jawab menyelesaikan tugas, nilai persatuan, nilai persaudaraan tercermin dari sikap peduli, dan nilai keadilan tercermin dari sikap jujur. 3.Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga dilakukan dengan cara: a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural dengan selalu mengevaluasi cara mengajar, mempersiapkan materi terkait multikultural dan membentuk jiwa islami dengan pembiasaan membaca do’a sebelum dan seduah belajar, menghapal juz 30, menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan sahabat. 4. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga dengan cara interaksi komunikatif dan pembinaan sikap jujur dan tanggung jawab. 5. Faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga adalah komunikasi yang baik, hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif, serta Kepala Sekolah memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah waktu belajar perminggu yang kurang memadai, tidak bisa memberikan belajar tambahan untuk siswa karena tidak ada waktu longgar, dan ruangan yang kurang menjadi penghambat internalisasi. vi ABSTRAK Name : Nurlina NIM : 17.23100224 Study Program: Islamic Education Title : Internalization of Multicultural Values in Establishing Spiritual and Social Competencies in Subjects of Islamic Education in State Elementary Schools 081228 Sibolga The internalization of multicultural values offers the concept of education based on the utilization of diversity that exists in the community, especially those that exist in students. The purpose of this study was to determine the values and internalization of multicultural values in the formation of spiritual and social competencies of students in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228 Sibolga, as well as supporting factors and inhibitors. Research informants were Islamic Education Teachers and School Principals. The method used is the method of observation, interviews, and the method of documentation. The conclusions of this study are: 1. Multicultural values in the formation of spiritual competencies in the subjects of Islamic Education in State Elementary School 081228 Sibolga, namely the similarity value seen by students is equally willing to be arranged by the teacher when studying, the unity value of students is able to work together memorizing surahs or group work regardless of status social, the value of brotherhood students begin to understand that fellow Muslims are brothers even though different tribes, and the value of justice. 2. Multicultural values in the formation of social competencies in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228 Sibolga: value of tolerance, value of equality, value of unity, value of brotherhood, and value of justice. 3. Internalization of multicultural values in the formation of spiritual competencies in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228 Sibolga conducted by: a. Optimizing the teacher's ability to teach multicultural material by always evaluating teaching methods, preparing multicultural material and forming Islamic souls by reading and praying before and after learning, memorizing juz 30, retelling the stories of the Prophet and friends. 4. Internalization of multicultural values in the formation of social competencies in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228 Sibolga by communicative interaction and fostering an honest attitude and responsibility. 5. Factors supporting the internalization of multicultural values in the formation of spiritual and social competencies in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228 Sibolga are good communication, continuous and cooperative relationships, and the Principal facilitates learning activities. While the inhibiting factor is a weekly learning time that is inadequate, cannot provide additional learning for students because there is no loose time, and the room is less an inhibitor of internalization. vii ‫امللخص ‪ABSTRAK‬‬ ‫الامس‬ ‫‪ :‬هورمينا‬ ‫نإم‬ ‫‪٢٣٤۰۰۰٣٤۰٧ :‬‬ ‫برنمج ادلراسة ‪ :‬امرتبية الإسالمية‬ ‫امؼنوان‬ ‫‪ :‬اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف ادلاخل ثأسيس امكفاءات امروحية‬ ‫والاجامتغية يف مواد امرتبية الإسالمية يف املدارس الابخدائية امؼامة‬ ‫‪ ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا‬ ‫يوفر اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات مفهوم امخؼلمي املامئ ػىل الاس خفادة من امخنوع املوجود‬ ‫ف ‪،‬اجملمتع وخاضة ثكل املوجودة يف امطالب ‪.‬اكن امغرض من هذه ادلراسة هو حتديد كمي واسديؼاب املمي مذؼددة‬ ‫امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية والاجامتغية نلطالب يف مواد امخؼلمي ادليين الإساليم يف املدرسة‬ ‫امؼامة ‪، ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا وكذكل امؼوامل ادلامعة واملثبطات ‪.‬اكن خمربو امبحر مدريس ومؼلمي امرتبية‬ ‫الابخدائية الإسالمية ‪.‬امطريلة املس خخدمة يه طريلة املالحظة وامللابالت وطريلة امخوزيق‪.‬‬ ‫ختلص هذه ادلراسة اإىل ما ييل ‪. ۰:‬املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية يف مواد امرتبية‬ ‫ادلينية الإسالمية يف املدرسة الابخدائية امؼامة ‪ ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا ‪ ،‬ويه كمية املساواة وكمية اموحدة وكمية الخوة‬ ‫وكمي امؼداةل ‪. ۱.‬ثنؼكس املمي مذؼددة امثلافات يف جشكيل امكفاءات الاجامتغية ‪ ،‬ويه كمي امدسامح وكمي‬ ‫املساواة موجود املسؤومية غن اإجناز املهام وكمية اموحدة وكمية الخوة يف موكف امرػاية ‪ ،‬وثنؼكس كمية امؼداةل يف‬ ‫الماهة ‪. ۲.‬اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية يف مواد امرتبية ادلينية الإسالمية‬ ‫ف املدرسة ايلبخدائية امؼامة ‪ ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا اميت أجرهتا‪ :‬أ‪ .‬حتسني كدرة املؼمل ػىل ثدريس مادة مذؼددة‬ ‫امثلافات من خالل ثليمي طرق امخدريس دامئًا ‪ ،‬وإاػداد مواد مذؼددة امثلافات وجشكيل امنفوس الإسالمية من خالل‬ ‫املراءة وامطالة كبل وبؼد امخؼمل ‪ ،‬وحفظ اجلزء ‪ ، ۰۲‬وإاػادة رسد كطص امنيب والضدكاء ‪. ۳.‬اسديؼاب املمي‬ ‫مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات الاجامتغية يف مواد امخؼلمي ادليين الإساليم يف املدرسة الابخدائية‬ ‫امؼامة ‪ ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا من خالل امخواضل امخفاػيل وثؼزيز املوكف امطادق واملسؤومية‪. ۴ .‬امؼوامل ادلامعة‬ ‫لسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية والاجامتغية يف مواد امخؼلمي ادليين‬ ‫الإساليم يف املدرسة الابخدائية امؼامة ‪ ۲۱۱۰۲۰‬سيبومغا يه امخواضل اجليد وامؼالكات املس مترة وامخؼاوهية ‪،‬‬ ‫ويسهل املدير أوشطة امخؼمل ‪.‬يف حني أن ػامل امخثبيط هو وكت ثؼمل أس بوغي غري اكف ‪ ،‬اإل أهه ل ميكن‬ ‫ثوفري ثؼلمي اإضايف نلطالب لهه ل يوجد وكت ضيق ‪ ،‬وامغرفة أكل متن ًؼا مالسديؼاب ادلاخيل‪.‬‬ ‫‪8‬‬ KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkah dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran Islam yang sempurna untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia dan akhirat. Tesis yang penulis susun ini berjudul “Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga”. Tesis ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas dan persyaratan untuk mencapai gelar Magister Pendidikan Islam pada Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Padangsidimpuan. Banyak rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan tesis ini, tetapi karena bimbingan dan bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Kaitan dengan hal tersebut di atas, penulis terlebih dahulu mengucapkan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada orang tua, yang senantiasa memberikan bantuan dan dukungan moril berupa doa, maupun dalam bentuk materil. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk penyelesaian tesis ini, terutama kepada: 1. Prof. Dr. Ibrahim Siregar, MCL selaku Rektor IAIN Padangsisdimpuan, dan juga kepada Dr. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag selaku Wakil Rektor bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Anhar, MA, selaku Wakil Rektor bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan dan Dr. Sumper Mulia Harahap, M.Ag selaku Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. 2. Dr. Erawadi, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Program Magister IAIN Padangsidimpuan dan juga selaku dosen Pembimbing I penulis yang telah membantu kemudahan proses pendidikan dan membimbing penyelesaian tesis penulis. 3. Dr. Sumper Mulia Harahap, M.Ag selaku dosen Pembimbing II penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan tesis ini. 4. Dr. Magdalena, M.Ag selaku Wakil Direktur Pascasarjana Program Magister IAIN Padangsidimpuan yang memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini. 5. Segenap civitas akademika IAIN Padangsidimpuan terutama Pascasarjana Program Magister yang memberikan kerjasama maksimal selama proses studi. 6. Syafrial, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 081228 Sibolga yang telah memberikan izin riset dan kemudahan dalam proses penelitian, serta memberikan saran dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian. 7. Rekan – rekan mahasiswa lokal C, khususnya teman – teman dekat penulis yang telah memberikan sumbang saran dan penghibur hati bagi penulis, dikala penulis menemui hambatan, baik dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaian tesis ini. 8. Terkhusus Ibunda tercinta Parida Hannum Nasution dan ayahanda alm. Sutan Malim Lubis serta ananda tersayang Habli Rizki Alfin Syukri yang selalu memberikan support dalam segala hal. Mengakhiri uraian ini, penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini masih belum sempurna, untuk itu sumbangan pemikiran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, dan atas perkenaan dari segenap pembaca, penulis mengucapkan terimakasih. Padangsisdimpuan, Penulis, NURLINA NIM: 17.23100224 Maret 2018 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... HALAMAN PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............ ABSTRAK .................................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. i ii iii iv v vi ix xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... B. Batasan Masalah ................................................................................. C. Batasan Istilah .................................................................................... D. Rumusan Masalah .............................................................................. E. Tujuan Penelitian ................................................................................ F. Kegunaan Penelitian ........................................................................... G. Sistematika Penelitian ........................................................................ 1 9 9 10 10 11 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi ........................................................................................ 13 B. Nilai-nilai Multikultural ..................................................................... 15 C. Pendidikan Agama Islam ................................................................... 19 D. Kompetensi Spiritual dan Sosial ....................................................... 22 1. Kompetensi .................................................................................... 22 2. Kompetensi Spiritual...................................................................... 24 3. Kompetensi Sosial .......................................................................... 24 4. Kompetensi Spiritual dan Sosial Siswa dalam Kurikulum 2013 ... 25 E. Teori Penanaman Nilai ....................................................................... 31 F. Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial Kurikulum 2013 .................... 39 G. Faktor yang Mempengaruhi Belajar................................................... 41 H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................... 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. B. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................... C. Unit Analisis ....................................................................................... D. Sumber Data ....................................................................................... E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. i 50 51 52 52 53 F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ............................................... 54 G.Teknik Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum .................................................................................. 57 1. Profil SD Negeri 081228 Sibolga .................................................. 57 2. Letak Geografis SD Negeri 081228 Sibolga.................................. 59 3. Visi Misi dan Tujuan SD Negeri 081228Sibolga ........................... 59 4. Fasilitas SD Negeri 081228 Sibolga .............................................. 63 5. Struktur Organisasi SD Negeri 081228Sibolga.............................. 64 B. Temuan Khusus .................................................................................. 65 1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga ...................................................... 65 2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga .................................................................. 71 3. Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga .................. 74 4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga .................. 81 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilainilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual Dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga ............................. 85 C. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 86 D. Keterbatasan Penulis .......................................................................... 102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 103 B. Saran-saran .................................................................................... 106 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN ii DAFTAR TABEL Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Profil Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga ............................. Data Siswa Berdasarkan Agama SD Negeri 081228 Sibolga Prestasi Siswa SD Negeri 081228 Sibolga ............................. Data Sarana dan Prasarana...................................................... 3 53 55 57 59 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Siklus Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ............................................................................................ Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga ........ Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga ..... Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Nurhaida Tanjung, S.Pd.I............................................................ Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Tini Yusniar, S.Pd.I .................................................................... Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas .............................................. 4 35 66 66 66 67 68 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Wawancara Kepada Kepala Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga Lampiran 2 Daftar Wawancara Kepada Guru PAI SD Negeri 081228 Sibolga Lampiran 3 Pedoman Observasi Lampiran 4 Daftar Gambar Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup 5 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang masyarakatnya sangat majemuk atau pluralis. Kemajemukan telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Kemajemukan bangsa dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis, bahasa daerah, geografis, dan budaya. Selain itu, kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, dan tingkat sosial budaya. Menurut Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 1 Pendidikan di Indonesia secara perundangan telah diatur dengan memberikan ruang keragaman sebagai bangsa. Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, salah satu diktumnya menyatakan tentang “pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.2 Prinsip tersebut menunjukkan bahwa 1 Hasbullah, Dasar -Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Revisi-9, 2011) hlm. 304. 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 4. 1 2 pemerintah sangat terbuka untuk menerapkan pendidikan multikultural ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Pendidikan multikultural dapat melatih dan membangun karakter siswa mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka.3 Dengan demikian, dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat selalu bersikap demokratis, pluralis, dan humanis. Dalam Al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman:                           Artinya: “ Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seoranglaki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agarkamu saling kenal-mengenal ”.4 Ayat ini memberikan pemahaman bahwa Allah menciptakan manusia dari dua hal yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan. Kemudian melahirkan keturunan yang berbeda-beda pula. Keberbedaan menjadikan manusia mampu membentuk suku-suku menjadi bangsa yang berbeda-beda. Keragaman etnis dan ras merupakan suatu karunia dari Sang Pencipta agar manusia senantiasa selalu bersyukur kepada-Nya. Walaupun berbeda, manusia tetap sama ingin hidup dengan segala kebutuhan. Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan satu sama lain agar tercapai apa yang mereka inginkan. Dengan 3 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understan untuk Demokrasi dan Keadilan (Yogyakarta, 2005) hlm. 59. 4 Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang: Kalim, 2011) hlm. 518. 3 demikian, kelemahan dan kekurangan akan ditukar dengan kekuatan dan keunggulan. Proses pembelajaran guru agama Islam harus mampu menanamkan nilainilai toleransi dalam segala perbedaan, menghargai pendapat orang lain, dan tidak mengklaim bahwa agamanya yang paling benar dan yang lain salah. Selain itu seorang guru agama Islam seharusnya memperoleh akses, input dan informasi yang cukup akurat dan tepat mengenai kepelikan dan kompleksitas kehidupan beragama dalam era kemajemukan ini sehingga guru mampu memberikan alternatif pemecahan masalah dan mampu mengemas ulang pesan-pesan dan nilainilai agama yang mereka peluk dalam era pluralitas. Dengan hal ini maka peserta didik sejak dini sudah dapat diarahkan untuk memahami perbedaan bukan menegasikan dan menolaknya namun menghargai serta menghormati kepercayaan dan agama yang dianut oleh orang lain. Diharapkan suatu saat nanti peserta didik dapat mengambil sikap dalam menghadapi realitas pluralitas agama, budaya, suku, ras dan golongan secara lebih arif, santun, matang dan dewasa.5 Pentingnya internalisasi nilai-nilai multikultural di Indonesia sudah diwacanakan semenjak tahun 2000. Sehingga para pakar pendidikan Indonesiaikut serta menyemarakkan betapa pentingnya internalisasi nilai-nilai multikultural. Berbagai tulisan dilayangkan di berbagai media, di antara mereka seperti, H.A.R 5 Ngainun Naim & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011) hlm. 111. 4 Tilaar, Zamroni, Azzyumardi Azra, Musa Ay`ari, M. Amin Abdullah, Abdul Munir Mulkhan, dan lain sebagainya.6 Internalisasi nilai-nilai multikultural menawarkan konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang ada pada peserta didik. Peserta didik diajarkan melainkan pada pertanyaan seputar sekolah, kurikulum, dan kebijakan pendidikan, tetapi juga berbasis keadilan sosial dan kesetaraan. Tidak hanya tertuang dalam tulisan dan kata, tetapi juga termanifestasikan dalam praktek pendidikan sehari-hari. Praktek tersebut dimaksudkan untuk membangun lembaga pendidikan yang demokratis, toleransi dan multikulturalisme.7 Peserta didik diarahkan untuk tidak hanya memahami pelajaran tapi juga dipupuk kesadarannya untuk selalu berperilaku humanis dan demokratis. Dengan menggunakan sekaligus mengimplementasikan strategi pendidikan yang mempunyai visi misi yang selalu menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi dan humanisme. Pada gilirannya para peserta didik dapat menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari. Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha 6 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah Terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 1. 7 M. Agus Nuryatno, Mazhab Pendidikan Kritis: Menyingkap Relasi Pengetahuan Politik dan Kekuasaan (Yogyakarta: Resist Book, 2011) hlm. 3. 5 Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya mewujudkan harmoni kehidupan.8 Salah satu jenjang pendidikan yang perlu mendapatkan sentuhan internalisasi nilai-nilai multikultural yaitu pada tingkatan Sekolah Dasar (SD). Bahkan ini menjadi sangat penting, karena merupakan pendidikan awal dan dasar. Anak yang berada dalam tingkatan SD adalah anak yang baru beranjak dari usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Tatik Hariyanti mengatakan, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.9 Mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, guru harus memilih strategi dan model pembelajran yang sesuai. Diantaranya pembelajaran aktif dan persuasif. Pembelajaran aktif adalah proses belajar dimana siswa mendapat kesempatan untuk lebih banyak melakukana ktivitas belajar, berupa hubungan interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan pemahaman dari pada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. 10 Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok materi pelajaran dan memecahkan persoalan. Atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. 11 8 Umar, dkk, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Transformatif (Yogyakarta: Deepublish, 2016) hlm. 360. 9 Tatik Hariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development”, Jurnal, Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016: 50 – 58. 10 Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif diperguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002) hlm. Xi. 11 Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran…, hlm. xii 6 Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil, merangsang diskusi dan debat, mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan, mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat saling mengajar satu sama lain.12 Menggunakan teknik belajar aktif di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada anak didik dapat membantu ingatan mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Persuasif pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi dan berinteraksi antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak sama-sama memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang penting bagi kedua belah pihak. Bila berkomunikasi dengan sesama, setiap individu berharap pesan yang disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipercayai. Persuasif merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan agar pesan yang ingin disampaikan dimengerti dan dipercayai oleh orang lain. Perlu dimengerti bahwa pesan yang berupa perintah dan larangan adalah bagian yang sangat kecil dalam upaya pembentukan karakter. Perintah dan larangan hanya bantuan sederhana dalam menolong anak untuk melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan.13 12 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Yappendis, 2001) hlm. Xv. 13 Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak sejak dari Rumah (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010) hlm. 11. 7 Keragaman etnis dan ras merupakan suatu karunia dari Sang Pencipta agar manusia senantiasa selalu bersyukur kepada-Nya. Walaupun berbeda, manusia tetap sama ingin hidup dengan segala kebutuhan. Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan satu sama lain agar tercapai apa yang diinginkan. Dengan demikian, kelemahan dan kekurangan akan ditukar dengan kekuatan dan keunggulan. Guru Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga memberikan pembelajaran secara aktif dan persuasif kepada siswa. Diantaranya melakukan pengenalan dan penanaman sikap sprititual dan sikap sosial. Sikap tersebut diharapkan membantu kompetensi sikap siswa. Pengenalan sikap dilakukan guru ketika proses pembelajaran dan di luar kelas.14 Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru SD, terlebih dengan keragaman etnis dan ras siswa. Begitupun di sekolah, keragaman etnis dan agama merupakan bagian yang tidak terhindarkan. Mulai dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan semua tidak lepas dari keragaman. Keragaman tersebut tentunya menjadi keunikan tersendiri, baik berupa konflik atau pemasalahan positif. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Sekolah, di SD Negeri 081228 Sibolga peserta didik terdiri dari berbagai macam suku yaitu, Batak Toba, Batak Mandailing, Nias, Aceh, Jawa, Padang, bahkan ada juga Cina. Sedangkan agama peserta didik ada tiga yaitu, Islam, Protestan, dan Katolik.15 Dari keterangan wawancara diketahui peserta didik SD Negeri 081228 Sibolga multi suku dan multi agama. 14 Nurhaida Tanjung, Guru SD Negeri 081228 Sibolga, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 September 2018. 15 Syahrizal, Kepala SD Negeri 081228 Sibolga, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 September 2018. 8 Keragaman etnis dan agama di SD Negeri 081228 Sibolga menghasilkan nilai multikultual. Hasil observasi peneliti menemukan beberapac sikap peserta didik. Adanya sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung sigap mengantarkan ke ruang UKS. 16 Contoh lain, ketika ada siswa yang rumahnya mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan.17 Hal ini tidak terlepas dari penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ketika menyampaikan materi pembelajaran. Nilai toleransi tercermin ketika siswa menyampaikan pendapat atas pertanyaan guru. Hal in didukung dengan pernyataan Ibu Tini Yusniar yang menyatakan siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat.18 siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat. Siswa lebih mengutamakan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Untuk mengetahui bagaimana pendidik membentuk sikap multikultural peserta didik, peneliti tertarik meneliti dengan judul Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 16 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018. Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 23 Desember 2018. 18 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 17 9 B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan internalisasi nilai-nilai multikultural penanaman kompetensi spiritual pendidikan agama Islam dalam dan sosial siswa muslim di SD Negeri 081228 Sibolga. C. Batasan Istilah Adapun batasan istilah pada penelitian ini adalah: 1. Internalisasi menunjukkan suatu proses. Internalisasi dalam penelitian ini adalah proses pengenalan nilai-nilai di SD Negeri 081228 Sibolga. 2. Nilai-nilai multikultural pada penelitian ini adalah nilai toleransi, nilai kesamaan/ kesetaraan, nilai persatuan, nilai kekerabatan atau persaudaraan, dan nilai keadilan. 3. Kompetensi spiritual pada penelitian ini adalah karakter dan sikap yang menunjukkan sikap spiritual yangc ada di SD Negeri 081228 Sibolga. 4. Kompetensi sosial pada penelitian ini adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang adac di SD Negeri 081228 Sibolga. 5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran di SD Negeri 081228 Sibolga. 6. SD Negeri 081228 Sibolga terletak di jalan Sisingamangaraja No. 158. Tepatnya di Kelurahan Pancuran Kerambil, Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga, Sumatera Utara. Sekolah ini letaknya bersampingan dengan Kantor 10 Camat Sibolga Sambas dan Kantor Lurah Pancuran Kerambil. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apa nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 2. Apa nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 3. Bagaimana internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 4. Bagaimana internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 5. Apa faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 11 2. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 3. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga 4. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 5. Faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. F. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini menambah kazanah kajian dalam bidang pendidikan khususnya berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa muslim. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi para pembaca sekaligus sebagai titik tolak bagi penelitian pendidikan lebih lanjut, baik oleh penulis maupun oleh peneliti lain, sehingga berkesinambungan. kegiatan penelitian dapat dilakukan secara 12 G. Sistematika Pembahasan Pada BAB I, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sitematika pembahasan. Pada BAB II, tinjauan pustaka berisi tentang internalisasi, nilai-nilai multikultural, pendidikan agama Islam, kompetensi sosial dan spiritual dari kompetensi, kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi spiritual dan sosial siswa dalam kurikulum 2013, teori penanaman nilai, penanaman sikap spiritual dan sosial kurikulum 2013, faktor yang mempengaruhi belajar serta penelitian terdahulu yang relevan. Pada BAB III, berisi metode penelitian yang berkenaan dengan lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, unit analisis, sumber data, teknik pengelolaan dan analisis data serta teknik pengecekan dan keabsahan data. Pada BAB IV, berisi hasil penelitian yang berisi penemuan umum dan penemuan khusus penelitian. Pada BAB V, merupakan bagian penutup, kesimpulan, dan saran – saran. 13 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Internalisasi Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan, penguasaan secara mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan, penataran, dan sebagainya.1 Pol mendalam berlangsung lewat penyuluhan, penataran, dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku. Internalisasi adalah penghayatan, pendalaman, penguasaan secara mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikan Internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi seseorang melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya agar ego menguasai secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang diharapkan. Muhammad Nurdin berpendapat, internalisasi adalah upaya menghayati dan mendalami nilai agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia. Karena pendidikan agama Islam berorentasi pada pendidikan nilai sehingga perlu 1 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga, 2005) hlm. 439. 13 2 adanya proses internalisasi tersebut.2 Kalidjernih mengatakan internalisasi adalah “internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar dan diterima menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma sosial dari perilaku suatu masyarakat”.3 Jadi internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu karakter atau watak peserta didik. Tahap-tahap atau proses internalisasi nilai-nilai Islam adalah: 1. Tahap transformasi nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada anak didik, yang semata-mata merupakan komunikasi verbal. 2. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara anak didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya menyajikan informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan anak didik diminta memberikan respon yang sama, yakni menerima dan mengamalkan nilai itu. 3. Tahap transinternalisasi, yakni tahap ini lebih dari sekedar transaksi. Dalam tahap ini, penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok fisik, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Demikian juga anak didik merespon kepada guru bukan hanya gerakan atau penampilan fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam internalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara aktif.4 2 Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi Nilai-nilai Islami dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm. 124. 3 Kalidjernih, F. K, Kamus Study Kewarganegaraan, Perspektif Sosiologikal dan Politikal (Bandung:Widya Aksara, 2010) hlm. 71. 4 Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hlm. 125-126. 3 Jadi, internalisasi nilai sangatlah penting dilakukan di sekolah melalui pengajaran bidang studi PAI (Pendidikan Agama Islam). Karena PAI merupakan pendidikan nilai, sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri anak didik. Dengan pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai ajaran Islam merupakan tahap manifestasi manusia religius. B. Nilai-nilai Multikultural Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba, maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitannya dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya, karena keabstrakannya itu maka timbul bermacam-macam pengertian, diantaranya sebagai berikut: 1. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.5 2. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.6 Dari pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu adalah sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku. Guru merupakan pelaku penting dalam penebaran nilai-nilai multikultural untuk membangun suatu komunitas yang harmonis bangsa ini. Guru diharapkan bisa menebarkan simbol-simbol wawasan kebangsaan melalui proses pembelajaran di 5 6 hlm.11. Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2002) hlm.260. Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004) 4 dalam kelas maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Para guru, diharapkan dapat berperan aktif terhadap pengembangan multikulturalisme di Indonesia, sehingga pertumbuhan eksklusifisme, yang dapat mengundang konflik intra dan antar kelompok, dapat berkurang. Multikultural adalah beberapa kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/ paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.7 Multikultural secara etimologi berasal dari kata multi yang artinya banyak, lipat ganda dan kultur yang berarti kebudayaan. Multikultural berarti banyak, lipat ganda, atau beragam kebudayaan. Kultur atau budaya tidak dapat dipisahkan dari empat hal yaitu aliran atau agama, etnis atau ras, suku, dan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa pembahasan multikultural tidak hanya berkaitan dengan perbedaan budaya saja melainkan kemajemukan agama, ras maupun etnik.8 Baidhawy menyimpulkan mengenai pengertian pendidikan multikultural. Menurutnya, ada dua istilah penting yang berdekatan secara makna dan merupakan suatu perkembangan yang sinambung, yakni pendidikan multietnik dan pendidikan multikultural. “Pendidikan Multietnik” sering dipergunakan di dunia pendidikan sebagai suatu usaha sistematik dan berjenjang dalam rangka menjembatani kelompok-kelompok rasial dan kelompok-kelompok etnik yang berbeda dan memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik. 7 Choirul Mahfudz, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hlm. 8 Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 99. 75. 5 Sementara itu istilah “Pendidikan Multikultural” memperluas payung pendidikan multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender, hubungan antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan subkultur, serta bentukbentuk lain dari keragaman. Kata “kebudayaan” lebih diadopsi dalam hal ini daripada kata “rasisme” sehingga audiens dari pendidikan multikultural semacam ini akan lebih mudah menerima dan mendengarkan.9 Jadi pendidikan multikultural merupakan jembatan penghubung antar perbedaan. Membuat etnis yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, agama yang berbeda, dan semua yang berbeda dapat saling berhubungan dengan baik. Konsep pendidikan multikultural didasarkan pada nilai dasar simpati, toleransi, empati, dan solidaritas sosial. Hasil dari proses pendidikan multikultural ini diharapkan mampu menciptakan perdamaian dan mewujudkan dari usaha menanggulangi dan mencegah adanya konflik umat beragama, radikalisme agama, konflik etnis, disintegrasi bangsa. Konsep ini tidak bermaksud untuk menciptakan keseragaman cara pandang tetapi membangun kesadaran diri terhadap keniscayaan pluralitas, mengakui kekurangan diri sendiri maupun orang lain agar tumbuh sikap untuk mensinergikan potensi diri dengan potensi orang lain dalam kehidupan yang demokratis dan humanis maka terwujudlah kehidupan yang berkeadilan, damai, dan sejahtera.10 Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural, lembaga pendidikan harus memperhatikan konsep unity in diversity dalam proses pendidikan dan 9 Zakiyyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005) hlm. 6-7. 10 Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2005) hlm. 95. 6 menanamkan kesadaraan bahwa perbedaan dalam kehidupan adalah suatu kenyataan yang membutuhkan kesadaran bahwa moralitas dan kebaikan dapat lahir dalam konstruk agama-agama lain. Penanaman konsep ini tidak mempengaruhi akidah yang di yakini kebenarannya oleh siswa. 11 Berhasil atau tidaknya pendidikan multikultural itu dapat dilihat ketika pendidikan itu mampu membentuk sikap peserta didik menjadi saling toleran, tidak berkonflik, tidak bermusuhan karena perbedaan suku, budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama.12 Terdapat beberapa nilai yang harus diperhatikan dalam pendidikan multikultural, yaitu: a. Nilai toleransi Yaitu sikap menghormati, menerima pilihan, pandangan, keyakinan, kebiasaan, dan pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya. b. Nilai kesamaan/ kesetaraan Yaitu mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Dalam proses pendidikan seharusnya pendidik menganggap semua peserta didik itu sama tidak menspesialkan atau membedakan antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. c. Nilai Persatuan Yaitu membentuk pemahaman, pikiran, dan sikap yang mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama. 11 12 217. Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme..., hlm. 94. Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 7 d. Nilai Kekerabatan atau Persaudaraan Yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari rasa persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok dan masyarakat itu sendiri. Dengan adanya rasa kekeluargaan ini akan muncul rasa kesetiakawanan, rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa, etnis, golongan, dan agama, serta memahami akan arti perbedaan. e. Nilai keadilan Yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan porsinya masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan yang sama dalam pelayanan publik.13 C. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang menyelenggarakannya. Maka dari itu, suatu lembaga pendidikan diharapkan mampu untuk membawa peserta didik mencapai tujuan dari pendidikan agama Islam itu sendiri, yaitu; menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta 13 Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hlm. 237-243. 8 pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT. Pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Paulo Freire ia mengatakan, pendidikan merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang membebaskan..14 Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kepercayaan kepada Tuhan (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. 15 Muhaimin mengatakan Pendidikan Agama Islam adalah disiplin ilmu yang teori dan konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian ilmiah berdasarkan tuntutan dan petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah.16 Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.17 Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam yaitu suatu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak 14 Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) hlm. 37. 15 Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989) hlm. 9. 16 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 145. 17 Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar …, hlm. 340. 9 selesai proses pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan dalam masyarakat. Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Imam Al-Ghazali adalah: 1. Mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan. 2. Mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalin hidup dan penghidupan guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Menurut Arifin dalam buku Yaya Suryana, terdapat tiga aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan, yaitu: a. Membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya. b. Bernilai edukatif yang mengacu pada petunjuk Al-Quran dan Hadits. c. Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Al-Quran yang disebut pahala dan siksaan.18 Secara historis, pendidikan multikultural muncul pada lembaga-lembaga pendidikan tertentu di wilayah Amerika yang pada awalnya diwarnai oleh sistem pendidikan yang mengandung diskriminasi etnis, yang kemudian belakangan hari mendapat perhatian serius dari pemerintah.Pendidikan multikultural sendiri merupakan strategi pembelajaran yang menjadikan latar belakang budaya siswa yang bermacam-macam digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan pembelajaran siswa di kelas dan lingkungan sekolah.Yang demikian ini dirancang untuk menunjang dan memperluas konsep-konsep budaya, perbedaan, kesamaan 18 Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural…, hlm. 321. 10 dan demokrasi.19 Dalam konteks ini pendidikan islam berbasis multikultural merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan dan budaya masyarakat secara menyeluruh, sejalan dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa pendidikan nasional diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. D. Kompetensi Spiritual Dan Sosial 1. Kompetensi Menurut Djojonegoro, kompetensi adalah kemampuan nyata yang diperlihatkan seseorang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk memecahkan berbagai persoalan hidupnya secara kreatif, inovatif dan bertanggung jawab.20 Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, peserta didik diharapkan dapat menjadi manusia yang utuh berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran sebagai salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan maka orientasi kerjanya tidak hanya terfokus pada aspek transfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga menyangkut aspek normatif dan 19 Nizar Ali, Antologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Idea Press, 2010) hlm. 168. Djojonegoro, Wardiman, Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia.(Jakarta: Depdikbud, 1996) hlm.12. 20 11 nilai-nilai, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional tersebut. Pembelajaran dengan menerapkan pendidikan nilai bertujuan agar manusia memiliki nilai-nilai yang seharusnya dimiliki selama proses belajar. Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum tahun 2013 diarahkan untuk memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar peserta didik benar-benar menguasai dan memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya menumbuh-kembangkan domain afeksi, kognisi dan psikomotorik secara bersamaan. Sesuai dengan Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pada kurikulum 2013, untuk semua mata pelajaran terdapat Kompetensi Inti (KI) sebagai penyempurna Standar Kompetensi (SK). Pengembangan Standar Isi terdapat pada domain afektif, yang semula hanya sikap sosial, dikembangkan/ ditambah dengan sikap spiritual. 21 Terdapat tiga kompetensi inti yaitu kompetensi inti pengetahuan, kompetensi inti keterampilan, kompetensi inti sikap. Dalam operasionalnya, kompetensi lulusan dalam ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual untuk membentuk peserta didik yan beriman dan bertakwa dan kompetensi sikap sosial untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.22 21 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan. 22 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm. 173-174. 12 2. Kompetensi Spiritual Kompetensi spiritual adalah karakter dan sikap yang merupakan bagian dari kesadaran yang paling dalam pada seseorang yang berhubungan dengan sadar yang tidak hanya mengakui keberadaan nilai tetapi juga kreatif untuk menemukan nilai-nilai baru.23 Menurut Ary Ginanjar internalisasi karakter spiritual, yaitu:24 a. Berbakti dan memberi b. Jujur dan terpecaya c. Adil d. Kerjasama dan bersatu e. Berjuang dan bersikap teguh f. Ramah dan penyayang Yang nantinya akan menghasilkan paham spiritual, seperti integritas atau kejujuran, energi atau semangat inspirasi dan inisiatif, bijaksana dan keberanian dalam mengambil keputusan. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif stabil ketika menghadapi permasalahan.25 Menurut Imam Sugeng kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan 23 Zohar D. dan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2000) hlm.1. 24 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power (Jakarta: Arga, 2017) hlm. 12. 25 Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Sukabumi: Jejak, 2018) hlm. 40. 13 kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalah di tempat kerja yang terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta kapasitas pengetahuan sosial.26 Kompetensi sosial individu ini terinternalisasi dalam bentuk tujuhi tingkat kemauan dan kemampuan menurut Spencer dan Spencer: 1. Pengaruh dan dampak 2. Kesadaran berorganisasi 3. Membangun hubungan kerja 4. Mengembangkan orang lain 5. Mengarahkan bawahan 6. Kerja tim 7. Kepemimpinan kelompok 4. Kompetensi Spiritual Dan Sosial Siswa dalam Kurikulum 2013 Kompetensi sikap spiritual dan sosial dalam setiap kompetensi dasarnya tidak memiliki materi pokok yang diberikan dalam pembelajaran, tetapi diajarkan secara indirect learning. Setiap guru yang mengimplementasikan kurikulum 2013 harus mampu menyajikan materi pada KD di KI-3 dan proses pembelajaran pada KD di KI-4 yang mengarah pada pencapaian KD pada KI-1 dan KI-2 tanpa mengajarkan secara langsung. 26 hlm. 200. Imam Sugeng, Mengukur dan Mengelola Intellectual capital (Amara Books, 2002) 14 Menurut Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah dalam bukunya Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, menyatakan bahwa pendidikan agama Islam di Indonesia adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengelaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT, serta berakhla mulia dalam kehidupan pribadi, bemasyarakat, berbangsa dan bernegara.27 Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) tingkat kompetensi. Selain itu, untuk tingkat kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses pembelajaran serta penilaian.28 Uraian Kompetensi Inti untuk setiap tingkat kompetensi disajikan dalam tabel di bawah ini:29 27 Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: Refika Aditama, 2009) hlm. 7. 28 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi. 29 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi. 15 a. Tingkat Kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) KOMPETENSI Sikap Spiritual Sikap Sosial Pengetahuan Keterampilan DESKRIPSI KOMPETENSI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia b. Tingkat Kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) KOMPETENSI Sikap Spiritual Sikap Sosial Pengetahuan Keterampilan DESKRIPSI KOMPETENSI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 16 c. Tingkat Kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) KOMPETENSI Sikap Spiritual Sikap Sosial Pengetahuan Keterampilan DESKRIPSI KOMPETENSI 1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain 4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia Berdasarkan tabel a, b, dan c dapat diketahui kompetensi sikap spiritual siswa tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap spiritual siswa adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. Jadi, kompetensi sikap spiritual siswa SD secara keseluruhan adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. Berdasarkan tabel a, b, dan c dapat diketahui kompetensi sikap sosial siswa tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya 17 diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. Tingkat kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap sosial siswa adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. Jadi, kompetensi sikap sosial siswa SD secara keseluruhan adalah: a) Jujur b) Disiplin c) Tanggung jawab d) Santun e) Peduli f) Percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya g) Cinta tanah air. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas menjelaskan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tersurat bahwa tujuan pendidikan nasional tersebut dicapai melalui sejumlah kompetensi agar menjadi manusia Indonesia yang diharapkan. Tujuan tersebut juga sangat komprehensif yang disimpulkan ke dalam kompetensi-kompetensi tertentu. 18 Kalimat "agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,..."30 merupakan kalimat inti yang menunjukkan sikap vertikal. Diarahkan pada potensi spiritual, manusia yang beriman dan bertaqwa wujud pengakuan luhur Bangsa Indonesia yang sejak dulu mengenal makna spiritual melalui kegiatan-kegiatan religi yang ditunjukkan dalam kehidupan nenek moyang. Kurikulum 2013 mempertegas dalam makna sikap spiritual, kompetensi ini mengharapkan agar manusia-manusia yang dilahirkan melalui proses pendidikan benar-benar menunjukkan iman dan taqwa dalam arti yang sesungguhnya. Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pada kalimat, “...kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab...”.31 Makna yang tersimpul adalah kaitannya dengan hubungan antar manusia. Sebuah hubungan sosial yang dilandasi oleh Ketuhanan yang Maha Esa. Dalam bahasa agama akrab dengan sebutan muamalah, bagaimana manusia harus menghargai sikap dalam pergaulan hidupnya. Harmonisasi hubungan tercermin jika dilandasi oleh sikap sosial sebagaimana dimaksud. Kalimat tersebut juga mendasari pergaulan hidup manusia agar tidak basa-basi dalam bersikap pada orang lain. 30 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3. 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem 20 Tahun 2003 Tentang Sistem 19 E. Teori Penanaman Nilai 1. Melalui Pendekatan Pembelajaran Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat di kembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik untuk Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk memenuhi kebutuhan fisik untuk kelangsungan hidupnya, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan dikenal orang lain, kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, kebutuhan akan keindahan dan aktualitas diri.32 Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahanperubahan sistem-sistem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat kehilangan keseimbangan atau konflik-konflik, permusuhan dan kecurigaan. Tidak hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-norma atau nilai-nilai yang mendasarinya mengalami perubahan. Dorongan-dorongan itu lahir karena manusia ingin hidup secara wajar. Sehingga muncullah normanorma yang disebut nilai yang selanjutnya menjadi 32 Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka, 2011) hlm. 97. 20 pedoman dan tolak ukur dalam bertindak, bersikap dan berfikir. Oleh karena itu diperlukan strategi yang efektif dan efisien. Ditinjau dari pendekatan penanaman nilai, ada beberapa pendekatan penanaman nilai yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, antara lain yaitu pendekatan: pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional, dan keteladanan.33 a. Pertama, pendekatan pengalaman. Pendekatan pengalaman merupakan proses penanarnan nilainilai kepada siswa melalui pemberian pengalaman langsung. Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan pengalaman spiritual baik secara individual maupun kelompok. b. Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep ajaran nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara berkelompok dalam kehidupan sehari-hari. c. Ketiga, pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilai-nilai universal serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk. d. Keempat, pendekatan rasional. Pendekatan rasional rnerupakan suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebenaran nilai-nilai universal yang diajarkan. e. Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional adalah usaha menanamkan nilai-nilai yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan perkembangannya. f. Keenam, pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlak terpuji.34 2. Melalui Strategi Pembelajaran 33 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, cet ke-3, 2001) hlm. 255. 34 Ali Muhtadi, “Teknik dan Pendekatan Penanaman Nilai dalam Proses Pembelajaran di Sekolah”, Jurnal, Majalah llmiah Pembelajaran Vol. 3 Mei 2007. 21 Secara umum strategi merupakan garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Disisi lain strategi dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku dan sikap yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan pengalaman yang telah ditetapkan.35 Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang harus dicermati dari pengertian di atas . Yang pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. ini berarti penyusunan rencana suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentuakan strategi, perlu 35 Warsita, Teknologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) hlm. 268. 22 dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.36 Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan oleh guru dalam mengambil keputusan yang berupa langkah-langkah kegiatan dalam melaksanakan pengajaran sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran agar dapat tercapai secara optimal. 1. Melalui Metode Pembelajaran a. Metode Diskusi Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga terjadi interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah.37 Dengan kata lain, dalam metode ini peserta didik mempelajari sesuatu melalui cara bermusyawarah diantara sesame mereka dibawah pimpinan atau bimbingan guru. Hal ini perlu bagi peserta didik pada berbagai persoalan yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan melalui kerjasama atau musyawarah. Dasar metode diskusi adalah Al Qur‟an yang terdapat di dalam QS. Ali Imran: 159 yaitu: 36 Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta, Kencana, 2008) hlm. 126. 37 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka. Cipta, 2009) hlm. 99. 23                                              Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu, berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.38 Gambar 1. Siklus Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Langkah-langkah dalam menjalankan metode diskusi yaitu, pertama merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini sering disebut merumuskan tujuan diskusi dan dapat diperhatikan oleh guru PAI dalam standar 38 Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang: Kalim, 2011) hlm. 71. 24 kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Indikator pembelajaran inilah yang menjadi perhatian penting guru pendidikan agama Islam untuk menentukan apakah metode diskusi itu layak dipergunakan atau tidak.39 Kedua menentukan mekanisme dan tata tertib diskusi, disini guru PAI harus membuat mekanisme dan tata tertib metode diskusi secara tertulis ataupun lisan.40 Tertulis dimaksudkan agar semua peserta didik dapat membaca dan memegang aturan tersebut sekaligus sebagai kontrol bagi peserta lain dalam berdiskusi. Aturan secara lisan dilakukan bila memang hal itu sudah dapat dipatuhi dengan konsekuen oleh para peserta didik sebagai peserta diskusi. Ketiga merumuskan masalah atau topik diskusi, untuk keberhasilan diskusi, maka masalah atau topik yang harus mempermasalahkan topik-topik yang memang memerlukan pemikiran diskusi antara pihak-pihak yang terlibat.41 Topik diskusi hendaknya merupakan hal-hal yang menarik minat dan perhatian peserta didik atau urgen, masalah juga harus mengundang banyak kemungkinan jawaban dan harus merangsang pertimbangan. Keempat mengatur kelompokkelompok diskusi, mengatur kelompok diskusi dilakukan setelah masalah atau topik sudah dibagikan.42 Guru PAI harus secara detail meentukan siapa saja yang akan menempati satu kelompok dan kelompok lainnya. Pengaturan kelompok dalam diskusi menjadi bagian penting dalam mensukseskan penggunaan metode diskusi. Kelima Melaksanakan Diskusi, diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak yang sama dalam 39 Syahraini Tambak, 6 Metode Pendidikan Komunikatif Pendidikan Agama Islam (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) hlm. 224. 40 Syahraini Tambak, 6 Metode..., hlm. 226. 41 Syahraini Tambak, 6 Metode..., hlm. 228. 42 Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 230. 25 berbicara.43 Diskusi dilaksanakan secara terbuka, demokratis dan humanis dalam rangka menggali kreatifitas peserta didik saat mengikuti pembelajaran PAI. Keenam Menyimpulkan Hasil Diskusi, pada siklus ini guru PAI beserta peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil diskusi dengan tujuan dari dilakukannya pembelajaran menggunakan metode diskusi. Ketujuh Melakukan Evaluasi, guru harus mampu melakukan evaluasi sebagai upaya memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Dengan mengadakan evaluasi terhadap penguasaan materi oeserta didik dan keberhasilan penggunaan metode maka guru PAI akan selalu melakukan perubahan dan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang dilangsungkan. 44 b. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab, berasal dari bahasa Yunani, secara etimologi, kata metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti jalan atau cara.45 Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langka-langka strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.46 Bila dihubungkan dengan pendidikan langka tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian peserta didik. Beberapa para ahli mendefinisi kan metode sebagai berikut: 43 Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 232. Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 234. 45 Ramayulis dan Samasul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) 44 hlm.209. 46 Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi) (Al-Mujtahada Press, 2010) hlm. 160. 26 1) Hasan langgulung mendefinisi kan bahwa metode adalah: cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. 2) Abd Al Rahman Ghunaima mendefinisi kan bahwa metode adalah caracara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran. 3) Muhammad Athiyah Al- Abrasy mendefinisi kan bahwa metode adalah jalan yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan pengertian kepada peserta didik tentang segalah macam materi dalam berbagai proses pendidikan.47 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan dan pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya pun bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode ini sudah lama dipakai orang pada zaman Yunani, ahli-ahli pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh pendidikan modern berasal dari Sokrates untuk mengajar peserta didiknya supaya sampai ketarap kebenaran. Uhbiyati menyebut metode tanya jawab dengan metode soaljawab. Metode ini sering digunakan oleh para Nabi dan Rasul Allah dalam mengajarkan agama kepada umatnya, karena dengan metode ini pengertian dan pengetahuan serta pemahaman peserta didik dapat lebih dimantapkan agar segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari.48 47 48 Ramayulis dan Samasul Nizar, Filsafat Pendidikan..., hlm. 214. Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar…, hlm. 120. 27 F. Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial Kurikulum 2013 Sobhi Rayan dalam jurnalnya49 yang berjudul filsafat pendidikan Islam menyatakan: The Quran present life issues as values, but the Muslim human being is responsible for implementation these Values in his life. It means that implementation is not uniform and constant for every place and time. It is depends in the ability of Muslims for progress and Creativity. Pernyataan di atas maksudnya bahwa nilai-nilai kehidupan semuanya tersaji di dalam Al-Qur’an, dan manusia mempunyai tanggung jawab terhadap nilai-nilai tersebut untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam implementasinya nilai-nilai kehidupan tidak sama dan tidak tetap untuk setiap waktu dan tempat, tergantung dari manusia muslim itu sendiri dalam memajukan dan kreativitasnya. Masa remaja menunjukan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa. Batas umurnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara 12 sampai akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai. Suatu tahap transisi memberi remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk mengembangkan berbagai keterampilan serta mempersiapkan masa depan, tetapi masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan antara ketergantungan dan kemandirian.50 Thomas Licona menyatakan pada bukunya education for character, yaitu tentang pembentukan karakter: 49 Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of Education”, Journal International, Journal of Humanities and Social Science, Vol 2 No 19 October 2012, hlm. 151. 50 Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011) hlm. 79. 28 Forming that sort of character is much easier in a moral enviroment where being honest, decent, and cating is perceived to be the norm what everybody simply expects of everybody else.51 Membentuk karakter yang baik akan lebih mudah jika dilakukan di lingkungan yang memiliki moral tinggi seperti kejujuran, kesopanan, dan kepedulian menjadi norma dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter yang terpadu dalam pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, diperolehnya kesadaran dan pentingnya nilai-nilai dan internalisasi nilai-nilai dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung di dalam maupun diluar kelas pada semua mata pelajaran.52 Internalisasi pada hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni merupakan proses pemasukan suatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat makna realitas pengalaman.53 Asmaun Sahlan dan Angga Teguh Prastyo mengambil pendapatnya Muhaimin bahwa dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi, yaitu: pertama, tahap transformasi nilai dalam tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan guru dalam menginformasikan nilai-nilai yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya menjadi komunikasi verbal antara guru dan siswa; kedua, tahap transaksi nilai adalah suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa 51 Thomas Licona, Education For Character: How Our Schools Can Teach Respesct And Responbility (United States: A Bantam Book, ---) hlm. 325. 52 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2013) hlm. 43. 53 Abdul Hamid, “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 Kota Palu”, Jurnal PAI-Ta‟lim Vol. 14 No. 2 – 2016, hal. 197. 29 dengan guru yang bersifat interaksi timbal balik; dan ketiga, tahap transinternalisai lebih jauh mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan hanya dilakukan dengan komunikasi verbal, melainkan juga mental kepribadian. Jadi, pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.54 Internalisasi nilai berarti penanaman nilai moralitas manusia yang meliputi tiga unsur penting yang saling terkait, yaitu, pengertian, perasaan, dan tindakan moral. Pengertian moral adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai, kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, pengambilan keputusan berdasarkan nilai moral dan pengertian mengenai diri sendiri. Unsur perasaan moral meliputi suara hati, harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain, perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri, dan rendah hati. Tindakan moral adalah kompetensi dalam arti mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikan keputusan dan perasaan moral ke dalam tindakan yang meliputi kemauan dan kebiasaan. 55 Moralitas merupakan pemahaman nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seorang individu tetap terjaga dan mereka semakin menghargai kemartabatan masing-masing. G. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar individu. Muhabbibin Syah menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar. 54 Asmaun Sahlan & Angga, Desain Pembelajaran Berbasisi Pendidikan Karakter, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 25. 55 Munjin, “Internalisasi Nilai-Nilai Budi Pekerti pada Anak”, Jurnal, Dakwah dan Komunikasi Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2008, hlm. 225. 30 a. Faktor dari dalam yaitu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek, fisiologi dan psikologis. 56 1. Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. 2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. b. Faktor dari luar yaitu faktor – faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor – faktor ini meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial. 57 1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat. 2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi gedung sekolah dan alat – alat pembelajaran. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran. 58 Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam memberikan pelajaran kepada peserta diidk, supaya dapat menangani peserta 56 Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Grafindo Persada, Cetakan ke-8, 2003) 57 Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar..., hlm.145. Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar..., hlm.145. hlm.144. 58 31 didik sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal tersebut dikarenakan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik, satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah faktor pendekatan belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat model pembelajaran. Joyce menyatakan bahwa “model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.59 Tepat tidaknya guru menggunakan model pembelajaran, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai peserta didik. 1. Proses Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial Proses penanaman sikap atau karakter pada diri peserta didik tidaklah terjadi secara tiba-tiba, melainkan melewati proses berliku dalam rentang waktu yang cukup panjang. Berikut cara penanaman sikap peserta didik dilingkungan sekolah, yaitu: a. Pola pembiasaan Pembiasan berasal dari kata dasar biasa merupakan lazim, seringkali. Pembiasan merupakan proses penanaman kebiasaan, mengupayakan suatu tindakan agar terbiasa melakukannya, sehingga seorang tidak menyadari apa yang dilakukannya karena sudah menjadi kebiasaan.60 Suyadi mengambil pendapatnya Steven Covery mengatakan bahwa pada awalnya manusia yang membentuk 59 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif -Progresi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) hlm.22. 60 Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu (Jakarta: Gaung Persada Press, 2016) hlm. 109. 32 kebiasaan, namun selanjutnya manusialah yang dibentuk oleh kebiasaannya. 61 Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada peserta didik melalui proses pembiasaan. Wina Sanjaya mengambil pendapatnya Skinner dalam membentuk sikap melalui pembiasaan melalui teori yaitu operant conditioning.62 Pembentukan sikap yang dilakukan oleh Skinner menekankan pada proses peneguhan respons anak. Setiap kali anak menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan dengan cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan. Pembiasaan perlu ditanamkan dalam membentuk sikap dan perilaku peserta didik yang baik. Sebagai contoh ketika siswa dibiasakan melaksanakan shalat dhuha pada waktu sebelum siang, melakukan wudhu, membersihkan tempat shalat terlebih dahulu. Jika hal itu sudah menjadi kebiasaan maka kelak peserta didik tersebut akan rajin shalat dhuha dan menyukai tempat ibadah yang bersih. b. Modeling Selain pembiasaan, cara lain pembentukan sikap adalah modeling, peneladanan atau percontohan. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum terhadap kepintaran orang lain. Proses penanaman sikap anak terhadap objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa harus telaten terhadap tanaman; atau mengapa harus berpakaian bersih. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang 61 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hlm. 196. 62 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, hlm. 278 33 muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem nilai.63 Keteladanan guru sangat penting demi efektivitas pendidikan karakter. Tanpa keteladanan, pendidikan karakter kehilangan ruhnya yang esensial, hanya slogan, kamuflase, fatamorgana, dan kata-kata negatif lainnya.64 Keteladan seorang guru di sekolah terhadap perkembangan karakter peserta didik memberikan dampak yang nyata terhadap kepribadian anak di masa yang akan datang. Maka seyogyanya para guru harus berhati-hati dalam bertingkah laku, karena secara tidak sadar siswanya akan menirunya, karena guru merupakan patokan dari mode-model idaman siswa. Tentunya jika guru yang berkepribadian shaleh akan menularkan keshalehannya bagi pribadi peserta didiknya. c. Sugesti Membentuk sikap melalui sugesti adalah membentuk sikap suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai wibawa dalam pandangannya. 65 Secara psikologis, seseorang memerlukan motivasi dan dorongan ketika hendak melakukan sesuatu. Sugesti pada awalnya mungkin masih bersifat material, akan tetapi kelak akan meningkat menjadi motivasi yang bersifat spiritual. Misalnya, ketika peserta didik melakukan shalat dhuha akan dimudahkan rezeki dan kehidupannya serta dijamin surganya. Akan 63 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, hlm. 279. Jamal Ma’ur Asmani, Buku Panduan..., hlm. 75. 65 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) hlm. 189. 64 34 tetapi kebiasaan tersebut lambat laun akan mengantarkan pada kesadaran, bahwa beribadah karena kebutuhan untuk mendapatkan ridho Allah SWT. d. Identifikasi Penanaman sikap melalui identifikasi adalah meniru orang lain atau suatu organisasi/badan tertentu didasari suatu keterikatan emosinal sifatnya; meniru dalam hal yang ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai; identifikasi seperti ini terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam kelompok tersebut yang dianggap paling mewakili kelompok yang bersangkutan.66 Meniru kegiatan pondok pesantren dalam menanamkan sikap spiritual dan sosial merupakan langkah yang tepat. Pondok pesantren merupakan tempat pembentukan karakter dalam bidang akhlak baiknya, survive dalam hidup mandiri, dan selalu belajar kebaikan dan mengamalkannya karena semata-mata ingin mencari keridhoan Allah. H. Penelitian Terdahulu Yang Relevan 1. Andri Satria, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto tahun 2017, dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian, dianalisis dengan menggunakan data sebelum di 66 Slameto, Belajar dan…, hal. 190. 35 lapangan berupa data-data sementara yang peneliti dapatkan ketika melakukan studi pendahuluan dan analisis data mengacu pada model Miles dan Huberman, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, dan menyajikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Proses internalisasi nilai-nilai multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti: a) guru dalam memberi ruang internalisasi nilai-nilai multikultural, b) penyatuan peserta didik majemuk di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto, c) materi bernilai multikultural berprinsip, dan d) sistem organisasi kelas. 2) Hasil internalisasi nilai-nilai multicultural kepada peserta didik di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto tidak lepas dari kesungguhan pendidik dalam menginternalisasikan nilai-nilai multikultural selama ini. Hasil dari internalisasi nilai-nilai multikultural yaitu peserta didik kini hidup dengan berprinsip pada a) menerapkan nilai demokrasi, b) menghargai kesetaraan atau gender, c) hidup dalam keadilan, d) toleransi antar umat beragama, e) menghormati HAM (Hak Asasi Manusia), dan f) mempererat persatuan dan kesatuan.67 2. Wati Oviana, Jurnal Conference Proceedings ARICIS I Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul “Kemampuan Guru MI Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan Sosial Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra FTK UIN Ar-Raniry. Penelitan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan guru dalam 67 Andri Satria, “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto”, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2017. 36 mengintegraskan sikap spiritual dan sosial dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran serta menemukan kesulitan guru dalam mengintegrasikan sikap spirtual dan sosial dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah pedoman analisis RPP, lembar observasi serta pedoman wawancara untuk menemukan kesulitan guru dalam mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya data di analisis dengan menggunakan persentase dan dideskrispsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial dalam RPP dan pelaksanaan pembelajaran masih bervariasi akan tetapi kemampuan guru mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial dalam pelaksanaan pembelajaran lebih baik dari kemampuan mengintegrasikan dalam RPP.68 c. Aziza Elma Kumala, Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2018, dengan judul “Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang”. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitiannya adalah guru Pendidikan Agama Islam, kepala sekolah, dan peserta didik kelas VII dan kelas VIII SMP Negeri 1 Mertoyudan. Teknik yang digunakan dalam menentukan subjek penelitian adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan 68 Wati Oviana, “Kemampuan Guru MI Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan Sosial Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra FTK UIN Ar-Raniry”, Jurnal Conference Proceedings ARICIS I Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2013. 37 data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai multikultural yang terdapat dalam buku mata pelajaran Pendidikan Agama Islam meliputi nilai toleransi, nilai kesamaan, nilai persatuan, nilai kekerabatan, dan nilai keadilan. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Mertoyudan menggunakan dua metode yaitu metode keteladanan dan metode pembiasaan. Dampak penanaman nilai-nilai multikultural terhadap siswa yaitu tumbuhnya sikap saling toleran, menghormati, menerima pendapat orang lain, saling bekerjasama, tidak bermusuhan, dan tidak adanya konflik karena perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat, dan agama.69 69 Aziza Elma Kumala, “Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang”, Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018. 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian a. Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi SD Negeri 081228 Sibolga. Penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan penelitian yaitu penyusunan proposal. Langkah selanjutnya pengajuan judul ke Kantor Pascasarjana IAIN Padangsidimpuan. Setelah judul disetujui, maka tahap berikutnya konsultasi proposal dan pengumpulan data. Tahap akhir dari penelitian ini adalah analisis data dan penyelesaian/ pengolahan data. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap. Penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan penelitian yaitu penyusunan proposal. Langkah selanjutnya pengajuan judul ke Kantor Pascasarjana IAIN Padangsidimpuan. Setelah judul disetujui, maka tahap berikutnya konsultasi prosposal dan pengumpulan data. Tahap akhir dari penelitian ini adalah analisis data dan penyelesaian/ pengolahan data. Penelitian ini direncanakan selesai pada Maret 2019. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut: 50 51 No Uraian Kegiatan 1 Studi pendahuluan 2 Penyusunan proposal 3 Seminar proposal 4 Pengumpulan data (observasi/ wawancara/ dokumentasi) 5 Analisis data 6 Penyusunan laporan/ penulisan tesis Sep 18 Okt 18 Nov 18 Des 18 Jan 19 Feb 19 Mar 19 B. Jenis dan Metode Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan). Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”.1 Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Penelitian deskriftif kualitatif memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. 2 Pendekatan deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk internalisasi nilai-nilai 1 Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hlm. 30. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua (Jakarta: Kencana, 2017) hlm. 68. 2 52 multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. C. Unit Analisis Unit analisis, yaitu unit yang akan diamati dan dijelaskan yang merupakan satuan dari objek penelitian. Unit analisis dapat berupa individual (perorangan), kelompok/organisasi; massa atau hasil karya manusia. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah internalisasi nilai-nilai multikultural di SD Negeri 081228 Sibolga. D. Sumber Data Data adalah segala informasi mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.3 Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data. Berdasarkan sumbernya, jenis data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti penelitian dilakukan.4 langsung dari sumber pertama atau tempat objek Data primer dalam penelitian ini berasal dari Guru pendidikan agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga. 2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan 3 Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: Erlangga, Edisi ke-2, 2009) hlm. 61. 4 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm. 137. 53 dengan cepat.5 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah Kepala SD Negeri 081228 Sibolga. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data primer dengan metode, yaitu: 1. Metode Wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berhadapan langsung dengan informan. Jenis dari wawancara ini adalah wawancara terstruktur dimana penulis sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang digunakan untuk wawancara kepada responden. 2. Metode Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera lainnya.6 Observasi yang dilakukan penulis, yakni penulis datang ke SD Negeri 081228 Sibolga untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap obyek penelitian 3. Metode dokumen mempelajari merupakan data-data yang teknik telah pengumpulan data didokumentasikan di dengan dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, raport siswa, dan sebagainya. 5 6 Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 137. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif…, hlm. 142. 54 F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data Setelah beberapa metode penelitian dilakukan, selanjutnya peneliti akan melakukan pengolahan data. Semua data yang terkumpul diolah untuk dianalisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan dokumentasi, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.7 Langkah-langkahnya pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mereduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari temanya dan membuang data yang tidak diperlukan.8 Maksudnya, data yang diperoleh peneliti disederhanakan dan data yang tidak diperlukan dipisahkan. Sehingga analisis data menjadi lebih cepat dan mudah. 2. Penyajian Data Penyajian data dalam penelitian kualitatif, bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif. Adapun penyajian data hasil dari tahap reduksi penelitian ini yaitu peneliti memaparkan nilainilai multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm. 244. 8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,, hlm. 338 55 Selain itu, peneliti juga memaparkan bagaimana internalisasi nilai-nilai tersebut, serta faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat penerapan nilai-nilai tersebut. 3. Verifikasi/ Kesimpulan Setelah dilakukan reduksi data, triangulasi, dan penyajian data, langkah selanjutnya yaitu kesimpulan. Kesimpulan dikemukakan dan didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten. Pada penelitian ini penulis menarik kesimpulan dari temuan yang telah dianalisis. Hasil dari analisis tersebut penulis gunakan untuk menyimpulkan internalisasi nilai-nilai multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data Adapun hal-hal yang harus dilakukan peneliti untuk mendapatkan data yang akurat adalah dengan pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan keikutsertaan peneliti, ketekunan peneliti dalam pengamatan, dan triangulasi data. 1. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti Keikutsertaan peneliti dalam waktu panjang sangat menentukan dalam pengumpulan data. Husaini Usman berpendapat, peneliti dalam penelitian kualitatif adalah “Instrumen” itu sendiri. Oleh karena itu di dalam pengumpulan data, perpanjangan keikutsertaan peneliti sangat menentukan. Sebab Perpanjangan Keikutsertaan di dalam pengumpulan data akan memungkinkan kredibilitas data yang dikumpulkan. 9 Dengan 9 Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hlm. 88. 56 perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. 2. Ketekunan Peneliti dalam Pengamatan Menurut Moleong “Keajegan/ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.10 Ketekunan adalah sikap mental yang disertai dengan ketelitian dan keteguhan di dalam melakukan pengamatan untuk memperoleh data penelitian. Adapun Pengamatan, merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses biologis (mata, telinga) dan psikologis (daya adaptasi yang didukung oleh sifat kritis dan cermat). 3. Triangulasi Data Tahap selanjutnya yaitu triangulasi. Triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dalam sebuah penelitian.11 Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 10 Lexi J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi, 2014) hlm. 177. 11 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm. 330. 57 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum 1. Profil SD Negeri 081228 Sibolga Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga merupakan satu dari 16 Sekolah Dasar Negeri di Kota Sibolga. Sibolga memiliki 49 Sekolah Dasar, terdiri dari 34 Sekolah Dasar Negeri, 9 Sekolah Dasar Swasta, 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri, dan 4 Madrasah Ibtidaiyah Swasta.1 SD Negeri 081228 Sibolga berdiri tahun 1944. Kegiatan belajar mengajar terdiri dari dua waktu yaitu, pagi dan sore. Jarak sekolah ke pusat otonomi daerah sekitar 700 m. Adapun luas lahan SD Negeri 081228 Sibolga 710 m2. Keadaan ekonomi orangtua peserta didik di sekolah ini cukup, karena banyak orangtua di daerah ini bekerja sebagai TNI/ POLRI, Pedagang, PNS, dan Nelayan. Peserta didik di sekolah ini juga datang dari beragam masyarakat sekitar seperti suku Pesisir, Batak, Nias dan Jawa. 2 Berikut ini data berkenaan dengan SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019. Tabel 1 Profil Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga a. Identitas Sekolah 1 Nama Sekolah 2 NPSN 3 Jenjang Pendidikan 4 Status Sekolah 5 Alamat Sekolah RT / RW Kode Pos : : : : : : : SD NEGERI 081228 10212182 SD Negeri Jl. Sisingamangaraja 158 0 / 0 22531 1 Dokumen, Data Master Satuan Pendidikan (NPSN), Pendidikan Dasar & Menengah, http://referensi.data.kemdikbud.go.id. 2 Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019. 57 2 Kelurahan Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Negara 6 Posisi Geografis b. Data Pelengkap 7 SK Pendirian Sekolah 8 Tanggal SK Pendirian 9 Status Kepemilikan 10 SK Izin Operasional 11 Tgl SK Izin Operasional 12 Kebutuhan Khusus Dilayani 13 Nomor Rekening 14 Nama Bank 15 Cabang KCP/Unit 16 Rekening Atas Nama 17 MBS 18 Luas Tanah Milik (m2) 19 Luas Tanah Bukan Milik (m2) 20 Nama Wajib Pajak 21 NPWP c . Kontak Sekolah 20 Nomor Telepon 21 Nomor Fax 22 Email 23 Website d. Data Periodik 24 Waktu Penyelenggaraan 25 Bersedia Menerima Bos? 26 Sertifikasi ISO 27 Sumber Listrik 28 Daya Listrik (watt) 29 Akses Internet 30 Akses Internet Alternatif e. Data Lainnya 31 Kepala Sekolah 32 Operator Pendataan : : : : : : Pancuran Kerambil Kec. Sibolga Sambas Kota Sibolga Prop. Sumatera Utara : : : : : : NO. 593.33.41/31/1989 1989-03-27 Pemerintah Pusat NO. 593.33.41/31/1989 1989-03-27 Tidak ada : : : : : : : 290.02.04.015160-3 SUMUT SIBOLGA SDN 081228 SIBOLGA Ya 710 0 1.736636 98.78636 Lintang Bujur : BENDAHARA SD NEGERI 081228 SIBOLGA : 3.91758E+12 : : : : [email protected] http://sdnegeri081228sibolga.blogspot.co.id : : : : : : : Kombinasi Bersedia Menerima Belum Bersertifikat PLN 1300 Telkom Speedy : Syafrizal, S.Pd : Navo Zulkarnain, S.Pd 3 33 Akreditasi 34 Kurikulum : ”B” ditandatangani Badan Akreditasi Sekolah : Kurikulum 2013 Tabel 2 Data Siswa Berdasarkan Agama SD Negeri 081228 Sibolga No Agama Jumlah 1 Islam 575 2 Kristen Protestan 30 3 Kristen Katolik 25 Total 630 2. Letak Geografis SD Negeri 081228 Sibolga Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga terletak di jalan Sisingamangaraja No. 158. Tepatnya di Kelurahan Pancuran Kerambil, Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga, Sumatera Utara. Sekolah ini letaknya bersampingan dengan Kantor Camat Sibolga Sambas dan Kantor Lurah Pancuran Kerambil.3 Letak geografis SD Negeri 081228 Sibolga strategis, karena berada di jalan provinsi dan dekat dengan kantor pemerintahan setempat.4 3. Visi Misi dan Tujuan SD Negeri 081228 Sibolga Berdasarkan penelitian lapangan yang peneliti lakukan, diperoleh data visi, misi, dan tujuan sekolah. Adapun visi SD Negeri 081228 Sibolga adalah “menjadi siswa yang unggul, berprestasi, cerdas, berakhlak mulia berwawasan lingkungan 3 4 Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019. Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018 4 berdasarkan iman dan taqwa”.5 Untuk mewujudkan visi tersebut, SD Negeri 081228 Sibolga menyusun misi: a. Mendidik siswa menjadi insan berakhlak mulia, mandiri, inovatif, kreatif dan kompetitif. b. Mengembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan ekstrakuriluler. c. Melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif melalui metode PAIKEM. d. Menanamkan keyakinan aqidah melalui pengamalan ajaran agama. e. Menjalin kerja sama yang harmonis antara sekolah dan lingkungan masyarakat. f. Melaksanakan 7 K yaitu: keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan dan kesehatan untuk mewujudkan sekolah adiwiyata. Adapun tujuan SD Negeri 081228 Sibolga sebagai berikut: 1) Menciptakan siswa menjadi insan yang berakhlak mulia. 2) Meningkatkan prestasi dan bakat siswa di bidang IPTEK, olahraga dan seni budaya. 3) Meningkatkan mutu akademik dan non akademik di atas kriteria ketuntasan minimal dan SNP. 4) Menciptakan suasana komunikasi yang santun berdasarkan pengamalan ajaran agama. 5) Menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis baik dalam sekolah maupun dengan masyarakat. 5 Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019. 5 6) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan berbudaya lingkungan atau sekolah adiwiyata.6 Berdasarkan visi dan misi, tujuan SD Negeri 081228 Sibolga dapat tercapai. Diantaranya meningkatkan prestasi dan bakat siswa di bidang IPTEK, olahraga dan seni budaya. Hal ini terlihat dari banyaknya piala penghargaan di lemari yang ada di ruang guru. 7 Berikut data prestasi siswa yang diperoleh pada berbagai event: Tabel 3 Prestasi Siswa SD Negeri 081228 Sibolga No Jenis Kejuaraan Tingkat Peringkat Tahun 1 Lomba Vocal Solo Religi (Putri) Rahmad Cup Kota Sibolga Juara Harapan II 2014 2 Lomba Vocal Solo Religi (Putra) Rahmad Cup Kota Sibolga Juara III 2014 3 Lomba Bercerita Kota Sibolga Juara I 2014 4 Lomba Busana Pesisir Kota Sibolga Juara III 2014 5 Lomba Bercerita Kisah Islami Putri Kota Sibolga Juara I 2014 6 Lomba Bercerita Kisah Islami Putri Kota Sibolga Juara III 2014 7 Lomba Busana Pesisir Kota Sibolga Juara III 2014 8 Lomba Festival Nasyid Putri Kota Sibolga Juara I 2014 9 Lomba Festival Nasyid Putra Kota Sibolga Juara II 2014 10 Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putri Kota Sibolga Juara II 2014 11 Lomba Busana Muslim Anak-anak Putra Kota Sibolga Harapan III 2014 12 Lomba Pembuatan Tandu Putra Kota sibolga Juara III 2015 13 Lomba Vocal Solo Religi Putri Kota Sibolga Juara II 2015 14 Lomba Busana Muslim Putra Rahmad Cup Kota Sibolga Juara II 2015 15 Lomba Catur Putri O2SN Kota Sibolga Juara I 2015 16 Lomba Bulu Tangkis Ganda Putri Kota Sibolga Harapan I 2015 6 7 Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019. Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018. 6 17 Lomba Festival Nasyid Putra Kota sibolga Juara I 2015 18 Lomba Festival Nasyid Putri Kota Sibolga Juara I 2015 19 Lomba MTQ Putra Kota Sibolga Juara II 2015 20 Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putra Kota Sibolga Juara III 2015 21 Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putri Kota Sibolga Juara II 2015 22 Lomba Tari Daerah Kota sibolga Juara II 2015 23 Lomba Pembuatan Tandu Putra Kota sibolga Juara III 2015 24 Lomba Vocal Solo Religi Putri Kota Sibolga Juara II 2015 25 Lomba Busana Muslim Putra Rahmad Cup Kota Sibolga Juara II 2015 26 Lomba Catur Putri O2SN Kota Sibolga Juara I 2015 27 Lomba Bulu Tangkis Ganda Puteri Kota Sibolga Harapan I 2015 28 Lomba Festival Nasyid Putra Kota Sibolga Juara I 2015 29 Lomba Festival Nasyid Puteri Kota Sibolga Juara I 2015 30 Lomba MTQ Putra Kota Sibolga Juara II 2015 31 Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek (Putra) Kota Sibolga Juara III 2015 32 Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek (Putri) Kota Sibolga Juara II 2015 33 Lomba Tari Daerah Kota Sibolga Juara II 2015 34 Lomba Vocal Solo Kota Sibolga Juara III 2016 35 Lomba Drumband Kota Sibolga Juara II 2016 36 Lomba Festival Nasyid Putri Kota Sibolga Juara I 2016 37 Lomba Menghapal Ayat Pendek Kota Sibolga Harapan III 2016 38 Lomba Menghapal Ayat Pendek Kota Sibolga Juara II 2016 39 Lomba Festival Nasyid Putri Kota Sibolga Juara I 2016 40 Lomba Membuat Seni Gambar Bercerita Kota Sibolga Juara II 2016 41 Lomba Sholat Jenazah (Putra) Kota Sibolga Juara II 2016 42 Lomba Hifdzil Putra Kota Sibolga Harapan I 2016 43 Lomba Tilawah Putra Kota Sibolga Harapan III 2016 7 4. Fasilitas SD Negeri 081228 Sibolga Fasilitas di SD Negeri 081228 Sibolga merupakan bangunan pemerintah. Fasilitas yang tersedia umtuk mendukung proses belajar mengajar di SD Negeri 081228 Sibolga. SD Negeri 081228 Sibolga memiliki dua unit gedung yang terdiri dari ruang belajar dan kantor.8 Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut: No 1 2 3 4 5 6 7 Tabel 4 Data Sarana dan Prasarana Uraian Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah/ Guru Ruang Lab Ruang Perpustakaan Lapangan Ruang Sholat Toilet Total Jumlah 8 1 0 1 1 1 4 16 Sumber: Dokumen Tata Usaha SD Negeri 081228 Sibolga, 2019.9 8 9 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018. Dokumen Tata Usaha SD Negeri 081228 Sibolga, 2019. 8 9 B. Temuan Khusus 1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi, dapat diketahui kompetensi sikap spiritual siswa dengan tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap spiritual siswa adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 10 Jadi, kompetensi sikap spiritual siswa SD secara keseluruhan adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. Untuk mengetahui nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, peneliti mewawancara guru Pendidikan Agama Islam. Saat ditemui, Ibu Nurhaida Tanjung, S.Pd.I baru selesai mengajar dan akan melaksanakan shalat Dzuhur di mushalla sekolah. Beliau mengenakan pakaian dinas harian dan kerudung putih. 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan. 10 Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Nurhaida Tanjung, S.Pd.I 11 Saat ditanya tentang pentingnya kompetensi spiritual siswa, Nurhaida Tanjung menuturkan: “Kompetensi spiritual siswa merupakan kompetensi yang harus ada pada diri siswa. Itulah yang kita upayakan ketika berinteraksi dengan siswa. Jadi, ini kompetensi atau sikap yang begitu penting tertanam pada diri siswa”.11 Di waktu yang berbeda, peneliti juga bertanya kepada guru Pendidikan Agama Islam lainnya di SD Negeri 081228 Sibolga. Tini Yusniar, S.Pd.I ditemui di ruang kelas dengan suasana persiapan proses belajar mengajar. Ibu Tini mengenakan pakain dinas harian dan kerudung kuning kunyit. Sementara peneliti mewawancara Ibu Tini, beberapa siswa sedang mengepel ruang kelas dan teras sekolah. Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Tini Yusniar, S.Pd.I 11 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 12 Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas Saat tentang pentingnya kompetensi spiritual siswa, beliau menuturkan: “Tentu saja kompetensi spiritual siswa sangat penting, disamping kompetensi lainnya. Dengan adanya sikap spiritual pada diri siswa, maka akan membantu kompetensi lainnya. Misalnya, kompetensi sosial”.12 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kompetensi spiritual merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa. Ibu Nurhaida Tanjung berpendapat kompetensi sikap harus tertanam pada diri siswa yang diupayakan ketika berinteraksi dengan siswa. Ibu Tini Yusniar berpendapat kompetensi spiritual penting karena akan membantu berkembangnya kompetensi lainnya. 12 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 13 Selanjutnya peneliti menanyakan tentang apakah ada nilai multikultural di SD Negeri 081228 Sibolga dan nilai apa saja yang ada, Ibu Nurhaida Tanjung selaku Guru Pendidikan Agama Islam menuturkan: “Ya, ada. Nilai-nilai multikultural tentu saja ada dalam belajar mengajar mata pelajaran Agama Islam, khusunya dalam membentuk kompetensi spiritual siswa kita”.13 Kemudian beliau melanjutkan: “Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi siswa, khususnya kompetensi spiritual siswa diantaranya adalah nilai kesamaan terlihat dari sama-sama mau diatur guru ketika belajar. Pun begitu dengan nilai persatuan dan persaudaraan, terlihat mulai memahami bahwa sesama muslim itu adalah saudara meskipun berbeda suku”.14 Hal senada dituturkan oleh Ibu Tini Yusniar, sebagai berikut: “Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai multikultural. Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa kompetensi spiritual siswa membantu mengembangkan kompetensi sosial, maka tidak heran jika nilai-nilai multikultural pun ada di dalamnya”.15 Masih dikesempatan yang sama, Ibu Tini melanjutkan penuturannya: “Nilai-nilai multikultural jelas terlihat dalam pembentukan kompetensi spiritual siswa, diantaranya nilai kesamaan atau kesetaraan terlihat dari mau memberi antar sesama, nilai persatuan dan persaudaraan, mereka mulai paham meski berbeda suku harus tetap berteman, mau satu bangku atau meja dengan teman yang berbeda suku. Kemudian, nilai-nilai ini kita harapkan memunculkan nilai adil pada diri siswa. Sejauh ini, kami melihat sudah ada nilai keadilan itu”.16 Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di atas, dapat diperoleh informasi berkenaan dengan nilai-nilai multikultural pada 13 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 14 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 15 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 16 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 14 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual. Nilai-nilai tersebut diantaranya: a. Nilai kesamaan b. Nilai persatuan c. Nilai persaudaraan d. Nilai keadilan Sedangkan indikator sikap spiritual antara lain: 1) Berdoa‟a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu 2) Menjalankan ibadah tepat waktu 3) Memberi salam pada saaat awal dan akhir persentasi sesuai agama yang dianut 4) Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa 5) Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri 6) Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu 7) Berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha menjaga lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal, sekola, dan masyarakat 8) Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 9) Bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia. 10) Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.17 17 RPP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 Revisi 2016 15 2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi, memberikan informasi tentang kompetensi sikap sosial siswa. Tingkat kompetensi 1 tingkat (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. Tingkat kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap sosial siswa adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.18 Jadi, kompetensi sikap sosial siswa SD secara keseluruhan adalah: a) Jujur b) Disiplin c) Tanggung jawab d) Santun e) Peduli 18 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan. 16 f) Percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya g) Cinta tanah air. Untuk mengetahui nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, peneliti mewawancara guru Pendidikan Agama Islam. Guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga adalah Ibu Nurhaida Tanjung, S.Pd.I dan Tini Yusniar, S.Pd.I. Masih di tempat yang sama, saat ditanya seberapa penting kompetensi sosial siswa, beliau menuturkan: “Penting, ya sama seperti kompetensi spiritual, kompetensi sosial siswa juga penting. Tuntutan kurikulum kita seperti itu, kurikulum 2013”.19 Hal senada juga diutarakan Ibu Yusniar, sebagai berikut: “Sebagaimana Kurikulum 2013 yang kita jalankan, kompetensi sosial siswa merupakan kompetensi yang harus ada juga dalam diri siswa. Sama pentingnya dengan kompetensi spiritual. Kedua kompetesi ini saling bersinergi membentuk kepribadian siswa”.20 Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi sosial siswa penting dimiliki siswa. Menurut Ibu Nurhaidah dan Ibu Yusniar, kompetensi sosial sama pentingnya dengan kompetensi spiritual. Kedua kompetensi tersebut tertuang dalam Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga melaksanakan kurikulum 2013. 19 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 20 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 17 Selanjutnya peneliti menanyakan tentang nilai multikultural apa yang ada pada pembentukan kompetensi sosial siswa. Guru Pendidikan Agama Islam menuturkan: “Nilai-nilai multikultural ada dalam mata pelajaran Agama Islam. Terkait dengan dalam membentuk kompetensi sosial siswa, tentunya nilai-nilai multikultural ada, misalnya sikap jujur akan menunjukkan nilai multikultural keadilan, sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai persaudaraan, dan toleransi ketika siswa berbeda pendapat, mereka tidak pernah bertengkar karenanya”.21 Ibu Yusniar juga menuturkan: “Ada, tentu saja ada nilai multikultural pada mata pelajaran Agama Islam dalam membentuk kompetensi sosial siswa di SD Negeri 081228 Sibolga ini. Contohnya, siswa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dan disiplin mencerminkan nilai kesamaan atau kesetaraan. Ketika ada menyampaikan pendapat tidak bereaksi berlebihan mencerminkan toleransi, ya kadang masih ada kata hemmm...tapi hanya sesaat”. 22 Berdasarkan observasi dan hasil wawancara diperoleh informasi berkenaan dengan nilai-nilai multikultural pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan kompetensi sosial. Nilai-nilai tersebut diantaranya: 1) Nilai toleransi 2) Nilai kesamaan 3) Nilai persatuan 4) Nilai persaudaraan 5) Nilai keadilan 21 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 22 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 18 3. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang ditekankan pada peningkatan watak dan pembentukan karakter siswa agar lebih baik lagi dalam mengahadapi gejolak menurunnya moral anak-anak dan remaja khususnya pelajar pada akhir-akhir ini. Maksud dari kurikulum 2013 adalah untuk membentuk generasi terbaik anak bangsa Indonesia di masa yang akan datang dan menyiapkan peserta didik dalam menghadapi segala masalah dan tantangannya. Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga menginternalisasi nilai-nilai multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan beberapa cara, diantaranya: a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural Dalam pelaksanaan pembelajaran, penanaman nilai-nilai multikultural pada pembelajaran PAI hal ini sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan lima pilar belajar, yaitu: 1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) Belajar untuk memahami dan menghayati 3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, 19 4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan 5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 23 Ibu Nurhaida menuturkan: “Untuk menginternalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, kita berupaya mengoptimalkan kemampuan menyampaikan materi”.24 Senada dengan hal di atas, Ibu Tini Yusniar mengutarakan: “Memperbaiki terus cara kita menyampaikan materi kepada siswa, ya intinya selalu ada perbaikan, kita mengoptimalkan kemampuan agar Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga ini terinternalisasi”‟25 Kemampuan guru dalam mengajarkan materi tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan sangat baik. Guru memiliki pemahaman keberagamaan yang komprehensif”.26 Hal ini terlihat saat guru menjelaskan kepada peserta didik guru selain memakai dasar QS. AlKaafirun dan QS. Al-Hujurat ayat 13, beliau juga memakai ayat pendukung yaitu memakai surat Yunus ayat 99. QS. Al-Hujurat:13: 23 BNSP, “Kompetensi Panduan Umum”, dalam bsnpindonesia.org/wpcontent/uploads/kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.pdf, 09 Februari 2019. 24 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 25 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 26 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019. 20                            Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.27 QS. Yunus:99:                     Artinya: “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya?”.28 Guru juga menjelaskan pada siswa tentang Hadits yang menceritakan ketika suatu saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi SAW langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi SAW menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. 27 28 Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 517. Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 220. 21 b. Mempersiapkan materi terkait multikultural Materi ajar yang dikembangkan guru disesuaikan dengan mata pelajaran dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat. Sebagaimana yang disampaikan oleh guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga berikut: “Selain terus memperbaiki kemampuan mengajar, tentunya kita juga harus mempersiapkan materi dengan baik. Untuk internalisasi nilai multukultural ya materi yang berhubungan dengan itu”.29 Ibu Nurhaida Tanjung juga menyampaikan: “Materi ajar, materi ajar ini harus kita persiapkan dengan baik, apalagi yang terkait dengan multikultural. Meskipun materi ini diulang setiap tahun, tetap saja kita persiapkan kembali”.30 Materi yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai-nilai multikultural diantaranya: 1) Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan. Guru memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk selalu bersikap toleran dan humanis, yaitu sikap saling menghormati, dan menghargai keberagaman serta memandang bahwa perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dari Tuhan. 29 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 30 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 22 2) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam dengan menyampaikan dasar yang bersumber dari Al-Qur‟an, yaitu; QS. Al-Kaafirun:                                    Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".31 Ibu Nurhaida Tanjung dalam menyampaiakan konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam terlebih dahulu menyampaikan latar belakang turunnya QS. Al-Kaafirun. Beliau menuturkan: “Untuk memahamkan toleransi, saya menyampaiakan latar belakang turunnya QS. Al-Kaafirun. Seperti, ketika para petinggi kafir Quraisy terdiri atas Walid Al Mughirah, Aswad bin Abdul Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf datang kepada Rosulullah SAW, menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan ajaran agama secara bersamasama. Usulnya, agar Nabi Muhammad SAW beserta umatnya mengikuti kepercayaan mereka dan merekapun akan mengikuti ajaran Islam. Mereka berkata “selama setahun kami akan menyembah Tuhanmu dan selama setahun juga kamu harus menyembah Tuhan kami. Bila agamamu benar kami mendapatkan keuntungan karena 31 Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an…, hlm. 603. 23 bisa menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamupun memperoleh keuntungan.” Mendengar usulan tersebut Nabi Muhammad SAW menjawab dengan tegas, “ aku berlindung kepada Allah dari perbuatan menyekutukanNya.” Maka turunlah ayat surat Al Kaafirun tersebut yang kemudian dibacakannya.32 Ibu Nurhaida Tanjung menyampaiakan konsep toleransi dengan lugas dan jelas. Ketika siswa bertanya, beliau menjelaskan 33 kembali dengan bahasa yang baik dan penyampaian yang menarik. Dengan demikian pemahaman konsep toleransi sampai kepada siswa. c. Membentuk Jiwa Islami Islam mengajarkan bahwasanya standar normatif kebenaran dan perbuatan seorang hamba hanyalah bersumber dan berstandar pada AlQur‟an dan Al-Hadits. Sikap spiritual sangat erat hubungan dengan keagamaan, dan penting ditanamkan kepada peserta didik yaitu untuk membentuk dan mengarahkan ruh dan jiwa Islami, seperti apa yang dikatakan Ibu Nurhaidah Tanjung yaitu: “Itu mengarahkan jiwa dan ruh Islami, tidak hanya dipikiran tetapi masuk kedalam pribadi anak, tidak hanya sekolah tetapi sepanjang masa, membaca dan mendalami isinya. Dan setiap jiwa peserta didik itu berbeda-beda dalam mengalami perubahan, dan tidak ada alat ukur pasti kecuali mereka membaca dengan istiqamah dalam membacanya”.34 32 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 33 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 19 Februari 2019. 34 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 24 Ibu Tini Yusniar mengatakan: “Untuk menginternalisasi Nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga kita membentuk jiwa Islami pada siswa”.35 Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai tugas yang cukup berat, yaitu membina pribadi anak di samping mengajarkan pengetahuan kepada anak, guru agama harus membawa peserta didik kearah pembinaan pribadi yang sehat dan baik.36 Senada dengan Bambang, Mahmud menyatakan Guru tidak hanya mencerdaskan pikiran, melainkan membimbing, mengarahkan, meningkatkan, dan menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 37 Seorang guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para muridnya.38 Inspirasi dalam bentuk perkataan dan nasihat yang membangun maupun perbuatan yang patut dicontoh oleh peserta didiknya untuk membangun kepribadiannya. Guru adalah seorang pendidik, yang tugasnya tidak hanya mengajarkan materi-materi dalam buku pelajaran, tetapi bagaimana mendidik siswanya untuk lebih berkembang lagi sikapnya, baik itu sikap kepada guru, teman maupun diri sendiri. Dengan sikapnya yang bersahabat dan pengabdiannya yang tulus kepada peserta didiknya, niscaya guru yang sedemikian itu akan mendapatkan pencapaian pribadi yang tinggi. 35 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 36 Bambang, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hlm. 60. 37 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 245. 38 Jamal, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2013) hal. 169. 25 Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SD Negeri 081228 Sibolga nilai-nilai sikap spiritual yang ditanamkan kepada peserta didik yaitu, menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama. Sebagaimana yang Ibu Nurhaidah sampaikan: “Kalau spiritual, dalam hal membentuk jiwa Islami, kami membiasakan siswa menghapal juz 30, sebelumdan sesudah belajar berdo‟a, menekankan kepada peserta didik selalu bersyukur atas rezeki yang Allah berikan”.39 Ibu Tini Yusniar juga mengatakan: “Kami juga membiasakan siswa membaca kisah-kisah Nabi dan sahabat, kemudian menceritakn ulang di depan kelas serta mengambil suatu hikmah dari kisah tersebut”.40 Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya dikemudian hari.41 Dapat dianalisis bahwa membasakan siswa dalam suatu kegiatan akan membentuk kepribadiannya. Bersyukur dan bersabar merupakan kunci dalam menginternalisasi nilai kepada peserta didik. 4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam, tugas utamanya bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, melainkan menjadi role model bagi 39 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 40 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 41 Bambang, Psikologi Agama..., hlm. 93. 26 siswa-siswanya. Artinya, seorang guru harus mampu menjadi uswatun khazanah dari materi-materi yang diajarkan dikelas. Uswatun khazanah merupakan salah satu metode penting penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Dengan uswah (contoh), peserta didik dapat secara langsung mengamati model perilaku, baik perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik dari model yang akan ditiru.42 Interaksi sangat penting dalam proses belajar-mengajar, dengan interaksi yang baik akan mendorong terciptanya pembelajaran yang aktif, dengan interaksi yang baik guru akan mengenali potensi yang ada pada setiap siswa. Dalam interaksi di SD Negeri 081228 Sibolga antara guru PAI dan siswanya yaitu mengkomunikasikan tentang materi dan penerapannya dalam kehidupan seharihari, cara berkerudung yang baik, kemudian tentang cara cepat menghapal surahsurah. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan guru PAI berikut: “Dalam pembentukan kompetensi sosial siswa, kita berusaha diskusi agar ada interaksi antara siswa dan guru, ataupun sesama siswa. Bagaimana cara mudah mengahapal surah, misalnya. Jadi, melatih kepercayaan diri juga”.43 Nilai sikap sosial yang dilakukan dalam pembelajaran PAI yaitu jujur, tanggung jawab dan percaya diri. Seperti apa yang dikatakan Ibu Tini Yusniar yaitu: “Kalau mengerjakan tugas saya tegaskan untuk selalu jujur, kerjakan sendiri dan Allah itu mengawasi kalian dalam mengerjakan, jika guru tidak tahu tetapi Allah tahu. Kemudian jika melaksanakan kerja kelompok mereka mengerjakan tugasnya secara bersama-sama sebagai bentuk 42 Sutrisno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015) hlm. 145. 43 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 27 gotong royong dan rasa tanggung jawab mereka, kemudian saya tekankan sikap percaya diri dalam menyampaikan pertanyaan”. 44 Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk keuntungan dirinya. Dalam mengerjakan ulangan rata-rata peserta didik mempunyai ketidakyakinan atau tidak percaya diri dengan jawaban sendiri, ini mengakibatkan peserta didik mencontek pada kegiatan ulangan. Walaupun guru tidak tahu jika peserta didik atau siswanya mencontek tetapi Allah itu tahu apa dan itu akan dicatat dan dipertanggung jawabkan kelak. Membudidayakan perbuatan jujur merupakan sikap yang akan menimbulkan ketentraman dan kenyaman jiwa yang akan membuka segala pintu kebaikan.45 Pengarahan-pengarahan dari guru Pendidikan Agama Islam tentang selalu berbuat baik dan mempunyai akhlak mulia sangatlah bermanfaat terutama untuk kebaikan peserta didik agar lebih percaya diri dalam melaksanakan tugas dan bertanggung jawab sebagai peserta didik. Dengan demikian internalisasi Nilainilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga adalah dengan cara interaksi komunikatif dan pembinaan sikap jujur dan tanggung jawab. 44 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 45 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019. 28 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga a. Faktor Pendukung Internalisasi pada pelaksanaannya memiliki faktor pendukung dan penghambat. Baik dari internal ataupun eksternal. Untuk mengetahui hal tersebut maka dilakukan wawancara, sebagaimana yang dituturkan Kepala Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga: “Sikap peserta didik dapat menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya, serta fasilitas di Sekolah yang mendukung untuk pengamalan dari ajaran agama yang telah diajarkan guru kepada peserta didik, walaupun di Sekolah ini ada terdapat berbagai macam suku dan agama mereka masih menghargai temannya yang berbeda agama dan begitu juga dengan guru-gurunya”46 Kepala Sekolah juga menuturkan: “Komunikasi saya dengan guru PAI sangat baik. Terutama dalam membentuk kompetensi spritual dan sosial siswa di SD Negeri 081228 Sibolga ini. Ya saling berkisambungan, kooperatif, dan memediasikan masalah-masalah yang timbul, menyelesaikannnya dengan cara musyawarah”47 Ibu Nurhaida Tanjung ketika ditanyakan tentang faktor pendukung internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, beliau menuturkan: “Menurut saya, faktor pendukung internalisasi di SD Negeri 081228 Sibolga ini adalah komunikasi yang baik antara guru dan siswa, kepedulian Kepala 46 47 Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 29 Sekolah terhadap proses belajar mengajar, memfasilitasi apa yang diperlukan”.48 Ibu Tini Yusniar juga mengatakan: “Suksesnya internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi tidak terlepas dari interaksi komunikatif diantara kita. Siswa mau diarahkan, Kepala Sekolah tanggap situasi, dan fasilitas yang mendukung meskipun belum maksimal tapi sangat membantu”.49 Berdasarkan hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa faktor pendukung internalisasi di SD Negeri 081228 Sibolga menurut Bapak Syafrizal adalah komunikasi yang baik, hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif. Selaras dengan hal tersebut, Ibu Nurhaida berpendapat komunikasi yang baik antara guru dan siswa juga menjadi faktor pendukung. Kemudian Ibu Tini Yuniar menambahkan bahwa faktor pendukung lainnya adalah fasilitas yang ada. b. Faktor Penghambat Faktor penghambat internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa sebagai berikut: “Faktor penghambat internalisai nilai multikultural menurut saya, waktu yang tersedia kurang memadai, 140 menit perminggu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam”.50 Ibu Tini Yusniar menuturkan: “Ya, ada faktor penghambat dalam internalisasi ini, SD Negeri 0181228 Sibolga jadwal masuk belajar siswa terbagi dalam tiga waktu belajar, yaitu jam 07.00-12.00 WIB, 10.00-13.00 WIB, dan 13.00-17.00 WIB dengan durasi mata pelajaran agama 140 menit perminggu. Jadi, kita tidak bisa 48 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 49 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 50 Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 30 memberikan tambahan belajar kepada peserta didik karena waktu yang singkat”.51 Pada kesempatan yang berbeda, Ibu Nurhaida menuturkan: “Jumlah siswa kita banyak sementara ruang belajar masih kurang, ini menyebabkan jadwal belajar dibagi dalam tiga waktu. Jadi, tidak ada waktu tambahan belajar atau bimbingan kepada peserta didik, menurut saya itu menjadi penghambat internalisasi di sini”.52 Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui ada faktor penghambat internalisasi nilai mutikultural. Menurut Bapak Syafrizal, selaku Kepala Sekolah, yang menjadi faktor penghambat adalah jam belajar yang kurang. Sedangkan Ibu Tini Yusniar berpendapat, selain waktu belajar perminggu yang kurang memadai faktor penghambat internalisasi adalah tidak bisa memberikan belajar tambahan untuk siswa karena tidak ada waktu longgar. Senada dengan pendapat Ibu Tini, Ibu Nurhaida juga menambahkan ruangan yang kurang menjadi penghambat internalisasi. C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan salah satu tuntutan pada kurikulum 2013. Di SD Negeri 081228 Sibolga terdapat nilai-nilai multikultural 51 Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 52 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 31 dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam. Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai kesamaan, nilai persatuan, nilai persaudaraan dan nilai keadilan. Adapun pembahasannya sebagai berikut: a) Nilai Kesamaan Nilai kemaanusian adalah mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Nilai kesamaan di SD Negeri 081228 Sibolga terlihat dari sama-sama mau diatur guru ketika belajar. Setiap siswi wajib mengenakan pakaian muslimah ketika belajar.53 Hal ini untuk membiasakan siswi menjalankan ajaran agama Islam. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 31:                                                                                                   Artinya: ”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, 53 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019. 32 atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.54 Berdasarkan QS. An-Nur ayat 31 di atas dapat diketahui bahwa setiap musimah wajib menutup aurat. Meskipun siswa belum baligh, guru wajib menyerukan dan membiasakan siswa menutup aurat. Siswa melaksanakan perintah guru untuk berpakaian muslimah merupakan cerminan dari menaati perintah Allah SWT. Hal ini merupakan sikap spiritual siswa sekolah dasar. b) Nilai Persatuan Nilai persatuan yaitu membentuk pemahaman, pikiran, dan sikap yang mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama. Nilai persatuan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga sudah terlihat. Sebagaimana penuturan Ibu Nurhaida Tanjung, siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat. Siswa lebih mengutamakan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. c) Nilai Persaudaraan Nilai persaudaraan yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari rasa persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok. Nilai persaudaraan 54 Depag RI, Alhidayah Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang: Kalim, 2011) hlm. 353. 33 dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga sudah ada. Nilai ini terlihat siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu adalah saudara meskipun berbeda suku.55 Setelah guru menjelaskan tentang bermacam suku, budaya dan juga petingnya persaudaraan, siswa mampu memahamimnya. Siswa tidak keberatan jika harus satu bangku atau satu kelompok dengan suku yang berbeda dengannya. Sikap menghormati perbedaan ada pada QS. Al-Hujurat:13:                           Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.56 d) Nilai Keadilan Nilai keadilan yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan porsinya masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan yang sama. Nilai keadilan ini tercermin pada sikap siswa SD Negeri 081228 Sibolga pada saat pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu, siswa mau bekerjasama dengan 55 Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 56 Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang: Kalim, 2011) hlm. 517. 34 siapa saja dan memperlakukan temannya tanpa membeda-bedakan.57 Dengan demikian, siswa mampu berbuat adil dengan temannya. 2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga ada lima nilai. Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai toleransi, nilai kesamaan, nilai, persatuan, nilai persaudaraan dan nilai keadilan. Adapun pembahasannya sebagai berikut: a) Nilai Toleransi Toleransi merupakan sikap menghormati, menerima pilihan, pandangan, keyakinan, kebiasaan, dan pendapat orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dalam pembentukan kompetensi sosial, dapat tercermin nilai toleransi. Berdasarkan observasi, nilai toleransi tercermin ketika siswa menyampaikan pendapat atas pertanyaan guru. Hal in didukung dengan pernyataan Ibu Tini Yusniar yang menyatakan siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat. Meskipun masih terdengar kata „hemm‟ yang seolah ingin mengatakan “benarkah?”, akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama dan tidak berlebihan sehingga siswa yang sedang memberikan pendapat tidak minder dengan reaksi temannya. Dengan demikian ha ini menunjukkan siswa tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat dan dapat menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya. 57 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019. 35 Dalam pembentukan kompetensi sosial siswa dapat tercermin nilai toleransi. Berdasarkan observasi peneliti, siswa dapat menerima pilihan yang diberikan oleh guru. Misalnya, guru membagi kelompok untuk menyelesaikan tugas membersihkan mushallah untuk praktik shalat. Siswa mendapatkan teman kelompok yang bukan teman dekatnya akan tetapi siswa menerima tanpa mempermasalahkan hal tersebut.58 Dengan tidak mempermasalahkan siapa teman sekelompok sudah mencerminkan sikap sosial siswa. Contoh lain dituturkan guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga adalah toleransi ketika siswa berbeda pendapat tentang hapalan surah yang diberikan guru, mereka tidak pernah bertengkar karenanya. 59 siswa tidak mau berlama-lama dalam kebingungan dan perbedaan pendapat, mereka langsung mengkonfirmasi kepada guru. Dari hasil penelitian dapat diketahui siswa SD Negeri 081228 Sibolga dalam kompetensi sosial mampu menunjukkan sikap toleransi. b) Nilai Kesamaan Nilai kemaanusian adalah mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Nilai kesamaan di SD Negeri 081228 Sibolga terlihat dari tanggung jawab yang dilaksanakan siswa. Siswa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan guru. Misalnya, guru menyuruh menyalin QS. Al-Kafirun ke buku tulis masingmasing, siswa dengan rasa tanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut dan 58 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019. Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 59 36 mengumpulkan sesuai waktu yang ditentukan, hal ini mencerminkan sikap disiplin. c) Nilai Persatuan Nilai persatuan yaitu membentuk pemahaman, pikiran, dan sikap yang mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama. Nilai persatuan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga sudah terlihat. Siswa sama-sama mau kerja kelompok dengan siapa saja, baik beda suku ataupun beda status sosial. Siswa mengutamakan persatuan dan membiarkan perbedaan. d) Nilai Persaudaraan Nilai persaudaraan yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari rasa persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok. Nilai persaudaraan dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga sudah terlihat. Sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung sigap mengantarkan ke ruang UKS. Contoh lain, ketika ada siswa yang rumahnya mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan. 60 Hal ini tidak terlepas dari penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ketika menyampaikan materi pembelajaran. Siswa mempraktikkan pelajaran. 60 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019. paham dan langsung 37 e) Nilai Keadilan Nilai keadilan yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan porsinya masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan yang sama. Nilai keadilan ini tercermin pada sikap siswa SD Negeri 081228 Sibolga pada saat pelajaran pendidikan agama Islam yaitu sikap jujur. Sikap jujur ini terlihat saat ujian siswa tidak menyontek, tidak mau berbohong, dan tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya. Siswa yang jujur akan dapat berlaku adil dengan temannya dan siapa saja.61 3. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga dilakukan dengan cara: a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural Berdasarkan hasil observasi, kemampuan guru dalam mengajarkan materi tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan sangat baik. Guru memiliki 61 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019. 38 paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat dan komprehensif.62 Hal ini terlihat saat guru menjelaskan kepada peserta didik guru selain memakai dasar QS. Al-Kaafirun dan QS. Al-Hujurat ayat 13, beliau juga memakai ayat pendukung yaitu memakai QS. Yunus ayat 99.                      Artinya: “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”.63 Guru juga menjelaskan pada siswa tentang Hadits yang menceritakan ketika suatu saat Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi SAW langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai Rasul?” Nabi SAW. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalam nya. Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga guru tidak hanya mengajar tetapi juga menanamkan ketrampilan hidup bersama menurut perspektif agama,64 pendewasaan emosional siswa, kesetaraan dan partisipasi (kerja kelompok) dalam komunitas yang plural secara agama, kultural, ataupun etnik. Kepada para siswa guru memberikan pemahaan bahwa 62 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019. Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 220. 64 Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 63 39 hidup di dalam demokrasi yang memberikan pengesahan adanya hak hidup yang setara atas keanekaragaman pandang dalam aneka dimensi, betapapun besar kadar perbedaannya, perbedaan adalah rahmat dan dapat diartikan sebagai kenikmatan. Guru membimbing siswa untuk selalu hidup berdampingan dan bekerja sama, dicontohkan dalam menentukan teman satu kelompoknya siswa tidak diperbolehkan membeda-bedakan teman satu kelompoknya.65 Guru memberikan pemahaman kepada siswa bahwa memahami bukan serta menyetujui. Saling memahami adalah kesadaran bahwa nilai-nilai dalam kehidupan bisa berbeda, dan akan saling melengkapi serta memberi kontribusi terhadap relasi yang dinamis dan hidup. Guru memberikan contoh keteladanan kepada siswa dalam menerapkan toleransi, kerukunan dan kesetaraan. Hal ini dicontohkan guru saat menjalin hubungan sosial dengan guru lain yang beragama non muslim, dan bersosialisasi dengan semua warga sekolah mulai dari tukang kebun, penjaga sekolah, guru sampai dengan kepala sekolah maupun komite.66 Dengan pembelajaran seperti ini, diharapkan akan tercipta sebuah kesadaran dikalangan peserta didik. Jika desain semacam ini dapat terimplementasi dengan baik, harapan terciptanya kehidupan yang damai, penuh toleransi, dan tanpa konflik lebih cepat akan lebih terwujud. b. Mempersiapkan materi terkait multikultural Materi ajar yang dikembangkan guru sudah disesuaikan dengan mata pelajaran dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang 65 66 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019. Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019. 40 dibuat.67 Materi yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai-nilai multikultural diantaranya, Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan. Guru memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa hidup dalam negara demokrasi yang dituntut untuk selalu bersikap toleran dan humanis, yaitu sikap saling menghormati, dan menghargai keberagaman serta memandang bahwa perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dari Tuhan. 1) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam dengan menyampaikan dasar yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits, yaitu; QS. Al-Kaafirun:                                       Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".68 Asbabun nuzul (latar belakang turunnya) surat Al Kaafirun adalah ketika para petinggi kafir Quraisy terdiri atas Walid Al Mughirah, Aswad bin Abdul Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf datang kepada Rosulullah SAW, menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan ajaran 67 68 Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019. Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an…, hlm. 603. 41 agama secara bersama-sama. Usulnya, agar Nabi Muhammad SAW beserta umatnya mengikuti kepercayaan mereka dan merekapun akan mengikuti ajaran Islam. Mereka berkata “selama setahun kami akan menyembah Tuhanmu dan selama setahun juga kamu harus menyembah Tuhan kami. Bila agamamu benar kami mendapatkan keuntungan karena bisa menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar, kamupun memperoleh keuntungan.” Mendengar usulan tersebut Nabi Muhammad SAW menjawab dengan tegas, “aku berlindung kepada Allah dari perbuatan menyekutukan-Nya.” Maka turunlah ayat surat Al Kaafirun tersebut yang kemudian dibacakannya. 69 c. Membentuk Jiwa Islami Islam mengajarkan bahwasanya standar normatif kebenaran dan perbuatan seorang hamba hanyalah bersumber dan berstandar pada Al-Qur‟an dan AlHadits.70 Sikap spiritual sangat erat hubungan dengan keagamaan, dan penting ditanamkan kepada peserta didik yaitu untuk membentuk dan mengarahkan ruh dan jiwa Islami, seperti apa yang dikatakan bapak Syafrizal71 yaitu: Itu mengarahkan jiwa dan ruh Islami, tidak hanya dipikiran tetapi masuk kedalam pribadi anak, tidak hanya sekolah tetapi sepanjang masa, membaca dan mendalami isinya. Dan setiap jiwa peserta didik itu berbeda-beda dalam 69 Dahlan dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an (Bandung: Penerbit Diponegoro, 2006) hlm. 684. 70 Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu (Jakarta: Gaung Persada Press, 2016) hlm. 57. 71 Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019. 42 mengalami perubahan, dan tidak ada alat ukur pasti kecuali mereka membaca dengan istiqamah dalam membacanya. Jiwa adalah sesuatu yang bersifat abstrak, yang sangat susah untuk mengenalinya. Salah satu cara untuk mengenali jiwa adalah dengan mengobservasi perilakunya, walaupun perilaku bukan merupakan pencerminan dari jiwa secara keseluruhan. Mahmud dalam bukunya72 mengambil pendapatnya Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa jiwa pada diri manusia yang merupakan substansi yang tidak dapat diindra, terdiri dari jiwa rasional, apetitif, dan syahwat dengan dayanya masing-masing. Ketika aktivitas ketiganya normal, serasi dan patuh pada jiwa rasional, muncullah keutamaan-keutamaan ilmu dan filsafat, kesantunan dan keberanian, kesederhanaan dan kedermawananan sehingga terciptalah keadilan. Rudi dalam jurnalnya 73 mengambil pendapatnya Hamka mendefiniskan bahwa jiwa merupakan jejak atau hasil interaksi antara aspekaspek jiwa, yaitu seperti akal, hawa nafsu dan kalbu. Konsep ini menitik beratkan pada perseteruan akal dengan hawa nafsu sebagai dua kekuatan utama dalam jiwa manusia, sementarakondisi kalbu yang akan menjadi kondisi jiwa secara keseluruhan sepenuhnya tergantung pada hasil perseturuan tersebut. Sedangkan arti Islam adalah selamat, jadi jiwa Islami adalah jiwa yang arahnya menuju ke keselamatan terutama untuk dirinya sendiri. Dapat dianalisis bahwa kegiatan pembiasaan membaca do‟a sebelum dan seduah belajar, menghapal juz 30, menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan sahabat merupakan pembelajaran berpengaruh terhadap kepribadian peserta didik. 72 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 279. Rudi Ahmad, “Pendidikan Islam: Telaah Konseptual mengenai Konsep Jiwa Manusia, Jurnal, Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim Vol. 14 No 1 2016, hlm. 44. 73 43 4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswanya melalui proses pembiasaan. Pembiasaan dalam pembelajaran prosesnya dilaksanakan secara bertahap. Pembiasaan itu dijadikan sebagai strategi agar peserta didik menjadi biasa dengan sifat-sifat baik sebagai rutinitas di sekolah maupun di keluarga, sehingga peserta didik melaksanakan pembiasaan itu tanpa susah payah, tanpa kehilangan tenaga dan tanpa menemukan kesulitan. Hafalan adalah proses berpikir paling rendah yaitu mengingat-ingat kembali materi, setelah dihafalkan maka dipahami dan direnungkan untuk mengetahui manfaat untuk diri sendiri dan orang lain, dan jika itu baik diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sikap peserta didik dalam bersosialisasi dengan peserta didik lain dalam pembelajaran pendidikan agama Islam seperti kekeluargaan. Hal ini terjadi karena guru interaksi komunikatif dengan peserta didik, sehingga muncul kepercayaan diri dalam menyampaikan pendapat. Peserta didik SD Negeri 018228 Sibolga saling mengingatkan dalam kebaikan seperti mengingatkan tugas dan mengingatkan waktu shalat, dan tolong menolong dalam mengerjakan tugas mata pelajaran pendidikan agama Islam. Mengingatkan waktu shalat merupakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap sesama manusia yang sangat dianjurkan oleh Islam, seperti halnya menyampaikan kebaikan walaupun hanya satu ayat, ataupun peserta didik dan menolong 44 mengerjakan tugas adalah perbuatan hablun min an-nas yang harus dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik harus memahami dimana tugas yang harus dikerjakan sendiri dan mana yang tugas dikerjakan secara bersama-sama, perbuatan ini akan mempererat kebutuhan peserta didik sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan satu sama lainnya. Hal ini membiasakan siswa bersikap jujur dan bertangung jawab. 5. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga Dalam pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan pada peserta didk, pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi penerus. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar untuk mengembangkan potensi diri seseorang agar ia memiliki kekuatan spritual keagamaan dan kecerdasan seperti yang diharapkan. Pada hakikatnya sifat manusia bersifat sosial, yakni dapat mempelajari interaksi antar sesama manusia lainnya dan hampir segala sesuatu yang dipelajari merupakan hasil hubungan dengan orang lain, di rumah, di sekolah dan lain sebagainya. Internalisasi tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Dari hasil observasi dan wawancara di SD Negeri 081228 Sibolga diperoleh informasi berkenaan faktor tersebut. Salah satunya adalah faktor internal, yang mana faktor 45 ini muncul dari diri peserta didik sendiri berkat motivasi dirinya dengan berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebab-sebab faktor intern pendorong belajar ialah motivasi, minat, bakat, dan keninginan sendiri untuk lebih maju. Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar muncul dari faktor intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah peserta didik itu dalam belajarnya aman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar itu muncul dari diri sendiri tidak dari orang lain. Faktor eksternal juga tidak terlepas dari proses internalisasi nilai. Dalam bahasan ini adalah faktor kesuksesan belajar yang ditunjang oleh faktor-faktor yang berada di luar pribadi subyek belajar, dalam hal ini tentunya menyangkut beberapa hal diantaranya faktor guru, keadaan lingkungan dan media yang digunakan. Guru sebagai sosok sentral dalam kegiatan pembelajaran tentunya merupakan sosok yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik utamanya yang mengunakan jalur pendidikan formal. Eksistensi guru tentunya diakui oleh semua golongan dalam hal keberhasilan belajar anak. Keadaan lingkungan, seperti penerangan, kenyamanan, ada musik latarnya merupakan kondisi yang kondusif untuk keberhasilan belajar. Oleh karena itu keadaan lingkungan sekitar dalam belajar dapat direkayasa sedemikian rupa untuk keberhasiln belajar. Tentunya hal ini adalah bagian dari strategi pembelajaran yang dapat di buat oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap hasil belajar siswa. Dalam hal ini tentunya peran guru haruslah cukup besar andilnya dalam menyediakan keadaan lingkungan yang baik. Media pelajaran, adalah segala 46 sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Bila pencapaian tujuan pembelajaran telah dapat dicapi dengan mudah, maka keberhasilan belajar siswa akan dapat ditingkatkan. Ketersedian ruangan dan waktu yang tidak memadai merupakan faktor penghambat internaisasi nilai di SD Negeri 081228 Sibolga. D. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu: 1. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan wawancara yaitu jawaban yang diberikan oleh narasumber bisa jadi berpotensi tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya. 2. Waktu yang tersedia untuk wawancara realtif pendek karena narasumber padat jadwal mengajar disebabkan pembelajran sekolah yang full time. 3. Dana yang dapat disediakan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian sangat terbatas 47 48 5. Struktur Organisasi SD Negeri 081228Sibolga Bagan Struktur Organisasi Sekolah 49 103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini adalah: 1. Nilai-nilai multikultural dalam mata pelajaran pendidikan pembentukan kompetensi spiritual pada agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, yaitu: a. Nilai kesamaan, terlihat dari siswa sama-sama mau diatur guru ketika belajar. b. Nilai persatuan, siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat. Siswa lebih mengutamakan menyelesaikan tugas yang diberikan guru. c. Nilai persaudaraan, siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu adalah saudara meskipun berbeda suku. d. Nilai keadilan, siswa mau bekerjasama dengan siapa saja dan memperlakukan temannya dengan adil tanpa membeda-bedakan. Sedangkan indikator sikap spiritual antara lain: berdoa’a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu, menjalankan ibadah tepat waktu, memberi salam pada saaat awal dan akhir persentasi sesuai agama yang dianut, bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri, mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu, berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau 103 104 melakukan usaha menjaga lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal, sekola, dan masyarakat, memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia, dan menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. 2. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, yaitu: a. Nilai toleransi, siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat. b. Nilai kesamaan atau kesetaraan, siswa dengan rasa tanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut dan mengumpulkan sesuai waktu yang ditentukan, hal ini mencerminkan sikap disiplin. c. Nilai persatuan, siswa sama-sama mau kerja kelompok dengan siapa saja, baik beda suku ataupun beda status sosial. Siswa mengutamakan persatuan dan membiarkan perbedaan. d. Nilai persaudaraan, sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung sigap mengantarkan ke ruang UKS. Contoh lain, ketika ada siswa yang rumahnya mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan. e. Nilai keadilan, tercermin dari sikap jujur ini terlihat saat ujian siswa tidak menyontek, tidak mau berbohong, dan tidak mau mengambil barang yang bukan miliknya. 105 Sedangkan indikator kompetensi sosial yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya, dan cinta tanah air. 3. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga dilakukan dengan cara: a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural dengan selalu mengevaluasi cara mengajar. b. Mempersiapkan materi terkait multikultural 1) Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan. 2) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam dengan menyampaikan dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits c. Membentuk jiwa islami dengan pembiasaan membaca do’a sebelum dan seduah belajar, menghapal juz 30, menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan sahabat. 4. Internalisasi sosial pada nilai-nilai mata multikultural pelajaran dalam pembentukan kompetensi pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga dengan cara interaksi komunikatif dan pembinaan sikap jujur dan tanggung jawab. 5. Faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga adalah komunikasi yang baik, 106 hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif, serta Kepala Sekolah memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah waktu belajar perminggu yang kurang memadai, tidak bisa memberikan belajar tambahan untuk siswa karena tidak ada waktu longgar, dan ruangan yang kurang menjadi penghambat internalisasi. B. Saran-saran Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan, penulis memberikan saran-saran berikut: 1. Internalisasi nilai-nilai multikultural harus diselenggarakan sedini mungkin pada sekolah dasar untuk mewujudkan peserta didik yang benar-benar memiliki sikap demokrasi, kesetaraan, keadilan, toleransi, hak asasi manusia, serta persatuan dan kesatuan. 2. Pendidikan dasar yang berwawasan multikultural dapat dikembangkan sebagai cara untuk mentransfer pengetahuan terkait multikultural karena banyak materi yang di dalamnya memuat tentang nilai-nilai multikultural. 3. SD Negeri 081228 Sibolga memberikan gambaran yang baik dalam menginternalisasikan nilai-nilai dikembangkan lebih lanjut. multikultural namun masih perlu 107 DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid, “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 Kota Palu”, Jurnal PAITa’lim Vol. 14 No. 2 – 2016. Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak sejak dari Rumah, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010. Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, Jakarta: Gaung Persada Press, 2016. Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama, 2009. Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi) Al-Mujtahada Press, 2010. Ali Muhtadi, “Teknik Dan Pendekatan Penanaman Nilai Dalam Proses Pemebelajaran di Sekolah”, Jurnal Majalah llmiah Pembelaiaran Vol. 3 Mei 2007. Andri Satria, “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto”, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2017. Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989. Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Jakarta: Arga, 2017. Asmaun Sahlan & Angga, Desain Pembelajaran Berbasisi Pendidikan Karakter, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012. Aziza Elma Kumala, “Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten 108 Magelang”, Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2017. Choirul Mahfudz, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014. Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka, Tangerang: Kalim, 2011. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Revisi-9, 2011. Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif diperguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002. Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Sukses Offset, 2011. Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Jogjakarta: Diva Press, 2013. Kalidjernih, F. K, Kamus Study Kewarganegaraan, Perspektif Sosiologikal dan Politikal, Bandung:Widya Aksara, 2010. Lexi J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, Edisi Revisi, 2014. Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka, 2011. Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Yappendis, 2001. Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Grafindo Persada Cetakan ke-8, 2003. Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008. Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga, Edisi ke-2, 2009. 109 Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi Nilai-nilai Islami dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah, Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014. Munjin, “Internalisasi Nilai-Nilai Budi Pekerti pada Anak”, Jurnal, Dakwah dan Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2008. M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: cross-Cultural Understand untuk Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta, 2005. Nizar Ali, Antologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Idea Press, 2010 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010. Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang, 2012. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisisi Ketiga, 2005. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet ke-3, 2001. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009. Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004. Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of Education”, Journal International, Journal of Humanities and Social Science, Vol 2 No 19 October 2012. Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2013. Sugeng, Mengukur dan Mengelola Intellectual capital, Amara Books, 2002. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009. Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka. Cipta, 2009. 110 Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2005. Syahraini Tambak, 6 Metode Pendidikan Komunikatif Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014. Tatik Hariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development”, Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016. Thomas Licona, Education For Character: How Our Schools Can Teach Respesct And Responbility, United States: A Bantam Book, ---. Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pendidikan Nasional. Tahun 2003 Tentang Sistem Warsita, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Wati Oviana, “Kemampuan Guru MI Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan Sosial Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra FTK UIN Ar-Raniry”, Jurnal Conference Proceedings ARICIS I Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2013. Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,m Jakarta, Kencana, 2008. Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2015. Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2002. Zakiyyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005. Zohar D. dan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Bandung: Mizan, 2000. Lampiran 1 Daftar Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga 1. Ada berapa macam suku dan agama peserta didik di Sekolah ini? 2. Apa upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa? 3. Bagaimana komunikasi Kepala Sekolah dengan guru PAI untuk membentuk kompetensi spiritual dan sosial siswa? 4. Apa faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga? 5. Apa faktor penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga? Lampiran 2 Daftar Wawancara dengan Guru PAI SD Negeri 081228 Sibolga 1. Apakah ada nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 2. Apakah ada nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 3. Apa upaya yang dilakukan untuk menginternalisasi nilai-nilai multikultural tersebut? 4. Bagaimana cara guru PAI menginternalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga? 5. Apa faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga? 6. Apa faktor penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga? Lampiran 3 Pedoman Observasi Petunjuk pelaksanaan: 1. Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah-masalah Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga. 2. Kegiatan observasi dilakukan secara langsung 3. Observasi dilakukan untuk mencocokkan terhadap data yang diperoleh dari wawancara dan dokumentasi. A. Identitas observasi a. Lembaga yang diamati : SD Negeri 081228 Sibolga b. Tanggal : 25 Januari 2019 – 02 MAret 2019 c. Waktu : 08.00 – 17.00 WIB B. Aspek-aspek yang diamati a. Sarana dan Prasarana lembaga pendukung pengembangan SDM b. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam c. Kompetensi Spiritual siswa Kompetensi Deskripsi Kompetensi Indikator Sikap Spiritual Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 1. Berdoa’a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu 2. Menjalankan ibadah tepat waktu 3. Memberi salam pada saaat awal dan akhir persentasi sesuai agama yang dianut 4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa 5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri 6. Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu 7. Berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha menjaga lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal, sekola, dan masyarakat 8. Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa 9. Bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia. 10. Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya. d. Kompetensi Sosial siswa Kompetensi Deskripsi Kompetensi Indikator Sikap Sosial Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air. 1. Jujur 2. Disiplin 3. Tanggung jawab 4. Santun 5. Peduli 6. Percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya 7. Cinta tanah air. Lampiran 4 Daftar Gambar Gambar 1. Siklus Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Nurhaida Tanjung, S.Pd.I Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam Tini Yusniar, S.Pd.I Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas Lampiran 5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP A. DATA PRIBADI : 1. Nama : Nurlina 2. NIM : 17.23100224 3. Tempat / Tgl. Lahir : Manambin / 06 Mei 1982 4. Alamat : Padangsidimpuan 6. Pekerjaan : Mahasiswa B. PENDIDIKAN : 1. SD Negeri 142624 Manambin, Lulus tahun 1994. 2. Tsanawiyah Musthafawiyah Purba baru, Lulus Tahun 1998. 3. Paket C Dinas Pendidikan Kota Sibolga, Lulus Tahun 2008. 5. STAI Bahriyatul Ulum KH.Zainul Arifin Pandan, Lulus Tahun 2012 6. Pascasarjana Program Magister IAIN Padangsidimpuan