ABSTRAK
Nama
: Nurlina
NIM
: 17.23100224
Program Studi: Pendidikan Agama Islam
Judul
: Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam
Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di
SD Negeri 081228 Sibolga
Internalisasi nilai-nilai multikultural menawarkan konsep pendidikan yang
berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang
ada pada peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui nilai-nilai dan
internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan
sosial siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga, serta faktor pendukung dan penghambatnya. Informan penelitian adalah
Guru Pendidikan Agama Islam dan Kepala Sekolah. Adapun metode yang
digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan metode dokumentasi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa:1. Nilai-nilai multikultural dalam
pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, yaitu nilai kesamaan terlihat dari siswa
sama-sama mau diatur guru ketika belajar, nilai persatuan dari siswa mampu
bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa mempermasalahkan
status sosial, nilai persaudaraan siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu
adalah saudara meskipun berbeda suku, dan nilai keadilan. 2.
Nilai-nilai
multikultural dalam pembentukan
kompetensi sosial, yaitu nilai toleransi
tercermin dari siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat,
nilai kesamaan dari adanya tanggung jawab menyelesaikan tugas, nilai persatuan,
nilai persaudaraan tercermin dari sikap peduli, dan nilai keadilan tercermin dari
sikap jujur. 3.Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di
SD Negeri 081228 Sibolga dilakukan dengan cara: a. Mengoptimalkan
kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural dengan selalu
mengevaluasi cara mengajar, mempersiapkan materi terkait multikultural dan
membentuk jiwa islami dengan pembiasaan membaca do’a sebelum dan seduah
belajar, menghapal juz 30, menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan sahabat. 4.
Internalisasi
nilai-nilai multikultural dalam
pembentukan kompetensi
sosial
pada
mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD
Negeri 081228 Sibolga dengan cara interaksi komunikatif dan pembinaan sikap
jujur dan tanggung jawab. 5. Faktor pendukung internalisasi
nilai-nilai
multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga
adalah komunikasi yang baik, hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif,
serta Kepala Sekolah memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah waktu belajar perminggu yang kurang memadai, tidak bisa
memberikan belajar tambahan untuk siswa karena tidak ada waktu longgar, dan
ruangan yang kurang menjadi penghambat internalisasi.
vi
ABSTRAK
Name
: Nurlina
NIM
: 17.23100224
Study Program: Islamic Education
Title
: Internalization of Multicultural Values in
Establishing Spiritual and Social Competencies in
Subjects of Islamic Education in State Elementary
Schools 081228 Sibolga
The internalization of multicultural values offers the concept of education
based on the utilization of diversity that exists in the community, especially those
that exist in students. The purpose of this study was to determine the values and
internalization of multicultural values in the formation of spiritual and social
competencies of students in subjects of Islamic religious education in the State
Elementary School 081228 Sibolga, as well as supporting factors and inhibitors.
Research informants were Islamic Education Teachers and School Principals. The
method used is the method of observation, interviews, and the method of
documentation.
The conclusions of this study are: 1. Multicultural values in the formation
of spiritual competencies in the subjects of Islamic Education in State Elementary
School 081228 Sibolga, namely the similarity value seen by students is equally
willing to be arranged by the teacher when studying, the unity value of students is
able to work together memorizing surahs or group work regardless of status
social, the value of brotherhood students begin to understand that fellow Muslims
are brothers even though different tribes, and the value of justice. 2. Multicultural
values in the formation of social competencies in subjects of Islamic religious
education in the State Elementary School 081228 Sibolga: value of tolerance,
value of equality, value of unity, value of brotherhood, and value of justice. 3.
Internalization of multicultural values in the formation of spiritual competencies
in subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228
Sibolga conducted by: a. Optimizing the teacher's ability to teach multicultural
material by always evaluating teaching methods, preparing multicultural material
and forming Islamic souls by reading and praying before and after learning,
memorizing juz 30, retelling the stories of the Prophet and friends. 4.
Internalization of multicultural values in the formation of social competencies in
subjects of Islamic religious education in the State Elementary School 081228
Sibolga by communicative interaction and fostering an honest attitude and
responsibility. 5. Factors supporting the internalization of multicultural values in
the formation of spiritual and social competencies in subjects of Islamic religious
education in the State Elementary School 081228 Sibolga are good
communication, continuous and cooperative relationships, and the Principal
facilitates learning activities. While the inhibiting factor is a weekly learning time
that is inadequate, cannot provide additional learning for students because there is
no loose time, and the room is less an inhibitor of internalization.
vii
امللخص ABSTRAK
الامس
:هورمينا
نإم
٢٣٤۰۰۰٣٤۰٧ :
برنمج ادلراسة :امرتبية الإسالمية
امؼنوان
:اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف ادلاخل ثأسيس امكفاءات امروحية
والاجامتغية يف مواد امرتبية الإسالمية يف املدارس الابخدائية امؼامة
۲۱۱۰۲۰سيبومغا
يوفر اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات مفهوم امخؼلمي املامئ ػىل الاس خفادة من امخنوع املوجود
ف ،اجملمتع وخاضة ثكل املوجودة يف امطالب .اكن امغرض من هذه ادلراسة هو حتديد كمي واسديؼاب املمي مذؼددة
امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية والاجامتغية نلطالب يف مواد امخؼلمي ادليين الإساليم يف املدرسة
امؼامة ، ۲۱۱۰۲۰سيبومغا وكذكل امؼوامل ادلامعة واملثبطات .اكن خمربو امبحر مدريس ومؼلمي امرتبية
الابخدائية الإسالمية .امطريلة املس خخدمة يه طريلة املالحظة وامللابالت وطريلة امخوزيق.
ختلص هذه ادلراسة اإىل ما ييل . ۰:املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية يف مواد امرتبية
ادلينية الإسالمية يف املدرسة الابخدائية امؼامة ۲۱۱۰۲۰سيبومغا ،ويه كمية املساواة وكمية اموحدة وكمية الخوة
وكمي امؼداةل . ۱.ثنؼكس املمي مذؼددة امثلافات يف جشكيل امكفاءات الاجامتغية ،ويه كمي امدسامح وكمي
املساواة موجود املسؤومية غن اإجناز املهام وكمية اموحدة وكمية الخوة يف موكف امرػاية ،وثنؼكس كمية امؼداةل يف
الماهة . ۲.اسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية يف مواد امرتبية ادلينية الإسالمية
ف املدرسة ايلبخدائية امؼامة ۲۱۱۰۲۰سيبومغا اميت أجرهتا :أ .حتسني كدرة املؼمل ػىل ثدريس مادة مذؼددة
امثلافات من خالل ثليمي طرق امخدريس دامئًا ،وإاػداد مواد مذؼددة امثلافات وجشكيل امنفوس الإسالمية من خالل
املراءة وامطالة كبل وبؼد امخؼمل ،وحفظ اجلزء ، ۰۲وإاػادة رسد كطص امنيب والضدكاء . ۳.اسديؼاب املمي
مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات الاجامتغية يف مواد امخؼلمي ادليين الإساليم يف املدرسة الابخدائية
امؼامة ۲۱۱۰۲۰سيبومغا من خالل امخواضل امخفاػيل وثؼزيز املوكف امطادق واملسؤومية. ۴ .امؼوامل ادلامعة
لسديؼاب املمي مذؼددة امثلافات يف حكوين امكفاءات امروحية والاجامتغية يف مواد امخؼلمي ادليين
الإساليم يف املدرسة الابخدائية امؼامة ۲۱۱۰۲۰سيبومغا يه امخواضل اجليد وامؼالكات املس مترة وامخؼاوهية ،
ويسهل املدير أوشطة امخؼمل .يف حني أن ػامل امخثبيط هو وكت ثؼمل أس بوغي غري اكف ،اإل أهه ل ميكن
ثوفري ثؼلمي اإضايف نلطالب لهه ل يوجد وكت ضيق ،وامغرفة أكل متن ًؼا مالسديؼاب ادلاخيل.
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkah dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran Islam
yang sempurna untuk kebahagiaan ummat manusia di dunia dan akhirat.
Tesis yang
penulis
susun
ini
berjudul
“Internalisasi Nilai-nilai
Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga”. Tesis ini
disusun untuk melengkapi salah satu tugas dan persyaratan untuk mencapai
gelar Magister Pendidikan Islam pada Pascasarjana Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Padangsidimpuan.
Banyak rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan tesis ini,
tetapi karena bimbingan dan bantuan moril maupun materil dari berbagai
pihak, akhirnya tesis ini dapat terselesaikan. Kaitan dengan hal tersebut di
atas, penulis terlebih dahulu mengucapkan terima kasih yang sedalam –
dalamnya kepada orang tua, yang senantiasa memberikan bantuan dan
dukungan moril berupa doa, maupun dalam bentuk materil.
Selanjutnya
penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan untuk penyelesaian
tesis ini, terutama kepada:
1.
Prof. Dr. Ibrahim Siregar, MCL selaku Rektor IAIN Padangsisdimpuan, dan
juga kepada Dr. Muhammad Darwis Dasopang, M.Ag selaku Wakil Rektor
bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga, Dr. Anhar, MA, selaku
Wakil Rektor bidang Administrasi Umum Perencanaan dan Keuangan dan
Dr. Sumper Mulia
Harahap, M.Ag
selaku Wakil
Rektor bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2.
Dr. Erawadi, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana Program Magister IAIN
Padangsidimpuan dan juga selaku dosen Pembimbing I penulis yang telah
membantu kemudahan proses pendidikan dan membimbing penyelesaian
tesis penulis.
3.
Dr. Sumper Mulia Harahap, M.Ag selaku dosen Pembimbing II penulis yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan dalam penyempurnaan
tesis ini.
4.
Dr. Magdalena, M.Ag selaku Wakil Direktur Pascasarjana Program Magister
IAIN Padangsidimpuan yang memberikan motivasi dan semangat dalam
menyelesaikan tesis ini.
5.
Segenap civitas akademika IAIN Padangsidimpuan terutama Pascasarjana
Program Magister yang memberikan kerjasama maksimal selama proses
studi.
6.
Syafrial, S.Pd selaku Kepala SD Negeri 081228 Sibolga yang telah
memberikan izin riset dan kemudahan dalam proses penelitian, serta
memberikan saran dalam pelaksanaan dan penyelesaian penelitian.
7.
Rekan – rekan mahasiswa lokal C, khususnya teman – teman dekat penulis
yang telah memberikan sumbang saran dan penghibur hati bagi penulis,
dikala penulis menemui hambatan, baik dalam perkuliahan maupun
dalam penyelesaian tesis ini.
8.
Terkhusus Ibunda tercinta Parida Hannum Nasution dan ayahanda alm. Sutan
Malim Lubis serta ananda tersayang Habli Rizki Alfin Syukri yang selalu
memberikan support dalam segala hal.
Mengakhiri uraian ini, penulis menyadari bahwa penyusunan tesis ini
masih belum sempurna, untuk itu sumbangan pemikiran dan kritik yang
sifatnya membangun sangat penulis harapkan, dan atas perkenaan dari
segenap pembaca, penulis mengucapkan terimakasih.
Padangsisdimpuan,
Penulis,
NURLINA
NIM: 17.23100224
Maret 2018
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
HALAMAN PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............
ABSTRAK ..................................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
i
ii
iii
iv
v
vi
ix
xi
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
B. Batasan Masalah .................................................................................
C. Batasan Istilah ....................................................................................
D. Rumusan Masalah ..............................................................................
E. Tujuan Penelitian ................................................................................
F. Kegunaan Penelitian ...........................................................................
G. Sistematika Penelitian ........................................................................
1
9
9
10
10
11
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Internalisasi ........................................................................................ 13
B. Nilai-nilai Multikultural ..................................................................... 15
C. Pendidikan Agama Islam ................................................................... 19
D. Kompetensi Spiritual dan Sosial ....................................................... 22
1. Kompetensi .................................................................................... 22
2. Kompetensi Spiritual...................................................................... 24
3. Kompetensi Sosial .......................................................................... 24
4. Kompetensi Spiritual dan Sosial Siswa dalam Kurikulum 2013 ... 25
E. Teori Penanaman Nilai ....................................................................... 31
F. Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial Kurikulum 2013 .................... 39
G. Faktor yang Mempengaruhi Belajar................................................... 41
H. Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................
B. Jenis dan Metode Penelitian ...............................................................
C. Unit Analisis .......................................................................................
D. Sumber Data .......................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................
i
50
51
52
52
53
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ............................................... 54
G.Teknik Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum .................................................................................. 57
1. Profil SD Negeri 081228 Sibolga .................................................. 57
2. Letak Geografis SD Negeri 081228 Sibolga.................................. 59
3. Visi Misi dan Tujuan SD Negeri 081228Sibolga ........................... 59
4. Fasilitas SD Negeri 081228 Sibolga .............................................. 63
5. Struktur Organisasi SD Negeri 081228Sibolga.............................. 64
B. Temuan Khusus .................................................................................. 65
1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
di SD Negeri 081228 Sibolga ...................................................... 65
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga .................................................................. 71
3. Internalisasi Nilai - nilai Multikultural dalam Pembentukan
Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga .................. 74
4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan
Kompetensi Sosial pada Mata
Pelajaran Pendidikan
Agama Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga .................. 81
5. Faktor Pendukung dan Penghambat Internalisasi Nilainilai
Multikultural
dalam
Pembentukan Kompetensi
Spiritual Dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga ............................. 85
C. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................. 86
D. Keterbatasan Penulis .......................................................................... 102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 103
B. Saran-saran .................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Profil Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga .............................
Data Siswa Berdasarkan Agama SD Negeri 081228 Sibolga
Prestasi Siswa SD Negeri 081228 Sibolga .............................
Data Sarana dan Prasarana......................................................
3
53
55
57
59
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Siklus Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ............................................................................................
Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga ........
Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga .....
Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nurhaida Tanjung, S.Pd.I............................................................
Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Tini Yusniar, S.Pd.I ....................................................................
Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas ..............................................
4
35
66
66
66
67
68
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Wawancara Kepada Kepala Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga
Lampiran 2 Daftar Wawancara Kepada Guru PAI SD Negeri 081228 Sibolga
Lampiran 3 Pedoman Observasi
Lampiran 4 Daftar Gambar
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
5
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia dapat dikatakan sebagai bangsa yang masyarakatnya
sangat majemuk atau pluralis. Kemajemukan telah menjadi ciri khas bangsa
Indonesia. Kemajemukan bangsa dapat dilihat dari perbedaan agama, etnis,
bahasa daerah, geografis, dan budaya. Selain itu, kemajemukan bangsa Indonesia
dapat dilihat dari perbedaan tingkat pendidikan, ekonomi, dan tingkat sosial
budaya.
Menurut Undang–Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. 1
Pendidikan di Indonesia secara perundangan telah diatur dengan memberikan
ruang keragaman sebagai bangsa. Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4, salah satu diktumnya menyatakan tentang
“pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa”.2 Prinsip tersebut menunjukkan bahwa
1
Hasbullah, Dasar -Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Revisi-9,
2011) hlm. 304.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 4.
1
2
pemerintah sangat terbuka untuk menerapkan pendidikan multikultural ke dalam
kurikulum pendidikan nasional.
Pendidikan multikultural dapat melatih dan membangun karakter siswa
mampu bersikap demokratis, humanis, dan pluralis dalam lingkungan mereka.3
Dengan demikian, dalam kehidupan sehari-hari siswa dapat selalu bersikap
demokratis, pluralis, dan humanis.
Dalam Al-Qur’an Surah al-Hujurat ayat 13 Allah berfirman:
Artinya: “ Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seoranglaki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agarkamu saling kenal-mengenal ”.4
Ayat ini memberikan pemahaman bahwa Allah menciptakan manusia dari
dua hal yang berbeda, yaitu laki-laki dan perempuan. Kemudian melahirkan
keturunan yang berbeda-beda pula. Keberbedaan menjadikan manusia mampu
membentuk suku-suku menjadi bangsa yang berbeda-beda.
Keragaman etnis dan ras merupakan suatu karunia dari Sang Pencipta agar
manusia senantiasa selalu bersyukur kepada-Nya. Walaupun berbeda, manusia
tetap sama ingin hidup dengan segala kebutuhan. Oleh karena itu, manusia saling
membutuhkan satu sama lain agar tercapai apa yang mereka inginkan. Dengan
3
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understan untuk Demokrasi
dan Keadilan (Yogyakarta, 2005) hlm. 59.
4
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang:
Kalim, 2011) hlm. 518.
3
demikian, kelemahan dan kekurangan akan ditukar dengan kekuatan dan
keunggulan.
Proses pembelajaran guru agama Islam harus mampu menanamkan nilainilai toleransi dalam segala perbedaan, menghargai pendapat orang lain, dan tidak
mengklaim bahwa agamanya yang paling benar dan yang lain salah. Selain itu
seorang guru agama Islam seharusnya memperoleh akses, input dan informasi
yang cukup akurat dan tepat mengenai kepelikan dan kompleksitas kehidupan
beragama dalam era kemajemukan ini sehingga guru mampu memberikan
alternatif pemecahan masalah dan mampu mengemas ulang pesan-pesan dan nilainilai agama yang mereka peluk dalam era pluralitas. Dengan hal ini maka peserta
didik sejak dini sudah dapat diarahkan untuk memahami perbedaan bukan
menegasikan dan menolaknya namun menghargai serta menghormati kepercayaan
dan agama yang dianut oleh orang lain. Diharapkan suatu saat nanti peserta didik
dapat mengambil sikap dalam menghadapi realitas pluralitas agama, budaya,
suku, ras dan golongan secara lebih arif, santun, matang dan dewasa.5
Pentingnya internalisasi nilai-nilai multikultural di Indonesia sudah
diwacanakan semenjak tahun 2000. Sehingga para pakar pendidikan Indonesiaikut
serta menyemarakkan betapa pentingnya internalisasi nilai-nilai multikultural.
Berbagai tulisan dilayangkan di berbagai media, di antara mereka seperti, H.A.R
5
Ngainun Naim & Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural Konsep dan Aplikasi
(Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011) hlm. 111.
4
Tilaar, Zamroni, Azzyumardi Azra, Musa Ay`ari, M. Amin Abdullah, Abdul
Munir Mulkhan, dan lain sebagainya.6
Internalisasi nilai-nilai multikultural menawarkan konsep pendidikan yang
berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya yang
ada pada peserta didik. Peserta didik diajarkan melainkan pada pertanyaan seputar
sekolah, kurikulum, dan kebijakan pendidikan, tetapi juga berbasis keadilan sosial
dan kesetaraan. Tidak hanya tertuang dalam tulisan dan kata, tetapi juga
termanifestasikan dalam praktek pendidikan sehari-hari. Praktek tersebut
dimaksudkan untuk membangun lembaga pendidikan yang demokratis, toleransi
dan multikulturalisme.7 Peserta didik diarahkan untuk tidak hanya memahami
pelajaran tapi juga dipupuk kesadarannya untuk selalu berperilaku humanis dan
demokratis. Dengan menggunakan sekaligus mengimplementasikan strategi
pendidikan yang mempunyai visi misi yang selalu menegakkan dan menghargai
pluralisme, demokrasi dan humanisme. Pada gilirannya para peserta didik dapat
menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan,
kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari.
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua, yaitu sikap
spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan
bertakwa, dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang
berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Sikap spiritual
sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan Tuhan Yang Maha
6
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah Terhadap
Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011) hlm. 1.
7
M. Agus Nuryatno, Mazhab Pendidikan Kritis: Menyingkap Relasi Pengetahuan Politik
dan Kekuasaan (Yogyakarta: Resist Book, 2011) hlm. 3.
5
Esa, sedangkan sikap sosial sebagai perwujudan eksistensi kesadaran dalam upaya
mewujudkan harmoni kehidupan.8
Salah satu jenjang pendidikan yang perlu mendapatkan sentuhan
internalisasi nilai-nilai multikultural yaitu pada tingkatan Sekolah Dasar (SD).
Bahkan ini menjadi sangat penting, karena merupakan pendidikan awal dan dasar.
Anak yang berada dalam tingkatan SD adalah anak yang baru beranjak dari usia
dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi merupakan masa yang
sangat penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, Tatik Hariyanti
mengatakan, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong
sehingga akan berkembang secara optimal.9
Mengembangkan potensi yang dimiliki siswa, guru harus memilih strategi
dan model pembelajran yang sesuai. Diantaranya pembelajaran aktif dan
persuasif. Pembelajaran aktif adalah proses belajar dimana siswa mendapat
kesempatan untuk lebih banyak melakukana ktivitas belajar, berupa hubungan
interaktif dengan materi pelajaran sehingga terdorong untuk menyimpulkan
pemahaman dari pada hanya sekedar menerima pelajaran yang diberikan. 10
Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide
pokok materi pelajaran dan memecahkan persoalan. Atau mengaplikasikan apa
yang baru dipelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. 11
8
Umar, dkk, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Transformatif
(Yogyakarta: Deepublish, 2016) hlm. 360.
9
Tatik Hariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak
The Importance Of Childhood Education For Child Development”, Jurnal, Dinamika Pendidikan
Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016: 50 – 58.
10
Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
diperguruan Tinggi (Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002) hlm. Xi.
11
Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran…, hlm. xii
6
Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif
sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam
waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran. Juga terdapat
teknik-teknik memimpin belajar bagi seluruh kelas, bagi kelompok kecil,
merangsang diskusi
dan debat, mempraktekkan ketrampilan-ketrampilan,
mendorong adanya pertanyaan-pertanyaan, bahkan membuat peserta didik dapat
saling mengajar satu sama lain.12 Menggunakan teknik belajar aktif di kelas
menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar
siswa. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada anak didik dapat membantu
ingatan mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran
dengan sukses.
Persuasif pada prinsipnya merupakan upaya menyampaikan informasi dan
berinteraksi antar manusia dalam kondisi di mana kedua belah pihak sama-sama
memahami dan sepakat untuk melakukan sesuatu yang penting bagi kedua belah
pihak. Bila berkomunikasi dengan sesama, setiap individu berharap pesan yang
disampaikan tersebut dapat dimengerti dan dipercayai. Persuasif merupakan salah
satu strategi yang dapat digunakan agar pesan yang ingin disampaikan dimengerti
dan dipercayai oleh orang lain. Perlu dimengerti bahwa pesan yang berupa
perintah dan larangan adalah bagian yang sangat kecil dalam upaya pembentukan
karakter. Perintah dan larangan hanya bantuan sederhana dalam menolong anak
untuk melakukan kebaikan dan menghindari kesalahan.13
12
Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta:
Yappendis, 2001) hlm. Xv.
13
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak sejak dari Rumah
(Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010) hlm. 11.
7
Keragaman etnis dan ras merupakan suatu karunia dari Sang Pencipta agar
manusia senantiasa selalu bersyukur kepada-Nya. Walaupun berbeda, manusia
tetap sama ingin hidup dengan segala kebutuhan. Oleh karena itu, manusia saling
membutuhkan satu sama lain agar tercapai apa yang diinginkan. Dengan
demikian, kelemahan dan kekurangan akan ditukar dengan kekuatan dan
keunggulan.
Guru Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga memberikan pembelajaran
secara aktif dan persuasif kepada siswa. Diantaranya melakukan pengenalan dan
penanaman sikap sprititual dan sikap sosial. Sikap tersebut diharapkan membantu
kompetensi sikap siswa. Pengenalan sikap dilakukan guru ketika proses
pembelajaran dan di luar kelas.14 Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru
SD, terlebih dengan keragaman etnis dan ras siswa. Begitupun di sekolah,
keragaman etnis dan agama merupakan bagian yang tidak terhindarkan. Mulai
dari peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan semua tidak lepas dari
keragaman. Keragaman tersebut tentunya menjadi keunikan tersendiri, baik
berupa konflik atau pemasalahan positif. Berdasarkan wawancara dengan Kepala
Sekolah, di SD Negeri 081228 Sibolga peserta didik terdiri dari berbagai macam
suku yaitu, Batak Toba, Batak Mandailing, Nias, Aceh, Jawa, Padang, bahkan ada
juga Cina. Sedangkan agama peserta didik ada tiga yaitu, Islam, Protestan, dan
Katolik.15 Dari keterangan wawancara diketahui peserta didik SD Negeri 081228
Sibolga multi suku dan multi agama.
14
Nurhaida Tanjung, Guru SD Negeri 081228 Sibolga, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 12 September 2018.
15
Syahrizal, Kepala SD Negeri 081228 Sibolga, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
12 September 2018.
8
Keragaman etnis dan agama di SD Negeri 081228 Sibolga menghasilkan
nilai multikultual. Hasil observasi peneliti menemukan beberapac sikap peserta
didik. Adanya sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai
persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung sigap
mengantarkan ke ruang UKS. 16 Contoh lain, ketika ada siswa yang rumahnya
mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan.17 Hal ini tidak
terlepas dari penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ketika menyampaikan
materi pembelajaran.
Nilai toleransi tercermin ketika siswa menyampaikan pendapat atas
pertanyaan guru. Hal in didukung dengan pernyataan Ibu Tini Yusniar yang
menyatakan siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain berpendapat.18
siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja kelompok tanpa
mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat. Siswa lebih mengutamakan
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Untuk mengetahui bagaimana pendidik
membentuk sikap multikultural peserta didik, peneliti tertarik meneliti dengan
judul Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Spiritual dan Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga.
16
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018.
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 23 Desember 2018.
18
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
17
9
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan
internalisasi
nilai-nilai
multikultural
penanaman kompetensi spiritual
pendidikan
agama
Islam
dalam
dan sosial siswa muslim di SD Negeri
081228 Sibolga.
C. Batasan Istilah
Adapun batasan istilah pada penelitian ini adalah:
1. Internalisasi menunjukkan suatu proses. Internalisasi dalam penelitian ini
adalah proses pengenalan nilai-nilai di SD Negeri 081228 Sibolga.
2. Nilai-nilai multikultural
pada penelitian ini adalah nilai toleransi, nilai
kesamaan/ kesetaraan, nilai persatuan, nilai kekerabatan atau persaudaraan, dan
nilai keadilan.
3. Kompetensi spiritual pada penelitian ini adalah karakter dan sikap yang
menunjukkan sikap spiritual yangc ada di SD Negeri 081228 Sibolga.
4. Kompetensi sosial pada penelitian ini adalah karakter sikap dan perilaku atau
kemauan dan kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan
orang lain yang adac di SD Negeri 081228 Sibolga.
5. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam pada penelitian ini adalah salah satu
mata pelajaran di SD Negeri 081228 Sibolga.
6. SD Negeri 081228 Sibolga terletak di jalan Sisingamangaraja No. 158.
Tepatnya di Kelurahan Pancuran Kerambil, Kecamatan Sibolga Sambas Kota
Sibolga, Sumatera Utara. Sekolah ini letaknya bersampingan dengan Kantor
10
Camat Sibolga Sambas dan Kantor Lurah Pancuran Kerambil.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah sebagai berikut:
1. Apa nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga?
2. Apa nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga?
3. Bagaimana internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga?
4. Bagaimana internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga?
5. Apa
faktor
pendukung
dan
penghambat
internalisasi
nilai-nilai
multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga?
E. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
11
2. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
3. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
4. Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
sosial pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga.
5. Faktor pendukung dan penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural
dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran
pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.
Secara teoritis, hasil penelitian ini menambah kazanah kajian dalam
bidang pendidikan khususnya berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai
multikultural pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi
spiritual dan sosial siswa muslim.
2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan bagi para pembaca sekaligus sebagai titik tolak bagi
penelitian pendidikan lebih lanjut, baik oleh penulis maupun oleh peneliti
lain,
sehingga
berkesinambungan.
kegiatan
penelitian
dapat
dilakukan
secara
12
G. Sistematika Pembahasan
Pada BAB I, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang
masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan
penelitian dan sitematika pembahasan.
Pada BAB II, tinjauan pustaka berisi tentang internalisasi, nilai-nilai
multikultural, pendidikan agama Islam, kompetensi sosial dan spiritual dari
kompetensi, kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi spiritual dan
sosial siswa dalam kurikulum 2013, teori penanaman nilai, penanaman sikap
spiritual dan sosial kurikulum 2013, faktor yang mempengaruhi belajar serta
penelitian terdahulu yang relevan.
Pada BAB III, berisi metode penelitian yang berkenaan dengan lokasi
dan waktu penelitian, jenis penelitian, unit analisis, sumber data, teknik
pengelolaan dan analisis data serta teknik pengecekan dan keabsahan data.
Pada BAB IV, berisi hasil penelitian yang berisi penemuan umum dan
penemuan khusus penelitian.
Pada BAB V, merupakan bagian penutup, kesimpulan, dan saran – saran.
13
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Internalisasi
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses. Dalam kaidah
bahasa Indonesia akhiran-isasi mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, penugasan, penguasaan secara
mendalam yang berlangsung melalui pembinaan, bimbingan, penyuluhan,
penataran, dan sebagainya.1 Pol mendalam berlangsung lewat penyuluhan,
penataran, dan sebagainya merupakan keyakinan dan kesadaran akan kebenaran
doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan prilaku.
Internalisasi
adalah
penghayatan,
pendalaman,
penguasaan
secara
mendalam melalui binaan, bimbingan dan sebagainya. Dengan demikan
Internalisasi merupakan suatu proses penanaman sikap ke dalam diri pribadi
seseorang melalui pembinaan, bimbingan dan sebagainya agar ego menguasai
secara mendalam suatu nilai serta menghayati sehingga dapat tercermin dalam
sikap dan tingkah laku sesuai dengan standart yang diharapkan.
Muhammad Nurdin berpendapat, internalisasi adalah upaya menghayati
dan mendalami nilai agar nilai tersebut tertanam dalam diri setiap manusia.
Karena pendidikan agama Islam berorentasi pada pendidikan nilai sehingga perlu
1
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, Edisi Ketiga, 2005) hlm. 439.
13
2
adanya proses internalisasi tersebut.2 Kalidjernih mengatakan internalisasi adalah
“internalisasi merupakan suatu proses dimana individu belajar dan diterima
menjadi bagian, dan sekaligus mengikat diri ke dalam nilai-nilai dan norma-norma
sosial dari perilaku suatu masyarakat”.3
Jadi internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati
nilai-nilai agama yang dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang
sasarannya menyatu dalam kepribadian peserta didik, sehingga menjadi satu
karakter atau watak peserta didik. Tahap-tahap atau proses internalisasi nilai-nilai
Islam adalah:
1. Tahap transformasi nilai. Pada tahap ini guru sekedar menginformasikan
nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada anak didik, yang
semata-mata merupakan komunikasi verbal.
2. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan
melakukan komunikasi dua arah atau interaksi antara anak didik dan
guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini tidak hanya menyajikan
informasi tentang nilai yang baik dan yang buruk, tetapi juga terlibat
untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan
anak didik diminta memberikan respon yang sama, yakni menerima dan
mengamalkan nilai itu.
3. Tahap transinternalisasi, yakni tahap ini lebih dari sekedar transaksi.
Dalam tahap ini, penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosok
fisik, melainkan sikap mentalnya (kepribadiannya). Demikian juga anak
didik merespon kepada guru bukan hanya gerakan atau penampilan
fisiknya, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa dalam internalisasi ini adalah komunikasi dua
kepribadian yang masing-masing terlibat secara aktif.4
2
Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi Nilai-nilai Islami
dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014) hlm.
124.
3
Kalidjernih, F. K, Kamus Study Kewarganegaraan, Perspektif Sosiologikal dan Politikal
(Bandung:Widya Aksara, 2010) hlm. 71.
4
Muhaimin dkk, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar
Operasionalnya (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003) hlm. 125-126.
3
Jadi, internalisasi nilai sangatlah penting dilakukan di sekolah melalui
pengajaran bidang studi PAI (Pendidikan Agama Islam). Karena PAI merupakan
pendidikan nilai, sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam pada diri anak didik.
Dengan pengembangan yang mengarah pada internalisasi nilai-nilai ajaran Islam
merupakan tahap manifestasi manusia religius.
B. Nilai-nilai Multikultural
Istilah nilai adalah sesuatu yang abstrak yang tidak bisa dilihat, diraba,
maupun dirasakan dan tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai sangat erat kaitannya
dengan pengertian-pengertian dan aktifitas manusia yang kompleks, sehingga sulit
ditentukan batasannya, karena keabstrakannya itu maka timbul bermacam-macam
pengertian, diantaranya sebagai berikut:
1. Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini
sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola
pemikiran, perasaan, keterkaitan maupun perilaku.5
2. Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan.6
Dari pengertian tentang nilai di atas dapat dipahami bahwa nilai itu adalah
sesuatu yang abstrak, ideal, dan menyangkut persoalan keyakinan terhadap yang
dikehendaki, dan memberikan corak pada pola pikiran, perasaan, dan perilaku.
Guru merupakan pelaku penting dalam penebaran nilai-nilai multikultural untuk
membangun suatu komunitas yang harmonis bangsa ini. Guru diharapkan bisa
menebarkan simbol-simbol wawasan kebangsaan melalui proses pembelajaran di
5
6
hlm.11.
Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 2002) hlm.260.
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai (Bandung: Alfabeta, 2004)
4
dalam kelas maupun dalam masyarakat yang lebih luas. Para guru, diharapkan
dapat berperan aktif terhadap pengembangan multikulturalisme di Indonesia,
sehingga pertumbuhan eksklusifisme, yang dapat mengundang konflik intra dan
antar kelompok, dapat berkurang.
Multikultural
adalah
beberapa
kebudayaan.
Secara
etimologis,
multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme
(aliran/ paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan
martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya
masing-masing yang unik.7
Multikultural secara etimologi berasal dari kata multi yang artinya banyak,
lipat ganda dan kultur yang berarti kebudayaan. Multikultural berarti banyak, lipat
ganda, atau beragam kebudayaan. Kultur atau budaya tidak dapat dipisahkan dari
empat hal yaitu aliran atau agama, etnis atau ras, suku, dan budaya. Hal ini
menunjukkan bahwa pembahasan multikultural tidak hanya berkaitan dengan
perbedaan budaya saja melainkan kemajemukan agama, ras maupun etnik.8
Baidhawy menyimpulkan mengenai pengertian pendidikan multikultural.
Menurutnya, ada dua istilah penting yang berdekatan secara makna dan
merupakan suatu perkembangan yang sinambung, yakni pendidikan multietnik
dan pendidikan multikultural. “Pendidikan Multietnik” sering dipergunakan di
dunia pendidikan sebagai suatu usaha sistematik dan berjenjang dalam rangka
menjembatani kelompok-kelompok rasial dan kelompok-kelompok etnik yang
berbeda dan memiliki potensi untuk melahirkan ketegangan dan konflik.
7
Choirul Mahfudz, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014) hlm.
8
Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Sekolah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 99.
75.
5
Sementara itu istilah “Pendidikan Multikultural” memperluas payung pendidikan
multietnik sehingga memasukkan isu-isu lain seperti relasi gender, hubungan
antar agama, kelompok kepentingan, kebudayaan dan subkultur, serta bentukbentuk lain dari keragaman. Kata “kebudayaan” lebih diadopsi dalam hal ini
daripada kata “rasisme” sehingga audiens dari pendidikan multikultural semacam
ini akan lebih mudah menerima dan mendengarkan.9 Jadi pendidikan
multikultural merupakan jembatan penghubung antar perbedaan. Membuat etnis
yang berbeda, kebudayaan yang berbeda, agama yang berbeda, dan semua yang
berbeda dapat saling berhubungan dengan baik.
Konsep pendidikan multikultural didasarkan pada nilai dasar simpati,
toleransi, empati, dan solidaritas sosial. Hasil dari proses pendidikan multikultural
ini diharapkan mampu menciptakan perdamaian dan mewujudkan dari usaha
menanggulangi dan mencegah adanya konflik umat beragama, radikalisme agama,
konflik etnis, disintegrasi bangsa. Konsep ini tidak bermaksud untuk menciptakan
keseragaman cara pandang tetapi membangun kesadaran diri terhadap
keniscayaan pluralitas, mengakui kekurangan diri sendiri maupun orang lain agar
tumbuh sikap untuk mensinergikan potensi diri dengan potensi orang lain dalam
kehidupan yang demokratis dan humanis maka terwujudlah kehidupan yang
berkeadilan, damai, dan sejahtera.10
Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural, lembaga pendidikan harus
memperhatikan konsep unity in diversity dalam proses pendidikan dan
9
Zakiyyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural. (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005) hlm. 6-7.
10
Syamsul Ma’arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia (Yogyakarta: Logung Pustaka,
2005) hlm. 95.
6
menanamkan kesadaraan bahwa perbedaan dalam kehidupan adalah suatu
kenyataan yang membutuhkan kesadaran bahwa moralitas dan kebaikan dapat
lahir dalam konstruk agama-agama lain. Penanaman konsep ini tidak
mempengaruhi akidah yang di yakini kebenarannya oleh siswa. 11
Berhasil atau tidaknya pendidikan multikultural itu dapat dilihat ketika
pendidikan itu mampu membentuk sikap peserta didik menjadi saling toleran,
tidak berkonflik, tidak bermusuhan karena perbedaan suku, budaya, adat istiadat,
bahasa, dan agama.12 Terdapat beberapa nilai yang harus diperhatikan dalam
pendidikan multikultural, yaitu:
a. Nilai toleransi
Yaitu
sikap menghormati, menerima
pilihan,
pandangan,
keyakinan, kebiasaan, dan pendapat orang lain yang berbeda dengan
dirinya.
b. Nilai kesamaan/ kesetaraan
Yaitu mengakui adanya persamaan derajat, persamaan hak, dan
persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Dalam proses pendidikan
seharusnya pendidik menganggap semua peserta didik itu sama tidak
menspesialkan atau membedakan antara peserta didik yang satu dengan
peserta didik yang lain.
c. Nilai Persatuan
Yaitu
membentuk
pemahaman,
pikiran,
dan
sikap
yang
mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama.
11
12
217.
Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme..., hlm. 94.
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010) hlm.
7
d. Nilai Kekerabatan atau Persaudaraan
Yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari rasa
persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok dan masyarakat itu
sendiri. Dengan adanya rasa kekeluargaan ini akan muncul rasa
kesetiakawanan, rasa persaudaraan dengan berbagai suku bangsa, etnis,
golongan, dan agama, serta memahami akan arti perbedaan.
e. Nilai keadilan
Yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan porsinya
masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan
antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya
potensi yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan
yang sama dalam pelayanan publik.13
C. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai
karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat
mungkin berbeda sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang
menyelenggarakannya. Maka dari itu, suatu lembaga pendidikan diharapkan
mampu untuk membawa peserta didik mencapai tujuan dari pendidikan agama
Islam itu sendiri, yaitu; menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
13
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan Jati
Diri Bangsa (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hlm. 237-243.
8
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya kepada Allah SWT.
Pendidikan adalah Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai
daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat
memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya. Paulo Freire ia mengatakan, pendidikan
merupakan jalan menuju pembebasan yang permanen dan terdiri dari dua tahap.
Tahap pertama adalah masa dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan
mereka, damana melalui praksis mengubah keadaan itu. Tahap kedua dibangun
atas tahap yang pertama, dan merupakan sebuah proses tindakan kultural yang
membebaskan..14 Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu
kepercayaan kepada Tuhan (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. 15 Muhaimin
mengatakan Pendidikan Agama Islam adalah disiplin ilmu yang teori dan
konsepnya digali dan dikembangkan melalui pemikiran dan penelitian ilmiah
berdasarkan tuntutan dan petunjuk Al-Quran dan As-Sunnah.16
Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad S.A.W yang
berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu
Allah SWT.17 Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam yaitu suatu
usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak
14
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
2009) hlm. 37.
15
Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
1989) hlm. 9.
16
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008) hlm. 145.
17
Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar …, hlm. 340.
9
selesai proses pendidikannya dapat memahami, menghayati dan mengamalkan
agama Islam serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun
kehidupan dalam masyarakat.
Tujuan Pendidikan Agama Islam menurut Imam Al-Ghazali adalah:
1. Mencapai kesempurnaan manusia dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
2. Mencapai kesempurnaan hidup manusia dalam menjalin hidup dan
penghidupan guna mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menurut Arifin dalam buku Yaya Suryana, terdapat tiga aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan Islam yang hendak direalisasikan, yaitu:
a. Membentuk peserta didik menjadi hamba Allah yang mengabdi kepada-Nya.
b. Bernilai edukatif yang mengacu pada petunjuk Al-Quran dan Hadits.
c. Berkaitan dengan motivasi dan kedisiplinan sesuai dengan ajaran Al-Quran
yang disebut pahala dan siksaan.18
Secara historis, pendidikan multikultural muncul pada lembaga-lembaga
pendidikan tertentu di wilayah Amerika yang pada awalnya diwarnai oleh sistem
pendidikan yang mengandung diskriminasi etnis, yang kemudian belakangan hari
mendapat perhatian serius dari pemerintah.Pendidikan multikultural sendiri
merupakan strategi pembelajaran yang menjadikan latar belakang budaya siswa
yang
bermacam-macam
digunakan
sebagai
usaha
untuk
meningkatkan
pembelajaran siswa di kelas dan lingkungan sekolah.Yang demikian ini dirancang
untuk menunjang dan memperluas konsep-konsep budaya, perbedaan, kesamaan
18
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural…, hlm. 321.
10
dan demokrasi.19 Dalam konteks ini pendidikan islam berbasis multikultural
merupakan pendekatan progresif untuk melakukan transformasi pendidikan dan
budaya masyarakat secara menyeluruh, sejalan dengan prinsip penyelenggaraan
pendidikan yang termaktub dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa
pendidikan nasional diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
D. Kompetensi Spiritual Dan Sosial
1. Kompetensi
Menurut Djojonegoro, kompetensi adalah kemampuan nyata yang
diperlihatkan seseorang menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
memecahkan berbagai persoalan hidupnya secara kreatif, inovatif dan
bertanggung jawab.20 Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, peserta didik
diharapkan dapat menjadi manusia yang utuh berdasarkan pada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, yang cerdas, kreatif, berakhlak mulia, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Pembelajaran sebagai salah satu upaya
mewujudkan tujuan pendidikan maka orientasi kerjanya tidak hanya terfokus pada
aspek transfer ilmu pengetahuan saja tetapi juga menyangkut aspek normatif dan
19
Nizar Ali, Antologi Pendidikan Islam (Yogyakarta: Idea Press, 2010) hlm. 168.
Djojonegoro, Wardiman, Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan
Indonesia.(Jakarta: Depdikbud, 1996) hlm.12.
20
11
nilai-nilai, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan tidak terlepas dari tujuan
pendidikan nasional tersebut. Pembelajaran dengan menerapkan pendidikan nilai
bertujuan agar manusia memiliki nilai-nilai yang seharusnya dimiliki selama
proses belajar.
Kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum tahun 2013 diarahkan untuk
memberdayakan semua potensi yang dimiliki peserta didik agar peserta didik
benar-benar menguasai dan memiliki kompetensi yang diharapkan melalui upaya
menumbuh-kembangkan domain afeksi, kognisi dan psikomotorik secara
bersamaan. Sesuai dengan Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi,
dijelaskan bahwa pada kurikulum 2013, untuk semua mata pelajaran terdapat
Kompetensi Inti (KI) sebagai penyempurna Standar Kompetensi (SK).
Pengembangan Standar Isi terdapat pada domain afektif, yang semula hanya sikap
sosial, dikembangkan/ ditambah dengan sikap spiritual. 21
Terdapat tiga kompetensi inti yaitu kompetensi inti pengetahuan,
kompetensi inti keterampilan, kompetensi inti sikap. Dalam operasionalnya,
kompetensi lulusan dalam ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual
untuk membentuk peserta didik yan beriman dan bertakwa dan kompetensi sikap
sosial untuk membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis,
dan bertanggung jawab.22
21
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan.
22
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010) hlm.
173-174.
12
2. Kompetensi Spiritual
Kompetensi spiritual adalah karakter dan sikap yang merupakan bagian
dari kesadaran yang paling dalam pada seseorang yang berhubungan dengan
sadar yang tidak hanya mengakui keberadaan nilai tetapi juga kreatif untuk
menemukan nilai-nilai baru.23 Menurut Ary Ginanjar internalisasi karakter
spiritual, yaitu:24
a. Berbakti dan memberi
b. Jujur dan terpecaya
c. Adil
d. Kerjasama dan bersatu
e. Berjuang dan bersikap teguh
f. Ramah dan penyayang
Yang nantinya akan menghasilkan paham spiritual, seperti integritas atau
kejujuran, energi atau semangat inspirasi dan inisiatif, bijaksana dan keberanian
dalam mengambil keputusan.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang
relatif stabil ketika menghadapi permasalahan.25 Menurut Imam Sugeng
kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan
23
Zohar D. dan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2000) hlm.1.
24
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power (Jakarta: Arga, 2017)
hlm. 12.
25
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah (Sukabumi: Jejak, 2018) hlm. 40.
13
kemampuan untuk membangun simpul-simpul kerja sama dengan orang lain yang
relatif bersifat stabil ketika menghadapi permasalah di tempat kerja yang
terbentuk melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal serta
kapasitas pengetahuan sosial.26 Kompetensi sosial individu ini terinternalisasi
dalam bentuk tujuhi tingkat kemauan dan kemampuan menurut Spencer dan
Spencer:
1. Pengaruh dan dampak
2. Kesadaran berorganisasi
3. Membangun hubungan kerja
4. Mengembangkan orang lain
5. Mengarahkan bawahan
6. Kerja tim
7. Kepemimpinan kelompok
4. Kompetensi Spiritual Dan Sosial Siswa dalam Kurikulum 2013
Kompetensi sikap spiritual dan sosial dalam setiap kompetensi dasarnya
tidak memiliki materi pokok yang diberikan dalam pembelajaran, tetapi diajarkan
secara indirect learning. Setiap guru yang mengimplementasikan kurikulum 2013
harus mampu menyajikan materi pada KD di KI-3 dan proses pembelajaran pada
KD di KI-4 yang mengarah pada pencapaian KD pada KI-1 dan KI-2 tanpa
mengajarkan secara langsung.
26
hlm. 200.
Imam Sugeng, Mengukur dan Mengelola Intellectual capital (Amara Books, 2002)
14
Menurut Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah dalam bukunya
Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, menyatakan bahwa
pendidikan agama Islam di Indonesia adalah bertujuan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengelaman peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam
hal keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT, serta berakhla mulia dalam
kehidupan pribadi, bemasyarakat, berbangsa dan bernegara.27
Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Hal ini bermakna bahwa pembelajaran dan
penilaian pada tingkat yang sama memiliki karakteristik yang relatif sama dan
memungkinkan terjadinya akselerasi belajar dalam 1 (satu) tingkat kompetensi.
Selain itu, untuk tingkat kompetensi yang berbeda menuntut pembelajaran dan
penilaian dengan fokus dan penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi
tingkat kompetensi, semakin kompleks intensitas pengalaman belajar peserta
didik dan proses pembelajaran serta penilaian.28 Uraian Kompetensi Inti untuk
setiap tingkat kompetensi disajikan dalam tabel di bawah ini:29
27
Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (Bandung: Refika Aditama, 2009) hlm. 7.
28
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi.
29
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi.
15
a. Tingkat Kompetensi 1
(Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A)
KOMPETENSI
Sikap Spiritual
Sikap Sosial
Pengetahuan
Keterampilan
DESKRIPSI KOMPETENSI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas dan logis, dalam karya yang estetis,
dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat,
dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia
b. Tingkat Kompetensi 2
(Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A)
KOMPETENSI
Sikap Spiritual
Sikap Sosial
Pengetahuan
Keterampilan
DESKRIPSI KOMPETENSI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara
mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya
di rumah, di sekolah dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa
yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang
estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia
16
c. Tingkat Kompetensi 3
(Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A)
KOMPETENSI
Sikap Spiritual
Sikap Sosial
Pengetahuan
Keterampilan
DESKRIPSI KOMPETENSI
1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual
dengan cara mengamati, menanya dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, di
sekolah dan tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan
konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Berdasarkan tabel a, b, dan c dapat diketahui kompetensi sikap spiritual
siswa tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah
menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Tingkat kompetensi 2
(Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 3
(Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap spiritual siswa
adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Jadi, kompetensi sikap spiritual siswa SD secara keseluruhan adalah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
Berdasarkan tabel a, b, dan c dapat diketahui kompetensi sikap sosial siswa
tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat
kompetensi
2
(Tingkat
Kelas
III-IV
SD/MI/SDLB/PAKET
A)
adalah
menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya
17
diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru. Tingkat kompetensi 3
(Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap sosial siswa
adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya
serta cinta tanah air. Jadi, kompetensi sikap sosial siswa SD secara keseluruhan
adalah:
a) Jujur
b) Disiplin
c) Tanggung jawab
d) Santun
e) Peduli
f) Percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya
g) Cinta tanah air.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas menjelaskan
tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tersurat bahwa tujuan
pendidikan nasional tersebut dicapai melalui sejumlah kompetensi agar menjadi
manusia Indonesia yang diharapkan. Tujuan tersebut juga sangat komprehensif
yang disimpulkan ke dalam kompetensi-kompetensi tertentu.
18
Kalimat "agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia,..."30 merupakan kalimat inti yang menunjukkan
sikap vertikal. Diarahkan pada potensi spiritual, manusia yang beriman dan
bertaqwa wujud pengakuan luhur Bangsa Indonesia yang sejak dulu mengenal
makna spiritual melalui kegiatan-kegiatan religi yang ditunjukkan dalam
kehidupan nenek moyang. Kurikulum 2013 mempertegas dalam makna sikap
spiritual, kompetensi ini mengharapkan agar manusia-manusia yang dilahirkan
melalui proses pendidikan benar-benar menunjukkan iman dan taqwa dalam arti
yang sesungguhnya.
Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, pada kalimat,
“...kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab...”.31 Makna yang tersimpul adalah kaitannya dengan hubungan antar
manusia. Sebuah hubungan sosial yang dilandasi oleh Ketuhanan yang Maha Esa.
Dalam bahasa agama akrab dengan sebutan muamalah, bagaimana manusia harus
menghargai sikap dalam pergaulan hidupnya. Harmonisasi hubungan tercermin
jika dilandasi oleh sikap sosial sebagaimana dimaksud. Kalimat tersebut juga
mendasari pergaulan hidup manusia agar tidak basa-basi dalam bersikap pada
orang lain.
30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3.
31
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3.
20
Tahun 2003 Tentang Sistem
20
Tahun 2003 Tentang Sistem
19
E. Teori Penanaman Nilai
1. Melalui Pendekatan Pembelajaran
Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting untuk dapat di
kembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan adanya
dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk memenuhi
kebutuhan fisik untuk Berbagai nilai yang sudah ada tersebut perlu dan penting
untuk dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Munculnya nilai dikarenakan
adanya dorongan dari dalam diri manusia, diantaranya adalah dorongan untuk
memenuhi kebutuhan fisik untuk kelangsungan hidupnya, kebutuhan akan rasa
aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebutuhan akan penghargaan dan dikenal
orang lain, kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman, kebutuhan akan
keindahan dan aktualitas diri.32
Adapun dorongan yang paling utama untuk menekankan pelaksanaan
pendidikan nilai antara lain karena dialami adanya pergeseran dan perubahanperubahan sistem-sistem nilai maupun nilai-nilai sendiri oleh masyarakat yang
akibatnya dapat menimbulkan berbagai ketegangan, gangguan, dan dapat
kehilangan keseimbangan atau konflik-konflik, permusuhan dan kecurigaan.
Tidak hanya kebiasaan dan tingkah laku berubah, tetapi juga norma-norma atau
nilai-nilai yang mendasarinya mengalami perubahan.
Dorongan-dorongan itu lahir karena manusia ingin hidup secara wajar.
Sehingga muncullah normanorma yang disebut nilai yang selanjutnya menjadi
32
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam (Yogyakarta: Global Pustaka, 2011) hlm. 97.
20
pedoman dan tolak ukur dalam bertindak, bersikap dan berfikir. Oleh karena itu
diperlukan strategi yang efektif dan efisien.
Ditinjau dari pendekatan penanaman nilai, ada beberapa pendekatan
penanaman nilai yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran, antara
lain yaitu pendekatan: pengalaman, pembiasaan, emosional, rasional, fungsional,
dan keteladanan.33
a. Pertama, pendekatan pengalaman. Pendekatan pengalaman merupakan proses
penanarnan nilainilai kepada siswa melalui pemberian pengalaman langsung.
Dengan pendekatan ini siswa diberi kesempatan untuk mendapatkan
pengalaman spiritual baik secara individual maupun kelompok.
b. Kedua, pendekatan pembiasaan. Pendekatan pembiasaan adalah suatu tingkah
laku tertentu yang sifatnya otomatis tanpa direncanakan terlebih dahulu dan
berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi. Dengan pembiasaan pembelajaran
memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa mengamalkan konsep
ajaran nilai-nilai universal, baik secara individual maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Ketiga, pendekatan emosional. Pendekatan emosional adalah upaya untuk
menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini konsep ajaran nilai-nilai
universal serta dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.
d. Keempat, pendekatan rasional. Pendekatan rasional rnerupakan suatu
pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima
kebenaran nilai-nilai universal yang diajarkan.
e. Kelima, pendekatan fungsional. Pengertian fungsional adalah usaha
menanamkan nilai-nilai yang menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa
dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
f. Keenam, pendekatan keteladanan. Pendekatan keteladanan adalah
memperlihatkan keteladanan, baik yang berlangsung melalui penciptaan
kondisi pergaulan yang akrab antara personal sekolah, perilaku pendidik dan
tenaga kependidikan lain yang mencerminkan sikap dan perilaku yang
mencerminkan akhlak terpuji.34
2. Melalui Strategi Pembelajaran
33
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, cet ke-3,
2001) hlm. 255.
34
Ali Muhtadi, “Teknik dan Pendekatan Penanaman Nilai dalam Proses Pembelajaran di
Sekolah”, Jurnal, Majalah llmiah Pembelajaran Vol. 3 Mei 2007.
21
Secara umum strategi merupakan garis-garis besar haluan untuk bertindak
dalam usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan dan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Disisi lain strategi
dipahami sebagai suatu cara atau seperangkat cara yang dilakukan dan ditempuh
oleh seorang guru atau peserta didik dalam melakukan upaya terjadinya suatu
perubahan tingkah laku dan sikap yang dilakukan secara sengaja untuk
mendapatkan pengalaman yang telah ditetapkan.35
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Ada dua hal yang harus dicermati dari pengertian di atas . Yang pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam
pembelajaran. ini berarti penyusunan rencana suatu strategi baru sampai pada
proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi
disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan strategi
adalah pencapaian tujuan.
Dengan
demikian,
penyusunan
langkah-langkah
pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu sebelum menentuakan strategi, perlu
35
Warsita, Teknologi Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) hlm. 268.
22
dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan
adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.36
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu rencana yang digunakan oleh guru dalam mengambil
keputusan yang berupa langkah-langkah kegiatan dalam melaksanakan pengajaran
sebagai upaya pencapaian tujuan pembelajaran agar dapat tercapai secara optimal.
1. Melalui Metode Pembelajaran
a. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan
kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematik untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga terjadi interaksi
antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman,
informasi, memecahkan masalah.37 Dengan kata lain, dalam metode ini peserta
didik mempelajari sesuatu melalui cara bermusyawarah diantara sesame mereka
dibawah pimpinan atau bimbingan guru. Hal ini perlu bagi peserta didik pada
berbagai persoalan yang tidak dapat dipecahkan seorang diri, melainkan melalui
kerjasama atau musyawarah.
Dasar metode diskusi adalah Al Qur‟an yang terdapat di dalam QS. Ali
Imran: 159 yaitu:
36
Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta,
Kencana, 2008) hlm. 126.
37
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rineka. Cipta, 2009)
hlm. 99.
23
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu, berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.38
Gambar 1. Siklus Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Langkah-langkah dalam menjalankan metode diskusi yaitu, pertama
merumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini sering disebut
merumuskan tujuan diskusi dan dapat diperhatikan oleh guru PAI dalam standar
38
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang:
Kalim, 2011) hlm. 71.
24
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator. Indikator pembelajaran inilah yang
menjadi perhatian penting guru pendidikan agama Islam untuk menentukan
apakah metode diskusi itu layak dipergunakan atau tidak.39
Kedua menentukan mekanisme dan tata tertib diskusi, disini guru PAI
harus membuat mekanisme dan tata tertib metode diskusi secara tertulis ataupun
lisan.40 Tertulis dimaksudkan agar semua peserta didik dapat membaca dan
memegang aturan tersebut sekaligus sebagai kontrol bagi peserta lain dalam
berdiskusi. Aturan secara lisan dilakukan bila memang hal itu sudah dapat
dipatuhi dengan konsekuen oleh para peserta didik sebagai peserta diskusi.
Ketiga merumuskan masalah atau topik diskusi, untuk keberhasilan
diskusi, maka masalah atau topik yang harus mempermasalahkan topik-topik yang
memang memerlukan pemikiran diskusi antara pihak-pihak yang terlibat.41 Topik
diskusi hendaknya merupakan hal-hal yang menarik minat dan perhatian peserta
didik atau urgen, masalah juga harus mengundang banyak kemungkinan jawaban
dan harus merangsang pertimbangan. Keempat mengatur kelompokkelompok
diskusi, mengatur kelompok diskusi dilakukan setelah masalah atau topik sudah
dibagikan.42 Guru PAI harus secara detail meentukan siapa saja yang akan
menempati satu kelompok dan kelompok lainnya. Pengaturan kelompok dalam
diskusi menjadi bagian penting dalam mensukseskan penggunaan metode diskusi.
Kelima Melaksanakan Diskusi, diskusi harus berjalan dalam suasana
bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai hak yang sama dalam
39
Syahraini Tambak, 6 Metode Pendidikan Komunikatif Pendidikan Agama Islam
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) hlm. 224.
40
Syahraini Tambak, 6 Metode..., hlm. 226.
41
Syahraini Tambak, 6 Metode..., hlm. 228.
42
Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 230.
25
berbicara.43 Diskusi dilaksanakan secara terbuka, demokratis dan humanis dalam
rangka menggali kreatifitas peserta didik saat mengikuti pembelajaran PAI.
Keenam Menyimpulkan Hasil Diskusi, pada siklus ini guru PAI beserta peserta
didik menyimpulkan hasil diskusi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil
diskusi dengan tujuan dari dilakukannya pembelajaran menggunakan metode
diskusi. Ketujuh Melakukan Evaluasi, guru harus mampu melakukan evaluasi
sebagai upaya memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi yang telah
dilaksanakan. Dengan mengadakan evaluasi terhadap penguasaan materi oeserta
didik dan keberhasilan penggunaan metode maka guru PAI akan selalu melakukan
perubahan dan perbaikan terhadap proses pembelajaran yang dilangsungkan. 44
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab, berasal dari bahasa Yunani, secara etimologi, kata
metode berasal dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti
“melalui” dan hodos berarti jalan atau cara.45 Dalam bahasa arab metode dikenal
dengan istilah thariqah yang berarti langka-langka strategis yang dipersiapkan
untuk melakukan suatu pekerjaan.46 Bila dihubungkan dengan pendidikan langka
tersebut harus diwujudkan dalam proses pendidikan dalam rangka pembentukan
kepribadian peserta didik. Beberapa para ahli mendefinisi kan metode sebagai
berikut:
43
Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 232.
Syahraini Tambak, 6 Metode…, hlm. 234.
45
Ramayulis dan Samasul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2009)
44
hlm.209.
46
Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi) (Al-Mujtahada Press,
2010) hlm. 160.
26
1) Hasan langgulung mendefinisi kan bahwa metode adalah: cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.
2) Abd Al Rahman Ghunaima mendefinisi kan bahwa metode adalah caracara yang praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.
3) Muhammad Athiyah Al- Abrasy mendefinisi kan bahwa metode adalah
jalan yang digunakan oleh pendidik untuk memberikan pengertian
kepada peserta didik tentang segalah macam materi dalam berbagai
proses pendidikan.47
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode
adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang harus dimiliki dan digunakan oleh
pendidik dalam upaya menyampaikan dan memberikan pendidikan dan
pengajaran kepada peserta didik agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang
termuat dalam kurikulum yang telah ditetapkan. Metode merupakan suatu cara
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan
pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya pun bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Metode ini sudah lama dipakai orang pada zaman Yunani, ahli-ahli
pendidikan Islam telah mengenal metode ini, yang dianggap oleh pendidikan
modern berasal dari Sokrates untuk mengajar peserta didiknya supaya sampai
ketarap kebenaran. Uhbiyati menyebut metode tanya jawab dengan metode soaljawab. Metode ini sering digunakan oleh para Nabi dan Rasul Allah dalam
mengajarkan agama kepada umatnya, karena dengan metode ini pengertian dan
pengetahuan serta pemahaman peserta didik dapat lebih dimantapkan agar segala
bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat
dihindari.48
47
48
Ramayulis dan Samasul Nizar, Filsafat Pendidikan..., hlm. 214.
Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar…, hlm. 120.
27
F. Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial Kurikulum 2013
Sobhi Rayan dalam jurnalnya49 yang berjudul filsafat pendidikan Islam
menyatakan:
The Quran present life issues as values, but the Muslim human being is
responsible for implementation these Values in his life. It means that
implementation is not uniform and constant for every place and time. It is
depends in the ability of Muslims for progress and Creativity.
Pernyataan di atas
maksudnya bahwa nilai-nilai kehidupan semuanya
tersaji di dalam Al-Qur’an, dan manusia mempunyai tanggung jawab terhadap
nilai-nilai tersebut untuk direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
implementasinya nilai-nilai kehidupan tidak sama dan tidak tetap untuk setiap
waktu dan tempat, tergantung dari manusia muslim itu sendiri dalam memajukan
dan kreativitasnya.
Masa remaja menunjukan masa transisi dari kanak-kanak ke masa dewasa.
Batas umurnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar antara 12
sampai akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan jasmani hampir selesai. Suatu
tahap transisi memberi remaja itu suatu masa yang lebih panjang untuk
mengembangkan berbagai keterampilan serta mempersiapkan masa depan, tetapi
masa itu cenderung menimbulkan masa pertentangan (konflik) kebimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian.50
Thomas Licona menyatakan pada bukunya education for character, yaitu
tentang pembentukan karakter:
49
Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of Education”, Journal International, Journal of
Humanities and Social Science, Vol 2 No 19 October 2012, hlm. 151.
50
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Sukses Offset, 2011) hlm. 79.
28
Forming that sort of character is much easier in a moral enviroment
where being honest, decent, and cating is perceived to be the norm what
everybody simply expects of everybody else.51
Membentuk karakter yang baik akan lebih mudah jika dilakukan di
lingkungan yang memiliki moral tinggi seperti kejujuran, kesopanan, dan
kepedulian menjadi norma dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter yang
terpadu dalam pembelajaran merupakan pengenalan nilai-nilai, diperolehnya
kesadaran dan pentingnya nilai-nilai dan internalisasi nilai-nilai dalam tingkah
laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung
di dalam maupun diluar kelas pada semua mata pelajaran.52 Internalisasi pada
hakikatnya adalah sebuah proses menanamkan sesuatu, yakni merupakan proses
pemasukan suatu nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam
melihat makna realitas pengalaman.53
Asmaun Sahlan dan Angga Teguh Prastyo mengambil pendapatnya
Muhaimin bahwa dalam proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan
peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap
terjadinya internalisasi, yaitu: pertama, tahap transformasi nilai dalam tahap ini
merupakan suatu proses yang dilakukan guru dalam menginformasikan nilai-nilai
yang baik dan kurang baik. Pada tahap ini hanya menjadi komunikasi verbal
antara guru dan siswa; kedua, tahap transaksi nilai adalah suatu tahap pendidikan
nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa
51
Thomas Licona, Education For Character: How Our Schools Can Teach Respesct And
Responbility (United States: A Bantam Book, ---) hlm. 325.
52
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah
(Jogjakarta: Diva Press, 2013) hlm. 43.
53
Abdul Hamid, “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 Kota Palu”, Jurnal PAI-Ta‟lim Vol. 14 No. 2 – 2016,
hal. 197.
29
dengan guru yang bersifat interaksi timbal balik; dan ketiga, tahap
transinternalisai lebih jauh mendalam dari tahap transaksi. Pada tahap ini bukan
hanya dilakukan dengan komunikasi verbal, melainkan juga mental kepribadian.
Jadi, pada tahap ini komunikasi kepribadian yang berperan secara aktif.54
Internalisasi nilai berarti penanaman nilai moralitas manusia yang meliputi
tiga unsur penting yang saling terkait, yaitu, pengertian, perasaan, dan tindakan
moral. Pengertian moral adalah kesadaran moral, pengertian akan nilai,
kemampuan untuk mengambil gagasan orang lain, pengambilan keputusan
berdasarkan nilai moral dan pengertian mengenai diri sendiri. Unsur perasaan
moral meliputi suara hati, harga diri seseorang, sikap empati terhadap orang lain,
perasaan mencintai kebaikan, kontrol diri, dan rendah hati. Tindakan moral adalah
kompetensi dalam arti mempunyai kemampuan untuk mengaplikasikan keputusan
dan perasaan moral ke dalam tindakan yang meliputi kemauan dan kebiasaan. 55
Moralitas merupakan pemahaman nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi
seorang individu tetap terjaga dan mereka semakin menghargai kemartabatan
masing-masing.
G. Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu dipengaruhi oleh belajar
individu.
Muhabbibin Syah menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi belajar siswa
yaitu faktor internal, eksternal dan pendekatan belajar.
54
Asmaun Sahlan & Angga, Desain Pembelajaran Berbasisi Pendidikan Karakter,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) hlm. 25.
55
Munjin, “Internalisasi Nilai-Nilai Budi Pekerti pada Anak”, Jurnal, Dakwah dan
Komunikasi Vol. 2 No. 2 Juli-Desember 2008, hlm. 225.
30
a. Faktor dari dalam yaitu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi belajar yang
berasal dari siswa belajar. Faktor dari dalam (internal) meliputi dua aspek,
fisiologi dan psikologis. 56
1. Fisiologi, faktor ini meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi
panca indra.
2. Kondisi psikologis, faktor ini meliputi kecerdasan, bakat, minat, motivasi,
emosi dan kemampuan kognitif.
b. Faktor dari luar yaitu faktor – faktor yang berasal dari luar siswa yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar. Faktor – faktor ini meliputi lingkungan
sosial dan lingkungan non sosial. 57
1. Lingkungan sosial yang dimaksud adalah manusia atau sesama manusia,
baik manusia itu ada (kehadirannya) ataupun tidak langsung hadir. Dalam
lingkungan sosial yang mempengaruhi belajar siswa ini dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu rumah, sekolah dan masyarakat.
2. Lingkungan non sosial meliputi keadaan udara, waktu belajar, cuaca, lokasi
gedung sekolah dan alat – alat pembelajaran.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang
meliputi strategi, model dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi – materi pelajaran. 58
Dengan demikian guru harus memperhatikan perbedaan individu dalam
memberikan pelajaran kepada peserta diidk, supaya dapat menangani peserta
56
Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Grafindo Persada, Cetakan ke-8, 2003)
57
Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar..., hlm.145.
Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar..., hlm.145.
hlm.144.
58
31
didik sesuai dengan kondisinya untuk menunjang keberhasilan belajar. Hal
tersebut dikarenakan faktor – faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik,
satu dengan yang lainnya berbeda. Salah satu yang mempengaruhi belajar adalah
faktor pendekatan belajar (approach to learning), yang di dalamnya terdapat
model pembelajaran.
Joyce menyatakan bahwa “model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai.59 Tepat tidaknya guru menggunakan
model pembelajaran, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang dicapai
peserta didik.
1. Proses Penanaman Sikap Spiritual dan Sosial
Proses penanaman sikap atau karakter pada diri peserta didik tidaklah
terjadi secara tiba-tiba, melainkan melewati proses berliku dalam rentang waktu
yang cukup panjang. Berikut cara penanaman sikap peserta didik dilingkungan
sekolah, yaitu:
a. Pola pembiasaan
Pembiasan berasal dari kata dasar biasa merupakan lazim, seringkali.
Pembiasan merupakan proses penanaman kebiasaan, mengupayakan suatu
tindakan agar terbiasa melakukannya, sehingga seorang tidak menyadari apa yang
dilakukannya karena sudah menjadi kebiasaan.60 Suyadi mengambil pendapatnya
Steven Covery mengatakan bahwa pada awalnya manusia yang membentuk
59
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif -Progresi (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010) hlm.22.
60
Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu (Jakarta: Gaung Persada Press,
2016) hlm. 109.
32
kebiasaan, namun selanjutnya manusialah yang dibentuk oleh kebiasaannya. 61
Dalam proses pembelajaran di sekolah, guru dapat menanamkan sikap tertentu
kepada peserta didik melalui proses pembiasaan.
Wina Sanjaya mengambil pendapatnya Skinner dalam membentuk sikap
melalui pembiasaan melalui teori yaitu operant conditioning.62 Pembentukan
sikap yang dilakukan oleh Skinner menekankan pada proses peneguhan respons
anak. Setiap kali anak menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan dengan
cara memberikan hadiah atau perilaku yang menyenangkan.
Pembiasaan perlu ditanamkan dalam membentuk sikap dan perilaku
peserta didik yang baik. Sebagai contoh ketika siswa dibiasakan melaksanakan
shalat dhuha pada waktu sebelum siang, melakukan wudhu, membersihkan tempat
shalat terlebih dahulu. Jika hal itu sudah menjadi kebiasaan maka kelak peserta
didik tersebut akan rajin shalat dhuha dan menyukai tempat ibadah yang bersih.
b. Modeling
Selain pembiasaan, cara lain pembentukan sikap adalah modeling,
peneladanan atau percontohan. Pemodelan biasanya dimulai dari perasaan kagum.
Anak kagum terhadap kepintaran orang lain. Proses penanaman sikap anak
terhadap objek melalui proses modeling pada mulanya dilakukan secara
mencontoh, namun anak perlu diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan.
Misalnya, guru perlu menjelaskan mengapa harus telaten terhadap tanaman; atau
mengapa harus berpakaian bersih. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu yang
61
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013) hlm. 196.
62
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, hlm. 278
33
muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai suatu sistem
nilai.63
Keteladanan guru sangat penting demi efektivitas pendidikan karakter.
Tanpa keteladanan, pendidikan karakter kehilangan ruhnya yang esensial, hanya
slogan, kamuflase, fatamorgana, dan kata-kata negatif lainnya.64 Keteladan
seorang guru di sekolah terhadap perkembangan karakter peserta didik
memberikan dampak yang nyata terhadap kepribadian anak di masa yang akan
datang. Maka seyogyanya para guru harus berhati-hati dalam bertingkah laku,
karena secara tidak sadar siswanya akan menirunya, karena guru merupakan
patokan dari mode-model idaman siswa. Tentunya jika guru yang berkepribadian
shaleh akan menularkan keshalehannya bagi pribadi peserta didiknya.
c. Sugesti
Membentuk sikap melalui sugesti adalah membentuk sikap suatu sikap
terhadap objek tanpa suatu alasan dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata
karena pengaruh yang datang dari seseorang atau sesuatu yang mempunyai
wibawa dalam pandangannya. 65 Secara psikologis, seseorang memerlukan
motivasi dan dorongan ketika hendak melakukan sesuatu. Sugesti pada awalnya
mungkin masih bersifat material, akan tetapi kelak akan meningkat menjadi
motivasi yang bersifat spiritual. Misalnya, ketika peserta didik melakukan shalat
dhuha akan dimudahkan rezeki dan kehidupannya serta dijamin surganya. Akan
63
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran…, hlm. 279.
Jamal Ma’ur Asmani, Buku Panduan..., hlm. 75.
65
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2013) hlm. 189.
64
34
tetapi kebiasaan tersebut lambat laun akan mengantarkan pada kesadaran, bahwa
beribadah karena kebutuhan untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
d. Identifikasi
Penanaman sikap melalui identifikasi adalah meniru orang lain atau suatu
organisasi/badan tertentu didasari suatu keterikatan emosinal sifatnya; meniru
dalam hal yang ini lebih banyak dalam arti berusaha menyamai; identifikasi
seperti ini terjadi antara anak dengan ayah, pengikut dengan pemimpin, siswa
dengan guru, antara anggota suatu kelompok dengan anggota lainnya dalam
kelompok
tersebut
yang
dianggap
paling
mewakili
kelompok
yang
bersangkutan.66 Meniru kegiatan pondok pesantren dalam menanamkan sikap
spiritual dan sosial merupakan langkah yang tepat. Pondok pesantren merupakan
tempat pembentukan karakter dalam bidang akhlak baiknya, survive dalam hidup
mandiri, dan selalu belajar kebaikan dan mengamalkannya karena semata-mata
ingin mencari keridhoan Allah.
H. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
1. Andri Satria, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar Islam Program
Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto tahun 2017,
dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3
Bahasa Putera Harapan Purwokerto”. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Kemudian, dianalisis dengan menggunakan data sebelum di
66
Slameto, Belajar dan…, hal. 190.
35
lapangan berupa data-data sementara yang peneliti dapatkan ketika
melakukan studi pendahuluan dan analisis data mengacu pada model Miles
dan Huberman, yaitu dengan cara mengumpulkan data, mereduksi data, dan
menyajikan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) Proses
internalisasi nilai-nilai multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera
Harapan Purwokerto dilakukan melalui berbagai macam cara, seperti: a)
guru dalam memberi ruang internalisasi nilai-nilai multikultural, b)
penyatuan peserta didik majemuk di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan
Purwokerto, c) materi bernilai multikultural berprinsip, dan d) sistem
organisasi kelas. 2) Hasil internalisasi nilai-nilai multicultural kepada
peserta didik di SD Nasional 3 Bahasa Putera Harapan Purwokerto tidak
lepas dari kesungguhan pendidik dalam menginternalisasikan nilai-nilai
multikultural selama ini. Hasil dari internalisasi nilai-nilai multikultural
yaitu peserta didik kini hidup dengan berprinsip pada a) menerapkan nilai
demokrasi, b) menghargai kesetaraan atau gender, c) hidup dalam keadilan,
d) toleransi antar umat beragama, e) menghormati HAM (Hak Asasi
Manusia), dan f) mempererat persatuan dan kesatuan.67
2. Wati Oviana, Jurnal Conference Proceedings ARICIS I Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, dengan judul “Kemampuan Guru MI
Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan Sosial Dalam Pembelajaran Berbasis
Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra FTK UIN Ar-Raniry. Penelitan ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan guru dalam
67
Andri Satria, “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3 Bahasa Putera
Harapan Purwokerto”, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar Islam Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, 2017.
36
mengintegraskan sikap spiritual dan sosial dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran serta menemukan kesulitan guru dalam
mengintegrasikan sikap spirtual dan sosial dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman analisis RPP, lembar observasi serta pedoman wawancara untuk
menemukan kesulitan guru dalam mengintegrasikan sikap spiritual dan
sosial dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya data
di analisis dengan menggunakan persentase dan dideskrispsikan sesuai
dengan tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
guru dalam mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial dalam RPP dan
pelaksanaan pembelajaran masih bervariasi akan tetapi kemampuan guru
mengintegrasikan sikap spiritual dan sosial dalam pelaksanaan pembelajaran
lebih baik dari kemampuan mengintegrasikan dalam RPP.68
c. Aziza Elma Kumala, Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta 2018, dengan judul “Penanaman
Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di
SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang”. Jenis Penelitian ini
adalah penelitian kualitatif. Subyek penelitiannya adalah guru Pendidikan
Agama Islam, kepala sekolah, dan peserta didik kelas VII dan kelas VIII
SMP Negeri 1 Mertoyudan. Teknik yang digunakan dalam menentukan
subjek penelitian adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan
68
Wati Oviana, “Kemampuan Guru MI Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan Sosial
Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra FTK UIN Ar-Raniry”, Jurnal
Conference Proceedings ARICIS I Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2013.
37
data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang dilakukan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penyimpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai-nilai
multikultural yang terdapat dalam buku mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam meliputi nilai toleransi, nilai kesamaan, nilai persatuan, nilai
kekerabatan, dan nilai keadilan. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Mertoyudan
menggunakan dua metode yaitu metode keteladanan dan metode
pembiasaan. Dampak penanaman nilai-nilai multikultural terhadap siswa
yaitu tumbuhnya sikap saling toleran, menghormati, menerima pendapat
orang lain, saling bekerjasama, tidak bermusuhan, dan tidak adanya konflik
karena perbedaan budaya, suku, bahasa, adat istiadat, dan agama.69
69
Aziza Elma Kumala, “Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten Magelang”, Tesis Program
Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi SD Negeri 081228 Sibolga. Penelitian ini
dimulai dari tahap perencanaan penelitian yaitu penyusunan proposal.
Langkah selanjutnya pengajuan judul ke Kantor Pascasarjana IAIN
Padangsidimpuan. Setelah judul disetujui, maka tahap berikutnya
konsultasi proposal dan pengumpulan data. Tahap akhir dari penelitian
ini adalah analisis data dan penyelesaian/ pengolahan data.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini terbagi dalam beberapa tahap. Penelitian ini
dimulai dari tahap perencanaan penelitian yaitu penyusunan proposal.
Langkah selanjutnya pengajuan judul ke Kantor Pascasarjana IAIN
Padangsidimpuan. Setelah judul disetujui, maka tahap berikutnya
konsultasi prosposal dan pengumpulan data. Tahap akhir dari penelitian
ini adalah analisis data dan penyelesaian/ pengolahan data. Penelitian ini
direncanakan selesai pada Maret 2019. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel berikut:
50
51
No
Uraian Kegiatan
1
Studi
pendahuluan
2
Penyusunan
proposal
3
Seminar proposal
4
Pengumpulan
data (observasi/
wawancara/
dokumentasi)
5
Analisis data
6
Penyusunan
laporan/
penulisan tesis
Sep
18
Okt
18
Nov
18
Des
18
Jan
19
Feb
19
Mar
19
B. Jenis dan Metode Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan).
Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu “prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati”.1
Pendekatan yang digunakan pada
penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Penelitian deskriftif kualitatif
memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. 2 Pendekatan
deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk internalisasi nilai-nilai
1
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hlm. 30.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu
Sosial Lainnya Edisi Kedua (Jakarta: Kencana, 2017) hlm. 68.
2
52
multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada mata
pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
C. Unit Analisis
Unit analisis, yaitu unit yang akan diamati dan dijelaskan yang
merupakan satuan dari objek penelitian. Unit analisis dapat berupa individual
(perorangan), kelompok/organisasi; massa atau hasil karya manusia. Dalam
penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah internalisasi nilai-nilai
multikultural di SD Negeri 081228 Sibolga.
D. Sumber Data
Data adalah segala informasi mengenai semua hal yang berkaitan dengan
tujuan penelitian.3 Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan
informasi
mengenai
data.
Berdasarkan
sumbernya, jenis data
dibedakan
menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data dikumpulkan
sendiri
oleh peneliti
penelitian dilakukan.4
langsung dari
sumber pertama atau tempat objek
Data primer dalam penelitian ini berasal dari Guru
pendidikan agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga.
2. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
3
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif (Yogyakarta: Erlangga, Edisi ke-2, 2009) hlm. 61.
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009)
hlm. 137.
53
dengan cepat.5 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah Kepala SD Negeri 081228 Sibolga.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
primer dengan metode, yaitu:
1. Metode Wawancara, yakni teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang terkait dan berhadapan
langsung dengan informan. Jenis dari wawancara ini adalah wawancara
terstruktur dimana penulis sudah menyiapkan daftar pertanyaan yang
digunakan untuk wawancara kepada responden.
2. Metode Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia
dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera
lainnya.6 Observasi yang dilakukan penulis, yakni penulis datang ke SD
Negeri 081228 Sibolga untuk mengumpulkan data dengan cara
mengamati langsung terhadap obyek penelitian
3. Metode
dokumen
mempelajari
merupakan
data-data
yang
teknik
telah
pengumpulan
data
didokumentasikan
di
dengan
dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, raport
siswa, dan sebagainya.
5
6
Sugiyono, Metode Penelitian…, hlm. 137.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif…, hlm. 142.
54
F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
Setelah beberapa metode penelitian dilakukan, selanjutnya peneliti akan
melakukan pengolahan data. Semua data yang terkumpul diolah untuk
dianalisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,dan
dokumentasi, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain.7 Langkah-langkahnya pengolahan dan analisis data dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Mereduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari temanya dan membuang
data yang tidak diperlukan.8 Maksudnya, data yang diperoleh peneliti
disederhanakan dan data yang tidak diperlukan dipisahkan. Sehingga
analisis data menjadi lebih cepat dan mudah.
2. Penyajian Data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif, bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat naratif. Adapun penyajian
data hasil dari tahap reduksi penelitian ini yaitu peneliti memaparkan nilainilai multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa
pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
7
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009)
hlm. 244.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,, hlm. 338
55
Selain itu, peneliti juga memaparkan bagaimana internalisasi nilai-nilai
tersebut, serta faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat
penerapan nilai-nilai tersebut.
3. Verifikasi/ Kesimpulan
Setelah dilakukan reduksi data, triangulasi, dan penyajian data,
langkah selanjutnya yaitu kesimpulan. Kesimpulan dikemukakan dan
didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten. Pada penelitian ini penulis
menarik kesimpulan dari temuan yang telah dianalisis. Hasil dari analisis
tersebut penulis gunakan untuk menyimpulkan internalisasi nilai-nilai
multikultural pada pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data
Adapun hal-hal yang harus dilakukan peneliti untuk mendapatkan data
yang akurat adalah dengan pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan
keikutsertaan peneliti, ketekunan peneliti dalam pengamatan, dan triangulasi data.
1. Perpanjangan Keikutsertaan Peneliti
Keikutsertaan peneliti dalam waktu panjang sangat menentukan
dalam pengumpulan data. Husaini Usman berpendapat, peneliti dalam
penelitian kualitatif adalah “Instrumen” itu sendiri. Oleh karena itu di
dalam pengumpulan data, perpanjangan keikutsertaan peneliti sangat
menentukan. Sebab Perpanjangan Keikutsertaan di dalam pengumpulan
data akan memungkinkan kredibilitas data yang dikumpulkan. 9 Dengan
9
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) hlm. 88.
56
perpanjangan keikutsertaan peneliti memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan.
2. Ketekunan Peneliti dalam Pengamatan
Menurut
Moleong “Keajegan/ketekunan pengamatan
berarti
mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan
dengan proses analisis yang konstan atau tentatif.10 Ketekunan adalah
sikap mental yang disertai dengan ketelitian dan keteguhan di dalam
melakukan pengamatan untuk memperoleh data penelitian. Adapun
Pengamatan, merupakan proses yang kompleks, yang tersusun dari proses
biologis (mata, telinga) dan psikologis (daya adaptasi yang didukung oleh
sifat kritis dan cermat).
3. Triangulasi Data
Tahap
selanjutnya
yaitu
triangulasi.
Triangulasi
adalah
teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dalam sebuah
penelitian.11 Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi
sumber yaitu menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
10
Lexi J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, Edisi
Revisi, 2014) hlm. 177.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan…,hlm. 330.
57
1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum
1. Profil SD Negeri 081228 Sibolga
Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga merupakan satu dari 16 Sekolah
Dasar Negeri di Kota Sibolga. Sibolga memiliki 49 Sekolah Dasar, terdiri dari 34
Sekolah Dasar Negeri, 9 Sekolah Dasar Swasta, 2 Madrasah Ibtidaiyah Negeri,
dan 4 Madrasah Ibtidaiyah Swasta.1 SD Negeri 081228 Sibolga berdiri tahun
1944. Kegiatan belajar mengajar terdiri dari dua waktu yaitu, pagi dan sore. Jarak
sekolah ke pusat otonomi daerah sekitar 700 m. Adapun luas lahan SD
Negeri
081228 Sibolga 710 m2. Keadaan ekonomi orangtua peserta didik di sekolah ini
cukup, karena banyak orangtua di daerah
ini bekerja sebagai TNI/ POLRI,
Pedagang, PNS, dan Nelayan. Peserta didik di sekolah ini juga datang dari
beragam masyarakat sekitar seperti suku Pesisir, Batak, Nias dan Jawa. 2 Berikut
ini data berkenaan dengan SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019.
Tabel 1
Profil Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga
a. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah
2 NPSN
3 Jenjang Pendidikan
4 Status Sekolah
5 Alamat Sekolah
RT / RW
Kode Pos
:
:
:
:
:
:
:
SD NEGERI 081228
10212182
SD
Negeri
Jl. Sisingamangaraja 158
0
/
0
22531
1
Dokumen, Data Master Satuan Pendidikan (NPSN), Pendidikan Dasar & Menengah,
http://referensi.data.kemdikbud.go.id.
2
Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019.
57
2
Kelurahan
Kecamatan
Kabupaten/Kota
Provinsi
Negara
6 Posisi Geografis
b. Data Pelengkap
7 SK Pendirian Sekolah
8 Tanggal SK Pendirian
9 Status Kepemilikan
10 SK Izin Operasional
11 Tgl SK Izin Operasional
12 Kebutuhan Khusus
Dilayani
13 Nomor Rekening
14 Nama Bank
15 Cabang KCP/Unit
16 Rekening Atas Nama
17 MBS
18 Luas Tanah Milik (m2)
19 Luas Tanah Bukan Milik
(m2)
20 Nama Wajib Pajak
21 NPWP
c . Kontak Sekolah
20 Nomor Telepon
21 Nomor Fax
22 Email
23 Website
d. Data Periodik
24 Waktu Penyelenggaraan
25 Bersedia Menerima Bos?
26 Sertifikasi ISO
27 Sumber Listrik
28 Daya Listrik (watt)
29 Akses Internet
30 Akses Internet Alternatif
e. Data Lainnya
31 Kepala Sekolah
32 Operator Pendataan
:
:
:
:
:
:
Pancuran Kerambil
Kec. Sibolga Sambas
Kota Sibolga
Prop. Sumatera Utara
:
:
:
:
:
:
NO. 593.33.41/31/1989
1989-03-27
Pemerintah Pusat
NO. 593.33.41/31/1989
1989-03-27
Tidak ada
:
:
:
:
:
:
:
290.02.04.015160-3
SUMUT
SIBOLGA
SDN 081228 SIBOLGA
Ya
710
0
1.736636
98.78636
Lintang
Bujur
: BENDAHARA SD NEGERI 081228
SIBOLGA
: 3.91758E+12
:
:
:
:
[email protected]
http://sdnegeri081228sibolga.blogspot.co.id
:
:
:
:
:
:
:
Kombinasi
Bersedia Menerima
Belum Bersertifikat
PLN
1300
Telkom Speedy
: Syafrizal, S.Pd
: Navo Zulkarnain, S.Pd
3
33 Akreditasi
34 Kurikulum
: ”B” ditandatangani Badan Akreditasi Sekolah
: Kurikulum 2013
Tabel 2
Data Siswa Berdasarkan Agama SD Negeri 081228 Sibolga
No
Agama
Jumlah
1
Islam
575
2
Kristen Protestan
30
3
Kristen Katolik
25
Total
630
2. Letak Geografis SD Negeri 081228 Sibolga
Sekolah Dasar Negeri 081228 Sibolga terletak di jalan Sisingamangaraja
No. 158. Tepatnya di Kelurahan Pancuran Kerambil, Kecamatan Sibolga Sambas
Kota Sibolga, Sumatera Utara. Sekolah ini letaknya bersampingan dengan Kantor
Camat Sibolga Sambas dan Kantor Lurah Pancuran Kerambil.3 Letak geografis
SD Negeri 081228 Sibolga strategis, karena berada di jalan provinsi dan dekat
dengan kantor pemerintahan setempat.4
3. Visi Misi dan Tujuan SD Negeri 081228 Sibolga
Berdasarkan penelitian lapangan yang peneliti lakukan, diperoleh data visi,
misi, dan tujuan sekolah. Adapun visi SD Negeri 081228 Sibolga adalah “menjadi
siswa yang unggul, berprestasi, cerdas, berakhlak mulia berwawasan lingkungan
3
4
Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019.
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018
4
berdasarkan iman dan taqwa”.5 Untuk mewujudkan visi tersebut, SD Negeri
081228 Sibolga menyusun misi:
a. Mendidik siswa menjadi insan berakhlak mulia, mandiri, inovatif, kreatif dan
kompetitif.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa melalui kegiatan ekstrakuriluler.
c. Melaksanakan proses belajar mengajar yang kondusif melalui metode
PAIKEM.
d. Menanamkan keyakinan aqidah melalui pengamalan ajaran agama.
e. Menjalin kerja sama yang harmonis antara sekolah dan lingkungan masyarakat.
f. Melaksanakan 7 K yaitu: keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan,
kerindangan dan kesehatan untuk mewujudkan sekolah adiwiyata.
Adapun tujuan SD Negeri 081228 Sibolga sebagai berikut:
1) Menciptakan siswa menjadi insan yang berakhlak mulia.
2) Meningkatkan prestasi dan bakat siswa di bidang IPTEK, olahraga dan seni
budaya.
3) Meningkatkan mutu akademik dan non akademik di atas kriteria ketuntasan
minimal dan SNP.
4) Menciptakan suasana komunikasi yang santun berdasarkan pengamalan ajaran
agama.
5) Menjalin hubungan yang harmonis dan dinamis baik dalam sekolah maupun
dengan masyarakat.
5
Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019.
5
6) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan berbudaya
lingkungan atau sekolah adiwiyata.6
Berdasarkan visi dan misi, tujuan SD Negeri 081228 Sibolga dapat
tercapai. Diantaranya meningkatkan prestasi dan bakat siswa di bidang IPTEK,
olahraga dan seni budaya. Hal ini terlihat dari banyaknya piala penghargaan di
lemari yang ada di ruang guru. 7 Berikut data prestasi siswa yang diperoleh pada
berbagai event:
Tabel 3
Prestasi Siswa SD Negeri 081228 Sibolga
No
Jenis Kejuaraan
Tingkat
Peringkat
Tahun
1
Lomba Vocal Solo Religi (Putri) Rahmad
Cup
Kota Sibolga
Juara
Harapan II
2014
2
Lomba Vocal Solo Religi (Putra) Rahmad
Cup
Kota Sibolga
Juara III
2014
3
Lomba Bercerita
Kota Sibolga
Juara I
2014
4
Lomba Busana Pesisir
Kota Sibolga
Juara III
2014
5
Lomba Bercerita Kisah Islami Putri
Kota Sibolga
Juara I
2014
6
Lomba Bercerita Kisah Islami Putri
Kota Sibolga
Juara III
2014
7
Lomba Busana Pesisir
Kota Sibolga
Juara III
2014
8
Lomba Festival Nasyid Putri
Kota Sibolga
Juara I
2014
9
Lomba Festival Nasyid Putra
Kota Sibolga
Juara II
2014
10
Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putri
Kota Sibolga
Juara II
2014
11
Lomba Busana Muslim Anak-anak Putra
Kota Sibolga
Harapan
III
2014
12
Lomba Pembuatan Tandu Putra
Kota sibolga
Juara III
2015
13
Lomba Vocal Solo Religi Putri
Kota Sibolga
Juara II
2015
14
Lomba Busana Muslim Putra Rahmad Cup
Kota Sibolga
Juara II
2015
15
Lomba Catur Putri O2SN
Kota Sibolga
Juara I
2015
16
Lomba Bulu Tangkis Ganda Putri
Kota Sibolga
Harapan I
2015
6
7
Dokumen, Data Profil SD Negeri 081228 Sibolga Tahun 2019.
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018.
6
17
Lomba Festival Nasyid Putra
Kota sibolga
Juara I
2015
18
Lomba Festival Nasyid Putri
Kota Sibolga
Juara I
2015
19
Lomba MTQ Putra
Kota Sibolga
Juara II
2015
20
Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putra
Kota Sibolga
Juara III
2015
21
Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek Putri
Kota Sibolga
Juara II
2015
22
Lomba Tari Daerah
Kota sibolga
Juara II
2015
23
Lomba Pembuatan Tandu Putra
Kota sibolga
Juara III
2015
24
Lomba Vocal Solo Religi Putri
Kota Sibolga
Juara II
2015
25
Lomba Busana Muslim Putra Rahmad Cup
Kota Sibolga
Juara II
2015
26
Lomba Catur Putri O2SN
Kota Sibolga
Juara I
2015
27
Lomba Bulu Tangkis Ganda Puteri
Kota Sibolga
Harapan I
2015
28
Lomba Festival Nasyid Putra
Kota Sibolga
Juara I
2015
29
Lomba Festival Nasyid Puteri
Kota Sibolga
Juara I
2015
30
Lomba MTQ Putra
Kota Sibolga
Juara II
2015
31
Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek (Putra)
Kota Sibolga
Juara III
2015
32
Lomba Hafalan Ayat-ayat Pendek (Putri)
Kota Sibolga
Juara II
2015
33
Lomba Tari Daerah
Kota Sibolga
Juara II
2015
34
Lomba Vocal Solo
Kota Sibolga
Juara III
2016
35
Lomba Drumband
Kota Sibolga
Juara II
2016
36
Lomba Festival Nasyid Putri
Kota Sibolga
Juara I
2016
37
Lomba Menghapal Ayat Pendek
Kota Sibolga
Harapan
III
2016
38
Lomba Menghapal Ayat Pendek
Kota Sibolga
Juara II
2016
39
Lomba Festival Nasyid Putri
Kota Sibolga
Juara I
2016
40
Lomba Membuat Seni Gambar Bercerita
Kota Sibolga
Juara II
2016
41
Lomba Sholat Jenazah (Putra)
Kota Sibolga
Juara II
2016
42
Lomba Hifdzil Putra
Kota Sibolga
Harapan I
2016
43
Lomba Tilawah Putra
Kota Sibolga
Harapan
III
2016
7
4. Fasilitas SD Negeri 081228 Sibolga
Fasilitas di SD Negeri 081228 Sibolga merupakan bangunan pemerintah.
Fasilitas yang tersedia umtuk mendukung proses belajar mengajar di SD Negeri
081228 Sibolga. SD Negeri 081228 Sibolga memiliki dua unit gedung yang terdiri
dari ruang belajar dan kantor.8 Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 4
Data Sarana dan Prasarana
Uraian
Ruang Kelas
Ruang Kepala Sekolah/ Guru
Ruang Lab
Ruang Perpustakaan
Lapangan
Ruang Sholat
Toilet
Total
Jumlah
8
1
0
1
1
1
4
16
Sumber: Dokumen Tata Usaha SD Negeri 081228 Sibolga, 2019.9
8
9
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 05 Oktober 2018.
Dokumen Tata Usaha SD Negeri 081228 Sibolga, 2019.
8
9
B. Temuan Khusus
1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual
pada Mata Pelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik
Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah, Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi, dapat diketahui kompetensi
sikap spiritual siswa dengan tingkat kompetensi 1 (Tingkat Kelas I-II
SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menerima dan menjalankan ajaran agama yang
dianutnya. Tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV SD/MI/SDLB/PAKET A)
dan tingkat kompetensi 3 (Tingkat Kelas V-VI SD/MI/SDLB/PAKET A)
kompetensi sikap spiritual siswa adalah menerima, menjalankan, dan menghargai
ajaran agama yang dianutnya. 10 Jadi, kompetensi sikap spiritual siswa SD secara
keseluruhan adalah menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang
dianutnya. Untuk mengetahui nilai-nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi spiritual pada mata pelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga, peneliti mewawancara guru Pendidikan Agama Islam.
Saat ditemui, Ibu Nurhaida Tanjung, S.Pd.I baru selesai mengajar dan akan
melaksanakan shalat Dzuhur di mushalla sekolah. Beliau mengenakan pakaian
dinas harian dan kerudung putih.
10
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan.
10
Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga
Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga
Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nurhaida Tanjung, S.Pd.I
11
Saat ditanya tentang pentingnya kompetensi spiritual siswa, Nurhaida
Tanjung menuturkan:
“Kompetensi spiritual siswa merupakan kompetensi yang harus ada pada
diri siswa. Itulah yang kita upayakan ketika berinteraksi dengan siswa.
Jadi, ini kompetensi atau sikap yang begitu penting tertanam pada diri
siswa”.11
Di waktu yang berbeda, peneliti juga bertanya kepada guru Pendidikan
Agama Islam lainnya di SD Negeri 081228 Sibolga. Tini Yusniar, S.Pd.I ditemui
di ruang kelas dengan suasana persiapan proses belajar mengajar. Ibu Tini
mengenakan pakain dinas harian dan kerudung kuning kunyit. Sementara peneliti
mewawancara Ibu Tini, beberapa siswa sedang mengepel ruang kelas dan teras
sekolah.
Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Tini Yusniar, S.Pd.I
11
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
12
Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas
Saat tentang pentingnya kompetensi spiritual siswa, beliau menuturkan:
“Tentu saja kompetensi spiritual siswa sangat penting, disamping
kompetensi lainnya. Dengan adanya sikap spiritual pada diri siswa, maka
akan membantu kompetensi lainnya. Misalnya, kompetensi sosial”.12
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kompetensi
spiritual merupakan hal penting yang harus dimiliki siswa. Ibu Nurhaida Tanjung
berpendapat kompetensi sikap harus tertanam pada diri siswa yang diupayakan
ketika berinteraksi dengan siswa. Ibu Tini Yusniar berpendapat kompetensi
spiritual penting karena akan membantu berkembangnya kompetensi lainnya.
12
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
13
Selanjutnya peneliti menanyakan tentang apakah ada nilai multikultural di
SD Negeri 081228 Sibolga dan nilai apa saja yang ada, Ibu Nurhaida Tanjung
selaku Guru Pendidikan Agama Islam menuturkan:
“Ya, ada. Nilai-nilai multikultural tentu saja ada dalam belajar mengajar
mata pelajaran Agama Islam, khusunya dalam membentuk kompetensi
spiritual siswa kita”.13
Kemudian beliau melanjutkan:
“Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi siswa,
khususnya kompetensi spiritual siswa diantaranya adalah nilai kesamaan
terlihat dari sama-sama mau diatur guru ketika belajar. Pun begitu dengan
nilai persatuan dan persaudaraan, terlihat mulai memahami bahwa sesama
muslim itu adalah saudara meskipun berbeda suku”.14
Hal senada dituturkan oleh Ibu Tini Yusniar, sebagai berikut:
“Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mengandung nilai-nilai
multikultural. Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa kompetensi
spiritual siswa membantu mengembangkan kompetensi sosial, maka tidak
heran jika nilai-nilai multikultural pun ada di dalamnya”.15
Masih dikesempatan yang sama, Ibu Tini melanjutkan penuturannya:
“Nilai-nilai multikultural jelas terlihat dalam pembentukan kompetensi
spiritual siswa, diantaranya nilai kesamaan atau kesetaraan terlihat dari
mau memberi antar sesama, nilai persatuan dan persaudaraan, mereka
mulai paham meski berbeda suku harus tetap berteman, mau satu bangku
atau meja dengan teman yang berbeda suku. Kemudian, nilai-nilai ini kita
harapkan memunculkan nilai adil pada diri siswa. Sejauh ini, kami melihat
sudah ada nilai keadilan itu”.16
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di
atas, dapat diperoleh informasi berkenaan dengan nilai-nilai multikultural pada
13
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
14
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
15
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
16
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
14
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Kompetensi
Spiritual. Nilai-nilai tersebut diantaranya:
a. Nilai kesamaan
b. Nilai persatuan
c. Nilai persaudaraan
d. Nilai keadilan
Sedangkan indikator sikap spiritual antara lain:
1) Berdoa‟a sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2) Menjalankan ibadah tepat waktu
3) Memberi salam pada saaat awal dan akhir persentasi sesuai agama yang
dianut
4) Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa
5) Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri
6) Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu
7) Berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan
usaha menjaga lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal, sekola, dan
masyarakat
8) Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa
9) Bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia.
10) Menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya.17
17
RPP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 Revisi 2016
15
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada
Mata Pelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik
Indonesia
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah,
Lampiran Bab II Tingkat Kompetensi, memberikan informasi tentang kompetensi
sikap sosial siswa. Tingkat kompetensi 1 tingkat (Tingkat Kelas I-II
SD/MI/SDLB/PAKET A) dan tingkat kompetensi 2 (Tingkat Kelas III-IV
SD/MI/SDLB/PAKET A) adalah menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman,
dan
guru.
Tingkat
kompetensi
3
(Tingkat
Kelas
V-VI
SD/MI/SDLB/PAKET A) kompetensi sikap sosial siswa adalah menunjukkan
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.18
Jadi, kompetensi sikap sosial siswa SD secara keseluruhan adalah:
a) Jujur
b) Disiplin
c) Tanggung jawab
d) Santun
e) Peduli
18
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun
2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Lampiran Bab 1 Pendahuluan.
16
f) Percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya
g) Cinta tanah air.
Untuk
mengetahui
nilai-nilai
multikultural
dalam
pembentukan
kompetensi sosial siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga, peneliti mewawancara guru Pendidikan Agama Islam.
Guru Pendidikan Agama Islam
di SD Negeri 081228 Sibolga adalah Ibu
Nurhaida Tanjung, S.Pd.I dan Tini Yusniar, S.Pd.I. Masih di tempat yang sama,
saat ditanya seberapa penting kompetensi sosial siswa, beliau menuturkan:
“Penting, ya sama seperti kompetensi spiritual, kompetensi sosial siswa
juga penting. Tuntutan kurikulum kita seperti itu, kurikulum 2013”.19
Hal senada juga diutarakan Ibu Yusniar, sebagai berikut:
“Sebagaimana Kurikulum 2013 yang kita jalankan, kompetensi sosial
siswa merupakan kompetensi yang harus ada juga dalam diri siswa. Sama
pentingnya dengan kompetensi spiritual. Kedua kompetesi ini saling
bersinergi membentuk kepribadian siswa”.20
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dipahami bahwa kompetensi
sosial siswa penting dimiliki siswa. Menurut Ibu Nurhaidah dan Ibu Yusniar,
kompetensi sosial sama pentingnya dengan kompetensi spiritual. Kedua
kompetensi tersebut tertuang dalam Kurikulum 2013. Berdasarkan hasil
wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga melaksanakan kurikulum 2013.
19
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
20
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
17
Selanjutnya peneliti menanyakan tentang nilai multikultural apa yang ada
pada pembentukan kompetensi sosial siswa. Guru Pendidikan Agama Islam
menuturkan:
“Nilai-nilai multikultural ada dalam mata pelajaran Agama Islam. Terkait
dengan dalam membentuk kompetensi sosial siswa, tentunya nilai-nilai
multikultural ada, misalnya sikap jujur akan menunjukkan nilai
multikultural keadilan, sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan
nilai persaudaraan, dan toleransi ketika siswa berbeda pendapat, mereka
tidak pernah bertengkar karenanya”.21
Ibu Yusniar juga menuturkan:
“Ada, tentu saja ada nilai multikultural pada mata pelajaran Agama Islam
dalam membentuk kompetensi sosial siswa di SD Negeri 081228 Sibolga
ini. Contohnya, siswa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dan
disiplin mencerminkan nilai kesamaan atau kesetaraan. Ketika ada
menyampaikan pendapat tidak bereaksi berlebihan mencerminkan
toleransi, ya kadang masih ada kata hemmm...tapi hanya sesaat”. 22
Berdasarkan observasi dan hasil wawancara diperoleh informasi berkenaan
dengan nilai-nilai multikultural pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
dalam pembentukan kompetensi sosial. Nilai-nilai tersebut diantaranya:
1) Nilai toleransi
2) Nilai kesamaan
3) Nilai persatuan
4) Nilai persaudaraan
5) Nilai keadilan
21
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
22
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
18
3. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang ditekankan pada
peningkatan watak dan pembentukan karakter siswa agar lebih baik lagi dalam
mengahadapi gejolak menurunnya moral anak-anak dan remaja khususnya pelajar
pada akhir-akhir ini. Maksud dari kurikulum 2013 adalah untuk membentuk
generasi terbaik anak bangsa Indonesia di masa yang akan datang dan menyiapkan
peserta didik dalam menghadapi segala masalah dan tantangannya. Guru
Pendidikan Agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga menginternalisasi nilai-nilai
multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan beberapa cara, diantaranya:
a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural
Dalam
pelaksanaan
pembelajaran,
penanaman
nilai-nilai
multikultural pada pembelajaran PAI hal ini sesuai dengan standar
kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan
kurikulum
yang dikembangkan
oleh Badan
Standar
Nasional
Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan
lima pilar belajar, yaitu:
1) Belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2) Belajar untuk memahami dan menghayati
3) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
19
4) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan
5) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 23
Ibu Nurhaida menuturkan:
“Untuk menginternalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam
Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, kita
berupaya
mengoptimalkan
kemampuan
menyampaikan
materi”.24
Senada dengan hal di atas, Ibu Tini Yusniar mengutarakan:
“Memperbaiki terus cara kita menyampaikan materi kepada
siswa, ya intinya selalu ada perbaikan, kita mengoptimalkan
kemampuan agar Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan
Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SD Negeri 081228 Sibolga ini terinternalisasi”‟25
Kemampuan guru dalam mengajarkan materi tentang toleransi,
kerukunan dan kesetaraan sangat baik. Guru memiliki pemahaman
keberagamaan yang komprehensif”.26 Hal ini terlihat saat guru
menjelaskan kepada peserta didik guru selain memakai dasar QS. AlKaafirun dan QS. Al-Hujurat ayat 13, beliau juga memakai ayat
pendukung yaitu memakai surat Yunus ayat 99.
QS. Al-Hujurat:13:
23
BNSP,
“Kompetensi
Panduan
Umum”,
dalam
bsnpindonesia.org/wpcontent/uploads/kompetensi/Panduan_Umum_KTSP.pdf, 09 Februari 2019.
24
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
25
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
26
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019.
20
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal”.27
QS. Yunus:99:
Artinya: “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua
orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu
(hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orangorang yang beriman semuanya?”.28
Guru juga menjelaskan pada siswa tentang Hadits yang
menceritakan ketika suatu saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat
sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar
jenazah. Nabi SAW langsung berdiri memberikan penghormatan.
Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai
rasul?” Nabi SAW menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi
sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia,
melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di
dalamnya.
27
28
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 517.
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 220.
21
b. Mempersiapkan materi terkait multikultural
Materi ajar yang dikembangkan guru disesuaikan dengan mata
pelajaran dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sudah dibuat. Sebagaimana yang disampaikan oleh guru
Pendidikan Agama Islam SD Negeri 081228 Sibolga berikut:
“Selain terus memperbaiki kemampuan mengajar, tentunya kita
juga harus mempersiapkan materi dengan baik. Untuk
internalisasi nilai multukultural ya materi yang berhubungan
dengan itu”.29
Ibu Nurhaida Tanjung juga menyampaikan:
“Materi ajar, materi ajar ini harus kita persiapkan dengan baik,
apalagi yang terkait dengan multikultural. Meskipun materi ini
diulang setiap tahun, tetap saja kita persiapkan kembali”.30
Materi yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai-nilai
multikultural diantaranya:
1) Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan tujuan
agar
siswa
memiliki
pengetahuan
tentang
toleransi,
kerukunan dan kesetaraan. Guru memberikan pemahaman
kepada para siswa bahwa hidup dalam negara demokrasi
yang dituntut untuk selalu bersikap toleran dan humanis,
yaitu
sikap
saling
menghormati,
dan
menghargai
keberagaman serta memandang bahwa perbedaan merupakan
sebuah keniscayaan dari Tuhan.
29
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
30
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
22
2) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan
dalam Islam dengan menyampaikan dasar yang bersumber
dari Al-Qur‟an, yaitu;
QS. Al-Kaafirun:
Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah. dan
kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".31
Ibu Nurhaida Tanjung dalam menyampaiakan konsep
toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam terlebih dahulu
menyampaikan latar belakang turunnya QS. Al-Kaafirun. Beliau
menuturkan:
“Untuk memahamkan toleransi, saya menyampaiakan latar
belakang turunnya QS. Al-Kaafirun. Seperti, ketika para
petinggi kafir Quraisy terdiri atas Walid Al Mughirah,
Aswad bin Abdul Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf
datang kepada Rosulullah SAW, menawarkan kompromi
menyangkut pelaksanaan ajaran agama secara bersamasama. Usulnya, agar Nabi Muhammad SAW beserta
umatnya mengikuti kepercayaan mereka dan merekapun
akan mengikuti ajaran Islam. Mereka berkata “selama
setahun kami akan menyembah Tuhanmu dan selama
setahun juga kamu harus menyembah Tuhan kami. Bila
agamamu benar kami mendapatkan keuntungan karena
31
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an…, hlm. 603.
23
bisa menyembah Tuhanmu dan jika agama kami benar,
kamupun memperoleh keuntungan.” Mendengar usulan
tersebut Nabi Muhammad SAW menjawab dengan tegas,
“ aku berlindung kepada Allah dari perbuatan
menyekutukanNya.” Maka turunlah ayat surat Al Kaafirun
tersebut yang kemudian dibacakannya.32
Ibu Nurhaida Tanjung menyampaiakan konsep toleransi
dengan lugas dan jelas. Ketika siswa bertanya, beliau menjelaskan
33
kembali dengan bahasa yang baik dan penyampaian yang menarik.
Dengan demikian pemahaman konsep toleransi sampai kepada
siswa.
c. Membentuk Jiwa Islami
Islam mengajarkan bahwasanya standar normatif kebenaran dan
perbuatan seorang hamba hanyalah bersumber dan berstandar pada AlQur‟an dan Al-Hadits. Sikap spiritual sangat erat hubungan dengan
keagamaan, dan penting ditanamkan kepada peserta didik yaitu untuk
membentuk dan mengarahkan ruh dan jiwa Islami, seperti apa yang
dikatakan Ibu Nurhaidah Tanjung yaitu:
“Itu mengarahkan jiwa dan ruh Islami, tidak hanya dipikiran
tetapi masuk kedalam pribadi anak, tidak hanya sekolah tetapi
sepanjang masa, membaca dan mendalami isinya. Dan setiap
jiwa peserta didik itu berbeda-beda dalam mengalami
perubahan, dan tidak ada alat ukur pasti kecuali mereka
membaca dengan istiqamah dalam membacanya”.34
32
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
33
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 19 Februari 2019.
34
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
24
Ibu Tini Yusniar mengatakan:
“Untuk
menginternalisasi
Nilai
Multikultural
dalam
Pembentukan Kompetensi Spiritual pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga kita
membentuk jiwa Islami pada siswa”.35
Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai tugas yang cukup
berat, yaitu membina pribadi anak di samping mengajarkan
pengetahuan kepada anak, guru agama harus membawa peserta didik
kearah pembinaan pribadi yang sehat dan baik.36 Senada dengan
Bambang, Mahmud menyatakan Guru tidak hanya mencerdaskan
pikiran, melainkan membimbing, mengarahkan, meningkatkan, dan
menyucikan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 37 Seorang
guru yang baik adalah guru yang dapat memberikan inspirasi untuk para
muridnya.38 Inspirasi dalam bentuk perkataan dan nasihat yang
membangun maupun perbuatan yang patut dicontoh oleh peserta
didiknya untuk membangun kepribadiannya. Guru adalah seorang
pendidik, yang tugasnya tidak hanya mengajarkan materi-materi dalam
buku pelajaran, tetapi bagaimana mendidik siswanya untuk lebih
berkembang lagi sikapnya, baik itu sikap kepada guru, teman maupun
diri sendiri. Dengan sikapnya yang bersahabat dan pengabdiannya yang
tulus kepada peserta didiknya, niscaya guru yang sedemikian itu akan
mendapatkan pencapaian pribadi yang tinggi.
35
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
36
Bambang, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2015) hlm. 60.
37
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 245.
38
Jamal, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah (Jogjakarta: Diva
Press, 2013) hal. 169.
25
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SD Negeri
081228 Sibolga nilai-nilai sikap spiritual yang ditanamkan kepada
peserta didik yaitu, menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama. Sebagaimana yang Ibu Nurhaidah sampaikan:
“Kalau spiritual, dalam hal membentuk jiwa Islami, kami
membiasakan siswa menghapal juz 30, sebelumdan sesudah
belajar berdo‟a, menekankan kepada peserta didik selalu
bersyukur atas rezeki yang Allah berikan”.39
Ibu Tini Yusniar juga mengatakan:
“Kami juga membiasakan siswa membaca kisah-kisah Nabi dan
sahabat, kemudian menceritakn ulang di depan kelas serta
mengambil suatu hikmah dari kisah tersebut”.40
Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian anak,
sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya yang
akan menjadi pengendali dalam hidupnya dikemudian hari.41 Dapat
dianalisis bahwa membasakan siswa dalam suatu kegiatan akan
membentuk kepribadiannya. Bersyukur dan bersabar merupakan kunci
dalam menginternalisasi nilai kepada peserta didik.
4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Sebagai Guru Pendidikan Agama Islam, tugas utamanya bukan hanya
sekedar menyampaikan materi pelajaran, melainkan menjadi role model bagi
39
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
40
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
41
Bambang, Psikologi Agama..., hlm. 93.
26
siswa-siswanya. Artinya, seorang guru harus mampu menjadi uswatun khazanah
dari materi-materi yang diajarkan dikelas. Uswatun khazanah merupakan salah
satu metode penting penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik. Dengan
uswah (contoh), peserta didik dapat secara langsung mengamati model perilaku,
baik perilaku kognitif, afektif, maupun psikomotorik dari model yang akan
ditiru.42
Interaksi sangat penting dalam proses belajar-mengajar, dengan interaksi
yang baik akan mendorong terciptanya pembelajaran yang aktif, dengan interaksi
yang baik guru akan mengenali potensi yang ada pada setiap siswa. Dalam
interaksi di SD Negeri 081228 Sibolga antara guru PAI dan siswanya yaitu
mengkomunikasikan tentang materi dan penerapannya dalam kehidupan seharihari, cara berkerudung yang baik, kemudian tentang cara cepat menghapal surahsurah. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan guru PAI berikut:
“Dalam pembentukan kompetensi sosial siswa, kita berusaha diskusi agar
ada interaksi antara siswa dan guru, ataupun sesama siswa. Bagaimana
cara mudah mengahapal surah, misalnya. Jadi, melatih kepercayaan diri
juga”.43
Nilai sikap sosial yang dilakukan dalam pembelajaran PAI yaitu jujur,
tanggung jawab dan percaya diri. Seperti apa yang dikatakan Ibu Tini Yusniar
yaitu:
“Kalau mengerjakan tugas saya tegaskan untuk selalu jujur, kerjakan
sendiri dan Allah itu mengawasi kalian dalam mengerjakan, jika guru tidak
tahu tetapi Allah tahu. Kemudian jika melaksanakan kerja kelompok
mereka mengerjakan tugasnya secara bersama-sama sebagai bentuk
42
Sutrisno, Pendidikan Islam di Era Peradaban Modern (Jakarta: Prenadamedia Group,
2015) hlm. 145.
43
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
27
gotong royong dan rasa tanggung jawab mereka, kemudian saya tekankan
sikap percaya diri dalam menyampaikan pertanyaan”. 44
Jujur sebagai sebuah nilai merupakan keputusan seseorang untuk
mengungkapkan (dalam bentuk perasaan, kata-kata dan perbuatan) bahwa realitas
yang ada tidak dimanipulasi dengan cara berbohong atau menipu orang lain untuk
keuntungan dirinya. Dalam mengerjakan ulangan rata-rata peserta didik
mempunyai ketidakyakinan atau tidak percaya diri dengan jawaban sendiri, ini
mengakibatkan peserta didik mencontek pada kegiatan ulangan. Walaupun guru
tidak tahu jika peserta didik atau siswanya mencontek tetapi Allah itu tahu apa
dan itu akan dicatat dan dipertanggung jawabkan kelak. Membudidayakan
perbuatan jujur merupakan sikap yang akan menimbulkan ketentraman dan
kenyaman jiwa yang akan membuka segala pintu kebaikan.45
Pengarahan-pengarahan dari guru Pendidikan Agama Islam tentang selalu
berbuat baik dan mempunyai akhlak mulia sangatlah bermanfaat terutama untuk
kebaikan peserta didik agar lebih percaya diri dalam melaksanakan tugas dan
bertanggung jawab sebagai peserta didik. Dengan demikian internalisasi Nilainilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga adalah dengan cara
interaksi komunikatif dan pembinaan sikap jujur dan tanggung jawab.
44
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
45
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019.
28
5. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat Internalisasi Nilai - nilai
Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD
Negeri 081228 Sibolga
a. Faktor Pendukung
Internalisasi pada pelaksanaannya memiliki faktor pendukung dan
penghambat. Baik dari internal ataupun eksternal. Untuk mengetahui hal tersebut
maka dilakukan wawancara, sebagaimana yang dituturkan Kepala Sekolah SD
Negeri 081228 Sibolga:
“Sikap peserta didik dapat menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya, serta fasilitas di Sekolah yang mendukung untuk
pengamalan dari ajaran agama yang telah diajarkan guru kepada peserta
didik, walaupun di Sekolah ini ada terdapat berbagai macam suku dan
agama mereka masih menghargai temannya yang berbeda agama dan begitu
juga dengan guru-gurunya”46
Kepala Sekolah juga menuturkan:
“Komunikasi saya dengan guru PAI sangat baik. Terutama dalam
membentuk kompetensi spritual dan sosial siswa di SD Negeri 081228
Sibolga ini. Ya saling berkisambungan, kooperatif, dan memediasikan
masalah-masalah yang timbul, menyelesaikannnya dengan cara
musyawarah”47
Ibu Nurhaida Tanjung ketika ditanyakan tentang faktor pendukung
internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual
dan
sosial pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, beliau menuturkan:
“Menurut saya, faktor pendukung internalisasi di SD Negeri 081228 Sibolga
ini adalah komunikasi yang baik antara guru dan siswa, kepedulian Kepala
46
47
Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019.
Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019.
29
Sekolah terhadap proses belajar mengajar, memfasilitasi apa yang
diperlukan”.48
Ibu Tini Yusniar juga mengatakan:
“Suksesnya internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
tidak terlepas dari interaksi komunikatif diantara kita. Siswa mau diarahkan,
Kepala Sekolah tanggap situasi, dan fasilitas yang mendukung meskipun
belum maksimal tapi sangat membantu”.49
Berdasarkan hasil wawancara di atas, diperoleh informasi bahwa faktor
pendukung internalisasi di SD Negeri 081228 Sibolga menurut Bapak Syafrizal
adalah komunikasi yang baik, hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif.
Selaras dengan hal tersebut, Ibu Nurhaida berpendapat komunikasi yang baik
antara guru dan siswa juga menjadi faktor pendukung. Kemudian Ibu Tini Yuniar
menambahkan bahwa faktor pendukung lainnya adalah fasilitas yang ada.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat internalisasi nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi spiritual dan sosial siswa sebagai berikut:
“Faktor penghambat internalisai nilai multikultural menurut saya, waktu
yang tersedia kurang memadai, 140 menit perminggu untuk mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam”.50
Ibu Tini Yusniar menuturkan:
“Ya, ada faktor penghambat dalam internalisasi ini, SD Negeri 0181228
Sibolga jadwal masuk belajar siswa terbagi dalam tiga waktu belajar, yaitu
jam 07.00-12.00 WIB, 10.00-13.00 WIB, dan 13.00-17.00 WIB dengan
durasi mata pelajaran agama 140 menit perminggu. Jadi, kita tidak bisa
48
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
49
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
50
Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019.
30
memberikan tambahan belajar kepada peserta didik karena waktu yang
singkat”.51
Pada kesempatan yang berbeda, Ibu Nurhaida menuturkan:
“Jumlah siswa kita banyak sementara ruang belajar masih kurang, ini
menyebabkan jadwal belajar dibagi dalam tiga waktu. Jadi, tidak ada waktu
tambahan belajar atau bimbingan kepada peserta didik, menurut saya itu
menjadi penghambat internalisasi di sini”.52
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui ada faktor penghambat
internalisasi nilai mutikultural. Menurut Bapak Syafrizal, selaku Kepala Sekolah,
yang menjadi faktor penghambat adalah jam belajar yang kurang. Sedangkan Ibu
Tini Yusniar berpendapat, selain waktu belajar perminggu yang kurang memadai
faktor penghambat internalisasi adalah tidak bisa memberikan belajar tambahan
untuk siswa karena tidak ada waktu longgar. Senada dengan pendapat Ibu Tini,
Ibu Nurhaida juga menambahkan ruangan yang kurang menjadi penghambat
internalisasi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual
pada Mata Pelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi spiritual pada
mata pelajaran pendidikan agama Islam merupakan salah satu tuntutan pada
kurikulum 2013. Di SD Negeri 081228 Sibolga terdapat nilai-nilai multikultural
51
Tini Yusniar, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga,
18 Februari 2019.
52
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
31
dalam pembentukan kompetensi spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam. Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai kesamaan, nilai persatuan, nilai
persaudaraan dan nilai keadilan. Adapun pembahasannya sebagai berikut:
a) Nilai Kesamaan
Nilai kemaanusian adalah mengakui adanya persamaan derajat,
persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Nilai
kesamaan di SD Negeri 081228 Sibolga terlihat dari sama-sama mau diatur
guru ketika belajar. Setiap siswi wajib mengenakan pakaian muslimah ketika
belajar.53 Hal ini untuk membiasakan siswi menjalankan ajaran agama Islam.
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. An-Nur: 31:
Artinya: ”Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
53
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019.
32
atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanitawanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayanpelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita)
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.54
Berdasarkan QS. An-Nur ayat 31 di atas dapat diketahui bahwa setiap
musimah wajib menutup aurat. Meskipun siswa belum baligh, guru wajib
menyerukan dan membiasakan siswa menutup aurat. Siswa melaksanakan
perintah guru untuk berpakaian muslimah merupakan cerminan dari menaati
perintah Allah SWT. Hal ini merupakan sikap spiritual siswa sekolah dasar.
b) Nilai Persatuan
Nilai persatuan yaitu membentuk pemahaman, pikiran, dan sikap yang
mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama. Nilai
persatuan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga sudah terlihat. Sebagaimana penuturan Ibu Nurhaida Tanjung, siswa
mampu
bekerjasama
menghapal
surah
atau
kerja
kelompok
tanpa
mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat. Siswa lebih
mengutamakan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
c) Nilai Persaudaraan
Nilai persaudaraan yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari
rasa persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok. Nilai persaudaraan
54
Depag RI, Alhidayah Al-Qur‟an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang:
Kalim, 2011) hlm. 353.
33
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga
sudah ada. Nilai ini terlihat siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu
adalah saudara meskipun berbeda suku.55 Setelah guru menjelaskan tentang
bermacam suku, budaya dan juga petingnya persaudaraan, siswa mampu
memahamimnya. Siswa tidak keberatan jika harus satu bangku atau satu
kelompok dengan suku yang berbeda dengannya. Sikap menghormati
perbedaan ada pada QS. Al-Hujurat:13:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.56
d) Nilai Keadilan
Nilai keadilan yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan
porsinya masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan
antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi
yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan yang sama.
Nilai keadilan ini tercermin pada sikap siswa SD Negeri 081228 Sibolga pada
saat pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu, siswa mau bekerjasama dengan
55
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
56
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka (Tangerang:
Kalim, 2011) hlm. 517.
34
siapa saja dan memperlakukan temannya tanpa membeda-bedakan.57 Dengan
demikian, siswa mampu berbuat adil dengan temannya.
2. Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Sosial pada
Mata Pelajaran
Pendidikan
Agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga
Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga ada lima nilai.
Nilai-nilai tersebut diantaranya nilai toleransi, nilai kesamaan, nilai, persatuan,
nilai persaudaraan dan nilai keadilan. Adapun pembahasannya sebagai berikut:
a) Nilai Toleransi
Toleransi
merupakan
sikap
menghormati,
menerima
pilihan,
pandangan, keyakinan, kebiasaan, dan pendapat orang lain yang berbeda
dengan dirinya. Dalam pembentukan kompetensi sosial, dapat tercermin nilai
toleransi. Berdasarkan observasi, nilai toleransi tercermin ketika siswa
menyampaikan pendapat atas pertanyaan guru. Hal in didukung dengan
pernyataan Ibu Tini Yusniar yang menyatakan siswa tidak bereaksi berlebihan
ketika ada siswa lain berpendapat. Meskipun masih terdengar kata „hemm‟
yang seolah ingin mengatakan “benarkah?”, akan tetapi hal itu tidak
berlangsung lama dan tidak berlebihan sehingga siswa yang sedang
memberikan pendapat tidak minder dengan reaksi temannya. Dengan demikian
ha ini menunjukkan siswa tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat
dan dapat menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya.
57
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019.
35
Dalam pembentukan kompetensi sosial siswa dapat tercermin nilai
toleransi. Berdasarkan observasi peneliti, siswa dapat menerima pilihan yang
diberikan oleh guru. Misalnya, guru membagi kelompok untuk menyelesaikan
tugas membersihkan mushallah untuk praktik shalat. Siswa mendapatkan
teman kelompok yang bukan teman dekatnya akan tetapi siswa menerima tanpa
mempermasalahkan hal tersebut.58 Dengan tidak mempermasalahkan siapa
teman sekelompok sudah mencerminkan sikap sosial siswa.
Contoh lain dituturkan guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri
081228 Sibolga adalah toleransi ketika siswa berbeda pendapat tentang hapalan
surah yang diberikan guru, mereka tidak pernah bertengkar karenanya. 59 siswa
tidak mau berlama-lama dalam kebingungan dan perbedaan pendapat, mereka
langsung mengkonfirmasi kepada guru. Dari hasil penelitian dapat diketahui
siswa SD Negeri 081228 Sibolga dalam kompetensi sosial mampu
menunjukkan sikap toleransi.
b) Nilai Kesamaan
Nilai kemaanusian adalah mengakui adanya persamaan derajat,
persamaan hak, dan persamaan kewajiban sebagai sesama manusia. Nilai
kesamaan di SD Negeri 081228 Sibolga terlihat dari tanggung jawab yang
dilaksanakan siswa. Siswa bertanggungjawab atas tugas yang diberikan guru.
Misalnya, guru menyuruh menyalin QS. Al-Kafirun ke buku tulis masingmasing, siswa dengan rasa tanggung jawab menyelesaikan tugas tersebut dan
58
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019.
Nurhaida Tanjung, Guru Pendidikan Agama Islam, Wawancara, SD Negeri 081228
Sibolga, 18 Februari 2019.
59
36
mengumpulkan sesuai waktu yang ditentukan, hal ini mencerminkan sikap
disiplin.
c) Nilai Persatuan
Nilai persatuan yaitu membentuk pemahaman, pikiran, dan sikap yang
mengutamakan keutuhan dan kedaulatan, kebersamaan dan kerjasama. Nilai
persatuan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga sudah terlihat. Siswa sama-sama mau kerja kelompok dengan siapa
saja, baik beda suku ataupun beda status sosial. Siswa mengutamakan
persatuan dan membiarkan perbedaan.
d) Nilai Persaudaraan
Nilai persaudaraan yaitu sikap bersahabat, kekeluargaan yang lahir dari
rasa persaudaraan dan menjadi bagian dari kelompok. Nilai persaudaraan
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga
sudah terlihat. Sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai
persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung sigap
mengantarkan ke ruang UKS. Contoh lain, ketika ada siswa yang rumahnya
mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan. 60 Hal ini
tidak terlepas dari penjelasan guru Pendidikan Agama Islam ketika
menyampaikan
materi
pembelajaran.
Siswa
mempraktikkan pelajaran.
60
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019.
paham
dan
langsung
37
e) Nilai Keadilan
Nilai keadilan yaitu memberikan hak kepada seseorang sesuai dengan
porsinya masing-masing. Sehingga adanya keseimbangan dan keharmonisan
antara menuntut hak dengan menjalankan kewajiban, mengakui adanya potensi
yang sama dalam berekspresi, dan mengakui adanya kesempatan yang sama.
Nilai keadilan ini tercermin pada sikap siswa SD Negeri 081228 Sibolga pada
saat pelajaran pendidikan agama Islam yaitu sikap jujur. Sikap jujur ini terlihat
saat ujian siswa tidak menyontek, tidak mau berbohong, dan tidak mau
mengambil barang yang bukan miliknya. Siswa yang jujur akan dapat berlaku
adil dengan temannya dan siapa saja.61
3. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Spiritual pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga dilakukan dengan cara:
a. Mengoptimalkan
kemampuan
guru
dalam
mengajar
materi
multikultural
Berdasarkan hasil observasi, kemampuan guru dalam mengajarkan materi
tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan sangat baik. Guru memiliki
61
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019.
38
paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat dan komprehensif.62 Hal ini
terlihat saat guru menjelaskan kepada peserta didik guru selain memakai dasar
QS. Al-Kaafirun dan QS. Al-Hujurat ayat 13, beliau juga memakai ayat
pendukung yaitu memakai QS. Yunus ayat 99.
Artinya: “dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang
di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman
semuanya?”.63
Guru juga menjelaskan pada siswa tentang Hadits yang menceritakan
ketika suatu saat Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat sedang berkumpul,
lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi SAW langsung
berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka
orang Yahudi wahai Rasul?” Nabi SAW. menjawab “Ya, tapi mereka manusia
juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia,
melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalam nya.
Dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228
Sibolga guru tidak hanya mengajar tetapi juga menanamkan ketrampilan hidup
bersama menurut perspektif agama,64 pendewasaan emosional siswa, kesetaraan
dan partisipasi (kerja kelompok) dalam komunitas yang plural secara agama,
kultural, ataupun etnik. Kepada para siswa guru memberikan pemahaan bahwa
62
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 12 Februari 2019.
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an.., hlm. 220.
64
Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019.
63
39
hidup di dalam demokrasi yang memberikan pengesahan adanya hak hidup yang
setara atas keanekaragaman pandang dalam aneka dimensi, betapapun besar kadar
perbedaannya, perbedaan adalah rahmat dan dapat diartikan sebagai kenikmatan.
Guru membimbing siswa untuk selalu hidup berdampingan dan bekerja sama,
dicontohkan dalam
menentukan teman
satu
kelompoknya
siswa
tidak
diperbolehkan membeda-bedakan teman satu kelompoknya.65 Guru memberikan
pemahaman kepada siswa bahwa memahami bukan serta menyetujui. Saling
memahami adalah kesadaran bahwa nilai-nilai dalam kehidupan bisa berbeda, dan
akan saling melengkapi serta memberi kontribusi terhadap relasi yang dinamis
dan hidup.
Guru memberikan contoh keteladanan kepada siswa dalam menerapkan
toleransi, kerukunan dan kesetaraan. Hal ini dicontohkan guru saat menjalin
hubungan sosial dengan guru lain yang beragama non muslim, dan bersosialisasi
dengan semua warga sekolah mulai dari tukang kebun, penjaga sekolah, guru
sampai dengan kepala sekolah maupun komite.66 Dengan pembelajaran seperti
ini, diharapkan akan tercipta sebuah kesadaran dikalangan peserta didik. Jika
desain semacam ini dapat terimplementasi dengan baik, harapan terciptanya
kehidupan yang damai, penuh toleransi, dan tanpa konflik lebih cepat akan lebih
terwujud.
b. Mempersiapkan materi terkait multikultural
Materi ajar yang dikembangkan guru sudah disesuaikan dengan mata
pelajaran dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
65
66
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 30 Januari 2019.
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019.
40
dibuat.67 Materi yang disampaikan guru dalam menanamkan nilai-nilai
multikultural diantaranya, Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan
tujuan agar siswa memiliki pengetahuan tentang toleransi, kerukunan dan
kesetaraan. Guru memberikan pemahaman kepada para siswa bahwa hidup dalam
negara demokrasi yang dituntut untuk selalu bersikap toleran dan humanis, yaitu
sikap saling menghormati, dan menghargai keberagaman serta memandang bahwa
perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dari Tuhan.
1) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam
dengan menyampaikan dasar yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits,
yaitu;
QS. Al-Kaafirun:
Artinya: “Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah. dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".68
Asbabun nuzul
(latar belakang turunnya) surat Al Kaafirun
adalah ketika para petinggi kafir Quraisy terdiri atas Walid Al Mughirah,
Aswad bin Abdul Muthallib, dan Umayyah bin Khalaf datang kepada
Rosulullah SAW, menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan ajaran
67
68
Observasi, SD Negeri 081228 Sibolga, 11 Februari 2019.
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an…, hlm. 603.
41
agama secara bersama-sama. Usulnya, agar Nabi Muhammad SAW
beserta umatnya mengikuti kepercayaan mereka dan merekapun akan
mengikuti ajaran Islam. Mereka berkata “selama setahun kami akan
menyembah Tuhanmu dan selama setahun juga kamu harus menyembah
Tuhan kami. Bila agamamu benar kami mendapatkan keuntungan karena
bisa menyembah Tuhanmu dan
jika agama kami benar, kamupun
memperoleh keuntungan.” Mendengar usulan tersebut Nabi Muhammad
SAW menjawab dengan tegas, “aku berlindung kepada Allah dari
perbuatan menyekutukan-Nya.” Maka turunlah ayat surat Al Kaafirun
tersebut yang kemudian dibacakannya. 69
c. Membentuk Jiwa Islami
Islam mengajarkan bahwasanya standar normatif kebenaran dan perbuatan
seorang hamba hanyalah bersumber dan berstandar pada Al-Qur‟an dan AlHadits.70 Sikap spiritual sangat erat hubungan dengan keagamaan, dan penting
ditanamkan kepada peserta didik yaitu untuk membentuk dan mengarahkan ruh
dan jiwa Islami, seperti apa yang dikatakan bapak Syafrizal71 yaitu: Itu
mengarahkan jiwa dan ruh Islami, tidak hanya dipikiran tetapi masuk kedalam
pribadi anak, tidak hanya sekolah tetapi sepanjang masa, membaca dan
mendalami isinya. Dan setiap jiwa peserta didik itu berbeda-beda dalam
69
Dahlan dkk, Asbabun Nuzul Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al Qur’an
(Bandung: Penerbit Diponegoro, 2006) hlm. 684.
70
Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu (Jakarta: Gaung Persada Press,
2016) hlm. 57.
71
Syafrizal, Kepala Sekolah, Wawancara, SD Negeri 081228 Sibolga, 18 Februari 2019.
42
mengalami perubahan, dan tidak ada alat ukur pasti kecuali mereka membaca
dengan istiqamah dalam membacanya.
Jiwa adalah sesuatu yang bersifat abstrak, yang sangat susah untuk
mengenalinya. Salah satu cara
untuk mengenali
jiwa
adalah dengan
mengobservasi perilakunya, walaupun perilaku bukan merupakan pencerminan
dari jiwa secara keseluruhan. Mahmud dalam bukunya72 mengambil pendapatnya
Ibnu Miskawaih menyatakan bahwa jiwa pada diri manusia yang merupakan
substansi yang tidak dapat diindra, terdiri dari jiwa rasional, apetitif, dan syahwat
dengan dayanya masing-masing. Ketika aktivitas ketiganya normal, serasi dan
patuh pada jiwa rasional, muncullah keutamaan-keutamaan ilmu dan filsafat,
kesantunan dan keberanian, kesederhanaan dan kedermawananan sehingga
terciptalah keadilan. Rudi dalam jurnalnya 73 mengambil pendapatnya Hamka
mendefiniskan bahwa jiwa merupakan jejak atau hasil interaksi antara aspekaspek jiwa, yaitu seperti akal, hawa nafsu dan kalbu. Konsep ini menitik beratkan
pada perseteruan akal dengan hawa nafsu sebagai dua kekuatan utama dalam jiwa
manusia, sementarakondisi kalbu yang akan menjadi kondisi jiwa secara
keseluruhan sepenuhnya tergantung pada hasil perseturuan tersebut. Sedangkan
arti Islam adalah selamat, jadi jiwa Islami adalah jiwa yang arahnya menuju ke
keselamatan terutama untuk dirinya sendiri. Dapat dianalisis bahwa kegiatan
pembiasaan membaca do‟a sebelum dan seduah belajar, menghapal juz 30,
menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan sahabat merupakan pembelajaran
berpengaruh terhadap kepribadian peserta didik.
72
Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011) hlm. 279.
Rudi Ahmad, “Pendidikan Islam: Telaah Konseptual mengenai Konsep Jiwa Manusia,
Jurnal, Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim Vol. 14 No 1 2016, hlm. 44.
73
43
4. Internalisasi Nilai-nilai Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi
Sosial pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga
Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik secara disadari maupun tidak,
guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada siswanya melalui proses
pembiasaan. Pembiasaan dalam pembelajaran prosesnya dilaksanakan secara
bertahap. Pembiasaan itu dijadikan sebagai strategi agar peserta didik menjadi
biasa dengan sifat-sifat baik sebagai rutinitas di sekolah maupun di keluarga,
sehingga peserta didik melaksanakan pembiasaan itu tanpa susah payah, tanpa
kehilangan tenaga dan tanpa menemukan kesulitan.
Hafalan adalah proses berpikir paling rendah yaitu mengingat-ingat
kembali materi, setelah dihafalkan maka dipahami dan direnungkan untuk
mengetahui manfaat untuk diri sendiri dan orang lain, dan jika itu baik diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap peserta didik dalam bersosialisasi dengan
peserta didik lain dalam pembelajaran pendidikan agama Islam seperti
kekeluargaan. Hal ini terjadi karena guru interaksi komunikatif dengan peserta
didik, sehingga muncul kepercayaan diri dalam menyampaikan pendapat.
Peserta didik SD Negeri 018228 Sibolga saling mengingatkan dalam
kebaikan seperti mengingatkan tugas dan mengingatkan waktu shalat, dan tolong
menolong dalam mengerjakan tugas mata pelajaran pendidikan agama Islam.
Mengingatkan waktu shalat merupakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap
sesama manusia yang sangat dianjurkan oleh Islam, seperti halnya menyampaikan
kebaikan walaupun hanya satu ayat, ataupun peserta didik dan menolong
44
mengerjakan tugas adalah perbuatan hablun min an-nas yang harus dimiliki oleh
peserta didik. Peserta didik harus memahami dimana tugas yang harus dikerjakan
sendiri dan mana yang tugas dikerjakan secara bersama-sama, perbuatan ini akan
mempererat kebutuhan peserta didik sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan
satu sama lainnya. Hal ini membiasakan siswa bersikap jujur dan bertangung
jawab.
5. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat Internalisasi Nilai - nilai
Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial
pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di SD
Negeri 081228 Sibolga
Dalam pendidikan yang berkenaan dengan perkembangan dan perubahan
pada peserta didk, pendidikan sangat berhubungan erat dengan pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada
generasi penerus. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar untuk
mengembangkan potensi diri seseorang agar ia memiliki kekuatan spritual
keagamaan dan kecerdasan seperti yang diharapkan. Pada hakikatnya sifat
manusia bersifat sosial, yakni dapat mempelajari interaksi antar sesama manusia
lainnya dan hampir segala sesuatu yang dipelajari merupakan hasil hubungan
dengan orang lain, di rumah, di sekolah dan lain sebagainya.
Internalisasi tidak terlepas dari faktor pendukung dan penghambat. Dari
hasil observasi dan wawancara di SD Negeri 081228 Sibolga diperoleh informasi
berkenaan faktor tersebut. Salah satunya adalah faktor internal, yang mana faktor
45
ini muncul dari diri peserta didik sendiri berkat motivasi dirinya dengan
berkeinginan untuk belajar tanpa ada suruhan atau motivasi dari orang lain, tetapi
motivasi itu muncul sendiri dari diri pribadi sendiri. Sebab-sebab faktor intern
pendorong belajar ialah motivasi, minat, bakat, dan keninginan sendiri untuk
lebih maju. Dengan sebab-sebab itulah faktor pendorong belajar muncul dari
faktor intern (dari dalam). Dengan faktor intern inilah peserta didik itu dalam
belajarnya aman dan cepat mengerti, karena sifat berkeinginan belajar itu muncul
dari diri sendiri tidak dari orang lain.
Faktor eksternal juga tidak terlepas dari proses internalisasi nilai. Dalam
bahasan ini adalah faktor kesuksesan belajar yang ditunjang oleh faktor-faktor
yang berada di luar pribadi subyek belajar, dalam hal ini tentunya menyangkut
beberapa hal diantaranya faktor guru, keadaan lingkungan dan media yang
digunakan. Guru sebagai sosok sentral dalam kegiatan pembelajaran tentunya
merupakan sosok yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta
didik utamanya yang mengunakan jalur pendidikan formal. Eksistensi guru
tentunya diakui oleh semua golongan dalam hal keberhasilan belajar anak.
Keadaan lingkungan, seperti penerangan, kenyamanan, ada musik latarnya
merupakan kondisi yang kondusif untuk keberhasilan belajar. Oleh karena itu
keadaan lingkungan sekitar dalam belajar dapat direkayasa sedemikian rupa untuk
keberhasiln belajar. Tentunya hal ini adalah bagian dari strategi pembelajaran
yang dapat di buat oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap hasil belajar
siswa. Dalam hal ini tentunya peran guru haruslah cukup besar andilnya dalam
menyediakan keadaan lingkungan yang baik. Media pelajaran, adalah segala
46
sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah pencapaian tujuan
pembelajaran. Bila pencapaian tujuan pembelajaran telah dapat dicapi dengan
mudah, maka keberhasilan belajar siswa akan dapat ditingkatkan. Ketersedian
ruangan dan waktu yang tidak memadai merupakan faktor penghambat
internaisasi nilai di SD Negeri 081228 Sibolga.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur
ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:
1. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan wawancara yaitu
jawaban yang diberikan oleh narasumber bisa jadi berpotensi tidak
menunjukkan keadaan sesungguhnya.
2. Waktu yang tersedia untuk wawancara realtif pendek karena narasumber padat
jadwal mengajar disebabkan pembelajran sekolah yang full time.
3. Dana yang dapat disediakan oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian
sangat terbatas
47
48
5. Struktur Organisasi SD Negeri 081228Sibolga
Bagan Struktur Organisasi Sekolah
49
103
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian ini
adalah:
1. Nilai-nilai multikultural dalam
mata pelajaran
pendidikan
pembentukan kompetensi spiritual pada
agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga,
yaitu:
a. Nilai kesamaan, terlihat dari siswa sama-sama mau diatur guru ketika
belajar.
b. Nilai persatuan, siswa mampu bekerjasama menghapal surah atau kerja
kelompok tanpa mempermasalahkan status sosial atau hubungan dekat.
Siswa lebih mengutamakan menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
c. Nilai persaudaraan, siswa mulai memahami bahwa sesama muslim itu
adalah saudara meskipun berbeda suku.
d. Nilai
keadilan,
siswa
mau
bekerjasama
dengan
siapa
saja
dan
memperlakukan temannya dengan adil tanpa membeda-bedakan.
Sedangkan indikator sikap spiritual antara lain: berdoa’a sebelum dan sesudah
melakukan sesuatu, menjalankan ibadah tepat waktu, memberi salam pada
saaat awal dan akhir persentasi sesuai agama yang dianut, bersyukur atas
nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, mensyukuri kemampuan manusia
dalam mengendalikan diri, mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan
sesuatu, berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau
103
104
melakukan usaha menjaga lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal, sekola,
dan masyarakat, memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa sebagai
bangsa Indonesia, dan menghormati orang lain yang menjalankan ibadah sesuai
dengan agamanya.
2. Nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi sosial pada mata
pelajaran
pendidikan
agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga, yaitu:
a. Nilai toleransi, siswa tidak bereaksi berlebihan ketika ada siswa lain
berpendapat.
b. Nilai kesamaan atau kesetaraan, siswa dengan rasa tanggung jawab
menyelesaikan tugas tersebut dan mengumpulkan sesuai waktu yang
ditentukan, hal ini mencerminkan sikap disiplin.
c. Nilai persatuan, siswa sama-sama mau kerja kelompok dengan siapa saja,
baik beda suku ataupun beda status sosial. Siswa mengutamakan persatuan
dan membiarkan perbedaan.
d. Nilai persaudaraan, sikap peduli terhadap musibah teman menunjukkan nilai
persaudaraan. Misalnya, ketika ada siswa sakit maka siswa lain langsung
sigap mengantarkan ke ruang UKS. Contoh lain, ketika ada siswa yang
rumahnya mengalami kebakaran maka siswa bereaksi memberikan bantuan.
e. Nilai keadilan, tercermin dari sikap jujur ini terlihat saat ujian siswa tidak
menyontek, tidak mau berbohong, dan tidak mau mengambil barang yang
bukan miliknya.
105
Sedangkan indikator kompetensi sosial yaitu jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,
dan tetangganya, dan cinta tanah air.
3. Internalisasi
nilai-nilai
multikultural
dalam
pembentukan
kompetensi
spiritual pada mata pelajaran pendidikan agama Islam yang ada di SD Negeri
081228 Sibolga dilakukan dengan cara:
a. Mengoptimalkan kemampuan guru dalam mengajar materi multikultural
dengan selalu mengevaluasi cara mengajar.
b. Mempersiapkan materi terkait multikultural
1) Pengertian toleransi, kerukunan dan kesetaraan dengan tujuan agar siswa
memiliki pengetahuan tentang toleransi, kerukunan dan kesetaraan.
2) Penyampaian konsep toleransi, kerukunan dan kesetaraan dalam Islam
dengan menyampaikan dasar yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits
c. Membentuk jiwa islami dengan pembiasaan membaca do’a sebelum dan
seduah belajar, menghapal juz 30, menceritakan ulang kisah-kisah Nabi dan
sahabat.
4. Internalisasi
sosial
pada
nilai-nilai
mata
multikultural
pelajaran
dalam
pembentukan kompetensi
pendidikan agama Islam yang ada di SD
Negeri 081228 Sibolga dengan cara interaksi komunikatif dan pembinaan sikap
jujur dan tanggung jawab.
5. Faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural dalam pembentukan
kompetensi spiritual dan sosial pada mata pelajaran pendidikan agama
Islam yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga adalah komunikasi yang baik,
106
hubungan yang berkisanambungan dan kooperatif, serta Kepala Sekolah
memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Sedangkan faktor penghambatnya adalah
waktu belajar perminggu yang kurang memadai, tidak bisa memberikan belajar
tambahan untuk siswa karena tidak ada waktu longgar, dan ruangan yang
kurang menjadi penghambat internalisasi.
B. Saran-saran
Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan, penulis memberikan
saran-saran berikut:
1. Internalisasi nilai-nilai multikultural harus diselenggarakan sedini mungkin
pada sekolah dasar untuk mewujudkan peserta didik yang benar-benar
memiliki sikap demokrasi, kesetaraan, keadilan, toleransi, hak asasi manusia,
serta persatuan dan kesatuan.
2. Pendidikan dasar yang berwawasan multikultural dapat dikembangkan sebagai
cara untuk mentransfer pengetahuan terkait multikultural karena banyak materi
yang di dalamnya memuat tentang nilai-nilai multikultural.
3. SD Negeri 081228 Sibolga memberikan gambaran yang baik dalam
menginternalisasikan
nilai-nilai
dikembangkan lebih lanjut.
multikultural
namun
masih
perlu
107
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, “Metode Internalisasi Nilai-Nilai Akhlak dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 17 Kota Palu”, Jurnal PAITa’lim Vol. 14 No. 2 – 2016.
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama Islam dan Pembangunan Watak
Bangsa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Abdullah Munir, Pendidikan Karakter Membangun Karakter Anak sejak dari
Rumah, Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2010.
Ahmad Mansur, Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2016.
Ahmad Munjih Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Metode dan Tehnik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: Refika Aditama, 2009.
Ain al-Rafiq Dawam, Emoh Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Alfiah, Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Tinjauan Hadist Nabi) Al-Mujtahada
Press, 2010.
Ali Muhtadi, “Teknik Dan Pendekatan Penanaman Nilai Dalam Proses
Pemebelajaran di Sekolah”, Jurnal Majalah llmiah Pembelaiaran Vol. 3
Mei 2007.
Andri Satria, “Internalisasi Nilai-Nilai Multikultural di SD Nasional 3 Bahasa
Putera Harapan Purwokerto”, Tesis Program Studi Ilmu Pendidikan Dasar
Islam Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Purwokerto, 2017.
Anton M. Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun ESQ Power, Jakarta: Arga,
2017.
Asmaun Sahlan & Angga, Desain Pembelajaran Berbasisi Pendidikan Karakter,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Aziza Elma Kumala, “Penanaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SMP Negeri 1 Mertoyudan Kabupaten
108
Magelang”, Tesis Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Islam Indonesia Yogyakarta, 2018.
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2017.
Choirul Mahfudz, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.
Depag RI, Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Per Kata Tajdwid Kode Angka,
Tangerang: Kalim, 2011.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, Edisi Revisi-9,
2011.
Hisyam Zaini, Barmawy Munthe, Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
diperguruan Tinggi, Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Sukses Offset, 2011.
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah, Jogjakarta: Diva Press, 2013.
Kalidjernih, F. K, Kamus Study Kewarganegaraan, Perspektif Sosiologikal dan
Politikal, Bandung:Widya Aksara, 2010.
Lexi J Moelong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
Edisi Revisi, 2014.
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, Yogyakarta: Global Pustaka, 2011.
Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta:
Yappendis, 2001.
Muhabbibin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Grafindo Persada Cetakan ke-8,
2003.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, Yogyakarta: Erlangga, Edisi ke-2, 2009.
109
Muhammad Nurdin, Pendidikan Anti Korupsi; Strategi Internalisasi Nilai-nilai
Islami dalam Menumbuhkan Kesadaran Antikorupsi di Sekolah,
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Munjin, “Internalisasi Nilai-Nilai Budi Pekerti pada Anak”, Jurnal, Dakwah dan
Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2008.
M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: cross-Cultural Understand untuk
Demokrasi dan Keadilan, Yogyakarta, 2005.
Nizar Ali, Antologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Idea Press, 2010
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010.
Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Semarang, 2012.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64
Tahun 2013 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departement Pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
Edisisi Ketiga, 2005.
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, cet ke-3,
2001.
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2009.
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004.
Sobhi Rayan, “Islamic Philosophy of Education”, Journal International, Journal
of Humanities and Social Science, Vol 2 No 19 October 2012.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka
Cipta, 2013.
Sugeng, Mengukur dan Mengelola Intellectual capital, Amara Books, 2002.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2009.
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka. Cipta,
2009.
110
Syamsul Ma‟arif, Pendidikan Pluralisme di Indonesia, Yogyakarta: Logung
Pustaka, 2005.
Syahraini Tambak, 6 Metode Pendidikan Komunikatif Pendidikan Agama Islam,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014.
Tatik Hariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang
Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development”,
Jurnal Dinamika Pendidikan Dasar Volume 8, No 1, Maret 2016.
Thomas Licona, Education For Character: How Our Schools Can Teach Respesct And
Responbility, United States: A Bantam Book, ---.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo, Pengantar Pendidikan (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif –Progresi, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Pendidikan Nasional.
Tahun 2003 Tentang Sistem
Warsita, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008.
Wati Oviana, “Kemampuan Guru MI Mengintegrasikan Sikap Spiritual Dan
Sosial Dalam Pembelajaran Berbasis Kurikulum 2013 Pada MIN Mitra
FTK UIN Ar-Raniry”, Jurnal Conference Proceedings ARICIS I
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2013.
Wina Sanjaya, Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,m
Jakarta, Kencana, 2008.
Yaya Suryana dan Rusdiana, Pendidikan Multikultural Suatu Upaya Penguatan
Jati Diri Bangsa, Bandung: Pustaka Setia, 2015.
Zakiyah Darajat, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 2002.
Zakiyyuddin Baidhawy. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulural. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2005.
Zohar D. dan Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir
Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Bandung: Mizan,
2000.
Lampiran 1
Daftar Wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 081228 Sibolga
1. Ada berapa macam suku dan agama peserta didik di Sekolah ini?
2. Apa upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam pembentukan
kompetensi spiritual dan sosial siswa?
3. Bagaimana komunikasi Kepala Sekolah dengan guru PAI untuk
membentuk kompetensi spiritual dan sosial siswa?
4. Apa faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan
agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa
muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga?
5.
Apa
faktor
penghambat
internalisasi
nilai-nilai
multikultural
pendidikan agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan
sosial siswa muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga?
Lampiran 2
Daftar Wawancara dengan Guru PAI SD Negeri 081228 Sibolga
1. Apakah ada nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
spiritual siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD
Negeri 081228 Sibolga?
2. Apakah ada nilai-nilai multikultural dalam pembentukan kompetensi
sosial siswa dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri
081228 Sibolga?
3. Apa
upaya
yang dilakukan
untuk
menginternalisasi
nilai-nilai
multikultural tersebut?
4. Bagaimana cara guru PAI menginternalisasi nilai-nilai multikultural
dalam pembentukan kompetensi spiritual dan sosial siswa dalam mata
pelajaran pendidikan agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga?
5. Apa faktor pendukung internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan
agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa
muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga?
6. Apa faktor penghambat internalisasi nilai-nilai multikultural pendidikan
agama Islam dalam penanaman kompetensi spiritual dan sosial siswa
muslim yang ada di SD Negeri 081228 Sibolga?
Lampiran 3
Pedoman Observasi
Petunjuk pelaksanaan:
1. Pedoman observasi ini digunakan untuk mengamati kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan masalah-masalah Internalisasi Nilai-Nilai
Multikultural dalam Pembentukan Kompetensi Spiritual dan Sosial pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 081228 Sibolga.
2. Kegiatan observasi dilakukan secara langsung
3. Observasi dilakukan untuk mencocokkan terhadap data yang diperoleh
dari wawancara dan dokumentasi.
A. Identitas observasi
a. Lembaga yang diamati : SD Negeri 081228 Sibolga
b. Tanggal
: 25 Januari 2019 – 02 MAret 2019
c. Waktu
: 08.00 – 17.00 WIB
B. Aspek-aspek yang diamati
a. Sarana dan Prasarana lembaga pendukung pengembangan SDM
b. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
c. Kompetensi Spiritual siswa
Kompetensi
Deskripsi Kompetensi
Indikator
Sikap Spiritual
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran
agama yang dianutnya.
1. Berdoa’a sebelum dan sesudah melakukan
sesuatu
2. Menjalankan ibadah tepat waktu
3. Memberi salam pada saaat awal dan akhir
persentasi sesuai agama yang dianut
4. Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa
5. Mensyukuri kemampuan manusia dalam
mengendalikan diri
6. Mengucapkan
syukur
ketika
berhasil
mengerjakan sesuatu
7. Berserah diri (tawakkal) kepada Tuhan setelah
berikhtiar atau melakukan usaha menjaga
lingkungan di sekitar rumah, tempat tinggal,
sekola, dan masyarakat
8. Memelihara hubungan baik dengan sesama
umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
9. Bersyukur kepada |Tuhan Yang Maha Esa
sebagai bangsa Indonesia.
10. Menghormati orang lain yang menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya.
d. Kompetensi Sosial siswa
Kompetensi
Deskripsi Kompetensi
Indikator
Sikap Sosial
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam
berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
1. Jujur
2. Disiplin
3. Tanggung jawab
4. Santun
5. Peduli
6. Percaya diri dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman, guru, dan tetangganya
7. Cinta tanah air.
Lampiran 4
Daftar Gambar
Gambar 1. Siklus Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam
Gambar 2. Suasana apel siang di lapangan SD Negeri 081228 Sibolga
Gambar 3. Suasana sebelum belajar di kelas SD Negeri 081228 Sibolga
Gambar 4. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Nurhaida Tanjung, S.Pd.I
Gambar 5. Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam
Tini Yusniar, S.Pd.I
Gambar 6. Siswi sedang mengepel teras kelas
Lampiran 5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI :
1. Nama
: Nurlina
2. NIM
: 17.23100224
3. Tempat / Tgl. Lahir
: Manambin / 06 Mei 1982
4. Alamat
: Padangsidimpuan
6. Pekerjaan
: Mahasiswa
B. PENDIDIKAN :
1. SD Negeri 142624 Manambin, Lulus tahun 1994.
2. Tsanawiyah Musthafawiyah Purba baru, Lulus Tahun 1998.
3. Paket C Dinas Pendidikan Kota Sibolga, Lulus Tahun 2008.
5. STAI Bahriyatul Ulum KH.Zainul Arifin Pandan, Lulus Tahun 2012
6. Pascasarjana Program Magister IAIN Padangsidimpuan