TRANSISI DEMOGRAFI
PENGERTIAN DAN KONSEP TRANSISI DEMOGRAFI
Transisi demografi, sesuai dengan namanya yaitu “TRANSISI” yang berarti “perubahan”, dan DEMOGRAFI yang artinya ilmu yang mempelajari tentang masalah kependudukan. Jadi transisi demografi adalah teori yang menjelaskan tentang perubahan yang terjadi pada struktur penduduk. Perubahan yang terjadi dari struktur penduduk dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi menjadi struktur penduduk yang tingkat pertumbuhannya rendah.
Teori Transisi demografi adalah model yang menggambarkan perubahan penduduk dari tingkat pertumbuhan yang stabil tinggi (tingkat fertilitas dan mortalitas yang tinggi) ke tingkat pertumbuhan yang stabil rendah ( tingkat fertilitas dan mortalitas rendah) yang terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini didasarkan pada interpretasi yang dimulai pada tahun 1929 oleh para ahli demografi (demografer),perubahan yang diamati adalah tingkat fertilitas dan mortalitas dalam masyarakat selama dua ratus tahun terakhir atau lebih.Tren populasi penduduk yang terjadi,seperti pasca-Perang Dunia II (1939-1945) disebut dengan istilah "baby boom," telah menurunkan tingkat fertilitas dengan drastis yang terjadi di Eropa.Akan tetapi sekarang transisi demografi merupakan fenomena global, bukan hanya tren Barat ataupun Eropa,bahkan sejak tahun 1960 sebagian besar dunia telah menunjukkan penurunan tingkat fertilitas,dengan pengecualian sub-Sahara Afrika yang mungkin terakhir menunjukkan penurunan tingkat fertilitas
Transisi demografi adalah suatu model grafik yang menggambarkan perubahan penduduk dari pertumbuhan penduduk tinggi menuju pertumbuhan penduduk yang stabil. Transisi demografi istilah awalnya hanya menggambarkan pergeseran sosial yang terjadi di masyarakat Barat dari abad 19 ke tahun 1930-an. Pada masa itu masyarakat Eropa yang bertempat tinggal di luar negeri, bergerak dengan kecepatan yang cukup dari tingkat fertilitas dan mortalitas tinggi, ke tingkat fertilitas dan mortalitas rendah dengan konsekuensi sosial yang besar.
KONSEP TRANSISI DEMOGRAFI
Konsep transisi demografi mencoba menerangkan mengapa negara-negara yang kini tergolong maju mengalami tahapan transisi demografi ini. Tahapan transisi demografi meliputi 3 kurun perkembangan yaitu
Tahap 1 : Kelahiran tinggi dan kematian tinggi
Tahap 2 : Kelahiran masih tinggi, kematian cenderung menurun
Tahap 3 : Kelahiran menurun dan kematian menurun dan menuju stabil
Grafik transisi demografi dapat dilihat pada gambar dibawah ini
faktor yang memengaruhi terhadap transisi penduduk yaitu :
tingkat kesehatan
keadaan geografis
kebijakan politis
kemajuan iptek
perubahan pola pikir masyarakat dan lainnya
Akibat Perubahan Transisi Demografi :
Efek pertama dari transisi adalah penurunan angka kematian, yang berlanjut selama masa transisi. Angka kelahiran meningkat sedikit pada awalnya, tetapi kemudian jatuh ke tingkat yang lebih rendah sama dengan angka kematian. Selama transisi, tingkat kelahiran kelebihan atas tingkat kematian (tingkat kenaikan alamiah) menghasilkan peningkatan besar dalam ukuran populasi.
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Dunia
TEORI TRANSISI DEMOGRAFI BLACKER (1947)
Transisi demografi menurut Blacker di bedakan menjadi 5 tahapan yaitu:
Tahap
Tingkat fertilitas
Tingkat mortalitas
Pertumbuhan alami
Contoh
1.Stabil tinggi
Tinggi
Tinggi
Nol atau sangat rendah
Eropa,awal abad 14
2.Perkembangan awal
Tinggi
Turun pelan
Lambat
India,sebelum PD II
3.Perkembangan akhir
Turun
Turun lebih cepat
Pesat
Eropa Sltn&Tgh Sblm PD II,India stlh PD II
4.Stabil rendah
Rendah
Rendah
Nol,atau sangat rendah
Australia,NZ,AS,1930an
5.Menurun
Rendah
Lebih tinggi dp kelahiran
Negatif
Prancis sebelum PD II,Jerman 1970an
5 tahapan transisi demografi menurut Blacker ( 1947 )
Tahapan 1
Dalam tahapan satu terjadi pada masyarakat pra-industri, tingkat fertilitas dan tingkat mortalitas tinggi.Tingginya tingkat fertilitas di sebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti ; belum tersedianya program Keluarga Berencana dan alat kontrasepsi (fertility control ),sehingga tingkat fertilitas pada dasarnya hanya dibatasi oleh kemampuan seorang wanita untuk melahirkan anak.Sedangkan tingginya tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ;gagal panen dan income yang menurun sehingga mengakibatkan kelaparan karena kurangnya ketersediaan bahan pangan,tidak adanya teknologi kesehatan untuk mengontrol masyarakat terhadap penyakit seperti wabah penyakit menular tidak terkontrol yang berakibat mortalitas,dan adanya substitution effect.(Peritiwa ini terjadi misalnya,di Eropa dan khususnya Timur Amerika Serikat selama abad ke-19).
Dalam tahapan satu ini peran anak masih sangat penting dalam membantu perekonomian keluarga.Biaya membiayai anak dianggap lebih sedikit dari pada biaya makannya,karena dalam tahap satu ini belum ada pendidikan dan tempat hiburan(India).Teori Malthus mengatakan bahwa yang menjadi penentu populasi pada tahap satu adalah jumlah pasokan makanan.(Afrika)
Tahapan 2
Tahapan kedua menyebabkan penurunan tingkat mortalitas pelan dan peningkatan populasi.Penurunan tingkat mortalitas ini juga dialami oleh Negara berkembang seperti Yaman, Afghanistan, wilayah Palestina, Bhutan dan Laos.Sedangkan penurunan tingkat mortalitas di pengaruhi oleh 2 faktor yaitu;
Adanya perbaikan penyediaan makanan yang dihasilkan dari perbaikan pertanian(rotasi tanaman, pembiakan selektif, dan teknologi benih berkualitas) dan transportasi yang lebih baik untuk mencegah kematian akibat kelaparan dan kekurangan air.
Perbaikan signifikan kesehatan masyarakat untuk mengurangi tingkat mortalitas, khususnya pada usia dini.Seperti di temukannya pengembangan vaksinasi,imunisasi,dan juga antibiotik.
Akan tetapi di Eropa melewati dua tahap sebelum kemajuan dari pertengahan abad ke-20 karena mereka melakukan perbaikan penyebab penyakit dan peningkatan pendidikan dan status sosial ibu.(Perubahan populasi terjadi di barat laut Eropa selama abad ke-19 dan di India sebelum Perang Dunia II).
Tahapan 3
Pada tahapan ini tingkat mortalitas yang turun dengan cepat dengan di ikuti penurunan tingkat fertilitas tetapi tidak secepat penurunan tingkat mortalitas. Penurunan tingkat fertilitas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
Adanya fertility control yang sudah mulai berkembang di masyarakat dan sudah banyak digunakan. Perbaikan penggunaan kontrasepsi merupakan faktor yang cukup penting untuk mengurangi fertilitas.
Kedua adalah Industrilization ,yaitu perubahan yang berangsur-angsur dari masyarakat pertanian menuju ke masyarakat industri.Ini juga merubah gaya hidup baik itu makanan,pola hidup,maupun seksualnya.
Ketiga yaitu meningkatnya urbanisasi mengubah nilai-nilai tradisional pada masyarakat pedesaan, perubahan pola pikir masyarakat di daerah pedesaan mempengaruhi penurunan fertilitas anak yang berarti bahwa sebagian orang tua menyadari bahwa mereka tidak perlu membutuhkan begitu banyak anak yang akan dilahirkan untuk masa yang akan datang.
Keempat adalah Sosial dan Ekonomi, kedudukan sosial seorang wanita juga dapat mempengaruhi tingkat penurunan fertilitas. Meningkatkan melek huruf perempuan dan pekerjaan sebagai ukuran status perempuan,seperti Eropa selatan atau Jepang. Penilaian terhadap perempuan tidak hanya melahirkan anak saja.
Tahapan 4
Ini terjadi di mana kelahiran dan angka kematian keduanya rendah atau NOL. Oleh karena itu jumlah penduduk yang tinggi dan stabil. Beberapa teori beranggapan bahwa pada tahapan 4 inilah penduduk suatu negara akan tetap pada tingkat ini.Negara-negara yang berada pada tahap ini (Total Kesuburan kurang dari 2,5 pada tahun 1997) meliputi: Amerika Serikat, Kanada, Argentina, Australia, Selandia Baru, seluruh Eropa.
Tahapan 5
Model transisi demografi yang sebenanya hanya terjadi 4 tahapan tetapi ada suatu persetujuan bahwa sekarang menjadi 5 tahapan berdasarkan teori Transisi Demografi menurut C.P.Blacker 1947. Pada tahap kelima ini bahwa tingkat mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat fertilitas yang berada dalam keadaan stabil.Hal ini dapat dipengaruhi oleh gaya kehidupan masyarakat yaitu degenerative diseases.Bisa karena gaya hidup yang tidak baik,seperti sering mengonsumsi makanan instan serta mengonsumsi alkohol untuk mengikuti kebiasaan Negara Barat.Keadaan ini di alami oleh Negara seperti Perancis sebelum Perang Dunia ke II dan Jerman pada tahun 1970 an.
TRANSISI DEMOGRAFI DI INDONESIA
Transisi demografi yang terjadi di Indonesia terjadi sama seperti pada teori yang disepakati. Hanya saja pada tahap tertentu ada sedikit perbedaan dalam proses pertumbuhan penduduknya. Mungkin Indonesia juga termasuk yang tadi disebutkan sebagai Negara dengan proses transisi demografi berbeda, yaitu Indonesia mengalami penurunan angka kelahiran sebelum Indonesia menjalani proses industrialisasi. Seperti kita tahu Indonesia adalah Negara agraris jadi sampai saat ini Indonesia masih menjadi Negara agraris. Penurunan angka kelahiran Indonesia dilakukan dengan cara menjalankan program KB atau keluarga berencana. Dalam menjalankan program KB digalakkan juga pemakaian alat kontrasepsi sehingga angka kelahiran bisa ditekan. Indonesia adalah Negara dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Dengan luas wilayah yang seperti ini, semakin terlihat jelas bahwa Indonesia adalah masih menjadi Negara berkembang. Biasanya cirri-ciri Negara berkembang adalah memiliki penduduk yang masih mempunyai anak banyak. Seperti kita tahu, masyarakat jawa pada beberapa generasi lalu adalah masyarakat dengan jumlah anak yang bisa dibilang banyak. Jumlah anak 10 atau lebih itu menjadi lumrah. Itu menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih belum mempunyai kebudayaan atau gaya hidup sebagai masyarakat modern. Jadi menurut saya Indonesia masih menjalani proses menuju kondisi yang stabil sesuai alur yang disepakati di teori transisi domografi. Semakin berkembangnya jaman kebiasaan memiliki anak banyak juga sudah mulai ditinggalkan, proses industrialisasi sudah semakin membaik, dan angka kelahiran sudah cukup berhasil ditekan. Tidak khayal, beberapa waktu yang akan datang Indonesia akan mencapai keadaan yang stabil dan menyelesaikan transisi demografi.
Beberapa hal yang menghalangi Indonesia dalam menyelesaikan trasnsisi demografinya adalah sebagai berikut:
1. Tidak meratanya pembangunan di Indonesia sehingga jurang pemisah semakin jelas. Seperti kita tahu, di Indonesia masih ada masyarakat primitive dengan gaya hidup yang masih sangat sederhana, sedangakan di sisi lain pembangunan dan proses industrialisasi terus berkembang.
2. Pendidikan Indonesia masih perlu ditngkatkan dan diratakan. Salah satu faktor penentu pertumbuhan penduduk adalah pendidikan wanita. Pendidikan masyarakat yang tinggi juga akan merangsang pemikiran masyarakat untuk mempunyai gaya hidup modern.
3. Indonesia adalah Negara agraris. Mungkin ini salah satu penyebab sulitnya Indonesia berubah menjadi Negara industri karena sebagian masyarakat Indonesia adalah petani.
Gambaran Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050
Sumber : World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN
Transisi Demografi Indonesia Tahun 1950-2050 Sumber : World Population Prospect, Economic and Social Affairs, UN
Garis yang berwarna biru itu menggambarkan angka kelahiran.
Garis yang berwarna merah itu menunjukkan angka kematian.
Pada gambar diatas terlihat transisi penduduk ada posisi stabil pada tingkat kelahiran tinggi, menjadi turun ke stabil pada kelahiran dan kematian rendah.
Pada keadaan I
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi antara 40 sampai 50. Keadaannya masih alami tingkat kelahiran tinggi/ tidak terkendali dan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga kesehatan dan gizi lingkungan kurang mendukung. Akibatnya kelaparan dan kejadian penyakit tinggi sehingga tingkat kematian pun tinggi (kondisi pra intervensi/pembangunan).
Pada keadaan II
Angka kematian turun lebih dahulu akibat peningkatan pembangunan dan teknologi, misalnya dibidang kesehatan, lingkungan, perumahan dan lain-lain. Kondisi ekonomi makin membaik akibat pembangunan dan pendapatan penduduk meningkat sehingga kesehatan semakin baik. Akibatnya tingkat kelahiran tetap tinggi (makin sehat) tetapi angka kematian menurun (akibat kesehatan dan lain- lain). Pada kondisi ini akan terasa tingginya laju pertumbuhan penduduk alami, seperti dialami indonesia pada periode tahun 1970 sampai 1980 dengan angka pertumbuhan 2,32 % per tahun.
Pada keadaan III
Terjadi perubahan akibat pembangunan dan juga upaya pengendalian penduduk, maka sikap terhadap fertilitas berubah menjadi cenderung punya anak sedikit, maka turunnya tingkat kematian juga diikuti turunnya tingkat kelahiran sehingga pertumbuhan penduduk menjadi tidak tinggi lagi. Keadaan tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan penduduk indonesia periode 1980 sampai 1990 yang turun menjadi 1,85 %.
Pada keadaan IV
Bila penurunan tingkat kelahiran dan kematian berlangsung terus menerus, maka akan mengakibatkan pertumbuhan yang stabil pada tingkat yang rendah indonesia sedang menuju/mengharap tercapainya kondisi ini yaitu penduduk bertambah sangat rendah atau tanpa pertumbuhan.
Dari gambaran transisi demografi dapat dilihat bahwa transisi demografi diatas dipercepat dengan peningkatan pembangunan terutama bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kb.
KAITAN ANTARA TRANSISI DEMOGRAFI DENGAN KESEHATAN SECARA UMUM
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit, maka penyakit akibat perilaku dan perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki andil 30-35% terhadap derajat kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
7