Media Komunikasi FPIPS
Volume 19, Number 2, Agustus 2020, pp. 94-103
DOI: http://dx.doi.org/10.23887/mkfis.v19i2.27007
Open Access: https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MKFIS/index
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Emosi Remaja
Lydia Karwur Patti 1*, Syahrul Hidayanto2
1
2
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi, Jakarta, Indonesia
Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi InterStudi, Jakarta, Indonesia
*e-mail:
[email protected]
Article history: Received 17 July 2020; Accepted 30 August 2020; Available online 31 August 2020
Abstrak
Era revolusi industri 4.0 membawa dampak pada kehidupan masyarakat
sehari-hari, tak terkecuali remaja. Kehadiran media sosial dapat memberi
dampak positif dan negatif bagi remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh cyberbullying di media sosial terhadap emosi
remaja. Paradigma yang digunakan adalah positivis dengan pendekatan
kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50
orang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji
validitas, reliabilitas, korelasi, regresi linear sederhana, dan hipotesis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh cyberbullying di media
sosial Instagram terhadap emosi remaja. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
uji hipotesis yang menunjukkan perhitungan t hitung pada variabel
cyberbullying di media sosial sebesar 2,423 lebih besar dari t tabel yaitu
2,011. Korelasi yang ditunjukkan antara variabel cyberbullying di media
sosial dengan emosi remaja adalah korelasi yang lemah dengan nilai R Square
(koefisien determinasi) sebesar 0,330. Temuan di lapangan membuktikan
bahwa cyberbullying adalah bentuk perwujudan dari pelampiasan amarah
yang dirasakan pelaku di dunia nyata. Selain itu, peneliti juga menemukan
alasan lain, yaitu balas dendam yang tidak bisa dilakukan di dunia nyata, serta
hanya sekadar mengikuti tren.
Abstract
The era of the industrial revolution 4.0 had an impact on people's daily lives,
including teenagers. The presence of social media can have positive and
negative impacts on teenagers. The purpose of this study was to determine the
effect of cyberbullying on social media on adolescent emotions. The paradigm
used is positivist with a quantitative approach. Data sources used in this study
were 50 people. Data were collected using a questionnaire and analyzed with
validity, reliability, correlation, simple linear regression, and hypothesis tests.
The results showed that there was an influence of cyberbullying on social media
Instagram on teen emotions. This can be seen from the results of the hypothesis
test that shows the calculation of t arithmetic on cyberbullying variables on
social media by 2.423 greater than t table that is 2.011. The correlation shown
between cyberbullying variables on social media with adolescent emotions is a
weak correlation with the R Square value (coefficient of determination) of
0.330. The findings in the field prove that cyberbullying is a form of the
expression of anger that is felt by the perpetrators in the real world. In addition,
researchers also found other reasons, namely revenge that can’t be done in the
real world, and just simply follow the trend.
Kata Kunci:
Cyberbullying; Media
sosial; Emosi; Remaja
Keywords:
Cyberbullying; Social
media; Emotions;
Teenagers
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
MKFPIPS. P-ISSN: 1412-8683 | E-ISSN: 2714-7800
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
1. Pendahuluan
Masa revolusi industri 4.0, tentunya membuat teknologi yang ada semakin maju. Saat ini
semua orang membutuhkan internet dalam seluruh aktivitasnya. Tentunya pengaruh media
sosial saat ini di Indonesia pun terus berkembang dari waktu ke waktu. Semua orang, semua
umur mempunyai media sosial dan menjadi pengguna untuk mendapat informasi dan memberi
informasi (Cahyono, 2016).
Pada remaja dalam kegiatan sehari-hari memberi dampak. Media sosial bagi para remaja
sangatlah penting. Perangkat yang dibuat guna mempermudah sebuah hubungan yang memiliki
sifat dua arah (Paramitha & Pratama, 2013). Pola penyebaran informasi sekarangpun berubah
karena adanya media sosial yang berbasis tekonologi internet. Media sosial pun memiliki
karakteristik menurut (Endarnoto, Pradipta, Nugroho, & Purnama, 2011) yaitu capaian media
sosial dari skala yang sempit hingga mendunia. Didalam pemakaian media sosial pun terdapat
dampak negatif dan positif.
Dampak positif nya seperti mempermudah segala kegiatan belajar mengajar, menambah
jaringan pertemanan dan juga dapat menjadi sebuah hiburan disaat penat. Tidak hanya efek
positif, namun juga terdapat efek negative dalam penggunaan media sosial jika telalu sering
digunakan, sebagai contoh mengganggu kegiatan belajar, banyak nya kejahatan di dunia maya
seperti penipuan, dan banyak juga para pengguna media sosial bersikap tidak sopan. Salah satu
dampak negatif media sosial yang diberikan kepada remaja adalah remaja menjadi tidak sopan
terhadap sesamanya maupun orang yang dikenal atau tidak dikenal. Ketidaksopanan itu
diwujudkan dalam bentuk cyberbullying dalam media sosial. Adapun beberapa bentuk dari
cyberbullying adalah ejekan, hinaan, ancaman. Platform utama yang menjadi sarana pendukung
para remaja melakukan tidakan cyberbullying ada lah media sosial.
Saat ini sudah banyak remaja yang memiliki dan menggunakan media sosial. Hampir 24
jam mereka menggunakan media sosial. Kebanyakan dari para remaja mencari informasi
tentang apapun, mulai dari remaja yang mengamati kehidupan teman-temannya, membagikan
video atau foto mereka, berbagi informasi apapun seputar kehidupan sehari-hari, dan tidak
jarang juga remaja memberikan komentar dengan bebas tanpa memiliki rasa takut terhadap
komentar bebas yang diberikan. Keberadaan media sosial mempermudah remaja untuk
melakukan tindakan cyberbullying, dimana remaja dapat memposting kata-kata yang kasar dan
mengunggah foto korbannya, dengan tujuan agar korbannya merasa terintimidasi dan dan
tersakiti karena nama baiknya menjadi rusak. Sementara remaja pelaku cyberbullying merasa
bahagia karena sudah puas karena tujuannya tercapai.
Cyberbullying di media sosial pun bermacam-macam. Jika hal ini terus dilakukan akan
menimbulkan hal yang buruk, dan membuat korban cyberbullying merasa terganggu atau yang
paling berbahaya adalah melakukan tindakan untuk mengakhiri hidup. Terdapat beberapa
kejadian pada negara lain yang berakhir pada keputusan untuk melakukan tindakan bunuh diri
karena mengalami cyberbullying. Cyberbullying tidak dapat dianggap sebagai masalah yang
ringan. Siapapun yang melakukan tindakan cyberbullying akan mendapat hukuman yang sesuai
Undang-Undang yang berlaku. Tujuan dari penelitian ini yaitu penulis ingin memahami lebih
dalam apa yang terjadi tentang cyberbullying di kalangan remaja. Serta untuk memahami tugas
orang tua, masyarakat serta pemerintah dalam masalah cyberbullying pada remaja dan tanggung
jawab terhadap masalah cyberbullying ini. Agar penelitian ini dapat menghasilkan sebuah
pencapaian yang baik, maka penulis ingin mengerucutkan permasalahan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cyberbullying Pada Remaja” dan dengan
cara apa media sosial mempengaruhi perilaku remaja melakukan cyberbullying serta bagaimana
pengalaman remaja dan sikap mereka terhadap cyberbullying tersebut.
Perubahan yang terjadi dari seorang anak-anak menjadi seorang yang dewasa (WHO,
2017). Usia 11 – 18 tahun adalah usia perkembangan masa remaja. Kehadiran dan
perkembangan internet membawa cara baru bagaimana berkomunikasi dalam kehidupan sosial
(Watie, 2016). Kehadiran internet saat ini sudah merubah paradigma atau pemikiran manusia,
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
95
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
bagaimana cara mereka berkomunikasi satu dengan yang lain. Kehadiran internet diyakini
mendatangkan efek terhadap tingkah laku berkomunikasi sesorang (Loisa & Setyanto, 2014).
Media sosial berkembang sangat pesat dan dengan perkembangan teknologi saat ini
semakin memudahkan semua orang di dunia untuk melakukan komunikasi. Media sosial
mempunyai sebuah kepasitas dalam penyaluran penjelasan guna mempengaruhi, memberi
motivasi, dan melakukan tindakan yang dikehendaki oleh penyebar informasi tersebut. Sekitar
70% dari pengguna internet diseluruh dunia, juga aktif dalam media sosial (Anwar, 2017).
Namun tidak bisa dipungkiri kemajuan media sosial juga ternyata merubah beberapa perilaku
manusia dalam cara berkomunikasi. Cyberbullying merupakan salah satu dari sisi gelap media
sosial itu. Sisi gelap media sosial ini termasuk cyberbullying, penggunaan adiktif, trolling,
perburuan penyihir online, berita palsu, dan penyalahgunaan privasi (Baccarella, Wagner,
Kietzmann, & McCarthy, 2018).
Para remaja selalu berusaha membangun citra positif didalam media sosial milik mereka.
Bagi banyak orang media sosial sangat penting, terutama bagi pata remaja yang selalu
menggunakan media sosial setiap saat. Oleh karena itu sangat besar kemungkinan remaja
melakukan tindakan cyberbullying. Cyberbullying sering sekali terjadi dikalangan remaja, karena
seorang remaja masih sangat sulit untuk memahami hal-hal atau kejadian-kejadian disekitar
mereka, sehingga mereka sangat sulit menemukan solusi dari apa yang sedang dihadapi, dan
akhirnya mereka memilih untuk melakukan cyberbullying. Mengutip dari jurnal (Rifauddin,
2016) yang berjudul Fenomena Cyberbullying pada Remaja
Sedangkan menurut (Rahayu, 2013) Cyberbullying adalah setiap Cyberkomunikasi atau
publikasi diposting atau dikirim oleh minor online, oleh perangkat teknologi informasi yang
dimaksudkan untuk menakut-nakuti, memalukan, melecehkan, menyakiti, mengatur,
menyebabkan bahaya, memeras, atau sebaliknya menargetkan kecil lainnya. Cyberbullying
adalah teror di dunia maya terutama pada media sosial berupa cercaan, ancaman, penghinaan,
ataupun hacking (Utami, 2014). Sebagai contoh mengunggah tulisan atau gambar seseorang
yang memalukan serta menyebarluaskan melalu media sosial yang ada, atau pada saat ini
sedang menjadi trend membuat akun media sosial palsu untuk menghina orang lain. Teknologi
telah mengubah struktur sosial kehidupan masyarakat, baik dalam cara yang baik maupun
buruk (Kowalski, 2018).
Banyak anak dan remaja telah sepenuhnya merangkul dunia digital, memposting blog,
mengakses situs jejaring sosial, menonton video, dan mengirim pesan instan sebagai aktivitas
khas kehidupan sehari-hari mereka (Wright & Harper, 2017). Media sosial juga telah menjadi
platform utama untuk cyberbullying (Byrne, Vessey, & Pfeifer, 2018). Remaja ini cukup terbuka
dalam menunjukkan identitas mereka (Afriluyanto, 2018) Remaja cenderung melakukan
cyberbullying dilandaskan rasa benci atau memiliki dendam. Pelaku cyberbullying juga
melakukan hal ini untuk dilihat bahwa dirinnya memiliki kekuatan untuk melawan orang yang
tidak disukai. Pada akhirnya remaja pelaku cyberbullying ini memilih media sosial sebagai
sarana yang tepat untuk melampiaskan amarah atau kebenciannya. “Komentar agresif daring
yang diarahkan pada teman sebaya dianggap paling negatif sedangkan komentar yang
ditargetkan untuk orang acak yang hanya dikenal secara online dievaluasi paling tidak secara
negatif (Whittaker & Kowalski, 2015).
Cyberbullying telah menjadi masalah sosial yang kritis, yang sangat mengancam kesehatan
fisik dan psikologis anak-anak dan remaja. (Chen, Ho, & Lwin, 2017). Kontrol diri adalah
kesanggupan meredam atau mengontrol diri nya mengatur keinginan atau kemauan dengan
berbagai macam pertimbangan agar tidak ssalah dalam mengambil keputusan Hal ini yang
belum dipahami sekali oleh remaja sehingga para remaja cenderung melakukan penyimpangan
seperti cyberbullying. Bagi remaja cyberbullying diambil sebagai solusi dalam menyelesaikan
masalah.
Untuk menghindari peningkatan cyberbullying yang sering terjadi di kalangan remaja,
peran orang tua sangat dibutuhkan disini. Harus adanya pengawaasan dari orang tua kepada
anak yang menggunakan media sosial. Dengan pengawasan tentunya akan mengurangi tindakan
cyberbullying yang sering terjadi di kalangan remaja. Pertumbuhan teknologi memberikan efek
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
96
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
berarti terhadap aktivitas masyarakat dan keluarga. Anak-anak yang lahir sesudah tahun 1980an adalah angkatan yang hidup di tengah majunya teknologi informasi (Alia & Irwansyah, 2018).
Dapat mengurangi terjadinya cyberbullying di kalangan remaja yaitu citra diri. Citra diri
pribadi dimanifestasikan dalam kejadian-kejadian terkait pribadi itu. Pendirian tentang diri
sendiri, penilaian diri, dapat membangun citra diri pribadi. Kesadaran citra diri dari pandangan
psikologi akan membantu citra diri positif. Citra diri positif pada gilirannya mengembangkan
perangai dan interaksi positif dalam kehidupan sehari-hari (Kiling & Kiling, 2015). Remaja
adalah salah satu dari jumlah terbesar pengguna media sosial di Indonesia. Alasan awal mereka
menjadi begitu aktif di media sosial adalah untuk mendapatkan perhatian, untuk mencari
pendapat, dan juga untuk menampilkan citra baik diri mereka. Namun, dalam jangka panjang
mereka menjadi kecanduan dalam penggunaan media sosial. Sulit bagi mereka untuk menjauh
dari kegiatan yang berkaitan dengan media sosial.
Meskipun media sosial secara umum memiliki sisi positif untuk dikonsumsi, pemakaian
media sosial yang berlebihan memiliki hasil negatif juga. Sebagian besar penelitian
menunjukkan bahwa terlalu sering menggunakan media sosial oleh remaja memberikan
konsekuensi pada peningkatan ketidaksesuaian konsep diri karena ada jarak yang besar antara
pribadi nyata dan pribadi sempurna. Diri yang hadir di media sosial adalah diri ideal yang
memiliki jarak yang sangat jauh dari diri yang sebenarnya. Mereka melupakan bahwa kehidupan
yang nyata itu bukan pada media sosial yang mereka miliki, namun pada kehidupan mereka
sehari-hari. Banyak sekali survey yang menunjukkan hasil bahwa sebagian besar remaja ingin
terlihat baik di profil media sosial mereka dengan membentuk citra diri yang ideal menurut
versi media sosial, meskipun itu bukan citra yang mereka miliki dalam diri yang sebenarnya.
Dengan mengurangi konsumsi media sosial, remaja akan lebih produktif dan mengembangkan
konsep diri positif mereka dalam kehidupan nyata mereka (Felita et al., 2016). Berdasarkan
latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
cyberbullying di media sosial terhadap emosi remaja.
2. Metode
Studi ini memanfaatkan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian
yang dilandaskan paham positivisme, guna menggali populasi. Sedangkan (Caldas, 2003)
memaparkan penelitian kuantitatif merupakan studi pendidikan yang mana peneliti
mememastikan studi yang dikaji.
Survei sebagai cara mengumpulkan hasil studi. Kuisioner menjadi pilihan dalam studi ini.
Kuisoner dibagikan pada 50 responden. Dan peneliti akan menyebarkan kuisioner secara tidak
langsung melalui google form. “Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari
orang objek atau kegiatan yang mempunya variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”
(Sugiyono, 2008). Variabel dalam penelitian dibagi menjadi dua variabel yaitu, variabel bebas
atau independent variabel (x) adalah cyberbullying dan variabel terikat atau dependent variabel
(y) adalah emosi remaja.
Menurut (Barsbold, Osmólska, Watabe, Currie, & Tsogtbaatar, 2000) populasi yaitu
keutuhan sasaran studi berbentuk mahluk hidup, tumbuhan sehingga target memanifestasikan
sumber petunjuk studi. Populasi adalah keseluruhan hasil yang menjadi pusat perhatian seorang
peneliti dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan” populasi berkaitan dengan datadata, jika seorang manusia memberikan suatu hasil, maka perhitungan atau besarnya populasi
akan sama besarnya dengan makhluk. (Margono, 2010).
Selanjutnya adalah analisis penelitian data kuantitatif dalam studi ini memanfaatkan
perangkat SPSS untuk mengadaptasi bahan yang sudah terkumpul. Karakteristik demografis
dihitung dengan frekuensi, sedangkan untuk uji pertanyaan survei menggunakan validitas dan
relabilitas menggunakan rumus SPSS, dan kemudian menganalisis dengan statistik. Menurut
(Sugiyono, 2008) validitas serta realibilitas diuji sebelum instrumen dimanfaatkan.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
97
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
3.
Hasil dan Pembahasan
Pengambilan keputusan uji ini dilandaskan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r
tabel. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 50 orang, maka nilai r tabelnya adalah
0,279. Hasil uji validitas seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1.
Uji Validasi
Item Pertanyaan
X1
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
Y1
Y2
Y3
Y4
Y5
Y6
Y7
Y8
Y9
Y10
r hitung
0,373
0,598
0,660
0,379
0,681
0,671
0,610
0,610
0,358
0,286
0,555
0,595
0,586
0,435
0,541
0,421
0,394
0,328
0,390
r table
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
0,279
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Berdasarkan uji validitas di atas, tidak ditemukan ketidakvalidan dalam variabel X maupun
variabel Y. Maka dari itu, semua item kuesioner dapat dikatakan valid atau sudah dapat
mengukur apa yang telah diukur karena memiliki r hitung lebih besar dari 0,279.
Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas adalah sebagai berikut.
Tabel 2.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.829
19
Tabel 2 menujukkan hasil uji reliabilitas dengan teknik cronbach’s alpha adalah 0,829.
Kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila nilainya > 0,60. Maka, dapat dikatakan bahwa
kuesioner ini reliabel, atau dengan kata lain jika data kuesioner tersebut dilakukan pengukuran
ulang, maka data tersebut dapat dipercaya.
Demografi
Dalam penelitian kali ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 50 orang, dengan karakterisktik
responden seperti berikut.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
98
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
Jenis Kelamin
48%
52%
Laki-laki
Perempuan
Gambar 1. Karakteristik Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan persentase 52%.
Usia
20%
52%
14%
14%
18 tahun
19 tahun
20 tahun
>20 tahun
Gambar 2. Karakteristik Usia
Usia responden didominasi oleh usia lebih dari 20 tahun dengan persentase 52%.
Domisili
34%
66%
DKI Jakarta
Luar DKI Jakarta
Gambar 3. Karakteristik Domisili
Domisili responden didominasi oleh domisili DKI Jakarta dengen persentase sebesar 66%.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
99
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
Pekerjaan
42%
58%
Pelajar/mahasiswa
Pekerja
Gambar 4. Karakteristik Pekerjaan
Pekerjaan responden didominasi oleh para pelajar atau mahasiswa dengan persentase sebesar
58%.
Uji Korelasi
Hasil uji korelasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.
Correlations
Cyberbullying di Instagram
Emosi Remaja
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Cyberbullying
Instagram
1
50
.330*
.019
50
di
Emosi Remaja
.330*
.019
50
1
50
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Tabel di atas menunjukkan nilai sig. (2-tailed) adalah 0,019. Jika nilai si. (2-tailed) < 0,05
maka terdapat hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa terdapat hubungan antara cyberbullying di Instagram (X) dengan emosi remaja (Y).
Berdasarkan Tabel 3, diketahui nilai pearson correlation adalah 0,330 yang berarti bahwa
terdapat korelasi yang lemah antara cyberbullying di Instagram (X) dengan emosi remaja (Y).
Uji Regresi Linear Sederhana
Tabel 4.
Model Summary
Model
1
R
.330a
R Square
.109
Adjusted R Square
.090
Std. Error of the
Estimate
3.83896
a. Predictors: (Constant), Cyberbullying di Instagram
Nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,109 yang artinya pengaruh cyberbullying
di Instagram (X) terhadap emosi remaja (Y) sebesar 10,9%. Kemudian 89,1% dipengaruhi oleh
faktor lain.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
100
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
Tabel 5.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B
Std. Error
Beta
17.997
4.181
di .305
.126
.330
Model
1
(Constant)
Cyberbullying
Instagram
a. Dependent Variable: Emosi Remaja
t
4.305
2.423
Sig.
.000
.019
Diketahui nilai constant sebesar 17,997 dan angka koefisien regresi sebesar 0,305
sehingga diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = a + bX
Y = 17,997 + 0,305 X
Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian:
Ho = Tidak ada pengaruh cyberbullying di media sosial Instagram (X) terhadap emosi remaja (Y)
Ha = Ada pengaruh cyberbullying di media sosial Instagram (X) terhadap emosi remaja (Y)
Pengambilan keputusan dalam uji hipotesis ini dilakukan dengan mengadakan
perbandingan t tabel dengan t hitung. Untuk mengetahui nilai t tabel, perlu diketahui derajat
kebebasan. Adapun derajat kebebasan dalam penelitian ini diperoleh dari rumus n – k, sehingga
nilainya adalah 48. Dengan demikian, nilai t tabel adalah 2,011. Sementara itu, nilai t hitung
dapat diketahui melalui tabel coefficients, yaitu 2,423.
Berdasarkan nilai t tabel dengan t hitung, sehingga diketahui Ha diterima dan Ho ditolak
mengartikan terdapat pengaruh cyberbullying di media sosial Instagram (X) terhadap emosi
remaja (Y). hal ini dikarenakan nilai t hitung > t tabel.
Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
Tidak ada alasan yang tepat mengapa cyberbullying terjadi. Kebebasan berpendapat pada
media sosial terkadang disalahgunakan bagi beberapa orang. Ketika mereka memiliki sebuah
masalah di dunia nyata maka hal tersebut akan mereka lampiaskan di dunia nyata. Itulah salah
satu hal yang menyebabkan terjadinya cyberbullying di media sosial. Penelitian ini juga
menemukan hasil yang sejalan dengan penelitian Baccarella et.al. (2018) terkait beberapa
alasan lain penyebab terjadinya cyberbullying, yaitu balas dendam yang tidak bisa dilakukan di
dunia nyata, trend atau hanya ikut-ikutan.
Cyberbullying sering terjadi di media sosial dapat dipastikan bahwa media sosial dengan
mudah dan cepat menyebarkan segala sesuatu. Kecepatan penyampaian pesan sebagai dasar
mengapa media sosial sering digunakan dibandikan dengan platform lain. Dan dapat dipastikan
juga bahwa korban-korban cyberbullying pasti memiliki akun media sosial. Kecenderungan
seseorang menggunakan media sosial lah juga yang menjadi dasar mengapa media sosial selalu
menjadi sarana dilakukannya cyberbullying, dibandikan dengan platform lain (Loisa and
Setyanto 2014).
Penelitian ini menemukan temuan yang menarik, yaitu cyberbullying yang terjadi saat ini
banyak didominasi oleh kalangan remaja. Beberapa diantara mereka menjadi pelaku tapi tidak
banyak juga dari mereka menjadi korban. Pengaruh cyberbullying yang nyata terlihat pada
remaja adalah hilangnya konsep diri. Para remaja tidak menjadi dirinya sendiri pada media
sosial, dan cenderung melakukan hal-hal yang menyimpang ketika mereka mengalami hal yang
tidak diinginkan. Remaja cenderung bereaksi negatif seperti membully orang-orang yang tidak
mereka sukai. Itulah pengaruh cyberbullying ketika mereka menjadi pelaku, namun ketika
mereka berada diposisi sebagai korban cyberbullying, pengaruh yang nyata adalah mereka
cenderung tertutup, tidak membuka diri, dan tidak sedikit menyimpan dendam. Lebih nyata dan
yang sangat terlihat adalah mereka sering menutupi kesedihan secara emosional.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
101
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
4. Simpulan dan Saran
Berlandaskan hasil studi yang sudah dilaksanakan pada Hasil Olah Data serta pembahasan
maka ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara cyberbullying di
Instagram dengan emosi remaja. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil uji korelasi yaitu nilai sig.
(2-tailed) adalah 0,019. Jika nilai si. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat hubungan antara variabel X
dengan variabel Y dan nilai pearson correlation adalah 0,330 yang berarti bahwa terdapat
korelasi yang lemah antara cyberbullying di Instagram dengan emosi remaja. Pengaruh
cyberbullying terhadap emosi remaja hanya mempunyai pengaruh 10,9% hal ini ditunjukan
pada Uji Nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,109 yang artinya pengaruh
cyberbullying di Instagram terhadap emosi remaja sebesar 10,9%. Kemudian 89,1% dipengaruhi
oleh factor lain. Berdasarkan nilai t tabel dengan t hitung, maka dapat diketahui bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak yang artinya ada pengaruh cyberbullying di media sosial Instagram
terhadap emosi remaja.
Daftar Pustaka
Afriluyanto, T. R. (2018). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk
Identitas.
KOMUNIKA:
Jurnal
Dakwah
Dan
Komunikasi.
https://doi.org/10.24090/komunika.v11i2.1365
Alia, T., & Irwansyah. (2018). Pendampingan Orang Tua pada Anak Usia Dini dalam Penggunaan
Teknologi Digital. A Journal of Language, Literature, Culture and Education.
https://doi.org/10.19166/pji.v14i1.639
Anwar, F. (2017). Perubahan dan Permasalahan Media Sosial. Jurnal Muara Ilmu Sosial,
Humaniora, Dan Seni. https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v1i1.343
Baccarella, C. V., Wagner, T. F., Kietzmann, J. H., & McCarthy, I. P. (2018). Social media? It’s
serious! Understanding the dark side of social media. European Management Journal.
https://doi.org/10.1016/j.emj.2018.07.002
Barsbold, R., Osmólska, H., Watabe, M., Currie, P. J., & Tsogtbaatar, K. (2000). A new
oviraptorosaur (Dinosauria, Theropoda) from Mongolia: The first dinosaur with a
pygostyle. Acta Palaeontologica Polonica.
Byrne, E., Vessey, J. A., & Pfeifer, L. (2018). Cyberbullying and Social Media: Information and
Interventions for School Nurses Working With Victims, Students, and Families. Journal of
School Nursing. https://doi.org/10.1177/1059840517740191
Cahyono, A. S. (2016). Pengaruh media sosial terhadap perubahan sosial masyarakat di
Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial & Ilmu Politik Diterbitkan Oleh Fakultas Ilmu Sosial & Politik,
Universitas Tulungagung.
Caldas, M. (2003). Research design: qualitative, quantitative, and mixed methods approaches.
Revista de Administração Contemporânea, 7, 223. https://doi.org/10.1590/S141565552003000100015
Chen, L., Ho, S. S., & Lwin, M. O. (2017). A meta-analysis of factors predicting cyberbullying
perpetration and victimization: From the social cognitive and media effects approach. New
Media and Society. https://doi.org/10.1177/1461444816634037
Endarnoto, S. K., Pradipta, S., Nugroho, A. S., & Purnama, J. (2011). Traffic condition information
extraction & visualization from social media twitter for android mobile application.
Proceedings of the 2011 International Conference on Electrical Engineering and Informatics,
ICEEI 2011. https://doi.org/10.1109/ICEEI.2011.6021743
Felita, P., Siahaja, C., Wijaya, V., Melisa, G., Chandra, M., & Dahesihsari, R. (2016). Pemakaian
Media Sosial Dan Self Concept Pada Remaja. Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 30–41.
Kiling, B. N., & Kiling, I. Y. (2015). Tinjauan Konsep Diri Dan Dimensinya Pada Anak Dalam Masa
Kanak-Kanak Akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi
Pendidikan Dan Bimbingan Konseling. https://doi.org/10.26858/jpkk.v1i2.1811
Kowalski, R. (2018). Cyberbullying. In The Routledge International Handbook of Human
Aggression: Current Issues and Perspectives. https://doi.org/10.4324/9781315618777
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
102
Lydia, Syahrul Hidayanto/Pengaruh Cyberbullying terhadap Emosi Remaja
Loisa, R., & Setyanto, Y. (2014). Penyingkapan Diri Melalui Internet Di Kalangan Remaja (Studi
Komunikasi Antar Pribadi). Jurnal Komunikasi Untar.
Margono. (2010). Doc 21. In Metodologi Penelitian Pendidikan.
Paramitha, S., & Pratama, A. (2013). Shale gas potential in bintuni basin - New insights to the
future hydrocarbon resources in Indonesia. 75th European Association of Geoscientists and
Engineers Conference and Exhibition 2013 Incorporating SPE EUROPEC 2013: Changing
Frontiers. https://doi.org/10.3997/2214-4609.20131120
Rahayu, F. S. (2013). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan Teknologi Informasi.
Jurnal Sistem Informasi. https://doi.org/10.21609/jsi.v8i1.321.
Rifauddin, M. (2016). Pengelolaan Arsip Elektronik Berbasis Teknologi. Khizanah Al- Hikmah
Jurnal Ilmu Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuatintatif, Kualitatif dan R&D 2008. In Alfabeta.
https://doi.org/2008.
Utami, Y. C. (2014). Cyberbullying di Kalangan Remaja. Universitas Airlangga.
Watie, E. D. S. (2016). Komunikasi dan Media Sosial (Communications and Social Media). Jurnal
The Messenger, 3(2), 69. https://doi.org/10.26623/themessenger.v3i2.270.
Whittaker, E., & Kowalski, R. M. (2015). Cyberbullying Via Social Media. Journal of School
Violence. https://doi.org/10.1080/15388220.2014.949377
WHO. (2017). Definisi Remaja.
Wright, M. F., & Harper, B. D. (2017). Cyberbullying. In Advances in Sociology Research.
https://doi.org/10.4018/jte.2010070103.
Media Komunikasi FPIPS. 19 (2): 94 – 103
103