Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022, pp. 86-94 |
p-ISSN: 2961-9483 e-ISSN: 2962-4096
http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JOGC
DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Received on 20/11/2022; Revised on 30/11/2022; Accepted on 30/12/2022; Published on: 31/12/2022
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
Donal Saputra 1, Kansa Harisa Sayuti1, Nurhabibah1 , Viony Aframuja Manisa1, Nurhalika1,
Qurratul A’yuni1, M. Syahdan1, Sally Putri Karisma2
1
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
Indonesia
2
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Cenderawasih, Indonesia
*)Corresponding author, e-mail:
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cyberbullying terhadap
kesehatan mental remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pengumpulan data menggunakan angket dengan jumlah responden 92 orang
remaja yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan terdapat pengaruh yang cukup signifikan antara cyberbullying dengan
kesehatan mental remaja. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai F hitung
sebesar 149.936 dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.005 artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara cyberbullying terhadap kesehatan mental
remaja. Sementara itu, uji koofesien determinasi di peroleh hasil R Square 0.625
yang artinya bahwa pengaruh antara cyberbullying dengan kesehatan mental remaja
sebesar 62.5%.
Keywords : Cyberbullying, Kesehatan Mental, Remaja
How to Cite: Saputra, D., Sayuti, K. H., Nurhabibah, N., Manisa, V. A.,
Nurhalika, N., A’yuni, Q., Syahdan, M., & Karisma, S. P. (2022). Pengaruh
Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja. Cenderawasih Journal of
Counseling and Education, 1(2): pp. 86-94. DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0
International License.
Pendahuluan
Teknologi dalam era 4.0 mengalami kemajuan yang sangat pesat dan tidak dapat
dipungkiri berbagai aspek didalam kehidupan seperti bidang informasi, bidang pendidikan,
bidang ekonomi dan juga komunikasi. Kehidupan Manusia pada abad 21 ini juga tidak dapat
lepas dari teknologi mulai dari hal-hal kecil hingga hal besar contohnya penggunaan aplikasi
sosial media dan juga jual beli online yang sedang marak dilakukan banyak orang. Kemajuan
teknologi juga mengalami perubahan informasi ditandai dengan mudahnya para masyarakat
86
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
dalam memperoleh dan mendapatkan informasi melalui internet dengan berbagai perangkat
teknologi yang ada seperti laptop, televisi, smartphone dan masih banyak lagi. Oleh karena itu,
memasuki Milenium III ini, tidak mengherankan berkembang keinginan untuk memanfaatkan,
mengembangkan, dan menguasai teknologi. Berbagai terobosan teknologi di bidang mikroelektronika, bio teknologi, telekomunikasi, komputer, internet, dan robotik telah mengubah
secara mendasar cara-cara kita mengembangkan dan mentransformasikan teknologi ke dalam
sektor produksi yang menghasilkan barang dan jasa dengan teknologi tinggi. Buhal (2000:71).
Perkembangan dunia IPTEK yang begitu mengagumkan memang telah membawa
manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban manusia. Jenis pekerjaan yang sebelumnya
membutuhkan kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif dapat digantikan oleh peralatan
mesin otomatis. Dengan demikian ditemukan pula formulasi-formulasi baru kapasitas komputer,
yang seolah-olah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai
bidang pengetahuan dan aktivitas manusia. Singkatnya, kemajuan teknologi sekarang benarbenar telah dikenali dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi
kehidupan manusia Dwiningrum (2012:171). Namun, kemajuan teknologi juga dapat
memberikan dampak yang kurang baik dalam kehidupan manusia.
Manusia tidak bisa menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa teknologi membawa juga
malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia modern. Kemajuan teknologi, semula untuk
memudahkan manusia, ketika urusan semakin mudah, maka munculah kesepian dan
keterasingan baru, yaitu memudarnya rasa solidaritas, kebersamaan, dan persahabatan. Berbagai
aplikasi penunjang teknologi untuk berkomunikasi juga banyak berkembang seperti Instagram,
WhatsApp, Line, Telegram dan masih banyak lagi. Fenomena yang sering kita temui yaitu
penggunaan teknologi secara berlebihan. Penggunaan teknologi yang berlebihan cenderung
membuat seseorang terlalu bergantung pada teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,
akses informasi yang lebih mudah dapat membuat hoaks beredar dengan cepat dan dapat
membingungkan publik. Menurut Sudibyo (2011:182) ada beberapa dampak dari penggunaan
teknologi, sebagai berikut:
1. Internet
Dikhawatirkan siswa/mahasiswa bukannya benar-benar memanfaatkan teknologi
informasi dengan optimal, tetapi malah mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti
pomografi, game online. Bahkan dapat terkena cyber-relational addiction ialah keterlibatan
yang berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan
virtual affairs) sampai kehilangan kontak dengan hubungan hubungan yang ada dalam dunia
nyata.
2. Cyberbullying
Cyberbullying adalah bentuk kekerasan seksual, rasial, atau diskriminasi lainnya yang
terjadi melalui media elektronik seperti internet, telepon, atau pesan teks. Ini dapat
melibatkan pengiriman pesan yang mengancam, menghina, atau memfitnah seseorang, atau
membagikan informasi atau gambar tidak sah seseorang secara online tanpa izin mereka.
Cyberbullying dapat menyebabkan rasa sakit, kecemasan, dan depresi yang serius bagi orang
yang menjadi sasaran, dan dapat memiliki dampak jangka panjang pada kepercayaan diri
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 87
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Available online: http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JOGC
Saputra, D., et al.
dan kesehatan mental seseorang. Cyberbullying juga dapat merusak reputasi seseorang dan
menyebabkan masalah sosial atau pekerjaan.
3. Gangguan perilaku
Anak-anak cenderung memiliki imajinasi yang lebih luas dari orang dewasa. Oleh
karena itu, anak terkadang kesulitan dalam membedakan sesuatu yang nyata dan tidak.
Akibatnya, anak-anak lebih berisiko menirukan apa yang ia lihat, termasuk konten-konten
yang ada di internet tanpa mengetahui apakah hal tersebut nyata atau bisa dilakukan.
Sebagai contoh, ketika melihat konten yang mengandung adegan kekerasan, anak mungkin
merasa tertarik untuk mencoba melakukan hal yang sama. Hal ini dapat membuat anak
menjadi seseorang yang berperilaku kasar. Sebaliknya, saat melihat konten yang terlalu
menyeramkan bagi anak seusianya, anak dapat merasakan ketakutan secara berlebihan
hingga menjadi seorang yang penakut.
4. Tindakan kriminal (Cyber Crime).
Di dalam dunia pendidikan hal ini dapat terjadi, misalnya pencurian dokumen atau
aset penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang sesungguhnya dirahasiakan (dokumen
mengenai ujian akhir atau negara) dengan media internet.
Berdasarakan dampak tersebut dapat diketahui bahwa salah satu dampak negative dari
penggunaan teknologi adalah rawan akan terjadinya kasus Cyberbullying. Cyberbullying dapat
berbentuk: flaming, harassment (pelecehan), denigration, impersonation (penyamaran), cuting dan
trickery, exclusion (pengucilan) dan cyberstalking (Willard, 2007). Flaming adalah percakapan
singkat yang memanas antara dua orang atau lebih. Flaming pada umumnya menggunakan
bahasa yang kasar, vulgar, tidak sopan, penghinaan dan kadang-kadang ancaman. Harassment
adalah pelecehan yang dilakukan secara berulang-ulang kali dengan mengirim pesan menghina
seseorang yang dijadikan sebagai target. Denigration atau pencemaran nama baik adalah
pembicaraan tentang target yang membahayakan, berisi tentang kebohongan dan kejam. Outing
dan Tricker adalah memposting atau mengirim dan meneruskan komunikasi atau gambar pribadi
yang mengandung informasi pribadi dengan tujuan untuk mempermalukan targetnya. Exclusion
terkait dengan memfitnah anggota dalam kelompok dan mengusir individu dari suatu kelompok.
Cyberstalking adalah pengiriman pesan berbahaya yang dilakukan berulang-ulang, dapat berupa
ancaman yang membahayakan, menyinggung, menakutkan, atau melibatkan pemerasan.
Perilaku-perilaku tersebut tersebut dapat berdampak dan mempengaruhi kesehatan mental orang
lain yang menjadi target.
Beran dan Li (2005) menyatakan bahwa korban cyberbullying memunculkan kesehatan
mental yang negatif seperti meningkatnya kemarahan dan kesedihan. Korban cyberbullying
merasa kesepian, merasa kurang diterima oleh teman sebayanya, kurang optimis, dan kurang
memiliki pertemanan. Menurut (Jackson & Cohen, 2012) korban bullying mengalami
peningkatan depresi, gejala emosional seperti kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan masalah
perilaku, serta masalah dengan teman sebaya (Dooley, Shaw, & Cross, 2012). Penelitian yang
dilakukan oleh Kim, Georgiades, Comeau, Vitoroulis, dan Boyle (2016) menemukan bahwa
terdapat dampak negatif terhadap kesehatan mental korban cyberbullying.
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 88
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Kesehatan mental membahas tentang bagaimana manusia mengahadapi kesulitan hidup
dan berusaha mengatasinya, sambil merawat kesejahteraan. Kesehatan mental juga bisa
diartikan sebagai bidang kegiatan yang meliputi upaya pembinaan kesehatan jiwa, pengobatan
dan pencegahan, serta rehabilitasi gangguan kesehatan mental. Pengertian keempat, kesehatan
mental juga bisa diartikan sebagai sesuatu gerakan yang sekarang menyebar kemana-mana dan
membidik memberitahu seluruh dunia bahwa masalah kesehatan mental perlu dipertimbangkan
sepenuhnya oleh semua kelompok.
Menurut Zakiah Daradjat dalam (sulsilawati, 2017) bahwa, kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya
penyesuain diri sendiri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandasan
keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna bahagia dunia
dan akhirat. Adapun Konsep-konsep Kesehatan Mental Menurut Zakiah Daradjat:
1. Kesehatan jiwa adalah terhindarnya orang dari gejala gangguan kesehatan mental (neurosis)
dan gejala penyakit mental (psikosis). Berbagai kalangan psikiatri (kedokteran psikiatri)
melihat definisi tersebut secara positif ini. Seseorang dianggap sehat secara mental ketika
mereka bebas dari gangguan atau gangguan penyakit mental, yaitu ketakutan yang tidak
dapat dijelaskan, kemalasan, kehilangan ketegangan mempengaruhi seseorang dan ketika
gejala ini muncul peningkatan menyebabkan kecemasan, neurasthenia dan histeria. Ketika
berbicara tentang orang yang sakit jiwa, mereka cenderung memiliki perspektif yang
berbeda yang lain menyebutnya gila.
2. Kesehatan jiwa adalah kemampuan beradaptasi dengan dirinya sendiri, orang lain dan
masyarakat serta lingkungan tempat ia tinggal. Orang yang sehat mentalnya adalah orang
yang bisa untuk mengendalikan semua faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat
menghindari dirinya sendiri perasaan tertekan yang menyebabkan frustasi.
3. Kesehatan mental adalah pengetahuan dan tindakan yang bertujuan mengembangkan dan
memanfaatkan semua potensi, dan kemampuan dengan demikian membawanya ke
dalamnya kebahagiaan untuk diri sendiri dan orang lain dan hindari gangguan dan penyakit
jiwa. Definisi ini lebih menekankan pada pengembangan dan penggunaan semua kekuatan
dan bawaan, sehingga benar bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri. Dalam hal itu
manusia harus mengembangkan dan menggunakan potensinya sendiri dan jangan biarkan
bakat yang tidak layak menghasilkan kemauan itu menyebabkan ketidakbahagiaan,
ketakutan dan konflik dalam hidup.Seseorang yang mengembangkan potensi untuk
menyebabkan bahaya tidak dapat dikatakan bahwa seseorang itu memiliki mental yang
sehat karena membuka potensi dalam dirinya sendiri mengorbankan hak orang lain.
4. Kesehatan mental adalah perwujudan keselarasan sejati antara fungsi dan kemampuan jiwa
menangani dan merasakan masalah umum dan merasakan kebahagiaan positif dan
kemampuan diri. Seseorang dianggap sehat secara mental jika mereka menghindari gejala
penyakit jiwa dengan menggunakan potensinya menyelaraskan aktivitas jiwa dalam dirinya.
ketakutan dan kekacauan batin manusia menghilang ketika aktivitas jiwa dalam dirinya
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 89
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Available online: http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JOGC
Saputra, D., et al.
seperti pikiran, emosi, sikap, jiwa, pandangan dan keyakinan dalam hidup berjalan
beriringan sehingga keharmonisan menguasai dirinya.
Dari berbagai dampak yang dikemukakan terkait penggunaan teknologi di atas, peneliti
memilih masalah cyberbullying dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental remaja dengan
alasan maraknya fenomena cyberbullying yang tidak bisa dianggap remeh. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja.
Metode
Desain Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan kuesioner
untuk mengumpulkan data. Desain ini memungkinkan kita untuk memeriksa beberapa variabel
dan hipotesis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur variabel dan melihat apakah
ada pengaruh antara cyberbullying dan kesehatan mental.
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja berusia 15-21 tahun. Pemilihan partisipan
dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik
pengumpulan data dengan kriteria tertentu yaitu: 1) Remaja dengan rentang usia 15-21
tahun, 2) Memiliki gadget atau smartphone, 3) menggunakan internet, 4) memiliki
pengalaman terkait dengan cyberbullying.
2. Pengukuran
Dalam penelitian ini menggunakan skala cyberbullying yang dibuat sendiri oleh peneliti
yang dikembangkan dari bentuk-bentuk cyberbullying menurut Williard (2007), sedangkan
skala kesehatan mental menggunakan di kembangkan berdasarkan bentuk kesehatan mental
menurut zakiyah daradjat.
3. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis statistic
dengan menggunakan bantuan software SPSS Versi 25. Langkah awal yang dilakukan yaitu
melakukan uji normalitas Kolomogrov Smirnov untuk mengetahui tren distribusi data.
Teknik yang digunakan dengan uji linieritas menggunakan Anova.
Hasil dan Diskusi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data perlu dilakukan untuk mengetahui pola sebaran data apakah data
tersebut berdistribusi normal atau tidak. Distribusi data akan menentukan pengolahan data
pada tahap selanjutnya yaitu pada uji linieritas. Uji Normalitas yang dilakukan pada
penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS
Versi 25.
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 90
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Tabel 1. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N
92
Mean
.0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
14.37566940
Absolute
.080
Positive
.050
Most Extreme Differences
Negative
-.080
Test Statistic
080
Asymp. Sig. (2-tailed)
.199c
Berdasarkan tabel di atas dapat di ketahui jumlah responden sebanyak 92 orang.
Tingkat signifikansinya yang di tunjukkan pada Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0.199.
Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) 0.199 lebih besar dari 0.05 sehingga data tersebut dapat dinyatakan
berdistribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji Linieritas dilakukan dengan munggunakan Anova untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja.
Model
1
Regression
Residual
Total
Tabel 2. Uji Linieritas
ANOVAa
Sum of
Mean
df
F
Squares
Square
31329.952 1
31329.952 149.936
18806.048 90 208.956
50136.000 91
Sig.
.000b
Berdasarkan table di atas diketahui bahwa nilai F hitung adalah sebesar 149.936
dengan tingkat signifikansi 0.000 lebih kecil dari 0.005 jadi dapat disimpulkan bahwa
terdapat penguruh Cyberbullying terhadap kesehatan mental.
Tabel 3. UJi Koofesien Determinasi
Model Summary
Model
1
R
.791a
R Square
.625
Adjusted R Square
621
Std. Error of the Estimate
14.455
Dari table diatas di katahui bahwa nilai korelasi atau hubungan R adalah 0.791. dari
output tersebut diperoleh koofesien determinasi (R Square) adalah 0.625 yang berarti bahwa
pengaruh cyberbullying terhadap kesehatan mental adalah sebesar 62.5%. terdapat tiga
kategori dalam pengelompokan R Square yaitu untuk kategori kuat berada di angka 75%,
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 91
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Available online: http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JOGC
Saputra, D., et al.
moderat 50%, dan lemah 25%. Tingkatan pengaruh cyberbullying terhadap kesehatan mental
adalah sebesar 62.5% yang berarti berada dalam kategorikan moderat atau sedang.
3. Pembahasan Hasil
Pada masa remaja, setiap orang mengalami masalah yang berbeda-beda tak
terkecuali menagalami kasus cyberbullying. Bagi sebagian orang, masalah ini dapat
menyebabkan ganguan kesehatan mental seperti cemas dan depresi. Sehingga penting bagi
remaja untuk menjaga kesehatan mental dengan tidak terlibat dalam kasus cyberbullying baik
sebagai pelaku maupun korban. (Safaria, 2016) menemukan bahwa 80 dari 102 siswa pernah
mengalami cyberbullying yang berdampak pada psikologi siswa. Sementara itu (Rahayu,
2012) juga mengatakan bahwa cyberbullying dapat memiliki efek jangka panjang pada korban,
termasuk depresi, kesedihan terus-menerus, frustrasi, dan kehilangan kepercayaan diri.
Faktanya, kesehatan mental yang buruk dapat menyebabkan bolos sekolah, melukai diri
sendiri, dan bahkan bunuh diri. Cyberbullying sendiri dapat merusak jiwa dan kondisi mental
remaja.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh cyberbullying yang cukup
tinggi terhadap kesehatan mental remaja atau berada dalam kategore moderat. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa cyberbullying dapat mempengaruihi kesehatan mental
remaja hingga 62.5% berdasarkan hasil uji koofesien determinasi (R Square) 0.625. hal ini
dapat dibuktikan berdasarkan uji linieritas diperolah tingkat signifikansi sebesar 0.000 yang
mana hasil tersebut lebih rendah dari 0.005 sehingga dapat diartikan terdapat pengaruh yang
signifikan antara cyberbullying dengan kesehatan mental. Pengaruh yang di hasilkan oleh
cyberbullying yaitu semakin tinggi perilaku cyberbullying maka semakin rendah kesehatan
mental remaja, dan begitupun sebaliknya semakin rendah tingkat cyberbullying maka semakin
tinggi kesehatan mental remaja.
Pengaruh yang dihasilkan oleh cyberbullying terhadap kesehatan mental berada di
angkat 62.5% dengan kategori moderat atau sedang. Hasil ini juga dapat di artikan bahwa
kesehatan mental juga dapat di pengaruhi oleh faktor lain. Kesehatan mental tidak hanya di
pengaruhi oleh cyberbullying menurut (Alvin Nadhiroh, 2022) ada bebeparapa faktor lain
yang mempengaruhi kesehatan mental remaja, seperti pola asuh orang tua, konflik keluarga,
masalah kesehatan, hingga perubahan sosial atau lingkungan individu. Hasil penelitian ini
juga di dukung oleh penelitian lain di anataranya (Fifyn Srimulyana Nigrum 2020)
menyatakan
bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara cyberbullying
victimization dengan kesehatan mental pada remaja. Artinya, semakin rendah cyberbullying
victimization, maka akan semakin tinggi kesehatan mental remaja dan sebaliknya. Semakin
tinggi cyberbullying victimization maka akan semakin rendah kesehatan mental pada remaja.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh cyberbullying terhadap kesehatan
mental remaja sebesar 62.5%. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat signifikansi 0.000<0.005
yang mana artinya terdapat pengaruh antara cyberbullying terhadap kesehatan mental remaja.
Namun dari penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental remaja juga bisa di
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 92
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
pengaruhi oleh faktor lain seperti seperti pola asuh orang tua, konflik keluarga, masalah
kesehatan, hingga perubahan sosial atau lingkungan individu.
Referensi
Agung Is Hardiyana Febry. (2021). Mengenal Zakiah Daradjat Dan Pemikirannya Dalam
Konsep Kesehatan Mental. AL MUSYRIF: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 1(1), 60–
86. http://ejournal.iaidalwa.ac.id/index.php/almusyrif/index.
Alvin Nadhiroh & Atika Dian Ariana (2022). Hubungan Cyberbullying dengan Kesehatan
Mental Remaja. Buletin Riset Psikologi dan Kesehatan Mental, X, 1-8.
Beran, T., & Li, Q. (2005). Cyber-harassment: A study of a new method for an old behavior.
Journal ofEducational Computing Research. 32(3), 265-277.
Buhal. (2000). Visi Iptek memasuki milenium III. Jakarta: UI Press.
Cahyono. A. S. 2016. Pengaruh Media Sosial terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di
Indonesia. Skripsi. Universitas Tulungagung.
Dooley, J. J., Shaw, T., & Cross, D. (2012). The association between the mental helath and
behavioural problems of students and their reactions to cyber-victimization. European
Journal of Developmental Psychology. 9(2),275-289.
Dwiningrum. 2012. Ilmu Sosial & Budaya Dasar.Yogyakarta: UNY Press.
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1997), hlm. 132.
Jackson, C. L., & Cohen, R. (2012). Childhood victimization: Modeling the relation between
classroom victimization, cyber victimization, and psychosocial functioning. Psychol Pop
Media Cult. 1(4), 254-269.
Morrisan. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana, 2012
Ningrum, F. S., & Amna, Z. (2020). Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental. Jurnal
Psikologi dan Kesehatan Mental, 5(1), 35–48. https://doi.org/10.20473/jpkm.V5I12020.35-48
Kim, S., Georgiades, K., Comeau, J., Vitoroulis, I., & Boyle, M., H. (2016). The association
between cyberbullying victimization and adolescent mental helath: A comparative study
between traditional types of bullying versus cyberbullying. Journal of The American
Academy of Child & Adolescent Psychiatry. 55.
Rahayu A, Rahman F, Marlinae L, Husaini, Meitria, Yulidasari F, et al. Buku Ajar Gizi 1000
Hari Pertama Kehidupan. Yogyakarta : CV Mine ; 2018.
Safaria, T. (2016). Prevalence and impact of cyberbullying in a sample of indonesian junior high
school students. The Turkish Online Journal of Educational Technology, 15(1), 82-91.
Sudibyo, Lies. 2011. “Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di
Indonesia”. Jurnal WIDYATAMA Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Vol.
20, No.2: 175-185.
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 93
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642
Cenderawasih Journal of Counseling and Education
Vol.1, No.2, 2022
Available online: http://ejournal.uncen.ac.id/index.php/JOGC
Saputra, D., et al.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Sudrajat, A. (2020). Apakah Media Sosial Buruk untuk Kesehatan Mental dan Kesejahteraan?
Jurnal Tinta, 2(1), 41–52.
Susilawati. (2017). Kesehatan Mental Menurut Zakiah Daradjat. UIN Raden Intan Lampung.
Syah, R. & Hermawati, I. (2018). Upaya pencegahan kasus cyberbullying bagi remaja pengguna
media sosial di indonesia. Jurnal PKS, 17(2), 131-146.
Willard, Nancy E. 2007. Cyberbullying and Cyberthreats: Responding to the Challenge of
Online Aggression, Threats, and Distress. United States, Research Press.
Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja
| 94
Universitas Cenderawasih | DOI: 10.31957/cjce.v1i2.2642