Alauddin Scientific Journal of Nursing, 2020, 1(1), 55-65
Available online at : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/issue/view/1328
Received Desember 2020, Accepted Desember 2020
DAMPAK CYBERBULLYING PADA REMAJA DI MEDIA SOSIAL
Agustin Sukmawati1*, Ayu Puput Budi Kumala1
1) Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Jl. Budi Utomo No.10, Ronowijayan, Kec. Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
*E-mail korespondesi :
[email protected]
ABSTRAK
Perkembangan jejaring sosial media sangat luar biasa, dengan akses yang sangat mudah dan
lingkup pertemanan yang tanpa batas sehingga semua kalangan tanpa memandang status sosial
mulai dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak begitu antusias dalam menggunakan media
sosial khusunya dari kalangan remaja. Jejaring sosial juga dijadikan sebagai tempat mengeluarkan
luapan emosi, dan tidak jarang juga untuk mengungkapkan kemarahan dalam bentuk cacian
maupun hinaan yang sering disebut dengan cyberbullying. Tujuan penulisan mengetahui dampak
cyberbullying pada remaja di media sosial. Metode yang digunakan adalah literatur review
menggunakan artikel dan jurnal dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 yang didapat dari
database elektonik Google Scholar. Hasil dari berbagai penelitian menunnjukkan bahwa
cyberbullying pada remaja di media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang
mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial.
Dampak cyberbullying yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku
dan korban juga akan berdampak.
Kata kunci: Cyberbullying; remaja; sosial media.
ABSTRACT
The development of social media networks is extraordinary, with very easy access and unlimited friendships
so that all groups regardless of social status ranging from old, young, and even children are so enthusiastic
in using social media especially teenagers. Social networks are also used as a place for emotional outbursts,
and it is not uncommon to express anger in the form of insults or insults which are often referred to as
cyberbullying. The purpose of writing is to determine the impact of cyberbullying on adolescents on social
media. The method used is literature review using articles and journals from 2016 to 2020 obtained from the
Google Scholar electronic database. The results of various studies show that cyberbullying on adolescents on
social media has a huge impact that affects all aspects of life from psychological, physical, and social aspects.
The impact of cyberbullying that is felt is not only the victim, but the perpetrator, perpetrator and victim will
also have an impact.
Keywords: Cyberbullying; adolescence; social media.
A. PENDAHULUAN
Media sosial merupakan sarana untuk melakukan interaksi sosial dengan menggunakan
teknologi berbasis website untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif yang sangat
mudah diakses dan terukur. Dapat digunakan untuk berbagi, berpartisipasi dan menciptakan
konten yang didukung oleh teknologi multimedia yang semakin canggih. Melalui media
sosial memungkinkan informasi menyebar dengan mudah dan cepat sehingga
mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya manusia. Melalui media sosial,
manusia juga diajak berdialog, mengasah ketajaman nalar dan psikologisnya dengan alam
55
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
yang tampak pada layar. Namun, tidak disangkal bahwa pesan-pesan yang ditayangkan
melalui media elektronik ini dapat mengarahkan khalayak, baik ke arah perilaku prososial
maupun antisosial (Pandie & Weismann, 2016). Seiring dengan kemajuan dan perkembangan
teknologi informasi tersebut, remaja sebagai pengguna cenderung lebih banyak
menghabiskan waktu di dunia maya.
Masa remaja awal menjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa
remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha mengenal diri melalui
eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri sebagai upaya untuk dapat
diterima sebagai bagian dari lingkungan. Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan
ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari
kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk di dalamnya kenakalan-kenakalan berbentuk
cyberbullying (Malihah, 2018).
Di Indonesia, jumlah remaja yang menjadi korban cyberbullying dilaporkan sebesar 80%, dan
hampir setiap harinya remaja mengalami cyberbullying (Safaria, 2016). Menurut laporan United
Nations Children’s Fun (UNICEF) pada tahun 2016, korban cyberbullying di Indonesia mencapai
41-50% (Harususilo, 2018).
Selain itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa pelajar di sekolah
rentan menjadi korban cyberbullying. Per tanggal 03 September 2018 pukul 18.00 WIB, KPAI
melaporkan bahwa kasus yang berhubungan dengan dunia maya telah melibatkan 3.096
remaja. Dari jumlah tersebut, terungkap data korban kasus bullying di media sosial sebanyak
83 remaja, dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak 32 dan perempuan sebanyak 51 (KPAI,
2018; Subagja & Pradana, 2018).
Menurut Prabawa, A.F. (2018) bahwa salah satu indikator era disruptif yakni perkembangan
IPTEK diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu akan menjadi sebuah peluang
ataupun tantangan, bergantung pada cara masyarakat dalam menyikapi. Peluang yang dapat
kita lihat adalah remaja masa kini berkembang menjadi individu yang multi tasking,
gandrung IPTEK, berfikir kritis, penuh percaya diri, dan memiliki jejaring pertemanan yang
luas. Kontras dengan peluang, tantangan remaja saat ini adalah terbiasa hidup dalam
atmosfer informasi yang tersedia dengan cepat sehingga memiliki kecenderungan berjiwa
egosentris dan serba instan. Bila sisi negatif tidak disikapi dengan baik, maka akan membawa
dampak yang merugikan.
Dampak negatif internet yang bisa terjadi yaitu pornografi, kecanduan internet, violence and
gore (kekejaman dan kesadisan), penipuan, carding, dan cyberbullying (Ritonga & Andhika,
2012). Kasus cyberbullying sama seperti fenomena gunung es, dimana kasus yang terlihat di
publik hanya sedikit padahal bisa saja sebenarnya kasus cyberbullying banyak terjadi.
Seseorang yang menjadi korban cyberbullying biasanya memiliki masalah sebelumnya dengan
pelaku, seperti pelaku memiliki perasaan iri, dendam dan kebencian kepada korban atau bisa
saja pelaku hanya sekedar menjadi bahan bercandaan dalam melakukan cyberbullying
(Rahayu, 2012).
Cyberbullying adalah masalah besar, dan dapat menimbulkan beragam dampak atau akibat
pada remaja. Menurut Priyatna (2010) remaja yang mengalami cyberbullying dilaporkan
merasa marah, sakit, malu atau takut. Emosi-emosi tersebut dapat membuat korban bereaksi
untuk membalas dendam pada pelakunya, menarik diri dari pergaulan dan aktivitas yang
56
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
biasa dilakukan sebelumnya dan “berubah” menjadi sama-sama suka melakukan
cyberbullying.
Menurut Navarro, Yubero & Larranaga (2016), dampak dari cyberbullying yaitu: 1) Fisik:
remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung,
kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan. 2) Psikologis dan Emosional: remaja
merasakan takut, perasaan teror, kecemasan, penderitaan, kesedihan, stres dan gejala depresi.
3) Sekolah terkait: remaja kurang termotivasi untuk ke sekolah dan penurunannya tingkat
konsentrasi atau nilai akademik. 4) Psikososial: remaja memiliki perasaan isolasi dan
kesendirian, pengucilan dan bahkan penolakan sosial. Dampak negatif dari perilaku bullying
dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan (psikologis, fisik maupun sosial) yang akan
terus mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Sehingga penting bagi perawat untuk
mencegah dan menanggulangi perilaku bullying. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan
fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) yang berfokus
pada upaya promotif dan preventif terkait pengetahuan dan cara pengendalian prilaku
bullying serta mencegah dampak terhadap masalah kesehatan (Stuart, 2016).
B.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan ini merupakan studi literature review. Data
diperoleh dari database elektronik yakni Google Schoolar antara tahun 2016 sampai tahun
2020. Peneliti memilih sendiri artikel sesuai dengan judul dan abstrak, dan membedakan dari
tujuan dokumen dan artikel yang berbeda. Masing-masing dari 10 artikel yang dipilih untuk
dibaca dengan cermat dari abstrak, tujuan, data analisis dari peneliti untuk mengumpulkan
informasi tentang dampak cyberbullying pada remaja di media sosial. Kriteria inklusi: artikel
yang memiliki judul dan isi yang relevan, artikel penelitian yang dipublikasi pada 2016-2020.
Kriteria ekslusi: artikel tidak memiliki struktur lengkap, review artikel, yang tidak membahas
dampak cyberbullying.
C. HASIL PENELITIAN
Dampak Psikologis
Shultz, Heilman dan Hart (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa cyberbullying
yang dilakukan di Amerika merupakan bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan di media
melalui pesan yang diposting secara luas dan dapat diketahui oleh banyak orang dalam
waktu yang singkat. Pada saat terjadi bullying terjadi respon timbal balik antara pelaku dan
korban, sebesar 90% dan pada umumnya pelaku memulai percakapan sebanyak 48%.
Peningkatan mengakses media sosial berisiko terhadap terjadinya cyberbullying, kondisi ini
sangat berbahaya bagi generasi muda yang masih labil psikologisnya. Cyberbullying
umumnya terjadi karena memburuknya sebuah hubungan, baik dengan teman dekat, pacar
atau pasangan. Kerusakan hubungan yang terjadi seringkali menjadi alasan menyerang lawan
melalui media sosial, baik dengan kata-kata yang langsung ditujukkan pada korban, atau
berupa sindiran. Serangan yang dilancarkan melalui media elektronik berdampak pada
masalah psikologis yang serius. Korban merasa rapuh dan sendiri serta merasakan akibatnya
dalam jangka panjang dibandingkan tradisional bullying (Notar, Padgett, dan Roden, 2013).
Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parkington, Bilsbury and Leblanc
(2012) dalam (Sari and Suryanto, 2016) menemukan dampak cyberbullying pada remaja
dimana mereka menderita gangguan mood sebanyak 32%, gejala depresi sebanyak 15% dan
perilaku tidak normal sebelum bunuh diri sebanyak 37%. Dampak emosional dari penindasan
57
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
cyberbullying sebanyak 68,5% remaja mengalami beberapa emosi negatif seperti kemarahan,
kesal, khawatir, stress, ketakutan dan perasaan depresi (Bottino et al., 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Fahy, Stansfeld, Smuk, Smith, Cummins, dan Clark (2016)
menyatakan bahwa ada hubungan antara cyberbullying dengan kesehatan mental. Dengan
tingginya prevalensi cyberbullying, hal ini berpotensi lebih besar untuk membuat korban
mengalami gejala depresi, gejala kecemasan, dan kesejahteraan remaja di bawah rata-rata hal
ini juga didukung oleh meningkatnya penggunaan perangkat seluler dan internet pada
remaja. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Desmet, Deforche, Hublet, Tanghe,
Stremersch, dan Bourdeaudhuij (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan antara
cyberbullying victimization dengan kesehatan mental seperti adanya keinginan untuk bunuh
diri.
Elgar, Napoletano, Saul, Dirks, Craig, Poteat, Holt, dan Koening (2014) dalam penelitiannya
juga menemukan bahwa cyberbullying victimization berhubungan dengan masalah kesehatan
mental pada remaja seperti, kepuasan hidup, kesejahteraan emosional dan perilaku sosial.
Dampak Psikososial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safaria, Tentama dan Suyono (2016) menunjukkan
bahwa cyberbullying memberikan dampak psikososial yang negatif pada korban. Dampak
negatif akibat cyberbullying tergantung frekuensi, durasi dan keparahan dari cyberbullying itu
sendiri. Korban cyberbullying mengalami tekanan emosional dan perilaku mereka.
Beran et al., (Syah & Hermawati, 2018) membuktikan bahwa korban cyberbullying mempunyai
pengalaman buruk berupa dimarahi orang lain di dunia online dapat menyebabkan
hilangnya kepercayaan, atau mereka sebagai korban akan menjadi cyberbullies atau terus
menjadi korban. Selain itu, ketika kekerasan secara online terjadi korban hingga menangis,
merasa malu, kehilangan teman di sekolah, tertekan, dan mengalami insomnia setelah
perlakuan cyberbullying.
Dampak Akademik
Hasil penelitian Ningrum F.S. dan Zaujatul Amna (2020) diketahui bahwa terdapat 177
(84,7 persen) sampel yang memiliki pengalaman cyberbullying victimization merasa tidak
terganggu dengan proses belajar dan merasa aman di sekolahnya, dan sebanyak 32 (15,3
persen) sampel merasa sangat terluka dan terganggu belajarnya dan juga merasa tidak aman
di sekolah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Smokowski, Evans, dan Cotter (2014) yang
menyatakan bahwa cyberbullying victimization memiliki dampak negatif bagi individu di
lingkungan sekolah yang berpengaruh pada kemampuan individu selama di sekolah. Beran
dan Li (2007) menambahkan bahwa individu yang menjadi korban cyberbullying akan
memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi. Semakin sering korban memperoleh perlakuan
cyberbullying, maka akan semakin memberikan dampak buruk pada diri korban di dalam
kehidupan.
Cyberbullying juga berdampak dimana korban merasa tidak nyaman dan tertekan, kondisi
tersebut membuat korban tidak semangat untuk melakukan aktifitas dan jarang masuk kelas.
Banyak korban yang mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak
melanjutkan sekolah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan angka pengangguran sehingga
semakin banyak kasus kenakalan pada remaja (Omoniyi, 2013; Nakou, 2014).
58
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
Hasil penilitian Laeheem (2013) menunjukkan bahwa adanya gejala lain yang dimunculkan
diantaranya merasa terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan merasa
sendiri (Laeheem, 2013). Selaras dengan penilitian Aisiyai (2015) yang menyatakan bahwa
korban tidak berani berangkat sekolah, mengalami penurunan prestasi akademik.
Penyerangan yang berulang ini akan dapat mempengaruhi rasa kepercayaan diri seseorang
menjadi rendah.
Dampak Fisik
Berdasarkan hasil penelitian Triyono, Rimadani (2019), diketahui bahwa korban
mengalami berbagai dampak fisik cyberbullying yaitu dampak fisik seperti sakit kepala yang
tidak mengenakan, gangguan tidur atau sulit tidur yang berakibat pada kesehatan tubuh
korban seperti terkadang merasa ngantuk di pagi hari, mata memerah, berkantung mata, dan
mata seperti ditusuk-tusuk dan korban juga kehilangan nafsu makan dan merasa mual,
dimana hal tersebut saling keterkaitan satu sama lain sehingga membuat diri korban merasa
tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak fisik
cyberbullying di media sosial pada remaja korban ini yaitu korban yang sulit untuk
mengontrol pikirannya dan sikapnya terhadap apa yang dilakukan oleh teman-temannya
sehingga membuat korban merasakan dampak fisik yang tidak mengenakkan tersebut, selain
itu dengan tipe kepribadian korban yang pemikir membuat korban mudah mendapatkan
beban pikiran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik.
Selaras dengan penelitian Navarro, Yubero & Larranaga (2016) bahwa dampak dari
cyberbullying yaitu remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan,
sakit punggung, kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan. Menurut Townsend,
M.C. (2009) cyberbullying bisa menyebabkan gangguan fisik yang menyertai anoreksia, makan
berlebihan, insomnia, sakit kepala, sakit punggung dan nyeri.Laeheem (2013) dampak
cyberbullying dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti sulit tidur, nafsu
makan menurun.
D. PEMBAHASAN
Tidak bisa dipungkiri, saat ini dunia tengah menyaksikan perubahan sosial dan budaya
yang dikendalikan teknologi informasi (internet). Penggunaan internet akan membawa
banyak manfaat jika pengguna bijak dalam memanfaatkannya, namun jugu sebaliknya.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Prabawa, A.F. (2018) bahwa salah satu indikator era
disruptif yakni perkembangan IPTEK diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu
akan menjadi sebuah peluang ataupun tantangan, bergantung pada cara masyarakat dalam
menyikapi. Peluang yang dapat kita lihat adalah remaja masa kini berkembang menjadi
individu yang multi tasking, gandrung IPTEK, berfikir kritis, penuh percaya diri, dan
memiliki jejaring pertemanan yang luas.
Internet memiliki dampak positif, namun apabila disalahgunakan akan menimbulkan
dampak negatif salah satunya yaitu cyberbullying. Hal ini juga didukung dengan penelitian
yang dilakukan oleh Utami (2014) didapatkan bahwa cyberbullying adalah salah satu
penyebab terjadinya penyalahgunaan internet dari media sosial di kalangan remaja. Interaksi
di media sosial bisa dilakukan tanpa harus tatap muka dan juga dapat berinteraksi dengan
orang yang dikenal maupun tidak dikenal.
Bagi generasi muda khususnya remaja memiliki ketertarikan yang besar terhadap media
sosial, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayun P.Q (2015) menyatakan bahwa remaja
59
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
mengekspresikan dirinya dan membangun identitas dirinya dan mencitrakan dirinya serta
mengekspresikan masalah pribadi melalui media sosial. Kehadiran media sosial dikalangan
remaja, menjadi bercampuraduknya masalah pribadi dengan masalah publik. Tidak semua
hal bisa dibagikan di media sosial, pemilik akun harus bisa memfilter segala sesuatu yang
masuk atau akan dibagikan sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari.
Cyberbullying menghadirkan tantangan yang serius untuk kehidupan sosial yang harus
mendapatkan perhatian dalam dunia digital. Ini merupakan kejadian yang menakutkan bagi
semua orang terutama bagi remaja menyebabkan depresi, harga diri rendah, tidak mampu
berkonsentasi di kelas, turunnya nilai akademik, cemas dan bahkan bunuh diri (Teasley M,
2013).
Melihat besarnya bahaya yang diakibatkan oleh kejadian tersebut, maka perlu adanya upaya
yang terus dikembangkan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat, khususnya
pengguna media sosial, untuk menggunakannya secara baik dan bijaksana serta
mengntisipasi segala hal yang dapat merugikan, serta menyakiti orang lain. Menebarkan
kebencian, ancaman, dan kemarahan di media sosial adalah tindakan kekerasan yang
berdampak secara luas dan serius. Pelaku cyberbullying seringkali merasa superior dan
membenarkan perilaku yang dilakukannya terhadap korban. Perempuan sering menjadi
target dari cyberbullying, baik dilakukan oleh laki-laki maupun sesama perempuan (Notar,
Padgett, dan Roden, 2013).
Mendez-Baldwin, Cirillo, Ferrigno dan Argento (2015) menyatakan bahwa 1 dari 3 remaja
pernah menjadi korban cyberbullying dan mereka menyampaikan kejadian yang dialaminya
kepada orang tua, guru, atau pada orang dewasa lainnya. Perlunya kewaspadaan dari orang
tua, guru atau dosen serta orang disekitar korban, untuk meperhatikan perubahan perilaku
yang terjadi seperti sering murung, kurang percaya diri, malas beraktivitas, perubahan pola
tidur dan pola makan, serta menarik diri dari kehidupan sosial. Orang tua harus mengetahui
media sosial yang digunakan oleh anaknya, sehingga bisa mengontrol jika ada masalah yang
muncul dari media sosial yang digunakan. Diperlukan komunikasi yang terbuka antara orang
tua dengan anak remaja sebagai bentuk antisipasi adanya cyberbullying.
Kondisi kesehatan mental korban cyberbullying dapat ditinjau dari afek negatif (psychological
distress) seperti hubungannya dengan kecemasan sosial, stres emosional, penggunaan obat
terlarang, gejala depresi, hingga ide dan usaha untuk bunuh diri (Bottino, Regina, Correia, &
Ribeiro, 2015). Korban cenderung menderita frustrasi, gelisah, depresi, kelelahan, merasa
harga diri berkurang, sulit untuk konsentrasi, murung, menyalahkan diri sendiri, mudah
marah hingga bunuh diri (Donegan, 2012; Dinkes, 2015). Raskauskas dan Stoltz (2007)
memberikan pertanyaan secara terbuka kepada remaja mengenai efek negatif dari
cyberbullying dan 93% korban melaporkan dampak negatif dengan sebagian besar perasaan
sedih, putus asa, dan ketidakberdayaan.
Pengalaman cyberbullying dapat memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan emosional
dan psikologis remaja. Pelanggaran cyberbullying dikaitkan dengan emosi negatif seperti
kesedihan, kemarahan, frustrasi, malu, atau ketakutan (Hinduja & Patchin 2007; Patchin &
Hinduja 2011; Ybarra, Espelage, & Mitchell 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Beran dan
Li (2005) juga menyatakan bahwa para korban cyberbullying memunculkan kesehatan mental
yang negatif seperti meningkatnya kemarahan dan kesedihan. Korban cyberbullying merasa
kesepian, merasa kurang diterima oleh teman sebaya, menurunnya optimisme, dan memiliki
lebih sedikit persahabatan (Jackson & Cohen, 2012). Lebih lanjut, korban cyberbullying
60
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
mengalami peningkatan depresi, gejala emosional seperti sedih, takut, marah, dan masalah
perilaku, serta masalah dengan teman sebaya (Dooley, Shaw, & Cross, 2012)
Sartana dan Afriyeni (2017) menyatakan bahwa menurut pendapat Center for Disease Control
remaja yang menjadi korban cyberbullying akan memiliki risiko lebih tinggi yang berkaitan
dengan masalah akademis. Begitupula Faryadi (2011) yang membuktikan bahwa adanya
hubungan cyberbullying dan kemampuan emosional serta performa akademik. Cyberbullying
memengaruhi performa akademik dalam tiga dampak yaitu, negatif, netral, dan positif.
Dampak tersebut tergantung pada kemampuan korban dalam pengelolaan emosi, bentuk
cyberbullying yang diterima korban, dan dukungan dari orang sekitar korban. Pertama, korban
yang mengalami dampak negatif disebabkan oleh usia dan rendahnya kemampuan
pengelolaan emosi. Kedua, korban yang tidak terpengaruh pada performa akademiknya
dikarenakan bentuk cyberbullying khusus yang tidak ditujukan secara langsung atau
memberikan konsekuensi negatif. Ketiga, korban yang memiliki performa akademik yang
positif apabila memiliki pengelolaan emosi maupun supporting system yang baik.
Cyberbullying memiliki dampak yang dirasakan bukan hanya korban saja, melainkan pelaku,
pelaku dan korban juga akan berdampak. Pada usia remaja banyak perubahan yang dialami
seperti perubahan biologis, psikologis maupun perubahan sosial. Ketika remaja memiliki
konflik dengan lingkungan sekitarnya apabila tidak ditangani dengan baik akan berdampak
negatif (Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI], 2016). Pada hasil penelitian ini korban
menimbulkan dampak seperti tertekan dan perasaan marah. Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nixon (2014) bahwa kebanyakan dari target cyberbullying mengalami
setidaknya satu gejala stress, selain itu untuk dampak fisik yang terjadi adalah sakit kepala
dikarenakan korban memikirkan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya salah satunya yaitu
dengan adanya gas kejadian tindakan cyberbullying ini.
Peran perawat dalam menangani dampak ini adalah perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan seperti bagaimana cara untuk melakukan manajemen koping yang baik dan
manajemen marah pada remaja (Smokowski, et al. 2014). Menurut penelitian Chang
(2013) menunjukkan bahwa biasanya seseorang yang menjadi pelaku akan timbul dampak
perasaan malu kepada korban dan lingkungan sekitar karena telah melakukan tindakan
cyberbullying dan akan muncul dampak yang lebih parah lagi yaitu penurunan harga diri.
Pelaku akan takut dan malu bertemu dengan teman-temannya di sekolah dikarenakan akan
banyak orang yang ikut menyalahi atas perbuatan yang dilakukan pelaku kepada korban.
Pada saat ini peran perawat yang dapat dilakukan kepada pelaku adalah meningkatkan
kepercayaan diri pelaku kembali dan meningkatkan harga diri pelaku dalam kehidupan
sehari-hari agar dampak yang terjadi tidak lebih parah dirasakan pelaku (Ouytsel, et al.
2015).
Pada bentuk cyberbullying dampak yang terjadi pada seseorang yang sekaligus pernah
menjadi pelaku dan korban adalah adanya perasaan lega namun di sisi lain ada perasaan
takut, cemas, dan menyesal. Hal ini terjadi ketika ia menjadi korban ada perasaan cemas
dikarenakan telah menerima pesan bullying dari pelaku dan saat menjadi pelaku ia merasa
menyesal dikarenakan ia Mengingat bahwa dahulu pernah juga merasakan dampak yang
terjadi pada korban (Willard 2007). Peran perawat dalam menangani dampak ini yaitu
melakukan manajemen koping dan manajemen cemas untuk menghindari tingkat kecemasan
yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya (Byrne, et al. 2018).
61
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
E.
KESIMPULAN
Hasil berbagai penelitian menggambarkan bahwa cyberbullying pada remaja di media
sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan
mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak cyberbullying yang dirasakan
bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak.
F. REFERENSI
Aini, Khusnul, Rista Apriana. 2018. Dampak Cyberbullying Terhadap Depresi pada
Mahasiswa Prodi Ners. Jurnal Keperawatan, 6(2):91-97.
Aisiyai & Ifeoma. (2015). Exploring bullying in nigerian secondary school and school
administrators strategies for its’ management department of educational administration
and policy studies. Journal of Educational and Social Research, 5 (2).
doi:10.5901/jesr.2015.v5n2p305
Ayun P.Q (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk
Identitas.
Channel
Vol
2
No.2,
Oktober
2015
hal
1-16
ISSN:
23389176.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=374823&val=7244.
Behavior and Society. Journal of Child & Adolescent Behavior, 2013. DOI: 10.4172/23754494.1000119. https://www.omicsonline.org/openaccess/
Beran, T., & Li, Q. (2007). The Relationship Between Cyberbullying and School Bullying.
Journal of Student Wellbeing, 1(2):15-33.
Bottino, S. M. B. et al. (2015) Cyberbullying and adolescent mental health: systematic review,
Cadernos de Saúde Pública, 31(3):463–475. DOI: 10.1590/0102-311x00036114.)
Byrne, E., Vessey, J.A., Pfeifer, L. (2018). Cyberbullying and social media: information and
interventions for school nurses working with victims, students, and families. The Journal
of School Nursing, 27:142–148.
Chang FC, et al. (2013). Relationships among cyberbullying, school bullying, and mental health
in
taiwanese
adolescents.
Journal
of
School
Health,
83(6).
cyberbullyingyouthbehaviorandjcalb.1000119.
Desmet, A., Deforche, B., Hublet, A., Tanghe, A., Stremersch, E., & Bourdeaudhuij, I. D.
(2014). Traditional and cyberbullying victimization as correlates of psychological distress
and barriers to a helathy lifestyle among severely obese adolescents-a matched casecontrol study on prevalence and results from a cross-sectional study. BioMed Central
Public Health, 1-12.
Dooley, J. J., Shaw, T., & Cross, D. (2012). The association between the mental helath and
behavioural problems of students and their reactions to cyber-victimization. European
Journal of Developmental Psychology. 9(2):275-289.
Elgar, J, F., Napoletano, A., Saul, G., Dirks, M. A., Craig, W., Poteat, P., Holt, M., & Koening,
B. W. (2014). Cyberbullying victimization and mental health in adolescents and the
moderating role of family dinners. JAMA Pediatrics, 168(11):1015-1022.
Fahy, A. E., Stansfeld, S. A., Smuk, M., Smith, N. R., cummins, S., & Clark, C. (2016).
Longitudinal associations between cyberbullying involvement and adolescent mental
health. Journal of Adolescent Health. 59, 502-509.
62
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
Faryadi, Q. (2011). Cyberbullying and Academic Performance. International Journal of
Computational Engineering Research, 1(1), 23–30.
Hana, Desiana Risqi, Suwarti. 2019. Dampak Psikologis Peserta Didik yang Menjadi Korban
Cyberbullying. Jurnal Psisula: Prosiding Berkala Psikologi.
Harususilo, Y., E. (2018). COMIC 2018 melawan perundungan siber. KOMPAS.com. Diakses
pada
tanggal
12
Desember
2020
dari
https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/08/10570981/comic-2018-melawanperundungan-siber.
Herdiyanto, et. All. 2020. Potret Cyberbullying Siswa Kelas VIII SMPN 2 Temanggung Tahun
Pelajaran 2019/2020. Jurnal Fokus Konseling, 6(1):26-27.
Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2007). Offline Consequences of online victimization: School
violence and delinquency. Journal of School Violence. 6(3):89–112.
Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Bullying, cyberbullying, and suicide. Arch. Suicide
Res.14(3):206–221.
Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018). Connecting adolescent suicide to the severity of bullying
and
cyberbullying.
Journal
of
School
Violence.
https://doi.org/10.1080/15388220.2018.1492417
Jackson, C. L., & Cohen, R. (2012). Childhood victimization: Modeling the relation between
classroom victimization, cyber victimization, and psychosocial functioning. Psychol Pop
Media Cult. 1(4), 254-269.
Laeheem, K.(2013). Guidelines for solving bullying behaviors among islamic private school
students in songkhla province. Asian Social Science, 9 (11). DOI:10.5539/ass.v9n11p83
Malihah, Z., & Alfiasari. (2018). Perilaku Cyberbullying pada Remaja Dan Kaitannya dengan
Kontrol Diri dan Komunikasi Orang Tua. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konseling Vol.11,
No.2.
Mendez-Baldwin, Cirillo, Ferigno and Argento (2015). Cyberbullying Among Teens. Journal of
Bullying
and
Social
Agression
Vol.1
No.
1,
2015
ISSN:
2375-5849.
http://sites.tamuc.edu/bullyingjourn al/article/cyber-bullying-among-teens/.
Navarro, Raul., Yubero, Santiago., & Larranaga, Elisa (eds). 2016. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Ningrum, F.S., Zaujatul Amna. 2020. Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental pada
Remaja. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 5(1):35-48.
Nixon, C.L. (2014). Current perspectives: the impact of cyberbullying on adolescent health.
Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, 143-158.
Notar C.E, Patgett, and Roden (2013).Cyberbullying: A Review of Literature. Universal Journal
of Education Research I: 1-9, 2013 DOI: 10.13189/ujer.2013.01.01.01.https://files.
eric.ed.gov/fulltext/EJ1053975.pdf
Omniyi, I. (2013). Bullying in schools: psychological implications and counselling
interventions. Journal of Education and Practice, 4 (8): 2222-1735
Ouytsel, V.J., Walrave, M., Vandebosch, H. (2015). Correlates of cyberbullying and how school
nurses can respond. NASN School Nurse, 30(3):162-170.
63
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
Pandie, M. M., & Weismann, I. (2016). Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial terhadap
Perilaku Reaktif sebagai Pelaku Maupun sebagai Korban Cyberbullying pada Siswa
Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal Jaffray Vol. 14, No. 1 .
Parkington, K., Bilsbury, T. and Leblanc, J. (2012) ‘Electronic Bullying and Suicide: A
Retrospective Analysis of 41 Cases’, (October 2012), p. 2.
Prabawa, A. F. (2018). Peran lingkungan membentuk generasi rahmatan lil alamin. Malang:
LPI Sabilillah Malang.
Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying. Jakarta: Elex Komputin.
Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi.
Journal of Information Systems, 8(1):22-31.
Raskauskas, J., & Stoltz, A. D. (2007). Involvement in traditional and electronic bullying
among adolescents. Developmental Psychology. 43(3):564-575.
Ritonga, S. & Andhika, W. (2012). Pengaruh media komunikasi internet terhadap pola
perilaku anak di bawah 17 tahun. Jurnal Ilmu Sosial, 5(2):94–100.
Safaria, T. (2016). Prevalence and Impact of Cyberbullying in a Sample of Indonesian Junior
High School Students. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 15
(1):82-91.
Saniya. 2019. Dampak Perilaku Bullying Terhadap Harda Diri (Self Esteem) Remaja di
Pekanbaru. Keperawatan Abdurrab, 3(1):8-16.
Sartana & Afriyeni, N. (2017). Perundungan maya (cyberbullying) pada remaja awal. Jurnal
Psikologi Insight. 1(1):25-39.
Shultz E, Heilman R, Hart K.J (2014). Cyberbullying: An Exploration of Bystander Behavior
and Motivation. Journal of Psychosocial Research on Cyberspace Vol. 8 No.4, 2014. DOI:
10.5817/CP2014-4-3. https://cyberpsychology.eu/article/view/4324/3374.
Smokowski PR, et al. (2014). The differential impacts of episodic, chronic, and cumulative
physical bullying and cyberbullying: the effects of victimization on the school experiences,
social support, and mental health of rural adolescents. Violence Vict, 29(6).
Stuart, W,.Gail. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi Indonesia
Pertama. Singapura: Elseiver
Subagja, I., & Pradana, A. (2018). KPAI: Pelajar rentan menjadi pelaku dan korban cyberbully.
Kumparan
NEWS.
Diakses
pada
tanggal
12
Desember
2020
dari
https://kumparan.com/@kumparannews/kai-pelajar-rentan-menjadipelakudan%20korban-cyberbully27431110790551241
Syena, Intan Ayudhita et. all. 2019. Gambaran Cyberbullying Pada Siswa di SMA X Kota
Bandung. Keperawatan BSI, 7(2):88-96.
Teasley M (2013). Cyberbullying, Youth Behavior and Society.Journal of Child & Adolescent
Behavior,
2013.
DOI:
10.4172/2375-4494.1000119.
https://www.omicsonline.org/openaccess/cyberbullyingyouthbehaviorandjcalb.1000119
Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Conceps of Care in Evidence-Based
Practice. Philadelphia: F.A Davis Company.
64
Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada …
ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65
Triyono, Rimadani. 2019. Dampak Cyberbullying di Media Sosial pada Remaja dan
Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus pada Klien X
di Padang Utara Kota Padang). Neo Konseling, 1(1):1-5.
Utami, Y.C. 2014. Cyberbullying di kalangan remaja. Journal Universitas Airlangga, 3(3):1-10.
Widjijati, Herry Prasetyo. 2019. Hubungan antara Cyberbullying dengan Kenakalan Remaja.
Keperawatan Mersi, 8(2):56-59.
Willard, N. (2007). Cyberbullying And Cyberthreats: Responding To The Challenge Of Online Social
Aggression, Threats, And Distress. Washington: Research Press.
Yani, Linda Athi et. all. 2016. Eksplorasi Fenomena Korban Bullying pada Kesehatan Jiwa
Remaja di Pesantren. 4(2):99-113.
Zulfa, Hanum Amalia et.all. 2020. Analisis Hubungan Antara Internet Addiction dan Self
Efficacy dengan Perilaku Cyberbullying Remaja:Studi Literatur. 2(2):58-72.
65