Academia.eduAcademia.edu

Dampak Cyberbullying Pada Remaja

2020

Perkembangan jejaring sosial media sangat luar biasa, dengan akses yang sangat mudah dan lingkup pertemanan yang tanpa batas sehingga semua kalangan tanpa memandang status sosial mulai dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak begitu antusias dalam menggunakan media sosial khusunya dari kalangan remaja. Jejaring sosial juga dijadikan sebagai tempat mengeluarkan luapan emosi, dan tidak jarang juga untuk mengungkapkan kemarahan dalam bentuk cacian maupun hinaan yang sering disebut dengan cyberbullying. Tujuan penulisan mengetahui dampak cyberbullying pada remaja di media sosial. Metode yang digunakan adalah literatur review menggunakan artikel dan jurnal dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 yang didapat dari database elektonik Google Scholar. Hasil dari berbagai penelitian menunnjukkan bahwa cyberbullying pada remaja di media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak cyberbullying yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak.

Alauddin Scientific Journal of Nursing, 2020, 1(1), 55-65 Available online at : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/issue/view/1328 Received Desember 2020, Accepted Desember 2020 DAMPAK CYBERBULLYING PADA REMAJA DI MEDIA SOSIAL Agustin Sukmawati1*, Ayu Puput Budi Kumala1 1) Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jl. Budi Utomo No.10, Ronowijayan, Kec. Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur *E-mail korespondesi : [email protected] ABSTRAK Perkembangan jejaring sosial media sangat luar biasa, dengan akses yang sangat mudah dan lingkup pertemanan yang tanpa batas sehingga semua kalangan tanpa memandang status sosial mulai dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak begitu antusias dalam menggunakan media sosial khusunya dari kalangan remaja. Jejaring sosial juga dijadikan sebagai tempat mengeluarkan luapan emosi, dan tidak jarang juga untuk mengungkapkan kemarahan dalam bentuk cacian maupun hinaan yang sering disebut dengan cyberbullying. Tujuan penulisan mengetahui dampak cyberbullying pada remaja di media sosial. Metode yang digunakan adalah literatur review menggunakan artikel dan jurnal dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020 yang didapat dari database elektonik Google Scholar. Hasil dari berbagai penelitian menunnjukkan bahwa cyberbullying pada remaja di media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak cyberbullying yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak. Kata kunci: Cyberbullying; remaja; sosial media. ABSTRACT The development of social media networks is extraordinary, with very easy access and unlimited friendships so that all groups regardless of social status ranging from old, young, and even children are so enthusiastic in using social media especially teenagers. Social networks are also used as a place for emotional outbursts, and it is not uncommon to express anger in the form of insults or insults which are often referred to as cyberbullying. The purpose of writing is to determine the impact of cyberbullying on adolescents on social media. The method used is literature review using articles and journals from 2016 to 2020 obtained from the Google Scholar electronic database. The results of various studies show that cyberbullying on adolescents on social media has a huge impact that affects all aspects of life from psychological, physical, and social aspects. The impact of cyberbullying that is felt is not only the victim, but the perpetrator, perpetrator and victim will also have an impact. Keywords: Cyberbullying; adolescence; social media. A. PENDAHULUAN Media sosial merupakan sarana untuk melakukan interaksi sosial dengan menggunakan teknologi berbasis website untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif yang sangat mudah diakses dan terukur. Dapat digunakan untuk berbagi, berpartisipasi dan menciptakan konten yang didukung oleh teknologi multimedia yang semakin canggih. Melalui media sosial memungkinkan informasi menyebar dengan mudah dan cepat sehingga mempengaruhi cara pandang, gaya hidup, serta budaya manusia. Melalui media sosial, manusia juga diajak berdialog, mengasah ketajaman nalar dan psikologisnya dengan alam 55 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 yang tampak pada layar. Namun, tidak disangkal bahwa pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik ini dapat mengarahkan khalayak, baik ke arah perilaku prososial maupun antisosial (Pandie & Weismann, 2016). Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi informasi tersebut, remaja sebagai pengguna cenderung lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya. Masa remaja awal menjadi masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa remaja sering diidentikkan sebagai masa individu mulai berusaha mengenal diri melalui eksplorasi dan penilaian karakteristik psikologis diri sendiri sebagai upaya untuk dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan. Sebagian remaja mampu melewati masa peralihan ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami kenakalan remaja mulai dari kenakalan ringan hingga kriminal, termasuk di dalamnya kenakalan-kenakalan berbentuk cyberbullying (Malihah, 2018). Di Indonesia, jumlah remaja yang menjadi korban cyberbullying dilaporkan sebesar 80%, dan hampir setiap harinya remaja mengalami cyberbullying (Safaria, 2016). Menurut laporan United Nations Children’s Fun (UNICEF) pada tahun 2016, korban cyberbullying di Indonesia mencapai 41-50% (Harususilo, 2018). Selain itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa pelajar di sekolah rentan menjadi korban cyberbullying. Per tanggal 03 September 2018 pukul 18.00 WIB, KPAI melaporkan bahwa kasus yang berhubungan dengan dunia maya telah melibatkan 3.096 remaja. Dari jumlah tersebut, terungkap data korban kasus bullying di media sosial sebanyak 83 remaja, dengan jumlah remaja laki-laki sebanyak 32 dan perempuan sebanyak 51 (KPAI, 2018; Subagja & Pradana, 2018). Menurut Prabawa, A.F. (2018) bahwa salah satu indikator era disruptif yakni perkembangan IPTEK diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu akan menjadi sebuah peluang ataupun tantangan, bergantung pada cara masyarakat dalam menyikapi. Peluang yang dapat kita lihat adalah remaja masa kini berkembang menjadi individu yang multi tasking, gandrung IPTEK, berfikir kritis, penuh percaya diri, dan memiliki jejaring pertemanan yang luas. Kontras dengan peluang, tantangan remaja saat ini adalah terbiasa hidup dalam atmosfer informasi yang tersedia dengan cepat sehingga memiliki kecenderungan berjiwa egosentris dan serba instan. Bila sisi negatif tidak disikapi dengan baik, maka akan membawa dampak yang merugikan. Dampak negatif internet yang bisa terjadi yaitu pornografi, kecanduan internet, violence and gore (kekejaman dan kesadisan), penipuan, carding, dan cyberbullying (Ritonga & Andhika, 2012). Kasus cyberbullying sama seperti fenomena gunung es, dimana kasus yang terlihat di publik hanya sedikit padahal bisa saja sebenarnya kasus cyberbullying banyak terjadi. Seseorang yang menjadi korban cyberbullying biasanya memiliki masalah sebelumnya dengan pelaku, seperti pelaku memiliki perasaan iri, dendam dan kebencian kepada korban atau bisa saja pelaku hanya sekedar menjadi bahan bercandaan dalam melakukan cyberbullying (Rahayu, 2012). Cyberbullying adalah masalah besar, dan dapat menimbulkan beragam dampak atau akibat pada remaja. Menurut Priyatna (2010) remaja yang mengalami cyberbullying dilaporkan merasa marah, sakit, malu atau takut. Emosi-emosi tersebut dapat membuat korban bereaksi untuk membalas dendam pada pelakunya, menarik diri dari pergaulan dan aktivitas yang 56 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 biasa dilakukan sebelumnya dan “berubah” menjadi sama-sama suka melakukan cyberbullying. Menurut Navarro, Yubero & Larranaga (2016), dampak dari cyberbullying yaitu: 1) Fisik: remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung, kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan. 2) Psikologis dan Emosional: remaja merasakan takut, perasaan teror, kecemasan, penderitaan, kesedihan, stres dan gejala depresi. 3) Sekolah terkait: remaja kurang termotivasi untuk ke sekolah dan penurunannya tingkat konsentrasi atau nilai akademik. 4) Psikososial: remaja memiliki perasaan isolasi dan kesendirian, pengucilan dan bahkan penolakan sosial. Dampak negatif dari perilaku bullying dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan (psikologis, fisik maupun sosial) yang akan terus mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Sehingga penting bagi perawat untuk mencegah dan menanggulangi perilaku bullying. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan fungsi perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) yang berfokus pada upaya promotif dan preventif terkait pengetahuan dan cara pengendalian prilaku bullying serta mencegah dampak terhadap masalah kesehatan (Stuart, 2016). B. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penulisan ini merupakan studi literature review. Data diperoleh dari database elektronik yakni Google Schoolar antara tahun 2016 sampai tahun 2020. Peneliti memilih sendiri artikel sesuai dengan judul dan abstrak, dan membedakan dari tujuan dokumen dan artikel yang berbeda. Masing-masing dari 10 artikel yang dipilih untuk dibaca dengan cermat dari abstrak, tujuan, data analisis dari peneliti untuk mengumpulkan informasi tentang dampak cyberbullying pada remaja di media sosial. Kriteria inklusi: artikel yang memiliki judul dan isi yang relevan, artikel penelitian yang dipublikasi pada 2016-2020. Kriteria ekslusi: artikel tidak memiliki struktur lengkap, review artikel, yang tidak membahas dampak cyberbullying. C. HASIL PENELITIAN Dampak Psikologis Shultz, Heilman dan Hart (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa cyberbullying yang dilakukan di Amerika merupakan bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan di media melalui pesan yang diposting secara luas dan dapat diketahui oleh banyak orang dalam waktu yang singkat. Pada saat terjadi bullying terjadi respon timbal balik antara pelaku dan korban, sebesar 90% dan pada umumnya pelaku memulai percakapan sebanyak 48%. Peningkatan mengakses media sosial berisiko terhadap terjadinya cyberbullying, kondisi ini sangat berbahaya bagi generasi muda yang masih labil psikologisnya. Cyberbullying umumnya terjadi karena memburuknya sebuah hubungan, baik dengan teman dekat, pacar atau pasangan. Kerusakan hubungan yang terjadi seringkali menjadi alasan menyerang lawan melalui media sosial, baik dengan kata-kata yang langsung ditujukkan pada korban, atau berupa sindiran. Serangan yang dilancarkan melalui media elektronik berdampak pada masalah psikologis yang serius. Korban merasa rapuh dan sendiri serta merasakan akibatnya dalam jangka panjang dibandingkan tradisional bullying (Notar, Padgett, dan Roden, 2013). Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Parkington, Bilsbury and Leblanc (2012) dalam (Sari and Suryanto, 2016) menemukan dampak cyberbullying pada remaja dimana mereka menderita gangguan mood sebanyak 32%, gejala depresi sebanyak 15% dan perilaku tidak normal sebelum bunuh diri sebanyak 37%. Dampak emosional dari penindasan 57 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 cyberbullying sebanyak 68,5% remaja mengalami beberapa emosi negatif seperti kemarahan, kesal, khawatir, stress, ketakutan dan perasaan depresi (Bottino et al., 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Fahy, Stansfeld, Smuk, Smith, Cummins, dan Clark (2016) menyatakan bahwa ada hubungan antara cyberbullying dengan kesehatan mental. Dengan tingginya prevalensi cyberbullying, hal ini berpotensi lebih besar untuk membuat korban mengalami gejala depresi, gejala kecemasan, dan kesejahteraan remaja di bawah rata-rata hal ini juga didukung oleh meningkatnya penggunaan perangkat seluler dan internet pada remaja. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Desmet, Deforche, Hublet, Tanghe, Stremersch, dan Bourdeaudhuij (2014) menyatakan bahwa adanya hubungan antara cyberbullying victimization dengan kesehatan mental seperti adanya keinginan untuk bunuh diri. Elgar, Napoletano, Saul, Dirks, Craig, Poteat, Holt, dan Koening (2014) dalam penelitiannya juga menemukan bahwa cyberbullying victimization berhubungan dengan masalah kesehatan mental pada remaja seperti, kepuasan hidup, kesejahteraan emosional dan perilaku sosial. Dampak Psikososial Hasil penelitian yang dilakukan oleh Safaria, Tentama dan Suyono (2016) menunjukkan bahwa cyberbullying memberikan dampak psikososial yang negatif pada korban. Dampak negatif akibat cyberbullying tergantung frekuensi, durasi dan keparahan dari cyberbullying itu sendiri. Korban cyberbullying mengalami tekanan emosional dan perilaku mereka. Beran et al., (Syah & Hermawati, 2018) membuktikan bahwa korban cyberbullying mempunyai pengalaman buruk berupa dimarahi orang lain di dunia online dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan, atau mereka sebagai korban akan menjadi cyberbullies atau terus menjadi korban. Selain itu, ketika kekerasan secara online terjadi korban hingga menangis, merasa malu, kehilangan teman di sekolah, tertekan, dan mengalami insomnia setelah perlakuan cyberbullying. Dampak Akademik Hasil penelitian Ningrum F.S. dan Zaujatul Amna (2020) diketahui bahwa terdapat 177 (84,7 persen) sampel yang memiliki pengalaman cyberbullying victimization merasa tidak terganggu dengan proses belajar dan merasa aman di sekolahnya, dan sebanyak 32 (15,3 persen) sampel merasa sangat terluka dan terganggu belajarnya dan juga merasa tidak aman di sekolah. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Smokowski, Evans, dan Cotter (2014) yang menyatakan bahwa cyberbullying victimization memiliki dampak negatif bagi individu di lingkungan sekolah yang berpengaruh pada kemampuan individu selama di sekolah. Beran dan Li (2007) menambahkan bahwa individu yang menjadi korban cyberbullying akan memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi. Semakin sering korban memperoleh perlakuan cyberbullying, maka akan semakin memberikan dampak buruk pada diri korban di dalam kehidupan. Cyberbullying juga berdampak dimana korban merasa tidak nyaman dan tertekan, kondisi tersebut membuat korban tidak semangat untuk melakukan aktifitas dan jarang masuk kelas. Banyak korban yang mengalami kegagalan dalam akademik dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Kondisi tersebut dapat meningkatkan angka pengangguran sehingga semakin banyak kasus kenakalan pada remaja (Omoniyi, 2013; Nakou, 2014). 58 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 Hasil penilitian Laeheem (2013) menunjukkan bahwa adanya gejala lain yang dimunculkan diantaranya merasa terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan merasa sendiri (Laeheem, 2013). Selaras dengan penilitian Aisiyai (2015) yang menyatakan bahwa korban tidak berani berangkat sekolah, mengalami penurunan prestasi akademik. Penyerangan yang berulang ini akan dapat mempengaruhi rasa kepercayaan diri seseorang menjadi rendah. Dampak Fisik Berdasarkan hasil penelitian Triyono, Rimadani (2019), diketahui bahwa korban mengalami berbagai dampak fisik cyberbullying yaitu dampak fisik seperti sakit kepala yang tidak mengenakan, gangguan tidur atau sulit tidur yang berakibat pada kesehatan tubuh korban seperti terkadang merasa ngantuk di pagi hari, mata memerah, berkantung mata, dan mata seperti ditusuk-tusuk dan korban juga kehilangan nafsu makan dan merasa mual, dimana hal tersebut saling keterkaitan satu sama lain sehingga membuat diri korban merasa tidak baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dampak fisik cyberbullying di media sosial pada remaja korban ini yaitu korban yang sulit untuk mengontrol pikirannya dan sikapnya terhadap apa yang dilakukan oleh teman-temannya sehingga membuat korban merasakan dampak fisik yang tidak mengenakkan tersebut, selain itu dengan tipe kepribadian korban yang pemikir membuat korban mudah mendapatkan beban pikiran yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Selaras dengan penelitian Navarro, Yubero & Larranaga (2016) bahwa dampak dari cyberbullying yaitu remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit punggung, kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan. Menurut Townsend, M.C. (2009) cyberbullying bisa menyebabkan gangguan fisik yang menyertai anoreksia, makan berlebihan, insomnia, sakit kepala, sakit punggung dan nyeri.Laeheem (2013) dampak cyberbullying dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti sulit tidur, nafsu makan menurun. D. PEMBAHASAN Tidak bisa dipungkiri, saat ini dunia tengah menyaksikan perubahan sosial dan budaya yang dikendalikan teknologi informasi (internet). Penggunaan internet akan membawa banyak manfaat jika pengguna bijak dalam memanfaatkannya, namun jugu sebaliknya. Seperti halnya yang disampaikan oleh Prabawa, A.F. (2018) bahwa salah satu indikator era disruptif yakni perkembangan IPTEK diibaratkan seperti dua sisi mata uang. Kedua sisi itu akan menjadi sebuah peluang ataupun tantangan, bergantung pada cara masyarakat dalam menyikapi. Peluang yang dapat kita lihat adalah remaja masa kini berkembang menjadi individu yang multi tasking, gandrung IPTEK, berfikir kritis, penuh percaya diri, dan memiliki jejaring pertemanan yang luas. Internet memiliki dampak positif, namun apabila disalahgunakan akan menimbulkan dampak negatif salah satunya yaitu cyberbullying. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2014) didapatkan bahwa cyberbullying adalah salah satu penyebab terjadinya penyalahgunaan internet dari media sosial di kalangan remaja. Interaksi di media sosial bisa dilakukan tanpa harus tatap muka dan juga dapat berinteraksi dengan orang yang dikenal maupun tidak dikenal. Bagi generasi muda khususnya remaja memiliki ketertarikan yang besar terhadap media sosial, seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayun P.Q (2015) menyatakan bahwa remaja 59 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 mengekspresikan dirinya dan membangun identitas dirinya dan mencitrakan dirinya serta mengekspresikan masalah pribadi melalui media sosial. Kehadiran media sosial dikalangan remaja, menjadi bercampuraduknya masalah pribadi dengan masalah publik. Tidak semua hal bisa dibagikan di media sosial, pemilik akun harus bisa memfilter segala sesuatu yang masuk atau akan dibagikan sehingga tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Cyberbullying menghadirkan tantangan yang serius untuk kehidupan sosial yang harus mendapatkan perhatian dalam dunia digital. Ini merupakan kejadian yang menakutkan bagi semua orang terutama bagi remaja menyebabkan depresi, harga diri rendah, tidak mampu berkonsentasi di kelas, turunnya nilai akademik, cemas dan bahkan bunuh diri (Teasley M, 2013). Melihat besarnya bahaya yang diakibatkan oleh kejadian tersebut, maka perlu adanya upaya yang terus dikembangkan untuk memberikan kesadaran pada masyarakat, khususnya pengguna media sosial, untuk menggunakannya secara baik dan bijaksana serta mengntisipasi segala hal yang dapat merugikan, serta menyakiti orang lain. Menebarkan kebencian, ancaman, dan kemarahan di media sosial adalah tindakan kekerasan yang berdampak secara luas dan serius. Pelaku cyberbullying seringkali merasa superior dan membenarkan perilaku yang dilakukannya terhadap korban. Perempuan sering menjadi target dari cyberbullying, baik dilakukan oleh laki-laki maupun sesama perempuan (Notar, Padgett, dan Roden, 2013). Mendez-Baldwin, Cirillo, Ferrigno dan Argento (2015) menyatakan bahwa 1 dari 3 remaja pernah menjadi korban cyberbullying dan mereka menyampaikan kejadian yang dialaminya kepada orang tua, guru, atau pada orang dewasa lainnya. Perlunya kewaspadaan dari orang tua, guru atau dosen serta orang disekitar korban, untuk meperhatikan perubahan perilaku yang terjadi seperti sering murung, kurang percaya diri, malas beraktivitas, perubahan pola tidur dan pola makan, serta menarik diri dari kehidupan sosial. Orang tua harus mengetahui media sosial yang digunakan oleh anaknya, sehingga bisa mengontrol jika ada masalah yang muncul dari media sosial yang digunakan. Diperlukan komunikasi yang terbuka antara orang tua dengan anak remaja sebagai bentuk antisipasi adanya cyberbullying. Kondisi kesehatan mental korban cyberbullying dapat ditinjau dari afek negatif (psychological distress) seperti hubungannya dengan kecemasan sosial, stres emosional, penggunaan obat terlarang, gejala depresi, hingga ide dan usaha untuk bunuh diri (Bottino, Regina, Correia, & Ribeiro, 2015). Korban cenderung menderita frustrasi, gelisah, depresi, kelelahan, merasa harga diri berkurang, sulit untuk konsentrasi, murung, menyalahkan diri sendiri, mudah marah hingga bunuh diri (Donegan, 2012; Dinkes, 2015). Raskauskas dan Stoltz (2007) memberikan pertanyaan secara terbuka kepada remaja mengenai efek negatif dari cyberbullying dan 93% korban melaporkan dampak negatif dengan sebagian besar perasaan sedih, putus asa, dan ketidakberdayaan. Pengalaman cyberbullying dapat memiliki dampak signifikan pada kesejahteraan emosional dan psikologis remaja. Pelanggaran cyberbullying dikaitkan dengan emosi negatif seperti kesedihan, kemarahan, frustrasi, malu, atau ketakutan (Hinduja & Patchin 2007; Patchin & Hinduja 2011; Ybarra, Espelage, & Mitchell 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Beran dan Li (2005) juga menyatakan bahwa para korban cyberbullying memunculkan kesehatan mental yang negatif seperti meningkatnya kemarahan dan kesedihan. Korban cyberbullying merasa kesepian, merasa kurang diterima oleh teman sebaya, menurunnya optimisme, dan memiliki lebih sedikit persahabatan (Jackson & Cohen, 2012). Lebih lanjut, korban cyberbullying 60 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 mengalami peningkatan depresi, gejala emosional seperti sedih, takut, marah, dan masalah perilaku, serta masalah dengan teman sebaya (Dooley, Shaw, & Cross, 2012) Sartana dan Afriyeni (2017) menyatakan bahwa menurut pendapat Center for Disease Control remaja yang menjadi korban cyberbullying akan memiliki risiko lebih tinggi yang berkaitan dengan masalah akademis. Begitupula Faryadi (2011) yang membuktikan bahwa adanya hubungan cyberbullying dan kemampuan emosional serta performa akademik. Cyberbullying memengaruhi performa akademik dalam tiga dampak yaitu, negatif, netral, dan positif. Dampak tersebut tergantung pada kemampuan korban dalam pengelolaan emosi, bentuk cyberbullying yang diterima korban, dan dukungan dari orang sekitar korban. Pertama, korban yang mengalami dampak negatif disebabkan oleh usia dan rendahnya kemampuan pengelolaan emosi. Kedua, korban yang tidak terpengaruh pada performa akademiknya dikarenakan bentuk cyberbullying khusus yang tidak ditujukan secara langsung atau memberikan konsekuensi negatif. Ketiga, korban yang memiliki performa akademik yang positif apabila memiliki pengelolaan emosi maupun supporting system yang baik. Cyberbullying memiliki dampak yang dirasakan bukan hanya korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak. Pada usia remaja banyak perubahan yang dialami seperti perubahan biologis, psikologis maupun perubahan sosial. Ketika remaja memiliki konflik dengan lingkungan sekitarnya apabila tidak ditangani dengan baik akan berdampak negatif (Ikatan Dokter Anak Indonesia [IDAI], 2016). Pada hasil penelitian ini korban menimbulkan dampak seperti tertekan dan perasaan marah. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nixon (2014) bahwa kebanyakan dari target cyberbullying mengalami setidaknya satu gejala stress, selain itu untuk dampak fisik yang terjadi adalah sakit kepala dikarenakan korban memikirkan sesuatu hal yang terjadi pada dirinya salah satunya yaitu dengan adanya gas kejadian tindakan cyberbullying ini. Peran perawat dalam menangani dampak ini adalah perawat dapat memberikan asuhan keperawatan seperti bagaimana cara untuk melakukan manajemen koping yang baik dan manajemen marah pada remaja (Smokowski, et al. 2014). Menurut penelitian Chang (2013) menunjukkan bahwa biasanya seseorang yang menjadi pelaku akan timbul dampak perasaan malu kepada korban dan lingkungan sekitar karena telah melakukan tindakan cyberbullying dan akan muncul dampak yang lebih parah lagi yaitu penurunan harga diri. Pelaku akan takut dan malu bertemu dengan teman-temannya di sekolah dikarenakan akan banyak orang yang ikut menyalahi atas perbuatan yang dilakukan pelaku kepada korban. Pada saat ini peran perawat yang dapat dilakukan kepada pelaku adalah meningkatkan kepercayaan diri pelaku kembali dan meningkatkan harga diri pelaku dalam kehidupan sehari-hari agar dampak yang terjadi tidak lebih parah dirasakan pelaku (Ouytsel, et al. 2015). Pada bentuk cyberbullying dampak yang terjadi pada seseorang yang sekaligus pernah menjadi pelaku dan korban adalah adanya perasaan lega namun di sisi lain ada perasaan takut, cemas, dan menyesal. Hal ini terjadi ketika ia menjadi korban ada perasaan cemas dikarenakan telah menerima pesan bullying dari pelaku dan saat menjadi pelaku ia merasa menyesal dikarenakan ia Mengingat bahwa dahulu pernah juga merasakan dampak yang terjadi pada korban (Willard 2007). Peran perawat dalam menangani dampak ini yaitu melakukan manajemen koping dan manajemen cemas untuk menghindari tingkat kecemasan yang lebih tinggi dari tingkat sebelumnya (Byrne, et al. 2018). 61 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 E. KESIMPULAN Hasil berbagai penelitian menggambarkan bahwa cyberbullying pada remaja di media sosial memiliki dampak yang begitu besar yang mempengaruhi segala aspek kehidupan mulai dari aspek psikologis, fisik, dan juga sosial. Dampak cyberbullying yang dirasakan bukan hanya pada korban saja, melainkan pelaku, pelaku dan korban juga akan berdampak. F. REFERENSI Aini, Khusnul, Rista Apriana. 2018. Dampak Cyberbullying Terhadap Depresi pada Mahasiswa Prodi Ners. Jurnal Keperawatan, 6(2):91-97. Aisiyai & Ifeoma. (2015). Exploring bullying in nigerian secondary school and school administrators strategies for its’ management department of educational administration and policy studies. Journal of Educational and Social Research, 5 (2). doi:10.5901/jesr.2015.v5n2p305 Ayun P.Q (2015). Fenomena Remaja Menggunakan Media Sosial dalam Membentuk Identitas. Channel Vol 2 No.2, Oktober 2015 hal 1-16 ISSN: 23389176.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=374823&val=7244. Behavior and Society. Journal of Child & Adolescent Behavior, 2013. DOI: 10.4172/23754494.1000119. https://www.omicsonline.org/openaccess/ Beran, T., & Li, Q. (2007). The Relationship Between Cyberbullying and School Bullying. Journal of Student Wellbeing, 1(2):15-33. Bottino, S. M. B. et al. (2015) Cyberbullying and adolescent mental health: systematic review, Cadernos de Saúde Pública, 31(3):463–475. DOI: 10.1590/0102-311x00036114.) Byrne, E., Vessey, J.A., Pfeifer, L. (2018). Cyberbullying and social media: information and interventions for school nurses working with victims, students, and families. The Journal of School Nursing, 27:142–148. Chang FC, et al. (2013). Relationships among cyberbullying, school bullying, and mental health in taiwanese adolescents. Journal of School Health, 83(6). cyberbullyingyouthbehaviorandjcalb.1000119. Desmet, A., Deforche, B., Hublet, A., Tanghe, A., Stremersch, E., & Bourdeaudhuij, I. D. (2014). Traditional and cyberbullying victimization as correlates of psychological distress and barriers to a helathy lifestyle among severely obese adolescents-a matched casecontrol study on prevalence and results from a cross-sectional study. BioMed Central Public Health, 1-12. Dooley, J. J., Shaw, T., & Cross, D. (2012). The association between the mental helath and behavioural problems of students and their reactions to cyber-victimization. European Journal of Developmental Psychology. 9(2):275-289. Elgar, J, F., Napoletano, A., Saul, G., Dirks, M. A., Craig, W., Poteat, P., Holt, M., & Koening, B. W. (2014). Cyberbullying victimization and mental health in adolescents and the moderating role of family dinners. JAMA Pediatrics, 168(11):1015-1022. Fahy, A. E., Stansfeld, S. A., Smuk, M., Smith, N. R., cummins, S., & Clark, C. (2016). Longitudinal associations between cyberbullying involvement and adolescent mental health. Journal of Adolescent Health. 59, 502-509. 62 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 Faryadi, Q. (2011). Cyberbullying and Academic Performance. International Journal of Computational Engineering Research, 1(1), 23–30. Hana, Desiana Risqi, Suwarti. 2019. Dampak Psikologis Peserta Didik yang Menjadi Korban Cyberbullying. Jurnal Psisula: Prosiding Berkala Psikologi. Harususilo, Y., E. (2018). COMIC 2018 melawan perundungan siber. KOMPAS.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2020 dari https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/08/10570981/comic-2018-melawanperundungan-siber. Herdiyanto, et. All. 2020. Potret Cyberbullying Siswa Kelas VIII SMPN 2 Temanggung Tahun Pelajaran 2019/2020. Jurnal Fokus Konseling, 6(1):26-27. Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2007). Offline Consequences of online victimization: School violence and delinquency. Journal of School Violence. 6(3):89–112. Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2010). Bullying, cyberbullying, and suicide. Arch. Suicide Res.14(3):206–221. Hinduja, S., & Patchin, J. W. (2018). Connecting adolescent suicide to the severity of bullying and cyberbullying. Journal of School Violence. https://doi.org/10.1080/15388220.2018.1492417 Jackson, C. L., & Cohen, R. (2012). Childhood victimization: Modeling the relation between classroom victimization, cyber victimization, and psychosocial functioning. Psychol Pop Media Cult. 1(4), 254-269. Laeheem, K.(2013). Guidelines for solving bullying behaviors among islamic private school students in songkhla province. Asian Social Science, 9 (11). DOI:10.5539/ass.v9n11p83 Malihah, Z., & Alfiasari. (2018). Perilaku Cyberbullying pada Remaja Dan Kaitannya dengan Kontrol Diri dan Komunikasi Orang Tua. Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konseling Vol.11, No.2. Mendez-Baldwin, Cirillo, Ferigno and Argento (2015). Cyberbullying Among Teens. Journal of Bullying and Social Agression Vol.1 No. 1, 2015 ISSN: 2375-5849. http://sites.tamuc.edu/bullyingjourn al/article/cyber-bullying-among-teens/. Navarro, Raul., Yubero, Santiago., & Larranaga, Elisa (eds). 2016. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ningrum, F.S., Zaujatul Amna. 2020. Cyberbullying Victimization dan Kesehatan Mental pada Remaja. Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental, 5(1):35-48. Nixon, C.L. (2014). Current perspectives: the impact of cyberbullying on adolescent health. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, 143-158. Notar C.E, Patgett, and Roden (2013).Cyberbullying: A Review of Literature. Universal Journal of Education Research I: 1-9, 2013 DOI: 10.13189/ujer.2013.01.01.01.https://files. eric.ed.gov/fulltext/EJ1053975.pdf Omniyi, I. (2013). Bullying in schools: psychological implications and counselling interventions. Journal of Education and Practice, 4 (8): 2222-1735 Ouytsel, V.J., Walrave, M., Vandebosch, H. (2015). Correlates of cyberbullying and how school nurses can respond. NASN School Nurse, 30(3):162-170. 63 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 Pandie, M. M., & Weismann, I. (2016). Pengaruh Cyberbullying di Media Sosial terhadap Perilaku Reaktif sebagai Pelaku Maupun sebagai Korban Cyberbullying pada Siswa Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal Jaffray Vol. 14, No. 1 . Parkington, K., Bilsbury, T. and Leblanc, J. (2012) ‘Electronic Bullying and Suicide: A Retrospective Analysis of 41 Cases’, (October 2012), p. 2. Prabawa, A. F. (2018). Peran lingkungan membentuk generasi rahmatan lil alamin. Malang: LPI Sabilillah Malang. Priyatna, Andri. 2010. Let’s End Bullying. Jakarta: Elex Komputin. Rahayu, F. S. (2012). Cyberbullying sebagai dampak negatif penggunaan teknologi informasi. Journal of Information Systems, 8(1):22-31. Raskauskas, J., & Stoltz, A. D. (2007). Involvement in traditional and electronic bullying among adolescents. Developmental Psychology. 43(3):564-575. Ritonga, S. & Andhika, W. (2012). Pengaruh media komunikasi internet terhadap pola perilaku anak di bawah 17 tahun. Jurnal Ilmu Sosial, 5(2):94–100. Safaria, T. (2016). Prevalence and Impact of Cyberbullying in a Sample of Indonesian Junior High School Students. TOJET: The Turkish Online Journal of Educational Technology, 15 (1):82-91. Saniya. 2019. Dampak Perilaku Bullying Terhadap Harda Diri (Self Esteem) Remaja di Pekanbaru. Keperawatan Abdurrab, 3(1):8-16. Sartana & Afriyeni, N. (2017). Perundungan maya (cyberbullying) pada remaja awal. Jurnal Psikologi Insight. 1(1):25-39. Shultz E, Heilman R, Hart K.J (2014). Cyberbullying: An Exploration of Bystander Behavior and Motivation. Journal of Psychosocial Research on Cyberspace Vol. 8 No.4, 2014. DOI: 10.5817/CP2014-4-3. https://cyberpsychology.eu/article/view/4324/3374. Smokowski PR, et al. (2014). The differential impacts of episodic, chronic, and cumulative physical bullying and cyberbullying: the effects of victimization on the school experiences, social support, and mental health of rural adolescents. Violence Vict, 29(6). Stuart, W,.Gail. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi Indonesia Pertama. Singapura: Elseiver Subagja, I., & Pradana, A. (2018). KPAI: Pelajar rentan menjadi pelaku dan korban cyberbully. Kumparan NEWS. Diakses pada tanggal 12 Desember 2020 dari https://kumparan.com/@kumparannews/kai-pelajar-rentan-menjadipelakudan%20korban-cyberbully27431110790551241 Syena, Intan Ayudhita et. all. 2019. Gambaran Cyberbullying Pada Siswa di SMA X Kota Bandung. Keperawatan BSI, 7(2):88-96. Teasley M (2013). Cyberbullying, Youth Behavior and Society.Journal of Child & Adolescent Behavior, 2013. DOI: 10.4172/2375-4494.1000119. https://www.omicsonline.org/openaccess/cyberbullyingyouthbehaviorandjcalb.1000119 Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing: Conceps of Care in Evidence-Based Practice. Philadelphia: F.A Davis Company. 64 Sukmawati & Kumala. Dampak Cyberbullying Pada … ASJN. Vol I, No. I, Oktober 2020, 55-65 Triyono, Rimadani. 2019. Dampak Cyberbullying di Media Sosial pada Remaja dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus pada Klien X di Padang Utara Kota Padang). Neo Konseling, 1(1):1-5. Utami, Y.C. 2014. Cyberbullying di kalangan remaja. Journal Universitas Airlangga, 3(3):1-10. Widjijati, Herry Prasetyo. 2019. Hubungan antara Cyberbullying dengan Kenakalan Remaja. Keperawatan Mersi, 8(2):56-59. Willard, N. (2007). Cyberbullying And Cyberthreats: Responding To The Challenge Of Online Social Aggression, Threats, And Distress. Washington: Research Press. Yani, Linda Athi et. all. 2016. Eksplorasi Fenomena Korban Bullying pada Kesehatan Jiwa Remaja di Pesantren. 4(2):99-113. Zulfa, Hanum Amalia et.all. 2020. Analisis Hubungan Antara Internet Addiction dan Self Efficacy dengan Perilaku Cyberbullying Remaja:Studi Literatur. 2(2):58-72. 65