Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
5 pages
1 file
ABSQ2103 ULUM AL-QURAN SEMESTER: JANUARI 2014 __________________________________________________________________ ______ ARAHAN KEPADA PELAJAR 1. Tugasan ini mengandungi SATU soalan sahaja yang disediakan dalam bahasa pengantar modul bercetak bagi kursus ini.
Dari segi bahasa "Qur'an" bermaksud "bacaan", pengertian seperti ini dikemukakan dalam Al-Qur'an sendiri iaitui dalam surat Al-Qiyamah, ayat 17-18:
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur'an adalah kitab sumber dasar hukum Islam, bukanlah kitab hukum Islam. Oleh karena itu, untuk menemukan hukum yang terkandung di dalamnya, diperlukan adanya suatu penafsiran. Dalam menafsirkan al-Qur'an terdapat beberapa kaidah penafsiran, agar isi atau kandungan serta pesan-pesan al-Qur'an dapat ditangkap dan dipahami secara baik sesuai dengan tingkat kemampuan manusia. Dalam diskursus 'ulum al-Qur'an ini, para ulama tafsir berbeda pendapat mengenai ada atau tidaknya kaidah-kaidah yang dapat dijadikan pedoman dalam menafsirkan al-Qur'an. Sebagian ulama ada yang berpendapat, bahwa kemampuan menafsirkan al-Qur'an bukan berdasarkan kepada kaidah-kaidah tertentu, tetapi harus digali langsung dari al-Qur'an atas petunjuk Nabi dan para sahabatnya. Sedangkan pendapat lain mangatakan bahwa dalam menafsirkan al-Qur'an diperlukan kaidah-kaidah tertentu, terutama kaidah bahasa. Dari dua pendapat diatas, mayoritas ulama cenderung mendukung pendapat kedua. Alasannya, dengan menguasai kaidah-kaidah penafsiran dapat memudahkan seseorang dalam menafsirkan al-Qur'an. Sebaliknya, pendapat pertama cenderung mempersulit seseorang yang ingin memperdalam al-Qur'an. Kaidah-kaidah penafsiran itu ada tiga macam yaitu kaidah dasar, kaidah syar'i dan kaidah kebahasaan. Kaidah dasar ialah menafsirkan al-Qur'an dengan al-Qur'an, dengan hadits nabi, pendapat sahabat, dan dengan pandapat tabi'in. Sedangkan kaidah syar'i ialah menafsirkan al-Qur'an dengan ijtihad, diantaranya ialah: mantuq dan mafhum, mutlaq dan muqayyad, mujmal dan mufhassal dan lain-lain. Sedangkan kaidah kebahasan ialah kaidah yang menjadi alternatif dalam menafsirkan al-Qur'an. Kaidah kebahasaan ini mencakup kaidah isim dan fi'il, amr dan nahy, istifham, dlamir, mufrad dan jamak, muzakkar dan muannats, taqdim dan ta'khir dan lain-lain. Namun yang akan penulis ungkapkan dalam tulisan ini hanya kaidah isim dan fi'il. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan isim dan fi'il dalam al-Qur'an? 2. Apa fungsi dari kaidah isim dan fi'il terhadap penafsiran al-Qur'an? 3. Apa contoh atau bentuk isim dan fi'il dalam al-Qur'an? C. Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui pengertian dari kaidah isim dan fi'il dalam kaidah kebahasaan. 2. Untuk mengetahui tujuan dari kaidah isim dan fi'il dalam kaidah kebahasaan. 3. Dapat menyebutkan beberapa contoh dari isim dan fi'il dalam beberapa ayat al-Qur'an.
Al Qur'an yang ditururunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat JIbril merupakan surat dari Allah kepada seluruh manusia. Pesan Al Qur'an tidak terbatas pada pewarnaan kehidupan orang-orang tertentu, untuk lingkungan serta kurun waktu tertentu, akan tetapi diperuntukkan kepada seluruh umat manusia.
an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Setidaknya itulah yang diindikasikan oleh surat al Baqarah ayat 185. Di samping itu, dalam ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa al Qur`an sekaligus menjadi penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu menjadi pembeda (furqaan)-antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an tersebut. Al Qur`an adalah kalaamullaah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dengan media malaikat Jibril as. Dalam fungsinya sebagai petunjuk, al Qur`an dijaga keasliannya oleh Allah swt. Salah satu hikmah dari penjagaan keaslian dan kesucian al Qur`an tersebut adalah agar manusia mampu menjalani kehidupan di dunia ini dengan benar-menurut Sang Pencipta Allah 'azza wa jalla sehingga kemudian selamat, baik di sini, di dunia ini dan di sana , di akhirat sana . Bagaimana mungkin manusia dapat menjelajahi sebuah hutan belantara dengan selamat dan tanpa tersesat apabila peta yang diberikan tidak digunakan, didustakan, ataupun menggunakan peta yang jelas-jelas salah atau berasal dari pihak yang tidak dapat dipercaya? Oleh karena itu, keaslian dan kebenaran al Qur`an terdeterminasi dengan pertimbangan di atas agar manusia tidak tersesat dalam mengarungi kehidupannya ini dan selamat dunia-akhirat. Kemampuan setiap orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al Qur'an tidaklah sama, padahal penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci. Perbedaan daya nalar diantara mereka ini adalah suatu hal yang tidak dipertentangan lagi. Kalangan awam hanya dapat memahami makna-makna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global, sedangkan kalangan cendekiawan dan terpelajar akan dapat mengumpulkan pula dari pandangan makna-makna yang menarik. Dan diantara cendikiawan kelompok ini terdapat aneka ragam dan tingkat pemahaman maka tidaklah mengherangkan jika Al-Qur'an mendapatkan perhatian besar dari umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-kata garib (aneh-ganjil) atau mentakwil tarkib (susunan kalimat) dan menterjemahkannya kedalam bahasa yang mudah dipahami.
Dengan adanya pembagian al-Qur"an kepada Makkiy dan Madaniy diketahui bahwa ia diturunkan kepada Nabi Shallallâhu "alaihi Wa Sallam secara bertahap. Turunnya ayat dengan cara ini memiliki hikmah yang banyak sekali, diantaranya: Memantapkan hati Nabi Shallallâhu "alaihi Wa Sallam sebagaimana firman Allah Ta"ala (artinya), "Berkatalah orang-orang kafir, Mengapapa al-Qur"an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?", demikianlah, supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar)." (Q.s.,al-Furqân:32) Maksud "demikianlah" diatas adalah demikianlah kami menurunkannya secara bertahap. Memudahkan manusia untuk menghafal, memahami dan mengamalkannya, sebab ia dibacakan kepada mereka sedikit demi sedikit. Hal ini sebagaimana firman Allah (artinya), "Dan al-Qur"an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Q.s.,al-Isrâ`:106) Memompa semangat untuk menerima ayat al-Qur"an yang diturunkan, sekaligus melaksanakannya sebab manusia jadi sangat merindukan turunnya ayat tersebut, apalagi bila memang kondisinya sangat membutuhkan hal itu sebagaimana yang terjadi dengan ayat-ayat tentang kisah berita bohong (Hadîts al-Ifk) dan masalah Li"ân. Menggodok syari"at secara bertahap hingga mencapai kualitas yang sempurna sebagaimana yang terdapat di dalam ayat-ayat tentang Khamar dimana orang-orang sebelumnya dibesarkan dalam kondisi seperti itu dan sudah terbiasa dengannya. Tentunya, amat sulit bagi mereka untuk menghadapi larangan secara tegas (total), karenanya pertama kali ayat yang turun tentangnya adalah firman-Nya (artinya), "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:"Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". (Q.s.,al-Baqarah: 219) Kandungan ayat ini memberikan persiapan diri untuk menerima pengharamannya sebab hal yang masuk akal adalah tidak mungkin melakukan sesuatu yang dosanya lebih besar ketimbang manfa"atnya. Kemudian barulah turun tahapan kedua, yaitu firman-Nya (artinya), "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan." (Q.s.,an-Nisâ`:43) Kandungan ayat ini memberikan latihan untuk meninggalkannya pada saatsaat tertentu (sebagian waktu), yaitu waktu-waktu shalat saja. Kemudian turunlah tahapan terakhir (final), yaitu firman-Nya (artinya), "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, ( berkorban untuk ) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan,[90]. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu),[91]. Dan ta"atlah kamu kepada Allah dan ta"atlah kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."[92] (Q.s.,al-Mâ`idah:90-92) Kandungan ke-tiga ayat ini adalah larangan secara tegas dan total terhadap khamar untuk setiap waktu, setelah sebelumnya jiwa dipersiapkan dahulu, lalu dilatih untuk untuk tidak melakukannya pada sebagian waktu. (SUMBER: Ushûl Fi at-Tafsîr karya Syaikh Muhammad bin Shâlih al-"Utsaimîn, h.18-19) HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR'AN SECARA BERANGSUR-ANGSUR Mar 25 Posted by ADMIN Oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu Al-Qur'an tidak diturunkan kepada Rasulullah Shallahu 'Alaihi wa Sallam sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat, ayat-perayat menurut tuntutan peristiwa yang melatarinya. Lantas apa hikmahnya? Hikmah atau tujuannya ialah: 1. Untuk menguatkan hati Nabi Shallahu 'Alaihi wa Sallam . Firman-Nya:
Crossing the Rift: Resources, Settlement Patterns and Interaction in the Wadi Arabah (P. Bienkowski, K. Galor, eds), 2006
Slověne. Vol. 11, № 2., 2022
Толковый Апостол, принадлежавший маршалку Александру Солтану, выделяется среди славянской рукописной традиции толковых книг. Рукопись имеет много общего с Христинопольским Апостолом XII в. Оригинальные дополнения Толкового Апостола Александра Солтана позволяют утверждать, что ее протограф редактировался в середине XII в. Толковый Апостол, хранившийся в Вильно, стал одним из источников Библии Матфея Десятого (1502-1507) и дал толчок для необычного оформления библейской рукописи. В начале XVIII в. книга попала в руки букинистов и была разделена на три части для продажи. В настоящее время разыскано две из трех частей, хранящиеся в Москве и Санкт-Петербурге.
American Journal of Archaeology, 2021
Başur Höyük in southeast Turkey lies at a critical crossroads linking Mesopotamia, Anatolia, and Caucasia. The site was excavated as part of the Ilısu Dam and Hydroelectric Power Plant (HEPP) project rescue excavations. During the Early Bronze Age I (3100-2900 BCE), a cemetery was created in an area previously occupied by an Uruk settlement. A stone cist grave and accompanying outer area contained several burials. Bodies interred outside the main stone chamber are thought to be the victims of human sacrifice as part of a retainer burial practice previously documented at Arslantepe and Ur. The grave contexts host an assemblage of personal ornaments that were deposited with those interred both inside and outside the stone chamber. This article considers the more than 30,000 recovered beads in light of social context, material procurement, use and value, technology, and relative differences in status of the occupants of the grave. The data are used to identify both how different identities were structured by the Early Bronze Age I residents of Başur Höyük and how the location of the site at a meeting point of trade routes and regional powers influenced material culture and social behavior in the region. 1 introduction Başur Höyük in southeast Turkey is a mound settlement measuring 250 x 150 m with a 15 m depth of cultural deposits (fig. 1). It was excavated from 2007 to 2019 within the scope of the rescue excavations of the Ilısu Dam Project under the scientific guidance of Haluk Sağlamtimur. The earliest recorded artifacts are ceramics of the 7th millennium BCE; the stratified deposits date between the Early Chalcolithic and the Medieval periods. A Late Uruk settlement that occupied the south part of the mound was abandoned toward the end of the 4th millennium BCE, following which the area was used for burials at the beginning of the Early Bronze Age. Eighteen Early Bronze (EB) I graves were found during the rescue excavation, although this does not represent the full extent of the cemetery. No settlement of the Early 1 The work presented here was carried out within the scope of Tübitak Project Number 119K780, "Investigation of Cultural Change and Interregional Interaction in Upper Tigris Region at the End of the 4th and the Beginning of the 3rd Millennium BC in the Light of Data from Başur Höyük. " The authors extend their thanks to the Republic of Turkey Ministry of Culture and Tourism and the General Directorate for Cultural Assets and Museums. All figures are our own.
Journal of Veterans Studies, 2020
Responsible Research Practice: Revisiting Transformative Paradigm for Social Research , 2018
Journal of Personality, 1979
Journal of Anthropological Research v. 42, 1986
Medical Anthropology Quarterly, 2012
International Journal of Reproduction, Contraception, Obstetrics and Gynecology
Field Crops Research, 2019
Trends in Food Science & Technology, 2013
Atmospheric Chemistry and Physics Discussions, 2015
International Journal of Logistics Systems and Management, 2014
Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 2005