Flotasi adalah proses konsentrasi mineral
berharga
berdasarkan
perbedaan
tegangan
permukaan dari mineral didalam air (aqua) dengan
cara mengapungkan mineral ke permukaan.
Beberapa jenis partikel yang tercampur dapat
dipisahkan salah satu jenisnya dari campurannya atau
bila memungkinkan dan dapat terpisah keseluruhan
jenis sehingga dapat terkonsentrasi dari tiap – tiap
jenis. Pemisahan dari partikel – partikel dalam flotasi
ini ditunjukkan oleh penentuan kontak antara tiga
fasa, yaitu fasa partikel padat yang akan diapungkan,
larutan aqua elektrolit, dan gas ( biasanya dipakai
udara ) hampir semua zat anorganik dapat dibasahi
oleh fasa aqua. Oleh karena iu langkah pertama dalam
flotasi adalah menggantikan sebagian dari antar fasa
padat-cair menjadi antara fasa padat-gas. Sebagian
hasilnya didapat bahwa permukaan partikel akan
menjadi pobi air (hidropobik). Flotasi dari mineral –
mineral umumnya dibagi atas dua bagian yaitu :
1.
flotasi mineral – mineral logam (metallic
minerals) umumnya mineral – mineral sulfida.
2.
fotasi mineral – mineral bukan logam ( non
metallic minerals ), meliputi logam – logam
oksida, silikat, sulfat, karbona, halit dan fosfat ,
juga felsfar, garnet, muskovit, batu semen,
fluosfar dan lain-lain.
Mekanisme flotasi didasarkan pada adanya
pertikel mineral yang dibasahi (hidropilik) dengan
partikel mineral yang tidak dibasahi (hidropobik).
Partikel – partikel yang basah tidak mengapung dan
cenderung tetap berada dalam fasa air. Di lain pihak
partikel – perikel hidropobik (tidak dibasahi)
menempel pada gelembung , naik ke permukaan,
membentuk buih yang membentuk partikel dan
dipisahkan.
Secara garis besarnya pemisahan dengan cara
flotasi dilakukan dengan menggunakan 2 tahap : yaitu
tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral
(flotasi). Pada tahap conditioning bertujuan untuk
membuat suatu mineral tertentu bersifat hidropobik
dan menpertahankan mineral lainnya bersifat
hidropilik. Pada tahap conditioning ini ini kedalam
pulp
dimasukkan
beberapa
reagen
flotasi.
Sedangakan pada tahap flotasi atau aerasi adalah
tahap pengaliran udara kedalam pulp secara mekanis
baik agitasi maupun injeksi udara.
A. Reagen Flotasi
Agar proses flotasi dapat berlangsung maka
diperlukan reagen flotasi. Penggunaan reagen flotasi
ini tidak dimaksudkan untuk mengubah sifat – sifat
kimia dari partikel tersebut tetapi hanya mengubah
sifat permukaan dengan menyerap ( adsorsi) reagen
flotasi tersebut. Keberhasilan pemisahan mineral
secara flotasi ditentukan oleh ketepatan penentuan
reagen kimia yang digunakan. Secara garis besarnya
reagen yang digunakan dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu : kolektor, modifier dan frother.
I. Kolektor
Kolektor adalah senyawa organic yang
ditambahkan kedalam pulp untuk mengubah
permukaan mineral dari hidropilik menjadi hidropobik
dengan proses penyerapan (adsorbsi). Klasifikasi dari
kolektor berdasarkan sifat ionnya, yaitu kationik dan
anionic umumnya kolektor dari golongan ini dipakai
pada pekerjaan flotasi sulfide. Tetapi ini juga
memungkinkan dipakai dalam pekerjaan flotasi
mineral non sulfida . sedangkan kolektor kationic
untuk flotasi non sulfide. Dalam pemakaian harus
diperhatikan mengenai jumlah kolektor. Kolektor yang
digunakan bila digunakan terlalu sedikit tidak dapat
mengapungkan mineral secara selektif, sedangkan
bila terlalu banyak akan menghasilkan flotasi yang
tidak terlalu baik.
Contoh Kolektor : Xanthate
Asam oleik
Thiokarbanilid pemakaian : 25 –
100 g/t
Flotasi
04JUN
Floatasi adalah suatu proses separasi (pemisahan) antara mineral yang berharga dan pengotornya
(gangue) dengan memanfaatkan sifat kimia fisik dari permukaan partikel mineral. Dimana partikel mineral
memiliki sifat hidrofobik dan hidrofilik. Mineral yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan dengan
gelembung udara dan naik ke permukaan membentuk buih. Buih yang dihasilkan diambil dan dikeringkan
sehingga didapat mineral berharga yang diinginkan.
Flotation (flotasi) berasal dari kata float yang berarti mengapung atau mengambang. Flotalasi dapat
diartikan sebagai suatu pemisahan suatu zat dari zat lainnya pada suatu cairan/larutan berdasarkan
perbedaan sifat permukaan dari zat yang akan dipisahkan, dimana zat yang bersifat hidrofilik tetap
berada fasa air sedangkan zat yang bersifat hidrofobik akan terikat pada gelembung udara dan akan
terbawa ke permukaan larutan dan membentuk buih yang kemudian dapat dipisahkan dari cairan
tersebut. Secara umum flotation melibatkan 3 fase yaitu cair (sebagai media), padat (partikel yang
terkandung dalam cairan) dan gas (gelembung udara).
Proses flotasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu directional flotation dan reverse flotation.
Directional flotation yaitu proses flotasi dimana mineral berharga akan terangkat ke atas membentuk buih
yang mengapung di permukaan pulp. Sedangkan reverse flotation adalah proses floatasi dimana partikel
mineral yang diapungkan merupakan mineral pengotor (gangue)
Klasifikasi Mineral
Semua mineral yang ada di muka bumi ini diklasifisikan ke dalam tipe polar dan nonpolar sesuai dengan
karakteristik permukaannya.
Permukaan dari mineral nonpolar diindikasikan dengan ikatan molekul yang lemah dan biasanya
hidrofobik.
Contoh: grafit, sulfur, molybdenite, berlian, batu bara, talc, dll.
Mineral dengan ikatan kovalen atau ionic permukaan yang kuat dikenal dengan tipe polar. Tipe ini
memperlihatkan nilai energi bebas yang tinggi yang ada di permukaan polar. Permukaan polar
bereaksi kuat dengan molekul air dan mineral-mineral ini secara alami akan menjadi hidrofibik.
Contoh: sulfat, karbonat, halide, fosfat, dll
Proses floatasi dapat berlangsung optimal bergantung dari reagen-reagen yang digunakan. Reagenreagen yang digunakan juga beragam tergantung dari mineral yang ingin kita peroleh. Reagen – reagen
yang digunakan tersebut memiliki masing-masing kegunaan ataupun saling melengkapi antar reagen.
Berikut kegunaan masing-masing reagent yang digunakan:
1. Collector
Collector adalah senyawa yang dapat menyebabkan prmukaan mineral menjadi suka udara (hidrofobik).
Collector biasanya merupakan mineral organic heteropolar, mengandung gugus polar dan non-polar.
Gugus non-polar cenderung bersifat hidrofobik dan akan menempel pada gelembung udara, sedangkan
gugus polar akan menempel pada partikel solid tertentu sehingga partikel solid tersebut ikut terapung
bersama gelembung udara.
2. Frother
Frother adalah senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan gelembung, sehingga tidak
mudah pecah. Frother yang efektif biasanya mengandung setidaknya 5 atom karbon dalam tantai
utamanya. Ketika permukaan partikel telah menjadi hidrofobik, partikel tersebut harus mampu menempel
pada gelembung udara yang disuntikkan (aerasi). Namun muncul masalah ketika gelembung –
gelembung tersebut tidak stabil dan mudah pecah akibat tumbukan dengan partikel padat, dinding sel
dalam gelembung – gelembung lain. Oleh karena itu perlu adanya penambahan material ke dalam pulp
yang dapat menstabilkan gelembung udara. Material yang ditambahkan tersebut dikenal dengan frother.
3. Modifier
Adalah beberapa jenis reagen yang ditambahkan untuk mengoptimalkan proses flotasi. Modifier itu
sendiri terdiri dari beberapa jenis reagent tertentu, yaitu:
Aktivator, adalah reagen yang ditambahkan untuk menambah interaksi antara partikel solid dengan
kolektor
Dispersant, adalah reagen yang digunakan untuk mencehah terjadinya penggumpalan antara partikel
solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan
Depresant, adalah reagen yang ditambahkan untuk membentuk lapisan polar yang membungkus
partikel solid sehingga menambah sifat hidrofobik ke partikel solid lain yang tidak diinginkan
pH Regulator, adalah reagen yang digunakan untuk mengontrol pH karena sifat hidrofobik akan
berlangsung optimal pada range pH tertentu.
Dalam proses floatasi, besarnya ukuran partikel yang akan diflotasi sangatlah penting. Karena besarnya
ukuran partikel dapat mempengaruhi laju flotasi. Seperti ditunjukan pada kurva dibawah ini.
Ukuran partikel yang semakin besar awalnya menaikkan laju konstanta flotasi secara perlahan, tetapi
setelah mencapai puncak(batasan maximum ukuran partikel), laju konstanta flotasi turun secara drastic.
Hal ini dikarenakan derajat liberasi yang berkurang dari mineral menurunkan kemampuan bubble untuk
mengangkat partikel yang kasar(coarse).
Faktor- faktor yang mempengaruhi flotation adalah:
Ukuran partike
Ukuran partikel yang besar membuat partikel tersebut cenderung untuk mengendap sehingga susah
untuk terflotasi
pH larutan
sifat hidrofobik akan berlangsung optimal pada range pH tertentu
surfaktan
surfaktan adalah kolektor yang merupakan reagen yang memiliki gugus polar dan gugus non polar
sekaligus
laju udara
berfungsi sebagai pengikat partikel yang memiliki sifat permukaan hidrofobik, persen padatan, untuk
flotasi pada partikel kasar dapat dilakukan dengan persen padatan yang besar demikian sebaliknya,
besar laju pengumpanan yang berpengaruh terhadap kapasitas dan waktu tinggi.
Sedimentasi
Sedimentasi
Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan
dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya),
Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Proses sedimentasi
dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur
selulose yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment),dan proeses
pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Proses sedimentasi dalam dunia industri dilakukan secara sinambung dengan menggunakan alat yang dikenal
dengan nama thickener,sedangkan untuk skala laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari
prinsip sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.
Di industri aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain :
1.
Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambik senyawa magnesium dari air laut
2.
Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya pada pabrik gula
3.
Pengolahan air sungan menjadi boiler feed water.
4.
Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan prinsip perbedaan terminal velocity
Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik menjadi dua bagian,
yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah
bagian cairan yang bening. Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi hingga
terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).
Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :
1.
Cara Batch
Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch paling mudah dilakukan, pengamatan
penurunan ketinggian mudah. Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat pada gambar
berikut :
Gambar 1 . Mekanisme Sedimentasi Batch
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam dengan partikel padatan yang seragam
di dalam tabung (zona B). Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan
cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap. Pada zona transisi,
fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbedabeda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan komsentrasi dan distribusi
sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening.
Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2 b, c, d). Zona A dan D bertambah,
sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini
disebut critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan endapan (Foust, 1980).
2. Cara Semi-Batch
Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada
bisa berupa slurry yang masuk atau beningan yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada
gambar berikut :
Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
3. Cara Kontinyu
Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara kontinyu. Saat steady state,
ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu
Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan ketinggian daerah batas
antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena
konveksi (Brown, 1950).
Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung. Kecepatan sedimentasi konstan, terlihat
pada grafik hubungan antara ZL dan θL membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ). Periode ini
disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini
disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar
partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran besar akan turun
lebih cepat, menyebabkan tekanan ke atas oleh cairan bertambah, sehingga mengurangi kecepatan turunnya
padatan yang lebih besar. Hal ini membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang
besar) relatif sama atau konstan.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam dengan bagian bawah slurry menjadi
lebih pekat. Konsentrasi pada bagian batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya
partikel berkurang. Kondisi ini disebuthindered settling.
Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik hubungan antara ZL dan θL. Dimana untuk
kondisi free settling ditunjukkan saat grafik masih berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung
merupakan kondisi hindered settling.