Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021, Melawan Fenomena Populisme Islam dengan Moderasi Beragama
https://doi.org/10.2489/resolusi.v1i1.158…
11 pages
1 file
1. Pendahuluan Fenomena politik yang berkembang di Indonesia mengalami penurunan kualitas, bahkan indeks demokrasi pun mengalami penurunan. Terhitung pada tahun 2020, berdasarkan The Economist Intellegence Unit (EIU) menempatkan Indonesia di posisi ke 64 dengan skor 6,4 dan ini menjadi indeks terburuk selama 14 tahun terakhir. Hal ini terjadi bukan karena tanpa sebab, banyak hal yang menyebabkan indeks Demokrasi Indonesia turun drastis, mulai dari Pengesahan UU yang terkesan tidak mempertimbangakan kepentingan rakyat, Pemilu yang tidak transparan, represifitas yang dilakukan aparat saat pengawalan demonstrasi, hingga munculnya fenomena populisme agama. berbagai fenomena yang terjadi bahkan tidak sedikit menyebabkan integrasi bangsa terpecah, terhitung sejak tahun 2017 proses demokrasi di Indonesia dinilai semakin menurun, umat beragama pun tak ingin ketingggalan akan proses kontestasi politik, tak terkucuali umat islam yang tergabung dalam suatu organisasi masyarakat. Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 menjadi langkah awal munculnya kembali populisme agama (New Islamic Populism) 1 dalam hal ini adalah dilakukan oleh sebagian umat islam, Umat islam terpancing dengan salah satu pasangan calon yang menyingggung keyakinan umat islam, tindakan protes dan demontrasi dilakukan sebagai upaya menuntut keadilan hukum, sampai saat itu penulis menganggap hal ini masih wajar dan justru demonstrasi yang dilakukan bagian dari proses demokrasi. Hanya saja, demonstrasi yang dilakukan tidak berhenti pada moment itu, sehingga ada demonstrasi lanjutan yang membawa bebagai narasi, seperti ; kriminalisasi ulama, legalisasi prostitusi, miras, hingga narasi rezim komunis. Fenomena Populisme Islam tidak berhenti di tahun 2017, Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 juga diwarnai fenomena populisme islam. Di tahun 2019 Koalisi oposisi pemerintah memanfaatkan kekuatan yang dimiliki umat islam, untuk memuluskan kepentingan elektoralnya. Narasi yang digunakanpun tidak jauh beda dengan yang terjadi di tahun 2017, dan ditambahi 1 Vedi R Hadiz, Islamic Populism in Indonesia and the Middle East.
Bildung, 2023
SEBAGAI WARGA negara multikultural dan multirelijius, masyarakat Indonesia kaya akan keragaman dan sekaligus rentan akan konflik kultur dan konflik agama. Oleh karena itu, sikap moderasi beragama adalah entitas yang urgen untuk diinternalisasikan. Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, menggali faktor-faktor yang mendukung moderasi beragama masyarakat melayu Rama Agung, Cigugur dan masyarakat Jawa Sekaran. Kedua, menganalisa faktor moderasi beragama yang ada di kalangan masyarakat Rama Agung, Cigugur dan Sekaran. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif yang melibatkan beberapa orang tokoh agama dan tokoh masyarakat dari ketiga desa sebagai partisipan. Partisipan dipilih secara purposif. Data diakuisis menggunakan teknik observasi, dokumentasi, FGD, dan wawancara mendalam. Seluruh data yang diperoleh dianalisa secara interaktif yang komponen analisisnya meliputi kondensasi data, presentasi data, dan penarikan simpulan. Penelitian ini menemukan lima faktor moderasi beragama di kalangan masyarakat Sekaran, yaitu sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, tradisi sosial keagamaan, tradisi sosial ke-NKRIan, dn keluarga. Masyarakat desa Rama Agung menunjukkan tiga faktor moderasi, yaitu sikap menerima realitas perbedaan, mengesampingkan ekslusifitas yang menjadi penyekat kehidupan beragama, dan sikap menjunjung kerukunan hidup. Masyarakat Cigugur memiliki sepuluh faktor moderasi, yaitu keluarga, kesadaran masyarakat akan moderasi beragama, sikap saling menghargai, sikap toleransi, internalisasi sikap multikulturalisme, komunikasi yang terjalin dengan baik, tradisi sosial keagamaan, ikatan budaya, relasi sosial, dan interaksi dengan tradisi kultur. Selanjutnya, ada tiga faktor moderasi beragama yang terkuat, sikap menjunjung tinggi asas kebersamaan, sikap menerima realitas perbedaan, dan sikap saling menghargai. Ketiga faktor ini bersifat laten sehingga bisa diinternalisasikan, diregenerasikan, dan diaplikasikan lintas konteks.
Salah satu hikmah di balik wabah COVID-19 di Indonesia adalah menjamurnya kajian agama Islam secara online. Menariknya, kajian agama online ini banyak dilakukan oleh segmen Islam moderat, yang nota bene memiliki pandangan keagamaan yang lebih toleran dan inklusif. Termasuk dalam kelompok ini adalah kalangan pesantren NU dan perguruan Muhammadiyah. Selama ini, kelompok Islam ini jauh dari hirukpikuk wacana agama di media online (daring). Kita hanya bisa menemukan mereka di kampung-kampung, pesantren-pesantren, atau madrasah-madrasah. Tidak mudah menjumpai kajian agama ala pesantren dan madrasah di media daring. Jika pun ada, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.
Rausyan Fikr: Jurnal Studi Ilmu Ushuluddin dan Filsafat, 2018
In the context of diversity in all aspects, Indonesia is referred to as one of the mulcultural nation. The advantages it has must be maintained and addressed with full of wisdom, because multicultural society is very span with conflict. In this article, the authors answered these concerns by carrying Moderation of Islam as a solution in a multicultural society. Through the philosophical historical approach in the searching of Islamic literature and the words of the Prophet and the behavior of Companions, it can be concluded that Moderation of Islam crystallizes in all scientific discipline in Islam, starting from aspect of aqidah, shariah, tafsir, tasawuf and da'wah. The universal teachings implied from the discipline of science above are justice, equality, balance, flexibility, simplicity and tolerance in carrying out religious teachings that are derived for human benefit
1970
Manusia sebagai makhluk ciptaan di muka bumi telah dianugerahkan berbagai keragaman di atas perbedaan oleh Maha Pencipta. Baik agama, suku, ras, etnis, warna kulit, dan budaya. Agama hadir sebagai kunci dalam mengatasi semua perbedaan. Agama manapun selalu mengajarkan nilai kemanusiaan dan mengecam tindakan-tindakan kekerasan, penindasan, radikalisme, terorisme, tidak toleransi, dan bertindak ekstrem terhadap sisi kehidupan kemanusiaan umat beragama. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan konten analisis melihat berbagai isu-isu moderasi beragama secara tertulis maupun melalui media massa dalam dunia Islam maupun dunia Barat belakangan terakhir. Hasil temuan, bahwa moderasi beragama harus diwujudkan dengan penguatan terhadap berbagai aspek kehidupan umat beragama dibelahan dunia manapun. Pada akhirnya moderasi beragama dapat membawa sebuah kedamaian dan pesan persatuan bagi semua umat manusia di dalam Islam dan Barat. Atas dasar itulah, setiap elemen masyarakat dari berbagai negara, agama, ras, suku, dan budaya mengikat serta merealisasikannya dengan mempererat perdamaian, harmonisasi kehidupan, kesetaraan, toleransi, berada dalam pertengahan, mencengah konflik, menjauhi ego, dan kebersamaan. Selain itu manusia sebagai pemeluk agama harus bisa bekerja sama dalam merealisasikannya.
PUSAKA
Pondok pesantren selama ini menjadi salah satu arus balik pemikiran dalam merajut nilainilai moderasi dalam beragama, sehingga radikalisme agama mampu terhindarkan. Penelitan ini dilaksanakan di Pesanteren Lembaga Pendidikan Islam Pondok Karya Pembangunan (LPI-PKP) Manado, fokus masalah yang menjadi pembahasan adalah bagaimana gambaran pemikiran dan praktik moderasi beragama di pondok pesantren PKP yang menjadi sasaran penelitian. Metode pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian dan tidak lepas dari prinsip pengumpulan dan mengelolaan data yang dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian di laksanakan. Wawancara dilakukan dengan sejumlah informan yang dianggap mengetahui betul dengan objek permasalahan, sedangkan observasi dilakukan sebagai penelusuran untuk mengamati kondisi objektif lingkungan pesantren dan kehidupan masyarakat sekitar secara langsung. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sistem pendidikan terpadu seperti khalaqah dan klasik adalah sistem pendi...
Muhammad Hidayat Nur Wahid, 2023
Artikel ini bertujuan memenuhi tugas UAS mata kuliah Islam dan Moderasi Beragama
Teras Karsa, 2020
Fundamentalisme keberagamaan yang berpotensi pada radikalisme dan terorisme beragama, menjadi persoalan serius yang dihadapi bangsa ini. Fenomena ini terjadi disebabkan kemunculan tokoh agama dan intelektual yang instan, pragmatis, silsilah dan kapasitas keilmuan keagamaan yang tidak jelas dan berorientasi pada politik ideologi, bahkan memiliki pengaruh massa yang luar biasa melalui jejaring media sosial. Konten dan video melalui internet (website, youtube) dan media sosial (whatsapp, facebook, instagram, twitter) telah menjadikan tokoh-tokoh agama baru itu sebagai rujukan bagi keberagamaan masyarakat Indonesia. Ironisnya, tidak jarang konten narasi dan video keagamaan yang beredar berisi ujaran kebencian (hate speech), berita bohong (hoax), dan sentimen-sentimen politik identitas, semisal fanatisme agama, suku, agma, ras dan antargolongan, yang bisa mengancam keutuhan bangunan kebangsaan yang sudah disepakati bersama oleh founding fathers dan founding mothers bangsa ini.
2022
Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki keunikan dengan keragamannya baik dari segi agama, suku, ras, adat istiadat, tradisi, budaya, dan bahasa. Indonesia harus dilindungi dan dipupuk agar tidak dikotori oleh
Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 2022
This study discusses religious moderation in Islamic education. This paper aims to understand the interdisciplinary study of religious moderation through Islamic education. Through a textual and contextual understanding study. Existing problems are answered through library research. The results showed that the school as an educational institution that focuses on the role of PAI teachers in transforming knowledge for their students, shifts to a learning paradigm that gives students more roles to develop their potential for reason and creativity in order to form humans who have religious spiritual strength, noble character, high personality, has intelligence, aesthetics, physically and mentally healthy.
2021
Judul penelitian ini adalah berusaha mempelajari dan menjelaskan aspek-aspek pemikiran dalam tafsir tentang hal yang berhubungan dengan moderasi beragama aliansi perspektif sufistik.Moderasi beragama tidak terlepas dari Revolusi shalat yang ditulis oleh Ibnu Arabi, yang menjelaskan bagaimana perkembangan shalat, azan, kiblat, gerakan shalat, kondisi shalat dan lain-lainnya secara komprehensif dengan latar belakang ilmu yang lebih kental ke arah kajian filsafat-tasawuf sehingga membuka rahasia yang terkandung di dalam pokok-pokok kajian tersebut, akan tetapi tidak mengabaikan syariat sebagaimana yang dituduhkan oleh kebanyakan tokoh, yang mengatakan tasawuf mengabaikan syariat.Al-Ghazali melihat bahwa kehidupan ideal dalam mengaktualisasikan ajaran Islam adalah dengan jalan pertengahan, seimbang dan adil atau proporsional antara dunia dan akhirat, antara rohani dan jasmani dan antara materi dan spiritual.At-thabari menjelaskan umat Islam yang wasathiyah adalah “Umat Islam adalah umat...
Palestine/Israel Review, 2024
Swiss Political Science Review, forthcoming, 2021
Características de la Investigación Cualitativa, 2024
L'Adriatico dalla tarda Antichità all'eta Carolinga (a cura di G. P. Brogiolo e P. Delogu, 2005
Welt im Umbruch, 2014
Aproximación a la cultura japonesa, 2006
Revista Universitas Humanistica (Universidad Javeriana, Bogotá)), 2012
Journal of Hard Tissue Biology, 2022
Proceedings Systems & Design 2017, 2017
McGill Journal of Education, 2022
Indian Journal of Ophthalmology, 2021
Contributions to Mineralogy and Petrology, 2005
Journal of Pediatric Surgery, 1976
Journal of Medicinal Chemistry, 1994
IET Communications, 2020
Neuroscience Letters, 1993