Academia.eduAcademia.edu

PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG

2020

PERMAINAN TRADISIONAL BENTENG Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Permainan Tradisional Dosen pengampu : - Sendy Mohamad Anugrah, S.Pd., M.Or. - Rian Triprayogo, M.Pd. Disusun Oleh : - Muhamad Iqbal Nurdiawan (8883190011) - Riziq Husnul Khuluq (8883190012) - Muhamad Roofid Briliansyah (8883190020) - Reza Abi Fernanda (8883190021) - Ridwan Afrizal (8883190023) - A. Mohammad Hikmah Ramadhan (8883190025) - Mulyana (8883190026) - PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2020 KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya yang berupa kesehatan, pikiran dan kemampuan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah Permainan Tradisional. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini sehingga dapat terealisasikan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran agar ke depannya dapat diperbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya. Tangerang, 1 Desember 2020 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1 C. Tujuan ........................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Permainan Tradisional Benteng .................................................. 3 B. Sejarah Permainan Tradisional Benteng ....................................................... 3 C. Nama-nama Lain Dalam Permainan Tradisional Benteng ........................... 4 D. Karakteristik Permainan Tradisional Benteng .............................................. 4 E. Cara Bermain Permainan Tradisional Benteng ............................................. 6 F. Manfaat Bermain Permainan Tradisional Benteng ....................................... 7 G. Otot Yang Bekerja Dalam Tradisional Benteng ........................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................... 9 B. Saran .............................................................................................................. 10 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain merupakan bagian kehidupan manusia. Bermain memiliki manfaat yang jelas bagi anak, baik dari sisi fisik maupun psikis. Pengenalan terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar, pengasahan kemampuan pemecahan masalah, pelatihan kemampuan bahasa verbal dalam berkomunikasi, dan pengembangan keterampilan sosial antarsesama adalah beberapa contoh manfaat bermain (Nur: 2013). Indonesia memiliki budaya yang melimpah, salah satunya adalah permainan tradisional. Namun permainan-permainan tradisional kini mulai tersisih keberadaannya khususnya di kota-kota besar dan untuk anak-anak sekarang ini banyak yang tidak mengenal permainan tradisional yang ada padahal permainan tersebut adalah warisan dari nenek moyang rakyat Indonesia. Permainan tradisional yang berkembang di Indonesia seperti permainan bentengan, boy-boyan, petak umpet, hadang atau gobak sodor, egrang, gasingan, kelereng, congklak, bekel, dan lain-lain. Permainan tradisional tersebut diketahui memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak baik dari segi fisik maupun karakter. Berbagai aspek perkembangan dapat disentuh dengan permainan tradisional di antaranya aspek motorik, kognitif, emosi, sosial, ekologis, dan nilai moral (Nur, 2013). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang dimaksud dengan permainan tradisional benteng? 2. Bagaimana sejarah permainan tradisional benteng? 1 3. Apa saja nama-nama lain dalam permainan tradisional benteng? 4. Apa saja karakteristik permainan tradisional benteng? 5. Bagaimana cara bermain permainan tradisional benteng? 6. Apa saja manfaat bermain permainan tradisional benteng? 7. Apa saja otot yang bekerja dalam permainan tradisional benteng? C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengertian permainan tradisional benteng; 2. Untuk mengetahui sejarah permainan tradisional benteng; 3. Untuk mengetahui nama-nama lain dalam permainan tradisional benteng; 4. Untuk mengetahui karakteristik permainan tradisional benteng; 5. Untuk mengetahui cara bermain permainan tradisional benteng; 6. Untuk mengetahui manfaat bermain permainan tradisional benteng; dan 7. Untuk mengetahui otot yang bekerja dalam tradisional benteng. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Permainan Tradisional Benteng Betengan atau Bentengan adalah salah satu jenis permainan (anakanak) tradisional masyarakat Jawa. Asal-usul permainan ini tidak diketahui secara pasti. Namun, jika dilihat dari namanya (istilahnya), betengan adalah kata jadian yang berasal dari kata dasar “beteng” yang mendapat imbuhan “an”. Beteng itu sendiri adalah bahasa Jawa yang di-Indonesiakan menjadi “benteng”. Permainan tradisional bentengan adalah salah satu permainan tradisional berkelompok yang membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang handal, sebab setiap pemain harus berlari untuk menjaga benteng dan menangkap lawan. Permainan tradisional bentengan merupakan sebuah permainan untuk bertanding atau kompetisi. Permainan ini diturunkan dari generasi ke generasi, tidak lagi diketahui pembuatnya, dan cara bermainnya adalah menguasai atau merebut benteng milik lawan. B. Sejarah Permainan Tradisional Benteng Sejak dulu kala permainan tradisional Bebentengan dimainkan secara turun temurun di banyak daerah di Indonesia. Meskipun setiap daerah memiliki nama yang berbeda beda namun permainan yang dimainkan serupa, dikatakan serupa karena di beberapa daerah terdapat sedikit perbedaan dari segi cara bermain maupun peraturannya seperti di Provinsi Jawa Timur juga terdapat permainan yang mirip namun berbeda nama dan memiliki ciri khas berbeda dari daerah lainnya. Di daerah Kabupaten Pamekasan diberi permainan ini dinamakan Chu, sedangkan di daerah Jember diberi nama Chucuan. Bentuk permainannya sama, tetapi ketika berlari dan mengejar lawan wajib membunyikan kata Chuuuuuuuuu, dan tidak boleh berhenti ketika belum 3 kembali pada posisi bentengnya. Namun secara garis besar permainan yang dimainkan sama, yaitu saling mempertahankan Benteng miliknya dan berusaha menyerang benteng lawanya. Permainan ini disebut Bebentengan karena pada hakekatnya masingmasing regu berusaha saling menyerang dan mempertahankan bentengnya, di samping itu setiap regu juga berusaha menghindarkan diri dari tangkapan atau sentuhan musuhnya agar tidak tertawan. Menurut buku Peraturan Permainan Benteng (seperti dikutip Ir. BIasworo Adisuyanto, 2012) menyebutkan bahwa sejarah perkembangan permainan Bebentengan ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek, permainan ini sudah dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat. Permainan Bebentengan sempat menjadi primadona dan populer dimainkan sekitar tahun 1980 sampai 1990-an. C. Nama-Nama Lain Dari Permainan Tradisional Benteng Permainan bebentengan atau benteng adalah permainan tradisional yang berkembang di Indonesia dikenal dengan nama berbeda di berbagai daerah. Blasworo menyebutkan (2012) bahwa terdapat perbedaan nama dari permainan ini di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya Provinsi Lampung dikenal dengan nama “main benteng, gamit tikam, dan kecubung minta api”. Provinsi Jambi dikenal dengan nama “merebut benteng”. Provinsi Nusa Tenggara Timur dikenal dengan nama “hakdiuk lise”. Provinsi Bengkulu dikenal dengan nama “sekejar”. Provinsi Kalimantan Tengah dikenal dengan nama “tawanan”. Daerah Khusus Ibukota Jakarta dikenal dengan nama “bentengan”. Meskipun setiap daerah memiliki nama yang berbeda namun secara garis besar permainan yang dimainkan sama, yaitu saling mempertahankan benteng miliknya dan berusaha menyerang benteng lawannya. D. Karakteristik Permainan Tradisional Benteng 4 Permainan tradisional bentengan merupakan permainan tanpa alat yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, pohon atau pilar sebagai “benteng”. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh pohon, tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan ketika menyentuh markasnya. Dalam perkembangan permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan di dalam ruang tertutup (in door). Permainan tradisional bentengan termasuk jenis permainan yang membutuhkan aktivitas tinggi sehingga cocok dimainkan siswa kelas atas. Dalam permainan ini anak harus memiliki kecepatan lari, kelincahan, dan ketahanan kondisi fisik yang baik. Hal-hal dalam permainan ini antara lain: 1) prasarana; 2) sarana; dan 3) peraturan permainan. 1. Prasarana Lapangan permainan bentengan berbentuk persegi panjang, ukuran 50 m x 20 m, daerah benteng berbentuk lingkaran yang memiliki diameter atau garis tengah 3 m, dengan jarak 10 m dari garis belakang dan garis samping. Lapangan ditandai dengan garis 5 cm, daerah tawanan berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1 m. 2. Sarana Peralatan dan perlengkapan yang digunakan dalam permainan bentengan yaitu: (1) Bendera, Dua helai dengan panjang 30 cm dan lebar 20 cm dengan warna berbeda; (2) Tiang bendera, Tinggi tiang 2 m dari permukaan tanah atau lantai dengan garis tengah 5 cm; (3) Garis, Menggunakan kapur, cat, atau tali; (4) Peluit; dan (5) Jam atau stopwatch. 5 50 m 10 m 20 m D = 3m Lapangan Permainan Tradisional Bentengan Sumber: Soemitro (1992:177) 3. Peraturan Permainan a. Waktu dan lamanya permainan alokasi lamanya permainan adalah 2 x 25 menit yang terdiri dari babak 1, 2, dan babak tambahan (jika diperlukan). b. Pemain, terdiri dari 2 regu. c. Pergantian pemain, setiap regu diperbolehkan mengadakan penggantian sebanyak dua kali. Jika terjadi sesuatu diluar peraturan bermain yang mengharuskan pemain tidak bisa melanjutkan permainan maka dapat menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dilapangan. d. Pertandingan, permainan tradisional bentengan yang bersifat kompetitif maka dipimpin oleh seorang wasit dan dua orang pembantu wasit. Peran dan fungsi wasit dalam permainan ini yaitu: (1) Wasit bertugas memimpin jalannya pertandingan; (2) Pembantu wasit bertugas membantu wasit khusus dalam hal memancing, mengawasi garis, mengawasi tahanan, dan pembakaran benteng; dan (3) Pencatat bertugas mencatat nilai yang diperoleh masin-masing regu dan mengawasi pergantian pemain. e. Penilaian dan penentuan pemenang, sistem penilaian dan penentuan pemenang dalam permainan tradisional bentengan yaitu: (1) regu yang dapat membakar benteng lawannya mendapat nilai satu. Regu yang terbanyak membakar benteng lawan dinyatakan sebagai pemenang; (2) 6 apabila pada akhir pertandingan kedua regu mendapat nilai yang sama, maka diadakan pertandingan perpanjangan dengan waktu 2 x 5 menit tanpa istirahat; dan (3) apabila dalam perpanjangan waktu nilai masih tetap sama, maka ditentukan dengan undian. E. Cara Bermain Permainan Tradisional Benteng Cara bermain permainan bentengan yaitu: 1. Sebelum permainan dimulai diadakan undian. 2. Regu yang menang memulai permainan dengan cara keluar dari benteng untuk memancing lawan. 3. Kedua kelompok kemudian akan memilih sebuah objek sebagai benteng yang harus mereka lindungi dengan jarak antar benteng 6 s.d.10 meter. 4. Setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau dikejar dan juga sebagai pengejar. Ia akan menjadi pengejar regu lawan apabila lawan lebih dahulu meninggalkan bentengnya, dan ia akan menjadi orang yang dikejar oleh lawan apabila ia meninggalkan bentengnya. 5. Anggota yang tertangkap akan menjadi tawanan dari pihak lawan. 6. Cara menangkap cukup dengan menyentuh bagian badan lawan. 7. Pemain yang keluar dari garis lapangan permainan dianggap tertangkap. 8. Tawanan yang berkumpul di daerah tawanan dapat bebas kembali apabila teman seregunya yang belum tertangkap dapat membebaskan dengan cara menyentuh bagian badannya. Tawanan yang lebih dari satu orang, semuanya dapat bebas dengan cara menyentuh salah seorang tawanan, bila satu dengan lainnya bergandengan. 9. Kapten regu ditandai dengan ban/pita di lengan kanan dan bertugas mengatur anggota regunya. Bila kapten regu tertangkap, tugas diserahkan kepada salah seorang regunya. 10. Benteng suatu regu dinyatakan terbakar apabila salah seorang dari regu lawan dapat membakar benteng dengan cara menyentuhnya dan berteriakan kata “benteng”. F. Manfaat Bermain Permainan Tradisional Benteng 7 1. Memberikan kegembiraan pada anak. 2. Sebagai media bagi anak untuk bersosialisasi karena permainan ini dimainkan secara bersama-sama. 3. Melatih kerja sama anak-anak. Dalam permainan ini, para pemain harus saling bekerja sama untuk menjaga benteng, memata-matai musuh, menangkap lawan, dan menduduki benteng lawan. 4. Mengasah kemampuan menyusun strategi dan meningkatkan kreativitas. Dalam hal ini, para pemain harus memiliki strategi yang jitu dan kreatif dalam bermain sehingga kelompoknya dapat keluar sebagai pemenang. 5. Membangun sportivitas anak. Para pemain dalam permainan ini harus sportif mengakui jika kelompok lawan yang menang atau harus mau menjadi tawanan ketika ditangkap pemain lawan. 6. Mengembangkan motorik kasar anak, meningkatkan kelincahan, dan menyehatkan. Sebab, untuk merebut benteng lawan, menangkap lawan, atau menyelamatkan diri dari kejaran lawan. G. Otot Yang Bekerja Dalam Permainan Tradisional Benteng 1. Otot kaki a. Gastrocnemius b. Soleus c. Tibialis anterior d. Fibularis longus e. Biceps femoris f. Semitendinosus g. Gluteus maximus h. Quadriceps femoris i. Sartorius 2. Otot tangan a. Deltoid b. Biceps 8 c. Triceps d. Brachialis e. Brachioradialis f. Extensor Digitorum g. Extensor carpi radialis longus h. Extensor carpi radialis brevis 3. Otot punggung dan pinggang a. Latissimus dorsi b. Obliqus externus abdominis c. Serratus anterior d. Serratus posterior inferior e. Teres major f. Rhomboideus major 9 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Betengan adalah kata jadian yang berasal dari kata dasar “beteng” yang mendapat imbuhan “an”. Beteng itu sendiri adalah bahasa Jawa yang diIndonesiakan menjadi “benteng”. Permainan tradisional bentengan adalah salah satu permainan tradisional berkelompok yang membutuhkan ketangkasan, kecepatan berlari dan strategi yang handal, sebab setiap pemain harus berlari untuk menjaga benteng dan menangkap lawan. Menurut buku Peraturan Permainan Benteng (seperti dikurip Ir. BIasworo Adisuyanto, 2012) menyebutkan bahwa sejarah perkembangan permainan Bebentengan ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek, permainan ini sudah dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat. Permainan Bebentengan sempat menjadi primadona dan populer dimainkan sekitar tahun 1980 sampai 1990-an. Permainan bebentengan atau benteng adalah permainan tradisional yang berkembang di Indonesia dikenal dengan nama berbeda di berbagai daerah. Permainan tradisional bentengan merupakan permainan tanpa alat yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, pohon atau pilar sebagai “benteng”. Hal-hal dalam permainan ini antara lain: 1) prasarana; 2) sarana; dan 3) peraturan permainan. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh pohon, tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan ketika menyentuh markasnya. Dalam perkembangan permainan ini dapat dimainkan di luar lapangan (out door) dan di dalam ruang tertutup (in door). 10 B. Saran Untuk menghindari kepunahan permainan ini, perlu diadakan acara atau event yang dapat mempertontonkan serta memainkan secara langsung permainan tradisional. Bisa juga dengan dimulai dari kita sendiri untuk terus memainkan permainan tradisional bersama teman di sekitar lingkungan. 11 DAFTAR PUSTAKA Suhendrik, Rubi Bangun. 2011. Pengembangan Model Pembelajaran Permainan Tradisional Bentengan Pada Siswa Kelas Tinggi Di SD Negeri Sidakangen Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Annajih, Moh. Ziyadul Haq., Sa’idah, Ishlakhatus. 2020. Pengembangan Panduan Permainan Tradisional Benteng untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa SDN Lawangan Daya Pamekasan. Jurnal Konseling Pendidikan Islam. Nurastuti, Mutia Febri., Karini, Suci Murti., Yuliadi, Istar. 2015. Pengaruh Permainan Tradisional Bentengan Terhadap Interaksi Sosial Anak Asuh di Panti Yatim Hajah Maryam Kalibeber Wonosobo. Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. 12