Analisis Bioekonomi Dan
Pengelolaan Sumberdaya Ikan
Mas (Cyprinus carpio)
Di Waduk Cirata, Jawa Barat
Rangkuman Jurnal
Maulida Aprilia Pulungan
170302002
LATAR BELAKANG
Waduk Cirata memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan salah
satunya adalah kegiatan perikanan tangkap. Kegiatan perikanan tangkap
merupakan salah satu prioritas pekerjaan utama di Waduk Cirata untuk
memperoleh pendapatan. Salah satu hasil tangkapan bernilai ekonomis adalah
ikan mas. Berdasarakan data Balai pengembangan pengelolaan perairan umum
Waduk Cirata Hasil tangkapan ikan mas dari tahun ke tahun mengalami
Tujuan utama peneltian
penurunan.. Penurunan produksi ikan mas ini bisa disebabkan karena beberapa
ini adalah untuk mengetahui nilai
hal, seperti kualitas lingkungan perairan yang buruk, pengelolaan penangkapan
produksi sumberdaya ikan mas pada
yang belum optimal, penangkapan yang berlebihan atau tidak adanya suatu
kondisi Maximum Sustainable Yield
(MSY),
Maximum
Economi
Yield
(MEY), dan Open access (OA) di
perairan Waduk Cirata.
peraturan dalam penangkapan ikan sehingga diduga telah terjadi overfishing yang
mengancam keberlanjutan ikan mas.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret- Mei 2015
di Waduk Cirata, Jawa Barat. Penentuan lokasi
penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di tiga
kabupaten, Cianjur, Purwakarta, dan Bandung Barat
Metode penelitian menggunakan metode survei
analisis kuantitatif dan deskritif di Waduk Cirata, Jawa
Barat. Metode survei yang dilakukan yaitu melalui
kegiatan
observasi
dengan
wawancara kepada nelayan.
kuisioner
melalui
ANALISIS DATA
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Hasil Tangkapan
Pada analisis finansial usaha pada
penangkapan ikan mas, bahwa penggunaan alat
tangkap gillnet memiliki R/C diatas 1 hal ini
menunjukan usaha penangkapan ikan mas dengan
alat tangkap gillnet layak dilakukan, sedangkan pada
Pada gambar 1 menunjukan jumlah hasil tangkapan ikan mas
dengan alat tangkap gill net, jala tebar dan pancing pada kwartal 1-8 (2009-2010)
alat tangkap jala tebar dan pancing memiliki R/C
cukup konstan berkisar sekitar 260.000 kg-270.000 kg, hal ini bisa saja karena stok
dibawah satu hal ini menunjukan usaha penangkapan
ikan pada daerah penangkapan tinggi. Hasil tangkapan pada kwartal 11 turun dengan
tidak layak dilakukan.
hasil tangkapan 69.000 kg, kemudian hasil tangkapan mengalami kenaikan pada
kwartal 13 dengan hasil tangkapan 165.000 kg. Pada tahun 2010 menuju tahun 2011
(kwartal 8 menuju kwartal 10) mengalami penuruan yang cukup tinggi, hal ini
diduga akibat dari tahun sebelumnya bahwa hasil tangkapan telah melebihi hasil
tangkapan lestari sehingga stok ikan pada daerah penangkapan berkurang atau bisa
saja diakibatkan oleh faktor penangkapan yang berlebihan. Hasil tangkapan
mengalami fluktuatif dari kwartal 9 sampai kwartal 20.
Upaya Penangkapan
Pada gambar 2, jumlah upaya penangkapan ikan mas
terendah pada kwartal 1 (awal tahun 2009) yaitu sebesar 21.746
trip dan upaya penangkapan ikan mas tertinggi terjadi pada
kwartal 19 (2013 akhir) sebesar 97.639 trip. Ratarata upaya
penangkapan tahun 2009-2013 adalah sebesar 39.721 trip. Hal ini
disebabkan karena sifat open access dari perairan Waduk Cirata,
nelayan cenderung untuk menangkap ikan secara terus menerus
dan meningkatkan input untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
sehingga upaya terus meningkat.
Hasil Tangkapan Per Upaya
CPUE menggambarkan nilai produktifitas alat
tangkap gill net, jala tebar dan pancing, ratarata nilai CPUE selama
periode 2009-2013 adalah 12,2129 kg/trip dan secara umum dapat
Hubungan
CPUE
dengan
upaya
dilihat pada gambar 3, bahwa CPUE total terjadi penurunan. Nilai
penangkapan ikan mas di Waduk Cirata menunjukan
CPUE total dari alat tangkap gill net, jala tebar dan pancing
berbanding terbalik, bahwa semakin tinggi upaya
tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 22,45 kg/trip, hal ini
penangkapan maka nilai CPUE semakin rendah.
menunjukan bahwa hasil tangkapan pada tahun tersebut tinggi
dengan upaya penangkapan rendah. Nilai CPUE terendah terjadi
Besaran CPUE dapat digunakan sebagai indikator
pada tahun 2013 (kwartal 18 dan 19) sebesar 2,48 kg/trip, artinya
tingkat efesiensi teknik dari penngunaan upaya,
bahwa hasil tangkapan sedikit dengan upaya penangkapan yang
semakin tinggi nilai CPUE maka tingkat efesiensi
tinggi.
penggunaan effort lebih baik
Fungsi Produksi Lestari
Pada gambar 5, menunjukan bahwa hasil
tangkapan produksi lestari sebesar 220.811 kg dengan
Berdasarkan gambar 6, upaya penangkapan pada kwartal 9-12 atau pada
tahun 2011, kondisi ini berada pada kondisi MEY hal ini menandakan bahwa
tingkat upaya penangkapan 19.857 trip dalam 3 bulan.
pemanfaatan sumberdaya ikan mas optimum. Pada kwartal 1-8 atau pada tahun 2009-
Hal ini menunjukan bahwa nilai tersebut berada pada
2010 Hasil tangkapan berada diatas produksi maksimum lestari, akan tetapi upaya
tangkapan tertinggi tanpa mengacam keberadaan ikan
penangkapan dibawah upaya maksimum lestari. Hal ini menunjukan pemanfaatan ikan
mas, tetapi apabila melebihi batas tersebut maka
keberadaan ikan mas akan terancam atau terjadinya
degradasi stok.
mas pada tahuntahun tersebut telah overfishing secara biologi. Pada kwartal 13-18 atau
secara umum berkisar pada tahun 2012-2013 menandakan telah terjadi overfishing
secara ekonomi karena input atau upaya lebih besar melebihi upaya maksimum lestari
dan hasil ouput atau produksi sedikit
Kondisi MEY
Kondisi MSY
Pemanfaatan sumberdaya ikan mas pada kondisi
Maximum Economic Yield (MEY) memberikan keuntungan
maksimum sebesar Rp 2.127.680.357,- Keuntungan MEY ini lebih
besar dibandingkan pada kondisi MSY sebesar Rp 2.126.934.297,dan kondisi open access sebasar nol rupiah. Pada kondisi MEY ini
dicapai pada tingkat upaya sebesar 19.492 trip dengan hasil
tangkapan 220.736. Nilai tersebut memberikan tingkat produksi
yang maksimum secara ekonomi dan merupakan tingkat upaya yang
optimum secara social, dalam mencapai keuntungan optimum yang
lestari diperlukan upaya yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan kondisi MSY atau pun open access.
Hasil tangkapan yang maksimum dicapai pada kondisi
MSY sebesar 220.811 lebih besar dibandingkan pada kondisi MEY
220.736 dan open access 15.937. Nilai tersebut menunjukan tingkat
produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan ikan mas tertinggi
yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumber daya
ikan mas. Hasil tangkapan tersebut lebih besar dibandingkan dengan
kondisi MEY namun tidak secara ekonomi. Hal ini disebabkan
karena besarnya tingkat upaya penangkapan yang berdampak
terhadap peningkatan biaya yang diperlukan. Pada kondisi MSY
rente ekonomi yang diperoleh lebih kecil dari MEY sementara nilai
TC lebih besar dibandingkan kondisi MEY
Kondisi Open Access
Pada kondisi open access, biaya yang dikeluarkan sama
dengan nilai penerimaan yang diterima nelayan dalam melakukan
kegiatan penangkapan ikan mas, sehingga rente pada open access
sama dengan nol. Tingkat upaya yang dibutuhkan pada kondisi open
access jauh lebih banyak dibandingkan dengan kondisi MEY dan
MSY dan hasil tangkapan pun jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan MSY dan MEY. Pada kondisi ini dicirikan dengan
banyaknya input dan sedikit biomasa ikan.
Pada gambar 8, menunjukan bahwa rezim pengelolaan MEY
membutuhkan
sedikit
upaya
penangkapan
dibandingkan
dengan
rezim
pengelolaan MSY dan OA untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang
maksimum. Sebaliknya pada kondisi open access terjadi ketidakefesienan
D
ekonomi karena upaya penangkapan yang besar dan hasil tangkapan atau produksi
D
lebih kecil dari upaya penangkapan, sehingga keuntungan tidak ada (π=0).
Rencana Pengelolaan Ikan Mas di Perairan Waduk Cirata
Penetapan input dan output
perlu
dilakukan
dalam
menerapkan pengelolaan ikan
yang berkelanjutan.
Pembatasan
seperti
tidak
memberikan
ijin
untuk
penambahan alat tangkap baru
Pembatasan intesitas operasi tidak boleh melebihi
jumlah
upaya
keberadaan
MSY
ikan,
agar
ataupun
tidak
mengancam
pembatasan
waktu
penangkapan perlu diatur agar eksploitasi ikan tidak
dilakukan secara berlebihan.
Penetapan kuota juga dilakukan dalam pengelolaan
sumberdaya ikan mas, dengan mengatur jumlah hasil
tangkapan ikan mas yaitu dengan penerapan jumlah
hasil tangkapan yang diperbolehkan (JTB) yaitu 80%
dari hasil tangkapan MSY
KESIMPULAN
01
Usaha pada penangkapan ikan mas, menggunakan alat tangkap gillnet
memiliki R/C diatas satu, hal ini menunjukan usaha penangkapan ikan
mas dengan alat tangkap gillnet layak dilakukan, sedangkan pada alat
tangkap jala tebar dan pancing memiliki R/C dibawah satu hal ini
menunjukan usaha penangkapan tidak layak dilakukan..
02
Pada kondisi aktual bahwa upaya penangkapan yaitu sebesar 24.169,
atau pada beberapa tahun terakhir 2012-2013 menunjukan nilai upaya
yang lebih besar dari upaya MEY dan MSY yaitu 19.857, hal ini
menandakan terjadi overfishing atau upaya penangkapan yang
berlebihan terhadap suatu stok ikan..
03
Pengelolaan perikanan tangkap ikan mas di perairan Waduk Cirata
perlu dikelola agar tidak mengancam keberadaan ikan mas, yaitu
dengan pengaturan input dan ouptut baik pengaturan upaya
penangkapan dan penetapan kouta hasil tangkapan.
Thank You