STUDI KOMPARATIF SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI
ELEMENTS OF SOLAR ECLIPSES JEAN MEEUS DAN TEXTBOOK ON
SPHERICAL ASTRONOMY W.M. SMART
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar sarjana strata satu
Dalam Ilmu Syariah Dan Hukum
Disusun oleh:
Fiki Nu`afi Qurrota Aini
(1402046009)
JURUSAN ILMU FALAK FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
Semarang, 13 Desember 2018
ii
Semarang, 11 Desember 2018
iii
iv
MOTTO
٦
اط ا ْل َع ِزي ِْز ا ْلح َِم ْي ِد
َّ ِي أ ُ ْن ِز َل أِلَ ْيكَ ِم ْن َّر ِبكَ ه َُو ا ْل َح
ِ ق َو َي ْهدِى ِألَى ِص َر
ْ َو يَ َر الَّ ِذ ْينَ أ ُ ْوت ُو ا ْل ِع ْل َم الَّذ
“Dan orang-orang yang diberi ilmu (ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan
kepadamu dari Tuhanmu Itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan
yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (Q.S. Saba`: 6).
v
PERSEMBAHAN
Skripsi yang penuh perjuangan dan menempuh perjalanan panjang ini saya persembahkan
untuk:
ABAH & UMI TERCINTA
Abah Nur Ahsin & Umi Afifah Intanasari Noelly
Sosok yang selalu ada dalam kehidupanku. Tokoh yang selalu menjadi alasan dalam setiap
langkah kesuksesan serta kelancaran yang Allah berikan kepadaku. Mereka yang tak pernah
lelah mendampingi, membimbing serta mengawali hari-hariku menuju kehidupan yang lebih
baik, dengan segala untaian doa yang mereka panjatkan siang malam, hanya demi kebaikan
Putri sulungnya. Hanya inilah, bentuk baktiku pada Abah dan Umi tercinta. Semoga kalian
selalu dalam keberkahan serta perlindungan-Nya.
Kedua Adikku yang aku banggakan,
Ulya Rahma Salsa Bila serta Muhammad Faiq Haidar Azmi.
Teman bermain, berbagi pendapat, berbagi ilmu, serta teman yang senantiasa mengubah cara
pandangku terhadap dunia luar. Kakak menyayangi kalian berdua.
vi
vii
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987
dan Nomor: 0543b/U/1987.
Konsonan
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat
pada halaman berikut:
Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Alif
Tidak
Tidak Dilambangkan
Dilambangkan
ب
Ba
B
Be
ت
Ta
T
Te
ث
S̓a
S̓
Es (dengan titik di atas)
ج
Jim
J
Je
ح
Ḥa
Ḥ
Ha (dengan titik di atas)
خ
Kha
Kh
Ka dan Ha
د
Dal
D
De
ذ
Żal
Ż
Zet (dengan titik di atas)
ر
Ra
R
Er
ز
Zai
Z
Zet
س
Sin
S
Es
ش
Syin
Sy
Es dan Ye
ص
Ṣad
Ṣ
Es (dengan titik di bawah)
ض
Ḍad
Ḍ
De (dengan titik di bawah)
ط
Ṭa
Ṭ
Te (dengan titik di bawah)
ظ
Ẓa
Ẓ
Zet (dengan titik di
bawah)
ع
Ain
_
apostrof terbalik
غ
Gain
G
Ge
ف
Fa
F
Ef
ق
Qof
Q
Qi
viii
ك
Kaf
K
Ka
ل
Lam
L
El
م
Mim
M
Em
ن
Nun
N
Ea
و
Wau
W
We
ه
Ha
H
Ha (dengan titik di atas)
ء
Hamzah
_'
Apostrof
ي
Ya
Y
Ye
Hamzah ( )ءyang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa
pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).
Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau
monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya
berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda
Nama
Huruf Latin
Nama
ا
Fatḥah
A
A
ا
Kasrah
I
I
ا
Ḍammah
U
U
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan
huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
Tanda
Nama
Huruf latin
Nama
ىي
Fatḥah dan Ya
Ai
A dan I
ىو
Fatḥah dan Wau
Au
A dan U
Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
ix
Harkat dan
Nama
Huruf dan
Huruf
ي...َأ
Nama
Tanda
Fatḥah dan Alif atau
ā
a dan garis di atas
Ya
َي
Kasrah dan Ya
ī
i dan garis di atas
َو
Ḍammah dan Wau
ū
u dan garis di atas
Ta marbūt̩ ah
Transliterasi untuk ta marbūt̩ ah ada dua, yaitu: ta marbūt̩ ah yang hidup atau
mendapat harkat fath̩ah, kasrah, dan d̩ammah , transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta
marbūt̩ ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūt̩ ah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang al serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūt̩ ah itu
ditransliterasikan dengan ha (h).
Syaddah (Tasydi͂ d)
Syaddah atau tasydi͂ d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda tasydi͂ d ( ) ا, dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf
(konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.
Jika huruf ىbertasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (
ا
) ى ا, maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah (i͂ ).
Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif lam
ma‘arifah) . Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak
mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Hamzah
x
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah
yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak
dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia
Kata, istil ah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat
yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah
lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis
dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Namun,
bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus
ditransliterasi secara utuh.
Lafz̩ Al-Jalālah ()هللا
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau
berkedudukan sebagai mud̩āf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.
Adapun ta marbūt̩ ah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafz̩ Al-Jalālah,
ditransliterasi dengan huruf [ t ].
Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital
berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital,
misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, Bulan) dan
huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-),
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang
tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf
awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam
teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).
xi
ABSTRAK
Gerhana Matahari merupakan salah satu fenomena alam yang mana dalam memperkirakan
kejadiannya diperlukan perhitungan yang tepat. Perhitungan gerhana (baik Matahari maupun
Bulan) inilah yang menjadi salah satu cabang konsentrasi berbagai perhitungan yang terdapat
dalam ilmu falak. Perhitungan gerhana yang tepat, akan memiliki berbagai manfaat, terutama
bagi umat Islam. Umat Islam memperkirakan terjadinya gerhana, untuk dijadikan pedoman
dalam waktu salat gerhana. Salat gerhana akan dilaksanakan hanya pada saat terjadinya
gerhana. Oleh karenanya, hasil perhitungan yang tepat akan membawa dampak pada ketepatan
waktu pelaksanaan salat gerhana.
Berbeda dengan penentuan waktu ibadah lainnya, perhitungan gerhana sebagai penentu salat
gerhana tidaklah sering terjadi perbedaan pendapat di dalamnya, namun perhitungannya dalam
memperkirakan gerhana terdapat beberapa perbedaan metode di kalangan ilmuwan. Seperti
halnya, dalam perhitungan gerhana Matahari pada data NASA, maka tentu akan berbeda
hasilnya jika dilihat pada data perhitungan lainnya. Perhitungan gerhana pada NASA salah satu
narasumbernya adalah ilmuwan yang bernama Jean Meeus. Karya Jean Meeus yang banyak
digunakan sebagai referensi perhitungan gerhana adalah Elements of Solar Eclipses. Di sisi
lain, terdapat referensi perhitungan gerhana yang keakuratannya juga telah diakui, sama halnya
dengan perhitungan Jean Meeus dalam Elements of Solar Eclipses, yakni Textbook on
Spherical Astronomy karya W.M. Smart. Textbook on Spherical Astronomy tersebut
merupakan buku karya W.M. Smart, yang dijadikan sebagai bahan perkuliahan serta sumber
referensi dalam perhitungan gerhana di Cambridge University. Keduanya, sama-sama
memiliki Elemen Bessel sebagai dasar perhitungan rumusnya, namun tetap memiliki
perbedaan dalam hasil perhitungannya. Latar belakang inilah yang mendasari, penulis untuk
mengetahui terkait perbandingan hasil perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy, berikut kelebihan serta kekurangan yang
dimiliki keduanya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research). Sumber data yang
digunakan adalah “Elements of Solar Eclipses” dan “Textbook on Spherical Astronomy”, serta
beberapa buku dan literatur yang membahas gerhana Matahari maupun ilmu falak. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur yang berkaitan dengan
Astronomi maupun perhitungan gerhana Matahari.
Penelitian ini menghasilkan dua temuan. Pertama, meski keduanya menggunakan Elemen
Bessel sebagai perhitungannya, namun konsep Elemen Bessel yang digunakan berbeda, serta
ketelitian perhitungan antara keduanya, juga berbeda. Kedua, kelebihan dan kekurangan dari
kedua sistem perhitungan. Kelebihan dari sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses adalah
perhitungannya yang mudah serta cepat, dapat dibahasakan dan diprogram ke dalam kalkulator
maupun Excel, potensi kesalahannya yang kecil dan perhitungannya yang bersifat sistematis.
Adapun kekurangannya adalah, hasil perhitungannya yang tidak bersifat global. Sedangkan
Textbook on Spherical Astronomy kelebihannya adalah, hasil perhitungan waktu gerhananya
yang detail, serta perhitungannya yang juga beralur sistematis. Adapun kekurangannya adalah
susah untuk dibahasakan serta diprogam dalam kalkulator maupun Excel, informasi serta
konsistensi datanya yang sangat kurang, berpotensi besar dalam menimbulkan kesalahan
perhitungan, serta tidak mengasilkan waktu gerhana sentral.
Kata Kunci: Sistem perhitungan, Komparasi, Elemen Bessel, Waktu Gerhana Matahari.
xii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, atas limpahan rahmat,
taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw,
kekasih Allah yang telah membimbing kita semua dari zaman jahiliyyah menuju zaman yang
terang benderang berbekal iman serta ketaqwaan sang pemberi syafa’at beserta seluruh
keluarga, sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi yang berjudul “Studi Komparatif Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Elements of
Solar Eclipses Jean Meeus dan Textbook on Spherical Astronomy W.M. Smart” ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas
Syari’ahdan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidaklah mungkin
terlaksana tanpa adanya bantuan yang diberikan, baik moral maupun spiritual dari berbagai
pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih yang sedalamnya kepada:
1.
Drs. H. Slamet Hambali, M.S.I., selaku Pembimbing I yang senantiasa membantu,
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, mengoreksi dan mengarahkan
penulis. Dengan kesabaran dan keihklasan Beliau Alhamdulillah skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Semoga rahmat dan keberkahan senantiasa mengiringi langkah
beliau.
2.
Dr. H. Mahsun, M.Ag., selaku Pembimbing II yang telah senantiasa memberikan banyak
masukan, maupun beberapa dukungan moril, serta meluangkan waktunya untuk
membimbing, mengoreksi serta mengarahkan penulis. Dengan kesabaran dan keihklasan
Beliau Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga rahmat dan
keberkahan senantiasa mengiringi langkah beliau.
3.
Dr. KH. Ahmad Izzuddin. M. Ag. selaku Dosen Ilmu Falak yang senantiasa Saya jadikan
panutan dalam menimba ilmu. Beliau merupakan sosok yang telah memperkenalkanku
pada Algoritma Jean Meeus. Berkat ilmu yang Beliau berikan, Alhamdulillah skripsi ini
mendapatkan kemudahan dalam pengerjaannya.
xiii
4.
Dr. H. Ahmad Arif Junaidi, M. Ag selaku dosen Wali serta Dekan Fakultas Syari’ah dan
Hukum UIN WALISONGO Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini dan
memberikan fasilitas belajar dari awal hingga akhir.
5.
Drs. H. Maksun, M. Ag Selaku Ketua Program Studi Ilmu Falak serta seluruh Dosen
Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah UIN Walisongo Semarang, yang telah
membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan
skripsi.
6.
Pimpinan Perpustakaan Universitas dan Fakultas yang telah memberikan izin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7.
Kedua orangtua ku, Abah Nur Ahsin, Umi Afifah, kedua adikku Ulya Rahma dan
Muhammad Faiq serta seluruh keluarga besar ku, yang tidak pernah berhenti selalu
memberikan dukungan baik dalam bentuk moril maupun materiil, serta seluruh doa yang
kalian telah panjatkan untukku.
8.
Drs. Bambang Supriyadi MP., yang telah memberikan dukungan moril, hingga sekarang.
9.
Dr. Mega Novita S.Si., M.Si., M.Nat.Sc., Ph.D, selaku Dosen Teknik Informatika
Universitas PGRI Semarang, yang telah banyak memberi bantuan, masukan, sumber
reverensi serta semangat maupun dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau adalah
bagian dari inspirasi terbesar Saya.
10. dr. Endang Army Sp.KK., yang tak pernah lelah untuk selalu memberikan motivasinya
untukku. Sosok yang selalu mengerti dalam keadaan terburukku sekalipun.
11. Ibu Musri’ah, serta Bukhori Rusydi, S.Pd.I, Guru yang senantiasa mendoakanku.
12. KH. Muhibbin Mushlih, beserta Hj. Nadhiroh, selaku pengasuh dan Guru besar saya di
PPP. Al-Badriyyah, Mranggen Demak.
13. KH. Shodiq, Nur Kholiq S.Pd, Ibu Tri, serta segenap Guru MTs Futuhiyyah 2, Mranggen,
Demak.
14. Bapak Shohibul Huda, S.Pd.I, selaku pembina Pondok Pesantren Yanabi ‘ul Ulum
Warrahmah, Krandon, Kudus.
15. Segenap Guru MA NU BANAT, terutama Ibu Sukrisni S.T., S.Pd., serta Ibu Dina Maria
M.Sc.
16. Ibu Erlina Noor Aini S.Pd., Guru yang telah memperkenalkan, serta menjadi pembimbing
ilmu elemen Fisika dalam perjalanan saya menimba ilmu.
17. Teman seperjuangan semasa mengajar TPQ An-Nur, Ustadzah Kelly, Ustadzah Nila,
Ustadzah Fitri, Ustadzah Iklimah, Ustadzah Azizah, Ustadzah Chalimah, Ustadzah
Chyntia, Ustadzah Uut, Ustadzah Laily, Ustadzah Ulya serta Ustadzah Ita.
xiv
18. Teman “Mutiara”-ku, Wiwit, (calon drg.) Isna, Khoirun Nisa’, Rif‘ah Dzawir Rohmah,
Noor Nailarrochim, Alivia Salma, Farchah Fitriyati, Mubayyinul Khoeroh, Hilmi Faiqoh,
Khana Fitriya, Umi Nihayah, Kiswatun Najah S.H., Lu’lu’il Ikrimah, Aqillatul Rahma,
Nur Hidayah S.H., serta Mohammad Akyas S.H. Berkat semangat besar kalian, skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
19. Temanku, Guruku, panutanku, Nadea Lathifa S.H. teman satu divisi serta satu mimpi.
Banggakan orang tua serta raih mimpi setinggi-tingginya, adalah motto utama dalam hidup
yang kau ajarkan padaku.
20. Kim Jonghyun. Bagian dari semangat terbesar serta bagian dari segala impian yang tak
dapat kujabarkan dalam kehidupanku. Kau adalah yang terhebat.
21. Keluarga besar AURORA (Ilmu Falak IFB angkatan 2014 : Akhmad Husein, Syaadah,
Abu Dzar Alghifari, Ghifari Ma’ruf, Chilman Syarif, M. Tauhid Rahmatulah, Siti Lailatul
Farichah, Darmawan, Bakhtiar Khasbullah Ahmad, Ulfa Rohmah Wati, Nizma Nur
Rahmi, Sohibatul Ismatil Hasanah, Haidir Yasir, Rizqi Raukhillahi, Irfan Jamalul Lail,
Lela Laelatul Muniroh, M. Ruston Nawawi, Alaik Ridhallah, Aqillatul Rahmah, M. Abdul
Rozaq, Asyatul Laili, Fathan Zainur Rasyid, Moh. Hilmi Sulhan Maulana, M. Zakiy
Alfaruq, Maulida Chaerudin Fajri, Ahdina Constantinia serta Hadisti Amanatu Firdaussa)
yang sudah menemani perjalananku dari semester awal hingga saat ini. Susah senang yang
kita lewati bersama akan menjadi kenangan terindah, menjadi bagian cerita kehidupanku.
22. Seluruh teman-teman di Jurusan Ilmu Falak yang telah memberikan segala dukungan serta
persaudaraan yang terjalin.
23. Keluarga besar “Teen Avelexa (Avelqa)”, “SHOWOLLU”, dan seluruh kawan Kamar
Darus Salamah, maupun Hujroh Ummu Salamah 2.
24. Teman seperjuangan LPM JUSTISIA UIN WALISONGO. Meski dalam waktu yang
sangat singkat, kalian adalah bagian dari motivasi besarku.
25. Keluarga KKN 69 posko 03 Tamansari, Mranggen, Demak. Teman susah senang, teman
segala kondisi, yang senantiasa hadir selama 45 hari di tempat KKN, selalu bersama
mengukir kenangan dan sejarah walau sekejap. Kordes kami Samsul Hadi. Maslihan,
Hilman, Leni, Puji, Isti, Riska, Miss Nadheeroh, Irma serta Luluk. Tak lupa, keluarga Ibu
Mubadaroh. Serta Adik kita Tata, yang mengisi hari-hari kita dengan penuh warna dalam
Posko 03.
26. Lee Jinki, Kim Kibum, Choi Minho serta Lee Taemin. Inspirasi besar untukku selalu
datang bersama kalian.
27. Keluarga besar “SHAWOL”, di manapun kalian berada.
xv
28. Seluruh pihak yang telah banyak berkontribusi serta mendoakan demi kelancaran skripsi
ini, yang tidak mungkin saya jabarkan satu persatu.
Harapan serta do’a penulis, semoga semua amal kebaikan dan jasa-jasa dari semua
pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini diterima oleh Allah swt, serta
mendapatkan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda.
Selain itu, penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan keterbatasan dalam kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharap saran
maupun kritik yang membangun dari pembaca, demi perbaikan dalam skripsi ini. Pada
akhirnya penulis berharap, semoga ke depannya skripsi ini dapat memberikan manfaat nyata
bagi penulis (khususnya) dan bagi para pembaca pada umumnya.
Semarang, 15 Desember 2018
Penulis
Fiki Nu`afi Qurrota Aini
NIM.1402046009
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................
HALAMAN
i
NOTA
ii
PEMBIMBING..............................................................................
HALAMAN
PENGESAHAN.........................................................................................
iv
HALAMAN
v
MOTTO......................................................................................................
HALAMAN
PERSEMBAHAN......................................................................................
vi
HALAMAN
DEKLARASI.............................................................................................
vii
HALAMAN
viii
TRANSLITERASI....................................................................................
HALAMAN
xi
ABSTRAK..................................................................................................
HALAMAN
KATA
PENGANTAR...............................................................................
HALAMAN
xii
DAFTAR
xvi
ISI..............................................................................................
HALAMAN
DAFTAR
TABEL......................................................................................
HALAMAN
xxi
DAFTAR
GAMBAR.................................................................................
BAB I : PENDAHULUAN
xvii
xxii
A. Latar
Belakang...................................................................................................
1
B. Rumusan
5
Masalah..............................................................................................
C. Tujuan
dan
Manfaat
Penelitian...........................................................................
5
D. Penelitian
Terdahulu..........................................................................................
6
E. Metode Penelitian..............................................................................................
7
F. Sistematika Penulisan........................................................................................
10
BAB II : SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI
A. Pengertian
Gerhana
Matahari.............................................................................
B. Dalil
Mengenai
12
Gerhana
Matahari.....................................................................
14
C. Fiqh Hisab Rukyah Gerhana............................................................
15
D. Data Perhitungan Gerhana Matahari
1. Data
Perhitungan...........................................................................................
a.
Tanggal
18
Kalender...................................................................................
b.
c.
18
Waktu
(Dynamical
Time
pada
Puncak
Gerhana)....................................
19
Delta T...................................................................................................
19
xviii
d.
Nomor Lunasi........................................................................................
20
e.
Nomor Seri Saros...................................................................................
20
f.
Tipe
Gerhana..........................................................................................
20
BAB III : SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI ELEMENTS
OF SOLAR ECLIPSES DAN TEXTBOOK ON SPHERICAL
ASTRONOMY
A. Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Jean Meeus dalam Elements of Solar
Eclipses
1. Tinjauan Umum Elements of Solar Eclipses Jean Meeus..............................
34
2. Sumber Informasi Data
a. Koordinat Matahari..................................................................................
35
b. Nilai Radius Bulan...................................................................................
35
3. Keterangan pada Nilai Numerik yang Disajikan dalam Katalog
a.
Data-data
yang
36
disajikan........................................................................
b.
Tipe
Gerhana..........................................................................................
c.
Nilai
36
Gamma
(γ).....................................................................................
d.
Julian
37
Day
(JDE)....................................................................................
e.
f.
38
Lunation
(k)............................................................................................
38
Seri Saros...............................................................................................
39
xix
g.
Referensi Waktu (T˳).............................................................................
h.
Elemen
Bessel........................................................................................
39
39
4. Penggunaan Praktis Elemen Bessel dan Contoh Numeriknya
a. Perhitungan
Waktu..................................................................................
b. Catatan
pada
Garis
40
Lintang
41
Geografis.....................................................
5. Metode Perhitungan
a. Menghitung Elemen Bessel
1) Elemen
Dasar
42
Bessel.........................................................................
2) 𝛷1
dan
Sudut
Waktu
43
H......................................................................
3) Bujur Geografis Φ dan Lintang λ.....................................................
43
4) Durasi pada Gerhana Total atau Cincin pada Lokasi.........................
44
5) Tinggi
Matahari
44
h..............................................................................
6) Lebar
Garis
Edar
pada
Fase
Gerhana
Total
atau
44
Cincin.....................
7) Rasio A pada Diameter Bulan yang Tampak hingga Diameter
Matahari............................................................................................
B. Sistem Perhitungan Gerhana Matahari W.M. Smart dalam Textbook on
Spherical Astronomy
xx
44
1. Tinjauan
Umum
Textbook
on
Spherical
44
Astronomy......................................
2. Metode Perhitungan
a. Elemen Bessel
1) Elemen
x,
dan
y
47
d...............................................................................
2) Elemen μ...........................................................................................
48
3) Elemen f1 dan f2 ...............................................................................
49
L1
4) Elemen
b.
dan
L2 ..............................................................................
50
Perhitungan Gerhana pada Tiap Tempat................................................
51
C. Contoh Hasil Perhitungan Gerhana Matahari Menggunakan Algoritma
Elements of Solar Eclipses Jean Meeus dan Algoritma Textbook on Spherical
Astronomy
1. Hasil Perhitungan Gerhana Matahari pada 10 Mei 1994
a. Berdasarkan Algoritma Elements of Solar Eclipses................................
b. Berdasarkan
Algoritma
Textbook
on
55
Spherical
56
Astronomy.....................
2. Hasil Perhitungan Gerhana Matahari pada 9 Maret 2016
a. Berdasarkan Algoritma Elements of Solar Eclipses................................
b. Berdasarkan
Algoritma
Textbook
on
56
Spherical
56
Astronomy.....................
BAB IV : ANALISIS KOMPARATIF SISTEM PERHITUNGAN GERHANA
MATAHARI ELEMENTS OF SOLAR ECLIPSES DAN TEXTBOOK
ON SPHERICAL ASTRONOMY
xxi
A. Analisis Perbandingan Hasil Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Elements
of
Solar
dan
Eclipses
Textbook
on
Spherical
58
Astronomy....................................
B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana Matahari
Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy
1. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana
Matahari
Elements
of
Solar
75
Eclipses............................................................................
2. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana
Matahari
Textbook
on
Spherical
Astronomy.................................................................
77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................
82
B. Saran..................................................................................................................
83
C. Penutup..............................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
xxii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil perhitungan waktu gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses
tanggal 10 Mei 1994...................................................................................
55
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy tanggal 10 Mei 1994.................................................................
56
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses
tanggal 9 Maret 2016.................................................................................
56-57
Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy tanggal 9 Maret 2016................................................................
57
Tabel 4.1 Perhitungan Lintang dan Bujur pada Elements of Solar Eclipses..............
59
Tabel 4.2 Perbandingan hasil perhitungan waktu gerhana Matahari Elements of
Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy...............................
61
Tabel 4.3 Perbedaan penggunaan Elemen Bessel.......................................................
61
Tabel 4.4 Nilai selisih pada data Elemen Bessel yang digunakan dalam perhitungan
gerhana Matahari pada Elements of Solar Eclipses...............
64
Tabel 4.5 Data dasar Elemen Bessel Elements of Solar Eclipses pada tanggal 10 Mei
1994 dan 9 Maret 2016......................................................................
64-65
Tabel 4.6 Data dasar Elemen Bessel Textbook on Spherical Astronomy pada tanggal
10 Mei 1994 dan 9 Maret 2016......................................................
65-66
xxiii
Tabel 4.7 Perbandingan waktu gerhana Matahari hasil perhitungan Elements of
Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy dengan data
NASA..........................................................................................................
71
Tabel 4.8 Selisih hasil perbaningan waktu gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy dengan data NASA.........
71
Tabel 4.9 Perbandingan kelebihan dari sistem perhitungan gerhana Matahari
Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy............
79-80
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Skema Gerhana Matahari Total......................................................
13
Gambar 2.2
Skema Gerhana Matahari Cincin....................................................
13
Gambar 2.3
Skema Gerhana Matahari Sebagian................................................
14
Gambar 2.4
Skema Garis Nodal.........................................................................
16
Gambar 2.5
Contoh lintasan gerhana Matahari sebagian pada tanggal 19 Maret
2007, serta foto yang diambil pada saat terjadi gerhana
sebagian...........................................................................................
21
Contoh lintasan gerhana Matahari cincin pada tanggal 20 Mei
2012, serta foto yang diambil pada saat terjadi gerhana cincin......
21
Contoh lintasan gerhana Matahari total pada tanggal 21 Agustus
2017, serta foto yang diambil pada saat terjadi gerhana total.........
22
Contoh lintasan gerhana Matahari hybrid pada tanggal 3
November 2013, serta foto yang diambil pada saat terjadi gerhana
hybrid................................................................................
22
Gambar 3.1
Skema Bola Langit..........................................................................
46
Gambar 3.2
Skema Posisi Matahari dan Bulan saat Gerhana Matahari.............
49
Gambar 3.3
Skema Gerhana Matahari Tiap Tempat..........................................
51
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
xxiv
Gambar 3.4
Skema Bola Langit..........................................................................
52
Gambar 4.1
Skema Gerhana Matahari................................................................
62
Gambar 4.2
Segitiga DV1 C.................................................................................
63
Skema Gerhana Matahari................................................................
67
Segitiga CV1 F..................................................................................
67
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Hasil input data waktu gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses pada tanggal 10 Mei 1994 pada aplikasi Stellarium.........
72
Hasil input data waktu gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy pada tanggal 10 Mei 1994 pada aplikasi Stellarium.....
72
Hasil input data waktu gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses pada tanggal 9 Maret 2016 pada aplikasi Stellarium........
73
Hasil input data waktu gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy pada tanggal 9 Maret 2016 pada aplikasi
Stellarium........................................................................................
74
xxv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perhitungan gerhana, merupakan salah satu cabang konsentrasi berbagai perhitungan
yang terdapat dalam ilmu Falak 1 . Perhitungannya sangatlah berperan penting dalam
kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai dasar dalam memperkirakan fenomena alam yang
terjadi, namun juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur, dalam hal penentuan aktifitas yang
berkaitan dengan ibadah. Ibadah tersebut, kita ketahui sebagai pelaksanaan salat gerhana (baik
itu gerhana Matahari maupun Bulan). Pada saat terjadinya gerhana (baik gerhana Bulan
maupun gerhana Matahari), umat Islam melaksanakan salat gerhana berdasarkan dengan
waktu yang telah diperhitungkan sebelumnya. Pada saat awal hingga akhir dari terjadinya
gerhana yang telah diperhitungkan secara teliti tersebut, dijadikan sebagai landasan waktu
untuk umat Islam melaksanakan salat gerhana tersebut.
Penentuan perkiraan waktu terjadinya gerhana tidaklah terdapat perbedaan yang
signifikan. Tidak seperti perhitungan lainnya, yakni perhitungan dalam menentukan awal
Bulan tahun Hijriyah2 (khususnya pada saat penentuan awal Bulan Ramadhan dan Syawal),
yang terkadang dapat ditemukan perbedaan, baik dalam berbagai macam referensi, cara,
maupun hasil yang pada akhirnya, dapat menimbulkan perbedaan dalam umat Islam ketika
melaksanakan ibadah. Baik secara hisab 3 maupun rukyat 4 , tidak terlalu mempersoalkan
perbedaan dalam memperkirakan gerhana yang dari kedua madzhab tersebut. Jika hisab dalam
memperkiraan gerhananya menggunakan sistem perhitungan, maka rukyat menggunakan
hasil yang bersumber dari pengamatan (baik dengan menggunakan alat optik maupun dengan
mata telanjang), yang mereka lakukan untuk dijadikan dasar dalam memperkirakan gerhana.
Ilmu Falak, secara etimologi, “Falak” atau “Orbit” adalah, “lintasan benda-benda langit”, sehingga ilmu
falak adalah ilmu yang mempelajari tentang lintasan, benda-benda langit pada orbitnya masing-masing, untuk
diketahui posisi suatu benda langit terhadap benda langit lainnya. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak,
(Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm.34.
2
Tahun Hijriyah, merupakan tahun yang perhitungan penanggalannya berdasarkan perhitungan rata-rata
sinodik Bulan (Qamariyah). Awal tahun Hijriyah (1 Hijriyah), dihitung sejak peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad
Saw beserta para pengikutnya, yakni dari kota Makkah menuju kota Madinah. Baca Ahmad Izzuddin, Sistem
Penanggalan, (Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015), hlm.63.
3
Hisab, merupakan sistem perhitungan atau aritmatika. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak.....,
hlm.30.
4
Rukyat, merupakan kegiatan observasi atau melihat benda-benda langit. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus
Ilmu Falak......., hlm.69.
1
1
2
Sehingga, tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok di dalam penentuan gerhana
Matahari.
Dalam memperkirakan akan terjadinya peristiwa gerhana Matahari, sebelumnya para
ahli Falak memerlukan beberapa perhitungan. Hal ini berguna untuk memperhitungkan segala
macam peristiwa yang terjadi dalam gerhana Matahari. Beberapa peristiwa yang
diperhitungkan terjadi pada saat gerhana Matahari antara lain, durasi pada saat
berlangsungnya gerhana Matahari, letak bujur dan lintang lokasi terjadinya gerhana Matahari,
lebar lintasan gerhana Matahari, jenis gerhana Matahari yang terjadi serta peristiwa lainnya
yang hanya terjadi ketika gerhana Matahari berlangsung. Mengenai perhitungan yang
digunakan para ahli Falak, dapat ditemukan dalam berbagai macam metode dan beberapa
referensi perhitungan. Berbagai macam metode yang digunakan, dapat berupa perhitungan
yang berasal dari referensi klasik maupun moderen. Ada beberapa ahli Falak, yang memilih
untuk menggunakan referensi kitab-kitab klasik sebagai rujukan perhitungannya, seperti
mengunakan metode perhitungan yang diterapkan dalam kitab ad-Durul Aniq, Sullamun
Nayyirain, Fath Raufilmanan, hingga menggunakan metode Khulashah al-Wafiyah, melalui
perhitungan yang menggunakan bantuan Rubu` Mujayyab5.
Selanjutya, ada pula beberapa ahli Falak yang merujuk pada perhitungan moderen.
Perhitungan moderen, biasanya lebih mengacu kepada perhitungan fisika maupun astronomi.
Rujukan perhitungannya, menggunakan data-data yang lebih bersifat komputerisasi dalam
memperkirakan gerhana Matahari. Seperti halnya perhitungan gerhana Matahari yang
menggunakan data Ephemeris 6 Hisab Rukyat. Data Ephemeris dapat diperoleh melalui
beberapa software
7
, yang berisikan informasi perhitungan database
8
yang telah
dikalkulasikan menggunakan komputerisasi. Data-data yang berada pada sistem tersebut juga
berdasarkan pada acuan waktu Greenwich9, sehingga data-data tersebut diperkirakan cukup
akurat jika dipergunakan dalam memperkirakan terjadinya gerhana Matahari.
5
Rubu` Mujayyab merupakan alat hitung berbentuk seperempat lingkaran, yang berguna untuk
memproyeksikan peredaran benda-benda langit pada bidang vertikal. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak......,
hlm.69.
6
Ephemeris, (atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan Zaij), merupakan sebuah tabel, yang di dalamnya
memuat beberapa data astronomis benda-benda langit. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak.........., hlm.92.
7
Software, istilah khusus untuk data yang bisa dibaca dan ditulis oleh komputer. Lihat pada laman
https://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunak, diakses pada tanggal 12 Juni 2018, pukul 12:43 WIB.
8
Database (basis data), merupakan kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik,
sehingga dalam mengkoreksi informasinya pun, menggunakan program komputer. Lihat pada laman
https://en.wikipedia.org/wiki/Database, diakses pada tanggal 12 Juni 2018, pukul 12:45 WIB.
9
Greenwich, merupakan nama sebuah desa kecil, yang letaknya beberapa meter di luar kota London, Inggris.
Greenwich merupakan lokasi sebuah bangunan observatorium milik Kerajaan Inggris, yang bernama Royal
Greenwich Observatory. Dunia internasional telah menetapkan, bahwa garis meridian yang melewati Greenwich,
akan dijadikan meridian dasar (Bujur 0° ). Meridian atau bujur yang berada di sebelah timur Greenwich disebut dengan
“Bujur Timur (BT)”. Sebaliknya, jika meridian tersebut berada di sebelah barat Greenwich, maka dinamakan“Bujur
3
Mengenai
perhitungan moderen yang
digunakan para ahli Falak dalam
memperkirakan terjadinya gerhana Matahari, di antaranya terdapat dalam dua referensi
berikut. Pertama, perhitungan (algoritma) astronomi karya Jean Meeus10, yang tertulis dalam
bukunya, yakni Elements of Solar Eclipses. Kedua, perhitungan astronomi bola karya W.M.
Smart11 dalam bukunya, Textbook on Spherical Astronomy. Sekilas, keduanya terlihat samasama memakai metode perhitungan astronomi moderen, namun di dalamnya terdapat
perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dalam sistem perhitungan astronomi
yang diterapkan dari kedua buku tersebut.
Sistem perhitungan Jean Meeus dalam Elements of Solar Eclipses, sistem koordinat
Matahari lebih mengacu kepada perhitungan yang berbasis pada perhitungan algoritmanya
VSOP87 12 , sedangkan sistem perhitungan koordinat Bulannya berbasis pada teori ELP2000/8213.
VSOP87, merupakan penyelesaian analisis pada pergerakan beberapa planet dalam
versi yang berbeda-beda. Versi utama VSOP87, terdiri atas beberapa seri dalam elemen elips,
sebagaimana yang terdapat pada sistem VSOP82 dan beberapa versi VSOP87 lainnya, yakni
VSOP87A, VSOP87B, VSOP87C, VSOP87D dan VSOP87E, yang mana VSOP87(dari versi A
hingga versi E), yang berdasarkan atas variabel persegi panjang dan bola. Versi utama
VSOP87, sama halnya dengan versi teori yang sebelumnya, yakni VSOP82 14 . Keduanya,
merupakan ketetapan pada gabungan yang telah ditentukan berdasarkan penyesuaian untuk
gabungan numerik DE200 15 pada Jet Propulsion Laboratory (JPL)16 . Berbagai versi pada
Barat (BB)”. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak......, Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak......,
hlm.27-28.
10
Jean Meeus, merupakan seorang ahli meteorologi Belgia. Beliau juga merupakan seorang Astronom, dalam
bidang mekanika
langit,
Astronomi
bola dan Astronomi
Matematik.
Lihat
pada laman
https://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Meeus, diakses pada tanggal 14 Juni 2018, pukul 20:49 WIB.
11
William Marshall Smart (1889-1975), pada awalnya merupakan seorang ahli navigasi pada masa Perang
Dunia I. Kemudian, pada tahun 1919, beliau kembali ke Universitas Cambridge dan John Couch Adams Astronomer
pada
tahun
1921-1937,
untuk
menjadi
mengajar
Matematika.
Lihat
pada
laman
https://en.wikipedia.org/wiki/William_Marshall_Smart, diakses pada tanggal 14 Juni 2018, pukul 20:52 WIB.
12
VSOP (Bahasa Prancis: Variations Seculaires des Orbites Planetaires).
13
ELP-2000/82, merupakan sebuah sistem perhitungan Ephemeris Bulan yang bersifat semi analitik yang
setara untuk waktu historis. Teori ini diungkapkan oleh Chapront-Touze M dan Chapront J, pada Bureau des
Longitudes, Paris, Perancis. Baca P.Bregtanon dan G.Francou, Planetary Theories in Rectangular and Spherical
Variables VSOP87 Solutions, (Paris: Unite Associee au CNRS, 1988), hlm.309.
14
VSOP82, merupakan VSOP versi tahun 1982.
15
DE200 (Development Ephemeris), merupakan sistem Ephemeris yang belum lama ini diciptakan oleh pihak
JPL (Jet Propulsion Laboratory). Sistem DE200 ini, akan membentuk beberapa dasar pada sistem Ephemeris dalam
“Astronomical Almanac” atau Almanak Astronomis, yang dimulai pada tahun 1984. Sistem Ephemeris DE200 ini,
bersumber dari referensi Ekuinoks Dinamik J2000, dari sistem Ephemeris itu sendiri. Baca E.M. Standish, Orientation
of the JPL Ephemerides, DE 200/LE 200, to the Dynamical Equinox of J200, (California: Institute of Technology,
1982), hlm.297. File pdf dapat diunduh pada laman https://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/54843nasa-jpl-development-ephemerides-de200, diakses pada 8 Agustus 2018, pukul 11:57 WIB.
16
Jet Propulsion Laboratory (Laboratorium Tenaga Pendorong Jet), merupakan sebuah pusat riset nasional
milik NASA (bekerja sama dengan Institut Teknologi California), Amerika Serikat, yang memiliki tujuan (misi) untuk
4
VSOP87, berbeda-beda satu sama lainnya, dalam jenis koordinat dan keadaannya. Berikut
merupakan beberapa jenis VSOP87:
1.
VSOP87: Elips Heliosentris, Variabel: Equinox dan Ekliptik J2000.17
2.
VSOP87A : Persegi Heliosentris, Variabel: Equinox dan Ekliptik J2000.
3.
VSOP87B : Bola Heliosentris, Variabel: Equinox dan Ekliptik J2000.
4.
VSOP87C : Persegi Heliosentris, Variabel: Equinox dan Ekliptik pada Tanggal.
5.
VSOP87D : Bola Heliosentris, Variabel: Equinox dan Ekliptik pada Tanggal.
6.
VSOP87E : Persegi Heliosentris, Variabel: Equinox dan ekliptik J2000.18
Selain VSOP87, terdapat sistem ELP-2000/82. Sistem ELP-2000/82 berisikan masa
periodik Bulan secara keseluruhan, baik dari titik lintang, bujur maupun jarak Bulan dari
Bumi. Seluruh data masa periodik ini, nantinya akan terabaikan dalam sistem komputerisasi,
dengan koefisien terkecil dalam bujur dan lintang, serta lebih kecil satu meter dalam hal
jarak.19 Teori ELP-2000/82, terdiri atas beberapa seri pada penyelesaian semi-analitik. Data
Ephemeris Bulan disesuaikan untuk gabungan numerik DE200/LE200 pada Jet Propulsion
Laboratory dan uraiannya terdapat dalam teori semi analitik ELP-2000/85. Teori ini, juga
berisi seri trigonometri dan seri Poisson20, yang sebanding dengan waktu (t) atau pangkat dua
dari waktu tersebut ( t 2 ). Tiga puluh enam berkas data, termasuk beberapa seri yang
berhubungan dengan berbagai komponen pada teori tiga koordinat bola, yakni bujur, lintang
serta jarak. Seluruh uraian termasuk ketetapan serta sistem koordinat dijelaskan dalam ulasan
“Lunar Solution ELP-2000-82B”.21
membawa keluar (angkasa) robotik angkasa dan ilmu pengetahuan Bumi. Lihat selengkapnya pada laman
https://www.jpl.nasa.gov/about/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2018, pukul 11:58 WIB.
17
J2000 (2000 January 1.5 TT) yakni untuk 12 jam pada satuan waktu Terrerstrial pada tanggal 1 Januari
tahun 2000. Waktu tersebut, merupakan koordinat sistem yang digunakan untuk mendefinisikan Equinox dengan
ekuator/ekliptik. Pada tanggal 1 Januari 2000, terjadi sekitar 64 detik lebih cepat, dibandingkan tengah hari UT1 pada
tanggal yang sama. Tanggal 1 Januari 2000 (J2000) tersebut, disebut juga sebagai sebuah Epoch (waktu yang
digunakan sebagai angka referensi untuk beberapa waktu, bermacam-macam nilai astronomi). Lihat selengkapnya
pada laman https://en.wikipedia.org/wiki/Epoch_(astronomy)#Julian_years_and_J2000, diakses pada tanggal 8
Agustus 2018, pukul 12:01 WIB.
18
Lihat pada laman cdsarc.u-strasbg.fr/viz-bin/Cat?cat=VI/81, diakses pada Hari Jumat, tanggal 3 Agustus
2018, pukul 11:48 WIB.
19
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses (1951-2200), (United States of America: Willman-Bell, Inc., 1989),
hlm.3.
20
Dalam ilmu Matematika, formula Poisson merupakan suatu persamaan yang berhubungan dengan seri
Fourier (koefisien pada perhitungan periodik), pada suatu fungsi untuk menilai fungsi perubahan seri Fourier, secara
berturut-turut. Lihat selengkapnya pada laman https://en.wikipedia.org/wiki/Poisson_distribution, diakses pada
tanggal 8 Agustus 2018, pukul 12:12 WIB.
21
ELP-2000/82B, merupakan teori pergerakan Bulan, yang terdiri atas beberapa seri, dalam penyelesaian
semi-analitik ELP-2000/82. Baca P.Bregtanon dan G.Francou, Planetary Theories in Rectangular and Spherical
Variables VSOP87 Solutions, (Paris: Unite Associee au CNRS, 1988), hlm.309.
5
Segala data perhitungan yang terdapat dalam Elements of Solar Eclipses, merupakan
hasil dari teori VSOP87 serta ELP-2000/82. Banyak terdapat data-data untuk perhitungan
koreksi dalam rumus perhitungan gerhana Matahari. Elements of Solar Eclipses yang
berdasarkan VSOP87 serta ELP-2000/82, memberikan hasil perhitungan yang cukup akurat,
serta menyediakan data-data tersebut. Data tersebut, tidak hanya merupakan data yang berlaku
di masa yang telah terlewati, namun juga untuk masa depan.22
Adapun Textbook on Spherical Astronomy dalam sistem perhitungannya, berbasis
pada astronomi bola, yang di dalam sistem astronomi bola tersebut, juga terdapat elemen
Bessel. Namun, mengingat algoritma yang digunakan dalam Textbook on Spherical
Astronomy merupakan sistem perhitungan astronomi bola, maka elemen Bessel yang
digunakan dalam perhitungannya, merupakan Bessel yang bersifat Bessel Spherical Functions
(Fungsi Bessel Bola). Sehingga, antara elemen Bessel yang terdapat dalam Elements of Solar
Eclipses dengan Textbook on Spherical Astronomy, akan terdapat perbedaan.
Algoritma yang dihasilkan dari kedua referensi tersebut mempengaruhi hasil
perhitungan di antara keduanya, sehingga terdapat beberapa perbedaan dalam memperkirakan
terjadinya gerhana Matahari. Hal ini sangatlah penting untuk dikaji lebih dalam, karena
mengingat kedua algoritma tersebut pada dasarnya, berada dalam sistem perhitungan
astronomi yang berbeda. Kedua sistem perhitungan yang berbeda tersebut, akan menghasilkan
nilai (output) yang berbeda dalam perhitungan gerhana Matahari. Jika melihat data yang
diberikan oleh NASA23, maka perhitungan keduanya (baik perhitungan Jean Meeus maupun
W.M Smart), akan tertera sebagai sumber rujukan perhitungan. Algoritma Jean Meeus
digunakan sebagai perhitungan dasar oleh NASA, sedangkan sistem astronomi bola W.M
Smart, akan digunakan sebagai rujukan perkiraan dalam pemetaan terjadinya gerhana
Matahari. Data-data yang dihasilkan oleh NASA tersebut, pada akhirnya akan digunakan
dalam berbagai aspek. Bagi para ahli rukyat, data-data tersebut sangatlah membantu dalam
kegiatan pengamatan pergerakan benda-benda langit, terutama pada Matahari, Bumi dan
Bulan. Ketiga benda tersebut merupakan dasar penentuan sistem kalenderisasi Islam, serta
penentuan dalam pelaksanaan ibadah, yang salah satunya terkait dalam hal pelaksanakan salat
gerhana.
22
Dalam hal ini, data yang terdapat dalam buku Elements of Solar Eclipses, hanyalah data yang tersedia dari
tahun 1951 hingga 2200.
23
NASA (National Aeronautics and Space Administration), merupakan Badan Penerbangan dan Antariksa
milik Pemerintah Negara Amerika Serikat, yang memiliki tanggung jawab di beberapa bidang dalam program dan
penelitian luar angkasa Amerika Serikat. Lihat pada laman https://www.nasa.gov/, diakses pada tanggal 8 Agustus
2018, pukul 12:15 WIB.
6
Oleh karenanya, dalam hal ini penulis mengkaji lebih lanjut mengenai sistem
perhitungan antara kedua referensi tersebut, sehingga pada akhirnya dapat dijadikan alternatif
baru dalam hal perhitungan gerhana Matahari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dan juga untuk mempermudah penulis dalam
melakukan kajian dalam hal ini, maka dirasa perlu adanya suatu rumusan masalah. Adapun
rumusan masalah dikelompokkan menjadi 2 macam :
1)
Bagaimana perbedaan sistem perhitungan gerhana Matahari dalam Elements of Solar
Eclipses karya Jean Meeus dan Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart?
2)
Bagaimana akurasi perhitungan di antara keduanya dalam sistem perhitungan gerhana
Matahari?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah:
1)
Mengetahui spesifikasi sistem perhitungan gerhana Matahari dalam Elements of Solar
Eclipses karya Jean Meeus dan Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart,
serta mengetahui persamaan maupun perbedaan kedua referensi tersebut, berdasarkan
pada sistem perhitungan astronomis.
2)
Mengetahui perihal akurasi sistem perhitungan gerhana Matahari, antara Elements of
Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy.
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian adalah:
1)
Memberikan wawasan dalam bidang keilmuan, khususnya terhadap bidang Ilmu
Falak dan Astronomi, dalam bidang perhitungan gerhana Matahari.
2)
Memberikan pengetahuan kepada para ahli Falakhisab maupun rukyat, perihal
perhitungan gerhana Matahari, yang sistem perhitungannya berdasarkan pemikiran
Jean Meeus pada Elements of Solar Eclipses, serta pemikiran W.M. Smart pada
Textbook on Spherical Astronomy.
7
3)
Memberikan data-data (hasil kajian) perhitungan gerhana Matahari, berdasarkan
pemikiran Jean Meeus pada Elements of Solar Eclipses, serta pemikiran W.M. Smart
pada Textbook on Spherical Astronomy kepada para ahli Falak untuk keperluan
observasi gerhana Matahari.
D. Telaah Pustaka
Perhitungan gerhana Matahari yang menggunakan Elemen Bessel, sangatlah banyak
ditemukan pada berbagai referensi astronomi. Namun, sejauh penelusuran penulis
perhitungan gerhana Matahari yang menggunakan Elemen Bessel sebagai perhitungannya,
hanya ditemukan dalam referensi astronomi luar. Berbagai referensi Ilmu Falak, belum
banyak yang membahas tentang peran penting Elemen Bessel pada perhitungan gerhana.
Referensi Ilmu Falak, hanyalah sebatas membahas perhitungan gerhana yang menggunakan
data-data Ephemeris.
Penulis terus mencari referensi yang berkaitan dengan perhitungan gerhana Matahari
yang menggunakan Elemen Bessel, dan akhirmya mendapatkan referensi yang berjudul “A
Manual of Spherical and Practical Astronomy” yang ditulis oleh William Chauvenet. Buku
ini menerangkan tentang perhitungan Gerhana yang menggunakan konsep astronomi bola.
Namun jika dilihat, buku ini hanya menampilkan beberapa data yang informasinya sangatlah
terbatas. Buku ini erupakan referensi lama, sehingga, data-data yang terdapat di dalamnya
dapat dikatakan masih sangat membingungkan dan hanya sebatas memberikan data
perhitungan astronomi bola. Tidak menjelaskan lebih mendalam kembali, dari mana asal, atau
mengenai apa yang dimaksud dalam konstanta-konstanta data tersebut. Elemen Bessel dalam
referensi ini, juga hanya sedikit disinggung dalam perhitungannya.24
Selanjutnya, terdapat referensi yang berjudul “Practical Astronomy with your
Calculator or Spreadsheet” karya Peter Duffet-Smith dan Jonathan Zwart. Referensi ini
menjelaskan tentang bagaimana perhitungan astronomi, termasuk juga perhitungan gerhana
dalam pengplikasiannya dalam Excel maupun kalkulator. Namun, tidak dicantumkan dari
mana asalnya elemen-elemen perhitungan gerhana Matahari tersebut.25
24
William Chauvenet, A Manual of Spherical Astronomy: Embracing (The General Problems of Spherical
Astronomy, The Spherical Applications to Nautical Astronomy, and The Theory and Use of Fixed and Portable
Astronomical Instruments), With an Apendix on the Method of Least Square, (Philadelphia: J.B. Lippincott
Company, 1900).
25
Peter Duffett-Smith dan Jonathan Zwart, Practical Astronomy with your Calculator or Spreadsheet,
(New York: Cambridge University Press, 2011).
8
Buku astronomi yang berjudul “Prediction and Analysis of Solar Eclipse
Circumtances” yang ditulis oleh Wentworth Williams, JR., merupakan buku yang
menjelaskan tentang perhitungan astronomi, yang di dalamnya juga terdapat perhitungan
gerhana. Perhitungan ini menggunakan Elemen Bessel di dalamnya. Perhitungannya sangat
lengkap, informasi yang diberikan pun juga sangat detail. Namun, dalam buku ini data-data
yang disajikan merupakan data lama, serta perhitungannya pun formasinya merupakan
formasi perhitungan lama. Perhitungan mengunakan referensi ini, tidak menyalahi aturan,
namun tidak dianjurkan, dikarenakan keakuratan yang dihasilkan nantinya sangatlah kurang.26
Berbagai penjelasan di atas menjelaskan bahwa, perhitungan gerhana Matahari yang
menggunakan Elemen Bessel, banyak ditemukan pada referensi astronomi yang backgroundnya merupakan refrensi berbahasa asing. Referensi Ilmu Falak belum ada yang membahas
mengenai perhitungan gerhana yang menggunakan sistem Elemen Bessel. Sehingga, perlu
adanya penelitian untuk mengupas perhitungan gerhana Matahari menggunakan beberapa
referensi, yang sekiranya telah umum digunakan dalam perhitungan Falak, yakni Elements of
Solar Eclipses serta Textbook on Spherical Astronomy, dimana kedua referensi tersebut
merupakan narasumber data NASA (yang banyak digunakan para ahli Falak sebagai acuan
dalam memperkirakan gerhana). Keduanya sama-sama menggunakan Elemen Bessel sebagai
dasar perhitungannya, namun hasil yang disajikan antara keduanya sangatlah berbda. Inilah
yang menjadi fokus penelitian yang penulis lakukan.
E. Metode Penelitian
1) Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan
literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan, serta laporan hasil penelitian dari
penelitian terdahulu.27
2) Sumber Data
26
Wenworht Williams, JR., Prediction of Analysis of Solar Eclipse Circumtances, (Acorn Park Cambridge:
Arthur D. Little, Inc., 1971).
27
M. Iqbal Hasan, Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2002), hlm.11.
9
Adapun sumber data dalam penulisan ini, penulis melakukan penelusuran pada
beberapa literatur yang berkaitan dengan penelitian penulis, yang berkaitan dengan
peristiwa gerhana Matahari secara umum, baik dalan ruang lingkup sains (Astronomi)
maupun yang terdapat dalam ilmu Falak. Kemudian, penulis juga menelusuri berbagai
literatur yang berkaitan dengan perhitungan gerhana Matahari baik itu berupa sumber
data, rumus dan elemen-elemen yang berkaitan dengan gerhana Matahari. Setelah semua
perhitungan dasar gerhana Matahari telah terkumpul, maka perhitungan-perhitungan
tersebut lebih dispesifikan kembali ke arah perhitungan yang merujuk kepada kedua
sumber rujukan penulis dalam penelitian ini (yakni perhitungan yang menggunakan
Elemen Bessel). Perhitungan tersebut merujuk pada referensi Elements of Solar Eclipses
karya Jean Meeus dan juga Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart.
3) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data, penulis menelusuri beberapa literatur yang berkaitan
dengan penelitian penulis, yang berkaitan dengan peristiwa gerhana Matahari secara
umum, baik dalan ruang lingkup sains (Astronomi) maupun yang terdapat dalam ilmu
Falak. Kemudian, penulis menelusuri berbagai literatur yang berkaitan dengan
perhitungan gerhana Matahari baik itu berupa sumber data, rumus dan elemen-elemen
yang berkaitan dengan gerhana Matahari. Setelah semua perhitungan dasar gerhana
Matahari telah terkumpul, maka perhitungan-perhitungan tersebut lebih dispesifikan
kembali ke arah perhitungan yang merujuk kepada kedua sumber rujukan penulis dalam
penelitian ini. Perhitungan tersebut merujuk pada referensi Elements of Solar
Eclipseskarya Jean Meeus dan juga Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart.
4) Metode Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data, kemudian dilakukan olah data, yakni dengan
metode deskriptif analisis, dengan menggunakan kedua literatur utama, yang menjadi
topik utama pembahasan skripsi ini, yakni Elements of Solar Eclipseskarya Jean Meeus
dan juga Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart. Analisis data diarahkan
untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun. Analisis data yang digunakan
penulis adalah, content analysis (analisis isi), terhadap kedua sumber referensi tersebut,
yang kemudian disampaikan melalui teknik deskriptif serta komparatif. Awalnya, penulis
10
memaparkan perhitungan dari kedua sistem perhitungan tersebut (Elements of Solar
Eclipses karya Jean Meeus dengan Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart).
Dalam perumusan perkiraan terjadinya gerhana Matahari, apabila kita merunut pada
Elements of Solar Eclipses karya Jean Meeus kita akan disajikan beberapa rumusan
algoritma. Algoritma yang digunakan bersifat rumusan beruntut yang membutuhkan
korelasi antara rumus yang sebelumnya dengan yang sesudahnya. Banyak konstanta,
rumus dan simbol yang berkaitan dengan rumusan Jean Meeus yang lain. Di dalamnya,
juga terdapat beberapa algoritma yang sudah ada ketetapan nilainya dalam bentuk tabel,
yang tertera sesuai dengan data waktu yang dibutuhkan.
Kemudian, penjelasan dalam perhitungan Textbook on Spherical Astronomy karya
W.M. Smart, lebih bersifat kepada perhitungan astronomi bola. Banyak rumusan yang
dihasilkan dari berbagai gambaran geometris sferis yang diterapkan ke dalam bola
langit.Sebagaimana halnya Jean Meeus, perhitungannya pun menggunakan Elemen
Bessel di dalamnya. Namun, elemen tersebut berasal dari sudut-sudut yang tercipta dari
penggambaran geometris sferis.
Setelah proses pemaparan kedua sistem perhitungan tersebut, maka penulis
menggunakan metode analisis komparatif, yakni membandingkan antara sistem
perhitungan Elements of Solar Eclipses karya Jean Meeus dengan Spherical Astronomy
karya W.M. Smart dalam perhitungan gerhana Matahari. Adapun pada setiap penulisan
ilmiah yang menggunakan metode penelitian studi analisis komparatif, terdapat sebuah
rujukan yang dijadikan sebagai parameter (tolok ukur) hasil dari sebuah penulisan ilmiah.
Parameter tersebut dapat menentukan dan memperkuat, hasil yang lebih efektif dalam
sebuah penulisan ilmiah.
Penulisan ini, menggunakan parameter yang berbasis pada data yang bersumber
langsung dari NASA (National Aeronautics and Space Administration), serta dibuktikan
menggunakan aplikasi astronomi Stellarium. Keduanya, merupakan parameter dalam
perbandingan antara perhitungan gerhana Matahari dalam Elements of Solar Eclipses
karya Jean Meeus dengan Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart. Pada
berbagai perhitungan astronomi, NASA merupakan sumber rujukan terbesar dan
terutama, dimana data-data perhitungannya telah umum dipergunakan berbagai pihak.
Berbagai penemuan dan penelitiannya juga tidak dapat diragukan lagi. Adapun aplikasi
Stellarium, merupakan aplikasi yang berkonsep planetarium, yang telah memiliki lisensi
11
dari GNU General Public License28, dan juga telah digunakan oleh proyek MeerKAT29
sebagai perangkat lunak untuk menampilkan langit virtual, di mana titik antena pada radio
teleskop berada. Sehingga, keterangan tersebut, dapat meyakinkan bahwa aplikasi
Stellarium sudah tidak diagukan lagi penggunaannya sebagai simulator fenomena langit,
yang hasilnya juga memiliki keakuratan yang tinggi.
F. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan penelitian ini disusun per bab. Terdiri dari lima bab, yang
di dalamnya masing-masing terdapat sub-sub pembahasan dengan berbagai permasalahan,
dengan sistematika sebagai berikut:
Bab pertama yaitu pendahuluan. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, signifikasi dan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, kajian pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua yaitu, sistem perhitungan gerhana Matahari. Bab ini memaparkan tinjauan
umum perihal sistem perhitungan gerhana Matahari. Hal tersebut berisikan berbagai sistem
rumusan dasar, maupun beberapa elemen perhitungan yang digunakan dalam perhitungan
gerhana Matahari.
Bab ketiga yaitu, sistem perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses dan
Textbook on Spherical Astronomy.Bab ini berisikan pembahasan sistem perhitungan gerhana
Matahari dalam ruang lingkup sistem perhitungan yang terdapat dalam Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy. Adapun dalam sub bab pertama, yakni
mengenai sistem perhitungan gerhana Matahari yang berdasarkan pada Elements of Solar
Eclipses, baik dari elemen-elemen perhitungan dasarnya, berbagai rumusan yang ada di
dalamnya dan sebagainya. Selanjutnya, pada sub bab kedua, yakni mengenai sistem
perhitungan gerhana Matahari yang berdasarkan pada Textbook on Spherical Astronomy baik
itu mengenai beberapa koreksi yang terdapat di dalamnya, maupun rumusan astronominya.
28
GNU General Public License, merupakan penyedia lisensi untuk perangkat lunak, yang mana menjamin
para penggunanya untuk bebas menjalankan, belajar, berbagi dan memodifikasi perangkat lunak. Lisensi ini
diciptakan oleh Richard Stallman dari Free Software Foundation. Aplikasi yang berada di bawah lisensi GNU General
Public License, akan mendapatkan hak cipta berupa copyleft (hak cipta untuk perangkat lunak), dari GPL. Lihat
selengkapnya pada laman https://en.wikipedia.org/wiki/GNU, diakses pada tanggal 10 September 2018, pukul 20:46.
29
MeerKAT (Teleskop Karoo Array), merupakan sebuah perangkat radio teleskop, yang terdiri dari 64
antena yang sekarang telah diuji di bawah pengawasan observatorium South African Radio Astronomy Observatories,
dan
berada
di
Northern
Cape,
Afrika
Selatan.
Lihat
selengkapnya
pada
laman
https://en.wikipedia.org/wiki/MeerKAT, diakses pada tanggal 10 September 201, pukul 20:47 WIB.
12
Kemudian, pada sub bab berikutnya, akan dipaparkan mengenai contoh dari perhitungan
gerhana Matahari yang berasal dari kedua sistem perhitungan tersebut.
Bab keempat, yaitu analisis komparatif sistem perhitungan gerhana Matahari Elements
of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy. Bab ini berisikan penjabaran analisis
hasil pengkomparasian dari perhitungan yang berdasarkan pada perhitungan Elements of Solar
Eclipses dan sistem perhitungan yang berdasarkan pada perhitungan Textbook on Spherical
Astronomy. Analisis tersebut, selain dari sistem perhitungannya analisis ini juga meliputi hasil
dari perhitungan yang menggunakan kedua cara tersebut. Analisis ini juga akan menentukan
hasil akurasi antar kedua sistem perhitungan tersebut.
Bab kelima, yaitu penutup. Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil data perhitungan
serta keakurasian dari kedua sistem perhitungan tersebut, serta memaparkan saran dan
masukan bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI
A. Pengertian Gerhana Matahari
Gerhana pada dasarnya, merupakan pergerakan beberapa benda langit di dalam
bidang orbit yang cenderung ke arah satu sama lainnya dan bergerak serta memotong
pada sebuah titik, terutama dalam pola kejadian yang berbeda, yang disebabkan oleh
satu benda yang membayangi serta melewati benda lainnya.30 Sementara itu, gerhana
Matahari sendiri, merupakan sebuah fenomena alam yang disebabkan oleh adanya
peristiwa yang menyebabkan Matahari tertutupi oleh Bulan, baik hanya sebagian
permukaan maupun secara keseluruhan permukaannya. Posisi Bulan berada tepat di
antara Bumi dan Matahari yang berada pada satu garis lurus. Pada saat peristiwa ini
terjadi, posisi Bulan menutupi cahaya Matahari terhadap Bumi, oleh karena itu
gerhana Matahari disebut dengan istilah dalam bahasa Arab, yakni istilah “Kusuf asySyams” ()كسف الشمس, yang berarti menutupi. Sedangkan, jika disebut ke dalam istilah
bahasa Inggris, maka fenomena ini disebut dengan Eclipses of the Sun atau Solar
Eclipses.
Gerhana Matahari ada tiga macam, yakni:
a.
Gerhana Matahari total atau sempurna ( كلkully), yakni gerhana Matahari yang
terjadi manakala antara posisi Bulan dengan Bumi pada jarak yang dekat,
sehingga bayangan kerucut (umbra) Bulan menjadi panjang dan dapat menyentuh
permukaan Bumi, serta Bumi-Bulan-Matahari berada pada satu garis lurus.31
30
Jean Kovalevsky dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom:
University Press, Cambridge, 2004), hlm.314-315.
31
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
hlm.188.
13
14
Gambar 2.1
Skema Gerhana Matahari Total (Total Eclipse)
(Sumber: Astro UNL, Astronomy Education at the University of NibraskaLencoln)
b.
Gerhana Matahari cincin atau )(حلقىhalqy adalah, gerhana Matahari yang terjadi
manakala posisi Bulan dengan Bumi pada jarak yang jauh, sehingga bayangan
kerucut (umbra) Bulan menjadi pendek dan tidak dapat menyentuh permukaan
Bumi, serta Bulan-Bumi-Matahari pada satu garis lurus. Ketika itu diameter
Bulan lebih kecil dibandingkan dengan diameter Matahari, sehingga terdapat
bagian tepi piringan Matahari yang masih terlihat dari Bumi.32
Gambar 2.2
Skema Gerhana Matahari Cincin (Annular Eclipse)
(Sumber: Astro UNL, Astronomy Education at the University of NibraskaLencoln)
32
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik........., hlm.189.
15
c. Gerhana Matahari sebagian atau ( )بعضىىىىىba`dliy adalah gerhana Matahari yang
terjadi manakala antara posisi Bulan dengan Matahari pada jarak yang dekat,
sehingga bayangan kerucut (umbra) Bulan menjadi panjang dan dapat menyentuh
permukaan Bumi, tetapi Bumi-Bulan-Matahari tidak tepat pada satu garis lurus.33
Gambar 2.3
Skema Gerhana Matahari Sebagian (Partial Eclipse)
(Sumber: NASA)
Secara historis, dikenal adanya siklus Saros gerhana Bulan dan gerhana Matahari.
Siklus Saros ini memberikan informasi tentang pengulangan gerhana pada arah rasi
tertentu atau berdekatan dengan lokasi gerhana sebelumnya. Rata-rata satun siklus
Saros gerhana sepanjang 18 tahun11,3 hari (sekitar 6585,3 hari) atau 223 kali periode
sinodis Bulan (rata-rata 29,53 hari). Melalui telaah fisik Bulan dan Matahari serta
dinamika atau gerak Bulan dan Matahari, kini dapat diramalkan berlangsungnya
gerhana. Pengamatan gerhana dapat direncanakan dengan lebih baik.34
B. Dalil Mengenai Gerhana Matahari
a.
Hadits riwayat oleh Aisyah r.a.
َ ت ا َ َح ٍد َوالَ ِل َحيَا تِ ِه فَ ِأ ذَا َر ا َ ْيت ُ ُم ْواهُفا
َّ اِنَّ ال
ِ َّللاِ ع ََّز َو َج َّل الَ يَ ْخ سِ فَا ِن ِل َم ْو
ِ س َو ا ْلقَ َم َر ا ْيتَا نَ ِم ْن ايَا
َّ ت
َ ش ْم
َْز فَعُ ْوا أِلَى الص ََلة
“Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah sebagian dari tanda-tanda
(kekuasaan) Allah `Azza wa Jalla. Tiadalah terjadinya gerhana matahai dan
Bulan itu karena matinya seseorang dan bukan juga karena hidup atau kelahiran
33
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik............, hlm.189.
Dr. Moedji Raharto, Catatan Kuliah: (AS 3006) Dasar-Dasar Sistem Kalender Bulan dan Kalender
Matahari, (Bandung: Penerbit ITB, Maret 2009), hlm.47-48.
34
16
seseorag, maka apabila kamu melihatnya, segeralah kamu melaksanakan salat.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).35
b.
Qur`an Surat al-Qiyamah[75]:8-9.
٩
س َو ا ْلقَ َم ُر
ُ َو ُج ِم َع الش َّْم
٨
ف ا ْلقَ َم ُر
َ َو َخ
َ س
“...dan telah gerhana Bulan, dan teah dihimpun Matahari dan Bulan,.......”.36
Apabila terjadi gerhana, baik gerhana Matahari maupun gerhana Bulan,
dianjurkan oleh Rasulullah SAW agar kaum muslimin melaksanakan salat gerhana,
memperbanyak doa, memperbanyak takbir dan memperbanyak shadaqah.37
C. Fiqh Hisab Rukyah Gerhana Matahari
Jika dilihat dari kaca mata fiqh hisab rukyah, dalam persoalan gerhana ini baik
gerhana Matahari maupun Bulan, tidak ada nampaknya sekat atau persoalan yang
terjadi antara mazhab Hisab dan mazhab Rukyah, walaupun pada dasarnya kedua
madzhab ini juga terdapat dalam persoalan gerhana. Madzhab Hisab yang
disimbolkan mereka yang memakai cara menghitung kapan terjadinya gerhana,
dengan madzhab Rukyah yang disimbolkan dengan mereka yang menyatakan terjadi
gerhana
dengan
cara
melihatnya
secara
langsung.
Penjelasan
tersebut,
memperlihatkan bahwa tidak adanya permasalahan antara kedua madzhab tersebut,
dalam hal memperkirakan gerhana, bahkan tidak ada sekat di antara keduanya.38
Hisab mendeteksi kapan terjadinya fenomena gerhana Matahari atau Bulan, ini
dilakukan supaya umat Islam dapat menyelenggarakan pelaksanaan salat sunnah
grhana Matahari (Salat Kusuf as-Syams) dan salat sunnah gerhana Bulan (Salat Khusuf
al-Qamar). Karena menurut A.Katsir, pada pertengahan kedua gerhana kusuf/khusuf
ini ada salat sunnah diiringi dengan khutbah kejadian alam, pertanda ayat kebesaran
Ilahi Rabbi.39
D. Perhitungan Gerhana Matahari
35
KH. Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Muttafaq ‘Alaih (Bagian Ibadat), (Jakarta: Kencana, 2013),
hlm.435.
36
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm.627.
37
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
hlm.194-195.
38
Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012), hlm.106.
39
A.Kadir, Formula Baru Ilmu Falak, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.208.
17
Perhitungan gerhana Matahari dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
yakni dengan menggunakan data-data Ephemeris, sebagaimana yang tertera dalam
langkah-langkah perhitungan berikut:
1. Memperkirakan terjadinya ijtima` dengan perbandingan tarikh (HijriyahMiladiah)
Tanggal 29 Jumadil Awwal 1437 Hijriah bertepatan dengan tanggal, Bulan dan
tahun berapa Miladiah?
Untuk menentukannya, maka harus ditetapka secara matematis bahwa tanggal 29
Jumadi Awwal 1437 Hijriah = 1436 tahun + 4 Bulan + 29 hari40.
Jumlah 1436 tahun/30 tahun × 1 daur = 47 daur + 26 tahun
47 daur × 10631 hari41
=
499657 hari
26 tahun (Hijriah)
=
9204 hari
Tahun kabisatnya
=
4 Bulan (Hijriah)
=
29 hari
=
Tafawut43
10 hari42
118 hari
29 hari +
=
509018 hari
=
227016 hari +
=
736034 hari
Koreksi Paus Gregorius44
=
Jumlah
=
13 hari +
736047 hari
Bila jumlah bilangan hari ini akan dijadikan tanggal, Bulan dan tahun Miladiah,
maka dilakukan perhitungan berikut:
736047 hari/1461 hari × 1 daur = 503 daur + 1164 hari
503 daur × 4 tahun
40
=
2012 tahun
1436 tahun, 4 Bulan dan 29 hari, menunjukkan jumlah waktu yang telah terlampaui.
10631 hari, merupakan jumlah rentang waktu 30 tahun (1 daur untuk tahun hijriah).
42
10 hari, diperoleh melalui urutan tahun kabisah (yakni huruf ke-2, 5, 7, 10, 13, 15, 18, 21, 24, 26 dan
29). Sedangkan pada perhitungan tersebut, tahun 1439 terdiri atas 26 tahun, yang mana angka 26 tahun tersebut,
memiliki urutan huruf ke-10.
43
Selisih tetap usia tarikh Miladiah dengan tarikh Hijriah.
44
Jumlah 13 hari tersebut, merupakan jumlah hari Pra tahun 2100 Miladiah.
41
18
1164 hari
=
3 tahun + 69 hari
69 hari
=
Jumlah
= 2015 tahun + 2 Bulan + 9 hari
2 Bulan + 9 hari +
Dengan demikian, tanggal 29 Bulan Jumadil Awwal tahun 1437 Hijriah,
bertepatan dengan tanggal 9 Maret tahun 2016 Miladiah.
2. Menentukan saat terjadinya ijtima` dengan data almanak Ephemeris hisab
rukyat
Berdasarkan data dari almanak Ephemeris diketahui:
a. FIB (terkecil) tanggal 9 Maret 2016 M = 0.00001 Pukul 02.00 GMT.
b. ELM (Ecliptic Longitude Matahari) pada pukul 02.00 GMT = 348° 56’ 14”
c. ALB (Apparent Longitude Bulan) pada pukul 02.00 GMT = 348° 58’ 13”
Sabaq Matahari per jam:
ELM pada pukul 02.00 GMT
= 348° 55’ 55.15”
ELM pada pukul 03.00 GMT
= 348° 58’ 25.15”
Selisih
=
-0° 2’ 30”
Sabaq45 Bulan per jam:
ALB pada pukul 02.00 GMT
= 348° 59’ 3.31”
ALB pada pukul 03.00 GMT
= 349° 36’ 20.87”
Selisih
= -0° 37’ 17.56”
Saat ijtimak dapat dicari dengan rumus:
Pukul FIB (GMT) +
Pukul 02.00 +
Pukul 02.00 +
ELM−ALB
SB−SM
+ 08.00 (WITA)
348° 55′ 55.15" − 348° 59′ 3.31"
0° 37′ 17.56"−0° 2′ 30"
−0° 03′ 8.16"
0°34′ 47.56"
+ 08.00
+ 08.00
Pukul 02.00 + -0j 5m 24.48d + 08.00 = 9j 54m 35.52d
Jadi, saat ijtimak pukul 09 : 54 : 35.52 WITA.
45
Selisih antara data per jam.
19
3. Perhitungan untuk menentukan waktu terjadinya gerhana Matahari total
dengan data almanak Ephemeris hisab rukyat
a. Diketahui ijtimak akhir Rabi`ul Akhir 1437 Hijriah terjadi pada tanggal 9
Maret 2016 M, pada pukul 09 : 54 : 35.52 WITA.
b. Saat terjadinya gerhana Matahari (kusuf), dapat ditentukan dengan data-data
Semi Diameter Matahari (Śdm ), Semi Diameter Bulan (Śdb ), Horizontal
Parallax Bulan (ĥpβ ), dan Apparemt Lattitude Bulan (Ȧ1b ) dari Almanak
Ephemeris yang telah diinterpolasi sebagai berikut:
Rumus:
X – (X−Y) × Z
1
1) Semi Diameter Matahari (Śdm ) Pukul 02.00 GMT
= 0° 16’ 06.45”
Pukul 03.00 GMT
= 0° 16’ 06.44”
(Śdm )
= 0° 16’ 06.44”
Pukul 03.00 GMT
= 0° 16’ 33.78”
(Śdb )
= 0° 16’ 33.76”
Pukul 03.00 GMT
= 1° 00’ 47.16”
(ĥpb )
=
Pukul 03.00 GMT
= 0° 12’ 4.56”
(Ȧ1b )
= 0° 12’ 23.24”
2) Semi Diameter Bulan (Śdb ) Pukul 02.00 GMT
3) Horizontal Parallax Bulan (ĥpβ ) Pukul 02.00 GMT
4) Apparent Lattitude Bulan (Ȧ1b )
= 0° 16’ 33.54”
= 1° 00’ 46.27”
1° 00’ 47”
= 0° 15’ 31.85”
Ternyata harga (Ȧ1b ) = 0° 12’ 23.24”, lebih kecil dari (˂) 1° 24’ 36”, maka pasti
akan terjadi gerhana.
Keterangan:
Jika harga (Ȧ1b ) ˂ 1° 24’ 36” = akan terjadi gerhana.
Jika harga (Ȧ1b ) ˃ 1° 24’ 36” = tidak akan terjadi gerhana.
20
Jika harga (Ȧ1b ) ˂ 1° 24’ 36”, harga (Ȧ1b ) ˂ 1° 34’ 46” = mungkin akan terjadi
gerhana.
Adapun Horizontal Parallax Matahari (ĥpμ ) dapat diketahui dengan rumus:
Horizontal Parallax Matahari (ĥpμ )
́
sin(Sdm )
= sin(ĥpμ ) =
109.04
=
sin(0° 16’ 06.44”)
109.04
= 0° 0’ 8.59”
Sedangkan wilayah yang akan mengalami gerhana Matahari tergantung dari
nilai harga Ȧ1b -nya. Jika Ȧ1b (+) dan harganya ˃ 0° 31’, akan terjadi gerhana
di wilayah utara khatulistiwa. Jika Ȧ1b (-) dan harganya ˃ 0° 31’, akan terjadi
gerhana di wilayah selatan khatulistiwa. Apabila harga mutlak Ȧ1b ˂ 0° 31’,
akan terjadi gerhana di sekitar wilayah khatulistiwa.
c. Cara menentukan awal dan akhir gerhana Matahari dengan rumus bantu,
sebagai berikut:
1) sin H
=
=
sin Ȧ1b
sin 5° 09′
sin 0° 12’ 23.24”
sin 5° 09′
= 0° 02’ 24.51”
H
= 2° 18’ 2.19”
Karena hasilnya positif (+), maka dikurangkan dengan nilai 360°, (namun
apabila hasilnya negatif (-), maka hasilnya akan ditambahkan nilai 360°).
Maka,
H
= 360° - 2° 18’ 2.19”
=
2) tan U
=
=
357° 41’ 57.81”.
tan Ȧ1b
sin H
tan 0° 12’ 23.24”
sin 357° 41′ 57.81"
= - 0° 5’ 23.15”
U
46
= 5° 7’ 45.64”46
Hanya diambil harga mutlaknya. Maka, nilai (-) diabaikan.
21
3) sin Z
Z
4) k
= sin U × sin H
= sin 5° 7′ 45.64" × sin 357° 41’ 57.81”
= - 0° 0’ 12.92”
= 0° 12’ 20.26”47.
= cos Ȧ1b ×
(SB−SM)
cos U
= cos 0° 12’ 23.24” ×
= 0° 59’ 59.98” ×
(0° 37′ 17.56"−0° 2′ 30")
cos 5° 7’ 45.64”
0° 34′ 47.56"
0° 59′ 45.58"
= 0° 59’ 59.98” × 0° 34’ 55.96”
= 0° 34’ 55.95”
5) D
= ĥpβ + Śdm - ĥpμ
= 1° 00’ 47” + 0° 16’ 06.44” - 0° 0’ 8.59”
6) X
= 1° 16′ 44.85"
= D + Śdb
= 1° 16′ 44.85" + 0° 16’ 33.76”
= 1° 33’ 18.61”
7) Y
= D - Śdb
= 1° 16′ 44.85" - 0° 16’ 33.76”
8) cos C
= 1° 0′ 11.09"
=
=
cos X
cos Z
cos 1° 33’ 18.61”
cos 0° 12’ 20.26”
= 0° 59’ 58.7”
C
9) cos E
= 1° 32’ 29.47”
=
=
cos Y
cos Z
cos 1° 0′ 11.09"
cos 0° 12’ 20.26”
= 0° 59’ 59.47”
E
47
nilai (-).
= 0° 58’ 54.41”
Seperti halnya nilai pada U, maka nilai Z juga hanya diambil harga mutlaknya saja dan mengabaikan
22
Keterangan:
Jika harga Y lebih kecil dibandingkan harga Z, maka terjadi gerhana
Matahari sebagian, sehingga tidak perlu untuk mencari nilai E.
10) 𝜏1
11) 𝜏2
12) t
=
=
c
K
1° 32’ 29.47”
0° 34’ 55.95”
= 2j 38m 51.76d
=
=
E
K
0° 58’ 54.41”
0° 34’ 55.95”
= 1j 41m 10.7d
= sin 0.05 ×
= sin 0.05 ×
cos H
sin K
×
sin Ȧ1b
sin K
cos 357° 41’ 57.81”
sin 0° 34’ 55.95”
×
sin 0° 12’ 23.24”
sin 0° 34’ 55.95”
= 0° 0’ 3.14” × 98° 20’ 0.6” × 0° 21’ 16.61”
= 0j 01m 49.49d
Keterangan:
Jika (+), Lintang Bulan telah mengecil (descending node).
Jika (-), Lintang Bulan semakin besar (ascending node).
Dari hasil perhitungan tersebut, dapat ditentukan waktu tengah, awal dan akhir
gerhana Matahari, dengan rumus berikut:
a) Tengah Gerhana (𝜏0)
= ijtima` - t –2.5m (konstanta)
= 09 : 54 : 35.52 - 0j 01m 49.49d - 2.5m
b) Awal Gerhana
= 9j 50m 16.03d
= 𝜏0 - 𝜏1
= 9j 50m 16.03d - 2j 38m 51.76d
c) Awal Gerhana
= 7j 11m 24.27d
= 𝜏0 – 𝜏2
= 9j 50m 16.03d - 1j 41m 10.7d
23
d) Akhir Gerhana
= 8j 9m 5.33d
= 𝜏0 + 𝜏2
= 9j 50m 16.03d + 1j 41m 10.7d
e) Akhir Gerhana
= 11j 31m 26.73d
= 𝜏0 + 𝜏1
= 9j 50m 16.03d + 2j 38m 51.76d
= 12j 29m 7.79d
4. Ikhtisar waktu terjadinya gerhana Matahari total (total solar eclipse) tanggal
9 Maret 2016
Awal gerhana total (kontak awal dengan penumbra) = Pukul 7 : 11 : 24.27
WITA.
Awal gerhana total (kontak awal dengan umbra) = Pukul 8 : 9 : 5.33 WITA.
Pertengahan gerhana Matahari total = Pukul 9 : 50 : 16.03 WITA.
Akhir gerhana total (kontak terakhir dengan umbra) = Pukul 11 : 31 : 26.73
WITA.
Akhir gerhana total (kontak terakhir dengan penumbra) = Pukul 12 : 29 : 7.79
WITA.48
48
A. Kadir, Formula Baru Ilmu Falak (Panduan Lengkap dan Praktis), (Jakarta: Amzah, 2012),
hlm.216-222.
BAB III
SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI ELEMENTS OF SOLAR
ECLIPSES DAN TEXTBOOK ON SPHERICAL ASTRONOMY
Dalam bab ini, akan dibahas perhitungan gerhana Matahari menurut perhitungan Jean
Meeus dalam Elements of Solar Eclipses danperhitungan W.M. Smart dalam Textbook on
Spherical Astronomy. Pembahasan lebih memfokuskan kepada penyajian data dan proses
perhitungan kedua data tersebut. Pembahasan ini dibagi menjadi dua kajian penting, yakni
Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy.
Dalam Elements of Solar Eclipses, akan dikaji terlebih dahulu mengenai pemaparan buku
Elements of Solar Eclipses secara umum. Selain itu, akan dibahas mengenai algoritma yang
dirangkai oleh Jean Meeus, dan data-data yang disajikan dalam memperkirakan terjadinya
gerhana Matahari, secara umum. Selanjutnya, pada sub bab Textbook on Spherical Astronomy
akan dipaparkan sebagaimana pemaparan sub bab sebelumnya, yakni dengan memaparkan
mengenai Textbook on Spherical Astronomy secara umum, yang kemudian dilanjutkan dengan
memaparkan sistem perhitungan yang digunakan untuk memperkirakan terjadinya gerhana
Matahari.
A. Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Jean Meeus dalam Elements of Solar
Eclipses.
1.
Tinjauan Umum Elements of Solar Eclipse Jean Meeus
Elements of Solar Eclipse, merupakan buku yang berisikan Elemen Bessel yang
akurat untuk gerhana Matahari atau gerhana Matahari di masa mendatang, yakni dari
tahun 1951 hingga 2200 A.D. 49 perhitungannya berdasarkan pada beberapa teori
moderen pada konsep Matahari dan Bulan yang terdapat dalam Bureau des longitudes
di Paris, (baik itu teori VSOP87 maupun ELP-2000/82). Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa data yang terdapat dalam Elements of Solar Eclipses akurasinya sangatlah
tinggi. Tidak tertera peta di dalamnya (yakni pada tahun 1986-2035). Sebagai
gantinya, maka peta tersebut dapat dilihat pada karya Espenak.50 Data numerik yang
disajikan untuk garis sentral, rumus yang dibutuhkan untuk beberapa perhitungan,
49
Tahun A.D (Anno Domini) atau T.M. (Tarich Masehi), yakni satuan tahun yang dihitung sesudah
lahirnya Nabi Isa.
50
Espenak (Fred Espenak), merupakan seorang Astrofisikawan Amerika. Dia dikenal melalui hasil
karyanya dalam memprediksi gerhana.
24
25
(keadaan lokal, titik garis sentral atau pada batas utara dan selatan, dan lain
sebagainya), telah disediakan. Algoritma tersebut dapat dengan mudahnya dijadikan
pemrograman untuk mikrokomputer, sedangkan beberapa contoh numerik yang
disajikan dalam Elements of Solar Eclipses dapat digunakan sebagai (pedoman)
perbandingan.51
2.
Sumber Informasi Data
a.
Koordinat Matahari
Koordinat Matahari dibutuhkan untuk perhitungan Elemen Bessel yang
ditetapkan dalam Elements of Solar Eclipses, yang telah diperhitungan dengan
teori dasar VSOP8752 yang digagas oleh P. Bretagnon dan G. Francou, di Bureau
des Longitudes, Paris, pada tahun 1987. Teori ini memberikan lintang dan bujur
gerhana pada planet, dan garis radius planet-planet tersebut, sebagaimana
penjumlahan pada masa periodis. Dalam perhitungan Jean Meeus, masa periodis
diabaikan dengan koefisien yang lebih kecil dibandingkan dengan 0”.0005 dalam
lintang dan bujur, dan lebih kecil dari 0.000000001 Satuan Astronomis (SA)
dalam garis radius.53
Teori VSOP87 terdiri atas rangkaian panjang pada masa periodis yang
menggunakan perhitungan pada koordinat heliosentris pada setiap planet, yakni
dari planet Merkurius hingga planet Neptunus, (yang diperkirakan 2500 masa dari
Bumi). Koordinat heliosentris digunakan jika terletak dari sudut pandang Bumi,
jika sebaliknya, maka menggunakan koordinat geosentris Matahari.54
b. Nilai Radius Bulan
Untuk kontak bagian luar (kerucut penumbra pada Bulan), menggunakan
nilai
k = 0.272481 (untuk rasio pada Bulan hingga radius ekuatorial pada Bumi). Nilai
ini berhubungan pada radius rata-rata bola Bulan (lunar globe).
51
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.1.
52
VSOP (Variations Séculaires des Orbites Planétaires),solusi analisa pada pergerakan planet yang
hanya digambarkan melalui variable elips. Namun, kartesian atau variable bola lebih tepat dalam beberapa
permasalahan, seperti pernyataan analisis untuk perhitungan bagian yang tampak. Analisis pada sistem nutasi,
pada selisih antara TDB-TDT. Baca P.Bregtanon dan G.Francou, Planetary Theories in Rectangular and
Spherical Variables VSOP87 Solutions, (Paris: Unite Associee au CNRS, 1988), hlm.309.
53
54
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200......................., hlm.3.
Gian Casalegno, Sun Ephemeris Comparison, hlm.1.
26
Karena gerhana Matahari tidak akan terlihat secara keseluruhan (apabila selama
Matahari bersinar, menyinari
lembah Bulan), memiliki nilai terkecil
dibandingkan dengan nilai rata-rata konstanta k, maka digunakanlah untuk
perhitungan pada kerucut umbra (fase total dan cincin), menggunakan nilai
adaptasi:
k = 0.272274.55
Nilai (k = 0.272481) untuk kerucut penumbra, dan nilai (k = 0.272274)
untuk kerucut umbra, adalah nilai yang direkomendasikan oleh Explanatory
Supplement. Pada tahun 1969 hingga 1980, Astronomical Epimeris (Inggris)
menggunakan (k = 0.272281) untuk menghitung radius pada umbra. Sedangkan
pada tahun 1981, Astronomical Almanak (Amerika), menggunakan nilai (k =
0.272488) untuk menghitung pada areal penumbra. Kemudian, pada Bulan
Agustus tahun 1982 IAU General Assembly 56 memberi penyelesaian untuk
mengambil nilai yang sama besar, yakni (k = 0.272508).57
3.
Keterangan pada nilai numerik yang disajikan dalam katalog
a.
Data-data yang disajikan, mengandung beberapa elemen pada semua peristiwa
gerhana Matahari yang terjadi pada tahun 1951 hingga 2200 A.D. Secara
keseluruhan, pada periode 250 tahun ini, setidaknya terdapat 570 peristiwa
gerhana Matahari, yang mana 366 atau 64 persennya, merupakan peristiwa
gerhana Matahari total. Pada katalog yang bagian penjelasannya, telah dihasilkan
secara langsung dari perhitungan komputer, yang secara otomatis tidak terdapat
kesalahan di dalamnya. Setiap gerhana, mengambil empat bagian pada daftar,
yang disana terdapat sepuluh gerhana per halamannya.58
b. Tipe Gerhana
Terdapat pada kolom pertama katalog, yang dengan secara langsung dapat
diketahui karena terdapat pada bagian bawah tanggal (tahun, Bulan, hari). Simbol
55
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.4.
56
IAU (International Astronomical Units), merupakan sebuah perkumpulan Astronomi Internasional,
yang dibentuk pada tahun 1919. Misi dari IAU adalah, untuk memperkenalkan serta mengawasi ilmu pengetahuan
dalam bidang astronomi, pada seluruh aspek yang berhubungan dengan kerjasama internasional. Lihat
selengkapnya pada laman https://www.iau.org/, diakses pada tanggal 11 September pukul 12:07 WIB.
57
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.4.
58
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200......................., hlm.5.
27
yang terdapat pada katalog telah digunakan oleh Oppolzer59, sebagaimana simbol
huruf r, yang mengindikasikan gerhana sebagai gerhana cincin (ringforming).
Berikut
merupakan
berbagai
macam
simbol
yang
digunakan
untuk
mengindikasikan berbagai macam tipe gerhana yang terjadi:
1) p
: Gerhana Parsial
2) r
: Gerhana Cincin (Sentral)
3) t
: Gerhana Total (Sentral)
4) (r) : Gerhana Cincin (Non Sentral)
5) (t) : Gerhana Total (Non Sentral)
6) rt
: Gerhana Cincin-Total
: Gerhana Sentral, Total pada sebagian kecilnya, dan Cincin pada bagian
lainnya.60
Pada kasus gerhana sentral, poros pada bayangan kerucut Bulan bersilangan
dengan permukaan Bumi, sedangkan ketika gerhana yang terjadi tidaklah sentral,
maka gerhana tersebut banyak terjadi pada tipe p, dan terkadang pada tipe (r) atau
pada tipe (t). Pada kasus dimana sebuah gerhana bertipe (r) atau (t), hanya bagian
kerucut umbra yang melalui permukaan Bumi. Ketika gerhana adalah gerhana
sebagian, huruf p diikuti oleh nilai pada jarak terbesar pada gerhana sebagian di
permukaan Bumi. Nilai itu merupakan nomor antara nilai 0 dan 1, dan cenderung
diikuti oleh tiga angka desimal.61
Contoh:
Gerhana pada 3 Oktober 1986 dan pada 29 Maret 1987 merupakan gerhana
cincin-total. Gerhana pada 23 September 1987 merupakan gerhana cincin, dan
pada 18 Maret 1988 adalah gerhana total. Pada 19 Mei 1985, terjadi gerhana
sebagian dengan jarak maksimum sebesar 0.841.62
59
Theodor von Oppolzer (1841-1886), merupakan ahli matematika serta Astronom yang berasal dari
negara Austria. Pada tahun 1868, Oppolzer memimpin sebuah ekspedisi untuk keperluan observasi gerhana
Matahari. Setelah itu, pada tahun 1887, dia menulis buku yang berjudul Canon der Finsternisse, yang di dalamnya
berisikan tentang kompilasi 8000 gerhana Matahari serta 5200 gerhana Bulan, dari tahun 1200 SM-2161 M.
Karyanya tersebut menjadikannya sebagai salah satu ilmuwan yang berprestasi akan hasil terbesar dalam bidang
perhitungan,
pada
masa
itu.
Lihat
selengkapnya
pada
laman
https://en.wikipedia.org/wiki/Theodor_von_Oppolzer, diakses pada tanggal 11 September 2018, pukul 13:42
WIB.
60
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.5.
61
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200.............., hlm.5.
62
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200.............., hlm.5.
28
c.
Nilai Gamma (ɣ)
Pada kolom pertama katalog, pada baris ketiga menunjukkan jumlah ɣ
(Gamma), yang mana jarak minimal dari poros pada kerucut bayangan Bulan
hingga pada pusat Bumi, dalam satuan pada radius ekuatorial Bumi. Jarak ini
bernilai positif maupun negatif, menurut poros pada bayangan kerucut yang
melewati utara atau selatan pusat Bumi. Jika ɣ berkisar antara +0.997 dan 0.99763, maka gerhana adalah gerhana sentral.64
d. Julian Day (JDE)
Untuk mempermudah kronologi perhitungan dalam berbagai tujuan, hari
astronomi (astronomical day) yang dimulai pada waktu siang rata-rata Greenwich
atau pukul 12 Universal Time65 untuk alasan sejarah, berturut-turut bernomor dari
jangka waktu masa lampau yang cukup jauh untuk mendahului periode sejarah.
Nomor yang menunjukkan satu hari dalam hitungan yang terus menerus disebut
Julian Day Number (JD).66
Penyelesaian Julian Day dimulai dengan JD = 0 untuk 1 Januari -4712 pada
pukul 12 UT. Tanggal diperlihatkan dalam Julian Days dan sebagian kecil
melambangkan hari yang terlewat semenjak jaman tersebut. Secara normal,
Julian Day dinyatakan dalam satuan Universal Time, namun dapat pula
dinyatakan dalam bentuk satuan Dynamical Time 67 (waktu Epimeris), dalam
bentuk menyerupai Julian Days. Dalam kasus yang seperti itu, JD diukur dari
12ℎ TD sebagai ganti dari 12ℎ UT, dan diatur untuk menghindari keambiguan,
maka disebut dengan Julian Epimeris Day (JDE). JDE sesuai dengan waktu pada
gerhana maksimum (ketika poros kerucut bayangan Bulan mendekati pusat
63
Batasan nilai 0.997, bertentangan dengan penyebab pada perataan Bumi.
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.5.
65
Universal Time, merupakan suatu ukuran pada waktu yang sesuai (dalam perkiraan yang teliti), pada
rata-rata pergerakan diurnal Matahari dan bermanfaat sebagai dasar pada seluruh ketepatan waktu dalam ruang
lingkup sipil. UT ditentukan berdasarkan observasi pada pergerakan diurnal bintang. UT terdiri atas tiga bagian,
yakni UT0, UT1 serta UTC. Baca Jean Kovalevsky dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy,
(United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004), hlm.385.
66
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.5.
67
Dynamical Time, merupakan salah satu bagian dari skala waktu, yang diperkenalkan pada tahun 1984,
untuk menggantikan waktu Ephemeris sebagai penjelasan pada teori dinamis serta Epemeris. Baca Jean
Kovalevsky dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press,
Cambridge, 2004), hlm.374.
64
29
Bumi), yang ditentukan pada baris pertama di kolom kedua. Nilai JDE tersebut
dibulatkan hingga mendekati nilai seperseratus hari.68
e.
Lunation (k)
Pada baris kedua dalam kolom kedua katalog, ditunjukkan nomor lunasi k.
lunasi nomor ke-0, berhubungan dengan Bulan baru pada tanggal 6 Januari tahun
2000. Sebelum tahun 2000, nilai k, adalah k < 1. Dalam mengatur untuk
mendapatkan penomoran lunasi, dilanjutkan dalam seri E.W. Brown yang mana
dalam nilai k nya terdapat penambahan angka 953 untuk nilai k.69
f.
Seri Saros
Kolom kedua pada katalog juga terdaat nomor dari seri Saros70, yang mana
angka tersebut dimiliki setiap peristiwa gerhana. Gerhana yang memiliki nomor
seri Saros ganjil, berlangsung pada ascending node pada orbit Bulan (satu periode
Saros kemudian, bayangan pada Bulan akan lebih kearah selatan (nilai ɣ
berkurang)). Demikian pula, gerhana dengan nomor Saros genap berlangsung
pada descending node (satu periode Saros kemudian, garis edar pada bayangan
Bulan berganti arah menuju utara (nilai ɣ berkurang)). Saros adalah periode yang
terjadi pada 223 lunasi, atau 6585.3 hari, atau 18 tahun dan kurang lebih 11 hari.
Setelah melalui periode tersebut, gerhana Matahari dan gerhana Bulan berulang
dengan situasi yang sama pula.71
g.
Referensi Waktu (𝑻ₒ )
Kolom ketiga mengandung referensi waktu 𝑇ₒ . Waktu ini merupakan waktu
yang berbentuk bilangan bulat pada Dynamical Time, yang mendekati waktu
gerhana maksimum. Waktu ini merupakan referensi waktu untuk elemen Bessel
yang terdapat dalam katalog.72
h. Elemen Bessel
Tujuh kolom terakhir pada katalog mengandung elemen Bessel pada setiap
gerhana. Elemen Bessel memberikan ciri posisi geometri pada bayangan Bulan
tergantung pada Bumi. Garis singgung luar hingga permukaan Matahari dan
Bulan dari kerucut umbra, dan garis singgung dalam untuk kerucut penumbra.
68
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.5.
69
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200................, hlm.5.
70
Nomor seri Saros tersebut, diperkenalkan oleh tokoh yang bernama G.Van den Bergh.
71
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.5.
72
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..............., hlm.7.
30
Poros yang sama pada kedua kerucut tersebut adalah poros pada bayangan
tersebut. Bidang geosentris yang tegak lurus pada poros bayangan disebut bidang
dasar, dan dianggap sebagai bidang XY pada sistem koordinat geosentris
persegi.73
Poros X berpotongan pada bidang dasar dengan bidang pada ekuator74, dan
tepat ke arah timur, sedangkan poros Y tepat mengarah ke utara. X dan Y
merupakan koordinat pada perpotongan poros bayangan dengan bidang dasar,
dalam satuan radius ekuatorial Bumi. Deklinasi d dan sudut waktu Epimeris M,
pada titik bola langit mengarah ke poros bayangan yang tepat menunjukkan pada
poros yang sebenarnya. Radius kerucut penumbra, pada bidang dasar dinyatakan
sebagai 𝐿1 . Sedangkan, radius kerucut umbra dinyatakan sebagai 𝐿2 , dan bernilai
positif apabila gerhana cincin, dan bernilai negatif apabila gerhana total. Sudut 𝑓1
dan 𝑓2 merupakan elemen sudut pada kerucut penumbra dan kerucut umbra, yang
secara berurutan menurut poros bayangannya. Penyusunan nilai X0, Y0, d0, M0,
L10 dan L20 yang merupakan nilai dari X, Y, d, M, L1 dan L2 pada referensi waktu
𝑇ₒ . Nilai lainnya merupakan koefisien yang menunujukkan fungsi pada satuan
waktu. Sebagai contoh, nilai X pada setiap terjadinya gerhana terhitung dari:
X = X0 + X1t + X2𝑡 2 + X3𝑡 3
Dimana:
t dihitung dari jam referensi 𝑇ₒ , yang secara langsung bernilai negatif.75
Elemen X dan Y ditunjukkan melalui beberapa polinomial76 pada derajat ke
tiga. Sementara d, L1 dan L2 polinomial derajat kedua yang digunakan,sementara
M ditunjukkan oleh fungsi linear waktu tersebut. Jumlah d dan M dinyatakan
dalam bentuk derajat dan desimal. Perlu diketahui bahwa, X1, M1, dan L10
nilainya selalu bersifat positif. Nilai tan f1 dan tan f2, terletak pada kolom terakhir
73
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200....................., hlm.7.
Ekuator merupakan lingkaran besar pada permukaan bidang, yang dibentuk oleh perpotongan pada
permukaan, dengan sebuah bidang yang melewati pusat tegak lurus ke arah poros rotasi. Baca Jean Kovalevsky
dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004),
hlm.375.
75
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.7.
76
Polinomial (suku banyak), merupakan pernyataan matematika yang banyak melibatkan jumlahan
perkalian pangkat, dalam satu atau lebih variabel dengan koefisien.
74
31
yang dianggap sebagai jumlah tetap selama terjadinya gerhana, dan nilainya
selalu bersifat positif.77
4.
Penggunaan praktis Elemen Besel dan contoh numeriknya.
a.
Perhitungan Waktu
Dalam Elements of Solar Eclipses, satuan waktu yang digunakan adalah
Dynamical Time (TD). Dynamical Time sebelumnya disebut sebagai Epimeris
Time (ET), yang merupakan satuan perataan waktu oleh hukum dinamis 78 .
Sedangkan satuan waktu Universal Time (UT) diperlukan dalam kehidupan sipil
maupun diperlukan dalam perhitungan astronomis, yang mana satuan waktu ini
didasari oleh pergerakan rotasi Bumi.79
Kemudian, perbedaan antara satuan waktu Barycentric Dynamical Time80
(TDB) dan satuan waktu Terrestrial Dynamical Time 81 (TDT). Kedua satuan
waktu tersebut dibedakan oleh jumlah detik yang berlebih, yakni sebanyak 0.0017
detik. Dalam perbedaan detik tersebut maka terdapat perbedaan pula dalam efek
relativisti, yang berhubungan dengan pergerakan Bumi pada orbit elips dalam
mengelilingi Matahari. Karena perbedaan yang terdapat di dalamnya sangatlah
kecil, maka perbedaan tersebut diabaikan, demi berbagai kepentingan. Sehingga,
referensi data waktu yang disajikan dalam Elements of Solar Eclipses tidak
membedakan antara satuan waktu TDB dan TDT, dan disimpulkan dalam satuan
waktu Dynamical Time (TD). Karena pergerakan rotasi Bumi pada umumnya
bergerak melambat (dan terlebih dengan adanya ketidakteraturan yang tidak
77
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.7.
78
Hukum dinamis tersebut didasari oleh pergerakan planet.
79
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.9.
80
Barycentric Dynamical Time (TDB), merupakan salah satu dari bagian kelompok skala waktu yang
dihasilkan dari berbagai macam perubahan teori dan metrik pada teori relativitas Terrestrial Time (TT). TDB juga
merupakan waktu koordinat, yang hanya berbeda variasi periodik dengan Terrestrial Time. Baca Jean Kovalevsky
dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004),
hlm.372-373.
81
Terrestrial Dynamic Time (TDT), yang juga dikenal sebagai Terrestrial Time (TT), merupakan
penjelasan dari Epemeris Geosentris. Satuan pada TT adalah detik SI (International Sistem of Units), atau
sejumlah satu hari dalam 86400 detik SI pada sistem geoid. Baca Jean Kovalevsky dan P.Kenneth Seidelmann,
Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004), hlm.384.
32
terprediksi), satuan waktu UT tidaklah sama. Perhitungan perbedaan ∆T = TD –
UT tersebut, dapat diperhitungkan hanya melalui hasil dari observasi.82
Sebagai nilai pada rotasi Bumi yang perlahan berkurang, kini satuan waktu
TD lebih diutamakan dibandingkan dengan satuan waktu UT, dan rata-rata
perbedaan ini akan semakin berkurang kedepannya. Hal ini menjelaskan bahwa
prediksi pada berbagai macam hubungan waktu berhubungan dengan gerhana
Matahari kedepannya, yang mana hanya dapat diperkirakan dengan akurasi yang
tepat pada satuan Dynamical Time-nya. Apabila perhitungan gerhana Matahari
tersebut diperhitungkan menggunakan akurasi satuan waktu Universal Time,
maka dimugkinkan akan terjadi ketidaktepatan dalam perhitungan rotasi Bumi,
yang mana akan terjadinya ketidaktentuan dalam jumlah satuan detik, hingga
menit. Selain itu, hal tersebut akan berdampak pula pada jumlah pasti jarak
maksimum pada lokasi yang diberikan, posisi garis tengah permukaan Bumi dan
sebagainya bergantung pada nilai ∆T83.
b. Catatan pada Garis Lintang Geografis
Dalam Elements of Solar Eclipses, garis lintang diukur sebagai garis yang
bernilai positif jika berada di barat, dan bernilai negatif jika berada di timur84.
Penting untuk diketahui bahwa:
Terdapat alat hitung yang tidak dapat menghitung fungsi trigonometri pada
sebuah sudut, yang mana nilai sudut tersebut dinyatakan dalam bentuk derajat,
menit dan detik. Sehingga, sebelum melakukan perhitungan ada baiknya
mengubah nilai sudut tersebut menjadi bentuk derajat dan desimal. Ada pula,
komputer yang tidak dapat menghitung sebuah perhitungan yang di dalamnya
terdapat satuan derajat. Komputerisasi tersebut, hanya daapt melakukan
perhitungannya jika nilai yang diperhitungkan di dalamnya menggunakan satuan
radian (rad).85
82
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.9.
83
Apabila dalam suatu waktu nilai ∆T tidaklah diketahui, maka dapat dilakukan perhitungan
sebagaimana perhitungan yang didasarkan pada perkiraan.
84
Ketentuan ini telah diikuti (digunakan) oleh banyak ahli astronomi selama lebih dari satu abad. Tidak
diketahui secara pasti, mengapa sejak awal badan International Astronomical Union telah menetapkan pengukuran
garis lintang pada planetografis dengan arah yang berlawanan dengan arah rotasi Bumi. namun dalam hlm ini,
Elements of Solar Eclipses tidak mengikuti ketentuan dari IAU, namun akan tetap mempertimbangkan bahwa
garis lintang bernilai positif.
85
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200, (United of States America: Willman-Bell, Inc.,
1989), hlm.10-11.
33
Sehingga, untuk mengubah satuan derajat ke radian, maka nilai tersebut dikalikan
dengan:
𝜋
180
5.
atau dengan konstanta 0.017453292520
Metode Perhitungan
a.
Menghitung Elemen Bessel
Data-data dan perhitungan Elemen Bessel, sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam sub bab sebelumnya, yakni terdiri atas:
X, Y, d, M, L2, X’, Y’, ɷ, p, b, c, 𝑦1 , 𝑏1 , 𝑏2, kemudian B, H, sin 𝛷1 , Φ, λ, L2’, a, n,
Durasi, sin h, h, 𝐾 2 , Lebar Lintasan dan Rasio A (sudut radius Bulan-Matahari).
Berikut merupakan perhitungan Elemen Bessel:
1) Nilai t (TD) yang diberikan dalam perhitungan ini, dinyatakan dalam jam dari
referensi waktu 𝑇ₒ , yang dihitung menggunakan elemen BesselX, Y, d, M dan
L2 dari formula:
a) X
b) Y
c) d
= X0 + X1t + X2𝑡 2 + X3𝑡 3 .
= Y0 + Y1t + Y2𝑡 2 + Y3𝑡 3 .
= d0 + d1t + d2𝑡 2 .
d) M
= M0 + M1t.
e) L2
= L20 + L21t + L22𝑡 2 .86
Perhitungan perbedaan tiap jamnya:
f)
X’
g) Y’
= X1 + 2X2t + 3X3𝑡 2 .
= Y1 + 2Y2t + 3Y3𝑡 2 .87
Kemudian hitung;
h) ɷ
i)
p
j)
b
= Y’ – pX sin d
k) c
= X’ + pY sin d
l)
86
87
1
= √1−0.006694385𝑐𝑜𝑠2
𝑦1
=
𝑀1
57.2957795
𝑑
= ɷY
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..................., hlm.11.
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..................., hlm.11.
34
m) 𝑏1
n) 𝑏2
= ɷ sin d
= 0.99664719 ɷ cos d
= √1 − 𝑋 2 − 𝑦1 2> 0
o) B
Jika nilai B tidak muncul, maka tidak akan terjadi gerhana sentral.88
2) 𝜱𝟏 dan sudut waktu H
a) cos 𝛷1 sin H
= X.
b) cos 𝛷1 cos H = B 𝑏2 - 𝑦1 𝑏1 (sudut waktu).
= B 𝑏1 + 𝑦1 𝑏2 (nilai Φ).89
sin 𝛷1
3) Bujur Geografis Φ dan Lintang λ
a) tan Φ = 1.00336409 tan 𝛷1
b) λ
= M – H – 1.0027379 ∆T90
Jika kita ingat kembali, bahwa satu detik pada satuan jam (waktu), sama
dengan 15 detik pada satuan busur, atau 0.00416667°, sehingga kita memiliki
formula,
λ
= M – H - 0.00417807 ∆T
Dimana:
i.
M dan H dinyatakan dalam derajat.
ii.
∆T dinyatakan dalam satuan waktu detik.91
4) Durasi pada Gerhana total atau Gerhana Cincin pada Lokasi
a) L2’
= L2 – B tan 𝑓2 .
Jika nilai L2’ bernilai negatif, maka yang akan terjadi adalah gerhana
total sedangkan, jika nilai L2’ bernilai positif maka yang akan terjadi
adalah gerhana cincin.
b) a
= c – pB cos d.
c) n
= √𝑎2 + 𝑏 2> 0.
d) Durasi = 7200
𝐿2′
𝑛
(detik).92
5) Tinggi Matahari h pada Gerhana Sentral
88
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200................, hlm.11-12.
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..............., hlm.12.
90
Dimana ∆T merupakan selisih dari TD – UT.
91
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..............., hlm.12.
92
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200..............., hlm.12.
89
35
= sin d sin Φ + cos d cos Φ cos H.93
sin h
6) Lebar Garis Edar pada Fase Gerhana Total atau Cincin
a) 𝐾 2
= 𝐵2 +
b) Lebar =
(𝑋𝑎+𝑌𝑏)2
𝑛2
12756 |𝐿2′|
𝐾
(kilometer)
Formula yang terakhir ini, tidaklah begitu tepat, kecuali jika posisi Matahari
berada pada titik rendah, maka formula ini akan menghasilkan perhitungan
yang sangat tepat. Pelebaran ini tegak lurus dengan arah pergerakan
bayangan permukaan Bumi. dengan kata lain, pelebaran ini diukur
berdasarkan tempat di setiap titik garis sentral.94
7) Rasio A pada Diameter Bulan yang Tampak hingga Diameter Matahari
A
𝐿1′ −𝐿2′
= 𝐿1′ + 𝐿2′ dimana L1’ = L10 + L11t + L12𝑡 2 – B tan 𝑓1 .95
B. Sistem Perhitungan Gerhana Matahari W.M. Smart dalam Textbook on Spherical
Astronomy
1.
Tinjauan Umum Textbook on Spherical Astronomy W.M. Smart
Perhitungan dalam Textbook on Spherical Astronomy, menggunakan sistem astronomi
bola atau astronomi posisional, yang mana keduanya merupakan cabang dari ilmu
astronomi yang digunakan untuk menjabarkan lokasi pada objek yang terletak dalam
bola langit. Elemen terpenting pada astronomi bola adalah sistem koordinat dan
waktu. Koordinat objek langit yang telah tercantum, menggunakan sistem koordinat
equatorial, yang berdasarkan pada proyeksi ekuator Bumi terhadap bola langit. Posisi
sebuah obnek dalam sistem ini disebutkan dalam beberapa istilah seperti asensio rekta
(α) dan deklinasi (δ). Bujur dan waktu local dapat digunakan untuk memperoleh posisi
objek dalam sistem koordinat horizontal96, yang terdiri atas altitude97 dan azimuth.98
93
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200........., hlm.12.
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200........., hlm.12.
95
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses 1951-2200........., hlm.13.
96
Lingkaran besar di antara zenith dan nadir, atau lingkaran besar yang terbentuk oleh pertemuan bola
langit dengan bidang tegak lurus pada garis dari pengamat ke zenith.
97
Sudut dari horizon sepanjang lingkaran vertical yang mencapai ke obyek.
98
Sudut dari titik utara pada horizon searah jarum jam hingga ke dasar lingkaran vertical melalui obyek.
94
36
Koordinat pada objek langit seperti halnya bintang dan sejumlah galaksi terkumpul
dalam sebuah catalog bintang, yang memberikan posisi objek tersebut dalam waktuwaktu tertentu.99
Mengenai Textbook on Spherical Astronomy, dipaparkan bahwa buku ini berdasarkan
kuliah yang diberikan tiap tahun dalam Universitas Cambridge dan dalam mata kuliah
persamaan pada pelajaran Astronomi terapan dalam observatorium. Perubahan baru
dalam almanak (dalam berbagai hal), mempengaruhi posisi pada catatan lama sebagai
rujukan infomasi dalam praktek mutakhir, dan karya yang sekarang ini diharapkan
akan mengisi perbedaan yang disebabkan oleh perkembangan zaman moderen. Dalam
penambahan masalah waktu astronomi bola, buku ini berisikan beberapa diskusi dasar
dalam beberapa subjek penting, seperti halnya koordinat heliografis, pergerakan yang
tepat, penentuan posisi pada permukaan laut, penggunaan fotografi dalam ukuran
astronomi yang tepat serta orbit bintang ganda, dan seluruh hal yang berkaitan dengan
masalah ini.100
Dalam aplikasi numerik, menggunakan almanak tahun 1931, yang mengikuti
rekomendasi pada International Astronomical Union (Persatuan Astronomi
Internasional), namun terdapat beberapa modifikasi yang dilakukan demi
menghindari kesukaran ataupun salah konsep dalam memahami sebuah materi
(permasalahan). Seperti halnya, sudut pada stellar parallax (paralaks bintang)101, yang
ditunjukkan dengan simbol Π dibandingkan dengan simbol 𝜋 yang mana para pelajar
(mahasiswa) telah terbiasa untuk menggunakannya, terutama saat pelajaran
matematika yang terdapat dalam sifat lingkaran.102
2.
Metode Perhitungan
a.
99
Elemen Bessel
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Spherical_astronomy, diakses pada hari Rabu, 18 Juli 2018 pukul
23:00.
100
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.V.
101
Stellar Paralax (Paralaks bintang), merupakan metode untuk mengukur jarak bintang. Hal ini dihitung
melalui pergeseran yang tampak pada bintang dalam kurun waktu satu tahun.
102
Perbedaan simbol Pi antara 𝜋 dengan Π adalah, jika simbol Π adalah versi uppercase (huruf kapital),
maka simbol 𝜋 merupakan versi lowercase (huruf kecil). Seperti halnya penulisan huruf dalam bahasa Latin, huruf
dalam bahasa Yunani juga dibedakan atas dua macam huruf (simbol), yakni yang disebut dengan upper dan
lowercase. Namun, meski pada intinya sama-sama merupakan simbol Pi, jika dalam ilmu matematika maka akan
memiliki makna yang berbeda. Jika simbol Π, memiliki fungsi sebagai product, yakni sebagai hasil dari sebuah
perkalian. Sedangkan simbol 𝜋, memliki fungsi sebagai kelompok dasar, momentum konjugasi, grup homotop,
fungsi utama perhitungan serta proyeksi.
37
Gambar 3.1
Skema Bola Langit
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
Metode yang digunakan dalam memprediksikan gerhana sejalan dengan
okultasi 103 bintang pada gerhana. Melintasi pusat Bumi E, sebuah garis EC
tergambar sejajar dengan garis lurus terhubung pada Bulan dan Matahari dan
bertemu sebuah lingkaran, berpusat pada titik E, di titik C. EC merupakan porosz dan bidang DBA (yang terarsir), pada EC yang normal pada titik E merupakan
bidang dasar (fundamental plane). Jika P adalah kutub utara langit, bidang pada
lingkaran besar yang melewati titik C dan P memotong bidang dasar pada garis
EB. Adapun EA dan EB merupakan poros x dan y secara berurutan.104
1) Elemen x, y dan d. Ambil (α, δ) untuk asensio rekta dan deklinasi pada
Matahari, serta (α1 , 𝛿1 ) sama dengan titik koordinat Bulan. (α, d) menjadi
asensio rekta dan deklinasi pada titik C dalam lingkaran. (x, y, z) menjadi titik
103
Okultasi merupakan efek pengaburan pada salah satu benda langit, oleh benda langit lainnya yang
memiliki diameter lebih besar. Jika sumber utama cahaya pada bayangan benda terpotong oleh okultasi, maka
fenomena ini disebut juga sebagai peristiwa gerhana. Baca Jean Kovalevsky dan P.Kenneth Seidelmann,
Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004), hlm.380.
104
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.390-391.
38
koordinat Matahari, dengan acuan penjelasan beberapa poros, dalam istilah
jarak ekuatorial Bumi sebagai sebuah kesatuan.105
Maka jika X adalah posisi Matahari pada lingkaran:
x = r cos AX, y = r cos BX, z = r cos CX…..(4)
Dimana:
r menjadi jarak geosentris Matahari.
Kini, A merupakan kutub pada garis CPB dan karena itulah menjadi sebuah
ekuator. Maka, PA = 90°, FA = 90°. Karena asensio rekta pada A adalah 90°
+ a, maka XṖA = 90° + a – a. Sebagaimana PX = 90° - δ, dari keterangan (4),
menggunakan rumus cosinus:
x = r cos δ sin (α– a)…..(5)
Dalam segitiga PBX, BP = d. Juga, semenjak AṖB = 90°, XṖB = 180° + α–
a, maka:
y = r [sin δ cos d – cos δ sin d cos (α – a)]…..(6)
Dalam segitiga PCX, PC = 90° - d, PX = 90° - δ dan XṖC = α – a, maka:
z = r [sin δ sin d + cos δ cos d cos (α – a)]….(7)
Melalui cara yang sama, didapati hubungan bilangan untuk Bulan:
𝑥1 = 𝑟1 cos 𝛿1 sin (α1 − 𝑎),
𝑦1 = 𝑟1[sin 𝛿1 cos 𝑑 − cos 𝛿1 sin 𝑑 cos(α1 − 𝑎)]
𝑧1 = 𝑟1[sin 𝛿1 sin 𝑑 + cos 𝛿1 cos 𝑑 cos(α1 − 𝑎)]
Tetapi, karena poros-z sejajar dengan garis yang terhubung dengan pusat
pada Matahari dan Bulan, maka:
x = 𝑥1 , y = 𝑦1 .
Koordinat (x,y) atau (𝑥1 , 𝑦1 ), merupakan koordinat pada pusat bayangan
dalam bidang dasar. Karenanya,
r cos δ sin (α– a)= 𝑟1cos 𝛿1 sin (α1 – a)…..(8)
r [sin δ cos d – cos δ sin d cos (α – a)] = 𝑟1[sin 𝛿1 cos d – cos 𝛿1 sin d cos (α1
– a)]…..(9)
Pada beberapa perhitungan, nilai r, 𝑟1, α, δ, α1 dan 𝛿1 dapat dianggap telah
diketahui; rumus (8) dan (9), sehingga memungkinkan untuk menghitung a
dan d. Rumus ini dapat dimasukkan ke dalam bentuk yang lebih mudah, sejak
105
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.................., hlm.391.
39
atau pada waktu terdekat terjadinya gerhana, α dan δ sedikit berbeda dari α1
dan 𝛿1 secara berturut-turut. Maka:
𝑟1
𝑟
…..(10).
=b
Yang mana dapat pula ditulis sebagai:
b=
sin 𝑃
sin 𝑃1
….(11).
Dari penjelasan tersebut, maka 1/r = sin P dan 1/𝑟1= sin 𝑃1 . Sehingga, b
dapat dihitung kapanpun. Nilai b ini merupakan jumlah kecil yang jumlahnya
kurang lebih 1/400. Tulisan [α1 - a + (α- a)] untuk (α1 − 𝑎) pada rumus (8)
dan diperluas, maka akan ditemukan:
sin (α - a){1 – b sec δ cos 𝛿1 cos (α1 − 𝑎)} = b sec δ cos 𝛿1 cos (α − 𝑎) sin
(α1 − 𝑎).
atau, cukup dengan akurasi,
a=α–
𝑏 sec 𝛿 cos 𝛿1
1−𝑏
(α1 − 𝑎) …..(12)
Dengan cara yang sama, dari rumus ke (9), maka:
d=δ-
𝑏
1−𝑏
(𝛿1 - δ) …….(13)
Perhitungan pada nilai a dan d dibuat pada jarak waktu per jam. Sebagai
tambahan, variasi x`, y` (per jam) pada koordinat (x,y) pada pusat bayangan
wajib adanya namun, dengan mudah didapatkan melalui perbedaan pada
susunan nilai tabel x dan y pada Astronomi Epimeris (Astronomical
Epimeris).106
2) Elemen μ. Untuk beberapa meridian 107 sudut waktu pada C, merupakan
sudut waktu pada vernal equinox108, tidak sebanyak pada asensio rekta titik
C. dalam keterangan, jika μ menunjukkan sudut waktu pada titik C untuk
meridian Epimeris ketika waktu sideris Epimeris adalah G, maka μ = G – α.
106
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, .............., hlm.391-392.
Meridian, merupakan lingkaran besar yang melewati kutub langit dan melewati titik zenith pada suatu
lokasi di Bumi. Dalam observasi planet, suatu meridian tersebut merupakan setengah bagian dari lingkaran besar
yang mlewati kutub planet tersebut, dan melewati beberapa lokasi pada planet. Baca Jean Kovalevsky dan
P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy, (United Kingdom: University Press, Cambridge, 2004),
hlm.380.
108
Vernal Equinox, merupakan titik perpotongan yang terjadi pada saat Matahari bergerak dari langit
bagian selatan, ke arah langit bagian utara, yakni pada titik Aries (tepatnya pada tanggal 21 Maret). Baca
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm.17.
107
40
Oleh karena itu, α dapat ditemukan dari perhitungan ke-(12), nilai pada μ
dapat dihitung pada saat itu juga. Begitu juga pada nilai μ` (variasi pada μ
per jam) dapat ditemukan dengan proses yang lebih mudah.109
3) Elemen f1 dan f2
Gambar 3.2
Skema Posisi Matahari dan Bulan saat Gerhana Matahari
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
Menjadikan garis CD sebagai bagian pada bidang dasar dengan bidang pada
gambar tersebut. Pertimbangan pertama, kerucut penumbra dengan puncak
pada 𝑉1. 𝑓1 menunjukkan sudut 𝐴𝑉1 𝑆 atau 𝐹𝑉1 𝐶. R menjadi radius garis pada
Matahari dan k menjadi radius garis pada Bulan. Maka,
𝑠𝑖𝑛𝑓1 =
𝑅
𝑆𝑉1
=
𝑘
𝑉1 𝑀
=
𝑅+𝑘
𝑆𝑀
Tetapi, selama beberapa fase pada gerhana, SM = r - 𝑟1, dengan akurasi yang
cukup. Oleh karenanya, menggunakan perhitungan ke-(10),
𝑠𝑖𝑛𝑓1 =
𝑅+𝑘
𝑟 (1−𝑏)
…..(14)
Dalam perhitungan ke-(14), hitungan (R + k) adalah konstan, menjadi
penjumlahan pada radius garis Matahari dan Bulan. Menunjuk sudut semivertikal 𝐵𝑉2 𝑀, pada kerucut umbra yakni 𝑓2 , diperoleh dengan cara yang
sama,
𝑠𝑖𝑛𝑓2 =
𝑅−𝑘
𝑟 (1−𝑏)
……(15)
Sudut 𝑓1 dan 𝑓2 sangat mudah dihitung dengan menggunakan perhitungan
ke-(14) dan (15).110
109
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.392.
110
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy................, hlm.393.
41
4) Elemen L1 dan L2 . Jika melihat pada gambar, maka MF merupakan
koordinat z pada pusat Bulan, dengan menunjuk kepada poros yang telah
digambarkan. Oleh karena itu, MF = 𝑧1 . Begitu juga dengan 𝑉1 𝑀 =
𝑘 𝑐𝑜𝑠𝑒𝑐 𝑓1 .
𝑉1 𝐹 menyatakan koordinat-z pada puncak kerucut penumbra oleh 𝑐1, maka:
𝑐1 = 𝑧1 + k cosec 𝑓1 …...(16)
Begitu pula, jika 𝑐2 menyatakan koordinat-z pada puncak kerucut umbra,
maka:
𝑐2 = 𝑧1 - k cosec 𝑓2 ….(17)
Dalam setiap contoh, 𝑐1 dan 𝑐2 merupakan nilai yang bersifat aljabar111 yang
⃗⃗⃗⃗⃗⃗ (arah positif pada poros-z).
diukur secara jelas dalam fungsi 𝐹𝑀
Misalkan 𝑙1 dan 𝑙2 menyatakan jari-jari pada lingkaran di mana kerucut
penumbra dan umbra berpotongan pada bidang dasar. Maka:
𝑙1 = FC = 𝑐1 tan 𝑓1 dan 𝑙2 = FR = 𝑐2 tan 𝑓2 ……(18).
Atau, menggunakan cara perhitungan ke-(16) dan (17),
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 ……(19).
𝑙2 = 𝑧1 tan 𝑓2 - k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 ……(20).
Rumus ke-(19) dan (20) memungkinkan nilai numerik pada 𝑙1 dan 𝑙2 untuk
diperhitungkan.
Nilai x, y, sin 𝑑 , cos 𝑑 , μ, 𝑙1 dan 𝑙2 disebut sebagai elemen Bessel pada
gerhana. Nilai-nilai tersebut merupakan hitungan pertama pada jarak setiap
jam dan tersusun pada jeda 10 menit dalam Epimeris Astronomis. Satu nilai
juga cenderung pada nilai tan 𝑓1 , tan 𝑓2 , μ` dan d`, selama nilai-nilai tersebut
konstan, dengan dibutuhkan ketelitian di dalamnya.112
b. Perhitungan Gerhana pada Tiap Tempat
Gambar 3.3
Aljabar, (dari bahasa Arab “al-jabr”, yang berarti “pengumpulan bagian yang rusak”), merupakan
salah satu bidang dari ilmu matematika yang luas, bersama dengan teori bilangan, geometri dan analisis. Aljabar
juga merupakan ilmu yang mempelajari berbagai simbol dalam matematika. Lihat selengkapnya pada laman
https://id.wikipedia.org/wiki/Aljabar, diakses pada tanggal 13 September 2018, pukul 21:38 WIB.
112
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.393-394.
111
42
Skema Gerhana Matahari Tiap Tempat
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
Pada Gambar 3.8, misalkan garis KH menjadi titik potong pada bidang,
yang melalui pengamat yang sejajar dengan bidang dasar. (ξ, η, ζ) menjadi
koordinat pada titik pengamat (dalam waktu kapanpun), dengan referensi poros
dasar. Sehingga, bidang KH disebut z = ζ. Mengingat jari-jari pada lingkaran
bidang z = ζ, yang ditentukan oleh perpotongan pada bidang ini dengan kerucut
penumbra dan umbra, dan perkirakan 𝐿1 dan 𝐿2 menjadi jari-jari secara berturutturut.
Maka, dalam gambar 𝐿1 = GH dan 𝐿2 = GT. Maka, karena FG = ζ, maka:
𝐿1 = (𝑐1 - ζ) tan 𝑓1 ,
𝐿2 = (𝑐2 - ζ) tan 𝑓2 ,
Atau, menggunakan rumus ke-(18):
𝐿1 = 𝑙1 – ζ tan 𝑓1 ….(21),
𝐿2 = 𝑙2 – ζ tan 𝑓2 ….(22).113
𝐿1 selalu bernilai positif. Karena 𝑐2 telah digunakan dalam fungsi aljabar, 𝐿2
bernilai negatif ketika puncak 𝑉2 pada kerucut umbra terletak (sebagaimana pada
gambar) di tepat pada titik G. Hal ini merupakan kondisi geometris bahwa
beberapa area pada permukaan Bumi dapat berada dalam kerucut umbra.
Sehingga, beberapa pengamat khusus pada jarak ζ dari bidang dasar, sebuah
syarat untuk gerhana total adalah 𝐿2 , dihitung dengan menggunakan rumus ke(22), akan menjadi nilai yang bersfat negatif. Sementara itu, Φ’ dan ρ merupakan
garis lintang geosentris dan jarak pengamat, serta λ merupakan garis bujur barat
pada Greenwich.114
113
114
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............., hlm.394.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............., hlm.394-395.
43
Gambar 3.4
Skema Bola Langit
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
Dalam Gambar 1.9, X mewakili zenith115 geosentris pengamat pada bola langit.
Maka:
ξ = ρ cos 𝐴𝑋, η = ρ cos 𝐵𝑋, ζ = ρ cos 𝐶𝑋 ……(23).
PX merupakan meridian pada pengamat dan karena μ adalah sudut waktu
Epimeris pada C pada pengamat, maka h mengatakan bahwa,
XPC = μ – λ – 1.0027∆T.
Maka, X𝑃̂A = 90° - h. Begitu pula, PX = 90° - Φ`.
Rumus ke-(23), mengaplikasikan rumus cosinus untuk segitiga APX,
ξ = ρ cos Φ` sin ℎ ……….(24).
Sama halnya dengan,
η = ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ] …..(25),
ζ = ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).
Variasi ξ`, η` dan ζ` per jam dalam nilai ξ, η dan ζ telah diperhitungkan. Contoh,
115
Zenith, merupakan titik perpotongan antara garis vertikal yang melalui seseorang, dengan meridian
pada bola langit bagian atas. Baca Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005),
hlm.71.
44
ξ` = μ` ρ cos 𝛷` cos ℎ,
dimana, μ` merupakan variasi pada μ per jam.
Nilai pada ξ, η dan ζ biasanya dihitung untuk diambil waktu pada koneksi, maka
dengan rata-rata pada nilai perhitungan ξ`, η` dan ζ`, nilai pada ξ, η dan ζ
didapatkan pada jarak waktu sepuluh menit. Nilai pada 𝐿1 dan 𝐿2 dapat diperoleh
dari rumus ke-(21) dan (22) pada saat yang tepat.
Ketika fase parsial tepat akan memulai atau berakhir, pengamat berada pada batas
kerucut penumbra dan jaraknya dari poros bayangan adalah 𝐿1 (jari-jari pada
lingkaran di mana z = ζ memotong kerucut penumbra. Tetapi pusat pada lingkaran
ini mempunyai koordinat (x,y) dan koordinat pengamatnya adalah (ξ,η)), yang
kedua-duanya saling berhubungan pada potongan bidang z = ζ.
Sehingga, syarat yang dibutuhkan adalah:
(𝑥 − 𝜉)2 + (𝑦 − 𝜂)2 = 𝐿1 2 …….(27).
Begitu pula, dengan kondisi pada awal atau akhir gerhana total yang perlu
diperhatikan, adalah
(𝑥 − 𝜉)2 + (𝑦 − 𝜂)2 = 𝐿2 2 …….(28).116
T merupakan waktu Epimeris yang sesuai, yang mendekati waktu pada gerhana
total dan T + t menjadi waktu Epimeris yang sesuai pada permulaan (atau akhir)
pada saat terjadinya gerhana total. xₒ, yₒ menjadi nilai pada titik koordinat x,y
pada waktu T, dan ξₒ, ηₒ berhubungan dengan titik pengamat. Maka pada waktu
T+t,t dinyatakan dalam satuan jam,
x = xₒ + x`t, y = yₒ + y`t, ξ = ξₒ + ξ`t, η = ηₒ + η`t.
Pada rumus ke-(22), karena 𝑓2 merupakan sudut kecil, nilai pada ζ tan 𝑓2 pada
waktu T + t tidak akan ada perbedaan yang cukup besar dari nilai ini pada waktu
T, begitu pula dengan 𝑙2 akan berubah menjadi sangat lambat. Sehingga, rumus
tersebut cukup untuk digunakan, dalam rumus tersebut nilai pada 𝐿2
diperhitungkan untuk waktu T.
Maka, untuk awal atau akhir fase total (atau pada fase cincin):
[𝑥ₒ − 𝜉ₒ + 𝑡 (𝑥` − 𝜉`)]2 + [𝑦ₒ − 𝜂ₒ + 𝑡 (𝑦` − 𝜂`)]2 = 𝐿2 2 …..(29).
116
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.395-396.
45
Seluruh nilai 𝐿2 , xₒ, …..η` telah diketahui, rumus ke-(29) merupakan sebuah
persamaan kuadrat dalam t, dimana akan memberikan jeda antara permulaan dan
akhir pada saat terjadinya gerhana total.
Jumlah nilai pembantu m, M, n dan N yang ditentukan pada:
m sin M = xₒ - ξₒ,
m cos M = yₒ - ηₒ …..(30),
n sin N = x` - ξ`
n cos N = y` - η` ...…(31).
Sebagaimana tan M = (xₒ - ξₒ)/(yₒ - ηₒ), yang terdapat dua nilai pada M, dengan
selisih 180°, yang mana dapat dipenuhi dengan rumus ke-(30). Dengan
mengambil m sebagai akar kuadrat positif pada [(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ], dan
memilih mana nilai pada M yang akan diberikan kepada sin M yang mana nilainya
(positif atau negatif) sama dengan (𝑥ₒ − 𝜉ₒ). Tata cara perhitungan untuk n dan
N juga sama.117Secara geometris, m dan M menjelaskan jarak dan posisi sudut
pada poros bayangan yang terhubung dengan pengamat. Adapun n dan N, dengan
cara yang sama menjelaskan magnitudo dan arah pada pusat bayangan yang
terhubung dengan pengamat.
Dengan memasukkan rumus ke-(30), (31) dalam rumus ke-(29), diperoleh rumus:
𝑛2 𝑡 2 + 2𝑚𝑛𝑡 cos (𝑀 − 𝑁) + 𝑚2 − 𝐿2 2 = 0 ……(32).
Dua akar pada persamaan ini memberikan awal dan akhir pada gerhana total.
Sebuah sudut Ψ didefinisikan sebagai berikut:
𝐿2 sin Ψ = m sin (M - N) ….(33).
Rumus ke-(33) memberikan dua nilai pada Ψ.
Dalam rumus ke-(32) terdapat rumus,
𝑛2 𝑡 2 + 2𝑚𝑛𝑡 cos (𝑀 − 𝑁) + 𝑚2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝑀 − 𝑁) = 𝐿2 2 − 𝑚2 + 𝑚2 𝑐𝑜𝑠 2 (𝑀 −
𝑁) = 𝐿2 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝛹 dari rumus ke-(33).
Sehingga, t = -
𝑚
𝑛
cos(𝑀 − 𝑁) ±
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
Jika τ merupakan nilai numerik pada
pada waktu Epimeris (𝑇 −
Epimeris adalah (𝑇 −
𝑚
𝑛
𝑚
𝑛
……(34).118
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
, awal pada gerhana total terdapat
cos ̅̅̅̅̅̅̅̅̅
𝑀 − 𝑁 − 𝜏) dan akhir pada gerhana total waktu
̅̅̅̅̅̅̅̅̅
cos 𝑀
− 𝑁 + 𝜏). Durasi pada gerhana total adalah 2τ.
Untuk beberapa alasan, hasil ini tidaklah cukup akurat.
117
118
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.396.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.396-397.
46
Misalkan 𝑇1 menjadi perkiraan waktu pada awal gerhana total. Hitung rumus ke-
(34) untuk 𝑇1 . Sebagaimana sebelumnya, akan terdapat dua akar pada rumus ke(34), yang satu menunjukkan awal waktu dan yang lainnya untuk akhir waktu
fase total. Jika 𝜏1 sesuai dengan perhitungan yang sebelumnya, awal waktu
gerhana total pada waktu Epimeris adalah:
𝑇1 −
𝑚1
𝑛1
cos (𝑀1 − 𝑁1 ) − 𝜏1 ,
Dimana 𝜏1 merupakan nilai numerik pada
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
yang dihitung untuk 𝑇1 , dan
tulisan yang berada di bawah garis menunjukkan nilai pada m, n, M, N pada 𝑇1 .
Sementara itu, 𝑇2 menjadi perkiraan waktu pada akhir gerhana total. Melalui cara
yang sama, maka akhir pada fase total dalam waktu Epimeris adalah:
𝑇2 −
𝑚2
𝑛2
cos (𝑀2 − 𝑁2 ) + 𝜏2 ,
Dimana tulisan yang berada di bawah garis menunjukkan kepada nilai pada m, n,
M, N pada 𝑇2 . Perbedaan di antara perhitungan waktu memberikan durasi pada
gerhana total.119
Jika 𝛹1 , 𝛹2 merupakan nilai pada Ψ saat awal dan akhir gerhana total, kuadran
pada sudut ini didefinisikan sebagai berikut (yang didasarkan pada dua nilai
kemungkinan pada Ψ yang terdapat pada rumus ke-(33)):
1) Awal pada fase total, kuadran cos 𝛹1 bernilai positif.
2) Akhir pada fase total, kuadran cos 𝛹2 bernilai negatif.
3) Perhitungan dapat diulang, dengan memilih nilai yang lebih akurat pada T.
4) Pada almanak, fenomena gerhana dihitung dengan metode terdahulu.120
C. Contoh Hasil Perhitungan Gerhana Matahari Menggunakan Algoritma Elements of
Solar Eclipses Jean Meeus dan Algoritma Textbook on Spherical Astronomy
1. Hasil Perhitungan Gerhana Matahari pada 10 Mei 1994
a. Berdasarkan Algoritma Elements of Solar Eclipses121
Tabel 3.1
Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses
119
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.............., hlm.397.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.............., hlm.397-398.
121
Lihat pada Lampiran I.
120
47
Hasil
Waktu Gerhana
Jenis Gerhana
Jean Meeus (Ms.Excel 2007)
16° 26′ 59" GMT
CINCIN
b. Berdasarkan Algoritma Textbook on Spherical Astronomy
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy122
Hasil
Textbook on Spherical Astronomy
Awal Waktu Gerhana 15° 23′ 56,68" GMT
Jenis Gerhana
CINCIN
2. Hasil Perhitungan Gerhana Matahari pada 9 Maret 2016
a. Berdasarkan Algorima Elements of Solar Eclipses123
Tabel 3.3
Hasil Perhitungan Waktu Gerhana Elements of Solar Eclipses
Hasil
Jean Meeus (Ms.Excel 2007)
Waktu Gerhana 0° 21′ 36" GMT
Jenis Gerhana
TOTAL
b. Berdasarkan Algoritma Textbook on Spherical Astronomy
122
123
Lihat pada Lampiran V.
Lihat pada Lampiran III.
48
Tabel 3.4
Hasil Perhitungan Textbook on Spherical Astronomy124
Hasil
Textbook on Spherical Astronomy
Awal Waktu Gerhana 23° 47′ 46,22" GMT
Jenis Gerhana
TOTAL
Keterangan:
-
Nilai (+) atau (-) pada Lintang maupun Bujur, menunjukkan arah mata angin yang
dihasilkan dari perhitungan. Pada Bujur, nilai (+) menunjukkan pada arah Bujur Timur
(BT), sedangkan nilai (-) menunjukkan pada arah Bujur Barat (BB). Adapun dalam
Lintang, nilai (+) menunjukkan pada arah Lintang Utara (LU), sebaliknya nilai (-)
menunjukkan pada arah Lintang Selatan (LS).
-
Hasil Perhitungan berdasarkan perhitungan pada data-data yang tertera dalam
Algoritma Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy, yang
diterapkan pada Software Microsoft Excel 2007125.
124
125
Lihat Pada lampiran VI.
Lihat Pada Lampiran I dan Lampiran III.
BAB IV
ANALISIS KOMPARATIF SISTEM PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI
ELEMENTS OF SOLAR ECLIPSES DAN TEXTBOOK ON SPHERICAL ASTRONOMY
A. Analisis Perbandingan Hasil Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy.
Pada bab sebelumnya, telah dijelaskan mengenai sistem perhitungan gerhana
Matahari Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy, dan disertai
pula hasil perhitungan dari keduanya. Dari kedua sistem perhitungan tersebut, ditemukan
beberapa perbedaan, di antaranya sebagai berikut:
1. Pada Elements of Solar Eclipses, semua data-data telah dipersiapkan dalam
bentuk katalog. Seluruh data Elemen Bessel (X0,....tan 𝑓2), telah tercantum
berikut rinciannya. Sedangkan dalam Textbook on Spherical Astronomy, seluruh
data Elemen Bessel masih dalam bentuk sistem perhitungan data, yang harus
dihitung secara manual terlebih dahulu. Selain itu, Elemen Bessel yang
digunakan menggunakan dasar perhitungan trigonometri terlebih dahulu.
2. Elemen Bessel pada Elements Solar Eclipses berupa (x, y, δ, μ dan 𝐿2 ).
Sedangkan Elemen Bessel pada Textbook on Spherical Astronomy berupa (x, y,
sin δ,cos δ, μ, 𝑙1 dan 𝑙2 ).
3. Pada Elements of Solar Eclipses, data Lintang dan Bujur merupakan hasil
perhitungan data Elemen Bessel, sehingga dari awal, tidak diperlukan input data
Lintang dan Bujur. Sedangkan pada Textbook on Spherical Astronomy, data
Lintang dan Bujur harus di input terlebih dahulu, dan termasuk dari bagian
sistem perhitungan. Selain itu, diperlukan data Lintang dan Bujur Geosentris,
yang mana kedua data tersebut merupakan data yang bersifat sferis, mengingat
sistem Elemen Bessel pada Textbook on Spherical Astronomy merupakan Bessel
Spherical Functions.
Seperti halnya pada contoh perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses pada tanggal 10 Mei 1994 berikut,
49
50
Tabel 4.1
Perhitungan Lintang dan Bujur pada Elements of Solar Eclipses126
Data
Hasil
Perhitungan
fail
tan Φ
sin−1(𝐵 × 𝑏1 + 𝑦1 × 𝑏2 )
0,61338925
tanh 0,70634395
35° 14’ 07” U
0,70634395
Φ
1,00336409 × tan(0,61338925)
Λ
HA + (0,00417807×ΔT) – μ
100° 10’ 46” B
(- 32,52596° ) + (0,00417807 × 60) -
67,9041983
Sedangkan pada contoh perhitungan Textbook on Sphercal Astronomy, selain
membutuhkan Lintang (Φ) dan Bujur (λ) geografis, juga menggunakan data
Lintang Geosentris (Φ`), seperti contoh perhitungan berikut:
= tan 𝛷` : 1 - 𝑒 2 ×
Φ`
dimana,
𝑅𝑁
𝑅𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.127
= √2𝑓 − 𝑓 2 128
e
= √(2 × 0° 0′ 12,07") − (0° 0′ 12,07")2
= √0° 0’ 24,14” − 0° 0’ 00,04”
= 0° 04’ 54,75”129
𝑎130
𝑅𝑁
=
=
=
126
= √1−𝑒 2
𝑠𝑖𝑛2 𝛷
. 131
637855,137
2
√1−(0° 04’ 54,75”) 𝑠𝑖𝑛2 (35° 14′ 07")
√1−0°
6378,137
00′ 24,13" ×0°
6378,137
0° 59′ 55,98"
19′ 58,28"
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses, (United States of America: Willman-Bell, Inc., 1989),
hlm.12.
127
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Conversions, (Naval Postgraduate, 2002), hlm.1.
George H. Born, Geodetic and Geocentric Latitude, hlm.2.
129
e, merupakan nilai eksentrisitas, yang dihasilkan dari rumus akar kuadran perkalian f atau flattening
𝑎
(b = 6356.752/jari-jari kutub), untuk WGS-84.
(ellipticity), di mana f =
𝑎−𝑏
130
a merupakan jari-jari ekuator.
131
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Conversions, (Naval Postgraduate, 2002), hlm.1.
128
51
= 6385,267215.
Sehingga, lintang geosentris nya adalah:
Φ`
= 1 - 𝑒2 × 𝑅
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.
= 1 – (0° 04’ 54,75”)2 ×
6385,267215
6385,267215+(−239° 10′ 13,04")
× tan(35° 14′ 07")
= 1 - 0° 00′ 24,13" × (-0° 00’ 15,05”) × 0° 42′ 22,84"
tan Φ` = 1° 0′ 0,7"
Φ`
= 45° 0’ 20,05”.
Jika kita lihat seksama, maka Lintang Geografis (Φ) digunakan seagai input data
untuk perhitungan Lintang Geosentris (Φ`). Maka, nilai lintang tersebut
haruslah diketahui terlebih dahulu, dan bukannya sebagai hasil perhitungan
data.
4. Pada Elements of Solar Eclipses, tidak banyak memerlukan informasi data
Epemeris. Sedangkan pada Textbook on Spherical Astronomy, memerlukan
data-data Epemeris di dalamnya. Misalnya, data Deklinasi (δ) Matahari dalam
Elements of Solar Eclipses, merupakan hasil dari perhitungan Elemen Bessel
(d0, d1, dan d2). Sedangkan data Deklinasi (δ) Matahari pada Textbook on
Spherical Astronomy diperoleh melalui data-data Epemeris berdasarkan tahun
terjadinnya gerhana tersebut. Selain itu, dalam Textbook on Spherical
Astronomy tidak hanya memerlukan deklinasi (δ) Matahari, namun juga
deklinasi (δ) pada Bulan.
Perhitungan
dalam
Textbook on Spherical
Astronomy, tidak hanya
membutuhkan deklinasi (δ) Matahari dan Bulan, namun juga membutuhkan data
deklinasi pada salah satu titik bola langit, yang diperoleh melalui:
d=δ-
𝑏
1−𝑏
(𝛿1 - δ)
5. Pada Elements of Solar Eclipses, waktu gerhana termasuk pada salah satu data
input. Sedangkan pada Textbook on Spherical Astronomy, waktu gerhana
merupakan hasil dari perhitungan algoritma Elemen Bessel.
6. Perhitungan waktu terjadinya gerhana pada Elements of Solar Eclipses, hanya
menampilkan waktu pada saat terjadinya gerhana sentral saja (tepat pada saat
kontak gerhana telah terjadi). Sedangkan perhitungan waktu gerhana pada
Textbook on Spherical Astronomy, menampilkan waktu awal atau akhir
terjadinya gerhana. Keduanya, disajikan dalam bentuk waktu Epemeris (GMT).
52
Perlu untuk diketahui, waktu gerhana dalam Elements of Solar Eclipses
merupakan data input, sedangkan waktu gerhana pada Textbook on Spherical
Asronomy merupakan hasil dari perhitungan data.
Dari beberapa inti perbedaan di atas, maka tidak heran apabila hasil dari kedua
perhitungan tersebut menghasilkan nilai serta waktu gerhana yang berbeda pula, seperti
pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Perbandingan hasil perhitungan waktu gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy.
Waktu
Elements of Solar
Textbook on
Gerhana
Eclipses
Spherical Astronomy
10 Mei 1994
16° 26′ 59" GMT
16° 24′ 48,85" GMT132
9 Maret 2016
0° 21′ 36" GMT
0° 22′ 2,28" GMT133
Selisih
0° 2′ 10,15"
0° 0′ 26,28"
Dari tabel di atas, beberapa perbedaan hasil perhitungan gerhana Matahari antara
Elements of Solar Eclipses dengan Textbook on Spherical Astronomy, berkisar 2 menit
untuk hasil perhitungan gerhana Matahari pada tanggal 10 Mei 1994. Hasil perhitungan
waktu gerhana dari Textbook on Spherical Astronomy 2 menit 10,15 detik lebih cepat dari
waktu gerhana hasil perhitungan Elements of Solar Eclipses. Adapun pada hasil
perhitungan gerhana Matahari tanggal 9 Maret 2016, perhitungan waktu gerhana Elements
of Solar Eclipses lebih cepat 26,28 detik dari hasil perhitungan waktu gerhana Textbook
on Spherical Astronomy.
Perbedaan tersebut dapat terjadi, disebabkan dari data Elemen Bessel yang
digunakan, seperti yang terlihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Perbedaan penggunaan data Elemen Bessel
132
133
Lihat pada Lampiran VII.
Lihat pada Lampiran VII.
53
Textbook on Spherical Astronomy
Elements of Solar Eclipses
Data
Data
10 Mei 1994
X
-
0°
22,79”
9 Maret 2016
26’ -0° 57’ 15,38”
Y
0°
20’ -0° 01’ 30,85”
Δ
17°
41’ -4° 24’ 19,64”
Μ
67°
54’ 183°
13,41”
30.51”
15,11”
03’11,59”
10 Mei 1994
X
-0° 0’ 05,06”
-0° 0’ 55,93”
Y
0° 0’ 03,91”
0° 0’ 57,65”
-0° 05’ 33,82”
0° 17’ 58,94”
0° 59’ 44,49”
0° 57’ 14,52”
-179° 00’ 24,53”
-
-0° 14’ 45,22”
0° 18’ 11,48”
𝐬𝐢𝐧 𝜹
𝐜𝐨𝐬 𝜹
Μ
𝑳𝟐
0° 01’ 14,5”
-0° 0’ 25,73”
9 Maret 2016
𝒍𝟏
𝒍𝟐
-0° 16’ 33,59”
183°
32’
33,31”
-0° 14’ 40,65”
Jika nilai 𝐿2 dalam Elements of Solar Eclipses merupakan salah satu Elemen Bessel, maka
dalam Textbook on Spherical Astronomy, nilai 𝐿2 merupakan garis radius pada kerucut
umbra, seperti yang tertera pada gambar berikut:
Gambar 4.1
Skema Gerhana Matahari
(Sumber: Textbook on Spherical Astromony)
Adapun nilai 𝐿2 pada Textbook on Spherical Astronomy diperoleh melalui perhitungan
sebagai berikut:
54
𝑳𝟐 = 𝒍𝟐 – ζ 𝐭𝐚𝐧 𝒇𝟐 .134
Dimana nilai ζ merupakan jari-jari pada bidang KH yang disebut z, diperoleh melalui
perhitungan:
KH = CD
Gunakan segitiga DV1 C,
Gambar 4.2
Segitiga D𝐕𝟏 C
V1
G
K
H
D
F
C
Diketahui:
𝑉1C = 0° 31′ 20,29".
𝑉1F = 0° 27′ 09,39"
Maka sisi FC adalah:
FC
= √V1 𝐶 2 − 𝑉1 𝐹 2
= √(0° 31′ 20,29")2 − (0° 27′ 09,39")2
= √0° 16′ 22,08" − 0° 12′ 17,48"
= √0° 04′ 04,6"
FC
= 𝟎° 𝟏𝟓′ 𝟑𝟖, 𝟑𝟖"
Sehingga karena FC=DF, maka:
CD
= (𝟎° 𝟏𝟓′ 𝟑𝟖, 𝟑𝟖")𝟐
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔"
Dari perhitungan di atas, telah diketahui bahwa nilai CD adalah 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔". Maka, dapat
disimpulkan bahwa panjang sisi KH adalah sama besarnya denga sisi CD, dikarenakan
garis KH dengan CD adalah sejajar.
KH (ζ)
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔".
134
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.394.
55
Setelah mendapatkan nilai ζ, maka nilai 𝐿2 dapat dicari menggunakan rumus:
𝐿2 = 𝑙2 – ζ tan 𝑓2
= (- 0° 14’ 40,65”) – (0° 04′ 04,6" × (tan 1° 04’ 10,5”))
= (- 0° 14’ 40,65”) - 0° 00’ 04,57”
𝑳𝟐 = - 𝟎° 14’ 45,22”.
Tabel 4.4
Nilai selisih pada data Elemen Bessel yang digunakan dalam perhitungan gerhana
Matahari pada Elemen of Solar Eclipses
Nilai Selisih
Data
X
Y
10 Mei 1994
9 Maret 2016
-0° 26’ 17,73”
-0° 56’ 19,45”
0° 20’ 09,5”
-0° 02’ 28,5”
246° 54’ 39,64”
366° 35’ 44,9”
0° 11’ 25,04”
Δ
Μ
0° 0’ 21,46”
Pada dasarnya, dalam menghitung gerhana Matahari pada algoritma Elements of Solar
Eclipses, cukup menggunakan data-data yang telah tersedia, seperti dalam tabel berikut
ini:
Tabel 4.5
Data dasar Elemen Bessel Elements of Solar Eclipses pada tanggal 10 Mei 1994135
dan 9 Maret 2016136
JDE
Tanggal
Tipe
k
Saros
10 05 94 2449483,2
R
T˳
-70
17
X0
Y0
X1
Y1
X2
Y2
X3
Y3
d0
d1
d2
L20
M0
L21
M1
L22
(-) 0,173367 0,383484
17,68613 75,90923
0,4990629
0,010642 15,001621
0,0869393
0,020679
135
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses, (United States of America: Willman-Bell, Inc., 1989),
136
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses...................., hlm.61.
hlm.56.
56
128
Tanggal
Tipe
0,0000296
(-)
(-)
(-)
(-)
0,0001183
0,000004
0,0000317
0,00000563
(-)
(-)
0,00000092
0,0000097
JDE
k
T˳
Saros
X0
Y0
X1
Y1
X2
Y2
X3
Y3
d0
d1
d2
L20
M0
L21
M1
L22
09 0316
2457456,58 2
(-) 0,062417 0,253690
(-)
207,37216 (-)
T
200
0,5502769
0,1721233
4,37971
15,003971 0,007227
130
0,0000047
0,0000171
0,015886
(-)
(-)
(-)
0,000001
0,0000700
0,00000906
0,00000275
(-)
0,0000127
Sehingga, pada perhitungannya pun tidak memerlukan tambahan data lainnya. Hanya
sekedar memasukkan data-data di atas ke dalam rumus, yang kemudian nantinya
menghasilkan data Elemen Bessel.
Sedangkan, dalam perhitungan Elemen Bessel Textbook on Spherical Astronomy, datadata dasarnya menggunakan data-data Epemeris, seperti yang terdapat dalam tabel berikut:
Tabel 4.6
Data dasar Elemen Bessel Textbook on Spherical Astronomy pada tangal 10 Mei
1994137 dan 9 Maret 2016138
10 Mei 1994
x dan y
𝐬𝐢𝐧 𝒅
𝐜𝐨𝐬 𝒅
137
μ
𝒍𝟏
𝒍𝟐
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.391-394.
138
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..............., hlm.394.
57
r
d
δ
a
α
1° 00’ 36”
17° 26’ 23,53”
°
17 30’ 5,47”
-132° 15’1,88”
D 17° 26’ 23,53”
46° 45′ 22,65"
46° 45′ 22,65"
9 Maret 2016
𝐬𝐢𝐧 𝒅
x dan y
1° 00’ 36”
d
-5° 19’ 13,99”
δ
-4 24’ 41,1”
a
350° 37’ 55,84”
α
k
a
46° 39′ 49,78"
r
𝒛𝟏 0° 1’ 56,95”
G
°
𝒇𝟏 30° 21’ 39,1”
𝒇𝟐 1° 04’ 10,5”
𝒍𝟏
μ
𝐜𝐨𝐬 𝒅
D
0° 14′ 42,68"
𝒍𝟐
𝒛𝟏 0° 5’ 32,69”
-5° 19’ 13,99”
G 167° 05’22,53”
a
349° 44’ 53,38”
350° 37’55,84”
k
0° 16′ 33,02"
𝒇𝟏 32° 42’ 16,67”
𝒇𝟐 -0° 25’ 9,76”
Keterangan:
r = jarak Bumi-Matahari (1 AU).
α
= asensio rekta pada Matahari.
d = deklinasi pada titik C139.
G
= waktu sideris Epemeris.
δ = deklinasi Matahari.
𝑧1
= koordinat pada pusat Bulan.
a = asensio rekta pada titik C.
139
VI.
k
= radius pada Bulan.
Titik C yang dimaksudkan adalah sebuah titik koordinat pada bola langit. Lihat pada Lampiran V dan
58
𝑓1 = sudut A𝑉1S140 (kerucut penumbra) 𝑓2 = sudut B𝑉2M (kerucut daerah umbra)
Jika kita perhatikan, dari segi data-data input nya, telah memiliki prbedaan yang sangat
signifikan. Seperti halnya data-data Textbook on Spherical Astronomy yang terdapat dalam
tabel tersebut, yang memperlihatkan bahwa Textbook on Spherical Astronomy lebih
membutuhkan perhitungan yang lebih rinci. Textbook on Spherical Astronomy
menggunakan rumus yang lebih spesifik ke arah trigonometri bola. Menggunakan
beberapa fungsi trigonometri (sin, cos dan tan), yang mana sebelumnya juga menggunakan
perhitungan phytagoras.
Sebagai contoh, dalam mencari nilai 𝑙1 dan 𝑙2 (pada tanggal 10 Mei 1994), harus
melakukan perhitungan pitagoras sebagai berikut:
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 ……(19).
𝑙2 = 𝑧2 tan 𝑓2 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 ……(20).
Gambar 4.3
Skema Gerhana Matahari
(Sumber: Textbook on Spherical Astromony)
Titik z merupakan titik koordinat pada garis MF pada gambar. Dikarenakan nilai titik z
belum diketahui, maka titik z dicari dengan menggunakan rumus trigonometri,
sebagaimana perhitungan berikut:
Gambar 4.4
Segitiga C𝐕𝟏 F
C (B)
f1
(C)V1
140
Lihat pada Gambar Lampiran V dan VI.
M
F (A)
59
Keterangan:
𝑉1M
= k csc 𝑓1
= Sudut puncak kerucut daerah penumbra
MF
= Garis titik koordinat z
𝑓1
Sehingga, untuk mencari z (MF), terlebih dahulu mencari sisi 𝑉1C (a), dikarenakan sisi a
telah memiliki besaran sudut, yakni 90° . Untuk mencari sisi a, maka menggunakan
persamaan sinus:
𝑎
sin 𝐴
𝑎
=
=
sin 90°
𝑎
1
𝑐
sin 𝐶
0° 16’ 6,48”
sin 32° 42’ 16,67”
=
0° 16’ 6,48”
0° 32′ 25,11"
𝑉1C (a) = 0° 29′ 48,76".
Setelah menemukan panjang sisi 𝑉1 C, maka selanjutnya adalah mencari sisi 𝑉1 F (b),
menggunakan rumus trigonometri sebagai berikut:
b = √𝑎2 − 𝑐 2
= √(0° 29′ 48,76")2 − (0° 16′ 6,48")2
= √0° 14′ 48,8" − 0° 04′ 19,47"
b = 0° 25′ 05,19"
Setelah mengetahui panjang sisi 𝑉1F, maka selanjutnya sisi MF (titik koordinat z), dapat
dihitung dengan perhitungan:
𝑽𝟏 F = 𝑽𝟏 M + MF
0° 25′ 05,19" = k csc 𝑓1 + MF
0° 25′ 05,19" = (0° 16’ 33,02” × (csc(32° 42’ 16,67”))) + MF
0° 25′ 05,19" = 0° 30′ 37,88" + MF
0° 25′ 05,19" - 0° 30′ 37,88" = MF
- 𝟎° 𝟎𝟓′ 𝟑𝟐, 𝟔𝟗" = MF.
Dari penjelasan tersebut, telah diketahui bahwa nilai dar titik koordinat z adalah:
- 0° 5’ 32,69”. Namun, koordinat z (MF) tersebut, diukur dalam fungsi ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹𝑀 , yang berarti
bahwa garis (titik koordinat) tersebut, memiliki nilai dengan arah positif. Maka, hasil
tersebut menjadi,
z (𝒛𝟏 ) = 𝟎° 5’ 32,69”.
60
Mencari nilai koordinat z pada puncak kerucut penumbra:
𝑐1 = 𝑧1 + k cosec 𝑓1 …...(16).141
= 0° 5’ 32,69” + (0° 16’ 33,02” × (csc(32° 42’ 16,67”)))
= 0° 5’ 32,69” + 0° 30’ 37,88”
𝒄𝟏 = 𝟎° 36’ 10,57”
Sedangkan nilai koordinat z pada puncak kerucut umbra:
𝑐2 = 𝑧1 - k cosec 𝑓2 ….(17).142
= 0° 5’ 32,69” - (0° 16’ 33,02” × (csc(−0° 25’ 9,76”)))
= 0° 5’ 32,69” – (-37° 41’ 08,52”)
𝒄𝟐 = 𝟑𝟕° 46’ 41,21”
Mencari nilai 𝑙1 dan 𝑙2 (sebagai jari-jari pada lingkaran di mana kerucut penumbra dan
umbra berpotongan pada bidang dasar), menggunakan rumus:
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 143
= (0° 5’ 32,69” × tan 32° 42’ 16,67”) + (0° 16’ 33,02” × (sec(32° 42’ 16,67”)))
= 0° 3’ 33,62” + 0° 19’ 40,11”
𝒍𝟏 = 𝟎° 23’ 13,73”
𝑙2 = 𝑧1 tan 𝑓2 - k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 .144
= (0° 5’ 32,69” × tan(−0° 25’ 9,76”)) - (0° 16’ 33,02” × (sec((−0° 25’ 9,76”)))
= -0° 0’ 2,44” - 0° 16’ 33,05”
𝒍𝟐 = - 𝟎° 16’ 35,49”.
141
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.394.
142
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy................, hlm.394.
143
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy................, hlm.394.
144
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy................, hlm.394.
61
Jika kita lihat pada metode perhitungan di atas, maka terlihat jelas bahwa metode yang
digunakan dalam Textbook on Spherical Astronomy, memerlukan beberapa fungsi
trigonometri (sin, cos dan tan), serta membutuhkan bantuan skema phytagoras dalam
mencari suatu nilai pada jarak atau lambang tertentu.
Jenis gerhana pada perhitungan ditentukan oleh 𝐿2 . Dalam Elements of Solar Eclipses
dinyatakan bahwa, jika nilai 𝐿2 negatif maka gerhana Matahari yang akan terjadi adalah
gerhana total. Sebaliknya, jika nilai 𝐿2 adalah positif, maka gerhana Matahari yang akan
terjadi adalah gerhana cincin.145 Sebagaimana pada contoh perhitungan gerhana Matahari
pada tanggal 9 Maret 2016, sebagai berikut:
= 𝐿2 – B tan 𝑓2
𝐿2 `
= (-0,0071469) – 0,2978615 × tan 0,00469
= -0,0085424. (hasilnya adalah negatif, maka gerhana yang akan terjadi adalah
gerhana total).
Sementara itu, perhitungan nilai 𝐿2 dalam gerhana Matahari pada Textbook on Spherical
Astronomy, sebagaimana pada contoh perhitungan pada tanggal 10 Mei 1994:
(𝑥 − 𝜉)2 + (𝑦 − 𝜂)2 = 𝐿2 2 .146
Dimana,
(x, y) = titik koordinat kartesian pada pusat lingkaran.
(𝜉 ,𝜂) = titik koordinat pengamat.
Sehingga, perhitungannya adalah:
((−1523,081909) − 4064763292)2 + (4845,703746 − 4122588014)2 = 𝐿2 2.
√1,6522313 × 1019 + 1,699569198 × 1019 = 𝐿2 .
5789473636 = 𝐿2 .
Nilai 𝐿2 pada Textbook on Spherical Astronomy, tidak menentukan jenis gerhana Matahari
yang akan terjadi nantinya.
145
Jean Meeus, Elements of Solar Eclipses, (United States of America: Wellman-Bell, Inc., 1989),
hlm.12.
146
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.396.
62
Hasil perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses dan textbook on Spherical
Astronomy, apabila dicocokkan dengan hasil data NASA147,
Tabel 4.7
Perbandingan waktu gerhana Matahari hasil perhitungan Elements of Solar
Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy dengan data NASA
Elements of Solar Eclipses
Textbook on Spherical
NASA
Astronomy
10 Mei 1994
16° 26' 59" GMT
16° 24' 48,85" GMT
16° 27’ 00” GMT148
9 Maret 2016
0° 21' 36" GMT
0° 22' 2,28" GMT
0° 22’ 00” GMT149
Sedangkan selisihnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Selisih hasil perbandingan waktu gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses dan
Textbook on Spherical Astronomy dengan data NASA
Elements of Solar Eclipses
Textbook on Spherical Astronomy
10 Mei 1994
0° 00’ 01"
0° 02’ 11,15”
9 Maret 2016
0° 00’ 24"
147
+ 0° 00’ 2,28"
Data waktu gerhana Matahari, dapat diakses melalui website resmi NASA, yaitu
https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEpath/SEpath.
148
https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEpath/SEpath1951/SE1994May10Apath.html, diakses pada tanggal 01
Desember 2018, pukul 14:38.
149
https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEpath/SEpath2001/SE2016Mar09Tpath.html, diakses pada tanggal 01
Desember 2018, pukul 14:36.
63
Dari yang tertera pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa selisih hasil perhitungan
waktu gerhana pada Elements of Solar Eclipses selisihnya lebih sedikit dibandingkan
dengan hasil perbandingan hasil waktu gerhana Textbook on spherical Astronomy.
Sedangkan, jika kita cocokkan menggunakan aplikasi Stellarium, maka hasilnya akan
seperti gambar berikut:
Gambar 4.5
Hasil input data waktu gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses pada tanggal
10 Mei 1994 pada aplikasi Stellarium.
(Sumber: Aplikasi Stellarium 0.18.2 Ver)
Gambar 4.6
Hasil input data waktu gerhana Matahari Textbook on Spherical Astronomy pada
tanggal 10 Mei 1994 pada aplikasi Stellarium.
64
(Sumber: Aplikasi stellarium 0.18.2 Ver)
Gambar 4.7
Hasil input data waktu gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses pada
tanggal 9 Maret 2016 pada aplikasi Stellarium.
(Sumber: Aplikasi Stellarium 0.18.2 Ver)
65
Gambar 4.8
Hasil input data waktu gerhana Matahari Textbook on Spherical Astronomy
pada tanggal 9 Maret 2016 pada aplikasi Stellarium.
(Sumber: Aplikasi Stellarium 0.18.2 Ver)
Dapat dilihat bahwa, masing-masing simulasi penampakan gerhana (baik pada
tanggal 10 Mei 1994, maupun 9 Maret 2016), tidak mengaami perbedaan yang jauh. Hanya
saja, untuk simulasi penampakan gerhana paa tanggal 10 Mei 1994, untuk hasil
perhitungan gerhana Matahari menggunakan Textbook on Spherical Astronomy (pada
gambar), Bulan nampak telah sedikit keluar dari areal umbra. Begitu pula pada saat
gerhana tanggal 9 Maret 2016, Bulan juga nampak telah bergeser sedikit dari area umbra.
Dalam kasus tersebut, keduanya dapat dijadikan sebagai sumber referensi sistem
perhitungan gerhana Matahari. Dikarenakan, kedua sistem perhitungan tersebut telah
menggunakan perhitungan kontemporer. Selain itu pula, seperti yang telah disimulasikan
dengan aplikasi Stellarium di atas, bahwa kedua hasil perhitungan tersebut sesuai dengan
keadaan gerhana yang seharusnya terjadi. Bahkan, sistem perhitungan Elements of Solar
Eclipses karya Jean Meeus tersebut telah dipergunakan sebagai salah satu narasumber
NASA, yang mana data dari lembaga NASA tersebut sudah tidak diragukan lagi
keakuratannya. Sedangkan Textbook on Spherical Astronomy, merupakan salah satu
alternatif sistem perhitungan gerhana Matahari, yang mana buku karya W.M. Smart
tersebut telah dijadikan sebagai sumber referensi astronomi populer yang banyak
66
digunakan dalam beberapa penelitian serta para ahli astronomi. Buku Textbook on
Spherical Astronomy ini, juga sebagai salah satu buku referensi perkuliahan astronomi di
Universitas Cambridge, dimana universitas tersebut telah terkenal akan reputasi
pendidikannya, terutama dalam bidang astrofisika.
B. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Elements of
Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy
1. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Elements
of Solar Eclipses
Sebagai salah satu sumber referensi utama NASA, Jean Meeus memberikan
sistem perhitungan gerhana Matahari pada Elements of Solar Eclipses dengan datadata yang sangat teliti. Ketelitian tersebut dapat kita lihat, dari beberapa data tambahan
yang terdapat dalam katalog data dasar Elemen Bessel. Katalog tersebut berisikan
beberapa data tambahan yang mana, akan digunakan sebagai beberapa data
perhitungan lainnya. Jika dibandingkan dengan sumber referensi lainnya, dalam hal ini
adalah referensi Textbook on Spherical Astronomy karya W.M. Smart, maka sistem
perhitungan Elements of Solar Eclipses karya Jean Meeus memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya yaitu:
a. Mudah serta Cepat
Banyak data yang terdapat dalam Elements of Solar Eclipses telah diersiapkan.
Para peneliti hanya perlu mengambil data-data tersebut, yang telah berbentuk
sebuah katalog. Data-data tersebut adalah tanggal dan jenis gerhana, data dasar
Elemen Bessel x, y, δ, μ, 𝐿1 dan 𝐿2 , serta data tan 𝑓1 dan tan 𝑓2 . Data-data tersebut
sangatlah memudahkan para peneliti dalam proses menghitung gerhana Matahari,
sehingga kegiatan perhitungan tersebut dapat dilanjutkan tanpa kesulitan.
b. Mudah diaplikasikan ke dalam bentuk formula Excel.
Sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses karya Jean Meeus, sangatlah
mudah untuk dapat diaplikasikan ke dalam Microsoft Excel. Microsoft Excel
tersebut dapat mempermudah para peneliti untuk mengaplikasikan semua data
tersebut ketika melakukan perhitungan gerhana Matahari. Para peneliti hanya perlu
memasukkan data-data yang diperlukan, beserta rumus-rumus yang akan
digunakan dalam perhitungan gerhana Matahari. Hanya perlu sedikit ubahan kecil
dalam mengolah bahasa rumus Elements of Solar Eclipses ke dalam bentuk
formula Microsoft Excel. Masing-masing Microsoft Excel, juga memiliki kriteria
67
masing-masing dalam penggunaannya. Misalkan saja, ada yang dalam penulisan
untuk angka desimal, ada yang menggunakan tanda koma (,) ada pula yang
menggunakan tanda titik (.). Begitu juga dalam pemasukan data angka dalam
Microsoft Excel, ada yang didahului menggunakan tanda petik (‘)150, ada pula yang
tidak perlu didahului tanda petik.
c. Dapat diprogram dalam Kalkulator.
Data-data serta perhitungan yang terdapat dalam Elemen Bessel, dapat
diaplikasikan atau diprogram ke dalam kalkulator. Namun, hanya beberapa
kalkulator saja, yang dapat digunakan untuk memprogram data-data Elements of
solar Eclipses tersebut. Jenis kalkulator yang diperlukan, setidaknya memiliki
menu “Program” di dalamnya, serta memiliki fungsi-fungsi dasar sebagai berikut:
1)
Memiliki mode derajat (DEG) dan satuan derajat (° ‘ “).
2)
Memiliki fungsi trigonometri (sin, cos dan tan) serta turunannya (𝑠𝑖𝑛−1 ,
𝑐𝑜𝑠 −1 , 𝑡𝑎𝑛−1 , sec, csc, ctn, sinh, cosh, tanh, 𝑠𝑖𝑛ℎ−1, 𝑐𝑜𝑠ℎ−1, 𝑡𝑎𝑛ℎ−1 ).
3)
Memiliki fungsi minus, yang ditandai dengan lambang “(-)”.
4)
Jumlah minimal digit yang dapat tertera dalam layar kalkulator berjumlah 10
digit.
d. Tingkat kesalahan yang ditimbulkan sangatlah kecil.
Potensi kesalahan yang ditimbulkan pada saat proses perhitungan data, sangat
sering terjadi. Lebih banyak data yang dihitung, maka akan lebih besar pula potensi
kesalahan yang terjadi dalam proses perhitungan. Namun, dalam hal perhitungan
data Elements of Solar Eclipses, potensi kesalahan tersebut sangatlah kecil
kemungkinannya. Hal ini disebabkan karena banyaknya data yang telah
dipersiapkan oleh Jean meeus dalam karyanya ini. Para peneliti hanya cukup
memasukkan data-data tersebut, ke dalam rumus. Hanya saja, ketelitian tetaplah
diperlukan dalam proses pemasukkan data ke dalam rumus tersebut, sehingga
potensi kesalahan tersebut dapat dihindari.
e. Konsistensi dalam data
Dalam Elements of Solar Eclipses, para peneliti tidak perlu khawatir dengan
adanya beberapa gubahan data di dalam proses perhitungan gerhana Matahari
dalam rumus-rumus tersebut. Hal ini dikarenakan, data-data yang tersedia dalam
Elements of solar Eclipses telah tersusun rapi dan lengkap dalam katalog.
150
Seperti halnya dalam input data angka dalam Microsoft Excel 2010.
68
f. Sistematis
Alur yang digunakan dalam proses perhitungan gerhana Matahari Elements of
Solar Eclipses telah tersusun secara sistematis. Perhitungan gerhana Matahari
dalam Elements of Solar Eclipses tidak dapat dilakukan secara acak, namun harus
dilakukan secara berurutan. Perhitungan haus diawali dengan pencarian nilai
Elemen Bessel. Setelah mencari nilai Elemen Bessel, maka perhitungan gerhana
Matahari dapat dilakukan dan dapat menghasilkan waktu gerhana yang dicari.
Dalam sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses, disamping memiliki
beberapa kelebihan, sistem perhitungan ini juga memiliki beberapa kekurangan, di
antaranya:
1) Hasil perhitungan tidaklah bersifat global.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses, hanya bersifat lokal saja. Hal ini dikarenakan, dalam perihal input data,
waktu yang digunakan di dalamnya adalah waktu lokal, di mana lokasi gerhana
Matahari tersebut terjadi. Perhitungan Elements of Solar Eclipses, juga
menghasilkan letak Lintang (Φ) dan Bujur (λ) lokal. Sehingga, waktu gerhana yang
dimaksudkan dalam Elements of Solar Eclipses, hanya berlaku bagi tempat dimana
letak lintang dan bujur tersebut berada.
2. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Textbook
on Spherical Astronomy
Seperti halnya sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses, dalam sistem
perhitungan Textbook on Spherical Astronomy juga memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya:
a. Sistematis.
Seperti halnya sistem perhitungan gerhana Matahari pada Elements of Solar
Eclipses, sistem perhitungan Textbook on Spherical Astronomy juga bersifat
sistematis. Bahkan, dalam sistem perhitungan Textbook on Spherical Astronomy,
perhitungannya sama sekali tidak dapat dilakukan secara acak. Jika sampai ada satu
perhitungan saja yang terlewat, maka perhitungan lainnya pun tidak dapat
dilakukan. Hal ini berlaku sampai pada sistem perhitungan tambahannya, seperti
halnya menghitung menggunakan fungsi phytagoras, mencari lintang geosentris
69
dan perhitungan lainnya yang sekiranya tidak tertera dalam Textbook on spherical
Astronomy.
b. Memiliki hasil perhitungan gerhana yang detail.
Hasil perhitungan gerhana Matahari yang diperoleh melalui rumus-rumus
dalam Textbook on Spherical Astronomy, memiliki detail hasil yang lebih lengkap
dibandingkan dengan hasil perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar
Eclipses. Waktu gerhana yang dihasilkan memiliki dua waktu gerhana, yakni
waktu awal gerhana dan waktu akhir gerhana.
Sebagai sebuah sistem perhitungan gerhana Matahari yang belum berbasis pada
sistem perhitungan dengan akurasi yang tinggi, maka sistem perhitungan Textbook on
spherical Astronomy juga memiliki beberapa kekurngan, di antaranya:
a. Konsistensi data kurang.
Data yang disajikan dalam Textbook on Spherical Astronomy, memiliki
informasi data yang sangatlah sedikit. Tidak banyak data yang dijelaskan di
dalamnya. Banyak data yang harus dicari keterangannya di luar lingkup materi
perhitungan gerhana Matahari dalam Textbook on Spherical Astronomy. Bahkan di
liar lingkup referensi tersebut. Data-data yang kurang informasi tersebut,
kebanyakan berkaitan dengan data yang terkait dengan materi geometri Bumi.
Seperti halnya dalam mencari data lintang geoentris. Dimana data lintang
geosentris tersebut memiliki beberapa rumus di dalamnya untuk memperoleh data
lintang geosentris tersebut. Selain itu pula, banyak data yang dalam konstantanya
tidak memiliki keterangan lebih, sehingga terkadang dapat membingungkan dalam
proses perhitungan. Banyak pula data yang mmilii banyak persamaan, serta banyak
data yang memiliki banyak turunan, sehingga jika ingin melakukan perhitungan
selanjutnya, maka dibutuhkan ketelitian yang tinggi, untuk menentukan mana data
yang akan sesuai digunakan untuk perhitungan selanjutnya.
b. Tidak dapat diaplikasikan ke dalam Excel
Dikarenakan variasi perhitungan yang tertera di dalam Textbook on Spherical
Astronomy sangatlah banyak, sehingga sangatlah susah untuk dapat diaplikasikan
ke dalam perhitungan berbasis Excel. Banyak pula rumus-rumus yang susah
didefinisikan ke dalam formula Excel (dalam hal ini berlaku untuk penghitung
awam).
c. Susah diprogram dalam kalkulator
70
Seperti halnya dalam faktor yang menyebabkan susahnya perhitungan Textbook
on Spherical Astronomy untuk diaplikasikan ke dalam Excel, maka dalam
pemrograman atau pengaplikasiannya dalam kalkulator pun sama susahnya. Hal
ini dikarenakan perhitungannya yang sangat banyak variasinya, serta banyak
persamaan serta turunan perhitungannya, maka akan sangat membingungkan untuk
dapat diubah ke dalam “bahasa” kalkulator.
d. Berpotensi besar untuk kesalahan perhitungan
Banyaknya variasi, persamaan, hingga turunan perhitungan yang tertera dalam
sistem perhitungan Textbook on Spherical Astronomy, maka kesalahan dalam
perhitungannya pun sangatlah besar dan sering terjadi human error. Human error
yang dimaksudkan di sini adalah, ketelitian peneliti yang terkadang kurang dalam
proses
pemasukan
data
serta
perhitungan
rumusnya,
sehingga
sering
mengakibatkan kesalahan pada hasil perhitungan. Dikarenakan sistem perhitungan
ini bersifat sistematis, maka kesalahan pada salah satu perhitungan awal saja, sudah
mengakibatkan kesalahan fatal pada perhitungan-perhitungan selanjutnya.
Misalka saja, dalam menentukan nilai pada konstanta M dan N. Dalam penentuan
nilainya, harus disesuaikan berdasarkan pada hasil nilai perhitungan (xₒ - ξₒ). Jika
nilai pada (xₒ - ξₒ) negatif, maka kita menyesuaikan nilai konstanta M dan N
berdasarkan nilai (xₒ - ξₒ) tersebut. Begitu pula sebaliknya.151
e. Tidak menghasilkan waktu gerhana sentral
Sistem perhitungan gerhana Matahari pada Textbook on Spherical Astronomy,
menghasilkan waktu gerhana yang sifatnya bukanlah waktu gerhana sentral (tepat
pada saat gerhana Matahari tersebut terjadi). Sistem perhitungan gerhana Matahari
pada Textbook on Spherical Astronomy, hanya menghasilkan waktu awal gerhana
dan waktu akhir gerhana. Tidak ada keterangan lebih lanjut, untuk perhitungan
gerhana sentral. Sehingga, untuk memperoleh waktu gerhana sentral, dilakukanlah
perhitungan untuk memperoleh selisih antara waktu awal gerhana dan waktu akhir
gerhana tersebut, yang kemudian disesuaikan dengan jenis gerhana pada tanggal
tersebut.
151
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977), hlm.396.
71
Tabel 4.9
Perbandingan kelebihan dari sistem perhitungan gerhana Matahari Elements of
Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy
Sistem Perhitungan
No.
Indikator
Elements of Solar
Textbook on Spherical
Eclipses
1
Mudah serta cepat
2
Program kalkulator
3
Program Excel
4
Kelengkapan data
5
Kelengkapan informasi
data
6
Sistematis
7
Akurasi data
8
Akurasi waktu gerhana
Astronomy
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Dari tabel tersebut, dapat terlihat jelas bahwa sistem perhitungan gerhana Matahari
Elements of Solar Eclipses memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan sistem
perhitungan gerhana Textbook on Spherical Astronomy. Hal itu menunjukkan bahwa,
sistem perhitungan gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses lebih unggul untuk
dijadikan sebagai referensi dalam proses perhitungan gerhana Matahari.
Dalam segi proses pengerjaan rumus-rumus ataupun pemasukkan data, Textbook on
Spherical Astronomy memanglah jauh lebih rumit dan cenderung menyulitkan bagi para
peneliti yang igin melakukan perhitungan. Hal ini dikarenakan, literatur Textbook on
72
Spherical Astronomy berbasis kepada data-data geometris. Pada data-data geometris
mengharuskan perhitungan yang menggunakan dasar data yang lebih konkrit dan faktual.
Oleh karena itu, banyak data yang diambil dari tabel data Epemeris. Selain data Epemeris,
dibutuhkan juga data mengenai hubungan antara Matahari-Bumi-Bulan. Pada bagianbagian inilah, yang terkadang menyulitkan, dan apabila terdapat kesalahan sedikit saja,
maka perhitungan-perhitungan selanjutnya akan mengalami kesalahan data. Sistem
perhitungan gerhana Matahari pada Textbook on Spherical Astronomy, juga menggunakan
ketelitian data hingga satuan per jam. Sehingga, mengharuskan untuk menghitung
beberapa data dasar juga dalam bentuk ketelitian per jam. Phytagoras juga dibutuhkan
dalam sistem perhitungan ini. Beberapa skema jarak titik koordinat langit, maupun jarak
atau titik koordinat antara Matahari-Bumi-Bulan, sangatlah membutuhkan bantuan
perhitungan phytagoras tersebut.
Adapun dalam proses penggunaan kalkulator maupun program Excel, sistem perhitungan
Textbook on Spherical Astronomy sangatlah susah jika dilakukan dengan kedua cara
perhitungan tersebut. Faktor yang melatarbelakangi hal tersebut, sama halnya dengan
faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Sekiranya dapat dilakukan perhitungan dengan
menggunakan kalkulator serta Excel, maka sangatlah membutuhkan ketelitian serta rutin
untuk melakukan verifikasi terhadap perhitungan-perhitungan data yang melengkapinya,
dari awal hingga akhir perhitungan. Hal ini dikarenakan, data-data yang digunakan dalam
Textbook on Spherical Astronomy sangatlah banyak persamaannya, serta banyak data yang
serupa namun sebenarnya tidaklah termasuk data yang harus di input ke dalam
perhitungan.
Sehingga, dari keseluruhan penjelasan tersebut, dapat dimaklumi bahwa sistem
perhitungan Textbook on Spherical Astronomy, kurang dapat dilakukan dengan cara yang
mudah dan cepat.
Dalam hal kelengkapan data, pada dasarnya kedua sistem perhitungan tersebut, sama
lengkapnya. Namun, tetap saja lebih unggul Elements of Solar Eclipses dibandingkan
dengan Textbook on Spherical Astronomy. Hal ini dapat dilihat melalui data-data yang
dipersiapkan dalam perhitungan Elements of Solar Eclipses, yang sangatah lengkap.
Disamping data-data nya yang sangat lengkap, informasi datanya juga sangat mendukung.
Jika Textbook on Spherical Astronomy, para peneliti terkadang diharuskan menelaah
73
kembali beberapa bacaan sebelumnya, atau pun menambah dengan referensi lainnya untuk
dijadikan sebagai pendukung informasi data yang tertera di dalamnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penjelasan serta pemaparan mengenai sistem perhitungan gerhana
Matahari Elements of Solar Eclipses dan Textbook on Spherical Astronomy, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, perbedaan sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses dan Textbook on
Spherical Astronomy disebabkan oleh 2 (dua) faktor, yaitu konsep Elemen Bessel dan
proses perhitungan gerhana Matahari, sebagaimana yang terdapat dalam uraian berikut:
1. Elements of Solar Eclipses menggunakan Elemen Bessel yang tidak berbasis kepada
perhitungan sferis. Sedangkan pada sistem perhitungan Textbook on Spherical
Astronomy, sistem Elemen Bessel nya menggunakan perhitungan sferis.
2. Elements of Solar Eclipses tidak menggunakan bantuan skema perhitungan phytagoras.
Sedangkan proses perhitungan Textbook on Spherical Astronomy, dalam menghitung
beberapa rumusnya, menggunakan bantuan skema phytagoras.
3. Elements of Solar Eclipses tidak memerlukan perhitungan yang memiliki ketelitian
hingga per jam. Sedangkan, dalam sistem perhitungan Textbook on Spherical
Astronomy, memerlukan perhitungan yang memiliki ketelitian hingga per jam.
Kedua, Dari pemaparan sistem perhitungan Elements of Solar Eclipses dan Textbook
on Spherical Astronomy, dapat diketahui bahwa waktu gerhana Matahari yang dihasilkan
keduanya, memiliki perbedaan selang waktu beberapa detik hingga menit. Untuk gerhana
Matahari cincin pada tanggal 10 Mei 1994, perbedaan yang terdapat antara kedua hasil
sistem perhitungan waktu gerhana tersebut hanyalah berselang 2 menit 10,15 detik.
Adapun pada saat gerhana Matahari total tanggal 9 Maret 2016, perbedaan yang terdapat
antara kedua hasil sistem perhitungan waktu gerhana tersebut hanyalah berselang 26,28
detik. Selanjutnya, pada saat kedua hasil sistem perhitungan waktu gerhana tersebut
dikomparasikan dengan data waktu gerhana Matahari NASA, maka hasilnya adalah
sebagai berikut:
1.
Pada saat gerhana Matahari cincin, tanggal 10 Mei 1994, waktu gerhana Matahari
hasil perhitungan Elements of Solar Eclipses adalah jam 16 lewat 26 menit 59 detik
74
75
GMT, dan waktu gerhana Matahari hasil perhitungan Textbook on Spherical
Astronomy adalah jam 16 lewat 21 menit 36 detik GMT. Adapun data waktu gerhana
Matahari NASA adalah, jam 16 lewat 27 menit. Jika dikomparasikan dengan data
NASA, maka waktu gerhana Elements of Solar Eclipses akan memiliki perbedaan
waktu hanya lebih awal 1 detik. Sedangkan waktu gerhana Textbook on Spherical
Astronomy, akan memiliki perbedaan waktu 2 menit 11,15 detik lebih awal dari data
waktu gerhana Matahari NASA.
2.
Pada saat gerhana Matahari total, tanggal 9 Maret 2016, waktu gerhana Matahari hasil
perhitungan Elements of Solar Eclipses adalah jam 0 lewat 21 menit 36 detik GMT,
dan waktu gerhana Matahari hasil perhitungan Textbook on Spherical Astronomy
adalah jam 0 lewat 22 menit 2,28 detik GMT. Adapun data waktu gerhana Matahari
NASA adalah, jam 0 lewat 22 menit. Jika dikomparasikan dengan data NASA, maka
waktu gerhana Elements of Solar Eclipses akan memiliki perbedaan waktu hanya lebih
awal 24 detik. Sedangkan waktu gerhana Textbook on Spherical Astronomy, akan
memiliki perbedaan waktu 2,28 detik, sedikit lebih lambat dari data waktu gerhana
Matahari NASA.
Jika dilihat dari pemaparan hasil perbandingan kedua sistem perhitungan waktu
gerhana Matahari dengan waktu gerhana Matahari berdasarkan data NASA di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, hasil waktu dari sistem perhitungan gerhana Matahari Elements
of Solar Eclipses lebih mendekati waktu hasil perhitungan gerhana Matahari NASA.
Adapun pada hasil waktu dari sistem perhitungan gerhana Matahari Textbook on Spherical
Astronomy, menunjukkan bahwa waktu tersebut masih memiliki selisih yang sangat
signifikan terhadap data waktu gerhana Matahari NASA. Sehingga, sistem perhitungan
gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses merupakan sistem perhitungan gerhana
Matahari yang lebih akurat dibandingkan dengan sistem perhitungan gerhana Matahari
Textbook on Spherical Astronomy.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian serta apresiasi yang lebih terhadap ilmu falak, mengingat telah
banyaknya para penggiat serta ahli falak yang memiliki perbedaan serta keragaman
pemikiran dalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu falak. Dalam persoalan
menghitung gerhana Matahari, memanglah tidak terdapat perbedaan dalam
perhitungan serta perkiraan kejadiannya, namun alangkah baiknya jika para generasi
76
ilmu falak (yang notabenenya terdiri dari ilmu astronom Islam), juga ikut menelaah
berbagai referensi lainnya dalam konsentrasi perhitungan gerhana. Hal ini
dikarenakan, gerhana Matahari tersebut juga termasuk dalm penentuan waktu kita
untuk beribadah kepada Allah, yakni salat gerhana.
2. Menurut penulis, dalam proses perhitungan gerhana Matahari akan lebih akurat jika
menggunakan perhitungan dalam sistem Elements of Solar Eclipses. Meskipun dalam
sistem perhitungan Textbook on Spherical Astronomy juga menghasilkan waktu
gerhana yang akurat, namun alangkah baiknya jika menggunakan perhitungan
Elements of Solar Eclipses yang memiliki hasil waktu gerhana sentral.
C. Penutup
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan segala pertolongan-Nya, sehingga
skripsi ini telah selesai disusun. Meskipun telah mengupayakan skripsi ini dengan hasil
yang terbaik, namun penulis menyadari akan ketidaksempurnaan serta masih banyaknya
kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran yang konstruktif (membangun), sehingga nantinya akan menjadi lebih baik
kembali di masa yang akan datang. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya serta bagi para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Chauvenet, William, A Manual of Spherical Astronomy: Embracing (The General Problems of
Spherical Astronomy, The Spherical Applications to Nautical Astronomy, and The
Theory and Use of Fixed and Portable Astronomical Instruments), With an Apendix on
the Method of Least Square, Philadelphia: J.B. Lippincott Company, 1900.
Clynch, James R, Geodetic Coordinate Conversions, Naval Postgraduate, 2002.
---------------------, Geodetical Coordinate Conversions, Naval Postgraduate School, 2002.
Espenak, Fred, and Jean Meeus, Five Millenium Catalog of Solar Eclipses: -1999 to +3000
(2000 BCE to 3000 CE)-Revised. Kortenberg, Belgium: NASA, Goddard Space Flight
Center, Maryland., January 2009.
G. Francou, P. Bregtanon, Planetary Theories in Rectangular and Spherical Variables
VSOP87 Solutions, (Paris: Unite Associee au CNRS, 1988).
Hasan, M. Iqbal, Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2002).
JR., Wenworht Williams, Prediction of Analysis of Solar Eclipse Circumtances, Acorn Park
Cambridge: Arthur D. Little, Inc., 1971.
KH. Ahmad Mudjab Mahalli, Hadis-Hadis Muttafaq ‘Alaih (Bagian Ibadat), Jakarta: Kencana,
2013.
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004.
Izzuddin, Ahmad, Ilmu Falak Praktis. Semarang: Putra Rizki Putra, 2012.
Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005).
Kovalevsky, Jean, dan P.Kenneth Seidelmann, Fundamentals of Astronomy. United Kingdom:
University Press, Cambridge, 2004.
Meeus, Jean, Elements of Solar Eclipses (1951-2200). United States of America: WillmanBell, Inc., 1989.
Rida, Syaikh Muhammad Rasyid, et al., Hisab Bulan Qamariyah (Tinjauan Syar`I tentang
Penetapan
Awal
Ramadhan,
Syawal
dan
Dzulhijjah).
Yogyakarta:
Suara
Muhammadiyah, 2012.
Smart, William Marshall, Textbook on Spherical Astronomy. Great Britain: University Press,
Cambridge, 1977.
Smith, Peter Duffett dan Jonathan Zwart, Practical Astronomy with your Calculator or
Spreadsheet, New York: Cambridge University Press, 2011.
Standish, E.M., Orientation of the JPL Ephemerides, DE 200/LE 200, to the Dynamical
Equinox of J200, (California: Institute of Technology, 1982), hlm.297.
Jurnal:
Born, George H., Geodetic and Geocentric Latitude.
Casalegno, Gian, Sun Ephemeris Comparison.
Clynch, James R., Geodetic Coordinate Conversions. Naval Postgraduate, 2002.
Website:
cdsarc.u-strasbg.fr/viz-bin/Cat?cat=VI/81, diakses pada Hari Jumat, tanggal 3 Agustus 2018,
pukul 11:48 WIB.
https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEpath/SEpath1951/SE1994May10Apath.html,
tanggal 01 Desember 2018, pukul 14:38 WIB.
diakses
pada
https://eclipse.gsfc.nasa.gov/SEpath/SEpath2001/SE2016Mar09Tpath.html,
diakses
pada
tanggal 01 Desember 2018, pukul 14:36 WIB.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Spherical_astronomy, diakses pada hari Rabu, 18 Juli 2018
pukul 23:00 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Astronomical_unit, diakses pada tanggal 26 November 2018,
pukul 20.00 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Database, diakses pada tanggal 12 Juni 2018, pukul 12:45 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Epoch_(astronomy)#Julian_years_and_J2000,
diakses
pada
tanggal 8 Agustus 2018, pukul 12:01 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Jean_Meeus, diakses pada tanggal 14 Juni 2018, pukul 20:49
WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Poisson_distribution, diakses pada tanggal 8 Agustus 2018,
pukul 12:12 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/Theodor_von_Oppolzer, diakses pada tanggal 11 September
2018, pukul 13:42 WIB.
https://en.wikipedia.org/wiki/William_Marshall_Smart, diakses pada tanggal 14 Juni 2018,
pukul 20:52 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perangkat_lunak, diakses pada tanggal 12 Juni 2018, pukul 12:43
WIB
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/earthfact.html,
diakses
pada
tanggal
26
diakses
pada
tanggal
26
November 2018, pukul 20.34 WIB.
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/moonfact.html
November 2018, pukul 20.46 WIB.
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/moonfact.html,
diakses pada tanggal
26
November 2018, pukul 20.47 WIB.
https://www.4shared.com/file/119020611/8afddf1b/gerhana-Matahari-total-22-juli2009.html, diakses pada tanggal 10 desember 2018, pukul 08:14 WIB.
https://www.iau.org/, diakses pada tanggal 11 September pukul 12:07 WIB.
https://www.jpl.nasa.gov/about/, diakses pada tanggal 8 Agustus 2018, pukul 11:58 WIB.
https://www.mathworks.com/matlabcentral/fileexchange/54843-nasa-jpl-developmentephemerides-de200, diakses pada 8 Agustus 2018, pukul 11:57 WIB.
https://www.space.com/15584-solar-eclipses.html, diakses pada tanggal 30 November 2018,
pukul 21.45 WIB.
https://www.space.com/15584-solar-eclipses.html, diakses pada tanggal 30 November 2018,
pukul 21.48 WIB.
Aplikasi:
Stellarium 0.18.2
Win Hisab 2010, Data Epemeris Bulan tanggal 10 Mei 1994.
Win Hisab 2010, Data Epemeris Matahari tanggal 9 Maret 2016.
Lampiran I
Tahap Perhitungan Gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses pada tanggal 10 Mei 1994.
Data Perhitungan:
Waktu (UT)
: 16𝑗 26𝑚 59𝑑 152
Delta T (detik)
: 60
Waktu (TD)
: 16,46638889
Waktu referensi (T˳ ) : 17
t
: -0,53361111
Elemen Bessel tanggal 10 Mei 1994:
X0
: -0,173367
L12
: -0,0000098
X1
: 0,4990629
L20
: 0,020679
X2
: 0,0000296
L21
: -0,0000317
X3
: -0,00000563
L22
: -0,0000097
Y0
: 0,383484
tan f1
: 0,004631
Y1
: 0,0869393
tan f2
: 0,004608
Y2
: -0,0001183
Y3
:-0,00000092
d0
: 17,68613
d1
: -0,010642
d2
: -0,000004
m0
: 75,90923
m1
: 15,00162
L10
: 0,566906
L11
: -0,0000318
152
Waktu (Universal Time), ditentukan berdasarkan pada waktu pengamatan (waktu tepat pada saat
terjadinya gerhana berlangsung) lokal yang diubah ke dalam waktu GMT (Greenwich Mean Time). Adapun waktu
terjadinya gerhana Matahari pada 10 Mei 1994, sekitar pukul 09:01 AM. Gerhana Matahari tersebut, terlihat di
Ontario, Amerika Serikat, yang memiliki zona waktu UTC -07.00. Jika UTC nya bernilai -07.00, maka waktu lokal
tersebut ditambah dengan zona waktu tersebut, yakni pukul 09:01+07:00=16:01 GMT (UT). Hal ini dikarenakan,
waktu lokal diperoleh dengan cara waktu GMT dihitung bersama dengan zona waktu daerah tersebut. Singkatnya,
jika UTC nya merupakan (-) maka waktu lokal ditambah, sedangkan jika simbolnya (+) maka waktu lokal dikurangi.
81
Detail Perhitungan:
X : (-0,173367+(0,5502769×(-0,53361111)) + (0,0000296 × (−0,533611112 )) + ((0,0000296) ×
(−0,533611113 )))
: -0,4396632
Y : (0,383484 + (0,0869393 × (-0,53361111)) + ((-0,0001183) × ( −0,533611112 )) + ((0,00000092) × (−0,533611113 )))
: 0,33705868
Deklinasi (d) : (17,68613 + ((-0,010642) × (-0,53361111)) + ((-0,000004) × ((−0,533611112 )))
: 17,6918076 derajat
: 0,30878 radian
M : (75,90923 + (15,00162 × (-0,53361111)))
: 67,9041983 derajat
L2 : (0,020679 + ((-0,0000317) × (-0,53361111)) + ((-0,0000097) × (−0,533611112 )))
: 0,02069315
X’ : (0,5502769 + (2 × 0,0000296 × (-0,53361111)) + (3×(0,0000296) × (−0,533611112 )))
: 0,4990265
Y’ : (0,0869393 + (2 × (-0,0001183) × (-0,53361111)) + (3 × (-0,00000092) × (−0,533611112 )))
: 0,08706477
w:
1
√(1 − 0,006694385 × cos(0,3087803)2 )
: 1,00305198
p:
15,00162
57,2957795
: 0,26182768
b : 0,08706477 - 0,26182768 × (-0,4396632) × sin(0,3087803)
: 0,12204816
c : 0,4990265 + 0,26182768× (0,33705868) × sin(0,3087803)
: 0,52584579
y1 : 1,00305198 × (0,33705868)
: (0,33808738)
b1 : 1,00305198 × sin(0,3087803)
: 0,30482433
b2 : 0,99664719 × 1,00305198 × cos(0,3087803)
: 0,9524086
B : √1 − (−0,43966322)2 − (−0,33808738)2
: 0,83210166
Hour Angle (H) : tan−1((−0,4396632) ÷ ((0,83210166 × 0,9524086) − (0,33808738 ×
0,30482433)))
: -0,5676851 radian
: (-32,52596) derajat
fail : sin−1(0,83210166 × 0,30482433 + 0,33808738 × 0,9524086)
: 0,61338925 radian
: 35,144615 derajat
Tan(Lintang) : 1,00336409 × tan 0,61338925
: 0,70634395
Lintang : tan−1 0,70634395
: 0,61497097 radian
: 35,235241 derajat (+ 35𝑗 14𝑚 07𝑑 )
Bujur : (-32,52596)+0,00417807×60-67,9041983
: --100,1795 detajat
: -100,1795 derajat (+ 100𝑗 10𝑚 46𝑑 )
L2’ : (0,02069315) - 0,83210166 × 0,004608
: 0,01685908
a : 0,52584579 - 0,26182768 × 0,83210166 × cos 0,3087803
: 0,31828259
n : √(0,318282592 + 0,122048162 )
: 0,34088056
Durasi : 356,1 detik
: 00𝑗 05𝑚 56,1𝑑
Jenis Gerhana : CINCIN153
sin(ℎ)
:
sin 0,3087803 × sin −0,0483827 × cos 0,3087803 × cos(−0,0483827) ×
cos(−0,56768507)
: 0,83143271
Altitude : sin−1 0,83143271
: 0,98168128 radian
: 56,246194 derajat
: (+) 56𝑗 14𝑚 46𝑑
Jika hasil pada L2’, nilainya kurang dari nilai nol (0), maka gerhana yang akan muncul adalah gerhana
total. Jika sebaliknya, maka gerhana yang akan muncul adalah gerhana sebagian atau cincin. Dalam perhitungan excel,
digunakanlah rumus (formula) logika IF, di mana “true value”-nya adalah TOTAL dan “false value”-nya adalah
CINCIN.
153
K : √0,832101662 + (
((−0,43966322) × 0,31828259 +(0,33705868) × 0,12204816) 2
)
(0,34088056)
: 0,88113483
Lebar Lintasan : 12756 ×
Abs(0,01685908)
0,88113483
: 244,1 km
L1’ : 0,566906 + (-0,0000318) × (-0,53361111) + (-0,0000098) ×(−0,53361111)2- 0,83210166
× 0,004631
: 0,56306688
Sudut radius Bulan atau Matahari :
(0,56306688 − 0,01685908)
(0,56306688 + 0,01685908)
: 0,94185782
Lampiran II
DATA RUMUS EXCEL PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI 10 MEI 1994
RUMUS DATA DASAR PERHITUNGAN154
DATA
RUMUS
HASIL
Waktu (TD)
Jam+Menit/60+Detik/3600+Delta 16,46638889
T (detik)/3600
T
Waktu (TD)-T0
(-)0,53361111
RUMUS ELEMEN BESSEL
DATA
RUMUS
HASIL
X
X0+X1*t+X2*t*t+X3*t*t*t
(-)
0,439663
22
Y
Y0+Y1*t+Y2*t*t+Y3*t*t*t
0,337058
68
Deklinasi
(d)
d0+d1*t+d2*t*t
17,69180
76°
M
M0+M1*t
67,90419
83°
L2
L20+L21*t+L22*t*t
0,020693
15
X’
X1+2*X2*t+3*X3*t*t
0,499026
5
154
RUMUS
PERUBA
HAN
HASIL
RADIANS 0,3087
(17,691807 803 rad
6°)
Berdasarkan rumus Jean Meeus yag disusun oleh Dr. Eng. Rinto Anugraha NQZ, S.Si., M.Si., Dosen
Fisika UGM, Yogyakarta, yang dapat diunduh pada https://www.4shared.com/file/119020611/8afddf1b/gerhanaMatahari-total-22-juli-2009.html, diakses pada tanggal 10 desember 2018, pukul 08:14 WIB.
Y’
Y1+2*Y2*t+3*Y3*t*t
0,087064
77
W
1/SQRT(10,006694385*COS(d)*COS(d))
1,003051
98
P
M1/57,2957795
0,261827
68
B
Y’-p*X*sin(d)
0,122048
16
C
X’+p*Y*SIN(d)
0,525845
79
y1
w*Y
0,338087
38
b1
w*SIN(d)
0,304824
33
b2
0,99664719*w*COS(d)
0,952408
6
B
SQRT(1-X*X-y1*y1)
0,832101
66
Hour
Angle (H)
ATAN2(B*b2-y1*b1;X)
(-)
0,567685
1 rad
DEGREES (-)
(32,525
0,5676851) 96°
Fail
ASIN(B*b1+y1*b2)
0,613389
25 rad
DEGREES 35,144
(0,6133892 615°
5)
Tan(Lintan
g)
1,00336409*TAN(fail)
0,706343
95
Lintang
ATAN(Tan(Lintang))
0,614970
97 rad
DEGREES 35,235
(0,6149709 241°
7)
Bujur
M-H-0,00417807*Delta T
-100,1794
7 rad
DEGREES (100,17
100,17947) 95°
(Nilai H yang diinput adalah nilai H
yang bernilai derajat)
L2’
L2-B*tan f2
0,016859
08
A
c-p*B*COS(d)
0,318282
59
N
SQRT(a*a+b*b)
0,340880
56
Durasi
ABS(7200*L2’/n)
356,1
menit=INT 5𝑚
(Durasi/60)
detik=Dura
simenit*60
Jenis
Gerhana
IF(L2’<0; “TOTAL”; “CINCIN”)
CINCIN
Sin(h)
SIN(d)*SIN(Lintang)+COS(d)*COS(Li
ntang)*COS(H)
0,831432
71
Altitude
ASIN(SIN(h))
0,981681
28 rad
K
SQRT(B*B+((X*a+Y*b)/n)^2)
0,881134
83
Lebar
Lintasan
12756*ABS(L2’)/K
244,1
L1’
L10+L11*t+L12*t*t-B*tan f1
0,563066
88
Sudut
Radius
Bulan/Mat
ahari
(L1’-L2’)/(L1’+L2’)
0,941857
82
56,1𝑑
DEGREES 56,246
(0,9816812 194°
8)
Keterangan:
Perhitungan pada Lintang, Bujur, Altitude dan Azimuth, hasilnya diubah ke dalam bentuk satuan
Jam, Menit dan Detik (00𝑗 00𝑚 00𝑑 ) dengan cara,
ABS(hasil perhitungan dalam satuan derajat)/24
Penentuan hasil nilai POSITIF atau NEGATIF pada Lintang, Bujur, Altitude dan Azimuth,
ditentukan dengan cara,
IF(hasil perhitungan dalam satuan derajat<0; “NEGATIF”; “POSITIF”)
Lampiran III
Tahap Perhitungan Gerhana Matahari Elements of Solar Eclipses pada tanggal 9 Maret 2016.
Data Perhitungan:
: 0𝑗 21𝑚 36𝑑
Waktu (UT)
Delta T (detik)
: 69
Waktu (TD)
: 0,3791667
Waktu referensi (T˳ ) : 2
t
: -1,6208333
Elemen Bessel tanggal 10 Mei 1994:
X0
: -0,062417
L12
: -0,0000128
X1
: 0,5502769
L20
: -0,007227
X2
: 0,0000047
L21
: -0,00007
X3
: -0,00000906
L22
: -0,0000127
Y0
: 0,25369
tan f1
: 0,00471
Y1
: 0,1721233
tan f2
: 0,00469
Y2
: 0,0000171
Y3
:-0,00000275
d0
: -4,37971
d1
: 0,01589
d2
: 0,000001
m0
: 207,372
m1
: 15,004
L10
: 0,538861
L11
: -0,0000704
Detail Perhitungan:
X
:
(-0,062417+(0,5502769×(-1,6208333))+(0,0000047×(
0,00000906)×(−1,62083333 )))
−1,62083332
))+((-
−1,62083332
))+((-
: -0,9542732
Y
:
(0,25369+(0,1721233×(-1,6208333))+((0,0000171)×(
0,00000275)×(−162083333 )))
: -0,0252365
Deklinasi (d) : (-4,37971+((0,01589)×(-1,6208333))+((0,000001)×((−1,62083332 )))
: -4,4054559 derajat
: -0,07689 radian
M : (207,372+(15,004×(-1,6208333)))
: 183,05322 derajat
L2 : (-0,007227+((-0,00007)×(-1,6208333))+((-0,0000128)×(−1,62083332 )))
: -0,0071469
X’ : (0,5502769+(2×0,0000047×(-1,6208333))+(3×(-0,00000906)×(−1,62083332 )))
: 0,5501903
Y’ : (0,1721233+(2×(0,0000171)×(-1,6208333))+(3×(-0,00000275)×(−1,62083332 )))
: 0,1720462
w:
1
√(1−0,006694385×cos(0,3087803)2 )
: 1,0033441
p:
15,004
57,2957795
: 0,2618687
b : 0,1720462-0,2618687×(-0,9542732)×sin(−0,07689)
: 0,1528508
c : 0,5501903+0,2618687×(-0,0252365)×sin(−0,07689)
: 0,5506979
y1 : 1,0033441×(-0,0252365)
: -0,0253209
b1 : 1,0033441×sin(−0,07689)
: -0,0770708
b2 : 0,99664719×1,0033441×cos(−0,07689)
: 0,9970256
B : √1 − (−0,9542732)2 − (−0,0253209)2
: 0,2978615
(H)
:
tan−1 ((−0,9542732) ÷ ((0,2978615) × 0,9970256) − ((−0,0253209) ×
(−0,0770708)))
: -1.2709563 radian
: -72,8204 derajat
fail : sin−1((0,2978615 × (−0,0770708)) + ((−0,0253209) × 0,9970256))
: -0,0482208 radian.
: -2,76285 derajat.
Tan(Lintang) : 1,00336409×tan(−0,0482208)
: -0,0484205
Lintang : tan−1(−0,0484205)
: -0,0483827 radian
: -2,77213derajat (- 02𝑗 46𝑚 20𝑑 )
Bujur : (-72,8204)+0,00417807×69-183,05322
: -255,58537 radian
: 104,415derajat (+ 104𝑗 24𝑚 53𝑑 )
L2’ : -0,0071469-0,2978615×0,00469
: -0,0085424
a : 0,5506979-0,2618687×0,2978615×cos(−0,07689)
: 0,4729277
n : √(0,47292772 + 0,15285082 )
: 0,4970151
Durasi : 123,7 detik
: 00𝑗 02𝑚 3,7𝑑
Jenis Gerhana : TOTAL
sin(ℎ)
:
sin(−0,07689) × sin(−0,0483827) × cos(−0,07689) × cos(−0,0483827) ×
cos(−1,2709563)
: 0,2978651
Altitude : sin−1(0,2978651)
: 0,3024555 radian
: 17,3294 derajat
: (+) 17𝑗 19𝑚 46𝑑
K : √0,29786152 + (
((−0,9542732)×0,4729277+(−0,0252365)×0,1528508) 2
)
(0,4970151)
: 0,963009
Lebar Lintasan : 12756×
Abs(−0,0085424)
: 113,2 km
0,963009
L1’ : 0,538861 + (-0,0000704) × (-1,6208333) + (-0,0000128) ×(−1,6208333)2-0,2978615 ×
0,00471
: 0,5375389
Sudut radius Bulan atau Matahari :
(0,5375389−−0,0085424)
(0,5375389+−0,0085424)
: 1,0322968
Lampiran IV
DATA RUMUS EXCEL PERHITUNGAN GERHANA MATAHARI 9 MARET 2016
RUMUS DATA DASAR PERHITUNGAN
DATA
RUMUS
HASIL
Waktu (TD)
Jam+Menit/60+Detik/3600+Delta 0,3791667
T (detik)/3600
T
Waktu (TD)-T0
(-)1,6208333
RUMUS ELEMEN BESSEL
DATA
RUMUS
HASIL
X
X0+X1*t+X2*t*t+X3*t*t*t
(-)
0,954273
2
Y
Y0+Y1*t+Y2*t*t+Y3*t*t*t
(-)
0,025236
5
Deklinasi
(d)
d0+d1*t+d2*t*t
(-)
M
M0+M1*t
183,0532
2°
L2
L20+L21*t+L22*t*t
(-)
0,007146
9
4,405455
9°
RUMUS
PERUBA
HAN
HASIL
RADIANS (-)
(4,4054559 0,0768
°)
9 rad
X’
X1+2*X2*t+3*X3*t*t
0,550190
3
Y’
Y1+2*Y2*t+3*Y3*t*t
0,172046
2
W
1/SQRT(10,006694385*COS(d)*COS(d))
1,003344
1
P
M1/57,2957795
0,261868
7
B
Y’-p*X*sin(d)
0,152850
8
C
X’+p*Y*SIN(d)
0,550697
9
y1
w*Y
(-)
0,025320
9
b1
w*SIN(d)
(-)
0,077070
8
b2
0,99664719*w*COS(d)
0,997025
6
B
SQRT(1-X*X-y1*y1)
0,297861
5
Hour
Angle (H)
ATAN2(B*b2-y1*b1;X)
(-)
1,270956
3 rad
DEGREES (-)
(72,820
1,2709563) 4°
Fail
ASIN(B*b1+y1*b2)
(-)
0,048220
8 rad
DEGREES (-)
(2,7628
0,0482208) 5°
Tan(Lintan
g)
1,00336409*TAN(fail)
(-)
0,048420
5
Lintang
ATAN(Tan(Lintang))
(-)
0,048382
7 rad
DEGREES (-)
(0,0483827 2,7721
)
3°
Bujur
M-H-0,00417807*Delta T
(-)
255,5853
7 rad
DEGREES 104,41
(5°
255,58537)
(Nilai H yang diinput adalah nilai H
yang bernilai derajat)
L2’
L2-B*tan f2
(-)
0,008542
4
A
c-p*B*COS(d)
0,472927
7
N
SQRT(a*a+b*b)
0,497015
1
Durasi
ABS(7200*L2’/n)
123,7
menit=INT 2𝑚
(Durasi/60)
detik=Dura
simenit*60
Jenis
Gerhana
IF(L2’<0; “TOTAL”; “CINCIN”)
TOTAL
Sin(h)
SIN(d)*SIN(Lintang)+COS(d)*COS(Li
ntang)*COS(H)
0,297865
1
Altitude
ASIN(SIN(h))
0,302455
5 rad
K
SQRT(B*B+((X*a+Y*b)/n)^2)
0,963009
Lebar
Lintasan
12756*ABS(L2’)/K
113,2
L1’
L10+L11*t+L12*t*t-B*tan f1
0,537538
9
Sudut
Radius
Bulan/Mat
ahari
(L1’-L2’)/(L1’+L2’)
1,032296
8
3,7𝑑
DEGREES 17,329
(0,3024555 4°
)
Keterangan:
Perhitungan pada Lintang, Bujur, Altitude dan Azimuth, hasilnya diubah ke dalam bentuk satuan
Jam, Menit dan Detik (00𝑗 00𝑚 00𝑑 ) dengan cara,
ABS(hasil perhitungan dalam satuan derajat)/24
Penentuan hasil nilai POSITIF atau NEGATIF pada Lintang, Bujur, Altitude dan Azimuth,
ditentukan dengan cara,
IF(hasil perhitungan dalam satuan derajat<0; “NEGATIF”; “POSITIF”)
Hasil perhitungan Lebar Lintasan dinyatakan dalam satuan kilometer (km).155
155
Berdasarkan rumus Jean Meeus yag disusun oleh Dr. Eng. Rinto Anugraha NQZ, S.Si., M.Si., Dosen
Fisika UGM, Yogyakarta, yang diunduh pada https://www.4shared.com/file/119020611/8afddf1b/gerhanaMatahari-total-22-juli-2009.html, diakses pada tanggal 10 desember 2018, pukul 08:14 WIB.
Lampiran V
Tahap Perhitungan Gerhana Matahari Textbook on Spherical Astronomy pada tanggal 10
Mei 1994.
Tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1. Sudut Pusat Bumi dari Pusat Matahari dan Bulan Saat Awal Atau Akhir Gerhana Matahari
Skema Sudut Pusat Bumi dari Pusat Matahari dan Bulan
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
a. Segitiga MEB
Segitiga MEB
M
B
E
Diketahui:
MB
ME
= Semidiameter Bulan
= 0° 14’42,68”
= Semimayor Bulan
= 0° 23’ 03,84”
Mencari ∠MEB (𝐒𝟏 )?
MB
sin 𝛼156
=
sin 𝛼
= 0° 38’ 16,25”
𝛼
= ME
0° 14′ 42,68"
0° 23’ 03,84”
= 𝟑𝟗° 37’ 53,32” (𝐒𝟏 )
b. Segitiga AES
Segitiga AES
A
S
E
Diketahui:
AS
= Semidiameter Matahari
= 0° 15’ 50,38”
ES
= Jarak Matahari-Bumi
= 1° 00’ 36” (1AU)
Mencari ∠AES (S)?
tan 𝛼
tan 𝛼
𝛼
=
AS
=
0° 15’ 50,38”
ES
1° 00’ 36”
= 0° 15’ 40,97”
= 𝟏𝟒° 38’ 53,82” (S)
c. Segitiga ACE
Segitiga ACE
A
C
E
Diketahui:
CE
= Earth’s Polar Radius (Jari-jari Kutub Bumi)
= 0° 00’ 22,88”
Menggunakan aturan sinus, dikarenakan dalam mencari ∠MEB, sisi segitiga siku-siku yang diketahui,
hanyalah sisi depan (MB) dan sisi miring (ME) dari ∠MEB.
156
AE
= AE pada segitiga AES
= √ES 2 + AS 2
= √(1° 00′ 36")2 + (0° 15′ 50,38)2
= √1° 01′ 36" + 0° 4′ 10,09"
= 1° 4’ 46,9”
Mencari ∠EAC (𝐏)?
CE
sin 𝛼
=
sin 𝛼
= 0° 00’ 21,19”
𝛼
=
AE
0° 00′ 22,88"
1° 4′ 46,9”
= 𝟎° 20’ 14,08” (P)
d. Segitiga CBE
Segitiga CBE
C
B
E
Diketahui:
CE
= Earth’s Polar Radius (Jari-jari Kutub Bumi)
BE
= 0° 00’ 22,88”
= Sisi BE pada segitiga MEB
Segitiga MEB
E
M
BE
= √ME 2 − MB2
B
= √(0° 23′ 3,84")2 − (0° 14′ 42,68")2
= √0° 08′ 51,95" − 0° 03′ 36,42"
= 0° 19′ 27,42"
Mencari ∠CBE (𝐏𝟏 )?
tan 𝛼
=
=
tan 𝛼
𝛼
CE
BE
0° 00′ 22,88"
0° 19′ 27,42"
= 0° 01′ 10,56"
= 𝟏° 𝟎𝟕′ 𝟐𝟐, 𝟐𝟕" (𝐏𝟏 )
e. Sudut Pusat Bumi dari Pusat Matahari dan Bulan Saat Awal Atau Akhir Gerhana
Matahari
D
= S + 𝐒𝟏 + 𝐏𝟏 + P
= 14° 38’ 53,82” + 39° 37’ 53,32” + 1° 07′ 22,27" + 0° 20’ 14,08”
= 𝟓𝟓° 44’ 23,49”.157
2. Elemen Bessel (x, y, sin 𝑑, cos 𝑑, 𝜇, 𝑙1 dan 𝑙2 )
a. Elemen x, y, sin 𝑑 dan cos 𝑑.
(Sumber: Textbook on Spherical Astronomy)
Data Perhitungan 10 Mei 1994
157
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.387-388.
Matahari158
Bulan159
𝜶
46° 39’ 49,78”
𝜶𝟏
r
1° 00’ 36”
𝒓𝟏
17° 30’ 5,47”
𝜹
1° 08’ 23,5”
41° 22’ 53,96”
𝜹𝟏
0° 00’ 09,36”
B
A
d
0° 00’ 09,27”
46° 45’ 22,65”
a`
17° 26’ 23,53”
47° 22’ 27,69”
17° 35′ 57,01"
d`
Keterangan:
𝜶 = asensio rekta Matahari
𝜹 = deklinasi Matahari
𝜶𝟏 = letak koordinat Bulan (lattitude)
𝜹𝟏 = letak koordinat Bulan (longitude)
r = jarak geosentris Matahari (1 AU) 𝒓𝟏 = jarak Bulan dari Bumi (AU)
b =
𝒓𝟏 160
.
𝒓
d=δMaka,
x
x
𝑏
1−𝑏
a
=α–
𝑏 sec 𝛿 cos 𝛿1
1−𝑏
(α1 − 𝑎).161
(𝛿1 - δ).162
= r cos 𝛿 sin(𝛼 − 𝑎)...(5).163
= 1° 00’ 36” × cos(17° 30’ 5,47”) × sin(46° 39′ 49,78" − 0° 0’ 6,34” )
= -𝟎° 0’ 05,6”
sedangkan
158
Data Matahari yang terdiri atas asensio rekta (RA), deklinasi serta jarak geosentris, diperoleh melalui data
Epemeris tanggal 10 Mei 1994.
159
Data Bulan, yakni letak koordinat Bulan (lattitude dan longitude), diperoleh melalui data Epemeris
tanggal 10 Mei 1994. Sedangkan data Bulan lainnya, yakni poros semimayor diperoleh melalui data NASA,
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/moonfact.html. Sedangkan data jarak Bulan dari Bumi, diperoleh
melalui laman NASA, yakni https://en.wikipedia.org/wiki/Astronomical_unit.
160
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.392.
161
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.392.
162
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.392.
163
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.391.
x` = r cos 𝛿` sin(𝛼` − 𝑎`)
= 1° 00’ 36” × cos(17° 40′ 52,56”) × sin(47° 19′ 58,73" − 47° 22’ 27,69”)
= 1° 00’ 36” × 0° 57’ 9,94” × (-0° 0’ 2,6” )
x` = -𝟎° 0’ 02,5”
Adapun:
y
= r [sin δ cos d – cos δ sin d cos (α – a)]…..(6).164
= 1° 00’ 36” × [sin(17° 30’ 5,47”) × cos 17° 26’ 23,53” - cos(17° 30’ 5,47”) ×
y
sin(17° 26′ 23,53") × cos(46° 39′ 49,78" − 46° 45′ 22,65")]
= 𝟎° 0’ 03,91”
sedangkan
y`
= r [sin δ` cos d` – cos δ` sin d` cos (α` – a`)]
= 1° 00’ 36” × [sin(17° 40′ 52,56”) × cos 17° 35′ 57,01" -
cos(17° 40′ 52,56”) × sin(17° 35′ 57,01") × cos(47° 19′ 58,73" −
47° 22’ 27,69”)]
= 1° 00’ 36” × [(0° 18’ 13,4” × 0° 57’ 11,5”) – (0° 57’ 9,94”× 0° 18’ 8,48” ×
1° 0′ 0")]
y`
= 1° 00’ 36” × [0° 17’ 22,22” – 0° 17’ 17,06”]
= 𝟎° 0’ 05,21”
𝐬𝐢𝐧 𝒅 = sin(17° 26’ 23,53”)
= 𝟎° 𝟏𝟕′ 𝟓𝟖, 𝟗𝟒"
𝐜𝐨𝐬 𝒅 = cos(17° 26’ 23,53”)
= 𝟎° 57’ 14,52”
Sehingga, nilai x, y 𝐬𝐢𝐧 𝒅 dan 𝐜𝐨𝐬 𝒅 adalah:
x
Y
-𝟎° 0’ 05,6”
𝟎° 0’ 03,91”
b. Elemen 𝜇.
𝐬𝐢𝐧 𝒅
𝟎° 17’ 58,94”
𝟎° 𝟓𝟕’ 𝟏𝟒, 𝟓𝟐”
Data Perhitungan
G
164
𝐜𝐨𝐬 𝒅
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy......., hlm.391.
a
-132° 15’ 1,88”
46° 45’ 22,65”
G`
a`
-244° 49’ 44,96”
47° 19’ 58,73”
Keterangan:
G = Waktu sideris Epimeris165.
Maka,
𝜇 = G – 𝛼.166
= -132° 15’ 1,88” - 46° 45’ 22,65”
𝝁 = -𝟏𝟕𝟗° 00’ 24,53”
Variasi μ pada tiap jam (μ`):
𝜇` = G` - 𝛼`
𝜇` = G` – (α` –
𝑏 sec 𝛿` cos 𝛿1`
1−𝑏
(α1 ` − 𝑎`))
0° 00’ 09,27” sec 17° 40′ 52,56" cos 49° 28′ 52,61"
𝜇` = -244° 49’ 44,96” – (47° 19’ 58,73” – (
(0° 26’ 19,93”− 23° 56’ 04,2”))
)×
1−0° 00’ 09,27”
= -244° 49’ 44,96” – (47° 19’ 58,73” – 0° 0’ 6,34” × (0° 26’ 19,93”− 23° 56’
04,2”))
= -244° 49’ 44,96” – (47° 19’ 58,73” – 0° 0’ 6,34” × (-23° 29′ 44,27"))
= -244° 49’ 44,96” - 47° 22’ 27,69”
= -292° 12’ 12,65”
c. Elemen f1 dan f2 .
Data Perhitungan
R
k
r
b
0° 15’ 50,38”
0° 14’ 42,68”
1° 00’ 36”
0° 0’ 9,27”
Keterangan:
165
166
Diperoleh melalui data Epemeris tanggal 10 Mei 1994.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.392.
R = jarak semidiameter Matahari.167
k = jarak semidiameter Bulan.168
Menggunakan rumus:
𝑠𝑖𝑛𝑓1 =
=
𝑅+𝑘
𝑟 (1−𝑏)
…..(14).169
0° 15′ 50,38" +0° 14′ 42,68"
1° 00’ 36” × (1−0° 0’ 9,27”)
𝑠𝑖𝑛𝑓1 = 0° 30’ 19,6”
𝒇𝟏
= 𝟑𝟎° 21’ 39,1”
𝑠𝑖𝑛𝑓2 =
=
𝑅−𝑘
𝑟 (1−𝑏)
……(15).170
0° 15′ 50,38" −0° 14′ 42,68"
1° 00’ 36” × (1−0° 0’ 9,27”)
𝑠𝑖𝑛𝑓2 = 0° 01’ 07,2”
𝒇𝟐
= 𝟏° 04’ 10,5”
d. Elemen L1 dan L2 .
Menggunakan rumus,
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 ……(19).
𝑙2 = 𝑧2 tan 𝑓2 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 ……(20).
(Sumber: Textbook on Spherical Astromony)
Titik z merupakan titik koordinat pada garis MF pada gambar. Dikarenakan nilai titik
z belum diketahui, maka titik z dicari dengan menggunakan rumus trigonometri,
sebagaimana perhitungan berikut:
Segitiga C𝑽𝟏 F
C (B)
f1
167
Data Epemeris Matahari tanggal 10 Mei 1994.
Data Epemeris Bulan tanggal 10 Mei 1994.
169
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.393.
170
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.393.
168
(C)V1
F (A)
M
z
Keterangan:
𝑉1M
= k csc 𝑓1
MF
= Garis titik koordinat z
𝑓1
= Sudut puncak kerucut daerah penumbra
Sehingga, untuk mencari z (MF), terlebih dahulu mencari sisi 𝑉1C (a), dikarenakan
sisi a telah memiliki besaran sudut, yakni 90° . Untuk mencari sisi a, maka
menggunakan persamaan sinus:
𝑎
sin 𝐴
𝑎
sin 90°
𝑎
1
=
=
𝑐
sin 𝐶
0° 15’ 50,38”
sin 30° 21′ 39,1"
=
0° 15’ 50,38”
0° 30′ 19,6"
𝑉1C (a) = 0° 31′ 20,29".
Setelah menemukan panjang sisi 𝑉1C, maka selanjutnya adalah mencari sisi 𝑉1F (b),
menggunakan rumus trigonometri sebagai berikut:
b = √𝑎2 − 𝑐 2
= √(0° 31′ 20,29")2 − (0° 15′ 50,38")2
= √0° 15′ 50,38" − 0° 04′ 10,9"
= √0° 11′ 39,48"
b = 0° 27′ 09,39"
Setelah mengetahui panjang sisi 𝑉1 F, maka selanjutnya sisi MF (titik koordinat z),
dapat dihitung dengan perhitungan:
𝑽𝟏 F = 𝑽𝟏 M + MF
0° 27′ 09,39" = k csc 𝑓1 + MF
0° 27′ 09,39" = (0° 14’ 42,68” × (csc(30° 21’ 39,1”))) + MF
0° 27′ 09,39" = 0° 29′ 06,34" + MF
0° 27′ 09,39" - 0° 29′ 06,34" = MF
- 𝟎° 𝟎𝟏′ 𝟓𝟔, 𝟗𝟓" = MF.
Dari penjelasan tersebut, telah diketahui bahwa nilai dar titik koordinat z
adalah:
- 0° 1’ 56,95”. Namun, koordinat z (MF) tersebut, diukur dalam fungsi ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹𝑀 , yang
berarti bahwa garis (titik koordinat) tersebut, memiliki nilai dengan arah positif. Maka,
hasil tersebut menjadi,
z (𝒛𝟏 ) = 𝟎° 1’ 56,95”.
Mencari nilai koordinat z pada puncak kerucut penumbra:
𝑐1 = 𝑧1 + k cosec 𝑓1 …...(16).171
= 0° 1’ 56,95” + (0° 14’ 42,68” × (csc(30° 21’ 39,1”)))
= 0° 1’ 56,95” + 0° 29’ 06,34”
𝒄𝟏 = 𝟎° 31’ 03,29”
Sedangkan nilai koordinat z pada puncak kerucut umbra:
𝑐2 = 𝑧1 - k cosec 𝑓2 ….(17).172
= 0° 1’ 56,95” - (0° 14’ 42,68” × (csc(1° 04’ 10,5”)))
= 0° 1’ 56,95” - 13° 08’ 06,43”
𝒄𝟐 = -𝟏𝟑° 06’ 09,48”
Mencari nilai 𝑙1 dan 𝑙2 (sebagai jari-jari pada lingkaran di mana kerucut penumbra dan
umbra berpotongan pada bidang dasar), menggunakan rumus:
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 .173
= (0° 1’ 56,95” × tan 30° 21’ 39,1”) + (0° 14’ 42,68” × (sec(30° 21’ 39,1”)))
= 0° 1’ 8,51” + 0° 17’ 2,97”
𝒍𝟏 = 𝟎° 18’ 11,48”
𝑙2 = 𝑧1 tan 𝑓2 - k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 .174
171
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.393.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.393.
173
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.394.
174
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........., hlm.393.
172
= (0° 1’ 56,95” × tan 1° 04’ 10,5”) - (0° 14’ 42,68” × (sec(1° 04’ 10,5”)))
= 0° 0’ 2,18” - 0° 14’ 42,83”
𝒍𝟐 = - 𝟎° 14’ 40,65”
3. Perhitungan Gerhana pada Tiap Tempat
Dalam perhitungan gerhana pada tiap tempat, terlebih dahulu kita menghitung jari-jari
pada bidang KH yang disebut z = ζ, yang ditentukan oleh 𝐿1 dan 𝐿2 . Namun, dikarenakan
nilai pada bidang KH belum diketahui, maka kita harus mencari terlebih dahulu
besarannya, dengan:
KH = CD
Gunakan segitiga DV1 C,
Segitiga D𝐕𝟏 C
V1
G
H
K
D
F
Diketahui:
𝑉1C = 0° 31′ 20,29".
𝑉1F = 0° 27′ 09,39"
Maka sisi FC adalah:
FC
= √V1 𝐶 2 − 𝑉1 𝐹 2
= √(0° 31′ 20,29")2 − (0° 27′ 09,39")2
= √0° 16′ 22,08" − 0° 12′ 17,48"
FC
= √0° 04′ 04,6"
= 𝟎° 𝟏𝟓′ 𝟑𝟖, 𝟑𝟖"
Sehingga karena FC=DF, maka:
CD
= (𝟎° 𝟏𝟓′ 𝟑𝟖, 𝟑𝟖")𝟐
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔"
C
Dari perhitungan di atas, telah diketahui bahwa nilai CD adalah 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔". Maka,
dapat disimpulkan bahwa panjang sisi KH adalah sama besarnya denga sisi CD,
dikarenakan garis KH dengan CD adalah sejajar.
KH (ζ)
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟎𝟒, 𝟔".
Dalam gambar, garis GH = 𝐿1 dan GT = 𝐿2 , dan dalam permisalan garis GH dan GT,
garis FG = ζ. Maka, FG = KH. Sehingga, mencari nilai 𝐿1 dan 𝐿2 dengan perhitungan:
𝐿1 = 𝑙1 – ζ tan 𝑓1 ….(21).175
= 0° 18’ 11,48” – (0° 04′ 04,6" × (tan 30° 21’ 39,1”))
𝑳𝟏
= 0° 18’ 11,48” - 0° 02’ 23,28”
= 𝟎° 15’ 48,2”.176
𝐿2 = 𝑙2 – ζ tan 𝑓2 ….(22).177
= (- 0° 14’ 40,65”) – (0° 04′ 04,6" × (tan 1° 04’ 10,5”))
= (- 0° 14’ 40,65”) - 0° 00’ 04,57”
𝑳𝟐 = - 𝟎° 14’ 45,22”.178
Kemudian, menghitung segitiga APX atau (ξ, η, ζ), menggunakan rumus:
ξ = ρ cos Φ` sin ℎ ……….(24).
η = ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ] …..(25),
ζ = ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).
Dimana:
Φ`
= lintang geosentris
h
= tan 𝛷 : 1 - 𝑒 2 × 𝑅
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷
= XPC = μ – λ – 1.0027∆T.179
= (-179° 0’ 24,53”) - 0° 0’ 5,31”- 1,0027 × 60
Dimana, λ merupakan bujur barat Greenwich.
XPC = -𝟐𝟑𝟗° 10’ 13,04”.
Maka, sebelum menghitung rumus ke-24 hingga rumus ke-26, terlebih dahulu kita
mencari nilai garis lintang geosentris (Φ`).
175
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.393.
𝐿1 selalu bernilai positif.
177
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.394.
178
𝐿2 bernilai negatif.
179
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.395.
176
Φ`
= tan 𝛷` : 1 - 𝑒 2 × 𝑅
dimana,
e
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.180
= √2𝑓 − 𝑓 2 181
= √(2 × 0° 0′ 12,07") − (0° 0′ 12,07")2
= √0° 0’ 24,14” − 0° 0’ 00,04”
𝑅𝑁
= 0° 04’ 54,75”182
𝑎183
= √1−𝑒 2
=
=
=
𝑠𝑖𝑛2 𝛷
. 184
6378,137
2
√1−(0° 04’ 54,75”) 𝑠𝑖𝑛2 (35° 14′ 07")
√1−0°
6378,137
00′ 24,13" ×0°
6378,137
0° 59′ 55,98"
19′ 58,28"
= 6385,267215.
Sehingga, lintang geosentris nya adalah:
= 1 - 𝑒2 ×
Φ`
𝑅𝑁
𝑅𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.
= 1 – (0° 04’ 54,75”)2 ×
6385,267215
6385,267215+(−239° 10′ 13,04")
× tan(35° 14′ 07")
= 1 - 0° 00′ 24,13" × (-0° 00’ 15,05”) × 0° 42′ 22,84"
tan Φ` = 1° 0′ 0,7"
= 45° 0’ 20,05”.
Φ`
Adapun menghitung ρ (jarak pengamat), mengunakan rumus:
r
= √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 .185
sehingga, sebelum menghitung r, terlebih dahulu kita (x, y, z)186, menggunakan rumus:
x
y
z
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × cos λ.
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × sin 𝜆.
= ([1 - 𝑒 2 ] × 𝑅𝑁 + h) × sin Φ.187
Maka,
180
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Conversions, (Naval Postgraduate, 2002), hlm.1.
George H. Born, Geodetic and Geocentric Latitude, hlm.2.
182
e, merupakan nilai eksentrisitas, yang dihasilkan dari rumus akar kuadran perkalian f atau flattening
𝑎
(b = 6356.752/jari-jari kutub), untuk WGS-84.
(ellipticity), di mana f =
𝑎−𝑏
183
a merupakan jari-jari ekuator.
184
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Conversions, (Naval Postgraduate, 2002), hlm.1.
185
James R. Clynch, Geodetical Coordinate Conversions, (Naval Postgraduate School, 2002), hlm.4.
186
x, y, dan z merupakan koordinat kartesian.
187
James R. Clynch, Geodetical Coordinate Conversions.............., hlm.3.
181
x
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × cos λ.
= (6385,267215 + (-239° 10’ 13,04”)) × cos(35° 14′ 07") × cos(100° 10′ 46")
= 6146° 05′ 48,93" × 0° 49′ 00,44" × (-0° 10′ 36,23" )
= -887,2050893.
y
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × sin 𝜆.
= (6385,267215 + (-239° 10’ 13,04”)) × cos(35° 14′ 07") × sin(100° 10′ 46")
= 6146° 05′ 48,93" × 0° 49′ 00,44" × 0° 59’ 03,33”
= 4941,048909.
z
= ([1 - 𝑒 2 ] × 𝑅𝑁 + h) × sin Φ.
= ([1 – (0° 04’ 54,75”)2 ] × 6385,267215 + (-239° 10’ 13,04”)) × sin(35° 14′ 07").
= ([1 – 0° 00′ 24.13"] × 6385,267215 + (-239° 10’ 13,04”)) × 0° 34′ 36,97".
= ((0° 59′ 35,87" × 6385,267215) + (-239° 10’ 13,04”)) × 0° 34′ 36,97".
= 6103° 17′ 52,44" × 0° 34′ 36,97".
= 3521,212955.
Setelahnya, maka menghitung r, yakni mengunakan rumus:
r
= √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 .
= √(−887,2050893)2 + (4941,048909)2 + (3521,212955)2
= √787132,8705 + 24413964,32 + 12398940,67
r (ρ) = 36813792,2.
Setelah diketahui nilai dari ρ, Φ` serta h, maka dapat dilakukan perhitungan segitiga APX,
yakni dengan rumus:
ξ
= ρ cos Φ` sin ℎ ……….(24).188
= 36813792,2 × cos(45° 0’ 20,05”) × sin(−239° 10′ 13,04")
= 22350739,55.
η
= ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ] …..(25).189
=
36813792,2×
[ sin(45° 0′ 20,05") × 0° 57’ 14,52” − cos(45° 0′ 20,05") ×
0° 17’ 58,94” × cos(−239° 10′ 13,04")]
= 36813792,2 × [ 0° 42′ 25,83" × 0° 57’ 14,52”- 0° 42' 25,34" × 0° 17’ 58,94” ×
(−0° 30′ 44,96")]
= 28835017,64.
188
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.395.
189
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.395.
ζ
= ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).190
=
36813792,2×
[ sin(45° 0’ 20,05”) × 0° 17’ 58,94” + cos(45° 0’ 20,05”) ×
0° 57’ 14,52” × cos(−239° 10′ 13,04")]
=
36813792,2
×
[
(0° 42′ 25,83" × 0° 17’ 58,94” )+ (0° 42' 25,34" ×
0° 57’ 14,52” × (−0° 30′ 44,96"))]
= -4923818,797.
Mencari koreksi (ξ, η, ζ) per jam, yakni (ξ`, η`, ζ`) dengan rumus:
ξ` = μ`ρ cos Φ` sin ℎ
η` = μ`ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ]
ζ` = μ`ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ]
Sehingga perhitungannya adalah,
ξ` = μ`ρ cos Φ` sin ℎ
= (-292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × cos(45° 0′ 20,05") × sin(−239° 10’ 13,04”)
= (-292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × 0° 42’ 25,34 × (0° 51’ 31,3”)
= -6530973862
η` = μ`ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ]
= (- 292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × [( sin(45° 0′ 20,05") × 0° 57’ 14,52”) −
(cos(45° 0′ 20,05") × 0° 17’ 58,94” × cos(−239° 10’ 13,04”))]
= (- 292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × [( 0° 42′ 25,83" × 0° 57’ 14,52”)(0° 42' 25,34" × 0° 17’ 58,94” × (−0° 30′ 44,96"))]
= (-292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × 0° 46′ 59,76"
= -8425693087.
ζ ` = μ`ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).
= (- 292° 12’ 12,65”) × 36813792,2× [ sin(45° 0’ 20,05”) × 0° 17’ 58,94” +
=
cos(45° 0’ 20,05”) × 0° 57’ 14,52” × cos(−239° 10’ 13,04”)]
(-
292°
12’
12,65”)
×
36813792,2
×
[
(0° 42′ 25,83" ×
0° 17’ 58,94” ) + (0° 42' 25,34" × 0° 57’ 14,52” × (−0° 30′ 44,96")]
= (-292° 12’ 12,65”) × 36813792,2 × (-0° 08’ 01,5”)
= 1438764725
Kemudian, memperhitungkan nilai 𝐿2 , sebagai syarat keadaan fase cincin, dengan rumus
persamaan kuadrat:
190
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.395.
(𝑥 − 𝜉)2 + (𝑦 − 𝜂)2 = 𝐿2 2 …….(28).191
Dimana,
(x, y) = titik koordinat kartesian pada pusat lingkaran.
(𝜉 ,𝜂) = titik koordinat pengamat.
Sehingga, perhitungannya adalah:
((−887,2050893) − 22350739,55)2 + (4941,048909 − 28835017,64)2 = 𝐿2 2.
√((−887,2050893) − 22350739,55)2 + (4941,048909 − 28835017,64)2 = 𝐿2
√4,995952186 × 1014 + 8,311733162 × 1014 = 𝐿2 .
36479700,31 = 𝐿2 .
Kemudian, dikarenakan T merupakan watu yang telah diperhitungkan dalam 𝐿2 (pada
rumus ke-22), maka:
T
= - 0° 14’ 45,22”.
Adapun T + t, menjadi waktu Epemeris yang sesuai dengan permulaan (atau akhir) pada
saat terjadinya gerhana, sehingga:
T + t = 15° 08′ 59" (perkiraan awal gerhana).
Sehingga, dapat diperkirakan nilai t adalah:
(-0° 14′ 45,22”) + t = 15° 08′ 59”
t = 15° 08′ 59" – (-0° 14′ 45,22”)
= 15° 23’ 44,22”.
Pada waktu T + t, t dinyatakan dalam satuan jam, sehingga:
x = xₒ + x`t.192
xₒ = x`t – x
= ((-0° 0’ 2,5”) × 15° 23’ 44,22”) – (-887,2050893)
= 887,1943979.
y = yₒ + y`t.193
yₒ = y`t – y
= (0° 0’ 5,21” × 15° 23’ 44,22”) – (4941,048909)
= -4941,026628.
ξ = ξₒ + ξ`t.194
ξₒ = ξ`t – ξ
191
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy......., hlm.396.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.396.
193
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.396.
194
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.396.
192
= ((-6530973862)× 15° 23’ 44,22”) – (22350739,55)
= -1,005707208 × 1011
η = ηₒ + η`t.195
ηₒ = η`t – η
= ((-8425693087) × 15° 23’ 44,22”) – (28835017,64)
= -1,005707208 × 1011
Masing-masing nilai (x, y, hingga η˳) telah diketahui, maka untuk perhitungan awal atau
akhir fase cincin, dapat diperhitungkan menggunakan rumus:
[𝑥ₒ − 𝜉ₒ + 𝑡 (𝑥` − 𝜉`)]2 + [𝑦ₒ − 𝜂ₒ + 𝑡 (𝑦` − 𝜂`)]2 = 𝐿2 2 …..(29).196
[(887,1943979– (−1,005707208 × 1011 )) + (15° 23’ 44,22” × ((−0° 0’ 2,5”) −
(−6530973862)))]2
+
[((−4941,026628) − (−1,005707208 × 1011 )) +
(15° 23’ 44,22” × (0° 0’ 5,21” − (−8425693087)))]2 = 𝐿2 2
[(1,005707208 × 1011 ) + (1,0054837 × 1011 )]2
+
(1,297187409 × 1011 )]2 = 𝐿2 2
[(1,005707159 × 1011 ) +
4,044888868 × 1022 + 5,303323391 × 1022 = 𝐿2 2
9,348212259 × 1022 = 𝐿2 2
√9,348212259 × 1022 = 𝐿2
3,057484629 × 1011 = 𝐿2 .
Kemudian, menghitung nilai bantuan, yakni M dan m, serta N dan n.
m sin M = xₒ - ξₒ,
m cos M = yₒ - ηₒ …..(30).197
n sin N = x` - ξ`
n cos N = y` - η` ...…(31).198
Diketahui bahwa, nilai M diperoleh melalui tan M = (xₒ - ξₒ)/(yₒ - ηₒ), yang akan
memberikan dua nilai pada M, yakni:
tan M = (xₒ - ξₒ)
= (887,1943979– (−1,005707208 × 1011 ))
M
= 1,005707208 × 1011
= 90
dan,
tan M = (yₒ - ηₒ)
= ((−4941,026628) + (−1,297480908 × 1011 ))
195
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.396.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.396.
197
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.396.
198
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy........, hlm.396.
196
M
= (−1,297480957 × 1011 )
= -90
Adapun nilai m diperoleh melalui rumus:
√[(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ] = m
Sehingga, perhitungan ke-(30), dapat dijabarkan seperti:
√[(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ] × sin 𝑀 = xₒ - ξₒ,
√([〖(887,1943979– (〖 − 1,005707208 × 10〗^11))〗^2 + 〖
((−4941,026628) + (〖 − 1,297480908 × 10〗^11 ))〗^2])
×
1,005707208 × 1011
sin −90°
=
-
sin 90°
=
-
cos −90°
=
-
cos 90°
=
-
= (1,641616223 × 1011 )× -1 = 1,005707208 × 1011 .
= -1,641616223 × 1011 = 1,005707208 × 1011
atau,
√([〖(887,1943979– (〖 − 1,005707208 × 10〗^11))〗^2 + 〖
((−4941,026628) + (〖 − 1,297480908 × 10〗^11 ))〗^2])
×
1,005707208 × 1011
= (1,641616223 × 1011 )× 1 = 1,005707208 × 1011 .
= 1,641616223 × 1011 = 1,005707208 × 1011
dan
√([〖(887,1943979– (〖 − 1,005707208 × 10〗^11))〗^2 + 〖
((−4941,026628) + (〖 − 1,297480908 × 10〗^11 ))〗^2]) ×
1,005707208 × 1011
= (1,641616223 × 1011 )× 0 = 1,005707208 × 1011 .
= 0= (−1,297480957 × 1011 )
atau,
√([〖(887,1943979– (〖 − 1,005707208 × 10〗^11))〗^2 + 〖
((−4941,026628) + (〖 − 1,297480908 × 10〗^11 ))〗^2])
1,005707208 × 1011
= (1,641616223 × 1011 )× 0 = 1,005707208 × 1011 .
= 0= (−1,297480957 × 1011 )
×
Adapun, nilai N diperoleh melalui tan N = (x` - ξ`)/(y` - η`), yang akan memberikan
dua nilai pada M, yakni:
tan N = (x` - ξ`)
= ((−0° 0’ 2,5”)– (−6530973862))
= 6530973862
N
= 90
dan
tan N = (y` - η`)
= (0° 0’ 5,21” − (−8425693087))
= 8425693087
N
= 90
Adapun nilai n diperoleh melalui rumus:
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] = n
Sehingga, perhitungan ke-(31), dapat dijabarkan seperti:
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] × sin 𝑁 = x` - ξ`,
√[((−0° 0’ 2,5”)– (−6530973862))2 + (0° 0’ 5,21” − (−8425693087))2 ] × sin 90°
= 6530973862
= 1,066048421 × 1010 × 1 = -638374568,8.
= 1,066048421 × 1010 = -638374568,8.
atau,
√[((−0° 0’ 2,5”)– (−6530973862))2 + (0° 0’ 5,21” − (−8425693087))2 ]
×
sin − 90° = 6530973862
= 1,066048421 × 1010 × -1 = -638374568,8.
= -1,066048421 × 1010 = -638374568,8
dan
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] × cos 𝑁 = y` - η`.
√[((−0° 0’ 2,5”)– (−6530973862))2 + (0° 0’ 5,21” − (−8425693087))2 ] × cos 90°
= 8425693087
= 1,066048421 × 1010 × 0 = 8425693087.
= 0 = 8425693087.
atau,
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] × cos 𝑁 = y` - η`.
√[((−0° 0’ 2,5”)– (−6530973862))2 + (0° 0’ 5,21” − (−8425693087))2 ]
cos −90° = 8425693087
= 1,066048421 × 1010 × 0 = 8425693087.
= 0 = 8425693087.
×
Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan ini adalah, bahwa dalam hasil
penentuan nilai M dan N, nilai yang dipilih untuk 𝐬𝐢𝐧 𝑴 atau 𝐬𝐢𝐧 𝑵 , haruslah
memiliki kesamaan nilai (positif atau negatif) dengan (x˳- 𝝃ₒ).199
Sebagaimana dalam perhitungan ke (30), yakni pada rumus m sin M = xₒ - ξₒ, nilai 90
adalah nilai yang tepat untuk diterapkan pada jumlah nilai M. Hal ini dikarenakan, jika
kita menggunakan nilai 90 pada perhitungan ke (30), maka jumlah sin 90° nilainya akan
sama sebagaimana nilai (xₒ - ξₒ), yakni sama-sama bernilai positif200.
Adapun dalam perhitungan ke (31), yakni pada rumus n sin N = x` - ξ`, nilai -90 adalah
nilai yang tepat untuk diterapkan pada jumlah nilai N. Hal ini dikarenakan, jika kita
menggunakan nilai -90 pada perhitungan ke (31), maka jumlah sin −90° nilainya akan
sama sebagaimana nilai (x` - ξ`), yakni sama-sama bernilai negatif201.
Setelah nilai N, n, M, serta m telah diketahui, maka rumus ke (30) dan (31) diaplikasikan
ke dalam rumus (29), yang menjadi rumus ke (32), yang dapat dihitung dengan rumus:
𝑛2 𝑡 2 + 2𝑚𝑛𝑡 cos (𝑀 − 𝑁) + 𝑚2 − 𝐿2 2 = 0 ……(32).202
Sehingga,
( (1,066048421 × 1010 )2 × (15° 23’ 44,22”)2 ) + ((2 × ( 1,641616223 × 1011 ) ×
(1,066048421 × 1010 ) × 15° 23’ 44,22”) × cos((90) − (−90))) + ((1,641616223 ×
1011 )2 ) – (36479700,31)2= 0.
√(1,066048421 × 1010 ) × (15° 23’ 44,22”) + ((2 × (1,339008727 × 1010 ) ×
867330572,3
×
15° 23’ 44,22”
)
√(1,641616223 × 1011 ) − (36479700,31) = 0
×
cos((90) − (−90))
)
+
405123,1027 + (-5,388596334 × 1022 ) + 405123,614 = 0.
Kemudian menghitung sudut Ψ, dengan rumus:
𝐿2 sin Ψ = m sin (M - N) ….(33).203
𝐿2 sin Ψ = m sin (M) - m sin (N)
sin Ψ =
𝑚 sin (𝑀) − 𝑚 sin (𝑁)
sin Ψ =
((1,641616223×1011 ) ×sin (90° ) − ((1,641616223×1011 ) ×sin (−90° )
199
𝐿2
(36479700,31)204
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.396.
Nilai dari sin 90° = 1, nilai dari (x˳- ξ˳) adalah 1,005707208 × 1011 .
201
Nilai dari sin −90° = -1, nilai dari (x`- ξ`) adalah -638374568,8.
202
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.396.
203
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............, hlm.397.
204
Menggunakan hasil 𝐿2 pada rumus ke-(28).
200
Ψ = 4500,08144.
Setelah menemukan nilai dari Ψ, kemudian menghitung t yang menggunakan rumus ke
(34), yang didahului dengan mencari nilai dari
𝑳𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝜳
(3,057484629×1011 ) 𝐜𝐨𝐬(4500,08144)
=
𝒏
1,066048421×1010
Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan:
𝑚
t=𝑡1 = -
cos(𝑀 − 𝑁) ±
𝑛
=-
𝑚
cos(𝑀 − 𝑁) +
𝑛
(1,641616223×1011 )
(1,066048421×1010 )
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
yakni:
= -𝟐𝟖° 𝟒𝟎′ 𝟒𝟗, 𝟗𝟓"
……(34).205
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
× −1 + (−𝟐𝟖° 𝟒𝟎′ 𝟒𝟗, 𝟗𝟓")
= 15,39907748 + (−𝟐𝟖° 𝟒𝟎′ 𝟒𝟗, 𝟗𝟓")
= 𝟒𝟒° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟔𝟑"
Karena hasilnya adalah 𝟒𝟒° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟔𝟑", maka harus disesuaikan dengan nilai
waktu satu hari yakni 𝟐𝟒° 𝟎′ 𝟎". Maka 𝑡1 ,
𝟒𝟒° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟔𝟑" - 𝟐𝟒° 𝟎′ 𝟎" = 𝟐𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟔𝟑".
dan
𝑡2 = -
𝑚
=-
𝑛
cos(𝑀 − 𝑁) −
𝐿2 cos 𝛹
(1,641616223×1011 )
(1,066048421×1010 )
𝑛
× −1 − (−𝟐𝟖° 𝟒𝟎′ 𝟒𝟗, 𝟗𝟓")
= 15,39907748 - (−𝟐𝟖° 𝟒𝟎′ 𝟒𝟗, 𝟗𝟓")
= -𝟏𝟑° 𝟏𝟔′ 𝟓𝟑, 𝟐𝟕"
Maka hasil awal waktu gerhana,
𝑇1 −
𝑚1
𝑛1
cos (𝑀1 − 𝑁1 ) − 𝜏1 adalah,
𝟒𝟒° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟔𝟑" − 𝟏𝟑° 𝟏𝟔′ 𝟓𝟑, 𝟐𝟕" = 𝟑𝟎° 𝟒𝟕′ 𝟓𝟑, 𝟑𝟔".
205
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.397.
Karena hasilnya adalah 𝟑𝟎° 𝟒𝟕′ 𝟓𝟑, 𝟑𝟔" (lebih dari 24 jam), maka hasil itu harus
dibagi 2, karena durasi gerhana terdiri dari awal dan akhir gerhana, maka
𝟑𝟎° 𝟒𝟕′ 𝟓𝟑, 𝟑𝟔" ÷ 2 = 𝟏𝟓° 𝟐𝟑′ 𝟓𝟔, 𝟔𝟖"
Maka, awal gerhana pada tanggal 10 Mei 1994, terjadi pada pukul 𝟏𝟓° 𝟐𝟑′ 𝟓𝟔, 𝟔𝟖"
GMT.
Lampiran VI
Tahap Perhitungan Gerhana Matahari Textbook on Spherical Astronomy pada tanggal 9
Maret 2016.
Tahap perhitungannya adalah sebagai berikut:
1.
Elemen Bessel (x, y, sin 𝑑, cos 𝑑, 𝜇, 𝑙1 dan 𝑙2 )
a. Elemen x, y, sin 𝑑 dan cos 𝑑.
Data Perhitungan 9 Maret 2016
Matahari206
206
Bulan207
Data Matahari yang terdiri atas asensio rekta (RA), deklinasi serta jarak geosentris, diperoleh melalui data
Epemeris tanggal 9 Maret 2016.
207
Data Bulan, yakni letak koordinat Bulan (lattitude dan longitude), diperoleh melalui data Epemeris
tanggal 9 Maret 2016. Sedangkan data Bulan lainnya, yakni poros semimayor diperoleh melalui data NASA,
𝜶
349° 44’ 53,38”
𝜶𝟏
r
1° 00’ 36”
𝒓𝟏
-4° 24’ 41,1”
𝜹
0° 22’ 25,75”
347° 44’ 31,52”
𝜹𝟏
0° 00’ 09,36”
B
a
d
0° 00’ 09,27”
350° 37’ 55,84”
a`
-5° 19’ 13,99”
350° 40’ 00,23”
-5° 18′ 54,87"
d`
Keterangan:
𝜶 = asensio rekta Matahari
𝜹 = deklinasi Matahari
𝜶𝟏 = letak koordinat Bulan (lattitude)
𝜹𝟏 = letak koordinat Bulan (longitude)
r = jarak geosentris Matahari (1 AU) 𝒓𝟏 = jarak Bulan dari Bumi (AU)
b =
𝒓𝟏 208
𝒓
d=δMaka,
x
x
a
𝑏
1−𝑏
=α–
𝑏 sec 𝛿 cos 𝛿1
1−𝑏
(α1 − 𝑎)209
(𝛿1 - δ)210
= r cos 𝛿 sin(𝛼 − 𝑎)...(5)211
= 1° 00’ 36” × cos(−4° 24’ 41,1”)×sin(349° 44′ 53,38" − 350° 37’ 55,84” )
= -𝟎° 0’ 55,93”
sedangkan
x` = r cos 𝛿` sin(𝛼` − 𝑎`)
= 1° 00’ 36” × cos(−4° 24′ 19,96”)×sin(349° 45′ 43, 22" − 350° 40’ 0,23”)
= 1° 00’ 36” × 0° 59’ 49,36” × (-0° 0’ 56,84” )
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/moonfact.html. Sedangkan data jarak Bulan dari Bumi, diperoleh
melalui laman NASA, yakni https://en.wikipedia.org/wiki/Astronomical_unit.
208
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.392.
209
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.392.
210
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.392.
211
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.391.
x` = -𝟎° 0’ 57,24”
Adapun:
y
= r [sin δ cos d – cos δ sin d cos (α – a)]…..(6)212
= 1° 00’ 36” × [sin(−4° 24′ 41,1") × cos −5° 19′ 13,99" - cos(−4° 24’ 41,1”) ×
y
sin(−5° 19′ 13,99") × cos(349° 44′ 53,38" − 350° 37′ 55,84")]
= 𝟎° 0’ 57,65”
sedangkan
y`
= r [sin δ` cos d` – cos δ` sin d` cos (α` – a`)]
= 1° 00’ 36” × [sin(−4° 24′ 19,96”) × cos(−5° 18′ 54,87") -
cos(−4° 24′ 19,96”) × sin(−5° 18′ 54,87") × cos(349° 45′ 43,22" −
350° 40′ 0,23")]
= 1° 00’ 36” × [(-0° 04’ 36,54” × 0° 59’ 44,52”) – (0° 59’ 49,36”× (-0° 05’
33,49”) × 0° 59′ 59,55")]
y`
= 1° 00’ 36” × [-0° 04’ 35,33” – (-0° 05’ 32,46”)]
= 𝟎° 0’ 57,7”
𝐬𝐢𝐧 𝒅 = sin(−5° 19’ 13,99”)
= -𝟎° 𝟎𝟓′ 𝟑𝟑, 𝟖𝟐"
𝐜𝐨𝐬 𝒅 = cos(−5° 19’ 13,99”)
= 𝟎° 59’ 44,49”
Sehingga, nilai x, y 𝐬𝐢𝐧 𝒅 dan 𝐜𝐨𝐬 𝒅 adalah:
X
Y
-𝟎° 0’ 55,93”
𝟎° 0’ 57,65”
b. Elemen 𝜇.
212
𝐬𝐢𝐧 𝒅
𝐜𝐨𝐬 𝒅
-𝟎° 05’ 33,82”
𝟎° 𝟓𝟗’ 𝟒𝟒, 𝟒𝟗”
Data Perhitungan
G
a
167° 05’ 22,53”
G`
350° 37’ 55,84”
182° 07’ 50,08”
350° 40’ 0,23”
a`
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.391.
Keterangan:
G = Waktu sideris Epimeris213.
Maka,
𝜇 = G - 𝛼214
= 167° 05’ 22,53” - 350° 37’ 55,84”
𝝁 = -𝟏𝟖𝟑° 32’ 33,31”
Variasi μ pada tiap jam (μ`):
𝜇` = G` - 𝛼`
𝜇` = 182° 07’ 50,08” – 350° 40’ 0,23”
= -168° 32’ 10,15”
c. Elemen f1 dan f2 .
Data Perhitungan
R
k
r
b
0° 16’ 6,48”
0° 16’ 33,02”
1° 00’ 36”
0° 0’ 9,27”
Keterangan:
R = jarak semidiameter Matahari.215
k = jarak semidiameter Bulan.
Menggunakan rumus:
𝑠𝑖𝑛𝑓1 =
=
𝑅+𝑘
𝑟 (1−𝑏)
…..(14).216
0° 16′ 6,48" +0° 16′ 33,02"
1° 00’ 36” × (1−0° 0’ 9,27”)
𝑠𝑖𝑛𝑓1 = 0° 32’ 25,11”
𝒇𝟏
= 𝟑𝟐° 42’ 16,67”
𝑠𝑖𝑛𝑓2 =
213
𝑅−𝑘
𝑟 (1−𝑏)
=
……(15).217
0° 16′ 6,48" +0° 16′ 33,02"
1° 00’ 36” × (1−0° 0’ 9,27”)
https://nssdc.gsfc.nasa.gov/planetary/factsheet/earthfact.html.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.392.
215
Data Epemeris tanggal 10 Mei 1994.
216
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............., hlm.393.
217
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.393.
214
𝑠𝑖𝑛𝑓2 = -0° 0’ 26,35”
= -𝟎° 25’ 9,76”
𝒇𝟐
d. Elemen L1 dan L2 .
Menggunakan rumus,
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 ……(19).
𝑙2 = 𝑧2 tan 𝑓2 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 ……(20).
Titik z merupakan titik koordinat pada garis MF pada gambar. Dikarenakan nilai titik
z belum diketahui, maka titik z dicari dengan menggunakan rumus trigonometri,
sebagaimana perhitungan berikut:
C (B)
f1
(C)V1
M
F (A)
Keterangan:
𝑉1M
= k csc 𝑓1
MF
= Garis titik koordinat z
𝑓1
= Sudut puncak kerucut daerah penumbra
Sehingga, untuk mencari z (MF), terlebih dahulu mencari sisi 𝑉1C (a), dikarenakan
sisi a telah memiliki besaran sudut, yakni 90° . Untuk mencari sisi a, maka
menggunakan persamaan sinus:
𝑎
sin 𝐴
𝑎
sin 90°
𝑎
1
=
=
𝑐
sin 𝐶
0° 16’ 6,48”
sin 32° 42’ 16,67”
=
0° 16’ 6,48”
0° 32′ 25,11"
𝑉1C (a) = 0° 29′ 48,76".
Setelah menemukan panjang sisi 𝑉1C, maka selanjutnya adalah mencari sisi 𝑉1F (b),
menggunakan rumus trigonometri sebagai berikut:
b = √𝑎2 − 𝑐 2
= √(0° 29′ 48,76")2 − (0° 16′ 6,48")2
= √0° 14′ 48,8" − 0° 04′ 19,47"
b = 0° 25′ 05,19"
Setelah mengetahui panjang sisi 𝑉1 F, maka selanjutnya sisi MF (titik koordinat z),
dapat dihitung dengan perhitungan:
𝑽𝟏 F = 𝑽𝟏 M + MF
0° 25′ 05,19" = k csc 𝑓1 + MF
0° 25′ 05,19" = (0° 16’ 33,02” × (csc(32° 42’ 16,67”))) + MF
0° 25′ 05,19" = 0° 30′ 37,88" + MF
0° 25′ 05,19" - 0° 30′ 37,88" = MF
- 𝟎° 𝟎𝟓′ 𝟑𝟐, 𝟔𝟗" = MF.
Dari penjelasan tersebut, telah diketahui bahwa nilai dar titik koordinat z
adalah:
- 0° 5’ 32,69”. Namun, koordinat z (MF) tersebut, diukur dalam fungsi ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝐹𝑀 , yang
berarti bahwa garis (titik koordinat) tersebut, memiliki nilai dengan arah positif. Maka,
hasil tersebut menjadi,
z (𝒛𝟏 ) = 𝟎° 5’ 32,69”.
Mencari nilai koordinat z pada puncak kerucut penumbra:
𝑐1 = 𝑧1 + k cosec 𝑓1 …...(16).218
= 0° 5’ 32,69” + (0° 16’ 33,02” × (csc(32° 42’ 16,67”)))
= 0° 5’ 32,69” + 0° 30’ 37,88”
𝒄𝟏 = 𝟎° 36’ 10,57”
Sedangkan nilai koordinat z pada puncak kerucut umbra:
𝑐2 = 𝑧1 - k cosec 𝑓2 ….(17).219
218
219
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............, hlm.393.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.............., hlm.393.
= 0° 5’ 32,69” - (0° 16’ 33,02” × (csc(−0° 25’ 9,76”)))
= 0° 5’ 32,69” – (-37° 41’ 08,52”)
𝒄𝟐 = 𝟑𝟕° 46’ 41,21”
Mencari nilai 𝑙1 dan 𝑙2 (sebagai jari-jari pada lingkaran di mana kerucut penumbra dan
umbra berpotongan pada bidang dasar), menggunakan rumus:
𝑙1 = 𝑧1 tan 𝑓1 + k 𝑠𝑒𝑐𝑓1 220
= (0° 5’ 32,69” × tan 32° 42’ 16,67”) + (0° 16’ 33,02” × (sec(32° 42’ 16,67”)))
= 0° 3’ 33,62” + 0° 19’ 40,11”
𝒍𝟏 = 𝟎° 23’ 13,73”
𝑙2 = 𝑧1 tan 𝑓2 - k 𝑠𝑒𝑐𝑓2 .221
= (0° 5’ 32,69” × tan(−0° 25’ 9,76”)) - (0° 16’ 33,02” × (sec((−0° 25’ 9,76”)))
= -0° 0’ 2,44” - 0° 16’ 33,05”
𝒍𝟐 = - 𝟎° 16’ 35,49”
4. Perhitungan Gerhana pada Tiap Tempat
Dalam perhitungan gerhana pada tiap tempat, terlebih dahulu kita menghitung jari-jari
pada bidang KH yang disebut z = ζ, yang ditentukan oleh 𝐿1 dan 𝐿2 . Namun, dikarenakan
nilai pada bidang KH belum diketahui, maka kita harus mencari terlebih dahulu
besarannya, dengan:
KH = CD
Gunakan segitiga DV1 C,
V1
K
D
220
221
G
H
C
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.............., hlm.394.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.............., hlm.393.
F
Diketahui:
𝑉1C = 0° 29′ 48,76".
𝑉1F = 0° 25′ 05,19".
Maka sisi FC adalah:
FC
= √V1 𝐶 2 − 𝑉1 𝐹 2
= √(0° 29′ 48,76")2 − (0° 25′ 05,19")2
= √0° 14′ 48,8" − 0° 10′ 29,33"
FC
= √0° 04′ 19,47"
= 𝟎° 𝟏𝟔′ 𝟔, 𝟒𝟖"
Sehingga karena FC=DF, maka:
CD
= (𝟎° 𝟏𝟔′ 𝟔, 𝟒𝟖")𝟐
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟏𝟗, 𝟒𝟕"
Dari perhitungan di atas, telah diketahui bahwa nilai CD adalah 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟏𝟗, 𝟒𝟕". Maka,
dapat disimpulkan bahwa panjang sisi KH adalah sama besarnya denga sisi CD,
dikarenakan garis KH dengan CD adalah sejajar.
KH (ζ)
= 𝟎° 𝟎𝟒′ 𝟏𝟗, 𝟒𝟕".
Dalam gambar, garis GH = 𝐿1 dan GT = 𝐿2 , dan dalam permisalan garis GH dan GT,
garis FG = ζ. Maka, FG = KH. Sehingga, mencari nilai 𝐿1 dan 𝐿2 dengan perhitungan:
𝐿1 = 𝑙1 – ζ tan 𝑓1 ….(21).222
= 0° 23’ 13,73” – (0° 04′ 19,47" × (tan 32° 42’ 16,67”))
𝑳𝟏
= 0° 23’ 13,73” - 0° 02’ 46,61”
= 𝟎° 20’ 27,12”.223
𝐿2 = 𝑙2 – ζ tan 𝑓2 ….(22).224
= (- 0° 16’ 35,49”) – (0° 04′ 19,47" × (tan −0° 25’ 9,76”))
= (- 0° 16’ 35,49”) – (-0° 00’ 01,9”)
𝑳𝟐 = - 𝟎° 16’ 33,59”.225
Kemudian, menghitung segitiga APX atau (ξ, η, ζ), menggunakan rumus:
ξ = ρ cos Φ` sin ℎ ……….(24).
222
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.393.
𝐿1 selalu bernilai positif.
224
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy.........., hlm.394.
225
𝐿2 bernilai negatif.
223
η = ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ] …..(25),
ζ = ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).
Dimana:
Φ`
= lintang geosentris
= tan 𝛷 : 1 - 𝑒 2 × 𝑅
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷
h (XPC) = μ – λ – 1.0027∆T.226
= (-183° 32’ 33,31”) - 0° 0’ 5,31”- 1,0027 × 69
Dimana, λ merupakan bujur barat Greenwich.
XPC = -𝟐𝟓𝟐° 43’ 49,3”.
Maka, sebelum menghitung rumus ke-24 hingga rumus ke-26, terlebih dahulu kita
mencari nilai garis lintang geosentris (Φ`).
Φ`
= tan 𝛷` : 1 - 𝑒 2 × 𝑅
dimana,
e
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.227
= √2𝑓 − 𝑓 2 228
= √(2 × 0° 0′ 12,07") − (0° 0′ 12,07")2
= √0° 0’ 24,14” − 0° 0’ 00,04”
𝑅𝑁
= 0° 04’ 54,75”229
𝑎230
= √1−𝑒 2
=
=
=
𝑠𝑖𝑛2 𝛷
. 231
6378,137
2
√1−(0° 04’ 54,75”) 𝑠𝑖𝑛2 (−02° 46′ 20")
6378,137
√1−0° 00′ 24,13" ×0° 0′ 8,42"
6378,137
0° 59′ 59,97"
= 6378,190152.
Sehingga, lintang geosentris nya adalah:
Φ`
226
= 1 - 𝑒2 × 𝑅
𝑅𝑁
𝑁 +ℎ
× tan 𝛷.
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............, hlm.395.
James R. Clynch, “Geodetic Coordinate Conversions”, Naval Postgraduate, (2002), hlm.1.
228
George H. Born, Geodetic and Geocentric Latitude, (tt: tp, tth), hlm.2.
229
e, merupakan nilai eksentrisitas, yang dihasilkan dari rumus akar kuadran perkalian f atau flattening
𝑎
(ellipticity), di mana f =
(b = 6356.752/jari-jari kutub), untuk WGS-84.
𝑎−𝑏
230
a merupakan jari-jari ekuator.
231
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Conversions, hlm.1.
227
6378,190152
= 1 – (0° 04’ 54,75”)2 × 6378,190152+(−252° 43’ 49,3”) × tan(−2° 46′ 20")
= 1 - 0° 00′ 24,13" × 1° 02’ 28,53” × (-0° 02′ 54,32")
tan Φ` = 1° 00′ 01,22"
= 45° 0’ 34,94”.
Φ`
Adapun menghitung ρ (jarak pengamat), mengunakan rumus:
r
= √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 .232
sehingga, sebelum menghitung r, terlebih dahulu kita (x, y, z)233, menggunakan rumus:
x
y
z
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × cos λ.
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × sin 𝜆.
= ([1 - 𝑒 2 ] × 𝑅𝑁 + h) × sin Φ.234
Maka,
x
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × cos λ.
= (6378,190152 + (-252° 43’ 49,3”)) × cos(−2° 46′ 20") × cos(104° 24′ 53")
= 6125° 27′ 35,25" × 0° 59′ 55,79" × (-0° 14′ 56,18" )
= -1523,081909.
y
= (𝑅𝑁 + h) × cos Φ × sin 𝜆.
= (6378,190152 + (-252° 43’ 49,3”)) × cos(−2° 46′ 20") × sin(104° 24′ 53")
= 6125° 27′ 35,25" × 0° 49′ 00,44" × 0° 58’ 06,67”
= 4845,703746.
z
= ([1 - 𝑒 2 ] × 𝑅𝑁 + h) × sin Φ.
= ([1 – (0° 04’ 54,75”)2 ] × 6378,190152 + (-252° 43’ 49,3”)) × sin(−2° 46′ 20").
= ([1 – 0° 00′ 24.13"] × 6378,190152 + (-252° 43’ 49,3”)) × (-0° 2′ 54,12").
= ((0° 59′ 35,87" × 6378,190152) + ((-252° 43’ 49,3”) × (-0° 2′ 54,12")).
= 6335° 26′ 18,82" × 12° 13′ 25,41".
= 77442,65873.
Setelahnya, maka menghitung r, yakni mengunakan rumus:
r
= √𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 .
= √(−1523,081909)2 + (4845,703746)2 + (77442,65873)2
= √2319778,502 + 23480844,79 + 5997365391
r (ρ) = 6020847759.
232
James R. Clynch, Geodetic Coordinate Concertions, hlm.4.
x, y, dan z merupakan koordinat kartesian.
234
James R. Clynch, Geodetical Coordinate Conversions, hlm.3.
233
Setelah diketahui nilai dari ρ, Φ` serta h, maka dapat dilakukan perhitungan segitiga APX,
yakni dengan rumus:
ξ
= ρ cos Φ` sin ℎ ……….(24).235
= 6020847759 × cos(45° 0’ 34,94”) × sin(−252° 43’ 49,3”)
= 4064763292.
η
= ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ] …..(25).236
= 6020847759× [ sin(45° 0’ 34,94”) × 0° 59’ 44,49” − cos(45° 0’ 34,94”) ×
−0° 5’ 33,82” × cos(−252° 43’ 49,3”)]
=
6020847759
×
[(
0° 42′ 26,02" × 0° 59’ 44,49”) - 0° 42' 25,15" ×
−0° 5’ 33,82” × (−0° 17′ 48,73")]
= 4122588014.
ζ
= ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).237
= 6020847759× [(sin(45° 0’ 34,94”) × (−0° 5’ 33,82”)) + (cos(45° 0’ 34,94”) ×
0° 59’ 44,49” × cos(−252° 43’ 49,3”))]
=
6020847759
×
[
(0° 42′ 26,02" × (-0° 5’ 33,82”) )+ (0° 42' 25,15" ×
0° 59’ 44,49” × (−0° 17′ 48,73"))]
= -1653071860.
Mencari koreksi (ξ, η, ζ) per jam, yakni (ξ`, η`, ζ`) dengan rumus:
ξ` = μ`ρ cos Φ` sin ℎ
η` = μ`ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ]
ζ` = μ`ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ]
Sehingga perhitungannya adalah,
ξ` = μ`ρ cos Φ` sin ℎ.238
= (-168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × cos(45° 0’ 34,94”) × sin(−252° 43’ 49,3”)
= (-168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × 0° 42’ 25,15” × (-0° 17’ 48,73”)
= 2,12974253 × 1011 .
η` = μ`ρ [sin 𝛷` cos 𝑑 − cos 𝛷` sin 𝑑 cos ℎ].
= (- 168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × [( sin(45° 0’ 34,94”) × 0° 59’ 44,49”) −
(cos(45° 0’ 34,94”) × (−0° 5’ 33,82”) × cos(−252° 43’ 49,3”))]
235
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy, (Great Britain: University Press, Cambridge,
1977), hlm.395.
236
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.395.
237
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.395.
238
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy..........., hlm.395.
= (- 168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × [( 0° 42′ 26,02" × 0° 59’ 44,49”)(0° 42' 25,15" × (−0° 5’ 33,82”) × (−0° 17′ 48,73"))]
= (-168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × 0° 41′ 04,99"
= -6,948057164 × 1011 .
ζ ` = μ`ρ [sin 𝛷` sin 𝑑 + cos 𝛷` cos 𝑑 cos ℎ] …..(26).
= (- 168° 32’ 10,15”) × 6020847759× [( sin(45° 0’ 34,94”) × (−0° 5′ 33,82")) +
=
cos(45° 0’ 34,94”) × 0° 59’ 44,49” × cos(−252° 43’ 49,3”)]
(-
168°
32’
10,15”)
×
6020847759
×
[
(0° 42′ 26,02" × (-
0° 5’ 33,82”) ) + (0° 42' 25,15" × 0° 59’ 44,49” × (−0° 17′ 48,73"))]
= (-168° 32’ 10,15”) × 6020847759 × (-0° 16’ 28,41”)
= 2,786027197 × 1011 .
Kemudian, memperhitungkan nilai 𝐿2 , sebagai syarat keadaan fase cincin, dengan rumus
persamaan kuadrat:
(𝑥 − 𝜉)2 + (𝑦 − 𝜂)2 = 𝐿2 2 …….(28).
Dimana,
(x, y) = titik koordinat kartesian pada pusat lingkaran.
(𝜉 ,𝜂) = titik koordinat pengamat.
Sehingga, perhitungannya adalah:
((−1523,081909) − 4064763292)2 + (4845,703746 − 4122588014)2 = 𝐿2 2.
√1,6522313 × 1019 + 1,699569198 × 1019 = 𝐿2 .
5789473636 = 𝐿2 .
Kemudian, dikarenakan T merupakan watu yang telah diperhitungkan dalam 𝐿2 (pada
rumus ke-22), maka:
T
= -0° 16′ 33,59".
Adapun T + t, menjadi waktu Epemeris yang sesuai dengan permulaan (atau akhir) pada
saat terjadinya gerhana, sehingga:
T + t = 15° 08′ 59" (perkiraan awal gerhana).
Sehingga, dapat diperkirakan nilai t adalah:
(-0° 16′ 33,59") + t = 23° 30′ 59”
t = 23° 30′ 59" – (-0° 16′ 33,59”)
= 23° 47’ 32,59”.
Pada waktu T + t, t dinyatakan dalam satuan jam, sehingga:
x = xₒ + x`t
xₒ = x`t – x
= ((-0° 0’ 57,24”) × 23° 47’ 32,59”) – (-1523,081909)
= 1522,70361
y = yₒ + y`t,
yₒ = y`t – y
= (0° 0’ 57,65” × 23° 47’ 32,59”) – (4845,703746)
= -4845,322737.
ξ = ξₒ + ξ`t,
ξₒ = ξ`t – ξ
= ((2,12974253 × 1011 )× 23° 47’ 32,59”) – (4064763292)
= 5,063100896 × 1012 .
η = ηₒ + η`t.
ηₒ = η`t – η
= ((-6,948057164 × 1011 ) × 23° 47’ 32,59”) – (4122588014)
= -1,653520846 × 1013 .
Masing-masing nilai (x, y, hingga η˳) telah diketahui, maka untuk perhitungan awal atau
akhir fase cincin, dapat diperhitungkan menggunakan rumus:
[𝑥ₒ − 𝜉ₒ + 𝑡 (𝑥` − 𝜉`)]2 + [𝑦ₒ − 𝜂ₒ + 𝑡 (𝑦` − 𝜂`)]2 = 𝐿2 2 …..(29).
[(1522,70361– (5,063100896 × 1012 )) + (23° 47’ 32,59” × ((−0° 0’ 57,24”) −
(−2,12974253 × 1011 )))]2
+
[((−4845,322737) − (−1,653520846 × 1013 )) +
(23° 47’ 32,59” × (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 )))]2 = 𝐿2 2
[(−5,063100894 × 1012 ) + (5,067165659 × 1012 )]2 + [(1,653520846 × 1013 ) +
(1,653108588 × 1013 )]2 = 𝐿2 2
1,652231451 × 1019 + 1,093379821 × 1027 = 𝐿2 2
1,093379838 × 1027 = 𝐿2 2
√1,093379838 × 1027 = 𝐿2
3,306629459 × 1013 = 𝐿2 .
Kemudian, menghitung nilai bantuan, yakni M dan m, serta N dan n.
m sin M = xₒ - ξₒ,
m cos M = yₒ - ηₒ …..(30),
n sin N = x` - ξ`
n cos N = y` - η` ...…(31).
Diketahui bahwa, nilai M diperoleh melalui tan M = (xₒ - ξₒ)/(yₒ - ηₒ), yang akan
memberikan dua nilai pada M, yakni:
tan M = (xₒ - ξₒ)
= (1522,70361 – (5,063100896 × 1012 ))
M
= -5,063100894 × 1012
= -90
atau,
tan M = (yₒ - ηₒ)
= ((−4845,322737) − (−1,653520846 × 1013 ))
M
= 1,653520846 × 1013
= 90
Adapun nilai m diperoleh melalui rumus:
√[(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ] = m
Sehingga, perhitungan ke-(30), dapat dijabarkan seperti:
√[(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ] × sin 𝑀 = xₒ - ξₒ,
√([(1522,70361 – (〖5,063100896 × 10〗^12 ))^2 + ((−4845,322737) − (−
〖1,653520846 × 10〗^13 ))^2 ] ) × sin 90° = -5,063100894 × 1012
= (1,729300753 × 1013 )× 1 = -5,063100894 × 1012 .
= 1,729300753 × 1013 = -5,063100894 × 1012
atau,
√([(1522,70361 – (〖5,063100896 × 10〗^12 ))^2 + ((−4845,322737) − (−
〖1,653520846 × 10〗^13 ))^2 ] ) × sin −90° = -5,063100894 × 1012
= (1,729300753 × 1013 )× -1 = -5,063100894 × 1012 .
= -1,729300753 × 1013 = -5,063100894 × 1012
dan
√[(𝑥ₒ − 𝜉ₒ)2 + (𝑦ₒ − 𝜂ₒ)2 ] × cos 𝑀 = yₒ - ηₒ.
√([(1522,70361 – (〖5,063100896 × 10〗^12 ))^2 + ((−4845,322737) − (−
〖1,653520846 × 10〗^13 ))^2 ] ) × cos 90° = -5,063100894 × 1012
= (1,729300753 × 1013 )× 0 = -5,063100894 × 1012 .
= 0 = -5,063100894 × 1012
atau,
√([(1522,70361 – (〖5,063100896 × 10〗^12 ))^2 + ((−4845,322737) − (−
〖1,653520846 × 10〗^13 ))^2 ] ) × cos −90° = -5,063100894 × 1012
= (1,729300753 × 1013 )× 0 = -5,063100894 × 1012 .
= 0 = -5,063100894 × 1012
Adapun, nilai N diperoleh melalui tan N = (x` - ξ`)/(y` - η`), yang akan memberikan
dua nilai pada M, yakni:
tan N = (x` - ξ`)
= ((−0° 0’ 57,24”)– 2,12974253 × 1011 )
N
= -2,12974253 × 1011
= -90
atau,
tan N = (y` - η`)
= (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 ))
N
= 6,948057064 × 1011
= 90
Adapun nilai n diperoleh melalui rumus:
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] = n
Sehingga, perhitungan ke-(31), dapat dijabarkan seperti:
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] × sin 𝑁 = x` - ξ`,
√[((−0° 0’ 57,24”)– 2,12974253 × 1011 )2 + (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 ))2 ]
× sin 90° = -2,12974253 × 1011 .
= (7,267138378 × 1011 ) × 1 = -2,12974253 × 1011 .
= 7,267138378 × 1011 = -2,12974253 × 1011 .
atau,
√[((−0° 0’ 57,24”)– 2,12974253 × 1011 )2 + (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 ))2 ]
× sin −90° = -2,12974253 × 1011 .
= (7,267138378 × 1011 ) × -1 = -2,12974253 × 1011 .
= -7,267138378 × 1011 = -2,12974253 × 1011 ,
dan
√[(𝑥` − 𝜉`)2 + (𝑦` − 𝜂`)2 ] × cos 𝑁 = y` - η`.
√[((−0° 0’ 57,24”)– 2,12974253 × 1011 )2 + (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 ))2 ]
× cos 90° = 6,948057064 × 1011
= 7,267138378 × 1011 × 0 = 6,948057064 × 1011 .
= 0 = 6,948057064 × 1011 .
atau,
√[((−0° 0’ 57,24”)– 2,12974253 × 1011 )2 + (0° 0’ 57,65” − (−6,948057164 × 1011 ))2 ]
× cos −90° = 6,948057064 × 1011
= 7,267138378 × 1011 × 0 = 6,948057064 × 1011 .
= 0 = 6,948057064 × 1011 .
Yang perlu diperhatikan dalam perhitungan ini adalah, bahwa dalam hasil
penentuan nilai M dan N, nilai yang dipilih untuk 𝐬𝐢𝐧 𝑴 atau 𝐬𝐢𝐧 𝑵 , haruslah
memiliki kesamaan nilai (positif atau negatif) dengan (x˳- 𝝃ₒ).239
Sebagaimana dalam perhitungan ke (30), yakni pada rumus m sin M = xₒ - ξₒ, nilai -90
adalah nilai yang tepat untuk diterapkan pada jumlah nilai M. Hal ini dikarenakan, jika
kita menggunakan nilai -90 pada perhitungan ke (30), maka jumlah sin −90° nilainya
akan sama sebagaimana nilai (xₒ - ξₒ), yakni sama-sama bernilai negatif240.
Adapun dalam perhitungan ke (31), yakni pada rumus n sin N = x` - ξ`, nilai -90 adalah
nilai yang tepat untuk diterapkan pada jumlah nilai N. Hal ini dikarenakan, jika kita
menggunakan nilai -90 pada perhitungan ke (31), maka jumlah sin −90° nilainya akan
sama sebagaimana nilai (x` - ξ`), yakni sama-sama bernilai negatif241.
Setelah nilai N, n, M, serta m telah diketahui, maka rumus ke (30) dan (31) diaplikasikan
ke dalam rumus (29), yang menjadi rumus ke (32), yang dapat dihitung dengan rumus:
𝑛2 𝑡 2 + 2𝑚𝑛𝑡 cos (𝑀 − 𝑁) + 𝑚2 − 𝐿2 2 = 0 ……(32).
Sehingga,
( (7,267138378 × 1011 )2 × (23° 47’ 32,59”)2 ) + ((2 × (1,729300753 × 1013 ) ×
(7,267138378 × 1011 ) × 23° 47’ 32,59”) × cos((−90) − (−90))) + ((1,729300753 ×
1013 )2 ) – (5789473636)2= 0.
239
William Marshall Smart, Textbook on Spherical Astronomy............., hlm.396.
Nilai dari sin −90° = -1, nilai dari (x˳- ξ˳) adalah -9855404725.
241
Nilai dari sin −90° = -1, nilai dari (x`- ξ`) adalah -638374568,8.
240
√(7,267138378 × 1011 ) × (23° 47’ 32,59”) + ((2 × (1,729300753 × 1013 ) ×
(7,267138378 × 1011 )
×
23° 47’ 32,59”
)
×
√(1,729300753 × 1013 ) − 5789473636 = 0
cos((−90) − (−90))
)
+
20282417,31 + (5,980010621 × 1026 ) + 4157790,045 = 0.
Kemudian menghitung sudut Ψ, dengan rumus:
𝐿2 sin Ψ = m sin (M - N) ….(33)
𝐿2 sin Ψ = m sin (M) - m sin (N)
sin Ψ =
𝑚 sin (𝑀) − 𝑚 sin (𝑁)
sin Ψ =
((1,729300753×1013 ) ×sin (−90° ) )− ((1,729300753×1013 ) ×sin (−90° ))
𝐿2
5789473636
Ψ = -𝟐𝟗𝟖𝟔, 𝟗𝟕𝟒𝟎𝟓𝟑 dan +𝟐𝟗𝟖𝟔, 𝟗𝟕𝟒𝟎𝟓𝟑.
Setelah menemukan nilai dari Ψ, kemudian menghitung t yang menggunakan rumus ke
(34), yang didahului dengan mencari nilai dari
𝑳𝟐 𝐜𝐨𝐬 𝜳
𝒏
=
(3,306629459×1013 ) cos(2986,974053)
(7,267138378×1011 )
Setelah itu, dapat dilakukan perhitungan:
t=-
𝑚
𝑡1 = -
=-
cos(𝑀 − 𝑁) ±
𝑛
𝑚
𝑛
cos(𝑀 − 𝑁) +
(1,729300753×1013 )
=-
𝑛
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
𝑚
𝐿2 cos 𝛹
cos(𝑀 − 𝑁) −
(1,729300753×1013 )
(7,267138378×1011 )
= -𝟑𝟕° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟗𝟒"
yakni:
……(34).
× 1 + (−𝟏𝟑° 𝟏𝟕′ 𝟎, 𝟕𝟐")
𝑛
𝑛
= -𝟏𝟑° 𝟏𝟕′ 𝟎, 𝟕𝟐"
(7,267138378×1011 )
= -𝟏𝟎° 𝟑𝟎′ 𝟒𝟓, 𝟓".
𝑡2 = -
𝐿2 cos 𝛹
𝐿2 cos 𝛹
𝑛
× 1 − (−𝟏𝟑° 𝟏𝟕′ 𝟎, 𝟕𝟐")
Karena hasilnya adalah - 𝟑𝟕° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟗𝟒" , maka harus disesuaikan dengan nilai
waktu satu hari yakni 𝟐𝟒° 𝟎′ 𝟎". Maka 𝑡1 ,
𝟑𝟕° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟗𝟒" - 𝟐𝟒° 𝟎′ 𝟎" = 𝟏𝟑° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟗𝟒".
Maka hasil awal waktu gerhana,
𝑇1 −
𝑚1
𝑛1
cos (𝑀1 − 𝑁1 ) − 𝜏1 adalah,
-𝟏𝟎° 𝟑𝟎′ 𝟒𝟓, 𝟓" − (𝟑𝟕° 𝟎𝟒′ 𝟒𝟔, 𝟗𝟒") = -𝟐𝟑° 𝟒𝟕′ 𝟒𝟔, 𝟐𝟐" 𝐆𝐌𝐓242 .
Maka, awal waktu gerhana Matahari pada tanggal 9 Maret 2016, terjadi pada pukul
𝟐𝟑° 𝟒𝟕′ 𝟒𝟔, 𝟐𝟐" 𝐆𝐌𝐓.
242
Nilai negatif diabaikan.
Lampiran VII
Perhitungan Waktu Gerhana Sentral pada Sistem Perhitungan Gerhana Matahari Textbook on
Spherical Astronomy
Hasil waktu terjadinya gerhana sentral pada perhitungan Textbook on Spherical Astronomy, diperoleh
melalui perhitungan selisih antara hasil perhitungan waktu awal dan akhir gerhana, yang perhitungannya
adalah sebagai berikut:
1.
10 Mei 1994
15° 23′ 56,68" - 16° 40′ 49,95" = -1° 16′ 53,27"
-1° 16′ 53,27" × 0° 12′ 30"243 = -0° 16′ 01,1".
Kemudian, waktu akhir gerhana dikurangi dengan hasil perkalian antara selisih waktu akhir
gerahan dengan nilai 0° 12′ 30" (nilai negatif diabaikan), (karena waktu akhir gerhana pasti
terlebih dahulu waktunya, jika dibandingkan dengan waktu gerhana sentral).
2.
16° 40′ 49,95" - 0° 16′ 01,1" = 16° 24′ 48,85" GMT.
9 Maret 2016
23° 47′ 46,22" - 24° 26′ 56" = -0° 39′ 09,78".
-0° 39′ 09,78" × 0° 7′ 30"244 = -0° 04′ 53,72".
24° 26′ 56" - 0° 04′ 53,72" = 0° 22′ 2,28" GMT.
Nilai 0° 12’ 30” merupakan durasi maksimum pada gerhana cincin. (https://www.space.com/15584-solareclipses.html).
244
Nilai 0° 7’ 30” merupakan durasi maksimum pada gerhana total. (https://www.space.com/15584-solareclipses.html).
243
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fiki Nuafi Qurrota Aini
Tempat, tangga lahir
: Semarang, 12 Mei 1996
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Tanggul Mas Timur 8, No.273, Kel.Panggung Lor,
Kec.Semarang Utara, Kota Semarang.
Pendidikan Formal
• 2002-2008
• 2008-2011
• 2011-2014
• 2014-sekarang
:
: MI AL-KHOIRIYYAH 2, Semarang.
: MTs FUTUHIYYAH 2, Mranggen, Demak.
: MA NU BANAT, Kudus.
: UIN WALISONGO, Semarang.
Pendidikan Non Formal
:
• TPQ An-Nur, Semarang.
• Ponpes Al-Badriyyah, Mranggen, Demak.
• Ponpes Yanabiul ‘Ulum wa Rohmah, Krandoun, Kudus.
Semarang, 18 Juni 2018
Fiki Nuafi Qurrota Aini
NIM. 1402046009