MAKALAH
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
“Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah”
Disusun guna memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan
Dosen Pengampu:
Dr. HAIKAL ALI, SE, MTP
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
INDAH SUKMA DEWI 27.0163
ALFINANTA SEPTIARANI 27.0718
YOHANES B. NALUN 27.0588
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JAKARTA, 2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul: “Teknik Perencanaan Pembangunan Daerah”.
Melalui kesempatan ini, tidak lupa penulis menghaturkan terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat, Bapak Dosen Mata Kuliah Perencanaan Pembangunan, Dr. HAIKAL ALI, SE, MTP, yang telah memberikan petunjuk demi kesempurnaan pembuatan makalah ini, kepada kedua orang tua, Saudara-saudara, dan teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan, dan pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan masukan, menyediakan literatur dan memberikan kritik untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, sudilah kiranya para pembaca untuk memberikan kritik dan saran sehingga isi tugas ini dapat lebih sempurna.
Akhirnya, penulis berharap semoga isi makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukannya dimasa sekarang dan yang akan datang. Amin.
Jakarta, Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………....………………………………………………….ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………...……………………………….……………………….……1
B.Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C.Tujuan Penulisan..……………………………..………………………………….…..2
BAB II PEMBAHASAN
Teknik SWOT..................……..…………………...…………………………….….3
Teknik Statistik........................………………………….……………………….….7
Teknik Perencanaan Regional.………………………….…………………….….….10
Teknik Prediksi……................………………………….……………………….….12
Teknik Indikator Kinerja.........………………………….……………………….….15
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan………………………………………………………………..….……...25
B.Saran……………………………………....………………………………...……….26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001 yang lalu, aspek pembangunan dan perencanaan daerah menjadi semakin diperlukan dan menentukan dalam proses pembangunan nasional karena wewenang pemerintah daerah dalam mengelolah pembangunan di daerahnya masing-masing menjadi semakin besar. Disamping itu dengan keluarnya undang-undang no 25 tahun 2004. Tenteng sistem perencanaan pembangunan nasional (SPPN 2004), peranan perencanaan pembangunan daerah di indonesia yang menjadi semakin penting.
Dari segi teknis perencanaan, keluarnya SPPN 2004 tersebut juga memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam penyusunan dokumen perencanaan pembanunan daerah di indonesia. Perobahan tersebut antara lain adalah : pertama menyangkut dengan jenis dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus dibuat oleh masing-masing daerah sesuai dengan perkembangan demokrasi dan sistem pemerintahan daerah. kedua, sesuai dengan perobahan jenis dokumen yang perlu dibuat, maka teknis penyusunan rencana uga mengalami perubahan yang cukup mendasar. Ketiga tahapan penyusunan rencana juga mengalami perobahan untuk dapat menerapkan sistem perencanaan parsitipatif guna meningkatkan penyerapan aspirasi masyarakat dalam meyusunan rencana.
Dalam merencanakan sebuah perencanaan dalam hal ini perencanaan pembangunan bukanlah hal yang mudah karena kita juga harus melihat dari segala aspek serta potensi-potensi yang ada. Oleh karen itu diperlukannya penggunaan teknik-teknik perencanaan yang tepat dalam suatu wilayah atau daerah agar nantinya tujuan suatu daerah yang bukukan dalam bentuk dokumen perencanaan dapat di implementasikan secara optimal
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
Bagaimanakah teknik analisis SWOT dalam perencanaan pembangunan?
Bagaimanakah teknik statistik dalam perencanaan pembangunan?
Bagaimanakah perencanaan regional dalam perencanaan pembangunan?
Bagaimanakah teknik prediksi dalam perencanaan pembangunan?
Bagaimanakah teknik indikator kinerja dalam perencanaan pembangunan?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulis dalam menyusun makalah ini yaitu megingat akan pentingnya pembangunan pada suatu daerah ataupun wilayah, yang dimana sebuah pembagunan yang baik tak pernah lepas dari perencanaan yang matang serta pengawasan yang baik pula, oleh karena itu dalam tulisan ini kami khususkan untuk:
Mendeskripsikan teknik analisis SWOT dalam perencanaan pembangunan daerah.
Mendeskripsikan teknik statistik dalam perencanaan pembangunan daerah.
Mendeskripsikan teknik perencanaan regional dalam perencanaan pembangunan daerah.
Mendeskripsikan teknik prediksi dalam perencanaan pembangunan daerah.
Mendeskripsikan teknik indikator kinerja dalam perencanaan pembangunan daerah.
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik Analisis Swot
Analisis SWOT lazim digunakan dalam penyusunan sebuah perencanaan, khusunya rencana strategis (Renstra). Teknik Perencanaan ini menjadi populer karena dia dapat menghasilkan suatu strategi pembangunan yang lebih terarah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah atau institusi bersangkutan. Disamping itu, dengan menggunakan teknik SWOT akan dapat pula dihasilkan program dan kegiatan yang lebih tepat untuk merebut peluang yang tersedia maupun untuk mengatasi kelemahan yang dihadapi. Dengan demikian penggunaan analisis SWOT akan dapat menggunakan analisis yang lebih kongkrit dan realistis sesuai dengan kondisi dan situasi yang dimiliki oleh daerah atau institusi bersangkutan. Karena itu tidaklah mengherankan bilamana analisis SWOT ini sangat populer dikalangan aperatur pemerintahan dalam penyusunan rencana pembngunan untuk suatu daerah atau institusi tertentu.
Semula rencana strategis ini umumnya digunakan dalam penyusunan rencana untuk dunia usaha dimana tingkat persaingan sangat tajam. Akan tetapi karena dalam era otonomi daerah persaingan antara suatu daerah dengan daerah lainnya juga sangat tajam dalam mendorong proses pembangunan pada masing-masing daerahnya, maka belakangan ini rencana strategis ini juga sangat populer dalam menyusun rencana pembangunan untuk masing-masing dinas instansi pada tingkat daerah. Aspek lain yang juga mendorong instansi pemerintah untuk menyusun rencana strategis ini adalah karena penyusunan rencana ini lebih terfokus pada aspek-aspek yang bersifat strategis dan langsung mempengaruhi kinerja pembangunan dari dinas dan instansi bersangkutan.
Pengertian Analisis SWOT
Analisis SWOT pada dasarnya merupakan identifikasi berbagai faktor dan unsur penentu pembangunan suatu institusi secara sistematis untuk melakukan evaluasi kondisi lingkup kegiatan bersangkutan dan selanjutnya dapat pula digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan institusi yang tepat sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Dalam penerapannya, institusi yng dimaksud disini dapat berbentuk perusahaan atau dinas dan instansi pemerintah. Analisis SWOT ini didasarkan pada kondisi umum institusi bersangkutan baik yang bersifat internal maupun external guna mencapai tujuan serta visi dan misi yang telah ditetapkan semula oleh para pemangku kepentingan. Kekuatan utama analisis SWOT adalah karena teknik ini dapat melakukan evaluasi secara lebih tajam dan terarah. Kemudian analisis dapat pula digunakan untuk perumusan strategi pembangunan secara sistematis sesuai dengan kondisi dan lingkungan institusi bersangkutan dalam rangka menghadapi kondisi persaingan sesama institusi bersangkutan.
SWOT merupakan singkatan dari perkataan Strength (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threat (ancaman). Keempat unsur ini merupakan aspek penting yang perlu dibahas untuk dapat mengetahui kondisi dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah atau institusi tertentu. Dengan demikian analisis SWOT dapat diartikan sebagai suatu teknik analisis yang menggunakan keempat unsur tersebut sebagai variabel utama dalam melakukan analisis. Analisis SWOT ini berasal dari Ilmu Manajemen (Management Scince) yang diterapkan untuk perumusan pengembangan perusahaan (Freddy Rangkuti, 1997).
Unsur kekuatan dan kelemahan pada dasarnya adalah faktor internal yang berasal dari dalam suatu daerah atau lingkup tugas (TUPOKSI) institusi tertentu. Sedangkan unsur peluang dan ancaman adalah merupakan faktor eksternal yang berasal dari luar daerah atau ruang lingkup tugas tertentu tetapi berpengaruh terhadap masa depan institusi tersebut. Pengelempokan ini perlu diperhatika agar tidak terjadi keraguan atau kebingungan dalam menentukan aspek-aspek yang termasuk atau berkaitan dengan keempat unsur analisis SWOT tersebut.
Kekuatan (Strength) pada dasrnya merupakan kelebihan yang dimiliki oleh suatu daerah dan institusi dibandingkan dengan daerah dan institusi lainnya. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi daerah kekuatan tersebut dapat muncul dalam bentuk kesuburan tanah yamg lebih baik, ptensi sumberdaya alam yang lebih besar, kualitas pendidikan yang lebih baik, kondisi keuangan yang lebih mapan dan lain-lainnya. Analisis akan menjadi lebih kongkrit dan meyakinkan bilamana kekuatan ini dapat dibuktikan secara kuantitatif dengan menggunakan indikator pembangunan dan data tertentu. Misalnya tingkat kesuburan dapat diperlihatkan oleh produktivitas lahan per hektar, potensi sumberdaya alam ditunjukkan oleh jumlah kandungan deposit yang dimiliki, kualitas sumberdaya manusia oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan lain-lainnya.
Kelemahan (Weaknesses) pada dasarnya merupakan kekurangan atau kelemahan yang dimilikioleh suatu daerah atau institusi tertentu dibandingkan dengan daerah dan institusi lainnya. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi, unsur kelemahan ini pada dasarnya merupakan kebalikan dari unsur kekuatan sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian kelemahan dapat muncul dalam bentuk relatif rendahnya tingkat kesuburn lahan, terbatasnya atau relatif kecilnya potensi sumberdaya alam, rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan lain-lainnya. Sama halnya dengan unsur kekuatan, analisis tentang kelemahan ini akan lebih kongkrit dan meyakinkan bilamana dapat didukung oleh data dan informasi yang kuantitatif secara terukur.
Peluang (Opportunities) dapat diartikan sebagai kesempatan dan kemungkinan yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembangunan daerah atau institusi bersangkutan. Sebagaimana telah disinggung terdahulu bahwa peluang ini adalah unsur yang datang dari luar (eksternal), baik dari kondisi ekonomi, sosial, aturan kebijakan dan aturan pemerintah atau karena adanya perubahan teknologi baru. Dalam analisis kondisi sosial ekonomi peluang tersebut dapat muncul dalam bentuk adanya minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap sesuatu hal, meningkatnya daya beli masyarakat, adanya kebijakan dan aturan baru yang dapat memberikan peluang pengembangan atau karena adanya perubahan teknologi dan penemuan produk baru yang dapat mendorong timbulnya kebutuhan baru pula dan lain-lainnya. Sama denga hal terdahulu, analisis akan lebih kongkrit dan lebih tajam bilamana kesemua unsur peluang tersebut dapat dimunculkan dengan data dan informasi kuantitatif sehingga menjadi lebih terukur.
Ancaman (Threat) dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi yang datang dari luar dan dapat menimbulkan kesulitan, kendala atau tantangan yang cukup serius bagi suatu daerah atau institusi tertentu. Ancaman tersebut dapat muncul sebagai akibat kemajuan dan perubahan kondisi sosial ekonomi, perubahan kebijakan dan aturan atau karena terjadinya perubahan pandangan dan kemajuan teknologi. Sebagai contoh, dengan semakin mantapnya pelaksanaan otonomi daerah maka masing-masing daerah akan berlomba-lomba untuk mempercepat proses pembangunan daerahnya masing-masing sehingga terjadi persaingan yang semakin tajam antar daerah berkaitan.
Dengan menggunakan keempat unsur tersebut secara rinci dan kalau mungkin dalam bentuk kuntitatif, maka analisis tentang kondisi sosial ekonomi daerah atau institusi bersangkutan akan semakin jelas dan kongkrit. Karena itulah analisis SWOT ini lazim pula digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi diri (Self Evaluation) terhadap suatu institusi tertentu. Perlu dicatat disini bahwa analisis SWOT ini akan menjadi baik dan dapat dipercaya bilamana penilaian terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman tersebut dilakukan secara jujur tanpa ditutupi atau dinilai secara berlebihan.
Manfaat Analisis SWOT untuk Perencanaan
Secara lebih spesifik, ada dua manfaat utama dari penggunaan analisis SWOT dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Pertama, dengan menggunakan analisis SWOT pembahasan tentang kondisi umum daerah atau suatu institusi akan menjadi lebih tajam dan terarah kepada hal-hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan. Hal ini sangat penting artinya karena kondisi umum (existing condition) adalah merupakan dasar utama penyusunan perencanaan pembangunan. Perumusan perencanaan pembangunan akan menjadi lebih tepat dan terarah bilamna analisis tentang kondisi umum daerah juga dapat dilakukan dengan cara lebih baik dan tajam, dan demikian pula sebaliknya terjadi apabila analisis tentang kondisi umum daerah dilakukan terlalu umum dan tidalk terarah.
Kedua, manfaat selanjutnya dari penggunaan analisis SWOT adalah dapatnya dirumuskan strategi pembangunan daerah sesuai dengan kondisi umum daerah dan institusi bersangkutan. Dengan demikian, perumusan strategi pembangunan daerah menjadi lebih tajam dan terarah sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh daerah dan institusi bersangkutan. Dengan demikian kemungkinan berhasilnya pelaksanaan strategi pembangunan daerah tersebut akan menjadi lebih besar.hal ini sangat penting artinya karena bilamana strategi pembangunan dirumuskan hanya secara umum dan tidak sesuai dengan potensi daerah, maka kemunkinan tercapainya sasaran pembangunan dengan menggunakan strategi tersebut akan menjadi lebih kecil.
Teknik Statistik
Perencanaan pembangunan yang baik adalah yang kongkrit dan terukur. Hal ini sangat diperlukan baik dalam analisis tentang kondisi daerah, arah dan sasaran maupun kebijakan yang akan ditempuh. Untuk keperluan ini diperlukan analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan metode atau teknik statistik yang tidak harus terlalu tinggi dan rumit, tetapi cukup dengan yang sederhana saja dan mudah dimengerti oleh publik. Sangat disadari bahwa hasil perhitungan statistik tidaklah bersifat pasti karena selalu mengandung kemelesetan (error) sekitar 5% sampai 10%. Namun demikian, bila perencanaan hanya dilakukan secara kualitatif dan normatif untuk menghindari kemelesetan tersebut, sehingga penyusunan anggaran serta monitoring dan evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan rencana menjadi sulit dilakukan.
Ilmu statistik itu sendiri dewasa ini ternyata telah berkembang cukup pesat mulai dari yang sederhana sampai yang bersifat sulit dan rumit. Perkembangan ini menyebabkan sudah banyak teknik statistik tersedia yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk penyusunan rencana pembangunan daerah. Pemilihan teknik statistik mana yang akan digunakan sangat ditentukan oleh ketersediaan data, kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk penyusunan rencana. Bila dana tersedia cukup besar, kemampuan perencana cukup tinggi dan data tersedia memadai, maka sebaiknya teknik statistik yang digunakan adalah yang lebih baik walaupun perhitungannya lebih sulit dan rumit. Akan tetapi bilamana dan tersedia terbatas, kemampuan tenaga perencana masih kurang dan data tersedia sangat terbatas, maka sebaiknya digunakan teknik statistik sederhana saja walaupun tingkat kemelesetannya akan lebih tinggi.
Trend Perkembangan
Teknik untuk menaksir dan menganalisis trend perkembangan dari salah satu variable pembangunan daerah pada dasarnya dapat dibagi atas 2 teknik, yaitu:
Teknik Bunga Berganda (Compound Interest)
Kebanyakan penyusun perencanaan pembangunan daerah dimulai dengan menganalisis perkembangan kondisi pembangunan daerah beberapa tahun akhir. Analisa ini dapat dilakukan scra menyeluruh (mikro), sektoral untuk bidang tertentu atau menurut wilayah (regional) kesemua analisis ini sangat diperlukan guna melihat perkembangan masa lalu untuk mengetahui presasi yang telah dicapai serta berbagai permasalahan yanga di adapi oleh pembaunan suatu daerah.
Teknik Regresi Trend.
Bila fluktuasi dari variabel yang di analisa cukup besar, maka analisis tentang perkembangan pembangunan sebaiknya menggunakan teknik regresi trend. Teknik ini dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu: ttren linear dan trend nono linear.
Masing-masing teknik ini mempunyai kelemahan dan kekuatan sendiri dan jenis mana yang akan digunakan tergantung dari jumlah dan kondisi data yang tersedia. Bila data tersedia sangat terbatas, maka teknik Bunga Berganda akan sangat membantu para perencana dalam melakukan analisis. Akan tetapi bilamana data tersedia dalam jumlah yang cukup, maka Teknik Regresi akan dapat memberikan hasil yang lebih baik.
Indeks dan Koefisien
Dalam melakukan analisis terhadap terhadap kondisi umum dan potensi daerah, pembahasan akan menjadi sangat terbantu dan menjadi lebih jelas bila menggunakan beberapa indikator pembangunan yang biasanya ditampilkan dalam bentuk indeks dan koefisien sebagai peralatan analisis. Indeks dan koefisien tersebut dapat dihitung dengan menggunakan teknik statistik sederhan yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Indeks dan koefisien yang sudah cukup populer dan banyak digunakan antara lain adalah: Indeks Pembangunan Manusia (Human Develepment Index, HDI), Tingkat Kematian Bayi (Infant Mortality Rate, IMR), Indeks Harapan Hidup (IHH), Indeks Gini Ratio, Indeks Kapasitas Fiskal dan lain-lainnya.
a. Indeks pembangunan manusia
Indeks pembangunan manusia atau (IPM) muncul sebagai kritikan dan sekaligus perbaikan terhadap penggunaan angka pendapatan perkapita sebagai ukuran kemajuan ekonomi yang berfokus pada aspek ekonomi saja. Sedangkan pembangunan daerah tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, tetapi juga oendidikan dan derajat kesekatan masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini mincullah IPM yang merupakan indeks dari komunikasi tiga unsur penting dalam pembangunan yaitu : daya beli yang ditentukan oleh tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan dan derajat ksahatan masyarakat.
b. Elastisitas kesempatan kerja
Elastisitas kesempatan kerja salah satu indeks yang bermanfaat untuk menyediakan jumlah lapangan kerja sebagai hasil peningkatan investasi. Indeks ini sangat penting nantinya dalam menyusun rencana pembangunan karena penyediaan lapangan kerja merupakan salah satu sasaran pembangunan, sedangkan peningktan investasi baik pemerintah maupun swasta adalah merupaka alat utama dalam kebijakan pembangunan.
c. Koefisien Gini
Koefisien dini adalah metode yang cukup terkenal untuk mengukur distribusi pendapatan nasioanal dalam masyarakat. Metode ini diciptakan oleh seorang ahli statistik di italia bernama corrdo gini, gini menghitung tingkat kesenjangan pendapatan personal secara agregatif yang diterima diatas tingkat tertentu.
d. Incremental caital output ratio (ICOR)
Koefisien ICOR merupakan alah satu teknik yang populer dalam menyusun rencana pembangunan. Pengertian ICOR secara ringkas adalah suatu koefisien yang menunjukkan tambahan kapital yang diperlukan untuk mencapai peningkatan suatu produksi tertentu.
Teknik Perencanaan Regional
Dalam menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah yang baik, diperlukan bebarapa teknik perencanaan khusus di bidang perencanaan regional. Alasannya adalah bahwa teknik perencanaan yang biasanya dipakai dalam penyusunan perencanaan pembanguna nasional banyak yang tidak sesuai dengan kondisi dan struktur pembangunan daerah dimana aspek ruang (Space) dan perbedaan potensi pembanguna antar wilayah merupaka unsur yang sangat penting. Dengan menggunakan teknik perencanaan regional ini diharapkan penyusunan rencana menjadi lebih tepat dan terarah. Tenik perencanaan regional yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah antara lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah, Indeks Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share Analysis, Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.
Koefisien Lokasi
Dalam melakukan analisis terhadap kondisi umu daerah dan perumusan strategi pembangunan yang tepat dan terarah, pertanyaan pokok yang selalu muncul adalah apa potensi pembangunan utama yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Pertanyaan ini sangat penting artinya karena analisis kondisi umum daerah harus dapat memunculkan analsis tentang potensi utam ekonomi daerah secara sektoral dan kalau dapat sampai ke tingkat komoditi.
Indeks Ketimpanagan Pembangunan Regional
Kenyataan umum hampir di semua Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah cukup besar. Hal ini dipicu oleh beberapa hal antara lain: perbedaan potensi daerah yang sangat besar, perbedaan kondisi demografis dan ketenagakerjaan.
Penggunaan Theil Index sebagai ukuran ketimpangan mempunyai kelebihan tertentu. Pertama, dapat menghitung ketimpangan dalam daerah dan antar daerah secara sekaligus, sehingga cakupan analisa menjadi lebih luas.
Shift-Share Analysis
Metode Shift-Share adalah salah satu teknik analisis dalam ilmu Ekonomi Regional yang bertujuan untuk mengetahui factor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Klassen Typology
Sebagai implikasi dan perbedaan struktur dan potensi ekonomi wilayah, pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu sama lainnya.
Kebijakan dan program untuk daerah yang mempunyai pertumbuhan ekonomi cepat tentunya tidak akan sama dengan kebijakan dan program untuk daerah yang bertumbuh lambat atau bahkan stagnasi. Karena itu, pengelompokkan daerah menurut struktur pertumbuhan dan tingkat pembangunan akan sangat penting.
Pengelompokkan daerah menurut struktur daerah dan tingkat pmbangunan ini antara lain dapat digunakan dengan menggunakan Matrix Klassen Typology. Dalam hal ini, pengelompokkan daerah dilakukan dengan 2 indikaor utama yaitu: laju pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita.
Teknik Prediksi
Perencanaan pembangunan yang meyangkut masa depan yang mana kondisinya belum d ketahui sama sekali. Namun demikian untuk keperluan penyusunan perencanaan yang baik dan terukur, masa depan tersebut perlu dierkirakan kondisiya agar strategi dan kebijakan dapat ditentukan secara lebih tepat dan terarah. Karena itu penyusunan proyeksi atau prediksi tersebut memerlukan teknik dan metode tertentu yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan tersendiri.
Bagian ini membahas berbagai teknik prediksi yang bersifat praktis berdasarkan pengalaman dalam penyusunan perencanaan pemangunan di masa lalu. Teknik prediksi ini pada dasarnya adalah sederhana, tetapi bnyak terpakai dalam praktek penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Teknik prediksi yang akan dibahas meliputi Teknik Regresi Trend, baik liniear maupun non linear, Teknik Sebab dan Akibat, teknik Rata-Rata Bergerak (Moving Average) dan Model Pertumbuhan Harrod Domard.
Teknik Prediksi Trend
Prediksi dengan menggunakan Teknik Regresi Trend didasarkan pada sudut pandang bahwa perkiraan masa datang akan sangat ditentukan oleh kenyataan yang terjadi pada masa lalu. Bila kenyataan masa lalu menunjukkan bahwa perkembangan suatu aspek pembangunan cukup cepat, maka prediksi masa datang juga akan menunjukkan perkembangan dengan tendensi yang hampir bersamaan.
Teknik Prediksi Sebab Akibat
Untuk mengatasi kelemahan yang terdapat pada teknik prediksi trend, muncul teknik prediksi lain yang didasarkan pada hubungan sebab dan akibat dalam sebuah fungsi. Dalam hal ini prediksi masa datang didasarkan pada hubungan sebab dan akibat yang terjadi di masa lalu. Dengan demikian, factor yang dijadikan sebagai dasar utama prediksi tidak lagi hanya waktu, tetapi oleh berbagai variable yang berkaitan erat dengan unsur yang akan diprediksi.
Teknik Rata-Rata Bergerak
Bila teknik prediksi trend dan model sebab dan akibat tidak tidak dapat memberikan hasil yang meyakinkan, dapat pula digunakan teknik yang lain yaitu metode rata-rata bergerak (Moving Average). Teknik ini lazim digunakan bilamana fluktuasi data antar waktu cukup tinggi sehingga penggunaan metode trend kurang dapat memberikan hasil yang logis dan cenderung tidak stabil. Karena itu diperlukan teknik alternative prediksi lain yang lebih sesuai dengan kondisi data yang ada, yaitu teknik prediksi Moving Average yang juga lazim dan banyak muncul dalam literatur Ilmu Statistik.
Pediksi dengan teknik Moving Average didasarkan pada nilai rata-rata beberapa tahun yang lalu yang kemudian digerakkan kemuka untuk melakukan prediksi periode waktu selanjutnya.
Namun demikian, kelemahan yang cukup serius dari teknik Simple Moving Average adalah karena metode ini memberikan penimbang rata-rata sama dalam menghitung nilai rata-rata untuk setiap observasi. Sedangkan kenyataan menunjukkan bahwa data-data untuk beberapa tahun terakhir akan lebih menentukan nilai prediksi di masa mendatang.
Teknik Prediksi Dekomposisi
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam melakukan prediksi dengan menggunakan metode trend (Time Series) dalam jangka panjang seringkali data yang dipakai mengandung variasi musim (Seasonal variation) dan fluktuasi siklus (Cyclical Fluctuation) yang cukup besar. Variasi musim dan fluktuasi siklus ini terjadi secara berulang-ulang dalam periode waktu tertentu. Karena itu, dalam melakukan prediksi yang lebih tepat, kedua unsur variasi dan fluktuasi ini perlu dipertimbangkan secara eksplisit dalam model yang akan digunakan.
Model prediksi yang dapat memasukkan secara eksplisit aspek variasi musim dan fluktuasi siklus tersebut adalah metode Dekomposisi (Decompotition Method) sebagaimana yang dijelaskan dalam Makridakis dan Wheelwreight (1978) serta Gaynor dan Kirkpatrick (1994).
Teknik Prediksi ARMA
Tidak dapat disangkal bahwa teknik prediksi trend yang menggunakan system Time Series ternyata mempunyai kelemahan yang juga sangat serius yaitu cenerung berlebihan (overestimate) karena didasarkan pada tingkat pertumbuhan yang biasanya cukup tinggi dan fluktuatif.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, dilakukan penggabungan dari kedua metode ini dan menghasil suatu metode gabungan yang disebut sebagai Metode Prediksi ARMA. Istilah ARMA merupakan singkatan dari dua metode statistic yaitu Autoregressive Moving Average. Metode Autoregressive (AR) pada dasarnya adalah sama dengan metode trend (Time Series) didasarkan pada tingkat pertumbuhan (slope dari garis regresi). Namun demikian terdapat sedikit erbedaan yaitu Autoregressive Model tidak memformulasikan persamaan dengan fungsi waktu, tetapi dalam bentuk persamaan dengan menggunakan “time lack” pada masing-masing data.
Teknik Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Harrod Domar
Sebagaimana terlihat dari namanya, teknik prediksi ini didasarkan pada Model Harrod-Domar yang umum terdapat dalam buku ajar Teori Ekonomi Makro. Dalam hal ini, unsur penentu utama pertumbuhan ekonomi adalah investasi (I) dan jelas teknologi yang digunakan dalam melakukan kegiatan produksi. Jenis teknologi yang digunakan tercermin dari nilai koefisien ICOR (Incremental Capital-Output Ratio)yang digunakan pada daerah atau Negara bersangkutan.
Teknik Indikator Kinerja
Teknik indikator kinerja atau teknik indikator kinerja utama (IKU) atau ukuran kinerja terpilih (key performance indicators, KPI) adalah teknik metric finansial ataupun nonfinansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi yang terdapat dalam perencanaan.
Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang terukur scr konkret shg sasaran yang dicapai menjadi jelas. Perencanaan yang terukur mempunya target dan sasaran scr kuantitatif, shg lebih mudah melaksanakan, memonitoring, evaluasi thd kinerja pelaksanaan rencana pembangunan. Sasaran dan target yang terukur sering kali tidak tepat karena perubahan tidak terduga, tetapi masih lebih baik daripada hanya bersifat normatif dan kualitatif.
Definisi indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan (BPKP, 2000). Sementara menurut Lohman (2003), indikator kinerja (performance indicators) adalah suatu variabel yang digunakan untuk mengekspresikan secara kuantitatif efektivitas dan efisiensi proses atau operasi dengan berpedoman pada target-target dan tujuan organisasi. Jadi jelas bahwa indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu.
Indikator kinerja (performance indicator) sering disamakan dengan ukuran kinerja (performance measure). Namun sebenarnya, meskipun keduanya merupakan kriteria pengukuran kinerja, terdapat perbedaan makna. Indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja, sehingga bentuknya cenderung kualitatif. Sedangkan ukuran kinerja adalah kriteria kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sehingga bentuknya lebih bersifat kuantitatif. Indikator kinerja dan ukuran kinerja ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, dan strategi.
Performance indicators –merupakan alat yang dapat membantu perencana dalam mengukur perubahan yang terjadi dalam proses pembangunan (Dadang Solihin,2008). Indikator adalah ukuran dari suatu kegiatan dan kejadian yang berlangsung pada suatu negara atau daerah. Berat bayi berdasarkan umur adalah indikator bagi status gizi bayi; Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) indikator kesehatan masyarakat; Indeks Pembangunan Manusia (IPM) indikator kualitas pembangunan SDM. Indikator adalah angka statistik dan hal yang normatif yang menjadi perhatian para perencana yang dapat membuat penilaian ringkas, komprehensif dan berimbang thd kondisi atau aspek penting pada suatu masyarakat.
Indikator kinerja –uraian ringkas dengan menggunakan ukuran kuantitatif atau kualitatif yang mengindikasikan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan pembangunan yang telah disepakati dan ditetpkan sebelimnya dalam perencanaan (Dadang Solihin, 2008)
Indikator Kinerja Dlm Sistem Perencanaan Pembangunan
Fungsi Indekator Kinerja
Memperjelas tentang : what, how, who and when suatu program dan kegiatan dilakukan;
Menciptakan konsensus yang dibangun oleh pihak yang berkepentigan dg pembangunan (stakeholders);
Membangun landasan yang jelas untuk pegukuran dan analisis pencapaian sasaran pembangunan;
Sebagai alat utk melakukan evaluasi terhadap kinerja pembangunan yang telah dapat dilaksanakan dalam periode waktu tertentu
Manfaat Indikator Kinerja
Sebagai alat penilaian terhadap keberhasilan (kinerja) pelaksanaan pembangunan suatu negara atau daerah, baik pada tahap perencanaan (ex-ante), pelaksanaan (on- going) maupun setelah program-program selesai dilaksanakan (ex-post).
Konsep IK bermanfaat sbg alat ukur dalam melaksanakan evaluasi kegiatan instansi pemerintah dan dalam pelaksanaan pembangunan untuk periode tertentu.
Jenis Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Makro - kebehasilan pelaksanaan pembangunan yang bersifat menyeluruh atau lintas program dalam suatu negara atau daerah tertentu.
Indikator Kinerja Program dan Kegiatan– keberhasilan pelaksanaan suatu program dan kegiatan tertentu saja.
Indikator Kinerja Makro Menurut Jenis (Ekonomi)
Indikator Kinerja Program dan Kegiatan
Pengukuran Indikator Kinerja
Indikator Kinerja Input
Indikator ini mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran (dana), SDM, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan. Dengan meninjau distribusi sumberdaya dapat dianalisis apakah alokasi sumberdaya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana stratejik yang ditetapkan
Contoh:
1.Jumlah dana yang dibutuhkan
2.Tenaga yang terlibat
3.Peralatan yang digunakan
4.Jumlah Bahan yang digunakan
Indikator Kinerja Output
Dengan membandingkan keluaran dapat dianalisis apakah kegiatan yang terlaksana sesuai dengan rencana. Indikator Keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu kegiatan apabila tolok ukur dikaitkan dengan sasaran kegiatan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu indikator ini harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan instansi.
Contoh:
1.Jumlah jasa/kegiatan yang direncanakan
– Jumlah orang yang diimunisasi / vaksinasi
– Jumlah permohonan yang diselesaikan
– Jumlah pelatihan / peserta pelatihan
– Jumlah jam latihan dalam sebulan
2.Jumlah barang yang akan dibeli/dihasilkan
– Jml pupuk/obat/bibit yang dibeli
– Jumlah komputer yang dibeli
– Jumlah gedung /jembatan yang dibangun meter panjang
– jalan yang dibangun/rehab
Indikator Kinerja Outcome
Pengukuran indikator Hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator Keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik belum tentu secara outcome kegiatan telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome instansi dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat.
Contoh:
Ukuran Kinerja Indikator Outcome
1. Jumlah/ % hasil langsung dari kegiatan
– Tingkat Pemahaman peserta terhadap materi pelatihan
– tingkat kepuasan dari pemohon/pasien (costumer)
– kemenangan tim dlm setiap pertandingan
2. Peningkatan langsung hal-hal yang positif
– kenaikan prestasi kelulusan siswa
– peningkatan daya tahan bangunan
– Penambahan daya tampung siswa
3. Penurunan langsung hal-hal yang negatif
– Penurunan Tingkat Kemacetan
– Penurunan Tingkat Pelanggaran Lalu lintas
Indikator Kinerja Benefit
Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indicator hasil/outcome. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan panjang. Indikator manfaat menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu, lokasi, dana dll)
Contoh:
1.Peningkatan hal yang positif dlm jangka menengah dan jangka panjang
– % Kenaikan Lapangan kerja
– Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
2. Penurunan hal yang negatif dlm jangka panjang
– Penurunan Tingkat Penyakit TBC
– Penurunan Tingkat Kriminalitas
– Penurunan Tingkat Kecelakaan lalulintas
Indikator Kinerja Dampak
Indikator ini memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Seperti halnya indikator manfaat, indikator dampak juga baru dapat diketahui dalam jangka waktu menengah dan panjang. Indikator dampak menunjukkan dasar pemikiran kenapa kegiatan dilaksanakan, menggambarkan aspek makro pelaksanaan kegiatan, tujuan kegiatan secara sektoral, regional dan nasional.
Contoh:
1. Peningkatan hal yang positif dlm jk panjang
– % Kenaikan Pendapatan perkapita masyarakat
– Peningkatan cadangan pangan
– Peningkatan PDRB sektor tertentu
2. Penurunan hal yang negatif dlm jk panjang
– Penurunan Tingkat kemiskinan
– Penurunan Tingkat Kematian
Pengembangan Indikator Kinerja
Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:
Biaya pelayanan (cost of service)
Indikator biaya biasanya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya biaya per unit pelayanan. Beberapa pelayanan mungkin tidak dapat ditentukan biaya unitnya,karena output yang dihasilkan tidak dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang diberikan. Untuk kondisi tersebut dapat dibuat indicator kinerja proksi, misalnya belanja per kapita.
Penggunaan (utilization)
Indikator penggunaan pada dasarnya membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan (supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator ini harus mempertimbangkan preferensi publik, sedangkan pengukurannya biasanya berupa volume absolut atau persentase tertentu, misalnya persentase penggunaan kapasitas. Contoh lain adalah rata-rata jumlah penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang digunakan pada tiap-tiap jalur.
Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)
Indikator kualitas dan standar pelayanan merupakan indicator yang paling sulit diukur, karena menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Penggunaan indicator kualitas dan standar pelayanan harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terlalu menekankan indicator ini justru dapat menyebabkan kontra produktif. Contoh indicator kualitas dan standar pelayanan misalnya perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.
Cakupan pelayanan (coverage)
Indikator cakupan pelayanan perlu dipertimbangkan apabila terdapat kebijakan atau peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.
Kepuasan (satisfaction)
Indikator kepuasan biasanya diukur melalui metode jajak pendapat secara langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi masyarakat (need assessment), dapat juga digunakan untuk menetapkan indicator kepuasan. Namun demikian, dapat juga digunakan indicator proksi misalnya jumlah komplain. Pembuatan indicator kinerja tersebut memerlukan kerja sama antar unit kerja.
Persyaratan Indikator Kinerja:
Indikator kinerja bisa berbeda untuk setiap organisasi, namun setidaknya ada persyaratan umum untuk terwujudnya suatu indikator yang ideal.
Menurut Palmer (1995), syarat-syarat indikator yang ideal adalah sebagai berikut:
Consitency. Berbagai definisi yang digunakan untuk merumuskan indicator kinerja harus konsisten, baik antara periode waktu maupun antar unit-unit organisasi.
Comparibility. Indikator kinerja harus mempunyai daya banding secara layak.
Clarity. Indikator kinerja harus sederhana, didefinisikan secara jelas dan mudah dipahami.
Controllability. Pengukuran kinerja terhadap seorang manajer publik harus berdasarkan pada area yang dapat dikendalikannya.
Contingency. Perumusan indikator kinerja bukan variabel yang independen dari lingkungan internal dan eksternal. Struktur organisasi, gaya manajemen, ketidakpastian dan kompleksitas lingkungan eksternal harus dipertimbangkan dalam perumusan indikator kinerja.
Comprehensiveness. Indikator kinerja harus merefleksikan semua aspek perilaku yang cukup penting untuk pembuatan keputusan manajerial.
Boundedness. Indikator kinerja harus difokuskan pada faktor-faktor utama yang merupakan keberhasilan organisasi.
Relevance. Berbagai penerapan membutuhkan indicator spesifik sehingga relevan untuk kondisi dan kebutuhan tertentu.
Feasibility. Target-target yang digunakan sebagai dasar perumusan indikator kinerja harus merupakan harapan yang realistik dan dapat dicapai.
Selain itu ada persyaratan indikator kinerja selain diatas, yaitu dengan SMART:
SPESIFIC-jelas, tidak mengundang multi interpretasi atau tidak membingungkan.
MEASUREABLE-dapat diukur secara kuantitatif (minimal prosentase) capaian sehingga memperlihatkan keberhasilan secara nyata (“What gets measured gets managed”)
ATTAINABLE-dapat dicapai dg biaya yang cukup wajar dan logis (reasonable cost using and appropriate collection method)
RELEVANT (information needs of the people who will use the data)
TIMELY-tepat waktu baik dalam pelaksanaan program dan kegiatan maupun waktu pelaporan hasil evaluasi (collected and reported at the right time to influence many manage decision)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam perencanaan pembangunan daerah diperlukan teknik-teknik perencanaan yaitu:
Teknik Analisis SWOT, manfaat utama dari penggunaan analisis SWOT dalam penyusunan perencanaan pembangunan yakni pembahasan tentang kondisi umum daerah atau suatu institusi akan menjadi lebih tajam dan terarah pada hal yang berkaitan langsung dengan penyusunan perencanaan dapat dirumuskan strategi pembangunan daerah sesuai dengan kondisi umum daerah dan institusi bersangkutan.
Teknik Statistik. Pemilihan ditentukan oleh ketersediaan data, kemapuan teknis yang dimiliki oleh para perencana dan dana yang tersedia untuk penyusunan rencana.
Teknik Perencanaan Regional, yang banyak terpakai dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah antara lain adalah: Koefisien Lokasi (Locatioan Quotient), Indeks Konsentrasi Wilayah, Indeks Ketimpangan Pembangunan regional (Regional Disparity), Shift Share Analysis, Klassen Typology, Model Gravitasi dan Lowry Model.
Teknik Prediksi, pada dasarnya adalah sederhana, tetapi bnyak terpakai dalam praktek penyusunan perencanaan pembangunan daerah, meliputi Teknik Regresi Trend, baik liniear maupun non linear, Teknik Sebab dan Akibat, teknik Rata-Rata Bergerak (Moving Average) dan Model Pertumbuhan Harrod Domard.
Teknik indikator kinerja bagi perencanaan pembangunan daerah adalah untuk mengukur kinerja selama ini yang telah dicapai suatu organisasi dari berbagai aspek dan kemudian mendaikannya sebagai bentuk pedoman dalam merencanakan masa depan daerah agar tercipta kinerja yang lebih maksimal.
Saran
Adapun saran penulis yaitu bahwa makalah ini tidak mutlak menjadi sumber yang paling benar. Pembaca bisa menggunakan sumber bacaan lain untuk mencari referensi terkait teknik perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah yang baik adalah dengan menggunakan teknik yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
BPKP, Robertson, Gordon. 2000. Review Kinerja Lokakarya Revie Kinerja. Jakarta: Executive Education, 2002.
Dadang Solihin. 2008. Penyusunan Indikator Kinerja dan Anggaran Berbasis Kinerja. DEPUTI IV BPKP
Gaynor, P. E., and R. C. Kirk Patrick. 1994. Time Series Modelling and Forecasting in Bussines and Economics. Newyork: McGraw Hill
Lohan. 2003. Public Sector Accounting. 4th Edition. London: Pitman Publishing.
Palmer., et al. 1995. The Role of Service Efforts and Accomplishments Reporting in Total Quality Management: Implications for Accountants. Accounting Horizons. Vol.8 No.02. June 1994. pp.25-43
Rangkuti, Freddy. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. Tenteng Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
4