Academia.eduAcademia.edu

MENGENAL AQIDAH DAN AKHLAK ISLAMI

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Editor: Dedi Wahyudi, M.Pd.I dan Muhammad Ali, M.Pd.I. Penulis: Afidiah Nur Ainun, dkk MENGENAL AQIDAH DAN AKHLAK ISLAMI Editor: Dedi Wahyudi, M.Pd.I dan Muhammad Ali, M.Pd.I. Penulis: Afidiah Nur Ainun; Ahmad Fatkhul Fuadi; Amirotul Amjad; Anisa Khusnul Khotimah; Artika Dewi Silvia Ningrum; Atika Fauziah; Bahari Aziz; Dedi Wahyudi; Aprilia Nur Tresya Wati; Muhammad Ali; Hanifah Mifta Husa’adah; M.Rizki Darmawan; Maharani Muzdalifah; Marchantika Rani Setiawati; Mega Mulya; Miftahul Khoiriyah; Desi Tria Ambar Sari; Dwi Rahayu; Evi Yunita; Muhammad Bayu; Nienty Oktavian; Ni’mah cahya Ningrum; Nurul Hanifah; Pita Rosalina; Ria Dina Maghfiroh Izzani; Fadhilla Addini; Fitri Nursanti; Rizki Tiara Nisa; Robitoh Woro Utari; Siti Rustiana; Silviana Tri Novita Sari; Tania Hela Aldila; Trisca Zunita; Intan Verentia Saputri; Leni Novia; Ujang Nirmala; Viviani; Wahidatur Rofi`Ah; Wulan Suci; Yeni; Zahrotun Nada; Afifuddin Ahmad Robbani; Ambar Wati; Ambarwati; Amelia Eka Suci; Ami Sulistiowati; Anisa Rahmawati; Chias Fenti Pafilla; Citra Lestari; Dedek Irawan; Desi Kurniawati; Desi Rahmawati; Desinta Yunianti; Dwi Ria Latiffah; Dwi Setiana; Eriko Setiawan; Fika Dzakiroh; Hamdiah; Hanifah; Juanda Belian Gara; Kurnia Dwi Maranti; Lia Ayu Fadillah; Lia Martha Ayunira; M. Yusril Hardian; Nia Anggraini; Ninda Sari; Nur Arianto; Nur Vila Dwi Fatmawati; Nurmala Dewi; Pevi Tika Sari; Richo Fernando; Rika Mahlisa; Sri Anjani; Tia Indrianti; Tiya. S; Yuliana Sari; Zulvanil Azizah; Alfiah; Almas ii Laitani; Andriyansah; Aprillia Anggi Astuti; Ari Permana; Avifatur Rofiah; Desi Wulansari; Devi Novitasari; Dewi Arya Ningsih; Dian Ayu Novita; Elma Mei Susana; Farhan Hamid; Fina Oktafiani; Hajar Rifai; Hunaifi Ahmadi; Keni Luwiski; Khairol Dwi Cahyanti; Kiki Eka Rasanti; Lia Dewi Rohyani; M Sofyan Aziz; Muhamad Cholivatur Rohman Asid; Nabila Tri Setiyani; Nia Amaruda; Nurul Ikhsanti; Pangesti Prastiya Ningsih; Rani Eka Damayanti; Ria Handayani; Rosyidatun Nisa; Samsudin; Septiana Ayu Saputri; Siti Sholikah; Sofie Primarani; Tika Setiyani; Tri Khusnul Khotimah; Trimala Sari; Tripitasari; Uswatun Hasanah; Violita Rahmawati; Yuniati; Agus Fatoni; Asna Komariyah; Chindy Raisica Sabilla; Dela Harika Yanti; Deny Setiawan; Devi Oktaliana; Dwi Luluatul Azizah; Dwita Ratnasari; Elmi Yukesih; Emamiftahul Jannah; Fajar Rismawati; Fitriana Rahma Sari; Gutus Yusmita; Hawa Failasifa Salsabila; Hendrik Yulianto; Husnul Hamidiyah; Ika Dharmawati; Lailul Nur Kholifah; Lefi Lestari; Linda Agus Silfiyani; Linda Agustina; Luluk Atul Lutvia; Miftahul Jannah; Nanda Septa Haryono; Nanik Ambarwati; Nurhasanah; Siska Amelia; Siti Umayah; Tuti Hanifiah; Vrendi Selamet Riyanto; Yayi Sekar Sari; Yuli Yanti; Yuli Yanto; Afifah Wardani; Ahmad Sofyan Jamroni; Anggraeni Nuramalliawati; Annisa Adetacia Ningrum; Azas Sabidin; Bima Fandi Asy`Arie; Dedi Irawan; Devi Silviana Sari; Dewi Istiana; Dewi Latifah; Dewi Puspita Sari; Eka Wuri Rahayu; Fany Safitri; Febry Hermawanto; Feni Mustikasari; Ilham Dewa Pratama; Ira Merda Sari; Lili Nur Indahsari; Luthfi Nadiyati; M Khafi Ahsan; M. Bahrul Ulum; Muflikhatu Solikhah; Muhamad Fahmi iii Syaifudin; Muhamad Ridwan; Muhammad Astori Mahartoni; Nadya Ramadhani Putri; Nalar Renaldo; Nugroho Noto Suseno; Nur Wasilatul Mahmudah; Restu Luvi Pratiwi; Retno Ajeng Sagita; Retno Setiawati; Ririn Setiyowati; Rusman Safei; Sifa Siti Patonah; Siti Fatonah; Yoga Saputra; Yusup Ardiansah; Adi Prasetyo; Aliyah Mereta Dewi; Andriyansah; Anggi Nadia Sari; Anis Umu Rosidah; Apriyanti; Dila Santika; Eka Widia Wati; Ema Oktafiani; Eriska Yuliana; Faris Fathurrohman; Fitri Anjar Wulan; Halimatu Sa`Diah; Irfan Rizqi Pratama; Ivatul Mukarromah; M Samsu Rizal; M. Khanifa Rizki.N; M. Khotibul Umam; M. Safaat Abdul Ghofur; Maya Desmayanti; Mefrian Anwar; Mey Nurofi`Ah; Muhammad Burhanuddin Yusuf; Muhammad Nurohman; Muhammad Rizal Maksum; Muslihhudin; Rafika Indrasari; Refsi Anggola; Reka Safitri; Rita Ariani; Sefta Dwi Setia; Siti Nur Khotimah; Tri Yusnita; Ulfatul Masruroh; Winda Yulia Mustika; Yusuf Zakarsi Efendi; Zariyah Agustina MENGENAL AQIDAH DAN AKHLAK ISLAMI Oleh : Afidiah Nur Ainun, dkk Editor : Dedi Wahyudi, M.Pd.I Muhammad Ali, M.Pd.I. Metro, Cet. I, Desember 2018 523 hlm; 14.8 cm x 21 cm Penerbit : CV. IQRO Alamat Penerbit : Jl. Jend. A. Yani No.157 15A Iring Mulyo, Kota Metro, Lampung ISBN : 978-602-5533-18-1 iv Judul MENGENAL AQIDAH DAN AKHLAK ISLAMI Penulis : Afidiah Nur Ainun, dkk Editor : - Dedi Wahyudi, M.Pd.I - Muhammad Ali, M.Pd.I. Desain Cover : Tim Pegiat Aksara - Refsi Anggola - Mukhammad Khoirul Effendi - Fajar Ikhwanusofa - Muslihhudin Penerbit : CV. IQRO Alamat Penerbit : Jl. Jend. A. Yani No.157 15A Iring Mulyo, Kota Metro, Lampung Kode Pos 34111 Telp: 081379404918 Email: [email protected] Web: www.iqrometro.co.id ISBN : 978-602-5533-18-1 Mengenal Aqidah dan Akhlak Islami by Afidiah Nur Ainun, et.al is licensed under Creative Commans AttributionNonCommercial-ShareAlike 4.0 International License v Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). vi Kami Persembahkan Karya Ini Untuk: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Metro vii Pengantar Editor Segala puji bagi Allah Yang Maha Cerdas dan Maha Terpuji di dunia dan di akhirat yang memiliki asmaul husna. Kemudian, semoga Allah melimpahkan shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan atas keluarganya dan umatnya sesuai dengan derajat dan kedudukannya yang tinggi dan semoga Allah menjadikan kita bersama mereka semua. Penulisan buku ini dimaksudkan sebagai hasil produk mata kuliah Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya semester ganjil tahun 2018-2019 jurusan Pendidikan Agama Islam kelas A-F. Buku ini ditulis oleh beberapa mahasiswa yang tentunya menggunakan kacamata berbeda dan gaya penulisan yang berbeda juga. Namun, secara teknis kami menyatukan dalam sebuah gaya selingkung yaitu Chicago Manual of Style 17th edition (full note) dengan manajemen sitasi zotero dan menggunakan plagiarism checker secara online. Banyak pihak yang terlibat dalam penyelesaian buku yang sederhana ini. Maka kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak: keluarga, sahabat, kolega, mitra, mahasiswa, guru-guru kami, dan seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penulisan buku ini. Khususnya kepada Ibu Dr. Hj. Akla, M.Pd dan Bapak Drs. H. Zuhairi, M.Pd yang telah memberikan semangat luar biasa dalam perjalanan ilmiah kami hingga sekarang ini. Terinspirasi dari guru-guru dan kyai-kyai kami serta ulama-ulama pada masa lalu hingga sekarang yang telah viii mengijinkan karya-karyanya untuk dibaca, dipelajari, dipahami, dikembangkan, dikritik, dan dapat diakses secara bebas dan naskah lengkah. Maka, dengan mengharap ridho dan berkah dari Allah SWT kami niatkan untuk mewakafkan buku ini dalam bentuk buku elektronik agar dapat dengan mudah diakses, dibaca, dipahami, dipelajari, dikritik, dikutip, dan disebarluaskan. Ingsyallah jika masih ada umur dan kesempatan kami akan menerbitkan buku seri Aqidah Akhlak dan Pembelajarannya berikutnya serta semoga dapat diwakafkan juga ebook-nya. Adapun bagi yang menginginkan buku edisi cetak atau hardcopy silahkan dapat membeli melalui kami atau agen-agen kami dengan harga yang telah ditentukan. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan program dan buku ini. Semoga buku ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua. Metro, Desember 2018 Tim Editor Dedi Wahyudi, M.Pd.I dan Muhammad Ali, M.Pd.I. ix DAFTAR ISI Pengantar Editor ....................................................... viii Daftar Isi ........................................................................ x Aqidah - Memahami Rukun Iman dalam Islam.................. 1 - Memahami Iman Kepada Allah .......................... 15 - Memahami Iman Kepada Malaikat .................... 26 - Memahami Iman Kepada Kitab .......................... 41 - Memahami Iman Kepada Rasul ......................... 50 - Memahami Iman Kepada Hari Akhir ................ 59 - Memahami Iman Kepada Qada dan Qadar....... 73 Akhlak 1 - Memahami Akhlak .............................................. 90 - Memahami Akhlak Terpuji ............................... 104 - Sikap Hikmah ..................................................... 118 - Sikap Iffah ........................................................... 128 - Sikap Syaja’ah ..................................................... 139 - Sikap ‘Adalah ..................................................... 147 - Sikap Syukur ...................................................... 160 - Sikap Qana’ah..................................................... 169 - Sikap Ridha atau Sabar ...................................... 182 - Sikap Husnudzan ............................................... 198 - Sikap Raja’........................................................... 215 - Sikap Tobat ......................................................... 227 - Sikap Amal Shaleh ........................................... 240 - Sikap Toleransi ................................................... 255 - Sikap Musawah .................................................. 267 - Sikap Ukhuwwah............................................... 276 x - Sikap Rukun ....................................................... 287 Sikap Kompetisi dalam Kebaikan..................... 297 Sikap Optimis ..................................................... 307 Sikap Dinamis..................................................... 317 Sikap Inovatif...................................................... 331 Sikap Kreatif ....................................................... 345 Sikap Berilmu ..................................................... 356 Sikap Kerja Keras ............................................... 370 Sikap Hidup Bersih ............................................ 386 Sikap Kasih Sayang ............................................ 397 Akhlak 2 - Memahami Akhlak ............................................ 411 - Memahami Akhlak Tercela ............................... 419 - Sikap Licik .......................................................... 428 - Bunuh Diri .......................................................... 441 - Sikap Hubbud adDunyaa .................................. 452 - Sikap Hasad ........................................................ 470 - Sikap Ujub dan Takabur .................................... 485 - Sikap Riya’ .......................................................... 501 - Sikap Tamak ....................................................... 513 xi MEMAHAMI RUKUN IMAN DALAM ISLAM Afidiah Nur Ainun, Ahmad Fatkhul Fuadi, Amirotul Amjad, Anisa Khusnul Khotimah, Artika Dewi Silvia Ningrum, Atika Fauziah, dan Bahari Aziz A. Pengertian Rukun Iman Sebelum membahas mengenai Rukun iman penulis akan menguraikan apakah yang dimaksud dengan iman, secara etimologi iman berasal dari bahasa Arab yaitu ―amina-yu‘minu-imanan‖ yang berarti percaya. Kaitannya dengan aqidah, iman mengandung makna AlTashdiq yakni pembenaran terhadap suatu hal, yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun karena iman terletak dalam hati yang hanya dapat dikenali secara pribadi. Sedangkan secara syara, iman diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran Nabi Muhammad SAW, yakni beriman kepada Allah SWT, para malaikat, para nabi, para rasul, hari kiamat, qadh dan qadar. Dengan demikian definisi iman menurut terminologi ialah keyakinan yang tertanam dalam hati, diikhrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Dalam hal ini iman merupakan kesatuan dan keselarasan antara hati, lisan atau ucapan dan tingkah laku atau perbuatan terhadap segala hal yang dibawa oleh Rasulullah SAW.1 Pengertian iman secara istilah ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh 1 Dindin Moh Saepudin and M Solahudin, ―Iman dan Amal Saleh Dalam Al-Qur‘an (Studi Kajian Semantik)‖ (2017): 11. 1 bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang rukun iman.2 Berikut pengertian iman menurut beberapa aliran: Aliran Khawarij berpandangan bahwa iman adalah tidak semata-mata percaya kepada Allah SWT, mengerjakan segala perintah dan kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan. Segala perbuatan yang berbau religius termasuk di dalamnya masalah kekuasaan adalah merupakan bagian dari iman. Aliran Murji‘ah berpendapat bahwa iman adalah mengakui tiada Tuhan selain Allah SWT dan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Rasul-Nya. Dan selama seseorang masih mempercayai dan mengakui tiada Tuhan selain Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya, meskipun telah melakukan dosa besar orang tersebut masih tetap mukmin dan bukan kafir. Alira Mu‘tazilah berpandangan bahwa iman adalah suatu pengetahuan yang diperoleh menggunakan akal, iman dikatakan telah benar apabila menggunakan akal, maka dari itu iman berimplikasi pada setiap penolakan keimanan berdasarkan otoritas orang lain. Aliran Al-Asy‘ari adalah mengikrarkan dengan lisan dan membenarkan dengan hati. Persyaratan minimal untuk adanya iman adalah tashdiq, dan sempurnanya iman adalah mengikrarkan dengan lisan, 2 Nurul Huda, ―Konsepsi Iman Menurut Al-Baiḍawi Dalam Tafsir Anwar At-Tanzil Wa Asrar At-Ta‘wil,‖ Analisa Journal of Social Science and Religion 20, no. 1 (2013): 65–74. 2 membenarkan dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota.3 Dengan demikian pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).4 Sedangkan rukun Iman ialah mempercayai atau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari akhir dan qadha dan qadar. Rukun iman berfungsi membentuk struktur fundamental yang berupa: prinsip landasan mental, prinsip kepercayaan, prinsip kepemimpinan, prinsip pembelajaran, prinsip masa depan hingga prinsip keteraturan. Kemudian pengertian islam adalah hal-hal yang terhubung dengan ketundukan dan kepatuhan pada amal lahiriah, seperti melafalkan syahadah, shalat, mengeluarkan zakat, puasa, dan melaksanakan haji.5 Tauhid (keesaan Tuhan) merupakan prinsip lengkap yang menembus seluruh dimensi serta mengatur seluruh aktifitas makhluk. Dari tauhid, lahir berbagai ajaran kesatuan yang mengitari prinsip tersebut, misalnya kesatuan alam raya, kehidupan, agama, ilmu, kebenaran, umat kepribadian manusia dan 3 Abd Wahid, ―Al-Qur‘an Sumber Peradaban,‖ no 2 (2012): 13. Siti Muhayati, Ratih Christiana, and Rischa Pramudia Trisnani, ―Iman Kepada Allah dan Perhatian Orang Tua Terhadap Budaya Nyontek Anak Usia Sekolah Dasar,‖ Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 5, no. 2 (November 1, 2015), accessed November 23, 2018, http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/446. 5 Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman dan Al-Islam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz As-Salam‖ (n.d.): 30. 3 4 lain-lain. Kemudian dari masing-masing itu, lahir pula tuntunan dan semuanya beredar pada prinsip tauhid. Islam yang ditegakkan melalui lima Rukun Islam, melibatkan pendekatan syariat dan hukum fikih untuk memicu melakukannya, yang sangat populer dengan menggunakan lima hukum dasar yakni wajib, sunnah, haram, makruh, dan mubah. Wajib adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan diberi pahala dan apabila ditinggalkan mendapatkan dosa. Sunnah adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan diberi pahala dan apabila tidak dikerjakan tidak mendapat dosa. Haram adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan mendapatkan dosa, dan apabila ditinggalkan diberikan pahala. Makruh adalah segala sesuatu yang apabila dikerjakan tidak mendapat apa-apa, tetapi jika ditinggalkan diberikan pahala. Mubah adalah segala sesuatu yang boleh dikerjakan atau tidak dikerjakan, artinya dikerjakan maupun tidak dikerjakan, tidak mendapat apa-apa baik pahala maupun dosa. B. Dalil Rukun Iman Beberapa dalil yang menjelaskan tentang rukun iman, pengertian iman, keutamaan iman, dan penanaman iman pada diri seseorang, sebagai berikut: 1. Dalam matan Hadits Arba‘in menjelaskan rukun iman dalam hadits kedua yang artinya: Dari Umar Radhiyallahu ‗anhu, ia berkata, “pada suatu hari ketika kami duduk di dekat Rasulullahu Alaihi Wa Sallam, tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh, dan tidak ada seorang pun dari kami yang mengenalnya, 4 2. hingga ia duduk di hadapan Nabi SAW lalu ia menyandarkan lutut nya ke lutut Nabi SAW dan meletakan kedua telapak tangan nya di atas kedua paha Nabi SAW. Lalu laki-laki itu berkata, ‟wahai Muhamad! Beritahukanlah kepadaku tentang islam.‟ Rosulullah SAW menjawab, „islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada illah yang berhak di ibadahi dengan benar selain Allah SWT dan bahwasan nya Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan ramadhan, dan menunaikan ibada haji ke baitullah jika engkau mampu melakukan nya‟. Laki-laki itu berkata „engkau benar‟. Maka kami merasa heran kepada nya, dia yang bertanya, dan dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi, „beritahukanlah kepadaku tentang iman‟. Nabi SAW menjawab „iman adalah engkau beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk‟. Ia berkata „engkau benar‟. Kemuan laki-laki tersebut segera pergi. Lalu aku (umar) diam beberapa lama sehingga Nabi SAW bertanya kepada ku, wahai Umar! Apakah engkau tahu, siapa laki-laki yang tadi bertanya? Aku menjawab, Allah SWT dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Beliau bersabda, ia adalah malaikat jibril, ia datang kepadda kalian untuk mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim) Dalil tentang rukun iman dalam QS. An-Nisa : 136, yang artinya: “wahai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada RasulNya serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. 5 3. 4. 5. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, Malaikatmalaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah keadaan sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa : 136) Dalam QS. Al-Anfâl ayat 3-4 yang menjelaskan tentang tertanamnya iman pada diri seseorang, yaitu artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah SWT gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah SWT, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (QS. 8:2) (yaitu) orangorang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. 8:3) Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabbnya dan ampunan serta rejeki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:4)6 Aplikasi iman berbentuk amal shaleh ditekankan dalam Islam. Hal ini dapat dibuktikan dengan AlQur'an antara lain dalam surat Al Baqarah ayat 82, yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal shalih, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah: 82)7 Dalam agama Islam orang yang beriman disuruh untuk berbuat amal shalih sebagai wujud dari imannya dan sebagai rasa syukur terhadap Allah Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman Dan Al-Islam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz Ibn As-Salam (577-660 H. Atau 1181-1262 M),‖ Journal Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 54–83. 7 Bay Andy Lukman, ―Iman dan Penterapannya dalam Perspektif Islam dan Protestan‖ 3, no. 2 (2017): 12. 6 6 6. SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‘an QS. Al-Ashrayat ayat 2 dan 3, yang artinya: “Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al-Ashrayat: 2-3) Apabila kita teliti dan faham yang menentukan kehidupan akhirat adalah bukan dari kekayaan, keturunan, pangkat, kedudukan, ataupun orang lain yang dianggap dapat menolongnya, melainkan deengan iman dan amal manusia itu sendiri. Ini pun sesuai dengan firman Allah SWT yang memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman terdapat pada QS. Al-Baqarah: 25, yang artinya: “Dan sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga yang mengalir di bahwanya sungai-sungai, setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, “innilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu.” Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan disana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal didalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 25)8 8 Ali Masrur, ―Relasi Iman Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Al-Qur‘an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui),‖ Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, no. 1 (2016): 35–52. 7 C. Pembagian Rukun Iman Mencermati dari dalil-dalil tentang rukun Iman diatas maka rukun iman dibagi menjadi 6, yaitu: 1. Beriman Kepada Allah SWT Pengertian iman kepada Allah SWT adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah SWT itu benarbenar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan-Nya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata. Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah SWT, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. 2. Beriman Kepada Malaikat Beriman kepada malaikat berarti meyakini bahwa Allah SWT mempunyai malaikat-malaikat-Nya. Beriman kepada malaikat merupakan rukun kedua dari rukun iman yang enam, tidak sah keimanan seseorang tanpa beriman kepada malaikat. Para ulama sepakat bahwa hukum beriman kepada malaikat adalah wajib, barangsiapa mengingkari keberadaan mereka atau sebagian dari mereka yang telah disebutkan (namanamanya) oleh Allah SWT, maka ia telah kafir dan menentang Al-Quran, As-Sunnah dan Ijma‘. 8 3. Beriman Kepada Kitab-kitab Beriman dengan semua kitab yang diturunkan kepada para Rasul SAW merupakan rukun ketiga dari rukun iman yang enam. Allah SWT telah mengutus para Rasul SAW dengan membawa kebenaran yang nyata, dan Allah SWT turunkan bersama mereka kitab-kitab sebagai rahmat bagi hamba-Nya dan sekaligus sebagai petunjuk bagi mereka demi tercapainya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, serta sebagai pedoman hidup dan hakim antara mereka dalam masalah-masalah yang mereka perselisihkan. 4. Beriman Kepada Rasul-rasul Beriman kepada rasul-rasul adalah salah satu rukun iman, dimana tidak sah iman seseorang tanpa beriman kepada rasul-rasul. Maksud beriman kepada rasul adalah: meyakini secara pasti bahwa Allah Subhanahu Wa Ta‘ala mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk menyampaikan risalah-Nya. Barang siapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barang siapa yang mengingkarinya maka tersesat. 5. Beriman Kepada Hari Akhir Meyakini akan berakhirnya kehidupan dunia ini dan setelah itu akan memasuki alam lain, dimulai dengan kematian dan kehidupan alam kubur untuk kemudian terjadinya hari kiamat dan selanjutnya adalah kebangkitan (dari kubur), dikumpulkan di padang mahsyar dan diputuskan kesurga atau neraka. Iman kepada hari akhirat merupakan salah satu rukun iman 9 yang tidak sempurna keimanan seseorang tanpanya, barang siapa yang mengingkarinya maka dia telah kafir.9 6. Beriman Kepada Qadha dan Qadar Taqdir adalah ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmu dan hikmah-Nya. Taqdir ini kembali kepada kuadrat (kekuasaan) Allah SWT, sesungguhnya Dia atas segala sesuatu maha kuasa, dan berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Kata Al-Qadha secara bahasa adalah menyempurnakan sesuatu (perkara), melaksanakan dan menyelesaikannya, baik perkara itu berupa ucapan, amalan, kehendak (kemauan), ataupun yang lainnya. Sedangkan Al-Qadar yaitu penciptaan Allah SWT akan sesuatu dengan kadar ukuran yang tertentu dengan qadha, zat, jenis dan sifat, perbuatan dan keadaan, waktu dan tempat serta sebab-sebabnya. Misalnya, Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi sesuai dengan apa yang telah ditentukannya melalui qadha-Nya.10 D. Cara Beriman Setelah meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Semest alam, selanjutnya akan dihadapkan bagaimana cara agar hati ini senantiasa terpaut dalam suasana hati yang nyaman, tentram dan damai. Lalu bagimana praktik dalam beriman atau cara berimannya Efa Ida Amaliyah, ―Pesan Moral Kiamat Perspektif AlQur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 18. 10 Nurdinah Muhammad, ―Implementasi Ajaran Al-Qur‘an Tentang Qadha dan Qadar Dalam Realita Kehidupan Umat‖ 9, no. 1 (2012): 11. 10 9 bagaimana? Islam adalah agama Rahmatalil‘alamin, kehadiran islam membuat isi dunia menjadi lebih baik sebab islam adalah agama penyempurna dari agama sebelumnya. Islam tidak memandang kasta tidak pula memberatkan orang yang didalamnya. Allah telah memberikan seperangkat aturan yang tertulis dalam AlQur`an. Al-Qur`an juga sebagai Al-Furqon bagi manusia. Melalui aturan yang telah Allah SWT berikan, akan melahirkan cara beriman seseorang. E. Manfaat Beriman Di kehidupan manusia pasti menemui masalah baik masalah berskala kecil, sedang dan berat. Sejatinya masalah hadir untuk dituntaskan, bukan untuk dihindari. Bahkan ada kasus yang termuat dalam media tentang bunuh diri disebabkan putus cinta, beraksi begal disebabkan pengangguran dan kasus lainnya. Mengapa mereka nekat bunuh diri dan membegal? Ya alasan mendasarnya karena agamanya belum kuat. Hal mendasar dalam agama adalah iman atau percaya. Agama yang dianut tentu menjadi control untuk diri dan identitas. Saat manusia terpenjara dalam masalah ia akan menepi ke tempat yang dapat meredam menuntaskan masalah yaitu berlabuh pada Allah SWT bagi agama Islam. Allah SWT Dialah yang menjadi tempat bergantungnya hati para hamba, penuh dengan rasa cinta kepada-Nya melebihi cinta kepada yang lain, pengharapan hanya kepada-Nya, dan meminta dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya, serta tidak ada rasa takut dan khawatir kepada selain-Nya. Jika iman sudah tertanam kuat dihati ia akan mampu mengatasi sebesar masalah apapun. Maka dari 11 itu pengaruh iman sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Implikasi yang didapatkan akan bermanfaat sekali. Berikut manfaat dari beriman: 1. Menjadikan Hidup Lebih Terarah Dalam hal ini agama akan menjadi sebuah norma maupun nilai dalam diri individu yang akan menjadi kerang dalam bersikap maupun bertingkah laku agar sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Keberadaan nilai tersebut jika dipahami lebih lanjut pada dasarnya memiliki dua orientasi dalam kehidupan yaitu yang mengarahkan pada keberadaan diri sendiri maupun pada orientasi secara sosial. Agama menjadikan individu memiliki motivasi di dalam melakukan suatu perbuatan yang didasari dengan mana yang diperbolehkan dan apa yang dilarang dalam ajaran agama. Agama Islam sendiri menekankan pada keberadaan ajaran agama sebagai arah dalam kehidupan individu. 2. Hati Tenang Tampak berbeda dalam menyikapi masalah orang yang teguh imannya dengan orang yang tidak teguh imannya. Teguh imannya akan senantiasa terkontrol emosi perkataanya, berbeda dengan yang orang tidak teguh imannya yang degan mudah terbawa emosi, keadaan, termaksud isu mentah yang memang belum tentu kevalidannya. Iman yang senantiasa terpaut oleh sang pencipta akan mencerminkan dalam dirinya. Orang yang berada disekelilingnya akan mendapatkan efek dari orang yang memiliki iman yang kokoh dan teguh ini. 12 3. Menghilangkan masalah Tidak ada manusia hidup tanpa diiringi dengan masalah, pasti dipaketkan dengan masalah agar manusia didewasakan oleh masalah itu. 4. Melahirkan rasa ikhlas Konsekuensi orang beriman akan senantiasa melibatkan rasa ikhlas, tanpa pamrih dan konsisten dengan apa yang telah diucapkan. Contoh realnya dalam surat Al-An`am ayat 162 yang artinya: “Katakanlah (Muhammad SAW) Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah SWT, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An`am: 162)11 F. Referensi Amaliyah, Efa Ida. ―Pesan Moral Kiamat Perspektif AlQur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 18. Huda, Nurul. ―Konsepsi Iman Menurut Al-Baiḍawi Dalam Tafsir Anwar At-Tanzil Wa Asrar AtTa‘wil.‖ Analisa Journal of Social Science and Religion 20, no. 1 (2013): 65–74. Lukman, Bay Andy. ―Iman dan Penterapannya dalam Perspektif Islam dan Protestan‖ 3, no. 2 (2017): 12. Masrur, Ali. ―Relasi Iman Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Al-Qur‘an (Sebuah Kajian Tafsir Maudhui).‖ Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Tafsir 1, no. 1 (2016): 35–52. 11 Dedi Wahyudi and Lilis Marwiyanti, ―Penerapan Model Pembelajaran INSIDE Outside Circle Dalam Mata Pembelajaran Akidah Akhlak‖ 7 (2017): 26. 13 Matondang, Husnel Anwar. ―Konsep Al-Iman dan AlIslam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz AsSalam‖ (n.d.): 30. Matondang, Husnel Anwar. ―Konsep Al-Iman Dan AlIslam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz Ibn AsSalam (577-660 H. Atau 1181-1262 M).‖ Journal Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 54–83. Muhammad, Nurdinah. ―Implementasi Ajaran AlQur‘an Tentang Qadha dan Qadar Dalam Realita Kehidupan Umat‖ 9, no. 1 (2012): 11. Muhayati, Siti. ―Iman Kepada Allah dan Perhatian Orang Tua Terhadap Budaya Nyontek Anak Usia Sekolah Dasar.‖ Counsellia: Jurnal Bimbingan dan Konseling 5, no. 2 (November 1, 2015). Accessed November 23, 2018. http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view /446. Saepudin, Dindin Moh, and M Solahudin. ―Iman dan Amal Saleh Dalam Al-Qur‘an (Studi Kajian Semantik)‖ (2017): 11. Wahid, Abd. ―Al-Qur‘an Sumber Peradaban,‖ no. 2 (2012): 13. Wahyudi, Dedi, and Lilis Marwiyanti. ―Penerapan Model Pembelajaran INSIDE Outside Circle Dalam Mata Pembelajaran Akidah Akhlak‖ 7 (2017): 26. 14 IMAN KEPADA ALLAH SWT Dedi Wahyudi dan Aprilia Nur Tresya Wati A. Pengertian Iman Kepada Allah SWT Kata iman berasal dari bahasa Arab yakni aminayukminu-imanan.12 Secara bahasa iman memiliki arti percaya, pembenaran, dan pengakuan. Pengertian iman menurut istilah adalah berasal dari kata kerja aamaa yang memiliki arti tunduk. Pengertian lain iman menurut istilah adalah membenarkan dalam hati, mengakui dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan tentang adanya Allah SWT. Pembenaran dalam hati artinya hati mempercayai bahwa Allah SWT benarbenar ada. Pengakuan dengan lisan‘ artinya mengucapkan dua kalimat syahadat „asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah‘. Sedangkan ‗perbuatan dengan anggota badan‘ artinya amal hati yang berupa keyakinan-keyakinan dan beramal dengan anggota badan yang lainnya dengan melakukan ibadah sesuai dengan kemampuannya. Iman kepada Allah SWT berarti percaya dan cinta pada ajaran Allah, yaitu Al- Qur‘an dan Sunnah Rasul.13Dalam teologi Islam, diskursus tentang Iman Qurrotul Ainiyah and Karsiyah, ―Konsep Kesatuan Iman, Iptek Dan Amal Menuju Terbentuknya Insan Kamil Dalam Perspektif Pendidikan Islam,‖ Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2017): 84. 13 Siti Muhayati, Ratih Christiana, and Risca Pramudia Trisnani, ―Iman Kepada Allah Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Budaya Nyontek Anak Usia Sekolah Dasar,‖ Jurnal Bimbingan dan Konseling 4, no. 2 (2015): 2–3. 15 12 ditemukan pada ajaran dasarnya (ushuul al-diin). Kata ini dipakai dalam bahasa Arab secara leksikal dalam arti ―percaya‖. Sejalan dengan makna ini, maka orang yang percaya disebut mu‟miin (ind. Mukmin). Iman kepada Allah berarti bertauhid atau mengesakan Allah SWT dalam dzat, sifat, af‘al, dan beribadah kepadanya.14 Makna keimanan dan urgensinya dalam konsep Pendidikan islam Abd , Rahma Al-Nahwi (1983 : 74-76) memaparkan sebagia berikut: 1. Keimanan seseorang kepada sesuatu dibuktikan dengan pengakuan bahwa sesuatu itu adalah kebenaran dan keyakinan. 2. Jika keimanan telah kuat, segala bentuk perilaku orang tersebut akan didasarkan pada pikiranpikiran yang telah dibenarkannya dan hatinyapun akan merasa tenang. 3. Keimanan yang mengandung pembenaran dan keyakinan kadang mengalami penyimpangan. Karena itu seorang mukmin memerlukan daya control yang dapat memelihara pikiran dan hatinya dari pengaruh kepecayaan yang menyimpang. 4. Melalui ketundukan prilaku, pola hidup dan hubungan antar individu yang didasarkan pada keimanan, kehidupan individu dan masyarakat akan teratur dan terarah. 15 Samhi Muawan Djamal, ―Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan Masyarkat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba,‖ Jurnal Adabiyah 17, no. 2 (2017): 169. 15 Afifuddin Harisah, ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam,‖ Kepdendidikan Islam 2, no. 1 (2004): 77. 16 14 Al-Qur‘an menyebut kata “iman” dalam berbagai bentuk kata jadian tidak kurang dari 550 kali, seperti: amanu, yu‟minu, mu‟min, dan mu‟minun 16 B. Dalil Iman Kepada Allah SWT Dalil-dalil yang berkaitan dengan iman kepada kepada Allah SWT: Q.S. Al-Ikhlas: 1-4 Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada- Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Kemudian Q.S. Ibrahim: 24-25 artinya: Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik8 seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Allahnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.17 C. 1. Hikmah Iman Kepada Allah SWT Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah Orang yang beriman sudah tentu memiliki sikap mawas diri dan bersikap ilmiah. Mawas diri merupakan sikap hati-hati, terutama berhati-hati dalam memahami nilai-nilai dasar keislaman. Q.S Ali Imran ayat 7 Mengacu pada ayat tersebut hendaknya manusia tidak bersikap sebelum mengetahui dengan jelas suatu Shodiq, ―Pengukuran Keimanan : Perspektif Psikologi,‖ Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2014): 127. 17 Wage, ―Aqidah Dan Budaya: Upaya Melihat Korelasi Agama Atau Budaya Dalam Masyarakat,‖ Akidah dan Kepercayaan 1, no. 2 (2016): 340. 17 16 permasalahan, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Isra ayat 36 2. Optimis Salah satu fungsi Al-Qur‘an adalah Al Huda yakni petunjuk, Al-Qur‘an memberikan petunjuk kepada manusia untuk menjunjung tinggi sikap optimis yang tertera pada Q.S Al-Insyirah ayat 94 ayat 5-6 Pada ayat tersebut Allah berjanji bahwa aka nada kemudahan sesudah kesulitan, sesungguhnya tantangan merupakan pelajaran untuk manusia. Dalam mengerjakan sesuatu hendaknya tidak perlu memikirkan hasil maupun balasan dari sesuatu yang telah kita kerjakan, karena kita harus yakin bahwa usaha yang baik tentu akan mendatangkan hasil yang baik pula 3. Tawakal Tawakal yakni menyerahkan seluruh hidupnya untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Orang yang tawakal akan selalu berbuat atas perintah Allah. Seseorang yang beriman kepada Allah makan bukan semerta merta karena merasakan lapar pada perutnya, melainkan mereka sadar perintah Allah SWT pada Q.S Al-Baqarah ayat 172 Mereka makan memiliki tujuan seperti yang diperintahkan Allah yakni supaya fisik kuat untuk beribadah kepada Allah SWT Tawakal merupakan salah satu hikmah yang akan didapat ketika seseorang beriman, seorang ulama Arab Saudi, Muhammad bin Abdul Wahab menyatakan bahwa tawakal merupakan puncak tertinggi keimanan. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Anfal ayat 2. Tawakal merupakan penyerahan diri kepada Allah SWT dengan 18 sepenuhnya, namun perlu digaris bawahi bahwa penyerahan diri yang dimaksud adalah penyerahan diri yang sudah disertai usaha dan do‘a Tawakal merupakan pemberanian diri untuk tidak bergantung kepada selain Allah 4. Konsisten dan Menepati Janji Seseorang yang beriman kepada Allah SWT sudah tentu akan selalu menepati janjinya, baik janji dengan Allah, lingkungannya, maupun janji terhadap sesama manusia. Seseorang yang yang beriman adalah seseorang yang telah berjanji akan bersikap sesuai sikap yang dikehendaki Allah SWT. Sikap yang dikehendaki Allah SWT adalah sikap yang dengan berlandaskan Al-Qur‘an dan Sunnah. Amalan seseorang dianggap tidak ada apaapanya tanpa adanya iman yang menyertai didalam harinya. Q.S Az-Zumar ayat 64. Karena iman dianggap sebagai nyawa dari segala amalan yang dilakukan seseorang, maka iman perlu dipelajari dengan sejelasjelasnya agar tidak terjadi kesesatan yang menyelubunginya.18 D. Cara Beriman Kepada Allah SWT Tingkah laku dan sikap dari manusia kepada Allah SWT, akan di kemukakan beberapa iman kepada Allah SWT, secara lebih rinci yaitu: 18 Qurrotul Ainiyah and Karsiyah, ―Konsep Kesatuan Iman, Iptek Dan Amal Menuju Terbentuknya Insan Kamil Dalam Perspektif Pendidikan Islam,‖ 89–91. 19 1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, Q.S.Al-Isra‘: 44 2. Bertawaakkal, berserah diri, kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur‘an perintah tawakkal kepada Allah SWT terulang dalam bentuk tunggal sebanyak sembilan kali dan bentuk jamak sebanyak dua kali. Semua didahului oleh perintah untuk melakukan sesuatu. Dalam konteks tawakkal kepada Allah SWT, manusia harus mempercayakan diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu pekerjan yang telah direncanakan secara matang dan mantap. (Q.S Al-Anfal ayat 61) Berbaik sangka kepada Allah SWT, bahwa yang datang dari Allah SWT kepada makhluknya hanya kebaikan, Q.S. An-Nisa‘: 79 Beribadah hanya kepada Allah SWT, Q.S. Al-An‘am: 162. Berdo‘a khusus kepada Allah SWT, Berdo‘a artinya meminta sesuatu kepada Sang Pencipta, agar apa yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan tercapai. Adapun diantara syarat-syarat diijabahnya do‘a seseorang oleh Allah SWT sebagai berikut; bersungguh dalam memanjatkan do‘a; penuh keyakinan do‘anya diterima; berdo‘a khusyuk, memohon yang masuk akal, dilakukan secara ikhlas, menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Zikrullah, yaitu ingat kepada Allah SWT. Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk selalu ingat kepada Allah SWT baik waktu lapang maupun waktu sempit, baik waktu sendirian maupun waktu bersama-sama, baik waktu sehat maupun waktu sakit, Zikir yang disuruh dalam Islam tidak terbatas jumlahnya atau zikir yang sebanyak-banyaknya. Menurut Ibn Atha‘, zikir itu dapat dibagi kepada tiga bagian/bentuk, yaitu zikir jail, mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan lisan yang 3. 4. 5. 6. 20 7. 8. 9. 10. mengandung arti pujian, syukur dan do‘a kepada Allah SWT.yang lebih menampakkan suara jelas untuk menuntun gerak hati, misalnya dengan membaca kalimat tahlil, tahmid, takbir dan tasybih. Kedua, zikir Kafi, zikir yang dilakukan secara khusyuk, oleh ingatan hati, baik lisan maupun tidak. Ketiga, zikir haqiqi, yaitu tingkatan zikir yang paling tinggi yang dilakukan oleh seluruh jiwa dan raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah SWT dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya. Bersyukur kepada Allah SWT, yaitu menyadari bahwa segala nikmat yang ada merupakan karunia Allah dan anugerah dari Allah SWT semata. Sehingga, kalau manusia mendapatkan nikmat, maka pergunakan sesuai dengan yang di perintahkan Allah SWT 19 Memperbanyak munajat kepada Allah dan pasrah kepadanya. Bersikap tawadhu. Rasulullah juga berkata, ―barang siapa menggalakan pakaina karena merendahkan diri kepada Allah SWT padahal dia mampu mengenakannya maka Allah SWT akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia di beri kebebasan memilih diantara pakai-pakaian Iman mana yang di kehendaki untuk dikenakannya.‖ HR.Tirmidzi Memperbanyak mengiat kematian. Mengingat-ingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah SWT 20 19 Akilah Mahmud, ―Akhlak Terhadap Allah Dan Rosulullah SAW,‖ Sulesana 11, no. 2 (2017): 62–63. 20 Silahuddin, ―Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Perspektif Islam,‖ Jurnal Ilmiah 16, no. 2 (2016): 208. 21 E. 1. 2. 3. Manfaat Iman Kepada Allah SWT Iman Menjadi Landasan dan Sekaligus Sandaran dalam Menolong Menolong sesama akan bernilai ibadah manakala dilakukan dengan cara-cara Allah SWT artinyasesuai aturan Allah SWT dan diniyatkan untuk mendapatkan ridlo Allah SWT Jika perbuatan menolong itu dilakukan dengan cara-cara Allah SWT dan diniyatkan untuk mencari ridlo Allah, maka pelakunya akan mendapatkan apa yang dijanjikan Allah SWT, yaitu ―Mendapat pertolongan dari Allah SWT di dunia dan akhirat‖. Tetapi kalau niyatnya sekedar melaksanakan tugas atau mendapakan materi, bukan untuk mencari ridlo Allah SWT, maka perbuatan menolong itu tidak bisa digolongkan ibadah Balasannya tentu sesuai yang ia niyatkan. Iman kepada Allah SWT dapat menjadi pembimbing bagi tingkah laku manusia. Iman kepada Allah SWT dapat memberi acuan manusia dalam memilih segala sesuatu.21 F. Alasan Beriman Kepada Allah SWT Menurut Abuddin Nata, minimal ada empat alasan kenapa manusia harus beriman kepada Allah SWT. Pertama, karena Allah SWT yang telah menciptakan manusia (Q.S. Ath-Thariq ayat 4-7). Kedua, Karena Allah SWT yang telah memberikan perlengkapan pancaindra, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati 21 Anwar Sutoyo, ―Peran Iman Dalam Pengembangan Pribadi Konselor Yang Efektif,‖ Jurnal Psikoedukasi dan Konseling 1, no. 1 (2017): 13–15. 22 sanubari, di samping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia Karena Allah SWT yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya (Q.S. AlJatsiyah: 12-13) Karena Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan menguasai daratan dan lautan, Q.S. Al-Isra‘ ayat 70 artinya “dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan Kami beri mereka rezki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”22 G. Contoh Penerapan Iman Kepada Allah SWT Contoh penerapan iman kepada Allah diaktualisasikan dalam kehidupan individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal. Khusus pada aktualisasi akhlak (hak dan kewjiban) seorang hamba kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup yang dipenuhi dengan kesadaran tauhid kepada Allah SWT, Hal itu bisa dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal shaleh, ketaqwaan, ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT secara ikhlas.23 Ibid., 63-64 Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman Dan Al-Islam: Analisis Terhadap Pemikiran Al-‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam,‖ Analitical Islamica 4, no. 1 (2015): 76. 23 22 23 Bertauhid. Menurut kiyai Hasyim Asy‘ari, tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barang siapa yang tidak beriman, maka dia tidak bertauhid; dan iman mewajibkan syariat , maka barang siapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman.24 Dalam agama Islam orang beriman dianjurkan untuk berbuat amal shalih sebagai perwujudan dan sebagai rasa syukur terhadap Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-Ashr ayat 2325 H. Refrensi Afifuddin Harisah. ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam.‖ Kepdendidikan Islam 2, no. 1 (2004): 77. Akilah Mahmud. ―Akhlak Terhadap Allah Dan Rosulullah SAW.‖ Sulesana 11, no. 2 (2017): 62–63. Anwar Sutoyo. ―Peran Iman Dalam Pengembangan Pribadi Konselor Yang Efektif.‖ Jurnal Psikoedukasi dan Konseling 1, no. 1 (2017): 13–15. Bay Andy Lukman, and Rahmad Yulianto. ―Iman Dan Penterapannya Dalam Perspektif Islam Dan Protestan.‖ Jurnal Studi Agama-agama 3, no. 2 (2017): 50. Syahrial Zulkapadri, ―Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Akhlak (Studi Perbandingan),‖ Jurnal At- Ta‟dib 9, no. 1 (2014): 121. 25 Bay Andy Lukman and Rahmad Yulianto, ―Iman Dan Penterapannya Dalam Perspektif Islam Dan Protestan,‖ Jurnal Studi Agama-agama 3, no. 2 (2017): 50. 24 24 Husnel Anwar Matondang. ―Konsep Al-Iman Dan AlIslam: Analisis Terhadap Pemikiran Al-‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam.‖ Analitical Islamica 4, no. 1 (2015): 76. Qurrotul Ainiyah, and Karsiyah. ―Konsep Kesatuan Iman, Iptek Dan Amal Menuju Terbentuknya Insan Kamil Dalam Perspektif Pendidikan Islam.‖ Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 2 (2017): 87–91. Samhi Muawan Djamal. ―Penerapan Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam Kehidupan Masyarkat Di Desa Garuntungan Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba.‖ Jurnal Adabiyah 17, no. 2 (2017): 169. Shodiq. ―Pengukuran Keimanan : Perspektif Psikologi.‖ Jurnal Pendidikan Islam 8, no. 1 (2014): 127. Silahuddin. ―Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Perspektif Islam.‖ Jurnal Ilmiah 16, no. 2 (2016): 208. Siti Muhayati, Ratih Christiana, and Risca Pramudia Trisnani. ―Iman Kepada Allah Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Budaya Nyontek Anak Usia Sekolah Dasar.‖ Jurnal Bimbingan dan Konseling 4, no. 2 (2015): 2–3. Syahrial Zulkapadri. ―Pendidikan Karakter Dan Pendidikan Akhlak (Studi Perbandingan).‖ Jurnal At- Ta‟dib 9, no. 1 (2014): 121. Wage. ―Aqidah Dan Budaya: Upaya Melihat Korelasi Agama Atau Budaya Dalam Masyarakat.‖ Akidah dan Kepercayaan 1, no. 2 (2016): 340. 25 IMAN KEPADA MALAIKAT Muhammad Ali dan Hanifah Mifta Husa‟adah A. Pengertian Iman Terhadap Malaikat Dalam bahasa arab, Iman merupakan inti dari ajaran semua agama. Dari Teologi Islam tentang iman yang di temukan pada ajaran ushul al-din, kata yang digunakan dalam bahasa arab secara leksikal berartikan ―percaya‖. Karena keimanan yang memiliki kata kunci kepercayaan, dalam kedudukan iman tersebut selalu diposisikan dengan ajaran teologis yang berada dalam hati seseorang. Dalam keimanan seseorang tersebut tidak dapat diukur eksistensinya yang tidak melibatkan ekspresi lahiriah dari iman manusia itu sendiri.26 Begitu pula keimanan malaikat terhadap Allah SWT sangatlah tunduk dan patuh terhadap apa apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, baik secara perilaku maupun ucapan. Ketaqwaan malaikat sangatlah baik dengan menjalankan tugas yang diperintahkan kan Allah SWT untuk membantu utusan Allah SWT yaitu Rasul dan Nabi dalam membimbing umat manusia.27 Tertulis dalam surat At-Tahrim ayat enam menjelaskan bahwa malaikat tidak pernah mendurhakai perintah-perintah Allah SWT, mereka kerjakan segala apa yang diperintahkan kepada mereka, itu memperkuat 26Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman Dan Al-Islam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz Ibn ‗Abd As-Salam (577-660 H. Atau 1181-1262 M),‖ Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 54. 27Anwar Sutoyo, ―Peran Iman Dalam Pengembangan Pribadi Konselor Yang Efektif,‖ Jurnal Psikoedukasi dan Konseling 1, no. 1 (June 2017): 12. 26 bahwa dalam ketakwaan malaikat tidak dapat diragukan kembali bahkan nafsunya untuk membantah kepada Allah saja tidak ada. Dengan bersikap mental yakin terhadap malaikat bahwa ada dengan sifat abstrak nya malaikat ada untuk bertaqwa kepada Allah SWT. B. 1. Dalil Tentang Iman Kepada Malaikat Al-Quran Bahwasanya dalam surat Al-Anbiya‘ ayat 19 bahwa malaikat diciptakan khusus untuk taat dan beribadah kepada Allah SWT dan menjalankan tugas-tugasnya. Sehingga malaikat bersedia sujud kepada adam semata mata meghambakan diri hanya kepada Allah SWT, dengan menghormati adam dan memuliakan adam. Dalam hal tersebut terdapat dalam artian surat AlBaqarah ayat 34. Adanya malaikat diciptakan dari cahaya dengan segenap ketaatnya untuk menjalankan perintahnya Alloh SWT, setiap turun ke bumi. Diperkuat dalam artian surat Maryam ayat 64. Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya (Muhammad saw.) dan kepada Kitab (Al-Qurān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah Swt., malaikat-malaikatNya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh‖ (QS. An-Nisa‘:136) Dari artian diatas bahwa kita yang tidak meyakini dalam hati akan sesat dikemudian hari. Karena keiman 27 tersebut termasuk meyakini bahwa agama yang benar adalah Islam. 2. Hadits Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dariapi -murni- tidak berasap, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkankepada kalian‖. (HR Muslim) Mulainya malaikat dengan diciptakan dari cahaya membuktikan bahwa ketaatnya terhadap Allah SWT begitu khusyuk dan ikhlas. Tidaklah ada tempat -kosong- dengan ukuran empatjari tangan di semua lapisan langit, kecuali pada tempat tersebut ada Malaikatyang sedang berdiri, ruku‘ atau sujud (artinya semuanya dalam keadaan beribadah kepada Allah)‖. (HR Tirmidzi) C. Cara Beriman Kepada Malaikat Dalam beriman kepada Malaikat sebagai orang mukmin yaitu meyakinin penuh ada nya malaikat yang diciptakan secara ghaib sebagai hamba alloh yang taat akan perintah Allah swt, serta mengamalkan sikap yang baik seperti amalan sholih sehingga dengan begitu mendapatkan balasan di hari kemudian yaitu pahala di surga. Kesempurnaan dalam beriman kepada Alloh SWT, dengan tidak menyekutukannya serta menjalankan perintah Allah SWT, tidak hanya Kepercayaan iman ialah kamu percaya kepada Tuhan, Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, pertemuan dengan Ia (di akhirat), Utusan-Nya dan hari kebangkitan. (c) Kesempurnaan ihsan yakni menjadi muslim yang sempurna ialah kamu menyembah Tuhan seakan-akan kamu melihat-Nya. Apabila kamu tidak dapat melihat-Nya, maka ia melihatmu 28 Karena dalam beriman juga berhubungan dengan Allah swt, dan apabila seseorang mengingkari nya maka seseorang tersebut telah orang yang fasik bahkan bisa kafir.28 D. Memahami Sifat Malaikat Umat Islam harus percaya dengan adanya malaikat, Malaikat mempunyai beberapa sifat yang tidak dimiliki oleh manusia diantaranya yaitu: 1. Malaikat selalu taat dan patuh kepada Allah SWT dan tidak pernah durhaka kepada-Nya 2. Malaikat dapat berubah bentuk kapan saja dengan seizin Allah SWT seperti berubah menjadi seorang laki-laki atau hewan 3. Malaikat selalu bertasbih kepada Allah SWT dan tidak pernah lelah dan bosan 4. Malaikat tidak memiliki keinginan ataupun nafsu beda dengan manusia, manusia mempunya keinginan dan nafsu yang sangat tinggi 5. Malaikat tidak pernah sombong atau takabur kepada Allah SWT dan selalu mengikuti perintahNya 6. Malaikat mempunyai sifat malu 7. Malaikat tidak makan dan minum 8. Malaikat diciptakan dari cahaya 9. Malaikat tidak dapat dilihat oleh manusia 10. Malaikat tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan 11. Malaikat diciptakan sebelum nabi adam 28Z and uhadul Ismah, ―Konsep Iman Menurut Toshiko Isutzu,‖ Hermeneutik 9, no. 1 (June 2015): 213–216. 29 Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa29 Menurut Abd al-jalil al-Andalusi malaikat itu mempunyai karakter-karakter yang mempunyai nilainilai keutamaan yaitu: 1. Dalam QS. Ali Imran ayat 18 bahwa malaikat itu mempunyai kesempurnaan ilmu (al-ilm al-kamil) 2. Malaikat adalah makhluk yang mempunyai kesempurnaan dalam menjaga diri (iffah) dari nafsu dan syahwat 3. Malaikat adalah makhluk yang senantiasa dan selamanya menghindari maksiat kepada Allah SWT, karena Allah menciptakan malaikat dengan akal tanpa syahwat, jadi tidak heran bahwa pikiran yang patuh dan taat terhadap segala perintah Allah SWT. Mengapa Allah SWT menciptakan makhluk yang berbeda-beda, maka Allah SWT tidak menciptakan sesuatu dalam satu karakter tanpa ada perbedaan diantara mereka, akan tetapi semua tindakan Allah SWT itu merupakn hikmah dari sifat Rububiyah dan Uluhiyyah. Jadi dengan adanya sifat malaikat itu bertujuan membentuk manusia yang bermoral dan berakhlak malaikat, supaya tidak menjadi manusia yang bermoral dan berakhlak buruk.30 29Munawar Rahmad, ―Implementasi Metode Tematik AlQuran Untuk Memahami Makna Beriman Kepada Para Malaikat,‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam 13, no. 1 (2015): 84–86. 30Afifuddin Harisah, ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam,‖ Kependidikan Islam 2, no. 1 (July 2004): 79. 30 E. Perbedaan Malaikat dan Mahluk Gaib Lainnya Apakah makna beriman kepada malaikat?,. Kebanyakan orang mengartikan iman kepada malaikat adalah percaya adanya malaikat, percaya bahwa malaikat itu adalah makhluk gaib yanga selalu taat kepada Allah. Makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah swt. di antaranya adalah malaikat, jin, dan iblis atau setan. Dan ketiga makhluk tersebut terdapat perbedaan-perbedaan baik dan asal penciptaan maupun sifat-sifatnya. 1. Perbedaan Malaikat dengan Jin Malaikat diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan jin diciptakan dari nyala api. Malaikat mempunyai sifat tidak bernafsu sehingga selalu patuh kepada Allah swt., sedangkan jin mempunyai sifat bernafsu dan ingkar, jin itu ada yang patuh dan ada tidak patuh kepada Allah swt., ada yang mukmin dan ada yang kafir. 2. Perbedaan Malaikat dengan Iblis atau Setan Malaikat dan setan atau iblis sama-sama makhluk gaib, tetapi banyak perbedaannya. Perbedaan malaikat dengan iblis atau setan adalah malaikat diciptakan dari nur (cahaya), sedangkan iblis atau setan diciptakan dan api. Malaikat selalu patuh terhadap perintah Allah swt. menurut apa perintah Allah, sedangkan iblis atau setan selalu ingkar kepada Allah swt. Malaikat selalu berusaha untuk berlaku baik dan adil, sedangkan setan atau iblis selalu mengajak berbuat yang keji dan mungkar. 31 3. a. b. c. d. e. f. Dalil Naqli Perbedaan antara Malaikat dan Makhluk Gaib Lainnya. Malaikat itu diciptakan dan cahaya dan jin diciptakan dan nyala api, sedangkan alam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua (dan tanah). (H.R. Muslim) Mereka takut kepada Tuhan mereka yang (berkuasa) atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka). (Q.S An-Nahl: 50) Dalam (Qs. Al-A‘raf: 206) para malaikat selalu bertasbih kepada –Nya, dan selalu bersujud kepada-Nya. Dalam (Q.S Az-Zumar: 75) ―Dan diberi keputusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. ―Dan sesungguhnya di antara kami ada orangorang yang saleh dan di antara kami ada (‗pula) yang tidak demikian pula halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Q.S.A1-Jinn: 11) Dalam (Q.S Al-Baqarah: 34), pada ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan untuk semuanya dapat sujud kepada adam, malaikat tetap mentaati perintah Allah SWT. Dalam (Q.S. A1Kahfi: 50), ―Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat. ―Sujudlah kamu kepada Adam!‖ Sujudlah mereka, kecuali iblis ―Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan maka sesungguhnya setan itu menyuruh 32 mengerjakan perbuatan yang keji dan mungkar, (Q .S. An-Nur: 21).31 F. Nama dan Tugas Malaikat Iman sebagai suatu konsekuensi dimana seseorang akan mempercayai makhluk ciptaan Allah, salah satunya Allah menciptakan malaikat. Malaikat diciptakan Allah SWT dari nur atau cahaya yang berasal dari surga. Allah menciptakan makhluknya ada yang ghaib dan berwujud, malaikat merupakan ciptaan Allah SWT yang ghaib. Semua malaikat Allah SWT memiliki nama-nama beserta tugasnya untuk mematuhi perintah Allah SWT. Jumlah malaikat yang Allah ciptakan secara pasti tidak ada yang mengetahui, namun kita sebagai umat Muslim wajib mempercayai malaikatnya yang berjumlah 10, diantaranya : 1. Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu; 2. Malaikat Mikail, bertugas membagi rezeki; 3. Malaikat Izrofil, bertugas meniup sangkakala; 4. Malaikat Izroil, bertugas mencabut nyawa; 5. Malaikat Munkar-Nakir, bertugas menjaga dan penanya dikuburan; 6. Malaikat Raqib-Atid, bertugas mencatat amal baik dan amal buruk; 7. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga surga; 8. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka.32 31Munawar Rahmad, ―Implementasi Metode Tematik AlQuran Untuk Memahami Makna Beriman Kepada Para Malaikat,‖ 13, no. 1 (2015)84. 32Sofa Muthohar, ―Antisipasi Degradasi Moral Di Era Global,‖ Nadwa | Jurnal Pendidikan Islam,no. 2 (October 2013): 329–332. 33 G. Manfaat beriman kepada malaikat Manfaat keimanan terhadap malaikat tentu banyak sekali memiliki efek ruhaniah yang dimana dapat membawa pengaruh moral serta prilaku manusia. Dengan kata lain manfaat beriman kepada malaikat mempunyai nilai-nilai edukatif yang dimana tentunya begitu penting untuk bisa diaplikasikan dan bisa menjadi acuan dasar dalam suatu proses pendidikan agama Manfaat Beriman kepada malaikat diantaranya : 1. Dapat memotivasi hal-al yang baik serta dapat mentauladani keataan dan kedisipilan yang dicontohkan malaikat, bahwa seseorang yang telah beriman kepada malaikat akan berusaha untuk menauladani serta malaikat bisa menjadi panutan yang baik dalam suatu hal kedisiplinan serta ketaatan kepada Allah. 2. Nilai responsibilitas yang dimana ketika segala perbuatan yang dilakukan malaiakat dan ucapan akan diminta untuk dipertanggung jawabkan di hari dimana nanti ketika pembalasan kelak. 3. Nilai kontrol, yaitu dimana orang yang beriman teradap malaikat seseorang tersebut akan merasa diawasi serta merasa dijaga dari prilaku-prilaku yang tidak baik.33 Serta mengetaui kebesaran Allah SWT, mengetahui kekuatan, kekuasaan serta hikmah-Nya yang dimana telah menciptakan malaikat. 33Afifuddin Harisah, ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam 2,‖ no. 1 (July 2004) 83. 34 4. 5. 6. 7. 8. Dapat memperteguh pendiriaan seseorang dalam menegakan kebenaran dengan beriman terhadap malaikat. Seseorang yang beriman terhadapat malaikat memiliki manfaat yang dimana tidak akan merasa takut menghadapi kematian. Menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT atas apa yang telah diperintahkan-Nya kepada hambaNya dengan memberi tugas kepada malaikat untuk dapat menjaga manusia serta dapat mencatat amalan- amalan baik maupun buruk yang dilakukan manusia. Menanamkan rasa cinta terhadapa malaikat, yang dimana malaiakat telah malakukan atau melaksanakan ibadah dengan sempurna, serta malaikat mendoakan orang-orang yang mukmin agar di ampuni dosanya. Serta dapat menimbulakan rasa tenang serta aman pada diri seseorang karena Allah telah menetapkan untuk setiap malaikat yang senang tiasa menyertai mereka.34 H. Alasan beriman kepada malaikat Kita sebagai umat islam harus meyakini adanya malaikat. Karena dalam rukun iman malaikat berada diurutan kedua setelah iman kepada Allah Swt. Itu artinya malaikat mendapatkan peran penting untuk kita yakini keberadaannya. Iman memiliki arti bahwa suatu keyakinan yang ada didalam diri tanpa dicampuri suatu 34Erwandi Tarmizi, ―Rukun Iman,‖ Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1, no. 4 (2007): 52. 35 apapun. Jika kita beriman kepada malaikat, berarti kita harus bisa menerapkan keimanan tersebut. Iman kepada malaikat mencakup perbuatan, ucapan, hati dan lisan. Penerapan iman kepada malaikat berupa perbuatan, bisa kita lakukan dengan cara melakukan perilaku yang baik sesuai dengan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Penerapan dengan ucapan kita bisa melafazkan namanama malikat yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Penerapan dengan hati bisa kita terapkan dengan meyakini dengan penuh rasa yakin didalam hati kita bahwa Allah telah mengutus malaikat dengan tugasnya masing-masing.35 Manusia pada hakikatnya harus percaya bahwa Allah tidak hanya menciptakan manusia, bintang dan juga tumbuhan saja. Tetapi Allah Swt. juga menciptakan malaikat yang terbuat dari cahaya yang tidak bisa dilihat oleh mata kita atau bebentuk kasat mata dan kita wajib meyakininya. jika manusia mempunyai hawa dan nafsu, malaikat tidak. Malaikat tidak makan ataupun minum, tidak berjenis kelamin dan selalu menaati perintah Allah Swt. Serta Berdzikir dan mengagungkan nama Allah Swt. Dalm sebuah hadits Rasul Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairih ra. mengenai pertanyaan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad tentang Iman: Artinya: ”Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau bersabda: “Engkau sberiman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“. 35Suyanto, ―Dasar-Dasar Nnormatif Dan Penalaran Filosofis Tentang Hakekat Keimanan,‖ universum 10, no. 1 (January 2016): 107. 36 Dengan demikian menurut hadis diatas, keimanan itu mutlak adanya didalam diri seseorang. Keimanan bukan hanya pada malaikat, tetapi pada semua rukun-rukun iman ataupun lebih luas daripadanya seperi kewajiban shalat, hukum halal dan haram dan masih banyak lagi.36 I. Penerapan Beriman Kata Iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana yu‟minu –imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam hal ini meyakini sesuatu dengan sepenuh hati bahwa semua kekuasaan Allah SWT benar adanya. Kata Iman bila disandarkan pada Al-Qur‘an memuat pengertian membenarkan. Membenarkan berita yang datangnya dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Selaras dengan wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui Malaikat Jibril lalu disampaikan ke Nabi Muhammad SAW untuk menyempurnakan akhlak manusia memberikan nilai-nilai edukatif pada perubahan perilaku yang terjadi didalam diri kita, beriman kepada hal ghaib seperti beriman kepada malaikat mampu memberikan upaya positif, antara lain : 1. Motivasi kedisiplinan dan ketaatan Pemberian tugas-tugas yang diembankan pada malaikat memberikan hikmah nilai motivasi yang dapat mempengaruhi sisi psikologis anak didik dalam proses pembelajarannya. Dengan keberadaan malaikat dan tugas-tugasnya yang sudah teratur mengajarkan kepada mereka untuk menjalankan tugas yang sudah 36Eniyawati, ―Urgensi Belajar Iman Dan Takwa Di Perguruan Tinggi,‖ Islamuna 1, no. 2 (December 2014): 259. 37 diamanahkan kepadanya dengan baik. Sikap ketaatan dan kedisiplinan ini sudah dicontohkan Malaikat dalam menjalankan tugasnya, sudah semestinya dengan perlahan dapat meneladani sikap-sikap positif yang diharapkan dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Abd al-Jalil al-Andalusi mengemukakan analisisnya tentang nilai-nilai kebaikan yang ada pada malaikat. Malaikat umumnya memiliki karakteristik yang utama antara lain: a. Malaikat memiliki kesempurnaan Ilmu b. Malaikat adalah makhluk yang memiliki kesempurnaan dalam hal penjagaan diri (iffah) dari nafsu syahwat. c. Malaikat adalah makhluk yang senantiasa, dan selamanya, menghindari maksiat kepada Allah. 2. Nilai responsibilitas Islam mendidik umatnya dengan menerapkan keyakinan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan ada balasan kelak di hari kiamat. Umatnya yang sudah akil baligh, mumayyiz, tidak gila akan bertanggungjawab pada perilaku yang telah dilakukannya hari ini. Allah SWT senantiasa mengetahui hati yang beriman kepadaNya, hati yang berkhianat dariNya tentu semua ada pertanggungjawabannya kelak. Adanya ganjaran serta pahala dalam kaitannya dengan aqidah Islam memberikan kendali untuk berbuat tidak seenaknya sebab ada alam akhirat untuk 37 mempertanggungjawabkan semuanya. 37Afifuddin Harisah, ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam 2, no. 1 (July 2004)‖ 79–83. 38 Penerapan keimanan dalam konteks nyata, pesanatren tempat yang tepat. Pesantren merupakan tempat dimana pembinaan orang yang bertransformasi menjadi manusia yang baik. Dalam kaitannya dengan penerapan keimanan kepada malaikat, kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional memiliki fungsi untuk mengenal, memahami dan memaknai dirinya sendiri dan orang lain Adanya saling tolong menolong tanpa mengharapkan balasan tulah yang dinamakan perilaku prososial. Perilaku ini jelas berkaitan dengan adanya keimanan kita terhadap makhluk ghaib serta keimanan kita pada hari akhir kelak dimana kebaikan sekecil apapun akan dibalas oleh Allah.38 J. Referensi Afifuddin Harisah. ―Keberimanan Kepada Malaikat Dalam Perspektif Pendidikan Islam.‖ Kependidikan Islam 2, no. 1 (July 2004): 73–84. Anwar Sutoyo. ―Peran Iman Dalam Pengembangan Pribadi Konselor Yang Efektif.‖ Jurnal Psikoedukasi dan Konseling 1, no. 1 (June 2017): 11–17. Eniyawati. ―Urgensi Belajar Iman Dan Takwa Di Perguruan Tinggi.‖ Islamuna 1, no. 2 (December 2014): 259. Erwandi Tarmizi. ―Rukun Iman.‖ Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1, no. 4 (2007): 42–57. 38Zamzami Sabiq M. As‘ad Djalali, ―Kecerderdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual Dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan,‖ Persona, Jurnal Psikologi Indonesia 1, no. 2 (September 2012): 59. 39 Husnel Anwar Matondang. ―Konsep Al-Iman Dan AlIslam Analisis Terhadap Pemikiran Al-‗Izz Ibn ‗Abd As-Salam (577-660 H. Atau 1181-1262 M).‖ Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 54–83. Munawar Rahmad. ―Implementasi Metode Tematik AlQuran Untuk Memahami Makna Beriman Kepada Para Malaikat.‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam 13, no. 1 (2015): 79–92. Sofa Muthohar. ―Antisipasi Degradasi Moral Di Era Global.‖ Nadwa | Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7, Nomor 2, Oktober 2013 7, no. 2 (October 2013): 322– 334. Suyanto. ―Dasar-Dasar Nnormatif Dan Penalaran Filosofis Tentang Hakekat Keimanan.‖ universum 10, no. 1 (January 2016): 107. Z, and uhadul Ismah. ―Konsep Iman Menurut Toshiko Isutzu.‖ Hermeneutik 9, no. 1 (June 2015): 205–228. Zamzami Sabiq M. As‘ad Djalali. ―Kecerderdasan Emosi, Kecerdasan Spiritual Dan Perilaku Prososial Santri Pondok Pesantren Nasyrul Ulum Pamekasan.‖ Persona, Jurnal Psikologi Indonesia 1, no. 2 (September 2012): 53–65. 40 IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH M.Rizki Darmawan, Maharani Muzdalifah, Marchantika Rani Setiawati, Mega Mulya, Miftahul Khoiriyah, Desi Tria Ambar Sari, Dwi Rahayu, dan Evi Yunita A. Pengertian Iman Kepada Kitab Allah SWT Iman adalah suatu kepercayaan atau keyakinan akan sesuatu yang letaknya di dalam hati yang dapat mempengaruhi diri seseorang untuk bertindak dalam segala hal dalam kehidupannya secara mantap sesuai dengan keyakinannya. Dalam ajaran agama Islam, iman merupakan sesuatu yang sangat penting bagi setiap umat muslim, karena dengan adanya keimanan yang tertanam didalam diri seseorang muslim maka akan dapat mengarahkannya ke jalan yang baik atau juga yang buruk. Oleh karena itu setiap muslim diwajibkan untuk mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.39 Secara etimologi(bahasa) pengertian iman adalah meyakini, percaya, dan membenarkan. Sedangkan secara terminologi (istilah) iman adalah meyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan yaitu dengan lafadz “Asyhadu An La Ilaha Illa Allah Wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasullulah”,dan diamalkan dalam bentuk perbuatan.40 39Abdul Khadir, ―Apresiasi Keimanan Kepada Tuhan Melalui Pengalaman Spiritual,‖ Teosofi5, no. 1 (2015): 27. 40Eniyawan, ―Urgensi Belajar Iman Dan Taqwa Perpendidikan Tinggi,‖ Islamuna 1, no. 2 (2014): 264. 41 Iman itu terletak di dalam hati seseorang. Implementasi keimanan yaitu berupa ketakwaan yang dapatdilihat melalui prilaku.Untuk itu diperlukan adanya keselarasan antara hati, lisan, dan perbuatan.41 Sehingga dapat disimpulkan bahwa iman adalah bentuk kepercayaan yang terletak di dalam hati seseorang yang akan mempengaruhi tindakan dan prilaku. Sedangkan pengertian kitab menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ―kataba-yaktubu-kitabatan-kitaban”yang artinya tulisan. Adapun pengertian secara terminologi adalah kumpulan dari suhuf atau lembaran yang tertulis dalam bentuk buku yang diturunkan kepada para nabi. Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan iman kepada kitab Allah SWT adalah meyakini atau mempercayai kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada nabi yang dijadikan sebagai pedoman bagi umat manusia. Iman kepada kitab Allah SWT termasuk kedalam rukun iman yang ke tiga. Sebagai umat muslim kita wajib untuk mempercayai kitab-kitab yang di turunkan Allah SWT, terutama bagi umat muslim meyakini dengan sepenuh hati bahwa kitab suci AlQuran merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman dan petunjuk dalam hidup umat manusia agar mendapatkan kebahagian baik didunia maupun diakhirat.42 Wahyudi and Lilis Marwiyanti, ―Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak,‖ Mudarrisuna 7, no. 2 (2017): 272. 42Suaidi, ―Azbabun Nuzul: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi Dan Urgensi,‖ Almufida 1, no. 1 (2016): 121. 42 41Dedi B. Dalil-Dalil Iman Kepada Kitab Allah SWT Dalil yang berkenaan dengan Iman kepada kitab Allah SWT, diantara terdapat dalam Surah Al-Baqarah ayat 4 dan Surah An-Nissa ayat 136. 1. Al-Baqarah ayat 4, yang artinya “Dan mereka yang 2. beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”. (AlBaqarah : 4) An-Nissa ayat 136, yang artinya"Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT dan rasulnya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada rasulnya serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya". (QS. An- Nissa) C. Fungsi Iman Kepada Kitab Allah SWT Rukun iman berfungsi membentuk struktur fundamental berupa: prinsip landasan mental, prinsip kepercayaan, prinsip kepemimpinan, prinsip pembelajaran, prinsip masa depan, hingga prinsip keteraturan. Adapun fungsi beriman kepada kitab AllahSWT adalah Al-Qur‘an diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW yang buta huruf, seperti diketahui Al-Qur‘an diturunkan secara spontan, guna memnjawab berbagai pertanyaan atau mengomentari suatu peristiwa. 43 Fungsi iman kepada kitab Allah SWT memberikan petunjuk serta aplikasi dari kecerdasan emosi dan spiritual yang sangat sesuai dengan suara hati.43 Adapun fungsi iman kepada kitab Allah SWT adalah, sebagai berikut : 1. Menambah ketaqwaan kepada Allah SWT 2. Sebagai pedoman hidup umat manusia 3. Sebagai petunjuk yang lurus 4. Menambah ilmu pengetahuan 5. Mendapatkan hikmah yang dapat dipelajari dari kisah- kisah nabi terdahulu. Jadi, dengan iman yang ketiga ini maka kita akan menjadi seseorang yang membaca, berfikir, dan terus menerus menyempurnakan segala sesuatu bentuk perbuatan. D. Cara Beriman Kepada Kitab Allah Adapun cara beriman kepada kitab Allah SWT, antara lain: 1. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa kitab- kitab Allah SWT merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi dan rasul sebagai pedoman hidup umat muslim. 2. Tidak membeda-bedakan antara kitab suci satu dengan kitab suci lainnya. 3. Mentaati isi kitab suci Al-Qur‘an dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menambah motivasi dalam beribadah dan menjalankan kewajiban-kewajiban agama. 43Akhirin, ―Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Melalui Rukun Iman Dan Rukun Islam,‖ Tarbawi 10, no. 2 (2013): 29. 44 5. 6. Menghindari larangan-larangan Allah SWT. Menambah sikap optimis untuk meraih kesuksesan didunia maupun diakhirat. E. Nama-Nama Kitab Allah SWT dan Rasul yang Menerimanya Berikut adalah nama-nama kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada rasulnya: 1. Taurat. Kitab Taurat merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Musa AS. Kitab Taurat dalam bahasa ibrani disebut thora. Sehingga Taurat merupakan salah satu dari tiga komponen yang terdapat dalam kitab suci agama Yahudi. 2. Zabur. Kitab Zabur merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Daud AS.44Kitab Zabur berarti tulisan, yang berbahasa kibti. Kitab Zabur berisi tentang beberapa zikir pengajaran dan hikmah. 3. Injil. Kitab Injil merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWTkepada Nabi Isa AS kepada kaum Bani Israel untuk mengajak menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya dan mengikuti ajaranajaran yang telah diajarkan oleh Nabi Isa AS. Kitab Injil merupakan pedoman bagi kaum nasrani.45 44Muhammad Azhar, ―Masyarakat Kitab Dan Pluralisme,‖ Tarjih 11, no. 1 (2013): 52. 45Rahmad Yulianto and Bay Andy Lukman, ―Iman Dan Penerapannya Dalam Perspektif Islam Dan Protestan,‖ Al- Himah 3, no. 2 (2017): 4. 45 4. Al-Qur‘an. Kitab Al-Qur‘an merupakan kitab yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu sekaligus mukjizat baginya. Al-Qur‘an merupakan kitab penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya, karena Al-Qur‘an menjadi saksi kebenaran kandungan kitab-kitab yang lalu.46 F. Manfaat Iman Kepada Kitab Allah SWT Beriman kepada kitab Allah SWT tentunya memiliki manfaat bagi manusia yang mempercayai dan mengamalkannya, adapun manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut: 1. Mendapatkan rahmat dari Allah SWT 2. Menambah keimanan kepada Allah SWT 3. Menambah ilmu pengetahuan 4. Mendapatkan syafaat dari kitab tersebut (AlQur‘an) 5. Menjadikan hati selalu tentram dan damai 6. Mendapatkan petunjuk yang lurus baik didunia maupun diakhirat 7. Menjadikan hidup lebih terarah dan takut akan dosa. G. Alasan Beriman Kepada Kitab Allah Umat islam dianjurkan untuk beriman kepada semua kitab-kitab Allah SWT. Kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT di dalamnya berisi peraturan,ketentuan,perintah dan larangan Allah 46M. Hanafi Mukhlis, ―Hubungan Antar Agama,‖ Suhuf 1, no. 1 (2008): 31. 46 SWT.Jika seorang muslim tidak mempercayai satu hal saja terhadap apa yang telah difirmankan atau diturunkan oleh Allah SWT maka seorang muslim itu tidak dapat dikatakan sebagai orang yang beriman dan termasuk orang yang tersesat.Oleh karena itu sebagai orang yang beriman sesuai dengan QS. An- Nissa ayat 57, yang berbunyi“Dan orang- orang yang beriman dan mengerjakan amalan- amalan yang sholeh, kelak akan kami masukan mereka kedalam surga yang didalamnya mengalir sungai- sungai”.47 Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa umat Islam wajib percaya dan menyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab yang diturunkan Allah SWT kepada rasulnya adalah benar. Walaupun kitab-kitab yang diturunkan Allah SWT berlainan pada masa diturunkan, namun didalamnya terkandung ajaran pokok yang sama yaitu tentang mengesakan Allah SWT. Al-Qur‘an sebagai kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman sekaligus petunjuk umat Islam yang berlaku sepanjang masa yang menyempurnakan ajaran-ajaran kitab-kitab terdahulu yang bersifat universal yang mengandung perintah, anjuran, ilmu pengetahuan, hikmah, serta larangan Allah SWT. Oleh sebab itu sebagai orang yang beriman wajib melaksanakan dan mengerjakan yang telah diperintahkan Allah SWT serta menjauhkan diri dari larangan Allah SWT agar terhindar dari jalan kesesatan serta mendapatkan rahmat serta hidayahnya. 47Shodiq, ―Pengukuran Keimanan,‖ Nadwa 8, no. 1 (2014): 8. 47 H. Contoh Penerapan Iman Kepada Kitab Allah Dalam mengimani kitab-kitab Allah SWT tidak hanya semata-mata membaca dan meyakini saja, melainkan harus ada contoh dan bukti dalam penerapannya. Berikut beberapa contoh penerapan iman kepada kitab Allah SWT : 1. Selalu mempelajari Al-Qur‘an, seperti membaca, memahami maknanya, serta mengamalkan isi kandungannya 2. Mengamalkan ajaran Al-Qur‘an dalam kehidupan sehari-hari 3. Memiliki sifat toleransi terhadap perbedaan agama 4. Menyakini kebenaran yang terkandung dalam kitab-kitab Allah SWT 5. Menyakini bahwa semua rasul-rasul yang diutus ke bumi adalah mengajarkan ajaran pokok yang sama yaitu tauhid atau mengesakan Allah SWT. 6. Menyakini bahwa kitab-kitab itu benar- benar wahyu Allah bukan karangan para Nabi dan Rasul.48 I. Referensi Abdul Khadir. ―Apresiasi Keimanan Kepada Tuhan Melalui Pengalaman Spiritual.‖ Teosofi 5, no. 1 (2015): 27. Akhirin. ―Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Melalui Rukun Iman Dan Rukun Islam.‖ Tarbawi 10, no. 2 (2013): 29. 48Mujiburrahman, ―Urgensi Kebijakan Program BEUT AlQur‘an Ba‘da Magrib Terhadapa Peningkatan Literasi Al- Qur‘an Bagi Anak Usia Sekolah Di Aceh Besar.‖ 48 Dedi Wahyudi, and Lilis Marwiyanti. ―Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak.‖ Mudarrisuna 7, no. 2 (2017): 272. Eniyawan. ―Urgensi Belajar Iman Dan Taqwa Perpendidikan Tinggi.‖ Islamuna 1, no. 2 (2014): 264. M. Hanafi Mukhlis. ―Hubungan Antar Agama.‖ Suhuf 1, no. 1 (2008): 31. Muhammad Azhar. ―Masyarakat Kitab Dan Pluralisme.‖ Tarjih 11, no. 1 (2013): 52. Mujiburrahman. ―Urgensi Kebijakan Program BEUT AlQur‘an Ba‘da Magrib Terhadapa Peningkatan Literasi Al- Qur‘an Bagi Anak Usia Sekolah Di Aceh Besar.‖ Mudarrisuna 7, no. 2 (2017): 215. Pan Suaidi. ―Azbabun Nuzul: Pengertian, MacamMacam, Redaksi Dan Urgensi.‖ Almufida 1, no. 1 (2016): 121. Rahmad Yulianto, and Bay Andy Lukman. ―Iman Dan Penerapannya Dalam Perspektif Islam Dan Protestan.‖ Al- Himah 3, no. 2 (2017): 4. Shodiq. ―Pengukuran Keimanan.‖ Nadwa 8, no. 1 (2014): 8. 49 IMAN KEPADA RASUL Muhammad Bayu, Nienty Oktavian, Ni‟mah cahya Ningrum, Nurul Hanifah, Pita Rosalina, Ria Dina Maghfiroh Izzani, Fadhilla Addini, dan Fitri Nursanti A. Pengertian Iman Kepada Rosul Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang ke 4 yang wajib kita percayai dan yakini, dan seperti yang kita ketahui bahwa umat manusia sangat sering melakukan perbuatan dosa sejak ribuan tahun lalu. Rasul diutus oleh Allah untuk membimbing manusia ke jalan yang benar, sehingga bisa selamat dunia dan akhirat. Rasul adalah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan mempunyai kewajiban untuk menyampaikan wahyu yang diberi Allah untuk umatnya. Menurut bahasa iman berasal dari bahasa Arab aminayu‟minu-imanan yang berarti yang berarti percaya. Terkait dengan aqidah, iman mengandung makna AlTashdiq yakni pembenaran terhadap suatu hal, yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun karena iman terletak dalam hati yang hanya dapat dikenali secara pribadi. Menurut syara`, iman diartikan sebagai pembenaran terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw, yakni beriman kepada Allah SWT, paramalaikat, para nabi dan rasul, hari kiamat, qadha‘ dan qadar. Sebagaimana hadits Rasul Saw. yang diriwayatkan oleh Abu Hurairih r.a mengenai pertanyaan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad tentang Iman : Artinya: ”Beritahukan aku tentang Iman“. Lalu beliau 50 bersabda:“Engkau sberiman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya,rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“. Dengan demikian iman menurut istilah berarti keyakinan yang tertanam dalam hati, diikrarkan dengan lisan dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Dalam hal ini iman merupakan kesatuan dan keselarasan antara hati, lisan atau ucapan dan tingkah laku atau perbuatan terhadap segala hal yang dibawa oleh Rosulullah Saw. baik itu yang terkandung dalam rukun iman ataupun yang lebih luas dari itu, misalnya mengimani akan kewajiban shalat, halal dan haram dan sebagainya49. B. Dalil tentang iman kepada rasul Allah SWT berfirman dalam Al Qur‘an surat Al Hadid: 25 terjemahnya: ―Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul - rasul Kami dengan membawa bukti bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al - Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul – rasul Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa‖50. 49 Eniyawati, ―Urgensi Belajar Iman Dan Takwa Di Perguruan Tinggi‖ 1, no. 2 (2014): 258–259. 50 Akilah Mahmud, ―Ahlak Terhadap Allah dan Rasulullah SAW‖ 11 (2017): 12. 51 C. Cara beriman kepada Rasul Allah SWT Iman adalah inti ajaran agama yang diajarkan pada setiap agama, dalam teologi Islam, dikususkan tentang Iman ditemukan pada ajaran dasarnya (ushul ad-din), kata ini digunakan dalam bahasa Arab secara leksikal dengan arti ―percaya‖. Sejalan dengan makna ini, maka orang yang percaya disebut mu`min51. Para ulama sepakat bahwa manusia membutuhkan Rasul yang menyampaikan risalah Tuhan yang berfungsi untuk menunjuki manusia kejalan yang benar dan menjauhkan manusia dari kesesatan52. Allah SWT berfirman yang artinya: ―Dan kami mengutus para rassul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan peringatan. Barang siapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)mereka bersedih hati” (QS. Al-An`am 6 : 48). Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh manusia yang beriman untuk meningkatkan iman kepada rasul Allah SWT yang pertama adalah teguh keimanan. Yang kedua mempercayai ajaran yang disampaikan rasul. Ketiga, giat dalam bekerja serta selalu ulet dalam menghadapi setiap masalah yang menimpa. Keempat, jika diberi amanah berusaha untuk selalu menjalankan dengan baik, dan tidak mengingkari amanah tersebut. Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman Dan Al-Islam: Analisis Terhadap Pemikiran Al-Izz Ibnu‘Abdul As-Salam‖ 4, no. 1 (2015): 55. 52 Mukhlis Mukhtar, ―Risalah Menurut Konsepsi Al-Qur‘an‖ 9, no. 1 (2012): 3. 52 51 D. Jumlah dan Silsilah Rasul Allah SWT Dalam ajaran Islam kita wajib mengetahui dan mengenal 25 nabi dan rasul yang terdapat dalam AlQur‘an mulai dari Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW53. Dari abi zar r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda ketika ditanya tentang jumlah para nabi, “(jumlah para nabi itu) sebanyak seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi”, “lalu berapa jumlah rasul di antara mereka?” beliau menjawab, “tiga ratus dua belas (312).‟ (HR atturmuzi) Karena kita sebagai umat manusia adalah keturunan Nabi Adam maka kita seperti akan membahas silsilah keluarga sendiri walaupun tidak mendetail sampai kepada orang tua kita pribadi54. 25 nabi yang perlu kita ketahui yaitu: 1. Nabi Adam As 2. Nabi Idris As 3. Nabi Nuh As 4. Nabi Hud 5. Nabi Shalih As 6. Nabi Ibrahim As 7. Nabi Luth As 8. Nabi Ismail As 9. Nabi ishaq As 10. Nabi Ya‘kub As 11. Nabi Yusuf As. Gun Gun Gunawan and H Bunyamin, ―Pengembangan Aplikasi Kisah 25 Nabi Dan Rosul Berbasis Androit‖ 12, no. 1 (2015): 2. 54 Dwi Ratnasari, ―Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Qur‘an,‖ Komunika: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 5, no. 1 (2011): 93. 53 53 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Nabi Ayyub As Nabi Syu‘aib As Nabi Musa As Nabi Harun As Nabi Dzulkifli As Nabi Daud As Nabi Sulaiman As Nabi Ilyas As Nabi Ilyasa‘ As Nabi Yunus As Nabi Zakariya As Nabi Yahya As Nabi Isa As Nabi Muhammad SAW Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir sebagai penutup risalah para nabi dan rosul. Tidak ada lagi nabi setelah beliau terdapat dalam firman Allah dalam (QS. Al Ahzab: 40).55 E. Tugas Rasul Allah SWT Di bawah ini ada beberapa ayat yang berkaitan dengan tugas para nabi. “Dan kami Telah menganugerahkan Ishak dan Yaqub kepadanya. kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. semuanya termasuk orang-orang yang 55Indra Aditiyawarman, ―Muhammad Nabi yang Dijanjikan,‖ Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 3, no. 1 (2009): 133–147. 54 shaleh. Dan Ismail, Alyasa‟, Yunus dan Luth. masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya), Dan kami lebihkan (pula) derajat sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan dan Saudara-saudara mereka. dan kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi dan rasul-rasul) dan kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus”(QS. Al-An‘am 86-87, terdapat juga di dalam (Q.S Al-Ahzab 45-46), (Q.S Al-Baqarah 151) dan (QS. Al-Ahzab 33:21)56 F. Rasul ulul Azmi Ulul azmi adalah rasul-rasul yang mempunyai jiwa ketabahan yang luar biasa, dalam menjalankan tugas yang diberikan Allah SWT, beliau-beliau sangat sabar dan tabah menghadapi segala cobaan dan rintangan yang mereka terima dari kaum yang syirik pada misi mereka, adapun rasul-rasul ulul azmi tersebut : 1. Nabi Nuh As, beliau berdakwah sejak usia 40 tahun dengan sampai usia 950 tahun, umatnya tidak mau beriman. Beliau adalah rasul pertama yang diutus dibumi ini seperti yang disebutkan di dalam kitab ―shahih Bukhari‖ dan ―Shahih Muslim‖ tentang hadist syafaat dari Nabi Muhammad SAW. 2. Nabi Ibrahim As, pada zaman itu ada seorang raja yang sangat kejam dan zhalim bernama raja ―Namrudz‖, pada tahun kelahiran Ibrahim. beliaupun dibakar dalam api yang menyala-nyala. Tetapi Allah yang lebih berkuasa dan memelihara Ibrahim, sedikit pun beliau tidak merasakan kepanasan, malah kedinginan. 56 Hatta Abdul Malik, ―Dai Sebagai Ulama Pewaris Para Nabi‖ 9, no. 1 (January 23, 2017): 20–35. 55 3. 4. Nabi Musa As adalah salah satu pemimpin yang mampu bersikap tegas, Allah SWT memerintahkan kepada beliau agar melakukan dakwah kepada fir‘aun dan kepada kaumnya. Nabi Musa pun pergi ke istana dan berdakwah, menyampaikan ajaran tentang ke-Esaan Allah SWT, tidak ada Tuhan selain Allah dan agar taat kepada-Nya yang terdapat dalam Al-Qur‘an surah Thaha ayat 24. Nabi Isa As adalah putra Maryam yang dengan kekuasaan Allah lahir tanpa seorang ayah, beliau dilahirkan di Nazaret, sebelah utara Yuressalem pada tahun 622 sebelum Hijriyah. Bayi (Nabi Isa) dapat berkata penjelasanya dalam surah Maryam ayat 30-3357 G. Mukjizat Rasul Mukjizat ialah suatu kejadian luar biasa yang dialami oleh para Nabi dan Rasul atas kehendak Allah SWT. Mukjizat ini khusus hanya diberikan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-rasul Nya, Sedangkan manusia tidak diberikan mukjizat. H. 1. 2. 3. 4. Manfaat dan Alasan Beriman Makin sempurna imannya Mendapatkan pahala dari allah swt Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat Terdorong untuk melakukan prilaku sosial yang baik 57 M Abduh Amrie, ―Meneladani Kesabaran dan Ketabahan Rasul Ulul ‗Azmi dalam Berdakwah: Studi Kisah-Kisah dalam AlQur‘an‖ 11, no. 22 (2012): 21. 56 5. Terdorong untuk menjadikan contoh dan teladan dalam hidupnya Beriman kepada nabi dan rasul merupakan suatu syarat untuk menjadi seorang muslim. Nabi dan Rasul merupakan sosok yang diutus oleh allah swt ke Dunia untuk memberikan pesan kepada umat manusia. Beriman kepada nabi dan rasul merupakan rukun iman yang keempat. I. 1. 2. 3. 4. Contoh Penerapan Berperilaku jujur, Berkata baik, sopan dan apa adanya (tidak berbohong). Diberikan amanah jalankanlah secara maximal, baik amanah dari orang tua, guru, dari orang lain dan agama . Jika kita mempunyai keinginan sebaiknya berusaha sebaik dan sekeras mungkin untuk berjuang, dan menegakkan kebenaran dalam segala keadaan untuk mencapai kesuksesan dengan segala kesabaran dan menggunakan cara yang benar agar mendapat ridha allah SWT. Mempunyai sifat sabar dalam menjalankan kehidupan, dalam menerima cobaan atau ujian, karenanya dibalik ujian yang diberikan oleh allah akan ada balasan yang manis untuk kita jika kita menhadapinya dengan ikhlas. J. Referensi Achmad Luthfi. ―Konstruksi Metodelogi Tafsir : Tela‘ah Awal Pemikiran Fazlur Rahman‖ 3, no. 1 (2015): 1. 57 Aditiyawarman, Indra. ―Muhammad Nabi yang Dijanjikan.‖ KOMUNIKA: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 3, no. 1 (2009): 133–147. Amrie, M Abduh. ―Meneladani Kesabaran dan Ketabahan Rasul Ulul ‗Azmi dalam Berdakwah: Studi Kisah-Kisah dalam Al-Qur‘an‖ 11, no. 22 (2012): 21. Dwi Ratnasari. ―Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Qur‘an.‖ Komunika: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi 5, no. 1 (2011): 93. Eniyawati. ―Urgensi Belajar Iman Dan Takwa Di Perguruan Tinggi‖ 1, no. 2 (2014): 258–259. Gun Gun Gunawan and H Bunyamin. ―Pengembangan Aplikasi Kisah 25 Nabi Dan Rosul Berbasis Androit‖ 12, no. 1 (2015): 2. Hatta Abdul Malik. ―Dai Sebagai Ulama Pewaris Para Nabi‖ 9, no. 1 (January 23, 2017): 20–35. Husnel Anwar Matondang. ―Konsep Al-Iman Dan AlIslam: Analisis Terhadap Pemikiran Al-Izz Ibnu‘Abdul As-Salam‖ 4, no. 1 (2015): 55. Kholid. Al-Quran Kalamullah Mukjizat Terbesar Rasulallah, 2017. Mahmud, Akilah. ―Ahlak Terhadap Allah dan Rasulullah SAW‖ 11 (2017): 12. Muhammad Najib. ―Sejarah Nabi-Nabi Dalam AlQur‘an.‖ http://staialanwar.ac.id/jurnal/index.php/itqon/article/vie w/5 1, no. 1 (February 15, 2015): 105–121. Mukhlis Mukhtar. ―Risalah Menurut Konsepsi AlQur‘an‖ 9, no. 1 (2012): 3. Ratnasari. ―Sejarah Nabi-Nabi Dalam Al-Qur‘an‖ 2, no. 1 (2012): 99–101. 58 IMAN KEPADA HARI AKHIR Rizki Tiara Nisa, Robitoh Woro Utari, Siti Rustiana, Silviana Tri Novita Sari, Tania Hela Aldila, Trisca Zunita, Intan Verentia Saputri, dan Leni Novia A. Pengertian Iman Pengertian keimanan atau aqidah tersusun ke dalam enam perkara, yaitu:1) Ma‘rifat kepada Allah, 2) Ma‘rifat dengan alam yang ada di balik alam semesta ini, 3) Ma‘rifat dengan kitab-kitab Allah, 4) Ma‘rifat dengan nabi-nabi serta rasul-rasul Allah, 5) Ma‘rifat dengan hari akhir, 6) Ma‘rifat kepada takdir (qadla dan qadar).58 Iman adalah membenarkan di dalam hati.Adapunperkataan dengan lisan dan pengamalan denganperbuatan anggota badan termasuk dalamcabang-cabangnya iman. Seseorang yang membenarkan(mengakui dan mempercayai) denganhatinya yaitu mengakui keesaan Allah Ta‘ala,mengakui para rasul dengan membenarkan apayang mereka sampaikan dari sisi-Nya dengan hatinya, maka sah-lah imannya. Sehingga jika ia matidalam keadaan itu, ia mati sebagai mukmin yangselamat, dan tidak dianggap keluar dari imankecuali mengingkari hal-hal yang harus dipercayaidan diakui kebenarannya tersebut..59 58Rohmad Qomari, ―Prinsip Dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq,‖ INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 14, no. 1 (April 2009): 2. 59Nurul Huda, ―Konsepsi Iman Menurut Al-Baidawi Dalam Tafsir Anwar At Tanzil Wa Asrar At-Ta‘wil The Concept of Im an 59 Imandalam pengertian (istilah) syariah dapat dilihat sebagai berikut, "Sungguh Pembuat syariah telah mengkhususkan penggunaan kata “tashdiq‟ (pembenaran) yakni tashdiq dalam hati- terhadap tashdiq atas ajaran-ajaran syariyah. Ukuran minimal tashdiq adalah [membenarkan] dua kalimah syahadah dan selanjutnya diiringi oleh informasi yang disebutkan di dalam hadis Jibril, yaitu tashdiq terhadap Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhirat, dan qadar dari Allah. Semua ini merupakan hakikat dalam sudup pandang bahasa (lugawi), yaitu ditinjau dari sisi keberadaaannya sebagai tashdiq; dan dari sisi kekhususan maknanya terhadap ajaran-ajaran syariah ia adalah Majaz.Perbandingannya, hakikat kata dabbah menurut bahasa, adalah untuk setiap yang melata dan berjalan, dan pengkhususannya terhadap sebagian yang melata (yakni untuk yang berkaki empat) merupakan Majaz. dalam urf.60 B. Pengertian Hari Akhir Hari akhir adalah hari di mana dimulainya kehidupan akhirat danberakhirnya kehidupan dunia, seseorang yang beriman kepada hari akhirakan memiliki tujuan jangka panjang dan jangka pendek, dapat membedakanpekerjaan yang penting dan tidak penting, dapat menentukan mana yangharus diperioritaskan. Seseorang yang beriman kepada hari kemudian akanmemiliki visi hidup dan tujuan hidup yang jelas dan seseorang yangberiman kepada hari akhir maka akan According to Al-Baiḍāwi‘s Anwār at-Tanzil Wa Asrar atTa‘wil.,‖Jurnal Analisa 20, no. 01 (June 2013): 68. 60Husnel Anwar Matondang, ―Konsep Al-Iman Dan Al-Islam : Analisis Terhadap Pemikiran Al-‘Izz Ibn ‘Abd As-Salam (577-660 H. Atau 1181-1262 M),‖Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 63. 60 memiliki ketenangan batiniah dan akanmemiliki kendali sosial yang tinggi serta kepedulian sossial.61 Kiamat dalam Al-Qur‘an merupakan rahasia Allah, tidak ada mahluk yang mengetahuinya bahkan Nabi dan Rasul-Nya. Mereka hanya memberikan tanda-tanda datangnya kiamat. Kiamat merupakan kehancuran segala yang ada di dunia, semua mahluk akan mati kecuali memamng yang dikehendaki-Nya untuk tetap hidup.62 Mati ialah perpisahan di antara rohanidengan jasmani. Setelah manusia mati, mereka akan berada di alam kubur yang kemudiannyaakan didatangi dua orang malaikat yang akan bersoal jawab dengan si mati tentang amalannyasewaktu di dunia. Dengan kematian, maka terjadilah hari kiamat pada diri sendiri iaitu dikenalisebagai Kiamat Sughra sebelum berlakunya hari kiamat yang sebenar-benarnya. Berdasarkan kepada keterangan yang dipaparkan tersebut, dapat dirumuskan bahawa harikiamat merupakan hari yang paling dahsyat bagi seluruh umat manusia. Namun, bagi umatIslam yang tidak beriman kepada Allah SWT, mereka tidak akan mempercayai wujudnya hariKiamat dan terus melakukan dosa. Dalam hal ini, berbeda dengan seseorang mukmin yangberiman. Mereka akan sentiasa bersiap sedia untuk menghadapi hari kiamat denganmempersiapkan dirinya dengan amal 61Akhirin, ―Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Melalui Rukun Iman Dan Rukun Islam,‖ Jurnal Tarbawi 10, no. 2 (July 2013): 29. 62Efa Ida Amaliyah, ―Pesan Moral Kiamat Perspektif AlQur‘an,‖ Hermeunetik 7, no. 2 (Desember 2013): 302. 61 soleh bagi meraih keridhoan Allah SWT.Pada hari kiamat juga, segala perbuatan manusia di dunia akan dihitung.63 C. Dalil Hari Akhir Sering menghitung amalan dan kualitas keimanan diri sendiri. Allah Berfirman dalam Al-Qur‘an surat AlHasyr ayat 18 yang artinya: ―Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan‖. (Al Hasyr :18) Sejalan dengan ini, Umar bin Khattab r.a. berwasiat, Artinya: ―Hisablah dirimu sekalian sebelum kamu dihisab.‖ Selagi waktukita masih longgar, hitunghitunglah bekal kita untuk hari akhirat. Apakahsudah cukup untuk mendapat ampunan dan surga dari Allah Swt. Sungguh ini sarana yang efektif untuk memperbaharui iman yang ada didalam diri kita.64 Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur‘an surat AlIsra ayat 49-52 yang artinya: ‖Dan mereka berkata, ―Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur; apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?‖ Katakanlah, ―Jadilah kamu sekalian batu atau 63Nurul Hilwany Che Shaffine, ―Pemikiran Islam Dalam ‘Ayn Karya Kemala,‖ Jurnal Melayu 14, no. 2 (2015): 247. 64Silahuddin, ―Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Prespektif Islam,‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 16, no. 2 (February 2016): 208. 62 besi atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiran kalian.‖ Maka mereka akan bertanya, ―Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?‖ Katakanlah, ―Yang telah menciptakan kalian pada yang pertama kali.‖ Lalu mereka akan menggelenggelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, ―Kapan itu (akan terjadi)?‖ Katakanlah, ―Mudahmudahan waktu berbangkit itu dekat, ‖ yaitu pada hari Dia memanggil kalian, lalu kalian mematuhi-Nya sambil memujinya dan kalian mengira bahwa kalian tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja‖. Allah SWT Berfirman dalam Al-Qur‘an surat AlKahfi ayat 21 yang artinya: ―Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka, agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata: "Dirikan sebuah bangunan di atas (gua) mereka, Tuhan mereka lebih mengetahui tentang mereka". Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya kami akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya". (Al Kahfi: 21) Tidak diragukan lagi bahwa peristiwa yang sangat menakjubkan inimembawa manfaat besar. Yaitu, ketika sekelompok anak muda yang hatinyadipenuhi iman telah tidur di dalam gua "Kahfi" begitu panjang, yakni selama tigaabad, tepatnya selama 300 tahun Syamsiyah atau 309 tahun Qamariyah. Setelahmelewati masa yang begitu lama, mereka bangun dari tidurnya yang nyenyak itu.Menyimak kisah "Ashab Al-Kahfi" ini sangat efektif dalam mengarahkanumat manusia untuk menyadari 63 kemungkinan terjadinya Ma'ad, serta menyingkirkankeraguan-keraguan dari dalam hatinya. Karena, setiap peristiwa tidur itu mirip dengan kematian (tidur adalah saudaranya mati). Oleh karena itu pada kejadian tidur-bangun biasa ini,kembalinya ruh ke tubuh setelah tidur bukanlah hal yang menakjubkan bagiumumnya orang. Akan tetapi, tubuh yang tidak pernah diberi makanan selama 300tahunmenurut perhitungan manusia dan secara naturalpasti akan mengalamipembusukan, kematian dan tidak mungkin layak bagi ruh untuk kembali kepadanya.Dengan demikian, adanya kehidupan baru di alam lain pascakematian tak ubahnya dengan peristiwa "Kahfi" tersebut. Artinya, Ma'ad dan HariKebangkitan bukanlah sesuatu yang mustahil, bahkan pasti terjadi sesuai denganjanji Allah SWT.65 D. Cara Beriman Supaya iman yang ada pada diri manusia bisa bertahan bahkan dapat meningkat, maka iman yang ada pada diri manusia harus selalu diperbaharui. Ada beberapa cara untuk selalu memperbaharui iman antara lain: 1. Menyimak ayat-ayat Al-Qur‘an. Al-Qur‘an diturunkan Allah sebagai cahaya dan petunjuk, juga sebagai obat bagi hati manusia. ―Dan Kami turunkan dari Al-Qur‘an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.‖ (AlIsra‘: 82). 65Misbahuddin, ―Al-Ma‘Ad Dalam Al-Qur‘an,‖ Jurnal al-Asas 3, no. 2 (Oktober 2015): 30–34. 64 2. 3. 4. 5. 6. Merasakan keagungan Allah seperti yang digambarkan Al-Qur‘an dan Sunnah. Seorang muslim yang ketika dihadapkan dengan keagungan Allah, hatinya akan bergetar dan jiwanya akan tunduk. Memperbanyak amal shalih. Banyak beramal shalih, akan menguatkan iman manusia. Jika ia secara terus-menerus berbuat amal shalih, Allah akan mencintainya. Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah Saw. menerangkan bahwa Allah berfirman, ―Hamba-Ku senantiasa bertaqarrub kepada-Ku dengan mengerjakan nafilah sehingga Aku mencintainya.‖ (Shahih Bukharino. 6137). Menghadirkan perasaan takut mati dalam keadaan yang buruk (sū‟ alkhātimah). Rasa takut ini akan mendorong kita untuk taat dan senantiasa menjaga iman kita. Memperbanyak mengingat kematian. Mengingatingat mati bisa mendorong kita untuk menghindari diri dari berbuat durhaka kepada Allah; dan dapat melunakkan hati kita yang keras. Karena itu Rasulullah menganjurkan kepada kita, ―Kunjungilah orang sakit dan iringilah jenazah, niscaya akan mengingatkanmu terhadap hari akhirat.‖ (Ṣaḥih al-Jāmi‟ No.4109) Memperbanyak mengingat Allah SWT. (dzikir). Melalaikan mengingat Allah adalah kematian hati. Tubuh kita adalah kuburan sebelum kita terbujur di kubur. Karena itu, orang yang ingin mengobati imannya yang lemah, harus memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. ―Dan ingatlah Rabb-mu jika kamu lupa.‖ (Al-Kahfi: 24) ―Ingatlah, hanya dengan 65 7. 8. 9. 10. 11. mengingat Allah, hati menjadi tentram.‖ (Ar-Ra‘d: 28) Memperbanyak munajat kepada Allah dan pasrah kepada-Nya. Seseorang selagi banyak pasrah dan tunduk, niscaya akan lebih dekat dengan Allah. Sabda Rasulullah SAW. ―Saat seseorang paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia dalam keadaan sujud, maka perbanyaklah doa.‖ (HR. Muslim) Bersikap tawadhu. Rasulullah juga berkata, ―Barangsiapa menanggalkan pakaian karena merendahkan diri kepada Allah padahal dia mampu mengenakannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat bersama para pemimpin makhluk, sehingga dia diberi kebebasan memilih di antara pakaian-pakaian iman mana yang dikehendaki untuk dikenakannya.‖ (HR. Tirmidzi) Memperbanyak amalan hati. Hati akan hidup jika ada rasa mencintai Allah, takut kepada-Nya, berharap bertemu dengan-Nya, berbaik sangka dan ridha dengan semua takdir yang ditetapkan-Nya. Sering menghitung amalan atau menghisab kualitas keimanan diri sendiri. Berdoa kepada Allah agar diberi ketetapan iman. Doa adalah kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seorang hamba. Rasulullah SAW. berwasiat, ―Imanitu dijadikan di dalam diri salah seorang di antara kamu bagaikan pakaianyang dijadikan, 66 maka memohonlah kepada Allah agar memperbaharuiiman di dalam hatimu‖.66 Dia E. 1. Macam-Macam Hari Akhir Pembagian Hari Kiamat Di dalam Islam terdapat 2 pembagian kiamat, yaitu: a. Kiamat Sughra. Kiamat sugra atau biasa disebut dengan nama kiamat kecil merupakan berakhirnya kehidupan sebagian makhluk di dunia ini, baik itu secara individu maupun secara kelompok. Contoh Kiamat Sughra : 1) Meninggalnya seseorang 2) Terjadinya bencana alam, seperti : gempa bumi, banjir, tsunami, dsb. b. Kiamat Kubra Kiamat kubra alias kiamat besar merupakan seluruh berakhirnya kehidupan makhluk yang ada di dunia ini. Siapa saja tak akan pernah bisa mengetahui datangnya dari kiamat kubra ini. Contoh kiamat kubro : 1) Matahari terbit dari ufuk barat 2) Munculnya binatang yang dapat berbicara dengan manusia 3) Keluarnya dajjal 4) Munculnya imam mahdi.67 66Silahuddin, ―Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Prespektif Islam,‖ 207–209. 67 F. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tanda-Tanda Hari Akhir Tanda-tanda adanya hari akhir diantaranya: Islam memberikan indikasi tentang adanya fenomena nabi palsu penyesat umat yang akan muncul pada akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat. Pada akhir zaman akan terjadi banyak gempa, sebagaimana yang telah disebutkan di dalam Hadits dan juga Al-Qur‘an. Berita tentang terjadinya gempa di dalam Islam telah di kabarkan oleh Rasulullah SAW. Terjadinya hari kiamat menurut Islam diawali dengan tiupan sangkakala. Agama Islam meyakini akan kedatangan nabi Isa A.S.pada akhir zaman. Tanda-tanda kiamat dalam Islam terdapat pada tiap-tiap peristiwa, baik sughra maupun kubra. Kiamat sughra ada ± 10 tanda dan kiamat kubra ada ± 9 tanda. Fenomena nabi palsu menurut Islam termaktub dalam Al-Hadits. Menurut Islam, akhir zaman ditandai dengan diangkatnya ilmu dan meratanya kebodohan.68 G. Alam Ghaib Atau Gambaran Hari Akhir Dalam perspektif Islam, manusia harus merealisasikan tujuan kemanusiaannyadi alam semesta, baik sebagai syahid Allah, „abd Allah maupun khalifah 67Deddy Puji Iswanto and M. Wahid Nur Tualeka, ―Eskatologi Dalam Perspektif Islam Dan Protestan,‖ AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama 2, no. 1 (2016): 5. 68Ibid., 4–5. 68 Allah. Dalamkonteks ini Allah menjadikan alam semesta sebagai wahana bagi manusia untukbersyahadahakan keberadaan dan kemahakuasaanNya. Wujud nyata yang menandaisyahadah itu adalah penunaian fungsi sebagai makhluk „ibadah dan pelaksanaan tugas-tugassebagai khalifah. Dalam hal ini alam semesta merupakan institusi pendidikan,yakni tempat dimana manusia dididik, dibina, dilatih dan dibimbing agarberkemampuan merealisasikan atau mewujudkan fungsi dan tugasnya.Karena alam inibukan hanya syahadah saja, tetapi ada alam ghaib, maka sebagai wilayah studi objektelaah pendidikan islami tidak hanya berkaitan dengan gejala-gejala yang dapat diamatiindera manusia (fenomena), tetapi juga mencakup segala sesuatu yang tidak dapatdiamati oleh indera (noumena).Karenanya pengetahuan yang ditransfer tidak hanyapengetahuan indrawi dan rasional tetapi juga ilmu-ilmu laduny, isyraqi, iluminasi dankewahyuan.69 H. 1. Peristiwa Yang Berhubungan Peristiwa-peristiwa kecil Peristiwa ini adalah suatu kejadian yang rutin di alam semesta, yang menjadi bagian dari kontinuitas proses penciptaan alam dan penciptaan kembali. Peristiwa ini mewakili gerak perubahan dalam evolusi dunia. Dalam skala ini, boleh jadi hanya terjadi di kawasan bumi saja. Sedangkan dalam skala yang lebih 69Dedi Sahputra Napitupulu, ―Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam,‖ Tazkiya: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 1 (June 2017): 12. 69 luas akan mempengaruhi keadaan dunia, tata surya (solar system) dan berbagai galaksi. 2. Peristiwa-peristiwa Besar Peristiwa ini terjadi dalam skala yang luas secara kosmos, yang melibatkan tata surya dan dalam skala yang lebih luas melibatkan seluruh galaksi. Hal ini sesuai tertuang dalam QS. Al-Insyiqaq ayat 1-2, yang artinya : “apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya dan sudah semestinya langit itu patuh.” Skenario yang mempunyai hubungan dengan AlQur‘an adalah ditabraknya bumi oleh benda antariksa seperti asteroid atau komet yang cukup besar. Apabila benda antariksa ukuran luasnya sekitar 10 KM dan menabrak dengan kecepatan 30 km/sekon, maka bola api yang timbul akibat gesekan dan turbulensi atmosfer merusak lapisan ozon serta menimbulkan suhu 500º pada belahan bumi yang tertimpa. 3. Kiamat Universal Peristiwa kiamat universal ini akan terjadi serentak yang akan melibatkan seluruh alam raya. Pada klimaksnya semua akan binasa kecuali Allah. Peristiwa ini juga disebut the Ultimate Event (Peristiwa Akhir), yaitu berakhirnya urutan fisika alam semesta, kecuali Zat Allah.Al- Qur‘an Surat : Ar-Rahman/55: 26-27, yang artinya : “semua yang ada didalamnya akan binasa (26), dan tetap kekal Zat Tuhan-mu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan (27).” 70 4. Kebangkitan Ini adalah peristiwa terakhir dari perjalanan hidup manusia. Hari kebangkitan adalah kulminasi semua peristiwa kiamat baik yang kecil maupun yang besar. Peristiwa ini hanya sekali dan menandakan dimulainya alam besar, yang lebih besar dan agung dari seluruh tingkatan alam semesta ini. Hari kebangkitan akan datang dengan tiba-tiba. Pada saat itu, semua manusia dari seluruh generasi akan dihidupkan kembali, lalu diadili sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan semasa hidup di dunia.70 I. Referensi Akhirin. ―Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Melalui Rukun Iman Dan Rukun Islam.‖ Jurnal Tarbawi 10, no. 2 (July 2013): 1–31. Deddy Puji Iswanto, and M. Wahid Nur Tualeka. ―Eskatologi Dalam Perspektif Islam Dan Protestan.‖ AL-Hikmah: Jurnal Studi Agama-Agama 2, no. 1 (2016): 1–9. Dedi Sahputra Napitupulu. ―Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam.‖ Tazkiya: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 1 (June 2017): 1–15. Efa Ida Amaliyah. ―Pesan Moral Kiamat Perspektif AlQur‘an.‖ Hermeunetik 7, no. 2 (Desember 2013): 297– 314. Husnel Anwar Matondang. ―Konsep Al-Iman Dan AlIslam : Analisis Terhadap Pemikiran Al-‘Izz Ibn 70Efa Ida Amaliyah, ―Pesan Moral Kiamat Perspektif AlQur‘an,‖ 303–304. 71 ‘Abd As-Salam (577-660 H. Atau 1181-1262 M).‖Analytica Islamica 4, no. 1 (2015): 54–83. Misbahuddin. ―Al-Ma‘Ad Dalam Al-Qur‘an.‖ Jurnal alAsas 3, no. 2 (Oktober 2015): 27–40. Nurul Hilwany Che Shaffine. ―Pemikiran Islam Dalam ‘Ayn Karya Kemala.‖ Jurnal Melayu 14, no. 2 (2015): 1–20. Nurul Huda. ―Konsepsi Iman Menurut Al-Baidawi Dalam Tafsir Anwar At Tanzil Wa Asrar At-Ta‘wil The Concept of Im an According to Al-Baiḍāwi‘s Anwār at-Tanzil Wa Asrar at-Ta‘wil.‖Jurnal Analisa 20, no. 01 (June 2013): 65–74. Rohmad Qomari. ―Prinsip Dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq.‖ INSANIA : Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 14, no. 1 (April 2009): 1–16. Silahuddin. ―Internalisasi Pendidikan Iman Kepada Anak Dalam Prespektif Islam.‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 16, no. 2 (February 2016): 199–215. 72 MEMAHAMI IMAN KEPADA QADA DAN QADAR Ujang Nirmala, Viviani, Wahidatur Rofi‘ah, Wulan Suci, Yeni, dan Zahrotun Nada A. Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar Iman kepada qadar termasuk kedalam tauhid ArRububiyah. Menurut Imam Ahmad Rahimahulullah bahwasanya kata ―qadar‖ adalah kekuasaan Allah SWT. Qadar adalah rahasia Allah SWT yang tersembunyi, dan tidak ada seseorang pun yang mengetahui kecuali Allah SWT, yang telah Allah SWT tuliskan di lauh mahfuzh dan tak ada seorang pun yang dapat melihatnya. Oleh karena itu kita tidak tahu takdir apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Apakah itu takdir baik ataupun takdir buruk. Iman kepada qadar adalah termasuk tauhid ArRububiyah. Oleh karena itu Imam Ahmad Rahimahulullah berkata: ―qadar adalah merupakan kekuasaan Allah SWT‖. Karena tak syak lagi, qadar (takdir) termasuk qudrat dan kekuasaan-Nya yang menyeluruh, di samping itu, qadar adalah rahasia Allah SWT yang tersembunyi, tak ada seorang pun yang dapat mengetahuinya kecuali Dia, tertulis di lauh mahfuzh dan tak ada seorangpun yang dapat melihatnya. Kita tidak tahu, takdir baik atau buruk yang telah ditentukan untuk kita maupun untuk makhluk lainnya, kecuali setelah terjadi atau berdasarkan nash yang shahih. Jadi iman kepada qada dan qadhar adalah meyakini atau mempercayai bahwa segala sesuatu itu di tentukan atau ditetapkan oleh Allah SWT yang tidak bisa diubah-ubah, oleh mahluk hidup seperti mati atau hidup 73 kita dan jenis kelamin serta jodoh itu sudah takdir yang sudah di tetapkan oleh Allah SWT. Adapun takdir yang dapat diubah itu disebut dengan qada seperti rezeki jika kita berusaha pastinya kita akan diberikan rizki yang lebih dan apa bila kita bermalas-malas untuk mencari rizki maka kita juga tidak akan mendapatkan rizki yang kita inginkan. Adapun umat Islam dalam masalah qadar ini terpecah menjadi tiga golongan: Pertama: ada yang berpendapat ekstrim dalam menetapkan qadar yaitu bahwa manusia sama seklai tidak mempunyai kemampuan dan keinginan, dia hanyalah dikendalikan dan tidak mempunyai pilihan, sepertihalnya bonekah yang sedang dimainkan pemiliknya tidak bisa bergerak sendiri. Golonga ini tidak lah membedakan antara perbuatan manusia yang terjadi atas keinginannya dan yang bukan keinginannya. Oleh karena itu golongan ini termasuk yang sesat karena sudah jelas menurut agama, akan dan adat kebiasaan bahwa manusia dapat membedakan antara perbuatan yang dikehendakinya dan perbuatan yang terpaksa. Kedua: pendapat ini juga tergolong ekstrim karena menolak bahwa apa yang diperbuat oleh manusa adalah karena kehendak dan keinginan Allah SWT serta diciptakan oleh-Nya. Menurut mereka, manusia memiliki kebebasan atas apa yang dilakukannya dan Allah SWT tidak mengetahui atas apa yang diperbuat oleh manusia keculai setelah terjadi. Golongan ini juga termasuk ekstrim dalam menetapkan kemampuan dan kehendak makhluk. Ketiga: pada golongan yang ini berpendapat mereka yang beriman, sehingga diberi petunjuk oleh 74 Allah SWT untuk menemukan kebenaran yang telah diperselisihkan. Mereka itu Ahlussunnah Wal Jamaah. Dalam masalah ini mereka menempuh jalan yang tengah dengan berpijak diatas dalil syar‘i dan dalil aqli.71 Iman kepada qadar merupakan tiang iman keenam atau sebagai rukun iman yang terakhir. Qadar yang dalam keseharian sering disebut dengan takdir, ialah suatu aturan umum yang telah diciptakan Allah untuk menjadi dasar alam ini, di mana terdapat hubungan sebab-akibat. Sejak dahulu masalah qadah dan qadhar telah menjadi pembahasan para ahli agama maupun filsafat, didalam pembahasan antara para ahli agama yang paling penting membahasa mengenai tindakan manusia itu sendiri, apakah manusia memiliki kebebasan dalam menjalankan sesuatu dan melakukan sesuatu ataukah tindakan dan tingkah laku manusia itu sudah di tentukan oleh Allah SWT sehingga manusia tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan perbuatannya. B. Dalil Tentang Qadha dan Qadar Pembahasan tentang qadha dan qadar merujuk kepada ayat-ayat al-Qur`an, diantaranya; 1. QS. al-An‘am: 2 yang artinya; ―Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah 71Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin, ―Qadha Dan Qadar,‖ trans. Masykur.MZ, Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah (2007): 7–9. 75 mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).” 2. QS. al-A‘raf: 34 yang artinya; ―tiap-tiap umat mempunyai batas waktu 72; Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” 3. QS. Yunus: 49 yang artinya; “Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". tiap-tiap umat mempunyai ajal73. apabila telah datang ajal mereka, Maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).” 4. QS. al-Qamar:52-53 yang artinya; ―dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,‖ 5. QS. Ali Imran:145 yang artinya; ―sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” Dari pengertian ayat diatas menunjukkan bahwasannya macam-macam qadar yang tidak dapat di elak lagi, ataupun sudah menjadi ketetapan sang pencipta, adapun yang selain dari ayat diatas seperti 72Maksudnya: tiap-tiap bangsa mempunyai batas waktu kejayaan atau keruntuhan. 73Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya. 76 mencuri, membaca Al-qur‘an, tolong-menolong, saling membantu sesamanya, dan kegiatan lainnya itu bukan termasuk qadar, tetapi kita sendirilah yang melakukan perbuatan tersebut. perbuatan baik ataupun buruk itu juga termasuk kehendak atau keinginan kita. Adapun ayat yang menunjukkan bahwa nasib itu dapat dirubah terletak pada surah ar ra‘du, ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..” Dari ayat diatas menunjukkan bahwa manusia diberi kuasa bahkan diperintah atau diwajibkan untuk berusaha atau merubah nasibnya dengan ikhtiar memperbaiki nasib, menentukan jalan hidup dan mengelola serta melestarikan dan memanfaatkan potensi alam, sesuai dengan ketentuan alam yang telah digariskan oleh takdir. Semua keajaiban alam diciptakan untuk mahluknya agar manusia mengakui kemaha besaran Allah SWT. Yang pada akhirya bersyukur kepada-Nya. Akan tetapi, kenyataan hidup membuktikan bahwa tidak semua usaha dan ikhtiar itu pasti berhasil, oleh karena itu sangatlah tepat bila setiap usaha disertai dengan do‘a, agar diberi kemudahan dan keberhasilan dalam berusaha serta membawa berkah bahagia dunia akhirat. C. Cara Beqriman Kepada Qadha dan Qadar Cara mengimani Qadha dan Qadar yaitu dengan cara mengimani bahwa Allah SWT itu menciptakan semua mahkluk untuk menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang telah dilarang 77 oleh Allah, dan Allah juga menciptakan makhluk yang bernama Lauh dan Qaalam denga tugas mencatat serta mendokumentasikan segala apa yang akan dan telah diperbuat oleh makhluk ciptaan-Nya.74Setiap perkara yang Allah kehendaku pasti akan berlaku dan setiap perkara yang tidak dikehendaki pasti tidak akan berlaku. Seperti Hadis dan Ayat Al-Qur‘an dibawah ini yang masing-masing artinya: 1. “Apa yang dikehendaki oleh Allah akan kejadiannya pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki oleh –Nya maka tidak akan pernah terjadi” (HR. Abu Dawud) 2. “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. (QS. An- Nahl 16:93) 3. ”Dan seandainya Tuhanmu (Wahai Muhammad) berkehendak, niscaya seluruh yang ada di bumi ini akan beriman”. (QS Yunus:99) Apa yang harus kita lakukan agar tetap ada rasa beriman kepada kepada Qadha dan Qadar antara lain: 1. Hendaknya senantiasa berusaha dan berikhtiar Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak boleh pasrah begitu saja terhadap nasib yang menimapanya. Tetapi, ia harus berusaha keras terlebih dahulu sebelum berserah diri; 2. Senantiasa bersikap optimis dari pesimis meraih harapan; 3. Berdoa dan bertawakal kepada Allah SWT. 74Abu Abdurrahman Ali bin as-Sayyid al-Washifi.Qadha dan Qadar. (Jakarta Selatan. Pustaka Azzam. 2005) 51 78 4. 5. 6. Sabar menghadapi cobaan. Manusia yang beriman selalu meyakini bahwa apapun yang menimpanya akan menjadi suatu kebaikan, asal selalu menyikapinya dengan baik pula; Meyakini bahwa semua cobaan berasal dari Allah SWT. Segala bentuk musibah dan cobaan tidak terlepas dari qada dan qadar Allah SWT; Dengan menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT atau hukum alam. D. Jenis-Jenis Takdir Hubungan Qada‘ dan Qadar Sangat Erat Dan Tidak Dapat Terpisahkan. Qada‘ Adalah Ketetapan Yang Bersifat Rencana dan Ketika Rencana Itu Bersifat Kenyataan, Maka Kenyataan Itu Bernama Qadar atau Takdir. Dalam Kehidupan Sehari-Hari Kita Terbiasa Dengan Menggunakan Kata Takdir, Padahal Yang Dimaksud Adalah Qada‘ dan Qadar. Berdasarkan Kesepakan Ulama, Takdir Dibagi Menjadi Dua, Yaitu Takdir Mubram Dan Takdir Muallaq.75 1. Takdir Mubram. Takdir Mubram Merupakan Ketentuan Allah SWT. Yang Manusia Tidak Dapat Mengubahnya Meski Mengusahakannya.76 Termasuk Ketentuan Jenis Kelamin, 75Dedi Wahyudi and Lilis Marwiyanti, ―PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE DALAM MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK,‖ Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 7, no. 2 (December 29, 2017): 267–292. 76 Noer Faqih Arsyi ys, ―PAI Kelas XII BAB Al-Qadha Qadar,‖ SMAN 1 Jawa Barat (2011). 79 Kelahiran Dan Kematian. Misalnya, Ada Bayi Yang Baru Lahir, Lalu Keesokan Harinya Ia Meninggal dan Ada Juga Kakek Yang Sudah Berusia Lanjut Tetapi Sampai Detik Ini Allah Masih Memberikan Umur Untuknya. Artinya Manusia Tidak Dapat Mengubah Mengenai Usia Kehidupannya, Karena Segala Kuasa Atas 77 Kehendaknya. 2. Takdir Mu‘allaq. Takdir Mu‘allaq Merupakan Takdir Yang Masih Dapat Diubah Oleh Usaha Manusia. Setiap Hamba Diberikan Kesempatan Atau Peluang Oleh Allah Untuk Berusaha Mengubah Keadaan Dirinya Menjadi Lebih Baik. Di sinilah Letak Usaha, Akan Tetapi Tetap Usaha Atau Ikhtiar Manusia Tidak Mutlak Berhasil.78 Misalnya : Ada Seseorang Yang Bercita-Cita Menjadi Penghafal AlQur‘an, Untuk Mewujudkannya Ia Menghafal Dengan Tekun, Sabar Dan Terus-Menerus Hingga Akhirnya Ia Hafal 30 Juz. E. Manfaat Qadha dan Qadar Pendidikan akidah akhlak merupakan pendidikan yang penting. Pendidikan yang perlu diberikan kepada peserta didik sejak mereka masih berusia kanak-kanak hingga dewasa untuk menjaga agar mereka nantinya tidak terjerumus kepada aliran yang membawa mereka ke dalam kemusyrikan serta kemurtadan. Peseta didik 77Moch Singgih Harianto, ―Cara Mudah Memperoleh Rezeki Menurut Al-Qur‘an : Kajian Tematik‖ (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), accessed November 20, 2018, http://digilib.uinsby.ac.id/19473/. 78 Noer Faqih Arsyi ys, ―PAI Kelas XII BAB Al-Qada‘ Qadar,‖ SMAN 1 Jawa Barat (n.d.): 2011. 80 wajib dibekali pendidikan serta pemahaman akidah yang benar serta kuat. Akidah merupakan iman kepada Allah SWT sebagai sumber serta pencipta segala yang ada di muka bumi ini. Melakukan ibadah, do‘a serta meminta tolong hanya kepada Allah SWT, serta mengagungkan kesucian Allah SWT. Pemahaman tentang iman sangat perlu ditanamkan dalam otak serta hati peserta didik sejak usia dini. Sehingga seluruh tubuh serta aliran darahnya tergambar bahwa mereka adalah makhluk Allah SWT yang taat serta tunduk kepada ketentuanNya. Pelajaran akidah akhlak membimbing dan mengajarkan peserta didik mengenai akidah islam agar peserta didik mengetahui, memahami, serta mengamalkan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran agama islam. Dalam pelaksanaan nya seseorang dapat memahami serta menerapkan kebenaran ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-harinya.79 Kadar keimanan akan menjadi dasar dalam berperilaku bagi setiap manusia yang mengaku dirinya seorang muslim. Dengan iman tersebut itulah yang membuat seseorang akan merasa diperhatikan oleh Allah SWT. Dan dengan keimanan terhadap qada dan qadar ini akan memberikan manfaat terhadap kehidupan manusia. Adapun manfaat beriman kepada qada dan qadar antara lain sebagai berikut: 1. Akan senantiasa membantu untuk menghindari perbuatan jahat; 79 Muhammad AR, ―Pendidikan Agama: Sebuah Kewajiban Rumah Tangga Pada Peringkat Awal,‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 12, no. 2 (2012): 274. 81 2. Akan senantiasa memberikan motivasi untuk berbuat kebaikan di muka bumi ini sebagai bekal untuk akhirat dan kesuksesan materil yang dirasakan dimuka bumi ini; 3. Akan senantiasa menjadi pelengkap tauhid seseorang; 4. Akan senantiasa mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan dalam jiwa seseorang karena selalu berprasangka baik terhadap takdir yang telah allah tetapkan; 5. Akan meningkatkan moral dan pendidikan seseorang; 6. Manusia akan dapat melihat pada fenomena dunia dan peristiwa yang telah ditakdirkan oleh Allah SWT; 7. Akan senantiasa menambah keyakinan iman seseorang terhadap Allah SWT sehingga akan memberikan kesenangan dalam melakukan perintah Allah SWT; 8. Manusia yang yakin dan percaya kepada qada dan qadar tak akan cepat goyah dan putus asa ketika mengalami kesusahan,kekalahan, dan peristiwa yang tak menyenangkan lainnya.80 Kepercayaan umat Islam terhadap qada dan qadar, terhadap manfaat yang dapat diambil dari iman kepada qada dan qadar. Yang merupakan suatu akidah yang dibina oleh umat islam berdasarkan keimanan kepada Allah SWT. Bahwa tak ada sesuatu pun yang terjadi di 80 Nurwahidin, ―Memahami Kembali Eksatologi Dan Semangat Etos Kerja Islami,‖ Jurnal Ilmiah Humanika 9, no. 1 (2009): 13–24. 82 muka bumi ini, bahkan semua perbuatan hamba yang diusahakannya, kecuali ada dalam ilmu Allah dan ketentuan-Nya. Dan bahwa Allah adil dalam qada dan qadarnya. Allah maha bijaksana dalam segala tindakan dan perencanaan-Nya. Kebijaksanaan-Nya Allah mengikuti kehendak-Nya, sehingga segala apa yang dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Tidak ada daya dan kekuatan yang datang kecuali dari Allah SWT. Hal itu didasarkan kepada dalil-dalil yang ada yakni dalil naqli dan dalil aqli.81 Akan tetapi tidak jarang juga terliat dalam masalah kepercayaan akan takdir dan dampaknya bagi umat islam. Boleh jadi sebagian umat islam mengalami kesulitan dalam memahami masalah ini sehingga bingung. Memang dalam Qs An-Nisa ayat 136 hanya menyebutkan lima unsur keimanan, tanpa menyebut adanya taqdir. akan tetapi Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang iman, beliau menyebut taqdir.82 F. Alasan Beriman Keyakinan tentang Iman kepada Allah terutama kepada qada dan qadar merupakan perbuatan yang penuh kasih sayang terhadap diri kita kepada Allah, sikap yang menerima ketentuan yang Allah kehendak adalah hal yang mulia bagi umat muslim, setiap umat muslim mengetahui bahwa islam sangat menekankan pentingnya amal shalih sekecil apapun amal yang telah Abu Bakr Jabir Al-Jaza‘ri, ―Minhaj Al-Muslim,‖ trans. Hasanuddin (Pustaka Litera Antar Nusa, 2003). 82 M. Quraish Shihab, ―Lentera Hati‖ (Mizan Media Utama, 2004). 83 81 di perbuat maka Allah SWT akan membalasnya. Beriman kepada qada dan qadar akan berdampak positif bagi manusia dan apabila salah dalam qada dan qadar maka akan melahirkan sikap yang apatis. Alasan beriman qada dan qadar disebabkan karena apabila orang muslim tidak percaya dengan salah satu hal saja yang berada dalam rukun iman maka seorang muslim tidak dapat di katakan sebagai orang yang beriman. Sebab dalam Al-Qur‘an sudah di jelaskan yaitu dalam surat An-Nisa Ayat 57 yang artinya: "Dan orang yang beriman dan mengerjakan amalan amalan yang shaleh kelak akan kami masukan mereka kedalam syurga yang di dalamnya mengalir sungai suangai" Pembahasan di atas dapat di jelaskan bahwa sikap umat muslim sangat di wajibkan untuk mengimani rukun iman termasuk qada dan qadar yang sudah Allah tetapkan. Agar umat muslim menyadari akan takdir Allah dan merubah hidupnya, dan apabila orang muslim tidak mengimani qada dan qadar maka akan mendapatkan balasan di akhirat kelak. Dan manusia pun harus percaya bahwa Allah telah menulis takdir setiap umatnya, kita sebagai umatnya harus percaya rukun iman karena hal ini merupakan salah satu yang sudah di tetapkan oleh Allah SWT dan kita sebagai umatnya harus percaya akan kehidupan kita di dunia seperti halnya Rezeki, Jodoh, maut dan sebagainya karena hal itu sudah tertulis pada Lauh Mahfudz.83 83 Mira Fauziah, ―Beriman Kepada Qadha Dan Qadar Dalam Al-Qur‘an,‖ Al-Mu„ashirah 11, no. 1 (January 2014): 62. 84 G. Contoh Penerapan Banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ketentuan yang terjadi pada alam semesta, manusia, dan makhluk yang lain. Dengan demikian, kita perlu memahami peristiwa-peristiwa yang terkait dengan qoda dan qadar Allah SWT. 1. Penciptaan Alam Semesta Allah SWT, telah menciptakan alam semesta dan Allah juga yang mengaturnya. Allah SWT menetapkan aturan tertentu bagi alam semesta agar tetap berjalan dan tidak binasa. Ini adalah salah satu bentuk takdik yang Allah berikan di alam semesta. Jika alam semesta ini berjalan berdasarkan hukum alam semesta tanpa adanya ketentuan dari Allah, tentu akan rusak. Contoh, matahari akan bebas terbit sehari dan terbenam dalam bebrapa hari. Bumi akan bebas beredar dan berotasi untuk bebeeapa jam serta berhenti untuk bebrapa jam kemudian. Demikian pula dengan bulan dan bintang akan berjalan dalam kehendaknya sendiri. Dan jika hal ini dibiarkan, maka alam semesta ini todak akan lestari. Alam semesta akan rusak tanda adanya peraturan yang ditetapkan dari Allah SWT. Oleh karena itu, untuk kesempurnaan makhluk, hukum alam juga selalu berjalan berdasarkan takdir Allah SWT. 2. Takdir Allah pada Binatang Ada bebrapa binatang yang mempunyai kekuatan melebihi kekeuatan manusia, tetapi ditundukkan oleh Allah SWT. Untuk dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Misalnya, adanya binatang seperti, kuda, unta, kerbau, atau kambing. Di sekitar tentu ada hewan yang bernama kerbau. Kerbau itu jelas 85 kekuatannya melebihi manusia. Dengan qoda dan qadarnya kerbau dapat ditundukkan dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk membajak disawah. Seperti yang ada dala Q.S. Yasin [36]: 71-73, yang artinya: ―dan tidaklah mereka melihat bahwa kami telah menciptakan hewan ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah kami ciptakan dengan kekuasaan kami, lalu mereka menguasainya? Dan kami menundukkannya (hewan-hewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan mereka dan sebagian untuk mereka makan. Dan mereka memeperoleh sebagian menfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?” 3. Takdir pada Tumbuh-tumbuhan Contoh takdir Allah SWT pada tumbuan dapat kita ambil dari kita ingin membudidayakan tanaman dengan menggunakan bibit yang unggul, dengan lahan yang subur, pengairan yang baik, dan itu semua tidaak menjamin bahwa tanaman yang kita taman akan tumbuh dengan baik. Basa jadi sebaliknya, menjadi gagal panen karena timbulnya kerusakan yang diakibatkan oleh hama atau yang tidak diketahui penyebab kegagalan panen tersebut. Kondisi diatas menunjukkan takdir Allah dalam mengurusi tumbuhan. Allah Swt berfirman yang artinya, ―dan harta kekayaan dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya (tanda menyesal) terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur roboh bersama penyangganya (parapara)lalu dia berkata, “betapa sekiranya dahulu aku tidak mempersatukan Tuhanku dengan suatu pun.‖ (Q.S. Al-Kahfi [18]:42) 86 4. Takdir Allah pada Manusia Contoh takdir yang telah ditetapkan Allah pada manusia yaitu dalam proses penciptaan manusia. Sebagaiamana mestinya mahkluk-mahluk lainnya, manusia terlahir karena adanya hubungan antara lakilaki dan perempuan. Jika laki-laki dan perempuan melakukan hubungan kelamin, maka akan terjadi kehamillan dan kelahirlah anak tau yang biasnyanya disebut dengan bayi. Hal ini yang berlaku dalam hukum sebab akibat. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran: “Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dia menciptakan apa yang dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang dia kehendaki, atau dia menganugrahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang dia kehendaki. Dia maha mengetahui, maha kuasa. (Q.S. Asy-Syura [42]: 49-50) Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. Menetapkan dalam sebab dan akibat bahwa jika laki-laki berhubungandengan perempuan lahirlah anak. Akan tetapi jika Allah SWT menunjuukkan kebesaran takdirnya dengan tidak menciptakan anak untuk manusia sebagai peringatan agar kita tidak hanya yakin pada kepastian sebab akibat. Dengan berbagai contoh diatas seharusnya kita sebagai hambanya Allah semakin mantap dalam menyakini qada dan qadar Allah. Jika kita nyakin kukuh terhadap takdor Allah yang memberikan dampak positif bagi hidup kita. 87 H. Referensi Abu Bakr Jabir Al-Jaza‘ri. ―Minhaj Al-Muslim.‖ Translated by Hasanuddin. Pustaka Litera Antar Nusa, 2003. AR, Muhammad. ―Pendidikan Agama: Sebuah Kewajiban Rumah Tangga Pada Peringkat Awal.‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 12, no. 2 (February 2012): 31– 32. Dedi Wahyudi, Lilis Marwiyanti. ―Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak.‖ Jurnal Mudarrisuna 7, no. 2 (2017): 276. Harianto, Moch Singgih. ―Cara Mudah Memperoleh Rezeki Menurut Al-Qur‘an : Kajian Tematik.‖ Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017. Accessed November 20, 2018. http://digilib.uinsby.ac.id/19473/. Ibnu Qayyim al-Jauziyah. ―Qadha Dan Qadar.‖ Pustaka Azzam 1, no. 1. 1 (2000): 15. M. Quraish Shihab. ―Lentera Hati.‖ Mizan Media Utama, 2004. Mira Fauziah. ―Beriman Kepada Qadha Dan Qadar Dalam Al-Qur‘an.‖ Al-Mu„ashirah 11, no. 1 (January 2014): 62. Muhammad Ali Ash-Shabuni. ―Safwatu Al-Tafassir.‖ Dar al-Kutub al-Islamiyyah 3, no. 1 (1999): 14–15. Muhammad AR. ―Pendidikan Agama: Sebuah Kewajiban Rumah Tangga Pada Peringkat Awal.‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 12, no. 2 (2012): 274. Muhammad Bin Shaleh Al-Utsaimin. ―Qadha Dan Qadar.‖ Translated by Masykur.MZ. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah (2007): 7–9. 88 Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqy. ―Al-Islam.‖ Pustaka Rizki Putra 1, no. 3 (2007): 302–304. Noer Faqih Arsyi ys. ―PAI Kelas XII BAB Al-Qada‘ Qadar.‖ SMAN 1 Jawa Barat (n.d.): 2011. ———. ―PAI Kelas XII BAB Al-Qadha Qadar.‖ SMAN 1 Jawa Barat (2011). Nurdinah Muhammad. ―Implementasi Ajaran Al-Qur‘an Tentang Qadha Dan Qadar Dalam Realita Kehidupan Umat.‖ Al-Mu„ashirah 9, no. 1 (January 1, 2012): 51–53. Nurwahidin. ―Memahami Kembali Eksatologi Dan Semangat Etos Kerja Islami.‖ Jurnal Ilmiah Humanika 9, no. 1 (2009): 13–24. ———. ―Memahami Kembali Eksatologi Dan Semangat Etos Kerja Islami.‖ Jurnal Ilmiah Humanika 9, no. 1 (2009): 25–27. Wahyudi, Dedi, and Lilis Marwiyanti. ―Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak.‖ Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 7, no. 2 (December 29, 2017): 267–292 89 MEMAHAMI AKHLAK Afifudin Ahmad Robani, Ambar Wati, dan Ambarwati A. Pengertian Akhlak Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (kebahasaan), dan pendekatan terminologi (peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af‟ala, yuf‟ilu if‟alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi‟ah (kelakuan, tabi‟at, watak dasar), al-„adat (kebiasaan, kelaziman), al-maru‟ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).84 Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut di atas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan bahwa secara linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah demikian adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas. Menurut bahasa (Etimonologi)) Akhlak ialah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi‟at, akhlak disamakan 84 Jamil Shaliba, ―al-Mu‟jam al-Falsafi, Juz I‖ Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014): 539. 90 dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambara sifat batin manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh tubuh, dalam bahasa yunani pengertian khuluq ini disamakan dengan kata ethcicos kemudian berubah menjadi etika.85 Dalam kamus Al-Munjadid khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat, akhlak diartiakn sebagai ilmu tata karma, ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila. Jadi akhlak adalah tingkah laku atau perbuatan dari seseorang baik itu buruk maupun baik yang mencerminkan diri seseorang yang berdasarkan norma atau adat istiadat setempat. Untuk menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah ini dapat merujuk kepada berbagai pendapat para pakar di bidang ini. Ibn Miskawaih yang selanjutnya dikenal sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dan terdahulu misalnya secara singkat mengatakan, bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.86 Sementara itu Imam Al-Ghazali yang selanjutnya dikenal sebagai Hujjatul Islam (pembela Islam), karena kepiawaiannya dalam membela Islam dari berbagai paham yang dianggap menyesatkan. Ibn Miskawaih 85 Mansur, ―Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam‖ Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 1 (2018). 86 Ibn Miskawaih, ―Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq‖ Jurnal Mudarrisuna, Vol 4, Nomor 2 (2014): 40. 91 mengatakan akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.87 Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, dalam Mu‟jam al-Wasith, Ibrahim Anis mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan 88 pertimbangan. Selanjutnya di dalam Kitab Dairatul Ma‟arif, secara singkat akhlak diartikan yaitu sifat-sifat manusia yang terdidik.89 Keseluruhan definisi akhlak di atas tampak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara satu dan lainnya. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan darinya ada lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu: Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan Imam al-Ghazali, ―Ihya‟Ulum al-Din‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, Nomor 2 (2014): 56. 88 Ibrahim Anis, ―al-Mu‟jam al-Wasith‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, Nomor 2 (2014): 2002. 89 Abd al-Hamid, ―Dairah al-Ma‟arif‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, Nomor 2 (2014): 436. 92 87 melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Oleh karena itu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam keadaan, tidur, hilang ingatan, mabuk, atau keadaan reflek seperti berkedip, tertawa dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang yang sehat pikirannya. Namun karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging, sebagaimana disebutkan pada sifat yang pertama, maka pada saat akan mengerjakannya sudah tidak lagi me-merlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal yang demikian tidak ubahnya dengan seseorang yang sudah mendarah daging mengerjakan shalat lima waktu, maka pada saat datang panggilan shalat ia sudah tidak merasa berat lagi mengerjakannya, dan tanpa pikir-pikir lagi ia sudah mudah dan ringan dapat mengerjakannya. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Oleh karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak dari orang yang melakukannya. Dalam hubungan ini Ahmad Amin mengatakan, bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk. Tetapi tidak semua amal yang baik atau buruk itu dapat dikatakan perbuatan akhlak. Banyak perbuatan yang tidak dapat disebut perbuatan akhlak, dan tidak dapat dikatakan baik atau buruk. 93 Perbuatan manusia yang dilakukan tidak atas dasar kemauannya atau pilihannya seperti bernafas, berkedip, berbolak-baliknya hati, dan kaget ketika tiba-tiba terang setelah sebelumnya gelap tidaklah disebut akhlak, karena perbuatan tersebut yang dilakukan tanpa pilihan. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan mainmain atau karena bersandiwara. Kelempat, sejalan dengan ciri yang ke empat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah SWT tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak. Dalam perkembangan selanjutnya akhlak tumbuh menjadi suatu ilmu yang berdiri sendiri, yaitu ilmu yang memiliki ruang lingkup pokok bahasan, tujuan, rujukan, aliran dan para tokoh yang mengembangkannya. Semua aspek yang terkandung dalam akhlak ini kemudian membentuk satu kesatuan yang saling berhubungan dengan membentuk suatu ilmu. Dalam Da‟iratul Ma‟arif Ilmu akhlak adalah Ilmu tentang keutamaan-keutamaan dan cara mengikutinya hingga terisi dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya hingga jiwa kosong dari padanya. Kelima di dalam Mu‟jam al- Wasith disebutkan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan dengan baik atau buruk. 94 Keenam selain itu ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ilmu akhlak adalah ilmu tentang tata krama. Ada beberapa definisi yang diutarakan oleh para ulama tentang makna akhlak. Al-Ghazali memaknai akhlak dengan: Sebuah tatanan yang tertanam kuat dalam jiwa yang darinya muncul beragam perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.90 Sebagian lagi mendefinisikan akhlak dengan: Sekumpulan nilai-nilai dan sifat yang menetap di dalam jiwa, yang dengan petunjuk dan standarnya sebuah perbuatan dinilai baik atau buruk oleh seseorang, yang untuk kemudian dia melakukan perbuatan tersebut atau mengurungkannya.91 Dari penjelasan di atas kiranya dapat kita simpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah Ta‟ala dan berakhlak karimah. Akhlak dimaksud disini adalah perilaku dalam kegiatan sehari hari, dan membangun akhlak mulia adalah menerapkan segala amal usaha atau perbuatan yang amanah jujur dan, tablig serta cerdas, Karena demikian maka perwujudan dari akhlak mulia membawa konsekuensi kepada tiap individu untuk kegiatan nya dalam jalan yang lurus , yaitu iklhas dalam Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, ―Ihya‟ Ulum adDin, Dar al-Ma‟rifah‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 0 6 No.12 (2017): 53. 91 Abdul Karim Zaidân, ―Ushûl ad-Da‟wah: Mu‟assasah arRisalah‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 0 6 No.12 (2017): 79. 95 90 beramal serta ikhsan, sejalan dengan itu juga menjauhkan sikap riya, sombong, fakhsya, fasad dan mungkar Dampak dari penerapan demikian dari sifat ini bisa membawa kesejahteraan bersama, kedamaian, ketentraman serta kenikmatan hidup. Dengan demikian jika kita membangun akhlak mulia dengan mewujudkan kejujuran dalam praktek,ikhlas dan ikhsan kita hendak membangun dunia yang rahmatul lil alamiin satu dunia penuh kedamaain, Sebaliknya bila kita berbuat kemungkaran, membuat kerusakan, membuat keonaran tidak akan damai dan sejahtera, tetapi juga kita tidak punya hari depan. Dalam pandangan Islam Akhlak mulia itu adalah ditunjukkan oleh teladan Rasulullah sebagai uswatun hasanah ( setepat tepatnya contoh) sesuai dengan firman Allah SWT: artinya: “telah ada pada Rasullulullah sebagai setepat tepanya contoh teladan” Figur uswatun hasanah itu ditampilkan Rasulullah dengan 4 lambang yaitu: Pertama, siddiq yaitu jujur. Sikap jujur adalah sikap yang berpihak kepada kebenaran dimana nabi tidak melakukan kebohongan. Kedua, amanah. Sikap ini lebih kepada tanggung jawab menunaikan kewajiban. Melaksanakan janji,menunaikan komitmen dan bertanggung jawab atas tugas yang dipikul. Ketiga, sikap tabligh. Sikap ini fokus kepada penyampaian seruan yang haq, menyampikan dakwah yang benar. Dalam hal informasi, tidak dibenarkan menutupi informasi yang sahih. 96 Keempat, fathonah. Ini menyangkut sikap yang cerdas dan kepahaman terhadap sesuatu. kondisi dan situasi. Nabi berpenampilan cerdas dalam bertingkah laku. Abdul Hamid mengatakan Akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga jiwanya kosong (bersih) dari segala keburukan.92 Sedangkan menurut Al-Ghazali di dalam buku Abidin Ibnu Rusn, Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa, darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara‘, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.93 Dari beberapa definisi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak adalah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang pertama dalam jiwanya yang selalu ada padanya, bersifat spontan, tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Sifat yang lahir dalam perbuatan yang baik disebut akhlak mulia (al-akhlak al-karimah), Arifin, ―Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan sekolah dan Keluarga‖ Jurnal Al-Makrifat 3, No 1 (2018). 93 Abidin Ibnu Rusn, ―Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan‖ Jurnal Studi Al-Qur‘an 12, No. 2 (2016): 99. 97 92 sedangkan perbuatan yang buruk disebut akhlak yang tercela (al-akhlak al-madzmumah) sesuai dengan pembinaannya. B. Macam-Macam Akhlak Adapun pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua bagian yaitu : Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak al-karimah (akhlak yang mulia) dan Akhlak Madzmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi‟ah (akhlak yang jelek). Akhlak Mahmudah adalah tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah. Akhlak Mahmudah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan masyarakat luas karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai sesama. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya. Akhlak inilah yang dianjurkan dalam pandangan Islam. Di dalam mukadimahnya, al-Ghazali menyatakan bahwa pada bagian ketiga Kitab Ihya‗ (al-muhlikat) alGhazali akan menjelaskan tentang pengertian akhlak dan hakikatnya. Juga tentang motivasinya, bahayabahayanya dan tanda-tandanya, serta obat bagi akhlak yang tercela. Akhlak yang baik adalah sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah SAW., juga yang merupakan dari sikap para shiddiqin. Pada hakikatnya ia adalah bagian terbesar dari agama, buah kegiatan dari para muttaqin dan sebagai latihan kaum yang beribadat. Sedangkan akhlak yang tercela, adalah racun yang dapat membunuh, noda yang nyata, sifat kerendahan yang 98 jelas—yang menjauhkan manusia dari Allah.94 Meninggalkan maksiat yang dilarang dan berbuat taat yang diperintah adalah bentuk dari penerapan akhlak, dan al-Ghazali menekankan bahwa meninggalkan maksiat lebih berat dan sulit dibandingkan dengan berbuat taat. Karenanya, meninggalkan syahwat yang sering melakukan maksiat merupakan amal para shiddiqin. Ini bukannya tanpa latihan, karena riyadah alnafs merupakan bagian dari pekerjaan mereka—seperti melihat aib sendiri (mawas diri), menjaga lidah dan mengendalikan amarah.95 Latihan itu sendiri menjadi obat bagi akhlak yang tercela. Di antara tanda-tanda akhlak manusia menjadi baik, adalah dengan membiasakannya dan kemudian merasakan manisnya ibadah yang dilakukan. Akhlak yang seperti itu terintegrasikan dalam diri seseorang sehingga ia tak merasakannya lagi sebagai sebuah kelebihan. Hal ini seperti diceritakan kembali oleh AlGhazali dalam kisah Sahl al-Tustari, yang melazimkan kebaikan sebagai sebuah kebiasaan, sehingga ia merasakan bahwa semuanya merupakan taufik dari Allah Yang Mahakuasa.96 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi ad-Dimasyqi, ―Mau‘izhatul Mukminin, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mu‘min‖ Jurnal NALAR 1, No 1 (2017): 500. 95 Al-Palimbani, ―Misalnya Dalam Menukil al-Gazali, Menegaskan Hal Yang Demikian Dengan Mengategorikannya Pada Bab ‗Menjauhi Maksiat Zhahir‘ Dan ‗Menjauhi Maksiat Batin‘‖ Jurnal NALAR 1, No 1 (2017): 119–45. 96 Imam al- Ghazali, ―Ihya‘ ‘Ulumiddin (Menghidupkan IlmuIlmu Agama Islam‖ Jurnal NALAR 1, No 1 (2017): 228–30. 99 94 Dilihat dari ruang lingkupnya, akhlak Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah Swt.) dan akhlak terhadap makhluq (ciptaan Allah). Akhlak terhadap makhluk masih dirinci lagi menjadi beberapa macam, seperti akhlak terhadap sesama manusia, akhlak terhadap makhluk hidup selain manusia (seperti tumbuhan dan binatang), serta akhlak terhadap benda mati.97 1. Akhlak kepada Allah SWT Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji. Bertasbih kepadaNya. Memuji kepada-Nya. Bertawakal kepada Allah. Bersyukur kepada Allah. Bersabar atas segala Ujian dan cobaan yang diberikan Allah. 2. Akhlak Mulia dalam Ber-hablun Minannas Hablun minannas adalah berhubungan antar sesama manusia. Sebagai umat beragama, setiap orang harus menjalin hubungan baik antar sesamanya setelah menjalin hubungan baik dengan Tuhannya. Dalam kenyataan sering kita saksikan dua hubungan ini tidak padu. Terkadang ada seseorang yang dapat menjalin hubungan baik dengan Tuhannya, tetapi dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Atau sebaliknya, ada orang yang dapat menjalin hubungan secara baik dengan sesamanya, tetapi ia mengabaikan hubungannya dengan Tuhannya. Tentu saja kedua contoh ini tidak seharusnya dilakukan adalah bagaimana ia dapat menjalin dua 97 Ainain, Ali Khalil Abu, ―Falsafah al-Tarbiyah fi al-Quran alKarim‖ Jurnal Al-Makrifat 3, No 1 (2018). 100 bentuk hubungan itu dengan baik, sehingga terjadi keharmonisan dalam dirinya. 3. Akhlak terhadap diri sendiri Untuk membekali kaum Muslim dengan akhlak mulia terutama terhadap dirinya, di bawah akan diuraikan beberapa bentuk akhlak mulia terhadap diri sendiri dalam berbagai aspeknya. Di antara bentuk akhlak mulia ini adalah memelihara kesucian diri baik lahir maupun batin. Orang yang dapat memelihara dirinya dengan baik akan selalu berupaya untuk berpenampilan sebaik-baiknya di hadapan Allah, khususnya, dan di hadapan manusia pada umumnya dengan memperhatikan bagaimana tingkah lakunya, bagaimana penampilan fisiknya, dan bagaimana pakaian yang dipakainya. Pemeliharaan kesucian diri seseorang tidak hanya terbatas pada hal yang bersifat fisik (lahir) tetapi juga pemeliharaan yang bersifat nonfisik (batin). Yang pertama harus diperhatikan dalam hal pemeliharaan nonfisik adalah membekali akal dengan berbagai ilmu yang mendukungnya untuk dapat melakukan berbagai aktivitas dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Berbagai upaya yang mendukung ke arah pembekalan akal harus ditempuh, misalnya melalui pendidikan yang dimulai dari lingkungan rumah tangganya kemudian melalui pendidikan formal hingga mendapatkan pengetahuan yang memadai untuk bekal hidupnya (QS. al-Zumar (39): 9). Setelah penampilan fisiknya baik dan akalnya sudah dibekali dengan berbagai ilmu pengetahuan, maka yang berikutnya harus diperhatikan adalah bagaimana menghiasi jiwanya 101 dengan berbagai tingkah laku yang mencerminkan akhlak mulia. Di sinilah seseorang dituntut untuk berakhlak mulia di hadapan Allah dan Rasulullah, di hadapan orang tuanya, di tengah-tengah masyarakatnya, bahkan untuk dirinya sendiri. 4. Akhlak dalam lingkungan keluarga Di samping harus berakhlak mulia terhadap dirinya, setiap Muslim harus berakhlak mulia dalam lingkungan keluarganya. Pembinaan akhlak mulia dalam lingkungan keluarga meliputi hubungan seseorang dengan orang tuanya, termasuk dengan guru-gurunya, hubungannya dengan orang yang lebih tua atau dengan yang lebih muda, hubungan dengan teman sebayanya, dengan lawan jenisnya, dan dengan suami atau isterinya serta dengan anak-anaknya. Menjalin hubungan dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan yang sangat istimewa dalam pembinaan akhlak mulia di lingkungan keluarga. Guru juga bisa dikategorikan sebagai orang tua kita. Orang tua nomor satu adalah orang tua yang melahirkan kita dan orang tua kedua adalah orang tua yang memberikan kepandaian kepada kita. Islam menetapkan bahwa berbuat baik kepada kedua orang tua (birr al-walidain) adalah wajib dan merupakan amalan utama (QS. al-Isra‟ (17): 23-24 dan HR. al-Bukhari dan Muslim). C. REFERENSI Jamil Shaliba, “al-Mu‟jam al-Falsafi, Juz I” Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014) Mansur, “Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam” Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 1 (2018) 102 Ibn Miskawaih, “Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq” Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014) Imam al-Ghazali, “Ihya‟Ulum al-Din” Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014) Ibrahim Anis, “al-Mu‟jam al-Wasith” Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014) Abd al-Hamid, “Dairah al-Ma‟arif” Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (2014) Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, “Ihya‟ Ulum adDin, Dar al-Ma‟rifah” Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12 (2017) Dr. Abdul Karim Zaidân, “Ushûl ad-Da‟wah: Mu‟assasah ar-Risalah‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam Vol. 0 6 No.12 (2017) Arifin, “Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan sekolah dan Keluarga” Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 1 (2018) Abidin Ibnu Rusn, “Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan” Jurnal Studi Al-Qur‘an Vol. 12, No. 2 (2016). Muhammad Jamaluddin al-Qasimi ad-Dimasyqi, “Mau‟izhatul Mukminin, Bimbingan untuk Mencapai Tingkat Mu‟min‖ Jurnal NALAR Vol 1, No 1 (2017) Al-Palimbani, “Misalnya Dalam Menukil al-Gazali, Menegaskan Hal Yang Demikian Dengan Mengategorikannya Pada Bab „Menjauhi Maksiat Zhahir‟ Dan „Menjauhi Maksiat Batin” Jurnal NALAR Vol 1, No 1 (2017) Imam al- Ghazali, “Ihya‟ ‟Ulumiddin (Menghidupkan IlmuIlmu Agama Islam” Jurnal NALAR Vol 1, No 1 (2017) Ainain, Ali Khalil Abu, ―Falsafah al-Tarbiyah fi al-Quran alKarim” Jurnal Al-Makrifat Vol 3, No 1 (2018) 103 MEMAHAMI AKHLAK TERPUJI Amelia Eka Suci, Ami Sulistiowati, dan Anisa Rahmawati A. Pengertian Akhlak Terpuji Akhlak mulia dan terpuji merupakan akhlak yang ditandai dengan beberapa ciri dari berbagai segi berdasarkan prinsip-prinsip, sumber, tujuan, isi, dan kaidahnya. Islam telah menciptakan kaidah tersendiri dalam membimbing umatnya dengan berdasarkan pada asas yang dapat memelihara keberadaan mereka dan dapat mencapai keseimbangan antar semua unsur kekuatan dengan tidak menghilangkan salah satu unsur kekuatan mereka, akan tetapi bagaimana agar masingmasing unsur itu dapat bekerja secara seimbang dan damai tanpa ada yang dirugikan.98 Akhlak terpuji berasal dari berasal dari bahasa Arab yaitu al-akhlaq almahmudah. Kata mahmudah berarti bentuk maf‘ul dari kata hamida yang berarti ―terpuji‖. Kalimat Akhlak Terpuji sering juga disebut dengan alakhlaq al-karimah atau makarim al-akhlaq yaitu (akhlaq mulia).99 Akhlak terpuji merupakan sifat atau perilaku yang baik yang dimiliki seseorang. Perilaku yang baik itu akan dapat menjadikan dirinya disukai dan dicintai orang lain, sehingga dirinya akan menjadi contoh kebaikan bagi orang lain. Sa‘aduddin, ―Meneladani Akhlak Nabi‖ Jurnal Tarbawi 1 No. 3 (2012): 99. 99 Anwar Rosihon, “Akhlak Tasawuf” Jurnal Al Tarbawi Al Hatitsah 1 No 1 (2010): 87. 104 98 Adapun istilah lain akhlak terpuji yang telah dikemukakan oleh beberapa pendapat tentang pengertian akhlak terpuji, yaitu: Menurut al-Ghazali, akhlaq terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT, sehingga mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban induvidual setiap muslim. Menurut Imam al Ghazali dalam menjelaskan pengertian akhlak yang baik, dia menyimpulkan tentang makna akhlak yang baik dengan, “fa man-istawat fîhi hâdzihil khishâl wa-„tadalat fa huwa husnul khuluqi muthlaqan. Sebaliknya, bila kekuatankekutan itu tidak seimbang maka itulah makna akhlak yang buruk.100 Al-Ghazali juga mengutip perkataan Sayyidin Ali bin Abi Thalib ra. Yang pernah mengatakan tentang akhlak yang baik ― hakikat dari akhlak yang baik dan mulia ialah ada pada tiga perkara; yaitu. Menjauhi larangan Allah S.W.T., mencari yang halal dan berlapang dada kepada sesama manusia. Beliau juga mengutip ucapan Abu Sa‟id al-Karaz yang mendefinisikan tentang akhlak yang baik, ia mengatakan; ―Hakikat akhlak yang baik ialah, bila mana tidak ada suatu keinginan pun bagi seorang hamba selain hanya bergantung kepada Allah S.W.T. Al-Gazali mencontohkan, seperti kata Hasan Basri, ―Kebagusan akhlak itu manis, memberi kelebihan dan mencegah kesakitan”.101 Al-Ghazali, ―Ihya Ulum Al-Din. Jilid IV.‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 07/No.1 (2018): 187–188. 101 Al-Gazali, ―Ihya‘ Ulum Al-Din Juz 1,‖ trans. Ismail Ya‘kub 100 Jurnal Pendidikan Islam 8, No 2 (2014): 3. 105 Menurut al-Quzwaini, akhlaq terpuji adalah ketepatan jiwa dengan perilaku yang baik dan terpuji. Menurut Al-Mawardi, akhlaq terpuji adalah perangai yang baik dan ucapan yang baik. Menurut Ibnu Qayyim, pangkal akhlaq terpuji adalah ketundukan dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji menurutnya, berpangkal dari keduanya. Ia memberikan gambaran hal tentang bumi yang tunduk pada ketentuan Allah SWT. Ketika air turun menimpanya, bumi merespon dengan kesuburan dan menumbuhkan tanaman-tanman yang indah. Demikian pula manusia, tatkala diliputi rasa ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT, lalu turun taufik dari Allah SWT, ia akan mereponsnya dengan sifat-sifat terpuji. Menurut Ibnu Hazm, akhlaq terpuji ada empat, yaitu adil, paham, keberanian dan kedermawanan. Menurut Abu Dawud al-Sijistani (w. 275 H./889 M.), akhlaq terpuji adalah perbuatan-perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlaq tercela adalah perbuatanperbuatan yang harus dihindari. Seperti yang kita fahami bahwa Akhlakterpuji adalah sebuah perilaku sebab seseorang memperoleh derajat yang tinggi di jannah Allah SWT. Sebaliknya, akhlak yang buruk adalah sebab seseorang terhalangi dari kenikmatan jannah Dari Abu Umamah , dia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Aku memberikan jaminan dengan sebuah rumah di tepi jannah bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia berhak. Aku juga memberikan jaminan dengan sebuah rumah di tengah jannah bagi yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam senda gurau. Aku juga menjanjikan sebuah rumah di jannah tertinggi bagi yang membaguskan akhlaknya.” (HR. Abu Dawud) 106 Dari al-Haritsah bin Wahb, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak akan masuk jannah orang yang kasar dan kaku.” (HR. At-Tirmidzi). Dengan demikian akhlak terpuji adalah sebuah tingkah laku yang mencerminkan kepribadian baik seseorang, baik itu dari segi prilaku, ucapan, maupun tindakan yang berlandaskan syariat maupun prilaku yang telah di contohkan oleh Rasulullah SAW. Seorang Hamba yang baik akhlaknya, meskipun sedikit ibadahnya, dapat mencapai derajat orang yang ahli shalat dan puasa. Tentang ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pemilik akhlak yang baik benar-benar mencapai derajat orang yang ahli puasa dan shalat (HR. Tirmidzi)‖.102 Oleh sebab itu prilaku seseorang akan menentukan seberapa tinggi derajat manusia di mata Allah Swt. B. 1. Macam-Macam Akhlak Terpuji Akhlak terhadap Allah SWT. Menurut Abuddin Nata, menjelaskan bahwa ada empat alasan mengapa manusia harus berakhlak kepada Allah Swt. Pertama, karena Allah yang telah menciptakan manusia (Q.S. At-Thariq ayat 4-7). ―Tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya, Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?, Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada” 102 at-Tirmidzi, ―Kitab: Al-Birr Wa as-Shilah, Bab: Husn AlKhuluq‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 06 No 12 (2017). 107 Kedua, Karena Allah yang telah memberikan semua yang ada pada diri manusia baik itu, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran serta hati sanubari, di samping itu Allah lah yang menciptakan manusia secara sempurna baik secara fisik maupun non fisik. Ketiga, Dan Allah lah yang telah menciptakan berbagai sumber yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya. Dalam (Q.S. AlJatsiyah: 12-13). “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan Mudah-mudahan kamu bersyukur, Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”. Keempat, Dan Allah telah memuliakan manusia dengan menganugrahkan kemampuan dalam menguasai daratan dan lautan, Menurut (Q.S. Al-Isra‘: 70)“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” 108 Karena Allah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya akan kemampuan menguasai daratan dan lautan”.103 Dari penjelasan diatas maka lahirlah tingkah laku dan sikap dari manusia kepada Allah SWT yang termasuk akhlak terpuji, diantaranya : a. Mentauhidkan Allah SWT. Tauhid artinya mengimani keberadaan Allah serta adanya pengakuan bahwa Allah SWT sebagai satu- satunya yang memiliki sifat rububbiyah (mentauhidkan Allah dengan amalan dan pernyataan tegas bahwa Allah adalah Tuhan, Pencipta semua makhluk) dan uluhiyyah (mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadahan baik yang Zhahir maupun batin), serta kesempurnaan nama dan sifat-Nya (mentauhidkan Allah dengan nama dan sifat yang telah Ia tetapkan bagi dirinya dalam Al-Qur‘an. Dan Hadits Rasulullah).104 Tidak ada sesuatu hal yang akan mampu membebaskan hati dari penyakit-penyakit hati kecuali dengan membawa hati menuju pengetahuan tauhid. seseorang tidak akan mampu melakukan hal ini kecuali atas kehendak dan pertolongan Allah Swt. Semata. 105 b. Berbaik sangka (husnudzhan). Berbaik sangka terhadap keputusan Allah AWT. Merupakan salah satu akhlak terpuji kepada-Nya. Diantara ciri Departemen Agama, ―Al-Qur‘an Dan Terjemahnya.‖ Sulesana 11 No 2 (2017). 104 Anwar Rosihon, “Akhlak Tasawuf,” 90–93. 105 Shaleh Ahmad Asy-Syaami, ―Berakhlak Dan Beradab Mulia‖ Spiritualita 1, No 2 (2017): 267. 109 103 c. d. e. f. g. akhlak terpuji ini adalah ketaatan yang sungguhsungguh kepada-Nya. Qona‘ah. Qona‘ah adalah rela dan merasa cukup dengan sesuatu yang dimilikinya,serta merasa puas dengan apa yang telah diberikan oleh Allah. Raja‘. Raja‘ adalah suatu sikap optimis yang dimiliki seseorang dengan penuh pengharapan dalam memperoleh karunia Allah. Dzikrullah. Mengingat Allah (dzikrullah) adalah pokok dan mempunyai nilai keutamaan dari makna setiap ibadah kepada Allah SWT karena hal ini merupakan pertanda hubungan antara hamba dan Pencipta pada setiap saat dan tempat. Tawakal. Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT. Dengan demikian, hamba percaya dengan bagian Allah SWT untuknya. Apa yang telah ditentukan Allah SWT untuknya, ia yakin pasti akan memperolehnya. Sebaliknya, apa yang tidak ditentukan Allah SWT untuknya, ia pun yakin pasti tidak akan memperolehnya.106 Taat terhadap perintah-perintah-Nya.. Hal pertama yang harus dilakukan seorang muslim dalam berakhlak kepada Allah SWT adalah dengan menta‟ati segala perintah-Nya. Sebab bagaimana mungkin ia tidak menta‟ati-Nya, padahal Allah SWT yang telah memberikan segala-galanya pada dirinya. Sikap taat kepada perintah Allah SWT merupakan sikap yang mendasar setelah beriman. 106 Anwar Rosihon, “Akhlak Tasawuf,” 90–93. 110 h. i. Ia adalah gambaran langsung dari adanya iman di dalam hati.107 Istighfar. Istighfar yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yan perna dibuat dengan mengucapkan ―astagfirullahal „adzim‘‘ (aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung). Sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yan telah dilakukan. Do‘a. Doa yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Do‘a adalah cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu berdoa merupakan inti dari beribadah. Jadi, doa merupakan etika bagi seorang hamba dihadapan Allah swt. 2. Akhlak Terhadap Rasulullah Saw Rasulullah adalah manusia yang paling mulia akhlaknya. Maka oleh sebab itu sepatutnya kita meneladani akhlak rasulullah. Berakhlak kepada rasulullah dapat diartikan suatu sikap yang harus dilakukan manusia kepada Baginda Rasulullah saw. sebagai rasa terima kasih atas perjuangannya membawa umat manusia ke jalan yang benar. Nabi SAW bersabda: ―Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak 107 Toto Suryana, ―Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, No 2 (2014): 189. 111 yang mulia.‖ (HR. Ahmad dan Al-Bayhaqi dari Abu Huraira). 108 Cara Berakhlak Kepada Rasulullah Saw : a. Ridha dan beriman kepada Rasulullah. Ridha dan beriman kepada rasulullah merupakan sesuatu yang harus kita nyatakan. Kitamengakui kerasulannya dan menerima segala ajaran yang disampaikannya. b. Mentaati dan mengikuti Rasulullah. Mentaati dan mengikuti Rasulullah merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orangorang yang beriman. Allah Swt. akan menempati orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul kedalam derajat yang tinggi dan mulia. Disamping itu juga dicintai Allah Swt sehingga Allah mudah mengampuni dosa orang-orang yang mentaati Allah dan Rasul. Barang siapa yang mentaati Rasul berarti juga mentaati Allah Swt. c. Mencintai dan memuliakan Rasulullah. Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada rasul adalah mencintai beliau dan ahlul baitnya setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Tidak beriman salah seorang dari mu, apabila ia tidak mencintaiku melebihi dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya” . ( H.R. Bukhari Muslim ) d. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah merupakan sebagai tanda 108 Imam Alkhazali Ihya Ulumuddin Jurnal Pionir, Volume 1, Nomor 1 (2013): 1025. 112 ucapan terima kasih dan sukses dalam perjuangannya. Rasulullah bersabda:“Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku, tetapi ia tidak bershalawat kepada ku”. (H.R. Ahmad)109 3. Akhlak terhadap diri sendiri Adapun akhlak al-karimah terhadap diri sendiri sebagai berikut: a. Setia (al-amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati, dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik berupa harta, kewajiban, ataupun kepercayaan. b. Benar (as-Shiddig), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. c. Adil (al-adl), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. d. Memelihara kesucian diri (al-iffah), yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela,fitnah, dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya. e. Malu (al-haya‟ ). yaitu malu terhadap Allah dan diri sendiri dari perbuatan melanggar perintah Allah f. Keberanian diri (as-syaja‟ ah). yaitu sikap mental yang menguasai hawa nafsu dan berbuat semestinya. g. Kekuatan (al-Quwwah. yaitu kekuatan fisik, jiwa atau semangat dan pikiran ataun kecerdasan. 109 Marzuki, ―Prinsip Dasar Akhlak Mulia,‖ ed. Ajat Sudrajat Junal Pesona Dasar 1 No 4 (2009): 95–112. 113 h. i. j. k. l. Kesabaran (as-Sabru). ketika ditimpa musibah dan dalam mengerjakan sesuatu. Tawadhu, yaitu sifat mulia yang lahir dari kesadaran dan kemahakuasaan Allah Swt. Atas segala hambanya Kasih sayang (ar-Rahman). yaitu sifat mengasihi terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk. Taubat. Yaitu seseorang yang ingin membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah dengan melalui taubat. Hemat (al-iqtishad). yaitu tidak boros terhadap harta, hemat tenaga dan waktu.110 4. Akhlak Terhadap Masyarakat Akhlak terhadap masyarakat merupakan sikap seseorang terhadap orang lain, sikap tersebut harus dikembangkan sebagai berikut : a. Menghirmati Orang Lain. Sebagaimana hadis nabi yang artinya: ―Bukanlah termasuk umatku mereka yang tidak menghargai (memuliakan) yang lebih dewasa, dan tidak menyayangi yang lebih kecil”. (HR. Ahmad dan Thabrani).111 b. Memberi Salam Dan Menjawab Salam. Menyebarkan salam berarti menghendaki seseorang harus bersikap rendah hati dan tidak Toto Suryana, dkk, ―Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, No 2 (2014): 191. 111 Kaelany, ―Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan‖ 110 Spiritualita 1, No 2 (2017): 72. 114 c. d. e. boleh bersikap sombong terhadap siapapun. Dalam artian, dia harus mau mengucapkan salam kepada semua orang tanpa harus bersikap deskriminatif terhadap siapapun baik kepada anak-anak, orang tua, orang terhormat, orang biasa. 112 Memenuhi Janji. Menepati janji adalah ciri lain dari pribadi muslim yang benar-benar memelihara agamanya, yang menandakan akhlaknya yang terpuji, adalah kesetiannya terhadap janji-janjinya Ia selalu berusaha menyegerakannya.113 Bermurah Hati. Bermurah Hati adalah selalu bersikap toleran di dalam bermuamalah (hidup bermasyarakat). Ia juga dekat dengan ridha Allah swt., ampunan dan rahmat-Nya.114 Murah Senyum. Masyarakat yang menyebarkan sikap kasih sayang murah senyum diantara individu, pasti mengharagai prindip-prinsip kemanusiaan yang luhur, saling kasih sayang, saling menjaga. Di dalam masyarakat yang seperti ini bertebaran manusia-manusia yang mulia yang terhormat akhlaknya dan selalu berusaha melestarikan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur.115 112 Shaleh Ahmad Asy-Syaami, “Berakhlak Dan Beradab Mulia,” 75. 113 Muhammad Ali Hasyimi, ―Apakah Anda Berkepribadian Muslim‖ Spiritual 1, No 2 (2017): 22. 114 Ibid., 47. 115 Ibid., 48. 115 5. Akhlak terhadap alam sekitar. Dimaksudkan dengan alam sekitar di sini adalah lingkungan yaitu segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik binatang, tumbuh tumbuhan, maupun alam lingkungan secara luas. Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini untuk mengelola dan membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam semesta, oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan memelihara dengan baik. 116 C. Referensi Sa‘aduddin, ―Meneladani Akhlak Nabi‖ Jurnal Tarbawi 1 No. 3 (2012): 99. Anwar Rosihon, ―Akhlak Tasawuf‖ Jurnal Al Tarbawi Al Hatitsah 1 No 1 (2010): 87. Al-Ghazali, ―Ihya Ulum Al-Din. Jilid IV.‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 07/No.1 (2018): 187–188. Al-Gazali, ―Ihya‘ Ulum Al-Din Juz 1,‖ trans. Ismail Ya‘kub Jurnal Pendidikan Islam 8, No 2 (2014): 3. at-Tirmidzi, ―Kitab: Al-Birr Wa as-Shilah, Bab: Husn AlKhuluq‖ Jurnal Edukasi Islami Jurnal Pendidikan Islam 06 No 12 (2017). Shaleh Ahmad Asy-Syaami, ―Berakhlak Dan Beradab Mulia‖ Spiritualita 1, No 2 (2017): 267. Departemen Agama, ―Al-Qur‘an Dan Terjemahnya.‖ Sulesana 11 No 2 (2017). 116M. Quraish Shihab, Mudarrisuna, 4 No 2 (2006): 270. ―Wawasan 116 Al-Qur‘an‖ Jurnal Toto Suryana, ―Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, No 2 (2014): 189. Imam Alkhazali, Ihya Ulumuddin, Cet II Pustaka Nasional Jurnal Pionir, Volume 1, Nomor 1 (2013): 1025. Marzuki, ―Prinsip Dasar Akhlak Mulia,‖ ed. Ajat Sudrajat Junal Pesona Dasar 1 No 4 (2009): 95–112. Toto Suryana, dkk, ―Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi‖ Jurnal Mudarrisuna, 4, No 2 (2014): 191. Kaelany, ―Islam Dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan‖ Spiritualita 1, No 2 (2017): 72. Shaleh Ahmad Asy-Syaami, ―Berakhlak Dan Beradab Mulia,” 75. Muhammad Ali Hasyimi, ―Apakah Anda Berkepribadian Muslim‖ Spiritual 1, No 2 (2017): 22. M. Quraish Shihab, ―Wawasan Al-Qur‘an‖ Jurnal Mudarrisuna, 4 No 2 (2006): 270. 117 SIKAP HIKMAH Chias Fenti Pafilla, Citra Lestari, Dedek Irawan, Desi Kurniawati, Desi Rahmawati, dan Desinta Yunianti A. Pengertian Hikmah Kata Hikmah dalam bahasa Indonesia memiliki persamaan dengan kata ―Bijaksana‖ yang memilki arti: (1) Yang senantiasa menggunakan akal budinya (Pengalaman Pengetahuan serta arif dan pikirannya yang tajam, (2) Sikap pandai dan selalu ingat. Sedangkan Al-Hikmatu berasal dari kata Ihkam yang mempunyai arti selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan segala perbuatan.117 Hikmah secara etimologi yaitu ilmu yang disertai amal. Kata Al-Hikmah dalam beberapa kamus memiliki makna diantaranya Al-„Adl (Keadilan), Al-Hilm (Kesabaran dan Ketabahan), Al-Nubuwwah (Kenabian), Al-Ilm (Ilmu Pengetahuan), pemikiran atau pendapat yang baik, Al-Haqq (Kebenaran), menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan lain-lain sebagainya.118 Hikmah juga merupakan salah satu metode dalam dakwah, sebagaimana terdapat dalam QS. An-Nahl Ayat 125.119 Menurut beberapa pendapat para ahli Hikmah mempunyai banyak pengertian diantaranya: Ipah Latipah, ―Implementasi Metode Al-Hikmah, AlMau‘idah Al-Khasnah, Dan Al-Mujadalah Dalam Praktek Pendidikan‖ 3, no. 2 (2016). 118 Asep Muhidin, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an : Studi Kritis Atas Visi, Misi, Dan Wawasan (Bandung: Pustaka Setia, 2002). 119 Nur Alhidayatillah, ―Dakwah Dinamis Di Era Modern (Pendekatan Menejemen Dakwah)‖ 41, no. 2 (2017). 118 117 1. Ilmu yang membahas hakikat yang segala sesuatunya berkaitan dengan kemampuan manusia dalam hal meneliti makna dan faidah-faidahnya. 2. Satu hukum atau kebijaksanaan yang merupakan hasil penelitin aqliyyah dan ilmiah. 3. Suatu ungkapan yang dapat yang dianggap baik oleh rasio dan dipandang indah oleh prasaan serta dinilai benar oleh iman. 4. Ucapan-ucapan yang didalamnya mengandung kebenaran maka masuk kedalam hikmah. Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali bahwa Hikmah (Kebijaksanaan) ialah salah satu dari keutamaan jiwa rasional (Al-Aqliyat) yang memelihara jiwa AlGhadabiyat yang memungkinkan seseorang dapat membedakan mana yang baik dan buruk dalam segala perbuatannya dengan sengaja.120 Al-Ghazali mengatakan bahwa jenis keutamaan yang berada dibawah kebijaksanaan adalah yaitu pemikiran yang baik (Husn Al-Tadbir),pemikiran yang jernih (Jaudat Al-Zihn), pendapat yang cemerlang (Ushabat Al-zann) dan selalu sadar terhadap perbuatan kejahatan jiwa yang sangat kecil sekalipun (Al-Tafathun Li Daqo‟it „Amal Wa Khafaya Afat Al-Nufus). Hikmah (Kebijaksanaan) yang diungkapkan AlGhazali adalah suatu keutamaan-keutamaan yang telah dianggap agung oleh Allah sehingga orang bisa mendapatkan sifat yang begitu agung (Bijaksana) akan diberikan Allah segala macam kebijakan yang ada dalam dirinya baik secara jasmani dan rohani, maka sesuai 120 Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi Al Ghazali‖ 6, no. 1 (2017). 119 dengan firman Allah dalam Al-Qur`an: yang artinya ―Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-qur`an dan as-sunnah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan barang siapa yang di anugerahi al-hikmah itu, ia benar-benar telah di anugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang barakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Q.S Al-Baqarah: 269) Kemudian hikmah itu lah yang disandarkan pada kekuatan akal manusia yang bisa menguasai kekuatan yang ada didalam ilmu daruriah (tanpa didasarkan pada akal) maupun ilmu nazariah (ilmu yang didasarkan pada pemikiran dan memerlukan dalil) dan pada kekuatan yang bisa menguasai tubuh dan segala pengaruhpengaruhnya, sehingga jiwa bisa menemukan kebaikankebaikan amal perbuatan. Kekuatan yang telah dijelaskan diatas disebut sebagai akal amali. Maka dengan adanya kekuatan tersebut seseorang mampu mengatur dirinya sendiri, penduduk negerinya, dan para penghuni rumahnya. Sedangkan kekuatan yang kedua di namakan ―hikmah khuluqiyah” sedangkan yang pertama tadi (akal amali) ―hikmah amaliyah nazhariyah”. Al-Ghazali mengemukakan hikmah khuluqiyah merupakan suatu tingkah laku dan keutamaan jiwa yang berakal, yang dengannya jiwa tersebut mampu mengatur kekuatan amarah dan kekuatan syahwat dan dapat membatasi gerak geriknya sesuai dengan kadar yang wajib dalam keadaan duka dan gembira. Keutaamaan itulah yang bisa mengetahui kebenaran-kebenaran yang ada dalam segala perbuatan dan keutamaan yang melliputi dua kehinaan, yaitu menipu dan bodoh (kurang pikiran), keduanya 120 merupakan pangkal keterlaluan nafsu dan kelainan nafsu. Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian hikmah atau kebijaksanaan perspektif Al-Ghazali ialah kemampuan seseorang dalam menggunakan nalarnya dengan benar untuk memperoleh pengetahuan yang rasional yang di aplikasikan dalam tingkah laku sehari-hari.121 Menurut imam jalaludin al suyuthi dalam tafsirjalalen menafsirkan hikmah dengan ilmu yang berguna yabg dapat mendorong kerja dan berkarya. Sedangkan pendapat M. khuroishihab hikmah merupakan pengetahuan tentang baik dan buruk serta dalam kemampuan dalam penerapan akhlak yang baik serta mampu menghindar dari hal-hal yang buruk. Siapa yang di anugrahi pengetahuan tentang jalan ini kedua jalan itu maka ia telah mendapat hikmah. Menurut Prof. Hasbi Asshiddiqy dalm tafsirnya An-Nur menafsirkan bahwa hikmah ialah akal yang merdeka yang sanggup mempelajari sesuatu berserta dalilnya dan dapat memahami segala urusan menurut hakikatnya. B. Dalil Hikmah Terdapat dalam Qs. Luqman yang menerangkan tentang pendidikan karakter yaitu: artinya “Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa yang bersyukur (Kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang tidak bersyukur 121 Ibid. 121 (Kufur), maka sesungguhnya Allah maha kaya, maha terpuji.” (QS. Luqman: 12)122 Ibnu Qoyyim Al-Jawziyah membagi hikmah kedalam beberapa kategori, diantaranya: Pertama, Hikmah teoritis („Ilmiah atau Nazhariyah). Hikmah ilmiah atau nazhariyah adalah mengetahui hakikat sesuatu beserta hubungannya dengan sebab-sebab penciptaannya, dari sisi kadar dan syariat. kedua, Hikmah praktis („Amaliyah).123 Maksudnya ialah menempatkan sesuatu pada tempatnya, pada bagian ini memiliki tiga tingkatan yaitu: memberikan sesuatu sesuai dengan kebutuhannya dan tidak melampaui batasan-batasan, tidak mengawali dan mengakhiri dari waktu yang telah ditentukan sehingga hikmah merupakan kemampuan untuk bisa menjaga tiga hal yang telah dijelaskan di atas dari berbagai aspek.124 Dalam Q.S Luqman ayat 13 Pentingnya kisah Luqman ini ialah petunjuk dan rahmat bagi orang yang berbuat baik. Kisah ini menceritakan contoh ideal dari wasiat mutiara hikmah orang bijak.125 Kisah ini adalah bukti bahwa Al-Qur‘an sangat bijaksana karena menerangkan mutiara Hikmah dan menjelaskan perintah serta larangan dan metode wasiat dari orang yang bijaksana. Ayat diatas mengandung nilai-nilai pendidikan akhlak yaitu hikmah (Bijaksana), yaitu wasiat dari Luqman terhadap anaknya yang Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahnya (Jakarta: Suara Agung, 2007). 123 Muhammad Fakhr Al-Din Ibn Al-‘Allamah Diya‘ Al-Din Al-Razi, ―Tafsir Al-Khabir Wa Mafatih Al-Ghayb‖ 7 (n.d.): 73. 124 Ibid. 125 Ahmad Al-Sawi, ―Tafsir Al-Shawi‖ 3 (n.d.): 211. 122 122 menerangkan sifat idealitas kebijaksanaan Luqman dalam segala bentuk larangan serta perintah yang didalmnya terkandung ajaran berbuat baik terhadap manusia, berbuat baik tehadap orangtua dan ajaran untuk mengikuti jalan hidup orang mu‘min.126 Karakter bijak (hikmah) di temukan dalam model pembelajaran interaksi pendidikan antara Luqman dengan anaknya. Luqman menerapkan pendidikan akhlak kepada anaknya akibat kopetensi hikmah yang di berikan Allah kepadanya, sifat bijak lebih di dominasi pda interksi pendidikan yang dilakukan dalam skala prioritas yang dimulai dengan penguatan aspek akidah. Penanaman keimanan yang menunjukan konsep kehidupan yang menjadi awal landaan yang harus di berikan pada pendidikan anak pada usia sedini mungkin. Sikap bijak Luqman lebih mendominasi pada upaya upaya dalam akhlak manusia untuk menjadi insan kamil (manusia sempurna) melalui tiga aspek. Sikap hikmah (bijak) yang di tunjukan oleh Luqman berupa penerapan syukur, nasehat (mauizzah) yang dilakukan dengan kasih sayang. Nasehat luqman terkandung terkandung pendidikan akidah, syariah, dan akhlak.127 C. Bentuk Sikap Pembiasaan Dalam berperilaku dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari seorang anak yang memiliki budi pekerti yang baik dan selalu menggunakan akal serta pikiran 126 Muh. Arif, ―Nilai NIlai Pendidikan Karakter Dalam AlQur‘an‖ 9, no. 2 (2014). 127 Ibid. 123 yang sehat (Rasional), tidak mempercayai pada hayalan. Sedangkan seseorang yang memiliki sifat bijaksana adalah yang selalu menggunakan akal sehatnya serta pikiran dalam bertindak sehingga setiap orang yang akan bertindak serta berperilku harus menggunakan akal yang sehat dan pikiran yang jernih sedangkan menurut Ayine bijaksana merupakan suatu kemampuan dalam menilai secara benar dan mengikuti petunjuk pelaksanaan yang terbaik, berdasar pada pengetahuan dan pengertian. Contoh Hikmah (Bijaksana) dalam kehidupan sehari-hari yaitu mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi, menerima dengan lapang dada pendapat dan kritikan orang lain yang dinilai lebih bermanfaat meskipun ia sudah mempunyai pendapat yang ia anggap jauh lebih baik. Setiap manusia yang sempurna dituntut hrus memiliki budi pekerti yang baik atau akhlak yang terpuji. Sehingga hubungannya ditengah-tengah masyarakat (Hablun Minannas), yang dipelajari meliputi: akhlak dalam pergaulan sesama manusia atau didalam masyarakat, kebiasaan-kebiasaan yang membiasakan akhlak baik terhadap diri sendiri dan orang lain dan selalu menjauhi akhlak yang buruk. Dan dengan Allah SWT (Hablun Minaallah) hubungan vertikal antara manusia dengan khaliq nya yang mencangkup segi aqidah meliputi: iman kepada Allah SWT, malaikatmalikatNya, kitab-kitab suciNya, rasul-rasulNya, dan hari akhir serta qada dan qadarNya, harus selalu dijiwai oleh ajaran agama Islam dengan tuntunan budi pekerti yang luhur, akhlak yang mulia, pikiran manusia yang jernih dan jiwanya yang bersih, keyakinan yang lurus, dan sanggup menghadapi tantangan, sebab dengan 124 keyakinan yang kuatmanusia akan berada pada tingkatan derajat yang tinggi.128 Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, materi ini meliputi: akhlak manusia terhadap alam sekitarnya, baik lingkungan dalam arti yang luas maupun terhadap makhluk hidup selain manusia (hewan dan tanaman serta yang lainnya). Setiap manusia yang akan melakukan perbuatan di hadapkan pada dua pilihan, yaitu perbuatan yang bersikap baik dan perbuatan yang bersikap buruk. Sifat bijaksana sangat penting bagi setiap orang, guru, murid, bagi orang tua dan anak, presiden dan rakyat, serta pimpinan dan anggotanya. Firman Allah swt, Q.S Shad: 20. Yang artinya: ―Dan kami kuatkan kerajaannya dan kami berikan hikmah kepada serta kebijaksanaan dalam memutuskan perkara.‟‟ (Q.S Shad: 20) Dalam hal ini manusia di bebankan dalam tanggung jawab yang besar, dalam kehidupan sehari hari kita di bebankan dengan hal hal yang bisa membuat kita menjadi bimbang, hikmah dalam kehidupan kita bisa menjadikan manusia menjadi lebih baik dan menjadikan manusia lebih baik, berbicara tentang bijaksana dalam kehidupan sehari hari maka kita akan membahas dalam sisi sikap yang akan kita lakukan dalam kehidupan sehari hari. Karakter seseorang dapat terbentuk karna adanya pembiasaan yang selalu dilakukan, sehingga sikap yang di ambil dalam mengatasi keadaan, kata kata yang perlu diucapkan kepada orang lain. 128 Mustafa Kamal Nasution and Aida Mirasti Abadi, ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak‖ (n.d.). 125 Karna ini pada akhirnya akan menjadi sesuatu yang melekat erat pada diri seseorang dan sering orang tersebut tidak menyadiri karakternya. Dikarenakan diri sendiri tidak mampu menilai dirinya sendiri sehingga oarng lain biasanya lebih mudah untuk menilai karakter seseorang.129 Karakter bijak (hikmah) di temukan dalam model pembelajaran pendidikan Luqman terhadap anaknya. D. Referensi Ahmad Al-Sawi. ―Tafsir Al-Shawi‖ 3 (n.d.): 211. Asep Muhidin. Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur‟an : Studi Kritis Atas Visi, Misi, Dan Wawasan. Bandung: Pustaka Setia, 2002. Departemen Agama RI. Al-Qur‟an Dan Terjemahnya. Jakarta: Suara Agung, 2007. Ipah Latipah. ―Implementasi Metode Al-Hikmah, AlMau‘idah Al-Khasnah, Dan Al-Mujadalah Dalam Praktek Pendidikan‖ 3, no. 2 (2016). Kasron Nst. ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi Al Ghazali‖ 6, no. 1 (2017). Muh. Arif. ―Nilai NIlai Pendidikan Karakter Dalam AlQur‘an‖ 9, no. 2 (2014). Muhammad Fakhr Al-Din Ibn Al-‘Allamah Diya‘ Al-Din Al-Razi. ―Tafsir Al-Khabir Wa Mafatih Al-Ghayb‖ 7 (n.d.): 73. Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Implementasinya Secara Terpadu Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013). 129 126 Mustafa Kamal Nasution, and Aida Mirasti Abadi. ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak‖ (n.d.). Nur Alhidayatillah. ―Dakwah Dinamis Di Era Modern (Pendekatan Menejemen Dakwah)‖ 41, no. 2 (2017). Syamsul Kurniawan. Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Implementasinya Secara Terpadu Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, Dan Masyarakat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013. 127 SIKAP `IFFAH Dwi Ria Latiffah, Dwi Setiana, Eriko Setiawan, Fajar Ikhwanusofa Fika Dzakiroh, dan Hamdiah A. Pengertian Sikap `Iffah Al-`iffah ialah mengendalikan potensialitas selera atau keinginan dibawah kendali akal dan syariat.130 Al`iffah (memelihara diri agar dapat terhindar dari segala perbuatan tercela) merupakan keutamaan kekuatan syahwat bahimiyat, ialah kekuatan syahwat yang sangat mudah untuk mengikuti kekuatan akal, sehingga kesedihan dan kegembiraan sesuai dengan petunjuk yang diperintahkan oleh akal itu sendiri.131 Keutamaan ini akan muncul pada setiap manusia apabila nafsunya dikendalikan oleh pikiranya. Artinya mampu menyesuaikan pilihan yang benar sehingga bebas, tidak dikuasai dan juga tidak diperbudak oleh nafsunya sendiri.132 Al-`iffah ialah mengekang hawa nafsu dari angkara murka. Lebih spesifik lagi, yang dimaksud dengan al`iffah adalah sikap yang bisa menjaga seseorang dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa, baik yang bisa dilakukan dengan tangan, lisan atau kepopulerannya. Nur Ainiyah, ―Pembentukan Karakter Melalui Agama Islam,‖ Jurnal Al-Ulum 13, no. 1 (2013): 32. 131 Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali,‖ Hijri Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 113. 132 Nizar, ―Pemikiran Etika Ibnu Maskawaih,‖ Aqlam Journal Of Islam and Plurality 1, no. 1 (2016): 40. 128 130 Terdapat kekuatan nafsu yaitu ‗iffah atau kawalan diri. Kebaikanya apabila berada di bawah arahan hikmah adalah arahan akal dan syara‘. Kebolehan mengurus nafsu dikatakan baik dan berani. apabila kemarahan melampaui had dikatakan pengacau, tetapi apabila kemarahan lemah dikatakan penakut.133 Al-‗iffah dipengaruhi oleh dua macam budi pekerti tercela, ialah ―keterlaluan syahwat‖. Maksudnya adalah semangat yang menggebu-gebu untuk mendapatkan kelezatan, kemewahan, kesenangan yang dianggap buruk oleh kekuatan akal, dan akal sendiri berupaya untuk mencegahnya. Sementara itu ―kelemahan syahwat‖ adalah suatu upaya untuk bangkit setelah mencapai sesuatu yang diinginkan oleh akal. Maka untuk menetralisir kedua sifat tersebut diperlukan sikap `iffah untuk menyeimbangkannya, sehingga menjadi sifat yang terpuji. Manusia memiliki kewajiban untuk mengawasi syahwat, biasanya orang lebih menuruti syahwatnya, terutama yang menyangkut dengan alat kelamin, perut, kehendak untuk mendapatkan harta yang banyak, pangkat dan kedudukan yang tinggi yang diiringi dengan gila hormat. Keterlaluan dan kekurangan dalam sifat-sifat tersebut merupakan cacat dan merupakan suatu kekurangan, sedangkan yang sempurna adalah keseimbangan menurut ukuran akal yang sehat dan agama yang benar. 133 Zulfahmi Syamsudin and Wan Hasmah Wan Mamad, ―Perbandingan Pemikiran Konsep Akhlak Al-Ghazali Dan Ibn Miskawayh Dalam Aspek Intelek,‖ O-Jie The Online Journal Of Islamic Education 2, no. 2 (2014): 113. 129 Menurut Al-Ghazali ada dua hikmah yang dapat diambil dari syahwat alat kelamin dan syahwat perut, yakni: Menjadikan kelangsungan jenis manusia dengan makan dan pembibitan, karena keduanya memang diperlukan di alam wujud ini sesuai dengan sunnatullah, dan dengan kehendak-Nya yang azali. Mendorong umat manusia untuk mencapai kebahagiaan akhirat, sebab selama mereka tidak merasakan kelezatan duniawi dan kepedihannya, maka mereka tidak akan senang dan menginginkan surga, dan tidak takut neraka, seandainya mereka dijanjikan dengan sesuatu yang belum dilihat oleh mata, belum di dengar telinga dan belum terlintas di hati manusia, tentulah hal itu semua tidak terkesan dalam hati mereka. Orang yang dapat memelihara kehormatan diri (al-„iffah), maka ia dapat menumbuhkan beberapa sifat yang baik di dalam dirinya, seperti: pemurah, rasa malu, sabar, pemaaf, penerima anugerah Allah SWT, peramah, tolong menolong dan tidak begitu tamak terhadap harta orang lain. Bila diperhatikan secara cermat cabang-cabang al‗iffat yang dikemukakan oleh al-Ghazali dapat dipahami bahwa keselamatan spiritual individu, dalam arti mengutamakan keselamatan jiwa pribadi, merupakan ciri-ciri khusus dari konsep pendidikan akhlak yang dikemukakannya.134 134 Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali,‖ 113. 130 B. 1. Ruang Lingkup Al-`iffah Menjaga Kesucian Panca Indra Dalam surah An-Nur ayat 33, artinya: ―Dan orangorang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian dirinya, sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunianya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian hendklah kamubuat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang karunianya diberikan kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barangsiapa memaksa mereka maka sungguh Allah maha pengampun lagi maha penyayang kepada mereka setelah mereka dipaksa.” 2. Menjaga Kesucian Jasad Dalam surah Al-Ahzab ayat 59, artinya: “Wahai nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: “hedaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 3. Menjaga Kesucian Dari Memakan Harta Orang Lain Surah An-Nisa ayat 6, artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka itu cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas memelihara harta, maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Dan janganlah kamu memakan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka dewasa. Barangsiapa diantara pemelihara itu mampu maka hendaklah menahan 131 harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi tentang penyerahan itu bagi mereka dan cukuplah Allah sebagai pengawas atas persaksian itu.‖ 4. Menjaga Kesucian Lisan Dalam surah Al-Hujurat ayat 12, artinya: ―Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan berprasangka karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan jangan kamu sebahagian dari sebagian yang lain. Sudahkah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Tentu kamu merasa jijik kepadanya dan bertaqwalah kapada Allah sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.‖ Dalam surah Al-Isra` ayat 23, artinya: ―Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-sekali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.‖135 C. Dalil Al-`Iffah Kesucian hati atau hati yang suci adalah sifat dasar utama yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap muslim, karena hati yang suci, menjadi dasar bagi sifatsifat baik yang lainnya. Artinya, tanpa hati yang suci 135 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 105. 132 tidak akan mungkin tumbuh sifat-sifat baik pada diri manusia itu sendiri. Jika hati manusia kotor maka akan tumbuh sifat-sifat tercela karena itu, Islam memerintahkan setiap muslim agar dapat memelihara kesucian hatinya, seperti tidak berfikir kearah yang jahat, tidak berencana atau berangan-angan tentang suatu keburukan. Firman Allah dalam surat As-Syams ayat 9: Artinya :“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” Memelihara kesucian hati (al-Iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan juga memelihara kehormatan. Rasulullah SAW. Bersabda: “Barang siapa yang berusaha menjaga diri (dari yang haram), niscaya Allah menjaganya (dari yang haram), barang siapa yang merasa cukup, niscaya Allah akan memberikan kekayaan kepadanya.”136 Di dalam Al-Qur‘an, disebutkan lafazh ―Isti‘faf‖ maksudnya adalah: ―Permintaan untuk menjaga diri dan sebab-sebab kerusakan, menjauhkan diri dari perbuatan zina dan fitnah wanita‖. Hal tersebut sebagaimana firman Allah swt: ―Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah, hendaklah menjaga kesucian diri sampai Allah menjadikan mereka mampu dengan karunia-Nya.‖ (QS. An-Nur : 33) Termasuk dalam makna „jffah adalah menehan diri dari meminta-minta kepada manusia Allah swt berfirman: ―Orang yang tidak tahu menyangka mereka itu adalah orang-orang yang berkecukupan karena mereka ta‟affuf.‖ (QS. Al-Baqarah : 273) 136 Pangalu Abdul Karim, ―Semulia Akhlak Nabi,‖ Nizhamiyah Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan VIII, no. 1 (2018): 3–4. 133 D. 1. Keutamaan Al-`Iffah Meraih pahala yang besar diakhirat. Allah swt berfirman: ―Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan dirinya, dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.‖ (QS. Al-A‘la : 14-15). 2. Mendapatkan ketenangan hati dan kenikmatan besar di dunia. Dengan menahan diri dari mengikuti syahwat perut dan syahwat kemaluan karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan kenikmatan yang lebih lezat dan abadi dari pada merasakan kenikmatan sesaat yang membahayakan dirinya sendiri, yaitu berupa ketenangan hati, rasa bahagia dan keluasan rezeki. Salafushalih berkata: "Demi Allah, lezatnya 'Iffah itu lebih besar dari lezatnya dosa." Memberi jalan keluar dari kesukaran dan kesulitan. Allah Swt berfirman: "Siapa yang bertaqwa kepada Allah, Ia akan memberikan jalan keluar." (QS. At Talaq: 2) Menahan diri dari perkara yang diharamkan dan dihalalkan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: ―Apa yang ada padaku dari kebaikan (harta) tidak ada yang aku simpan dari kalian. Sesungguhnya siapa yang menahan diri dari meminta-minta maka Allah akan memelihara dan menjaganya, dan siapa yang menyebarkan dirinya dari meminta-minta, maka Allah akan menjadikannya sabar dan siapa yamg merasa cukup dengan Allah dari meminta-minta kepada selain-Nya maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Tidakkah kalian diberi suatu pemberian yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran”. (HR. Bukhori dan Muslim) 3. 4. 5. 6. Selalu mengendalikan dan membawa diri agar tetap menegakkan sunnah Rasulullah Senantiasa mempertimbangkan teman bergaul dengan teman yang jelas akhlaknya 134 7. 8. 9. 10. Selalu mengontrol diri dalam urusan makan, minum, dan berpakaian secara islami Menundukkan pandangan mata, dan menjaga kemaluannya Tidak khalwat (berduaan) dengan laki-laki atau perempuan yang bukan mahramnya Senantiasa menjauhkan diri dari hal-hal yang mengundang fitnah. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Al-`iffah (memelihara kesucian diri) termasuk dalam rangkaian akhlak karimah yang dituntut dalam ajaran agama Islam. Menjaga diri dari segala keburukan dan juga memelihara kehormatan hendaklah dilakukan pada setiap waktu. Dengan penjagaan diri secara ketat, maka dapat mempertahankan diri untuk selalu berada pada status khair an-nas (sebaik-baik manusia). Al-‗iffah sebagai keutamaan daya jiwa alshawiyyah sangat erat kaitanya dengan kebutuhan fisik manusia, seperti makan, minum, berpakaian, dan seksual. Untuk mengatur kesemuanya itu bagi manusia ialah dengan pembiasaan dan latihan. Keutamaan ini akan terwujud manakala pembimbing selalu mengarahkan dan juga membimbing manusia tersebut sampai akhirnya mereka terbiasa dengan sifat ‗iffah.137 Apabila manusia mampu menyeimbangkan kekuatan jiwa daya fikir, daya marah, dan nafsu maka akan timbul ‗iffah (pembersihan diri) dan 137 Nur Hamim, ―Pendidikan Akhlak : Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu Maskawaih Dan Al-Ghazali,‖ Ulumuna Jurnal Studi Keislaman 18, no. 1 (2014): 31. 135 kedermawanan.138 Hal ini dilaksanakan mulai dari memelihara hati (qalb) untuk tidak berbuat suatu rencana dan angan-angan yang buruk. `Iffah yang dimiliki seseorang akan membuatnya terdidik dengan pendidikan akal dan agama akhlak `iffah akan memunculkan sifat-sifat mulia yang lain seperti, pemurah, malu, sabar, pemaaf, merasa puas dengan apa yang ada (qona‘ah), wara`, perasaan yang halus, saling membantu, dan kurang mengharapkan bantuan orang lain. Jika seorang kekurangan atau tidak memiliki sifat iffah akan menghasilkan sifat-sifat seperti rakus, kurang malu, keji, boros, lengah, riya‘, merusak diri, gila, suka bergurau, cari muka, dengki, pemarah, suka menghina,139 kikir, hasud, berhina diri dihadapan orang-orang kaya (penjilat), menghinakan kaum fakir, dan sifat-sifat lainnya. Jika melampaui batas, darinya akan muncul kebakhilan, suka mencaci maki, depresi dan ketakutan.140 ―Dari Matraf bin Abdullah, dari ayahnya yang mengatakan: ―Aku datang pada Rasulullah s.a.w yang berada dalam kaum keluarga Bani „Amir. Lalu mereka itu berkata: “Engkau bapa kami! Engkau penghulu kami! Engkau mempunyai banyak kelebihan daripada kami! Engkau lebih Ramli, ―Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Upaya Mencari Format Pendidikan Yang Islami,‖ El-Furqonia Jurnal Kajian Pemikiran Ibnu Miskawaih 1, no. 1 (2015): 175. 139 Azyyati Mohd. Nazim, ―Manhaj Dakwah Al-Hissi Dalam Al-Qudwah Al-Hasanah Melalui Ummuhat Al-Aklak: Al-Hikmah, Al-Saja`ah, Al-`iffah Dan Al-`Adl,‖ Malaysian Journal For Islamic Studies, no. 2 (2017): 51. 140 Syekh Yahya Ibn Hamzah Al-Yamani, Tazkiyatun Nafs (Jakarta: Zaman, 2012), 46. 136 138 gagah daripada kami! lalu Rasulullah s.a.w menjawab: “Katakanlah perkataanmu! Jangan kamu diumbangambingkan oleh syaitan!‖ Sabda Rasulullah saw: Maksud “Berbahagialah orang yang beramal dengan ilmunya dan membelanjakan kelebihan dari hartanya dan menahan kelebihan dari percakapannya.” Hadis ini menunjukkan bahwa lidah apabila dilepaskan dengan pujian, meskipun benar,maka ditakuti akan diumbang-ambingkan oleh syaitan kepada kata-kata tambahan yang tidak diperlukan.141 F. Referensi Azyyati Mohd. Nazim. ―Manhaj Dakwah Al-Hissi Dalam Al-Qudwah Al-Hasanah Melalui Ummuhat AlAklak: Al-Hikmah, Al-Saja`ah, Al-`iffah Dan Al`Adl.‖ Malaysian Journal For Islamic Studies, no. 2 (2017): 43–54. Kasron Nst. ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali.‖ Hijri Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 113. Nizar. ―Pemikiran Etika Ibnu Maskawaih.‖ Aqlam Journal Of Islam and Plurality 1, no. 1 (2016): 35–42. Nur Ainiyah. ―Pembentukan Karakter Melalui Agama Islam.‖ Jurnal Al-Ulum 13, no. 1 (2013): 25–38. Nur Hamim. ―Pendidikan Akhlak : Komparasi Konsep Pendidikan Ibnu Maskawaih Dan Al-Ghazali.‖ Ulumuna Jurnal Studi Keislaman 18, no. 1 (2014): 21– 40. 141 Azyyati Mohd. Nazim, ―Manhaj Dakwah Al-Hissi Dalam Al-Qudwah Al-Hasanah Melalui Ummuhat Al-Aklak: Al-Hikmah, Al-Saja`ah, Al-`iffah Dan Al-`Adl,‖ 51. 137 Pangalu Abdul Karim. ―Semulia Akhlak Nabi.‖ Nizhamiyah Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan VIII, no. 1 (2018): 1–13. Ramli. ―Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Dalam Upaya Mencari Format Pendidikan Yang Islami.‖ ElFurqonia Jurnal Kajian Pemikiran Ibnu Miskawaih 1, no. 1 (2015): 173–183. Rosihin Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010. Syekh Yahya Ibn Hamzah Al-Yamani. Tazkiyatun Nafs. Jakarta: Zaman, 2012. Zulfahmi Syamsudin, and Wan Hasmah Wan Mamad. ―Perbandingan Pemikiran Konsep Akhlak AlGhazali Dan Ibn Miskawayh Dalam Aspek Intelek.‖ O-Jie The Online Journal Of Islamic Education 2, no. 2 (2014): 107–119. 138 SIKAP SYAJA‘AH Hanifah, Juanda Belian Gara, Kurnia Dwi Maranti, Lia Ayu Fadillah, Lia Martha Ayunira, dan M. Yusril Hardian Pengertian Syaja‘ah Keberanian adalah suatu keutamaan bagi kekuatan amarah, karena memang kekuatan marah itu benarbenar nyata, namun bersama kekuatannya tersebut ia tetap tunduk kepada akal yang di pengaruhi dengan pendidikan agama dalam tindakannya. Melampaui batas (at-tahawur) merupakan tindakan melebihi keseimbangan, seorang manusia berani maju menghadapi beberapa hal-hal yang berbahaya menurut pertimbangan akal seharusnya tidak dilakukan. Pengecut merupakan tindakan yang berada pada tingkatan bawah ataukekurangan, yaitu suatu tindakandimana seseorang tidak bisa mengeluarkan amarahnya sesuai ukuran yang pasti, sehingga menjadipenyimpangan tindakan untuk adanya kemajuanyang seharusnya maju. Orang yang sudah mampu menerapkan nilai–nilai diatas, maka ia harus mempertahankannya, tetapi bagi orang yang belum mampu mencapainya hendaklah ia memperhatikan karakterkepribadiannya, apabila karakternya cenderung kepada sifat yang cacat atau kurang seperti pengecut, maka sebaiknya ia harus membiasakan dirinya untuk membangkitkan keberanian, sehingga sifat berani itu menjadi kebiasaannya, dan pada tahap selanjutnya ia akan menjadi orang yang berani dan A. 139 bahkan berkarakter sebagai pemberani.142Syaja‟ah merupakan keberanian dalam kebenaran, takut kesalahan.143 Asy-Syaja‟ah (keberanian) adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh orang yang istiqomah dijalan Allah SWT, selain ciri–ciri berupa al–ithmi‟nan (ketenangan) dan at–tafaul atau (optimisme). Namun memang tak mudah untuk menjadi orang yang istiqomah atau teguh pendirian memegang nilai–nilai kebenaran dan senantiasa berada di jalan Allah SWT. Bahkan Rosulullah SAW mengatakan bahwa turunnya surah Hud membuat beliau berubah karena didalamnya ada ayat (Q.S Hud ayat 112) yang memerintahkan untuk beristiqomah. 144 Syaja‟ah merupakan garis pemisah antara sifat licik atau pengecut dengan sifat nekat ataupun ceroboh. Pengertian lain dari Syaja‟ah dapat digambarkan dengan melakukan sesuatu pantang mundur, terus maju kedepan dengan ‗azam yang kokoh dan kuat jika telah difikirkan secara matang.145 Keberanian adalah ketaatan kekuatan 142Dosen FIS UINSU, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi AlGhazali,‖ Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6 (2017): 106– 118. 143Muhammad Rifa‘i Subhi, ―Pendekatan Sufistik Dalam Pendidikan Islam,‖ Edukasia Islamika 1 (2016). 144Hidayat Ginanjar, ―Akidah Akhlak Dan Korelasinya,‖ Jurnal Edukasi Islam 6 (2017): 104. 145Aisyatur Rohmaniyah, ―Representasi Syaja‘ah Dalam Seri Novel Grafis‖ (2015): 30. 140 emosi terhadap akal pada saat nekat atau menahan diri.146 Ruang Lingkup Syaja‘ah Keberanian sangat diperlukan oleh setiap muslim untuk bekal dalam hidupnya. Keberanian yang kita butuhkan dalam hidup ada beberapa macam diantaranya adalah: Pertama, keberanian dalam menghadapi musuh dalam peperangan dijalan Allah SWT atau (Jihad Fi Sabilillah). Allah SWT mengutuk orang-orang Islam yang lari dari medan peperangan di karenakan takut mati. Sebaliknya Allah SWT memberikan kedudukan yang sangat tinggi bagi orang–orang yang gugur dalam medan perang menghadapi musuh–musuh Islam (mati dalam keadaan syahid). Jika menang, ia akan mendapatkan kehormatan serta harta rampasan, dan jika kalah atau mati, ia akan mati dalam keadaan syahid yang akan mendapatkan balasan surganya Allah SWT. Karena itu, lari dari peperangan hukumnya haram dan akan mendapatkan kutukan oleh Allah SWT. B. Kedua, keberanian untuk menegakkan kebenaran. Menegakkan kebenaran sangat membutuhkan keberanian yang sangat tinggi, terutama untuk menghadapi orang–orang yang memiliki kekuatan atau kekuasaan. Seorang pemberani dituntut agar dapat menyampaikan kebenaran kepada siapapun itu, termasuk kepada penguasa yang dzalim sekalipun. 146Syamsul Kurniawan, ―Pemikiran Karakter Dalam Islam,‖ Tadrib 3 (2017): 206. 141 Ketiga, keberanian untuk mengendalikan hawa nafsu. Keberanian dalam mengendalikan hawa nafsu ini termasuk perjuangan (jihad) yang sangat berat, karena yang dihadapi tidak terlihatakan tetapi ada pada diri kita.Jika nafsu dikendalikan, maka nafsu akan menjadi tenang (nafs mutmainnah). Seperti itulah jika nafsu di kendalikan maka hatimu akan puas dan di ridhoi oleh Allah SWT. Keberanian inilah yang merupakan keberanian sejati, seperti yang ditegaskan oleh nabi Muhammad SAW.147 Keberanian itu tidak boleh berlebihan, jika berlebihan dinamakan tahawwur yakni berani tanpa perhitungan dan pemikiran yang matang atau melampaui batas, sembrono atau nekat. Hal itu akan menimbulkan sifat–sifat seperti sombong, cepat marah, dan ujub.148 Tidak peduli seberapa tinggi derajat orang tersebut, ketika dia melakukan kesalahan kita tetap harus berani maju kedepan untuk membela kebenaran, meskipun nyawa taruhannya.149 C. 1. a. Dalil Syaja‘ah Dalil Al-Qur‘an Surah Al-Anfal Allah SWT berfirman : ―Hai orangorang yang beriman apabila kamu bertemu dengan 147Marzuki, ―Berani Membela Kebenaran,‖ Jurnal Pendidikan Karakter Islami 06 (2008): 2–3. 148Syamsul Rizal, ―Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,‖ Jurnal Pendidikan Islam 07 (2018): 76. 149Nur Hidayat, ―Nilai - Nilai Pendidikan Akhlak,‖ Al Bidayah Jurnal Pendidikan Dasar Islam 7 (2015). 142 b. c. orang-orang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barang siapa yang membelakangi mereka (mundur) diwaktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.‖ (Q.S Al-Anfal : 15-6) Surat Yusuf Allah SWT berfirman:―Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53) Surat Al-Fajr Allah SWT berfirman:“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhoi-Nya. Maka masukla ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurgaKu.”(QS Al-Fajr: 27-30). 2. Dalil Hadits: Terkait dengan ini Nabi Muhammad SAW bersabda: ―Jihad yang paling afdhal adalah memperjuangkan keadilan dihadapan penguasa yang dzalim.‖(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi) Keutamaan Sikap Syaja‘ah Dalam ajaran agama Islam sifat keberanian ini sangat di anjurkan untuk di miliki oleh seluruh umat muslim, sebab selain merupakan sifat terpuji juga dapat mendatangkan berbagai kebaikan bagi kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. D. 143 Syaja‟ah akan menimbulkan keutamaan dalam berbagai bentuk. Antara lain sifat mulia, cepat, tanggap, perkasa, memaafkan, tangguh, menahan amarah, tenang, mencintai. Akan tetapi apabila seseorang terlalu sering menampakkan keberaniannya, dan tidak bisa mengontrol diri dengan kecerdasan dan keikhlasan akan dapat memunculkan sifat ceroboh, takabur, meremehkan orang lain, berlebih-lebihan, ujub. Sebaliknya jika seorang mukmin kurang syaja‟ah, maka akan dapat memunculkan sifat rendah diri, cemas, kecewa, kecil hati dan sebagainya.150 Bentuk Sikap Pembiasaan Sikap Syaja‘ah Rasa Takut Kepada Allah SWT Rasa takut ini akan mendorong seseorang tidak takut kepada siapa saja selama dia yakin bahwa apa yang dilakukannya adalah dalam rangka menjalankan perintah–Nya. Rasa ini juga yang akan mendorong seseorang memiliki keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan memberikan pertolongan dan perlindungan, sehingga hal ini akan menimbulkan keberanian dalam diri orang tersebut. 2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia Sikap ini akan mendorong seseorang yang memilikinya untuk tidak merasa takut menghadapi segala sesuatu yang menyebabkan hilangnya hal yang terkait dengan kehidupan dunia. Hal ini E. 1. 150Marzuki, ―Prinsip Dasar Akhlak Mulia,‖ Jurnal Pendidikan Akhlak 7 (2009): 58. 144 karena merasa yakin bahwa kehidupan dunia hanya jembatan menuju ke akhirat, kehidupan yang lebih kekal dan merupakan tujuan akhir dari kehidupan manusia. Setiap wakktu yang ia miliki digunakan dengan sebaik– baiknya untuk bekal di akhirat. 3. Tidak takut mati Seorang muslim meyakini bahwa kematian itu adalah sebuah kepastian yang akan terjadi kepada siapapun yang bernyawa, sehingga tidak perlu untuk ditakuti. Oleh karenanya seorang muslim akan terdorong untuk selalu berjuang melakukan kebaikan sebanyakbanyaknya, tanpa ada rasa takut sedikitpun. 4. Tidak ragu–ragu Rasa ragu–ragu akan menyebabkan munculnya rasa takut,karena rasa ragu itu akan mendorong seseorang memiliki sikap takut menghadapi resiko. Apabila sesorang itu yakin terhadap apa yang diperjuangkan, maka dia akan memiliki keberanian untuk memperjuangkannya. 5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi Seorang muslim meyakini bahwa kekuatan materi itu diperlukan dalam kehidupan, tetapi bukanlah sesuatu yang menentukan. Hal ini karena seorang muslim meyakini bahwa Allah SWT merupakan penentu segalanya. Manusia boleh berusaha, termasuk dengan kekuatan materinya, akan tetapi Allah SWT tetap yang menentukan hasil akhir dari setiap proses danusaha manusia. Sikap ini akan mendorong orang untuk tidak takut berusaha dan mengorbankan materinya, tetapitetap sadar bahwa usahanya tidak akan lepas dari campur tangan Allah SWT. 145 F. Referensi Aisyatur Rohmaniyah. ―Representasi Syaja‘ah Dalam Seri Novel Grafis‖ (2015): 30. Dosen FIS UINSU. ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi AlGhazali.‖ Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6 (2017): 106–118. Hidayat Ginanjar. ―Akidah Akhlak Dan Korelasinya.‖ Jurnal Edukasi Islam 6 (2017): 104. Marzuki. ―Berani Membela Kebenaran.‖ Jurnal Pendidikan Karakter Islami 06 (2008): 2–3. ———. ―Prinsip Dasar Akhlak Mulia.‖ Jurnal Pendidikan Akhlak 7 (2009): 58. Muhammad Rifa‘i Subhi. ―Pendekatan Sufistik Dalam Pendidikan Islam.‖ Edukasia Islamika 1 (2016). Nur Hidayat. ―Nilai - Nilai Pendidikan Akhlak.‖ Al Bidayah Jurnal Pendidikan Dasar Islam 7 (2015). Rahman Zuhdi. ―Pendidikan Akhlak K.H Ahmad Dahlan Dan K.H Hasyim Asy‘Ari‖ (2013): 15–17. Syamsul Kurniawan. ―Pemikiran Karakter Dalam Islam.‖ Tadrib 3 (2017): 206. Syamsul Rizal. ―Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf.‖ Jurnal Pendidikan Islam 07 (2018): 76. 146 SIKAP ‗ADALAH Nia Anggraini, Ninda Sari, Nur Arianto, Nur Vila Dwi Fatmawati, Nurmala Dewi, dan Pevi Tika Sari Pengertian Sikap ‗Adalah Secara bahasa adil berasal dari kata ―Al-Adl‖ yang artinya tidak berat sebelah, seimbang atau tidak memihak.151 Keseimbangan disini meliputi keseimbangan antara hak dan kewajiban atau keserasian dengan sesama makhluk. Sedangkan secara istilah, terdapat beberapa pendapat mengenai makna keadilan menurut para ahli diantaranya yaitu: W.J.S. Poerwadarminto mengungkapkan bahwa keadilan adalah sikap tidak berat sebelah, sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Jadi, definisi adil ialah tidak terdapat kesewenang-wenangan dalam pemberian hak dan kewajiban. Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Politik mendefinisikan bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana orang dalam situasi yang sama diperlakukan secara sama. Muhammad Ali mengatakan bahwa keadilan mencakup hal memenuhi segala hak dan kewajiban.152 Jadi, dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa adil merupakan suatu sikap tidak A. Nurlaila Harun, ―Makna Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan,‖ Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah 11, no. 1 (2013): 2. 152 Ali Amran, ―Konsep Adil dan Ihsan Menurut Aqidah, Ibadah dan Ahlak,‖ HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah dan Komunikasi Islam 6, no. 2 (December 18, 2015): 103. 147 151 memihak antara satu dengan yang lainnya serta pemberian hak dan kewajiban secara seimbang. Ruang Lingkup Sikap ‗Adalah Ruang lingkup ‗adalah yang harus ditegakkan oleh manusia yaitu: 1. Keadilan Hukum Dalam Islam berlaku adil harus senantiasa dilaksanakan oleh setiap manusia tanpa pandang bulu. Keadilan harus ditegakkan meskipun orang yang bersalah tersebut adalah sahabat atau sanak saudara kita sendiri, baik itu yang memiliki kekuasaan, harta melimpah atau yang hina dan miskin, semuanya harus kita perlakukan secara adil.153 Pada masa sekarang, sikap adil amat sukar ditemukan pada masyarakat di Indonesia. Alasan yang menyebabkan ketidak berhasilan penerapan keadilan hukum adalah dikarenakan aparat penegak hukum kurang memiliki integritas moral serta komitmen untuk mewujudkan tegaknya keadilan dalam masyarakat. Berbagai pelanggaran hukum telah banyak terjadi pada bangsa ini seperti kasus suap-menyuap, jual beli keputusan hakim, dan sebagainya.154 Ketika orang yang mencuri atau korupsi tersebut merupakan golongan terhormat serta memiliki banyak uang maka mereka mendapatkan hukuman yang ringan. Sementara apabila B. Afifa Rangkuti, ―Konsep Keadilan dalam Perspektif Islam,‖ TAZKIYA 6, no. 1 (June 7, 2017): 10. 154 M. Sulthon, ―Upaya Penegakan Hukum dan Keadilan (Perspektif Sosio-Historis Islam),‖ Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah 11, no. 2 (2013): 3. 148 153 yang mencuri adalah orang yang lemah lagi miskin maka mereka menjeratnya dengan hukuman yang cukup berat. Melemahnya hukum di Indonesia ini memunculkan berbagai tindakan kriminal. Maka dari itu, perilaku nepotisme serta deskriminasi hukum tersebut harusnya dihilangkan dari diri seorang penegak hukum agar negara Indonesia dapat menjadi negara yang aman serta hukum di Indonesia dapat kembali dipatuhi. 2. Keadilan Ekonomi Islam sebagai agama rahmatan lil ‗alamin sama sekali tidak menghendaki adanya ketimpangan ekonomi pada umatnya. Oleh sebab itu, seluruh praktek monopoli tidak dibenarkan dalam Islam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini yang artinya ―Tidak menimbun barang kecuali orang-orang yang berdosa. Orang yang bekerja itu diberi rizki, sedangkan orang yang menimbun itu diberikan laknat. Siapa saja yang menyembunyikan (gandum atau barang-barang keperluan lainnya dengan mengurangi takaran dan menaikkan harganya), maka dia termasuk orang-orang yang dzalim.‖ (HR. Muslim) Larangan yang sama juga termaktub dalam AlQur‘an. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‘an Surat AlHasyr ayat 7 yang artinya: ―Apa saja harta rampasan (fay‟) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya, yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya di antara kalian saja. Apa saja yang Rasul berikan kepada kalian, terimalah. Apa saja yang Dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.‖ 149 Al-Qur‘an Surat Al-Hasyr di atas menegaskan bahwa hendaknya harta benda jangan hanya dinikmati oleh sebagian orang saja, tapi seharusnya harta benda tersebut beredar di masyarakat sehingga dapat dirasakan oleh semua pihak. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah harus mengawasi laju perekonomian bukan hanya berpangku tangan saja ketika ada oknum-oknum yang melakukan kegiatan tersebut. 3. Keadilan Politik. Nabi Muhammad SAW bersabda: ‖Ada tujuh golongan yang bakal dinaungi oleh Allah di bawah naunganNya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu: Pemimpin yang adil (imamun adil), pemuda yang tumbuh dengan ibadah kepada Allah (selalu beribadah), seseorang yang hatinya bergantung kepada masjid (selalu melakukan shalat berjamaah di dalamnya), dua orang yang saling mengasihi di jalan Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seseorang yang diajak perempuan berkedudukan dan cantik (untuk bezina), tapi ia mengatakan: "Aku takut kepada Allah", seseorang yang diberikan sedekah kemudian merahasiakannya sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir (mengingat) Allah dalam kesendirian, lalu meneteskan air mata dari kedua matanya.‖ ( HR. Bukhari) Pemerintah atau pemimpin yang adil akan memberi hak pada yang berhak, yang komitmen dan bertanggungjawab pada warganya. Dengan kata lain, pemimpin harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap keadilan. Selain itu, sebagai seorang pemimpin yang adil harus memiliki sifat jujur, bijaksana, rendah hati, amanah, berani dan bertanggung jawab. Karena itu, 150 kita tidak seharusnya berebut menjadi pemimpin. Inilah sebabnya Umar bin Al-Khattab menolak usul pencalonan anaknya, Abdullah bin Umar, sebagai penggantinya. Pada prinsipnya, Islam memandang siapapun berhak menjadi pemimpin tanpa melihat latar belakangnya. 4. Keadilan berteologi/ berkeyakinan. Islam memberikan kebebasan penuh bagi siapapun untuk menjalankan keyakinan yang dianutnya, termasuk keyakinan yang berbeda dengan Islam sekalipun. Konsekuensinya, kebebasan mereka ini tidak boleh diganggu-gugat. Bahkan Muhammad Syahrur menyatakan, percaya pada kebebasan manusia adalah satu dasar akidah Islam yang pelakunya dapat dipercayai beriman pada Allah SWT. Sebaliknya, kufur adalah tidak mengakui kebebasan manusia untuk memilih beragama atau tidak beragama. Firman Allah yang artinya: ―Allah lebih tahu siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dia lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An- Nahl ayat 125). Jadi, yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam pilihan kepercayaan apapun yang kita anut, semua memiliki konsekuensinya masing-masing. Kesadaran untuk memilih keyakinan harus pula dibarengi oleh kesadaran akan konsekuensinya. Sehingga, pilihan kita betul-betul sebagai pilihan yang bertanggungjawab dan bisa dipertanggungjawabkan. 5. Keadilan Pendidikan Mengenai keadilan pendidikan, Allah SWT berfirman yang artinya: “Allah akan meninggikan orang151 orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al Mujadalah: 11). Ayat di atas memberikan pengertian bahwa menuntut ilmu atau mendapatkan pendidikan sangatlah penting, karena menuntut ilmu hukumnya wajib bagi muslim maupun muslimah. Maka dari itu setiap manusia berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan. Tugas dari pemerintah disini adalah membantu masyarakatnya dengan memberikan beasiswa. Tujuannya adalah agar menjadi masyarakat yang cerdas, memiliki soft skill, berwawasan luas supaya di kemudian hari memperoleh kehidupan yang layak. Dalil Sikap ‗Adalah Allah SWT memerintahkan manusia supaya berlaku adil melalui ayat-ayat-Nya. Kata adil tersebut terulang dalam Al-Qur‘an sebanyak 28 kali.155 Diantaranya terdapat dalam Q.S An-Nahl: 90 yang artinya: ―Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” Al-Qur‘an Surat Al-Maidah ayat 8 juga mengungkapkan pentingnya berlaku adil bagi para penegak hukum sebagai berikut: ―Hai orang-orang yang C. 155 Agus Romdlon Saputra, ―Konsep Keadilan Menurut AlQur‘an dan Para Filosof,‖ Dialogia 10, no. 2 (December 2, 2012): 186. 152 beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat dengan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil, sesuai dengan firman-Nya dalam Al-Qur‘an Surat AlHujurat ayat 9 yang artinya: ―...Dan hendaklah kamu berlaku adil, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur‘an diatas dapat diambil kesimpulan bahwasannya Allah SWT sangat menganjurkan manusia agar berlaku adil kepada siapapun, baik kepada sesama muslim atau non muslim. Perasaan suka atau tidak suka kita terhadap orang yang bersalah tersebut jangan sampai mempengaruhi keputusan dalam memberikan keadilan. Disebutkan pula bahwa keadilan itu lebih dekat dengan ketakwaan kepada Allah SWT. Orang yang takut akan kemurkaan Allah pastilah akan berusaha menjalankan segala perintah-Nya termasuk berlaku adil. D. 1. 2. Keutamaan ‗Adalah Menjadikan sebagai pribadi yang dapat melaksanakan kewajiban dengan baik, taat dan patuh kepada Allah SWT, melaksanakan perintahNya dan meninggalkan larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Terciptanya rasa aman, tenang, tentram dalam jiwa dan tidak ada rasa khawatir kepada orang lain, 153 karena tidak pernah melakukan perbuatan yang merugikan dan menyakiti orang lain. 3. Dapat memanfaatkan alam sekitar untuk kemaslahatan dan kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. 4. Menciptakan ketentraman dan kerukunan hidup serta hubungan yang harmonis dan tertib di dalam sebuah lingkungan.156 Ingatlah keadilan itu adalah suatu sikap dan perbuatan yang dapat meletakkan sesuatu pada tempatnya yang benar, teguh dan kukuh dan tidak pernah memihak kepada seseorang karena kekeluargaan ataupun golongan. Maka dari itu kita harus berlaku adil kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada orang lain dan kepada makhluk lainnya seperti binatang dsb. Keadilan juga sebenarnya berawal dari pada pendidikan. Pendidikan yang bersifat adil terhadap manusia dan sifat-sifat pribadinya akan membuat manusia atau seseorang bisa berbuat adil terhadap semua makhluk yang ada di muka bumi ini. Keadilan juga sering dikaitkan hubungannya dengan pembagian sama rata. Tetapi Islam memandang keadilan itu bukanlah pembagian yang sama rata karena pembagian tersebut akan menyebabkan ada pihak yang dizalimi karena tidak mendapatkan haknya ataupun mendapatkan sesuatu yang bukan haknya. Ketika kita berbuat adil maka kita akan merasakan kenyamanan, ketenangan dan ketentraman dalam hati karena tidak ada rasa khawatir kepada orang lain 156 M.Samson Fajar, ―Keadilan dalam Hukum Islam‖ XII, no. 1 (2014): 35. 154 terhadap apa yang pernah di lakukan dan membuat orang lain merasa rugi dan dapat menjalankan hubungan yang baik dan harmonis kepada semua orang. Dan ketika melakukan keadilan jangan sampai memandang seseorang tersebut sebagai musuh ketika kita memiliki musuh maka dalam melaksanakan kewajiban lupakan masalah dengan orang itu seketika karena ingin memberikan keadilan itu tidak memandang bulu atau melihat bahwa dia orang terdekat kita atau orang yang tidak kita sukai.157 E. Bentuk Sikap Pembiasaan Adapun Bentuk Sikap Pembiasaan Adil dalam Kehidupan sehari-hari : 1. Keadilan dalam pemungutan pajak. Pajak biasanya ditentukan berdasarkan kekayaan penguasa dan penduduknya.158 Oleh sebab itu jumlah pajak ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap produk, yang pada gilirannya menentukan pendapatan penduduk dan kesediaannya untuk membayar. Pajak yang dipungut oleh negara kepada rakyatnya yang berasaskan kesewenang-wenangan, kedzhaliman, tidak bermanfaat yang dalam rentang sejarah peradaban yang dikenal dengan Muks, upeti, dipungut berdasarkan kekuasaan yang zhalim adalah pajak yang non-syariah artinya yang tidak sejalan Rizal Arifin and Hairul Nizam Ismail, ―Konsep Keadilan dalam Teori Kecerdasan Menurut Perspektif Islam,‖ no. 2 (2007): 66. 158 Ruslan Abdul Ghofur Noor, ―Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun Keadilan Ekonomi Indonesia,‖ ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 6, no. 2 (March 1, 2012): 317. 155 157 dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Maka dari itu, kita harus bersikap adil dalam menetapkan pajak. Beban pajak yang ditetapkan haruslah memperhatikan ekonomi rakyatnya, jika beban pajaknya ringan maka rakyat lebih berusaha untuk lebih aktif. Dunia bisnis juga akan semakin maju dan menimbulkan kepuasan bagi rakyat karna beban pajaknya rendah, selain itu penerimaan dari pajak juga akan bertambah diliat dari semua sumber lahan pajak. 2. Keadilan dalam pembagian wasiat. Praktik pembagian harta yang terjadi di masyarakat sekarang ini tidak dilakukan sesuai dengan ketentuan farâidl, melainkan menggunakan hibah atau wasiat, khususnya wasiat pembagian harta warisan.159 Ada yang membagi berdasarkan tingkat perekonomian ―ahli waris‖, ada yang membagi dengan melebihkan bagian untuk anak laki-laki daripada anak perempuan, namun tidak persis dua berbanding satu, dan ada juga yang menghibahkan hampir semua hartanya secara sama antara laki-laki dan perempuan dan menyisakan sedikit harta warisan yang akan dibagi secara farâidl, ada yang memberikan hibah lebih banyak kepada anak perempuan dengan harapan ketika pembagian warisan secara farâidl nanti bagian anak laki-laki dan anak perempuan sama atau tidak berbeda jauh. Melihat kenyataan tersebut hukum waris Islam menjadi lemah, masyarakat lebih memilih penyelesaian dengan 159 Zaenul Mahmudi, ―Wasiat: Solusi Alternatif dari Pembagian Warisan yang tidak Adil,‖ Journal de Jure 5, no. 2 (December 30, 2013): 108. 156 menggunakan hukum barat daripada hukum Islam (farâ‟idl), selain hal tersebut pelaksanaan pembagian harta melalui intitusi waris lebih rendah daripada institusi hibah dan wasiat. Oleh karena itu, kita perlu merevitalisasi institusi wasiat dan mengembalikannya sebagai dasar yang menjadi pondasi bangunan ketentuan dalam institusi waris. Kita harus merubah persepsi masyarakat yang menomorduakan wasiat daripada waris, tetapi wasiat harus lebih diprioritaskan daripada waris sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur‘an demi terciptanya pembagian wasiat secara adil. 3. Keadilan dalam poligami. Poligami dilakukan hanya sekedar untuk pemenuhan nafsu, apalagi hanya sekedar mencari prestasi dan prestise di tengah-tengah masyarakat yang hedonis dan materialis sekarang, serta mengabaikan terpenuhinya dua prinsip utama dalam hukum Islam tersebut, maka tentu saja poligami tidak dibenarkan. Secara ideal ketika islam memberlakukan poligami pada masa awal tidak karena nafsu , tetapi poligami sebagai strategi advokasi terhadap janda dan anak yatim. Dalam realitas sosial poligami sekarang ini, banyak orang melakukan poligami tidak untuk mengadvokasi janda dan anak yatim tetapi hanya untuk memuaskan nafsu laki-laki. Maka sudah semestinya pihak yang berwenang dan memiliki otoritas pemerintah menutup pola kawin poligami. Poligami dalam hukum Islam merupakan suatu solusi bagi sebagian orang sedikit untuk mewujudkan kesempurnaan dalam kehidupan keluarga yang memang 157 tidak dapat dicapai dengan monogami. Problem ketiadaan anak yang mungkin disebabkan oleh kemandulan seorang isteri, ketidakpuasan seorang suami karena kurangnya pelayanan yang prima dari seorang isteri, atau tujuan-tujuan dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Saw merupakan sederetan problem yang barangkali bisa dipecahkan oleh lembaga poligami ini. Namun yang perlu dicatat, jangan sampai upaya mengatasi berbagai problem dengan cara poligami malah menimbulkan problem baru yang lebih besar mafsadatnya dari pada problem sebelumnya. Jika hal ini terjadi tentu poligami bukanlah suatu solusi yang dianjurkan, tetapi sebaliknya bisa jadi malah dilarang. M. Quraish Shihab menafsirkan makna adil yang disyaratkan oleh ayat 3 surat al-Nisa bagi suami yang hendak berpoligami adalah keadilan dalam bidang material. Keadilan yang dimaksudkan dalam ayat diatas adalah adil dalam bidang immaterial(cinta). Keadilan ini yang tidak mungkin dicapai oleh kemampuan manusia. Oleh sebab itu suami yang berpoligami dituntut tidak memperturutkan hawa nafsu dan berkelebihan cenderung kepada yang dicintai. Dengan demikian, tidaklah tepat menjadikan ayat ini sebagai dalih untuk menutup rapat pintu poligami.160 F. Referensi Amran, Ali. ―Konsep Adil dan Ihsan Menurut Aqidah, Ibadah dan Ahlak.‖ HIKMAH: Jurnal Ilmu Dakwah 160 Haris Hidayatulloh, ―Adil dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm,‖ Religi: Jurnal Studi Islam 6, no. 2 (October 10, 2015): 226. 158 dan Komunikasi Islam 6, no. 2 (December 18, 2015): 101–114. Harun, Nurlaila. ―Makna Keadilan dalam Perspektif Hukum Islam dan Perundang-Undangan.‖ Jurnal Ilmiah Al-Syir‟ah 11, no. 1 (2013). Hidayatulloh, Haris. ―Adil dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm.‖ Religi: Jurnal Studi Islam 6, no. 2 (October 10, 2015): 207–236. Mahmudi, Zaenul. ―Wasiat: Solusi Alternatif dari Pembagian Warisan yang tidak Adil.‖ Journal de Jure 5, no. 2 (December 30, 2013). M.Samson Fajar. ―Keadilan dalam Hukum Islam‖ XII, no. 1 (2014). Noor, Ruslan Abdul Ghofur. ―Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam dalam Membangun Keadilan Ekonomi Indonesia.‖ ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman 6, no. 2 (March 1, 2012): 316–328. Rangkuti, Afifa. ―Konsep Keadilan dalam Perspektif Islam.‖ TAZKIYA 6, no. 1 (June 7, 2017). Rizal Arifin, and Hairul Nizam Ismail. ―Konsep Keadilan dalam Teori Kecerdasan Menurut Perspektif Islam,‖ no. 2 (2007). Saputra, Agus Romdlon. ―Konsep Keadilan Menurut AlQur‘an dan Para Filosof.‖ Dialogia 10, no. 2 (December 2, 2012): 185–200. Sulthon, M. ―Upaya Penegakan Hukum dan Keadilan (Perspektif Sosio-Historis Islam).‖ Jurnal Ilmiah AlSyir‟ah 11, no. 2 (2013). 159 SIKAP SYUKUR Richo Fernando, Rika Mahlisa, Tia Indrianti, Tiya. S, Sri Anjani, Yuliana dan Zulvanil Azizah A. Pengertian Syukur Kata ―syukur‖ diambil dari dua makna yakni istilah (etimologi) dan pmbagai: rasa terima kasih kepada Allah, menyatakan lega, senang, dan sebagainya.161Rasa syukur adalah perasaan kagum, rasa terimakasih, dan penghargaan terhadap kehidupan (Emmons & Shelton dalam Snyder dkk, 2005).162Secara bahasa, Ibn ‗ bd llā mendefiniskan syukur berarti sesuatu yang diambil. Syukur juga dapat diratikan pujian kepada manusia dengan cara yang baik. Secara hakikat makna, syukur berarti rida dengan mudah atas nikmat Allah. Rāgib mengatakan bahwa syukur adalah menunjukkan atau menggambarkan suatu nikmat dan menampakkannya.163 Ulama lain memberikan variasi dalam menyatakan definisi syukur. al-awī sebagaimana dikutip Ibn ‗ bd llā mengatakan bahwa syukur adalah memberikan balasan dengan cara yang baik. Hal ini menunjukkan syukur tidak cukup dengan merasakan rida atau kesenangan. 161Akhmad Sagir, ―Pertemuan Sabar dan Syukur dalam Hati,‖ Jurnal Studia Insania 2, no. 1 (April 30, 2014): 2. 162Dzikrina Anggle Pitaloka and Annastasia Ediati, ―Rasa Syukur Dan Kecenderungan Perilaku Prososial pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro‖ 4, no. 2 (2015): 44. 163Ahmad Rusdi, ―Syukur Dalam Psikologi Islam Dan Konstruksi Alat Ukurnya‖ 2, no. 2 (2016): 42. 160 Syukur memerlukan ekspresi dan tindakan positif atas nikmat tersebut.164 Dalam merumuskan arti syukur, terdapat berbagai rumusan yang berbeda-beda, namun dapat saling melengkapi, dari yang sederhana sampai kepada yang sangat rinci. Muhammad al-Razi mengartikan syukur sebagai memuji pihak yang telah berbuat baik atas kebaikan yang telah ia berikan.165 Rumusan pengertian syukur al-Razi ini tampak sangat sempit yang hanya mencakup arti syukur dengan lisan (ucapan), karena pujian identik dengan kerja lisan. Lebih luas dari rumusan ini adalah rumusan yang dikemukakan oleh al- Fayyumi yang mengartikan syukur kepada Allah sebagai mengakui nikmat-Nya dan melakukan apa yang wajib dilakukan, berupa melaksanakan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan. Dengan demikian, kata al-Fayyumi selanjutnya, syukur memiliki dua bentuk: syukur dengan ucapan dan syukur dengan amalan.166 B. Ruang Lingkup Syukur Pertama, bersyukur dengan lisan. Dalam psikologi Qur‘ani, bersyukur dengan lisan adalah mengucapkan secara terbuka (terang) kalimat alhamdulillah (segala puji bagi Allah) sebagai ungkapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Allah yang telah memberikan 164Ibid. 165A.Malik Madany, ―Syukur Dalam Perspektif Al-Qur‘an‖ 7, no. 1 (2015): 6. 166Ibid. 161 nikmat luar biasa.167 Dengan menyebut alhamdulillah pada setiap kesempatan, kita sudah menunjukkan pengakuan secara lisan akan kebesaran karunia Allah yang sangat melimpah di muka bumi. Jika seorang hamba menyebut-nyebutnya, maka akan teringat kepada pemberinya dan mengakui kelemahan dirinya dan dengan sendirinya ia akan tunduk kepada Allah, memuji-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan banyak mengingat-Nya dengan berbagai macam dzikir, sebab dzikir merupakan pangkalnya syukur. Orang yang tidak mengingat Allah berarti tidak bersyukur kepada-Nya.168 Kedua, bersyukur dengan hati. Setelah bersyukur dengan lisan, barulah manusia bisa bersyukur dengan hati yang menjadi pengontrol setiap yang diucapkan setiap harinya. Teknik bersyukur dengan hati merupakan salah satu cara bagi seorang muslim untuk memantapkan keyakinan akan karunia Allah yang sangat besar di muka bumi ini. Bersyukur dengan hati mencerminkan bahwa manusia mengakui dan menyadari sepenuhnya segala nikmat yang diperoleh berasal dariAllah dan tiada seseorang pun selain Allah yang dapat memberika nikmat yang tidak terbatas ini.169 Ketiga, bersyukur dengan perbuatan. Teknik bersyukur selanjutnya dalam psikologi qur‘ani adalah dengan perbuatan melalui anggota badan yang bisa dimanfaatkan untuk mengelola berbagai kenikmatan 167Muhammad Taqdir, ―Kekuatan Terapi Syukur dalam Membentuk Pribadi yang Altruis, Perspektif Psikologi Qur‘ani dan Psikologi Positif‖ 5, no. 2 (2017): 181. 168Ibid., 182. 169Ibid. 162 Allah di jalan yang benar. Syukur dengan anggota badan meniscayakan apa saja bentuk amalan atau pekerjaan kebajikan yang meliputi seluruh anggota badan untuk dipergunakan sebagaimana yang telah diajarkan dalam ajaran Islam.170 C. Dalil Tentang Syukur Dalam al-Qur'an kata syukr dengan berbagai derivasinya disebut sebanyak 75 kali. Dalam ayat-ayat itu syukur tidak hanya dipakai dalam rangka perbuatan manusia dalam mensyukuri nikmat, tetapi juga dalam rangka mengungkapkan sikap Allah terhadap apa yang dilakukan hamba-Nya. Dengan demikian, kata syakir (yang bersyukur) dalam bentuk isim fa'il atau kata syakur (yang sangat bersyukur) dalam bentuk sigat mubalagah tidak hanya dilekatkan kepada manusia, melainkan juga kepada Allah. Ada 2 ayat yang menyebut Allah sebagai Syakir dan ada 4 ayat yang menyebut Allah sebagai Syakur.171 Al-Biqa‟i dalam tafsirnya terhadap surat Al-Fatihah mengemukakan bahwa ―alhamdulillah‖ dalam surat AlFatihah menggambarkan segala anugerah Tuhan yang dapat dinikmati oleh makhluk, khususnya manusia. Itulah sebabnyamenurut beliau- empat surat lain yang juga dimulai dengan alhamdulillah masing-masing menggambarkan kelompok nikmat Tuhan, sekaligus merupakan perincian dari kandungan nikmat yang dicakup oleh kalimat alhamdulillah dalam surat AlFatihah itu. Karena Al-Fatihah adalah pembuka Al170Ibid. 171Madany, ―Az-Zarqa‘,‖ 7. 163 Quran dan kandungan ayat-ayatnya dirinci oleh ayatayat lain.172 Keempat surah yang dimaksud adalah: Pertama pada surah Al-An‟am(surat ke-6) yang dimulai dengan: Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang‖.Ayat ini mengisyaratkan nikmat wujud di dunia ini dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah baik di darat, laut, maupun udara, serta gelap dan terang.173 Kedua, Surah Al-Kahf(surat ke-18), yang dimulai dengan: ―Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Quran), dan tidak membuat kebengkokan (kekurangan) di dalamnya‖. Di sini diisyaratkan nikmat-nikmat pemeliharaan Tuhan yang dianugerahkannya secara aktual di dunia ini. Disebut pula nikmat-Nya yang terbesar yaitu kehadiran Al-Quran di tengah-tengah umat manusia, untuk ―mewakili‖ nikmat-nikmat pemeliharaan lainnya.174 Ketiga, Surah Saba‟(surat ke-34), yang dimulai dengan‖ ―Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui‖.Ayat ini mengisyaratkan nikmat Tuhan di akhirat kelak, yakni kehidupan baru setelah mengalami kematian di dunia, di 172Sagir, ―Pertemuan Sabar dan Syukur dalam Hati,‖ 23. 173Ibid. 174Ibid. 164 mana dengan kehadirannya di sana manusia dapat memperoleh kenikmatan abadi.175 Keempat, Surah Fathir(surat ke-35), yang dimulai dengan: ―Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan (di dunia dan di akhirat), yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat‖. Ayat ini adalah isyarat tentang nikmat-nikmat abadi yang akandianugerahkan Allah kelak setelah mengalami hidup baru di akhirat. Setiap rincian yang terdapat dalam keempat kelompok nikmat yang dicakup oleh keempat surat di atas, menuntut syukur hamba-Nya baik dalam bentuk ucapan al-hamdulillah, maupun pengakuan secara tulus dari lubuk hati, serta mengamalkan perbuatan yang diridhaiNya.176 D. Keutamaan Syukur Perilaku syukur termasuk salah satu tingkatan tertinggi dalam dunia kesufiaan, karena mencerminkan karakter luhur dari seorang muslim yang taat menjalankan perintah Allah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Allah sendiri mengatakan bahwa tidak menjamin kenaikan tingkat (maqam) kecuali dengan melewati zona syukur yang merupakan salah satu tingkatan tertinggi dalam dunia kesufiaan. Hal ini menunju\kkan bahwa syukur merupakan tingkat maqam yang terbaik dan laku ketaatan yang terpenting, 175Ibid. 176Akhmad Sagir, ―Pertemuan Sabar Dan Syukur Dalam Hati,‖ Jurnal Studia Insania 2, no. 1 (April 30, 2014): 24. 165 sebab ia memuat puncak keceriaan di hadapan Allah dan memiliki konsekwensi cinta kepada Allah.177 E. Pembiasaan Sikap Syukur Dalam kitabnya Ihya' 'Ulum ad-Din, al-Gazali dengan sangat cermat dan rinci menguraikan hakekat syukur dan langkah-langkah untuk merealisasikannya dalam kehidupan. Menurut al-Gazali, syukur mencakup ilmu, hal dan amal. Yang dimaksud dengan ilmu ialah pengetahuan tentang nikmat yang dianugerahkan oleh sang pemberi nikmat (al-mun'im). Hal adalah rasa gembira yang terjadi akibat pemberian nikmat. Sedangkan amal adalah melakukan apa yang menjadi tujuan dan yang disukai oleh sang pemberi nikmat. Amal di sini terkait dengan tiga hal, yakni hati, lisan dan anggota-anggota tubuh. Adapun kaitannya dengan hati ialah kehendak hati untuk kebaikan dan menyimpannya kepada semua makhluk.178 Sedangkan kaitannya dengan lisan adalah menampakkan rasa syukur kepada Allah dengan berbagai pujian yang menunjukan kepada rasa terima kasih itu. Adapun kaitannya dengan anggota-anggota tubuh adalah menggunakan nikmat karunia Allah dalam rangka ketaatan kepada-Nya dan menghindarkan diri dari kemungkinan menggunakannya untuk berbuat durhaka (maksiat) kepada-Nya (isti'mal ni'amAllah ta'ala 177Taqdir, ―Kekuatan Terapi Syukur Dalam Membentuk Pribadi Yang Altruis, Perspektif Psikologi Qur‘ani Dan Psikologi Positif,‖ 188. 178Ibid., 11. 166 fi ta'atih wa at-tawaqqi min al-isti'anah biha'ala ma'siyatih). Seseorang baru dianggap bersyukur kepada Tuhannya jika ia telah menggunakan nikmat-Nya untuk halhal yang disenangi-Nya. Dengan demikian, syukur atas nikmat kedua mata yang dianugerahkan Allah berarti menutupi setiap aib yang kita lihat pada seseorang. Syukur atas nikmat kedua telinga berarti menutupi setiap aib yang kita dengar mengenai seseorang. Sebaliknya, apabila seseorang menggunakan nikmat Allah itu untuk hal-hal yang tidak disenangiNya, maka berarti ia telah kufur (ingkar) terhadap nikmat itu. Demikian pula jika ia membiarkan nikmat itu dan tidak memfungsikannya. Walaupun hal ini lebih ringan dosanya dibandingkan dengan yang sebelumnya, namun dengan menyia-nyiakan itu, ia dianggap telah kufur terhadap segala nikmat Allah. Segala apa yang diciptakan Allah di dunia ini adalah dimaksudkan untuk menjadi alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiannya.179 F. Referensi Anggle Pitaloka, Dzikrina, and Annastasia Ediati. ―Rasa Syukur Dan Kecenderungan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro‖ 4, no. 2 (2015): 43–50. Madany, A.Malik. ―Syukur Dalam Perspektif Al-Qur‘an‖ 7, no. 1 (2015). Rusdi, Ahmad. ―Syukur Dalam Psikologi Islam Dan Konstruksi Alat Ukurnya‖ 2, no. 2 (2016): 37–54. 179Ibid., 12. 167 Sagir, Akhmad. ―Pertemuan Sabar Dan Syukur DALAM HATI.‖ Jurnal Studia Insania 2, no. 1 (April 30, 2014): 19–31. Taqdir, Muhammad. ―Kekuatan Terapi Syukur Dalam Membentuk Pribadi Yang Altruis, Perspektif Psikologi Qur‘ani Dan Psikologi Positif‖ 5, no. 2 (2017): 176–198. 168 SIKAP QANA‘AH Alfiah, Almas Laitani, Andriyansyah, Aprillia Anggi Astuti, Ari Permana, dan Avifatur Rofiah A. Pengertian Qana‘ah Menurut bahasa, qana‘ah memiliki arti menerima apa adanya dan merasa ikhlas dengan keadaan atau situasi yang terjadi saat itu. Menurut istilah, qana‘ah memiliki arti menerima dengan hati ikhlas atas apapun yang diberikan Allah SWT, dengan mengambil hikmah dari rezeki tersebut sebagai suatu jalan untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Qana‘ah berarti merasa cukup atas segala pemberian rezeki dari Allah SWT. Qana‘ah ialah rela serta merasa cukup atas segala apapun yang di miliki, dan menghilangkan rasa tidak puas dalam menerima pemberian dan rezeki dari Allah SWT.180 Qana‘ah di dalam kamus Arab-Indonesia diartikan dengan suka menerima yang diberikan kepada dirinya.181 Sikap qana‘ah mengajak atau menanamkan pada diri untuk selalu bermuhasabah atau mengoreksi diri pribadi, seberapa mampu dirinya, sehingga seorang hamba menjalani kehidupan secara wajar serta tidak melampaui batas. Shalahudin, ―Qana‘ah dalam Perspektif Islam,‖ Edu-Math 4 (2013): 62. 181 S Mahmudah Noorhayati dan Farhan, ―Konsep Qonaah dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah,‖ Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 7, no. 2 (2016): 62. 169 180 Merasa cukup atas segala yang di milikinya, juga dapat diartikan sebagai kesederhanaan ataupun kecukupan dalam memperlakukan materi. Qana‘ah ialah salah satu diantara sifat-sifat baik, walaupun seorang manusia mempunyai sifat tidak baik yang merupakan bagian dari diri seorang manusia. Melalui potensi akal yang di miliki setiap manusia, ia akan mampu memilih dan mengklasifikasikan sifat-sifat baik sebagai bagian yang paling mencolok di dalam diri atau jiwanya serta berusaha mengendalikan dari sifat tidak baiknya tersebut. Dengan sifat baik yang diperlihatkan di dalam perilakunya menggambarkan akan keadaan jiwa seseorang. Individu yang mengerti akan keseimbangan jasmani serta rohaninya, dalam menjalani kegiatan apapun itu sadar bahwa bekerja ialah sebuah kewajiban, karena orang hidup harus bekerja. Hal ini yang dimaksud oleh Hamka sebagai maksud utama dari arti qana‘ah.182 Sikap qana‘ah ini bukan sikap yang membuat diri kita lemah dan pasrah begitu saja. Melalui qana‘ah akan menghantarkan seorang hamba pada derajat yang lebih tinggi.183 Berdasarkan hal tersebut, qana‘ah dapat diartikan sebagai suatu sikap batin yang meliputi: menerima dengan rela atas apa yang ada atau Ibid. Ani, ―Pemahaman Nilai-Nilai Qonaah dan Peningkatan Self Esteem,‖ Jurnal Hisbah 13, no. 1 (2016): 93. 170 182. 183. rezeki yang telah diberikan, memohon kepada Allah SWT tambahan rezeki yang pantas diiringi dengan usaha, menerima dengan sabar atas ketetapan Allah SWT, bertawakal kepada Allah SWT, serta tidak tergiur akan tipu daya dunia.184 B. Ruang Lingkup Qana'ah Pengertian dari qana‘ah adalah awal dari ridha dengan rezeki yang telah dibagi oleh Allah SWT, merasa cukup meskipun yang didapatkan sedikit serta tidak mengejar kekayaan yaitu dengan cara meminta-minta ataupun mengemis terhadap sesama manusia. Dalam qana‘ah tersebut mengandung lima perkara: 1. Dapat menerima dengan rela apa yang telah ada. 2. Memohon kepada Allah SWT. 3. Menerima dengan sabar ketentuan dari Allah SWT. 4. Tetap bertawakal kepada Allah SWT. 5. Tidak tertarik dengan tipu daya manusia. Perkara tersebut bernama qana‘ah, serta itulah kekayaan yang sebenarnya. Karena kita sebagai manusia harus menanamkan lima perkara tersebut dengan cara menerima apa yang telah diberikan oleh Allah SWT dan ikhlas menerima apa yang telah diberi oleh-Nya. Serta senantiasa berdoa meminta kepada Allah SWT atas rezeki yang pantas untuk diterima dan selalu berusaha serta dapat menerima segala sesuatu dengan sabar atas kehendak dan ketentuan Allah SWT.185 Shalahudin, ―Qana‘ah dalam Perspektif Islam.‖ Abdul Rahman Abdul Aziz, ―Nilai Mencapai Kehidupan Sejahtera: Pandangan Hamka,‖ MALIM 10 (2009): 131. 171 184. 185 Setiap manusia harus bertawakkal terhadap Allah SWT sehingga jika manusia bersifat qana'ah maka otomatis tidak akan tertarik dengan segala tipu daya dari manusia lainya. Seseorang yang memiliki sikat qana'ah secara tidak langsung hatinya akan dapat menerima segala sesuatu kenyataan yang telah diberikan untuknya karena yang dinamakan kaya itu bukan hanya kaya akan harta, tetapi yang dimaksud dengan kaya itu ialah seseorang yang kaya akan hati. Seorang yang memiliki sikap qana'ah ialah orang yang menerima apa adanya atas semua nikmat yang telah diberikan. Dapat meninggalkan segala sesuatu kesenangan hawa nafsu serta sesuatu yang kemewah-mewahan, baik itu berupa makanan, pakaian yang dipakai, maupun tempat tinggal yang disinggahinya. Bukan berarti seseorang tidak boleh bekerja atau selalu berpangku tangan, yang dimaksud di dalam hal tersebut ialah tidak menjadikan suatu pekerjaan untuk mendapatkan harta yang banyak melimpah ruah, akan tetapi seseorang itu bekerja lantaran seseorang yang hidup itu tidak dapat menganggur tanpa berusaha.186 Seseorang harus bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya yaitu dengan cara bertawakal dan berikhtiar. 186 Ani, ―Pemahaman Nilai-Nilai Qonaah Dan Peningkatan Self Esteem,‖ 90. 172 Rasulullah SAW memiliki harta yang melimpah ruah, rumah mewah bagai istana, memperjualbelikan harta bendanya, serta mengekspor harta benda tersebut ke luar negeri, namun mereka selalu menanamkan sikap qana'ah. Hendaknya orang yang mengetahui isi kandungan sikap qana‘ah yaitu berupa kemuliaan, terhindar dari sifat meminta-minta, serta terhindar dari sifat tamak. Dalil Sikap Qana‘ah Qana‘ah dalam arti singkat ialah menahan diri. Kemampuan ini tidak serta merta ada di setiap pribadi manusia, karena banyaknya manusia yang masih mementingkan hawa nafsunya, sehingga banyak manusia terjerumus ke dalam sifat rakus, merasa tidak pernah puas dari apa yang telah diberikan Allah SWT.187 Sesungguhnya, puas tidaknya manusia tidak dibatasi dan dilihat dari seberapa banyak kenikmatan yang Allah SWT berikan namun, tolak ukurnya adalah rasa syukur terhadap banyak dan sedikitnya rezeki yang diterima. Berdasarkan hal tersebut, seseorang dapat memiliki rasa kepuasan dalam setiap nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Sebagaimana dalam ayat AlQur‘an: “Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagaimana dan (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana C. 187 M. Ridwan Hidayatullo, Aceng Kosasih, and Fahrudin, ―Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Agama Islam Di Persekolahan,‖ TARBAWY 02, no. 01 (2015): 7. 173 Allah SWT telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan (muka) bumi. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (AlQashash: 77). Manusia merasa cukup atas apa yang Allah SWT berikan dapat diartikan dengan kesederhanaan dalam menjalani kehidupan karena, hidup itu berputar terkadang di atas dan di bawah, ketika usaha mulai surut kita sebagai insan yang memiliki sifat qana‘ah harus tetap berlapang hati, berusaha dan tidak mengeluh. Menjadikan hal tersebut untuk muhasabah diri dari apa ibadah-ibadah yang tertinggal karena perniagaan kita. Karena, harta dan perniagaan hanya titipan dari Allah SWT, pada dasarnya titipan tersebut terlihat indah serta menipu. Konsep qana‘ah juga harus benar-benar diterapkan dalam bekerja, karena nafsu selalu membuat kita tidak puas sampai meninggal dan tidak tahu bekal apa yang akan dibawa. Dalam hadits di terangkan: “Sesungguhnya harta ini berwarna hijau serta manis, maka barangsiapa yang mengambilnya dengan kemurahan jiwa, niscaya dibeikan berkah baginya pada harta itu. Dan barangsiapa mengambilnya dengan nafsu serakah niscaya tidak akan diberikan berkah baginya pada harta itu. Seperti orang yang makan dan tak pernah kenyang” (HR.Bukhari).188 Jemputlah keberkahan tersebut dengan jalan yang baik, sehingga datang keberkahan dan ketenangan serta kepuasan batin. Orang yang memiliki sikap qana‘ah 188 S dan Mahmudah Noorhayati, ―Konsep Qana'ah dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah,‖ Jurnal Bimbingan Konseling Islam 7, no. 2 (2016): 64. 174 akan merasa nikmat berapapun rezeki yang di terimanya, seperti makan dengan seadanya. Namun, nikmat itu justru akan membagi kenikmatannya dengan saudara ataupun kerabat terdekatnya. Berbeda halnya dengan orang yang rakus walaupun memiliki emas segunung uhud, ia tak pernah merasakan kenikmatan karena dalam hatinya hanya ada ketamakan dan enggan berbagi kepada sesama. Sifat tamak selalu menguasai hati orang-orang dalam persaingan dan urusan dunia sehingga tidak ingat lagi harus ada bekal yang dibawa ke akhirat serta hati yang harus dibenahi. Dalam sabda Rasulullah SAW: “Kaya yang sebenarnya bukanlah kaya harta benda, akan tetapi kaya yang sebenarnya adalah kaya hati”189 Sebagai pribadi muslim yang baik kita tidak dilarang bergelimang harta, justru seorang muslim harus kaya, akan tetapi kekayaan tersebut bukan untuk menimbun harta melainkan untuk kemakmuran umat muslim itu sendiri, dengan bershadaqah dan membantu saudara sesama muslim. Sebagian besar manusia yang sudah diberi harta yang berlimpah akan lupa dengan apa yang seharusnya ia gunakan hartanya di jalan Allah SWT, mereka mulai muncul bibit–bibit rakus dalam hatinya, sedangkan nabi Muhammad SAW bersabda: “Jauhilah sikap rakus, karna rakus itu pada hakikatnya adalah kefakiran, dan hindarilah sikap mencari-cari alasan untuk rakus (maya‟tziru minh)” (HR. Tirmidzi). 189 Shalahudin, ―Qana‘ah dalam Perspektif Islam,‖ Edu-Math 4 (2013). 175 Jadi pada hakikatnya orang yang rakus sama seperti orang yang yang fakir. Sebagai muslim yang baik pula hendaknya melihat ke bawah dalam urusan dunia. Sebaliknya, untuk urusan akhirat kita melihat orang yang di atas kita. Sehingga tidak ada rasa tamak dan rakus ketika memiliki banyak harta justru kekayaannya menambah sifat qana‘ah juga mempertebal rasa syukurnya. Keutamaan Sikap Qana‘ah Memiliki sikap qana‘ah juga seakan memiliki ketenangan batin, dengan sikap qana‘ah tersebut akan senantiasa mengisi hari-hari dengan penuh kebaikan dan keberkahan.190 Oleh karena itu, keutamaan memiliki sikap qana‘ah yaitu: 1. Memperoleh kebahagiaan Menerapkan sikap qana‘ah dalam kehidupan sehari-hari akan memperoleh kebahagian tersendiri. Ketika seseorang menerapkan sikap ini dengan ikhlas dan lapang dada maka kebahagian akan datang dengan cara tidak diduga-duga. Mendapatkan kebahagiaan itu tidak di dapat secara instan datang secara tiba-tiba tanpa di lakukan sebuah proses. Akan tetapi, sebagian besar orang mendapatkan kebahagian dengan cara melewati masa sulit, dari proses D. 190 M. Yusuf Agung Subekti, ―Pengaruh Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Keagamaan Siswa,‖ TA‟LIMUNA 01, no. 02 (n.d.): 150. 176 tersebut mereka dapat merubah kondisi menjadi lebih baik lagi.191 2. Tawakal Tawakal yaitu menyerahkan segala perkara di dunia ini kepada Allah SWT. Dengan adanya tawakal menghindarkan diri dari kemelaratan, baik yang menimpa diri kita maupun orang lain. Tawakal mengajarkan diri kita untuk bekerja keras dan senantiasa berusaha agar apa yang sudah diinginkan segera tercapai. 3. Mengendalikan hawa nafsu Ketika seseorang menerapkan sikap qana‘ah dengan baik maka ia dapat mengontrol hawa nafsu yang ada di dalam dirinya dengan baik pula. Seorang manusia harus dapat mengendalikan hawa nafsu agar pola pikirnya menjadi pemikiran yang positif. Pemikiran ini bukan berarti memadukan kekuatan akal dan hawa nafsu, tetapi menempatkan pikiran pada posisi yang tetap di bimbing akal dalam berhubungan. 4. Memelihara kesehatan jiwa dan badan Hamka memandang bahwa kesehatan jiwa dan badan harus bersinergi secara simbiotik, padu, dan utuh. Kita tidak hanya memperhatikan kesehatan jiwa dan melupakan kesehatan badan, begitu pun sebaliknya. 191 Fuadi, ―Refleksi Pemikiran Hamka tentang Metode Mendapatkan Kebahagiaan,‖ SUBSTANTIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 20, no. 1 (April 18, 2018): 21. 177 Jika memiliki jiwa yang sehat, maka akan mudah dalam membuka fikiran dan menyerap hal baik lainnya, mencerdaskan akal, serta dapat membersihkan jiwa dari hal yang tidak diinginkan.192 E. Bentuk Sikap Pembiasaan Seiring berjalannya waktu seringkali manusia tidak menyadari bahwa kehidupan yang dimilikinya adalah suatu kenikmatan syukur dari tuhan yang sangat berharga. Biasanya berharga atau tidaknya seseorang tersebut terlihat dari latar belakang sosial ekonomi serta keadaan fisik dan psikis seseorang.193 Qana‘ah adalah bagian dari komponen didalam jiwa seseorang, qana‘ah merupakan suatu cerminan dari keadaan setiap individu manusia. Sifat qana‘ah merupakan ukuran untuk setiap orang dalam mencerminkan dirinya, setiap perbuatan baik dan buruk pada kehidupan sudah menjadi suatu pilihan dari seseorang itu sendiri. Setelah seseorang melakukan suatu perbuatan baik dan buruk, serta telah memenangkan suatu pergolakan didalam dirinya, dan merasa cukup dengan apa yang semestinya telah dinikmati, adalah suatu upaya untuk melawan perbuatan Iswan Saputro, Annisa Fitri Hasanti, dan Fuad Nashori, ―Qana‘ah pada Mahasiswa Ditinjau dari Kepuasan Hidup dan Stres,‖ Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris 3, no. 1 (August 16, 2017): 11. 193 Ani, ―Pemahaman Nilai-Nilai Qonaah dan Peningkatan Self Esteem‖ 13, no. 1 (2016): 86. 178 192 serakah dan keinginan memiliki hal lain yang bukan miliknya. Pilihan buruk pada diri seseorang dapat menodai menodai hati nurani seseorang tersebut. Tetapi pengaruh pengaruh nafsu dari dalam diri itu lebih dominan, menjadikan diri seseorang itu tidak mampu mengendalikannya.194 Adapun sikap pembiasaan yang dapat dilakukan untuk menjadikan pribadi yang qana‘ah dalam kehidupan sehari hari yaitu: 1. Memperkuat iman kepada Allah SWT. Pada dasarnya, keimanan kepada Allah SWT sebaiknya diperbarui setiap waktu karena keimanan tersebut bersifat dinamis, dapat naik dan turun. Karena keimanan seseorang itu pergerakannya menuju pada perilaku qana‘ah serta menghindari pada sikap hidup yang boros. 2. Yakin bahwa rezeki telah ditetapkan. Sifat yakin ini wajib ditanamkan dalam diri seseorang sejak dini, agar orang tersebut yakin bahwa rezeki yang ia miliki sudah tertulis sejak ia berada dalam kandungan. 3. Memikirkan ayat–ayat Allah SW. Dengan memikirkan ayat–ayat Al-Qur‘an seseorang dapat berfikir dan mengetahui tentang penciptanya yaitu yang menciptakan seluruh makhluk hidup didunia, bukan hanya manusia tetapi hewan dan tumbuhan yang telah memberikan kehidupan. 194 S Mahmudah Noorhayati, ―Konsep Qana'ah dalam Mewujudkan Keluarga Samara‖ 7, no. 2 (2016): 64–65. 179 4. 5. Mengetahui hikmah perbedaan rezeki. Diantara banyak hikmah, Allah SWT telah menentukan hikmah perbedaan rezeki dan tingkatan rezeki pada setiap hambanya, perbedaan tersebut menjadikan dinamika pada kehidupan makhuk hidup di muka bumi, agar hambanya saling bertukar manfaat. Banyak memohon doa kepada Allah SWT. Rasulullah SAW mempunyai sifat qana‘ah, beliau selalu berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepada-Nya agar selalu diberikan rasa qana‘ah. Maka dari itu kita juga sebagai makhluk Allah SWT dan umat dari Rasulullah SAW harus mencontoh sifat–sifat Rasulullah SAW.. Ketika seseorang memiliki harta, baik sedikit maupun banyak maka hal tersebut harus dipertanggungjawabkan, untuk apa harta tersebut digunakan. Dari sikap pembiasaan di atas secara konsisten maka insya Allah kita dapat mewujudkan sikap qana‘ah dalam kehidupan kita, dengan mengubah pemikiran dalam bekerja dengan berfikir semata-mata kita hidup hanya untuk mendapat ridha dari Allah SWT.195 F. Referensi Abdul Rahman Abdul Aziz. ―Nilai Mencapai Kehidupan Sejahtera: Pandangan Hamka.‖ MALIM 10 (2009): 123–144. 195 Shalaludin, ―Qana'ah dalam Perspektif Islam‖ 4 (2013): 62– 66. 180 Ani. ―Pemahaman Nilai-Nilai Qonaah Dan Peningkatan Self Esteem.‖ Jurnal Hisbah 13, no. 1 (2016): 86–108. Fuadi, Fuadi. ―Refleksi Pemikiran Hamka tentang Metode Mendapatkan Kebahagiaan.‖ SUBSTANTIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 20, no. 1 (April 18, 2018): 17–34. M. Ridwan Hidayatullo, Aceng Kosasih, and Fahrudin. ―Konsep Tasawuf Syaikh Nawawi Al-Bantani Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Agama Islam Di Persekolahan.‖ TARBAWY 02, no. 01 (2015): 1– 15. M. Yusuf Agung Subekti. ―Pengaruh Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Keagamaan Siswa.‖ TA‟LIMUNA 01, no. 02 (2012): 141–161. S Mahmudah Noorhayati, and Farhan. ―Konsep Qonaah Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah Dan Rahmah.‖ Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 7, no. 2 (2016): 59–76. Saputro, Iswan, Annisa Fitri Hasanti, and Fuad Nashori. ―Qana‘ah Pada Mahasiswa Ditinjau Dari Kepuasan Hidup Dan Stres.‖ Jurnal Ilmiah Penelitian Psikologi: Kajian Empiris & Non-Empiris 3, no. 1 (August 16, 2017): 11–20. Shalahudin. ―Qona‘ah Dalam Perspektif Islam.‖ EduMath 4 (2013): 60–67. 181 SIKAP RIDHA ATAU SABAR Desi Wulansari, Devi Novitasari, Dian Ayu Novita, Elma Mei Susana, Dewi Arya Ningsih, dan Farhan Hamid A. Pengertian Ridha atau Sabar Kata sabar di ambil dari bahasa Arab yaitu ṣabr. Dilihat dari segi epistimologi, ia berasal dari kata dasar ṣabara. Pengertian istilahnya, sabar tersebut dimaknai dengan mencegah atau menerimasegala sesuatu dalam suatu kesempitan, memelihara diri dari kehendak akal syara‟ dan dari hak yang menuntut untuk memelihara. Secara bahasa, ṣabara berarti ―mengikat atau menguatkan‖, kalimat yang diikat adalah kelemahan dan perilaku irasional yang dapat mencemari kepribadian, menurunkan martabat, bahkan menghancurkan orang. Sedangkan yang dikuatkan adalah kekurangankekurangan orang itu dengan cara bisa menguasai pikiran atau hawa nafsunya. Sabar adalah suatu amalan batin yang paling berat untuk dilaksanakan. Sabar dalam bentuk fi‟il maadi (kata kerja lampau) dari satu segi yang mengandung makna bahwa sesuatu yang ditunjuk adalah orang-orang yang berbuat sabar. Sabar dalam bentuk ism faa‟il adalah kesabaran yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam diri pelakunya. Sabar dalam bentuk ism faa‟il yang menggunakan shigat mubalaghah seperti sabar lebih mempertegas dan memperkuat kualitas kesabaran mereka. Sabar yang diungkapkan dengan menggunakan ism faa‟il tidak seluruhnya menunjukkan kepada sifat yang sudah baku, sebab pada sebagian ayat, sifat tersebut justru belum melekat dalam diri pelakunya dan 182 bersifat temporal. Sabar yang digambarkan dengan ism faa‟il secara tekstual juga memberi informasi mengenai prototipe dan penyabar sebagai pelaku peristiwa sekaligus sebagai gambaran yang tidak terpisahkan dengan pesan utuh dari peristiwa itu sendiri.196 Masyarakat Indonesia sangatah banyak menggunakan konsep ‗sabar‘, baik dalam konteks agama maupun budaya. Dikehidupan sehari-hari konsep sabar ini juga banyak digunakan orang ketika menghadapi berbagai persoalan psikologis, misalnya menghadapi situasi yang penuh tekanan (stress), menghadapi persoalan, musibah atau ketika sedang mengalami kondisi emosi marah. Konsep ‗sabar‘ pada umumnya dikaji dalam konteks moralitas dan religius. Misalnya orang harus sabar menghadapi cobaan, orang harus sabar dalam taat menjalankan perintah agama dan menjauhi larangan agamanya. Konsep sabar juga banyak dibahas dalam kajian budaya Jawa. Salah satu prinsip orang Jawa yang terkenal adalah eling dan sabar. Selain tercantum dalam kitab suci berbagai agama apapun, masalah kesabaran juga dibahas oleh para ahli agama masing-masing agama. Al Ghazali, salah satu ulama klasik dalam agama Islam telah membahas masalah sabar dan kesabaran dalam kitab Sabar dan Syukur yang menjadi bagian dari kitab Ihya Ulumuddin. Demikian juga Ibnul Qayyim Al Jauziah menulis kitab berjudul Uddatu As Shabirin Wa Dzkirotu Asy Syakirin, yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul ―Indahnya Kesabaran‖. Kata sabar berdasarkan 196 Yunita Wahyu Kurnia, ―Konsep Sabar Dalam Konsep AlMaragi,‖ Qaf: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir 1, no. 01 (2016): 66–68. 183 makna bahasa Arab yang memiliki tiga macam arti. Pertama, yaitu kata ash-shobru, menahan atau mengurung. Kedua, kata ash-shobir, yaitu obat yang sangat pahit dan tidak disukai orang. Ketiga, kata ashshobr berarti menghimpun dan menyatukan. Dengan demikian kata sabar berarti menahan diri dari sifat yang keras, tahan menderita, merasakan kepahitan hidup tanpa berkeluh kesah. Sedangkan pengertian ridha merupakan suatu kerelaan atau lapang dada dalam menerima sesuatu ketetapan. dalam rangka mengkaji konsep sabar dan ridha di dalam literatur Barat, juga telah melakukan penelusuran literatur awal dengan menggunakan searching engine EBSCO. Awalnya ini menggunakan kata patient, yang merupakan kata sifat dari sabar. Ternyata yang keluar banyak literatur yang berkaitan dengan patient dalam pengertian pasien yang mengalami sakit (baik fisik maupun psikologis). Tidak satupun artikel yang berkaitan dengan sabar. Kemudian peneliti menggunakan kata kunci patience (kesabaran, kata benda), yang dikaitkan dengan beberapa keywords lain, misalnya patience and religion, patience and wisdom, patience and health. Dari pengertian sabar dengan ridha merupakan satu kesatuan yang masih berkaitan, karna di dalam orang yang ridha pasti memiliki kesabaran di dalam menerima ketetapan Allah SWT.197 197 Subandi, ―Sabar: Sebuah Konsep Psikologi,‖ Jurnal Psikologi Islam 38, no. 2 (2015): 215. 184 B. Dalil Ridha atau Sabar QS Al Baqarah ayat 155 artinya: ― Dan Sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar‖.198 Setiap orang memiliki takdir dan ketentuan hidup masing masing baik kesenangan maupun bencana. Baik itu yang menimpa jiwa, harta, keluarga, kenyamanan, dan ketentraman. Semua itu tidak dapat di pungkiri kapan musibah dan cobaan itu datang. Kita sebagai hamba Allah SWT yang bertaqwa hanya bisa terus berusaha berbuat kebaikan dan senantiasa mengantisipasi akan terjadinya hal hal yang tidak diinginkan. Dalam situasi yang seperti ini kita perlu memiliki sikap sabar dalam hidup. Kesabaran inilah yang dapat menguatkan hidup dalam menjalani ketentuan Allah SWT, selain sabar juga perlu adanya sikap ridha yang mengiringinya karena dengan ridha maka kita yakin bahwa semua itulah takdir dari Allah SWT yang perlu kita syukuri dan dan dapat kita ambil pelajaran dalam hidup maupun intropeksi diri akan kesalahan kesalahan selama ini. Artinya:―.... dan mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah SWT, dan tidak lesu dan tidak pula mudah menyerah 198Syofrianisda, ―Konsep Sabar Dalam Al Qur‘an Dan Implementasinya Dalam Mewujudkan Kesehatan Metal,‖ Jurnal Pendidkan Islam 6, no. 1 (2017): 141. 185 (kepada musuh), Allah menyukai orang orang yang sabar‖ (QS Ali Imran: 146).199 Di dalam Asmaul Husna, kata sabar terdapat pada ayat ke 99 yaitu Ash-Shabur yang artinya maha sabar. Sabar ini memiliki arti penguatan ketetapan hati untuk menolak hawa nafsu dan juga kemarahan. Hati adalah pusat dari segala kondisi keadaan jiwa. Lemah atau kuatnya jiwa seseorang, cepat menyerah atau kuat nya seseorang itu di tentukan oleh keadaan hati dan juga fikiran seseorang. Hal ini jiwa dan hati kita perlu memiliki sikap sabar yang seluas luasnya agar semua dapat kita jalani dengan baik dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Karena Allah SWT menyukai orang orang yang sabar maka sebagai hamba yang bertaqwa seharusnya kita mencari cinta dan kasih sayang Nya dengan menanamkan sifat sifat terpuji. Artinya: ―Hai orang orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah SWT beserta orang orang yang sabar‖ (QS Al Baqarah: 153).200 Dalam firman ini Allah SWT menyeru kan kepada orang orang yang beriman agar menjadikan shalat dan sabar sebagai penolong, penolong dalam hal ini berarti penolong dalam segala urusan yang ada di dunia dan selebihnya di akhirat. Shalat merupakan pondasi umat muslim, shalat merupakan amalan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT dan amalan yang dapat menjadi 199 Amita Darmawan Putri, ―Makna Sabar Bagi Terapis,‖ Jurnal Psikologi Islam 1, no. 1 (2005): 51. 200 M. Yusuf, ―Sabar Dalam Perpektif Islam Dan Barat,‖ AlMurabbi 4, no. 2 (2018): 238. 186 penolong bagi pelaksananya di akhirat kelak. Sedangkan sabar merupkan perbuatan terpuji yang sangat di cintai oleh Allah SWT. Dengan sabar orang dapat menerima ketetapan Allah SWT dengan ikhlas dan ridha. Dirinya dapat mengambil hikmah dan pelajaran dengan kesabaran yang dimilikinya. C. Keutamaan Sabar Seorang mukmin yang sabar dan tidak berkeluh kesah dalam menghadapi segala kesusahan yang menimpanya serta tidak akan menjadi lemah maupun jatuh hanya gara-gara musibah dan bencana yang telah menimpanya. Allah SWT telah memberikan kepadanya sebuah kesabaran kepadanya serta mengajari bahwa apa pun yang menimpa kita pada kehidupan dunia hanyalah merupakan cobaan dari Allah SWT supaya diketahui orang-orang yang bersabar. Kesabaran mengajari kita ketekunan dalam bekerja serta kita dapat mengarahkan kemampuan untuk merealisasikan tujuan amaliah dan ilmiahnya. Sifat sabar dalam islam menempati posisi istimewa. Al-Qur‘an mengaitkan sifat sabar dengan bermacam-macam sifat mulia lainnya. Sifat sabar memang sangat dibutuhkan sekali untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Allah SWT mengajarakan kepada orang-orang yang beriman dengan perantara cobaan itu bahwa keimanan semata-mata tidak membawa kelapangan rezeki serta kekuatan, kekuasaan, hilangnya rasa takut serta kesedihan. Orang yang tidak sabar terhadap sesuatu, pasti akan mengalami goncangan ataupun perasaan tidak berdaya, karena dalam fikirannya hanya perasaan was-was yang selalu mengintainya. 187 Sabar tidak hanya identik dengan kepasrahan serta menyerah terhadap konidisi yang ada, ataupun identik dengan keterdzoliman. Justru itu sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada, sehingga menjadi lebih baik serta baiklagi. Karena itu, mari dari itu secara bersama kita berusaha untuk menggapai sikap ini. Adapun keutamaan bersabar yaitu: 1. Pujian Allah terhadap orang-orang yang sabar201 Al-Qur‘an menjelaskan berbagai kebaikan yang kita bisa dapat dalam bersabar. Yaitu mendapat pujian dari Allah SWT maupun sukses dunia akhirat. Artinya dalam bersikap sabar maka kita akan mendapat banyak manfaatnya kita akan terhindar dari siksaan api neraka serta menperoleh seluruh kebaikan yang didampakan tiap orang ataupun masyarakat. Jika kita mampu bersabar maka kita akan mendapat cinta dari Allah SWT dan jika sesorang sudah dintai Allah SWT, maka ia akan dilindungi oleh-Nya. Ia akan dikasihi oleh-Nya dan ia akan dijaga oleh-Nya. Kemampuan sabar tidak hanya pada kemampuan yang bersifat pribadi semata, sikap sabar yang tepat adalah mengembalikan segala sesuatu kepada Allah terlebih dahulu, kemudian berikhtyiar. Sebagaimana yang telah dinyatakan, orang yang sabar akan mampu menerimasegala macam cobaan serta musibah. 201 Umi Rohmah, ―Resiliensi Dan Sabar Sebagai Respon Pertahanan Psikologis Dalam Dalam Menghdapi Post-Traumatic,‖ Academic Journal For Homiletic Studies 6, no. 2 (2012): 325. 188 2. Allah SWT mencintai orang yang sabar Seseorang yang benar-benar sabar, maka ia akan dicintai oleh Allah SWT. Dan senantiasa akan selalu mendapat pertolongan dari Allah SWT disaat ia mendapat cobaan. Dan orang-orang yang bersabar akan mendapatkan ganti yang lebih baik dari Allah SWT karna Allah SWT lebih tahu ketetapan yang baik dan yang buruk bagi hambanya. 3. Mendapat ampunan dari Allah SWT Orang yang bersabar akan mendapat ampunan dari Allah SWT atas dosa-dosa yang pernah diperbuat di bumi ini. Maka Allah akan mengampuninya dari perbuatan sabar yang pernah ia lakukan dibumi. Karna sabar merupakan hal yang sangat luar biasa dilakukan maka seseorang berhak mendapat ampunan dari dosadosa yang pernah dikerjakan. 4. Mendapat martabat yang tinggi disurga Jika kita mampu bersabar didalam hidup yang sedang dijalan maka kesabaran itu akan dibalas dengan derajat atapun dengan martabat yang tinggi didaam surga dikarenakan atas kesabarannya serta akan disambut dan akan mendapatkan selamat atas kesabaran yang pernah dilakukannya. D. Ruang Lingkup Ridha/Sabar Aqidah adalah keyakinan, kepercayaan tentang adanya wujud Allah yang Esa, Tunggal, Tiada sekutu baginya. Aqidah merupakan dasar dari keislaman seseorang. Suatu ilmu membahas tentang aqidah umat islam disebut Aqa‘id. Yang berhubungan dengan 189 masalah ketuhanan, kenabian, dan hal-hal ghaib seperti qadla dan qadar dan lainnya yang dibahas secara dalil naqliyah dan aqliyah.202 Ridha terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha terlebih dahulu untuk mencari jalan keluarnya ketika menghadapi musibah atau masalah. Menyerah ini juga tidak dibenarkan oleh tatanan hidup dan tidak juga dibenarkan oleh ajaran islam. Karena fitrahnya manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan dengan sifat ridha ini Allah SWT mentakdirkan kepada manusia yaitu fitrah hidup dan Rasulullah adalah salah satu panutan yang sangat bagus keridhaanya terhadap suatu hal. Apabila sebagian para ahli hikmah ridha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu ridha kepada Allah, Ridha kepada apa yang datang dari Allah SWT. Ridha kepada Qadha Allah SWT. Ridha kepada Allah SWT adalah fardu ‗ain, kemudian ridha kepada apa yang datang dari Allah SWT meskipun merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia. 1. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah SWT. Berarti ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakikatnya seseorang yang telah mengucapkan kalimat syahadat dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap semua nilai dan syari‘ah Islam. 2. Ridha terhadap taqdir Allah SWT. Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan yaitu ridha dan sabar dan 202 Rohmad Qomari, ―Prinsip Dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq,‖ Insania 14, no. 1 (2009): 1. 190 ridha ini merupakan keutamaan yang dianjurkan sedangkan sabar merupakan keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim. 3. Ridha terhadap perintah orang tua. Ridha terhadap orang tua merupakan suatu ketaatan kita kepada Allah SWT. Karena keridhaan Allah SWT tergantung keridhaan orang tuanya. Rasululloh juga pernah bersabda ridha Allah SWT adalah ridha SWT orang tua, murka Allah SWT pun murka orang tua juga jadi ridha orang tua ini secara tak langsung menjadi prasyarat mendapat ridha Allah SWT. 4. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara Mentaati peraturan yang berlaku merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Karena dengan demikian akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Termasuk dalam Ridha terhadap peraturan undang-undang negara adalah ridha terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri, orang tua, guru, dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dengan demikian mempersiapkan diri menjadi kader, bangsa yang tangguh. Adapun sabar yang dapat diupayakan yaitu dalam rangka taat menjalankan perintah Allah SWT maupun menjauhi larangannya. Dan sementara sabar terhadap sesuatu yang diluar keupayaan hamba, seperti kesulitan 191 dalam menanggapi hal-hal yang berhubungan dengan hukum-hukum Allah SWT.203 1. Sabar atas musibah Musibah yang dimaksud adalah bencana yang diakibatkan perbuatan maksiat kepada Allah SWT. Musibah yang diberikan kepada Allah SWT terhadap hambanya adalah suatu bentuk perhatian Allah SWT kepada manusia agar selalu ingat akan nikmat yang telah Allah SWT berikan kepada manusia dan senantiasa bersyukur bahwa sebenarnya Allah SWT menciptakan musibah tersebut memang selalu ada hikmahnya. 2. Sabar dalam mengerjakan ibadah dan taat Sabar dalam taat atau istilah lain beramal sholeh sangat diperlukan karena dengan sifat sabar ini bisa menetralkan hati kita untuk selalu berfikir positif kepada Allah SWT dan selalu berpegang teguh untuk beribadah hanya kepada Allah SWT saja. Sifat sabar ini tentunya dapat menumbuhkan rasa istiqomah dalam hati manusia. 3. Sabar atas maksiat Sabar dalam maksiat ini adalah berhubungan dengan sesuatu yang diharamkan Allah SWT. Karena maksiat itu bermacam-macam dan berbeda-beda bentuk dan jenisnya oleh karena itu sifat sabar sangatlah dibutuhkan. Sabar dalam hal ini juga berbeda ada yang mencoba untuk berdakwah ditengah-tengah 203 Akhmad Sagir, ―Pertemuan Sabar Dan Syukur Dalam Hati,‖ Studia Insania 2, no. 1 (2014): 22. 192 kemaksiatan orang lain adapun hanya diam tanpa mengikuti kemaksiatan tersebut. Konsep sabar itu memiliki beberapa kategori pertama berdasarkan bentuknya yaitu kesabaran jasmani, kedua kategori sabar berdasarkan obyek kesabaran yaitu sabar menerima perintah, sabar menjauhi larangan, dan sabar menerima takdir, yang ketiga, kategori sabar berdasarkan hukumnya, yaitu terdiri dari sabar wajib,(sabar meninggalkan yang dilarang), sabar mandzub (sabar melaksanakan ibadahnya).204 E. Bentuk Sikap dan Pembiasaan Didalam teori bersabar ini kadang sering muncul sikap yang biasa kita temui oleh sebagian anak-anak dikalangan remaja, Kemunculan agresi secara tipikal didefinisikan oleh para psikolog sebagai bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang bertentangan dengan kemauan orang tersebut. Ketika pihak yang dirugikan menghendaki hal tersebut terjadi, agresi melibatkan setiap bentuk penyiksaan termasuk penyiksaan psikologis atau emosional seperti menakut-nakuti, serta mempermalukan atau mengancam seseorang merupakan tindakan agresi.205 Seseorang yang ingin berusaha bersabar harus bisa menghilangkan sikap yang sering muncul ini. Karena Subandi, ―Sabar: Sebuah Konsep Psikologi,‖ 219. Eka Sari Oktaviani, ―Hubungan Sabar Dan Harga Diri Dengan Agresivitas Pada Supporter Bola,‖ Jurnal psikoislam media 2, no. 1 (2017): 57. 193 204 205 sikap seperti ini jika diteruskan kan berakibat fatal karena terambisi oleh nafsu. Ini merupakan pembiasaan sikap sabar atas maksiat. Karena kejadian ini merupakan hal yang diharamkan oleh Allah SWT karena sudah menyakiti dan merugikan orang lain sebagaimana sudah diketahui bahwa sikap merugikan adalah hal yang dibenci Allah SWT. Begitu juga mungkin kita mempunyai peluang yang menguntungkan, namun kita harus berbuat curang, disitulah keimanan kita diuji apakah kita bisa menahan diri dengan sabar atau tidak. Disinilah diperlukan sabar atas maksiat. Selanjutnya pembiasaan sabar yang kedua adalah sabar dalam beribadah. Biasanya ketika beramal shaleh yang dilakukannya hanya bersifat sementara, padala taat itu tidak hanya sekali atau dua kali,tetapi membutuhkan keistiqomahan karena beribadah harus rutin dilaksanakan. Tujuan hidup manusia diciptakan itu untuk beribadah kepada Allah SWT, jadi harus dapat sebaik mungkin sebagai umat-Nya harus mampu menjalankan apapun yang diperintahkan Allah SWT karena itu semua untuk bekal nanti di akhirat. Jika ketika masih hidup didunia ini menjalankan perintah nya itu semua adalah tabungan amal kita menuju Jannah-Nya. Semua harus dimaksimalkan sebaik mungkin karena apa jika kita beribadah hanya dilandaskan oleh keinginan tertentu atau guna untuk mendapatkan pujian maka itu semua akan sia-sia karena apa semua bukan diniatkan karena Allah. Apapun yang kita lakukan harus diniatkan karena Allah karena apapun yang diniatkan karena Allah itu bernilai ibadah. Selanjutnya sabar atas musibah, musibah yang dimaksud bencana yang diakibatkan oleh maksiat 194 kepada Allah SWT. Musibah diberikan Allah SWT pada umatnya merupakan salah satu wujud bahwa Allah SWT selalu memperhatikan segala sesuatu yang dikerjakan. Musibah juga merupakan teguran yang diberikan Allah agar manusia selalu mengingat dan mensyukuri segala sesuatu yang diberikan Allah SWT kepada Umat-Nya. Allah SWT memberikan musibah kepada umat-Nya adalah sebagai landasan supaya manusia selalu introspeksi diri serta selalu bertaubat meminta ampunan dari Allah SWT.206 Kehidupannya orang yang memiliki kesabaran yang tinggi maka mereka akan keberanian untuk menghadapi masalah, sehingga orang-orang yang sabar tidak akan menghindari kesulitan, tetapi menghadapi segala sesuatu dengan penuh percaya diri dan tetap tenang. mereka tidak akan khawatir tentang apa pun yang terjadi. mereka mampu mengendalikan diri untuk menghindari kemalasan, oleh karena itu mereka bisa melakukan sesuatu dengan jelas dan tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif. Pembiasaan yang sudah menjadi kewajiban terutama perempuan adalah ketika ia menjadi seorang ibu207, ia harus bisa bersabar ketika mendidik anaknya. Anak di ciptakan oleh Allah SWT memiliki berbagai sifat serta karakter yang berbeda-beda. Sehingga itu semua adalah ujian bagi seorang ibu. Ibu harus sabar dan ridha atas semua ketentuan Allah karena ketika sudah berada Akhmad Sagir, ―Pertemuan Sabar Dan Syukur Dalam Hati,‖ 22. 207 Lisa W, ―Studi Deskriptif Tentang Kesabaran Ibu Bekerja Dalam Mengasuh Anak Hiperaktif Di SDN Putraco-Indah,‖ Jurnal Ilmiah Psikologi 2, no. 2 (2015): 170. 195 206 di akhirat nanti semua yang sudah ia berikan untuk mendidik anaknya akan dibalas oleh Allah SWT berupa Jannah-Nya. Ketika ia mampu melewatinya berarti ia sanggup menjaga amanah dari Allah SWT serta merupakan bukti ketaatan seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Tentunya yang paling penting setiap orang yang memiliki kesabaran akan mampu menjaga dirinya dari berbagai kenikmatan dunia, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah selalu menerima apapun yang mereka miliki. mereka tidak akan khawatir ketika mereka memiliki hal-hal yang tidak baik selain sabar, manusia juga harus memiliki harga diri untuk pemenuhan atas kebutuhan yang lebih tinggi. Jadi ridha dan sabar diwujudkan dengan cara selalu berpikir positif. yang dimaksud berfikir positif disini adalah selalu bertawakal kepada Allah SWT dan percaya bahwa semua yang terjadi itu adalah sebuah ketetapan dari Allah SWT dan pasti akan ada hikmah dibalik itu semua. Kemudian selalu berikhtiar kepada Allah SWT, dan yakin bahwa Allah SWT sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan baik sehingga ketika melakukan apapun harus dengan sikap kesungguhan dan tidak boleh menyerah saat menghadapi masalah. Kita harus membiasakan diri dengan sikap introspeksi, dengan cara dapat mengambil hikmah dari sesuatu yang kita alami baik itu berupa kebaikan ataupun keburukan, sehingga kita memiliki sikap percaya diri yang baik agar tidak mudah putus asa serta berfikiran positif bahwasannya baik dan buruknya sudah di tentukan oleh Allah SWT dan tugas kita sebagai manusia atau umat muslim hanya bertawakal dan ridha atas segala ketetapan Allah SWT. 196 F. Referensi Akhmad Sagir. ―Pertemuan Sabar Dan Syukur Dalam Hati.‖ Studia Insania 2, no. 1 (2014): 22. Amita Darmawan Putri. ―Makna Sabar Bagi Terapis.‖ Jurnal Psikologi Islam 1, no. 1 (2005): 51. Eka Sari Oktaviani. ―Hubungan Sabar Dan Harga Diri Dengan Agresivitas Pada Supporter Bola.‖ Jurnal psikoislam media 2, no. 1 (2017): 57. Lisa W. ―Studi Deskriptif Tentang Kesabaran Ibu Bekerja Dalam Mengasuh Anak Hiperaktif Di SDN Putraco-Indah.‖ Jurnal Ilmiah Psikologi 2, no. 2 (2015): 170. M. Yusuf. ―Sabar Dalam Perpektif Islam Dan Barat.‖ AlMurabbi 4, no. 2 (2018): 238. Rohmad Qomari. ―Prinsip Dan Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlaq.‖ Insania 14, no. 1 (2009): 1. Subandi. ―Sabar: Sebuah Konsep Psikologi.‖ Jurnal Psikologi Islam 38, no. 2 (2015): 215. Syofrianisda. ―Konsep Sabar Dalam Al Qur‘an Dan Implementasinya Dalam Mewujudkan Kesehatan Metal.‖ Jurnal Pendidkan Islam 6, no. 1 (2017): 141. Umi Rohmah. ―Resiliensi Dan Sabar Sebagai Respon Pertahanan Psikologis Dalam Dalam Menghdapi Post-Traumatic.‖ Academic Journal For Homiletic Studies 6, no. 2 (2012): 325. Yunita Wahyu Kurnia. ―Konsep Sabar Dalam Konsep AlMaragi.‖ Qaf: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir 1, no. 01 (2016): 66–68. 197 SIKAP HUSNUDZAN Fina Oktafiani, Hajar Rifai, Hunaifi Ahmadi, Keni Luwiski, Khairol Dwi Cahyanti, dan Kiki Eka Rasanti A. Pengertian Sikap Husnudzan Menurut bahasa husnudzan berasal dari dua kata, yaitu husnu dan zan yang artinya berbaik sangka. Menurut istilah, husnuzzan diartikan berbaik sangka terhadap segala ketentuan dan ketetapan Allah SWT yang diberikan kepada manusia.208 Husnudzan merupakan salah satu dari bagian akhlak terpuji. Lawan dari husnudzan adalah su‘uzan yang artinya berburuk sangka. Su‘uzan haram hukumnya, karena berburuk sangka adalah perbuatan yang tidak di perbolehkan karena dapat mengakibatkan permusuhan dan retaknya persaudaraan. Karena pada dasarnya sikap husnudzan akan melahirkan keyakinan bahwa segala kenikmatan dan kebaikan yang diterima manusia berasal dari Allah SWT, sedangkan keburukan yang menimpa manusia manusia disebabkan dosa dan kemaksiatannya. Karena pada dasarnya tidak ada seorang pun yang dapat lari dari takdir yang telah ditentukan atau di tetapkan oleh Allah SWT. Tidak ada yang terjadi di alam semesta ini melainkan apa yang Dia kehendaki dan Allah SWT tidak meridhoi kekufuran hamba-Nya. Allah SWT telah menganugrahkan kepada 208 Suhana, ―Peningkatan Pembelajaran Pendidkan Agama Islam (Prilaku Husnudzan) Menggunakan Metode Role Playing Siswa Kelas X Ips 9 SMA Negeri 4 Bukittinggi,‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 2 (2018): 28–39. 198 manusia kemampuan untuk memilih dan berihktiar, karena segala perbuatannya terjadi atas pilihan dan kemampuannya yang harus ditanggung jawabkannya.209 Jadi sikap husnudzan memiliki arti baik sangka khususnya baik sangka terhadap segala ketentuan yang sudah di tetapkan oleh Allah SWT.210 Istilah lain dari husnudzan yaitu berbaik sangka dan berpikir positif. Albrecht mendefinisikan bahwa berpikir positif sebagai suatu perhatian yang tertuju pada subjek yang positif dan menggunakan bahasa positif untuk membentuk serta menggunakan pikiran. Perhatian positif dapat diartikan sebagai pemusatan perhatian pada hal-hal dan juga pengalamanpengalaman yang positif. Adapun bahasa yang sifatnya positif yaitu terdapat pada penggunaan kata-kata maupun kalimat yang positif untuk mengekspresikan isi dalam pikirannya. Individu yang berpikir positif akan lebih sering berbicara tentang kesuksesan dibandingkan kegagalan, cinta dibandingkan kebencian, kebahagiaan dibandingkan kepedihan, persahabatan dibandingkan permusuhan, rasa percaya diri dibandingkan rasa takut, kepuasan dibandingkan ketidakpuasan, kebaikan kejahatan, dan berita yang baik daripada yang buruk serta bagaimana cara mencari solusi akan suatu masalah.211 Ibid. Ibid. 211 Aida Dakhliyah Sufriani and R. A. Retno Kumolohadi, ―Pengaruh Keteraturan Membaca Dan Penghayatan Makna Ayat AlQur‘an Pada Kemampuan Berpikir Positif Narapidana,‖ Jurnal Intervensi Psikologi 1, no. 1 (2009), accessed November 12, 2018, https://www.neliti.com/id/publications/103183/pengaruh199 209 210 Menurut Cridder Berpikir positif dapat membuat individumemusatkan perhatian hal-hal positif dengan masalah yang dihadapinya, merasa tenang,rileks dan dapat menyesuaikan diri sehingga dapat mengatasi masalah yang dihadapi.212 Berpikir positif diartikan sebagai suatu cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang baik. Dengan pemikiran yang positif akan mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal yang positif pula. Menurut Goldman, berpikir positif yaitu melihat setiap persoalan yang dihadapi dengan mudah. 213 Berpikir positif yaitu cara berpikir yang lebih menekankan pada suatu hal yang bersifat positif baik terhadap Allah SWT, orang lain, maupun situasi yang dihadapi dirinya sendiri. 214 keteraturan-membaca-dan-penghayatan-makna-ayat-al-quran-padakemampuan. 212 Euis Sri Damayanti and Alfi Purnamasari, ―Berpikir Positif dan Harga Diri pada Wanita yang Mengalami Masa Premenopause,‖ Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia 8, no. 2 (August 2011): 149, accessed November 12, 2018, https://www.neliti.com/id/publications/24550/berpikir-positifdan-harga-diri-pada-wanita-yang-mengalami-masa-premenopause. 213 M. Virgiawan Bayu S, ―Penerapan Strategi Reframing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Positif Siswa Kelas X Apk-2 SMKN 1 Surabaya,‖ Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling UNESA 6, no. 1 (2016): 2, accessed November 12, 2018, https://www.neliti.com/id/publications/251971/penerapanstrategi-reframing-untuk-meningkatkan-kemampuan-berpikirpositif-siswa. 214 Lutfi Wibawa, ―Pelatihan Berpikir Positif Bagi Remaja Putus Sekolah,‖ Diklus 6, no. 11 (September 2007): 154, accessed November 8, 2018, 200 Dengan demikian sikap husnudzan dapat diartikan sebagai suatu sikap dimana seseorang berbaik sangka, berpikir positif terhadap segala sesuatu yang terjadi terhadapnya. Terlebih lagi berbaik sangka terhadap segala ketentuan yang telah di tetapkan oleh Allah SWT. B. Ruang Lingkup Sikap Husnudzan Ruang lingkup sikap husnudzan mencakup segala hal dalam kehidupan dimana seorang tersebut menanggapi hal-hal atau kejadian-kejadian dengan berbaik sangka dan berpikir positif. Adapun ruang lingkup husnudzan yaitu sebagai berikut:215 1. Berhunudzan kepada Allah SWT. Artinya kita berpikir positif bahwa setiap kejadian, peristiwa serta fenomena kehidupan ini terjadi pasti ada sebab dan akibatnya. Tugas kita hanya berpikir, membaca dan merenunginya. Ada apa di balik semua itu? kemudian, kita mengambil faedah dari kejadian itu kemudian selanjutnya mengamalkan yang baiknya didalam perilaku dan sikap seharihari. 2. Berhusnudzan terhadap diri sendiri. Artinya kita berpikir positif bahwa setiap manusia, dilahirkan sebagai pribadi yang unik. Karena bagaimanapun bentuk tubuh serta sifat manusia mirip satu dengan yang lainnya. Tetapi, yang jelas ada saja perbedaan https://www.neliti.com/id/publications/222118/pelatihanberpikir-positif-bagi-remaja-putus-sekolah. 215 Arda Dinata, ―Menjadi Pribadi Tangguh,‖ Inside VI, no. 01 (2011), accessed November 12, 2018, https://www.neliti.com/id/publications/243724/menjadi-pribaditangguh. 201 3. antara keduanya. Sifat juga pribadi yang unik inilah yang harus kita jaga. ltu merupakan potensi positif, modal dasar untuk mencapai keleluasaan langkah kita. Bagaimana orang lain akan menjunjung kita, kalau kita sendiri meremehkan serta tidak mengangkatnya. Selain itu, kita juga harus meyakini bahwa kita terlahir ke dunia ini sebagai sang juara, ―the best”. Fakta membuktikan bahwa, dari berjuta-juta sel sperma yang dari bapak kita, tetapi ternyata yang mampu menembus dinding telur ibu kita lalu dibuahi, hanya satu. ltulah kita 'sang juara'. Berarti kita telah terlahir sebagai sang juara maka jangan berkecil hati terhadap apa yang terjadi terhadap diri meskipun itu adalah hal yang buruk. Berhusnudzanlah bahwa setiap diri dan individu itu memiliki kelebihannya masing-masing. Jadikanlah hal tersebut sebagai sebuah motivasi luar biasa dalam menjalani hidup ini. Berhusnudzan pada orang lain. artinya kita berbaik sangka dan berpikir positif terhadap orang lain. Orang lain itu, manusia biasa sama dengan kita. Dia mempunyai kesalahan serta kekhilafan. Yang tentu hati nuraninya tidak menginginkannya. Pandanglah, orang lain itu dari sisi positifnya saja serta menerima sisi negatifnya sebagai suatu pengajaran bagi kita. Belajarlah dari seekor burung Garuda. Ia mengajarkan anaknya untuk terbang dari tempat yang tinggi serta menjatuhkannya. kemudian jatuh diangkat lagi lalu seterusnya sampai ia dapat terbang sendiri. Hati Garuda juga bersih, tidaklah pendendam. Burung tersebut saat 202 4. waktunya bermain 'cakar-cakaran'. Tetetapi, kalau diluar itu Ia akur, damai kembali. Berhusnudzan terhadap waktu. Artinya berbaik sangka atau berpikir positif terhadap waktu yag telah ditetapkan oleh Allah SWT. Setiap manusia diberi waktu yang sama, di mana dan kapan pun dia berada. Sebanyak 24 jam sehari atau dalam detik 86.400 detik sehari. Waktu itu, lngin kita gunakan untuk apa? Di gunakan untuk tidur seharian, kerja keras, santai, menuntut ilmu, mengeluh, menolong orang lain, melamun, berdemontrasi, bergunjing, ibadah, atau yang lainnya. Waktu akan terus bergulir. Yang jelas, setiap detik hidup kita akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Bagi mereka yang biasa mengisi waktunya dengan amalan-amalan saleh serta berada dalam keimanan, maka ia akan memperoleh pahala dan kehidupan yang lebih baik.216 C. Dalil Sikap Husnudzan Hadits yang menjelaskan tentang sikap husnudzan berprasangka baik kepada Allah SWT dapat dilihat pada kutipan Hadits ini yang artinya. “Aku bersama prasangka hambaku dan Aku akan selalu bersamanya. Selama dia mengingat-Ku maka Aku akan mengingatnya di dalam diriKu. Dan apabila dia mengingat-Ku dengan begitu banyaknya, maka Aku akan mengingatnya lebih banyak darinya. Dan apabila dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta. Dan apabila dia mendekati-Ku sehasta, 216 Ibid., 55. 203 maka Aku akan mendekatinya sedepa. Dan apabila dia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari” (Hadits Shahiih riwayat al-Tirmidzy).217 Husnudzan kepada Allah SWT memiliki hubungan kuat dengan amal shalih. Karena sesudahnya disebutkan anjuran untuk berdzikir dan mendekatkan diri dengan amal ketaatan kepada Allah SWT. Maka siapa yang berprasangka baik kepada Allah SWT pasti ia terdorong untuk berbuat baik. Dalam hadis lain, Al-Hasan al-Bashri berkata: "Sesungguhnya seorang mukmin selalu berhusnudzan kepada Tuhannya lalu ia memperbagus amalnya. Dan sesungguhnya seorang pendosa berpesangka buruk kepada Tuhannya sehingga ia berbuat yang buruk." (Diriwayatkan Imam Ahmad dalam al-Zuhd, hal. 402) Dalam Al-Qur‘an juga dijelaskan. ―Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujarat: 11). D. Keutamaan Sikap Husnudzan Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang pasti pernah atau akan dihadapkan oleh sebuah permasalahan, dari masalah yang mudah dipecahkan 217 Ahmad Rusydi, ―Husn Al-Zhann: The Concept Of Positive Thinking In Islamic Psychology Perspective And Its Benefit On Mental Health,‖ Proyeksi 7, no. 1 (2012): 6. 204 sampai permasalahan yang merasa tidak dapat terpecahkan. Ketika permasalahan tersebut timbul, setiap orang memiliki sikap tersendiri dalam menangani masalah yang mereka hadapi.218 Berprasangka baik atau husnudzan merupakan salah satu pilihan terbaik bagi manusia. Karena dengan selalu berprasangka baik maka seseorang yang mendapat suatu permasalahan akan lebih tenang dan berusaha mencari jalan yang terbaik. Dalam Islam sendiri huznudzan dibagi menjadi dua aspek, yaitu berhusnudzan terhadap Allah SWT dan berhusnudzan terhadap sesama manusia.219 Pertama, berprasangka baik kepada Allah SWT. Hal ini merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseorang kepada Allah SWT, sehingga apa saja yang diterimanya dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Keutamaan seorang yang bersikap huznudzan ini yaitu tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus asa yang berlebihan, ini karena biasanya orang yang tidak memiliki sikap huznudzan akan merasa khawatir akan dosanya tidak dapat diampuni, dan halhal buruk menyertainya.220 Selain itu dengan bersikap husnudzan maka seorang akan lebih menjadi sabar dan tawakal. Hal ini dikarenakan orang yang bersikap huznudzon akan selalu berfikir bahwa segala sesuatu yang Allah SWT berikan kepada makhluknya baik brupa Enik Nur Kholidah, ―Berpikir Positif Untuk Menurunkan Stres Psikologis,‖ Jurnal Psikologi Integratif (n.d): 2. 219 Ahmad Rusydi, ―Husn Al-Zhann: The Concept Of Positive Thinking In Islamic Psychology Perspective And Its Benefit On Mental Health,‖ 5. 220 Syarifah Habibah, ―Akhlak Dan Etika Dalam Islam,‖ Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4 (2015): 79. 205 218 cobaan ataupun kenikmatan, semua itu memiliki hikmah dan kebaikan tersendiri. Kemudian, keutamaan husnudzan kepada Allah SWT yaitu dapat menimbulkan semangat untuk berperilaku lebih baik lagi dan lebih optimis dikarenakan ia selalu berfikir bahwa Allah SWT akan memberikan yang terbaik. bahkan islam memerintahkan untuk bersikap optimis karena sikap tersebut akan diikuti oleh sikap-sikap yang cenderung kepada perbuatan baik dan akan menjadi suatu realitas. Misalnya keyakinan bahwa ia akan mendapatkan yang terbaik dari Allah SWT, maka individu tersebut akan mendapatkannya dalam bentuk realitas, karena dalam Islam keyakinan adalah hal yang penting yang menjadikan suatu keinginan, harapan, dan cita-cita terkabul secara nyata. Sebaliknya, keyakinan akan sesuatu yang buruk, seperti kekhawatiran, ketakutan, kecemasan akan suatu hal juga akan dikabulkan oleh Allah SWT secara nyata.221 Kedua, berprasangka baik terhadap sesama manusia. Keutamaan husnudzan sesama manusia yaitu ia akan terhindar dari sifat-sifat tercela seperti iri, dengki dan terjalin interaksi antara teman, keluarga dan masyarakat dengan baik dan harmonis. Hal ini terjadi karena orang yang memiliki sikap husnudzan tidak akan mudah curiga kepada sesamanyaa tanpa ada bukti yang jelas, dan ia lebih bersyukur atas apa yang ia miliki karena belum tentu orang lain merasakan nikmat yang ia miliki. 221 Ahmad Rusydi, ―Husn Al-Zhann: The Concept Of Positive Thinking In Islamic Psychology Perspective And Its Benefit On Mental Health,‖ 11. 206 Selain dari kedua aspek tersebut, terdapat juga berprasangka baik terhadap diri sendiri. Keutamaan seseorang huznudzan terhadap diri sendiri yaitu menjadikan diri seseorang lebih sabar dan lebih giat dalam berusaha ketika dihadapkan suatu persoalan. Pada intinya dengan bersikap husnudzan seseorang akan lebih tenang dalam hidupnya. Dimana ia jauh dari pemikiran yang negative. Seseorang yang husnudzan akan mempertimbangkan segala sesuatu dengan jernih dan bahkan hatinya bersih dari prasangka yang belum tentu apakah itu benar atau salah. Orang yang belum dapat berprasangka baik pada umumnya disebabkan pola pikir yang negatif terhadap dirinya, lingkungan dan masalah yang dihadapinya. Dengan demikian kondisi seperti ini menjadikan seorang stress dan depresi. Oleh karena itu jelas bahwa keutamaan dari sikap husnudzan selain dapat menjadikan seseorang lebih optimis, sabar dan sebagainya juga dapat membuat kehidupan seseorang lebih bermakna dan lebih merilekskan fikiran. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Berhusnudzan (Berbaik Sangka) 1. Berprasangka baik kepada Allah SWT Berprasangka baik kepada Allah SWT, yang merupakan bentuk ibadah meskipun tidak tampak secara fisik (motorik). Di dalam Islam Hal ini menunjukkan bahwa, perilaku bukan hanya sesuatu yang tampak saja (behavioural), melainkan perbuatan hati („amal al-qalb) yang dianggap juga sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi serta harus dipertanggung jawabkan. 207 Pertama, Optimis. Agama Islam juga menjelaskan bahwa keyakinan, prasangka, dan cara berfikir setiap individu sangat berpengaruh terhadap kenyataan hidup dari setiap individu tersebut. Islam sangat menghargai kepribadian yang optimis, seperti dalam Hadits qudsy berikut dijelaskan yang artinya: “sesungguhnya Allah SWT Ta‟aala berkata: Aku mengikuti prasangka hambaKu,apabila prasangkanya baik maka kondisinya akan menjadi baik, apabila prasangkanya buruk, maka kondisinya akan menjadi buruk.” Kedua, Tawakkal. Salah satu bentuk indikator berprasangka baik pada Allah SWT ini adalah adanya sikap tawakkal, seperti yang dijelaskan dalam Hadits di bawah ini yang artinya: ―Aku berpendapat bahwa tawakkal adalah sikap berprasangka baik kepada Allah SWT „Azza wa Jalla”. (Hadits Riwayat al-Baihaqy) Hadits ini juga memiliki maksud yang sama dengan sebuah Hadits yang menjelaskan bagaimana konsep tawakkal adalah salah satu indikator berprasangka baik kepada Allah SWT, sebagaimana yang dijelaskan pada Hadits di bawah ini: ―Berprasangka baik kepada Allah SWT adalah berlepas dari dari segala hal kecuali Allah SWT „Azza wa Jalla‖ (Hadits Riwayat AlBaihaqi). Dari pemaparan kedua hadits di atas berisikan penjelasan bahwa orang yang beprasangka baik terhadap Allah SWT pasti akan benyerah diri kepada Allah SWT (tawakkal) serta menerima segala ketentuan hidup yang terjadi. Sebagaimana hakikat konsep tawakkal dalam Islam bahwa tawakkal atau sikap pasrah diri harus diikuti dengan suatu usaha yang maksimal, sebagaimana yang 208 dikatakan oleh al-hasan (dalam Ibn Abi al-Dunyaa) bahwasanya prasangka yang baik kepada Allah SWT haruslah diikuti oleh perbuatan yang paling maksimal dan paling baik. Menurut Al-Wahhaab, berprasangka baik kepada Allah SWT adalah senantiasa menganggap Allah SWT selalu memberikan rahmat, kesehatan, dan kemaafan, namun mereka tetap berada dalam kondisi khauf (takut akan adzab Allah SWT) dan rajaa‘ (mengharap ridha atau pahala).222 2. Prasangka baik terhadap sesama manusia Prasangka baik terhadap sesama manusia (husn alZhann bi almu‘minin) dijelaskan pada surat al-Hujuraat ayat dua belas sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” Ayat di atas menjelaskan bahwa dalam Islam manusia diperintahkan untuk menjauhi prasangka kepada orang lain, meskipun ada sebagian prasangka yang diperbolehkan. Namun manusia dianjurkan untuk 222 Ahmad Rusydi, ―Husn Al-Zhann: Konsep Berpikir Positif Dalam Perspektif Psikologi Islam Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental,‖ Proyeksi 7, no. 1 (2012): 8. 209 menjauhi seluruh prasangka, karena kebanyakan prasangka itu cendrung kearah dosa. Pertama, saling menghormati.Antara tetangga yang satu dengan tetangga, sesama kaum muslim dan muslimah lainnya hendaknya saling menghormati dan menghargai, baik sikap, melalui ucapan lisan atau melalui perbuatan sikap. Ucapan lisan dan perbuatan menghormati serta menghargai tetangga termasuk akhlaq mulia, serta termasuk tanda-tanda beriman. Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.” (HR. Muslim) Kedua, Berbuat baik. Seperti dalam firman Allah SWT. Perintah berbuat baik kepada tetangga tercantum dalam QS. An Nisa: 36 yang artinya: “Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabi dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggabanggakan diri.” Berbuat baik kepada tetangga dapat dilakukan dengan cara melakukan kewajiban terhadap tetangga dan berbuat baik dan hal-hal bermafaat lainnya.Bersikap, bertutur kata, dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyakiti dan merugikan tetangga termasuk perbuatan yang diharamkan Allah SWT. 3. Prasangka baik pada diri sendiri Setiap orang yang berperilaku husnudzan kepada diri sendiri maka akan berperilaku positif terhadap 210 dirinya sendiri. Di antara perilaku positif tersebut adalah perilaku percaya diri dan perilaku gigih. Pertama, Percaya diri. Termasuk sikap terpuji yang harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Dengan percaya diri tentu seseorang akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga akan mendorong rasa berani seperti berani mengeluarkan pendapat dan melakukan suatu tindakan. Sikap percaya akan rahmat serta pertolongan Allah SWT akan menuntun kepada sikap percaya diri. Tentunya percaya diri dalam menjalan segala yang perintah Allah SWT dan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah SWT. Kedua, Gigih. Seorang yang berbaik sangka kepada Allah SWT terhadap dirinya sendiri tentu akan berperilaku gigih, karena ia yakin bahwa dengan berperilaku gigih apa yang diinginkan akan tercapai. Dorongan agar kita gigih berusaha adalah semangat aeperti dalam firman Allah SWT dalam QS Ar Ra‘d: 11 yang artinya: “… Sesungguhnya Allah SWT tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaaan yang ada pada diri mereka sendiri.…” Sikap gigih yang sebenarnya seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. ketika Rasulullah SAW dan kaum Muhajirin sampai di Madinah, beliau memprioritaskan agenda dakwanya yaitu memperat tali persaudaraan (ukhuwah) antara Muhajirin dan Anshar. Terdengarlah pada saat itu, Abdurahman bin 'Auf dari Muhajirin dipersaudarakan dengan sahabat Sa'ad bin Rabi' seorang konglomerat Madinah. Sa'ad mempersilakan Abdurrahman untuk mengambil apa saja yang ia inginkan untuk memenuhi kebutuhannya. 211 Abdurrahman bin 'Auf selaku seorang sahabat yang zuhud, wara', jujur, serta baik akhlaknya tidak serta-merta mengabulkan permohonan saudaranya ini. Ia tidak mau menerima sesuatu tanpa didasari oleh usaha dan kerja keras untuk mendapatkannya. Oleh karenanya, Abdurrahman meminta kepada Sa'ad untuk mengantarkannnya ke pasar. Dengan kemapuananya serta kepiawaian dalam berdagang yang ia miliki, tidak disia-siakan olehnya. Ia tidak ingin berpangku tangan dan mencari belas kasih orang lain, selagi masih ada kemampuan untuk berusaha. Tidak lama setelah itu, dengan sifatnya yang jujur, ulet, serta kerja keras, akhirnya ia pun menjadi pedagang yang sukses, seorang konglomerat yang dermawan, serta senantiasa menginfakkan hartanya demi keberlangsungan dakwah. F. Referensi Ahmad Rusydi. ―Husn Al-Zhann: Konsep Berpikir Positif Dalam Perspektif Psikologi Islam Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental.‖ Proyeksi 7, no. 1 (2012): 1–31. ———. ―Husn Al-Zhann: The Concept Of Positive Thinking In Islamic Psychology Perspective And Its Benefit On Mental Health.‖ Proyeksi 7, no. 1 (2012). Damayanti, Euis Sri, and Alfi Purnamasari. ―Berpikir Positif dan Harga Diri pada Wanita yang Mengalami Masa Premenopause.‖ Humanitas: Jurnal Psikologi Indonesia 8, no. 2 (August 2011): 143–154. Accessed November 12, 2018. https://www.neliti.com/id/publications/24550/b 212 erpikir-positif-dan-harga-diri-pada-wanita-yangmengalami-masa-premenopause. Dinata, Arda. ―Menjadi Pribadi Tangguh.‖ Inside VI, no. 01 (2011). Accessed November 12, 2018. https://www.neliti.com/id/publications/243724/ menjadi-pribadi-tangguh. Enik Nur Kholidah. ―Berpikir Positif Untuk Menurunkan Stres Psikologis.‖ Jurnal Psikologi Integratif (n.d). S, M. Virgiawan Bayu. ―Penerapan Strategi Reframing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Positif Siswa Kelas X Apk-2 SMKN 1 Surabaya.‖ Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling UNESA 6, no. 1 (2016). Accessed November 12, 2018. https://www.neliti.com/id/publications/251971/ penerapan-strategi-reframing-untukmeningkatkan-kemampuan-berpikir-positif-siswa. Sufriani, Aida Dakhliyah, and R. A. Retno Kumolohadi. ―Pengaruh Keteraturan Membaca Dan Penghayatan Makna Ayat Al-Qur‘an Pada Kemampuan Berpikir Positif Narapidana.‖ Jurnal Intervensi Psikologi 1, no. 1 (2009). Accessed November 12, 2018. https://www.neliti.com/id/publications/103183/ pengaruh-keteraturan-membaca-dan-penghayatanmakna-ayat-al-quran-pada-kemampuan. Suhana. ―Peningkatan Pembelajaran Pendidkan Agama Islam (Prilaku Husnudzan) Menggunakan Metode Role Playing Siswa Kelas X Ips 9 SMA Negeri 4 Bukittinggi.‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 2 (2018): 28– 39. Syarifah Habibah. ―Akhlak Dan Etika Dalam Islam.‖ Jurnal Pesona Dasar 1, no. 4 (2015). 213 Wibawa, Lutfi. ―Pelatihan Berpikir Positif Bagi Remaja Putus Sekolah.‖ Diklus 6, no. 11 (September 2007). Accessed November 8, 2018. https://www.neliti.com/id/publications/222118/ pelatihan-berpikir-positif-bagi-remaja-putussekolah. 214 SIFAT RAJA‘ Lia Dewi Rohyani, M. Kholifatur Rohman, M. Sofyan Aziz, Nabila Tri Setiyani, dan Nia Amaruda A. Pengertian Raja‟ secara bahasa berarti berharap atau harapan. Raja‟ juga berarti sikap optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat Allah SWT yang disediakan bagi hamba Nya yang shaleh dan dalam dirinya timbul rasa optimis yang besar untuk melakukan berbagai amal terpuji dan menjauhi perbuatan yang buruk dan keji.223 Raja‟ merupakan akhlak terpuji kepada Allah SWT yang dapat mempertebal iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dimana sifat raja‟ ini merupakan suatu pengharapan akan ridha‟ Allah SWT dan berharap akan rahmat Nya. Seorang yang beriman kepada Allah SWT, pasti memiliki sifat raja‟, dengan melekat nya sifat raja‘ maka akan tumbuh sikap yang husnudzan, berhaluan maju dan berpikir islami. Husnudzan yaitu sikap terpuji yang menunjukkan prasangka baik terhadap manusia maupun kepada Allah SWT . Manusia yang memiliki sikap raja‟ senantiasa akan husnudzan kepada sang pencipta, ia meyakini bahwa setiap usahanya akan Allah SWT balas dengan yang setimpal. Berhaluan maju maksudnya yaitu selalu berpikir dinamis akan kehidupan yang selalu dijalani, selalu continue dalam hidup dan bertekad bulat dalam 223 Sodiman, ―Menghadirkan Nilai-Nilai Spiritual Tasawuf Dalam Proses Mendidik,‖ Jurnal Al-Ta‟dib 7, no. 2 (2014): 54. 215 meningkatkan iman sehingga kehidupan yang dijalani akan berkualitas tinggi sebagai hamba Allah SWT. Berpikir islami yaitu berpikir akan hal yang berlandaskan hal-hal yang islami atau tidak mengambil keputusan dengan hal-hal yang membelokkan dari tuntunan syari‘ah islami. Dengan berpikir yang islami akan menjauhkan diri dari hal-hal yang bersifat kasar dan menyakitkan bagi orang disekitarnya. Rasyidi menjelaskan bahwa raja‟ yaitu sikap mental optimisme dalam memperoleh karunia Allah SWT yang disediakan bagi hamba-hamba Nya yang shalih. Dalam pandangan sufi, raja‟ merupakan salah satu tingkatan yang harus dilalui oleh seorang khalik untuk memperoleh derajat tertinggi disisi Allah SWT, tetapi tidak semua sikap raja‟ bisa dikatakan maqam.224 Biasa disebut dengan maqam yaitu tingkatan martabat seorang hamba terhadap rabb nya pada saat dalam perjalanan spiritual ketika beribadah kepada Allah SWT. Raja‟ merupakan salah satu sikap yang merupakan jalan menuju maqam yang tinggi di pandangan Allah SWT. Tetapi sikap raja‟ tidak dapat mencapai maqam yang luhur jika tidak disertai dengan amalan yang shahih yang menunjang kesempurnaan sikap raja‟ itu sendiri. Maka dari uraian tersebut, seseorang tidak dikatakan memiliki sikap raja‟ apa bila tidak disertai dengan amalan-amalan yang baik. Dengan ketetapan hati yang bersungguh-sungguh berharap 224Fahrudin, ―Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan Dengan Allah,‖ jurnal pendidikan agama islam 14, no. 1 (2016): 79. 216 hanya kepada Allah SWT yang dapat menghantarkan seorang hamba ke maqam tersebut. B. Ruang Lingkup Dasar pemikiran Hasan al-Bashri zuhud akan dunia, menolak kemegahannya, semata menuju kepada Allah SWT, tawakkal, khauf (takut) dan raja‟, tidaklah terpisah, ―Janganlah hanya semata-mata takut kepada Allah SWT, tetapi ikutilah ketakutan dengan pengharapan. Takut dapat murkanya tetapi mengharap dapat karunianya.225 Menurut Al-Qusyairi, raja‟ adalah keterpautan hati kepada sesuatu yang diinginkannya terjadi dimasa yang akan datang. Harapan adalah melihat kegemilangan Ilahi dengan mata keindahan. Hati menjadi hidup oleh harapan-harapan akan lenyap beban di hati. Harapan adalah kedekatan hati kepada kemurahan Allah SWT. Harapan berarti melihat pada kasih sayang Allah SWT.226 Makna raja‟ adalah harap, yaitu memautkan hati kepada sesuatu yang disukai pada masa yang akan datang. Dicontohkan di sini apabila seorang mukmin beribadah dia harus penuh dengan harapan bahwa ibadah dan amalannya akan diterima oleh Allah SWT.227 Badrudin, Pengantar Ilmu Tasawuf, ed. Ali Agus Dzawafi (Serang: A-Empat, 2015), 96, accessed November 14, 2018, http://repository.uinbanten.ac.id/172/. 226 Sodiman Sodiman, ―Menghadirkan Nilai-nilai Spiritual Tasawuf Dalam Proses Mendidik,‖ Al-Ta‟dib 7, no. 2 (December 2014): 54. 227 Nurul Qomaria, ―Telaah Nilai Religius Dalam Kumpulan Puisi Surat Cinta Dari Aceh Karya Syeh Khalil,‖ Jurnal Artikulasi 10, no. 2 (2013): 729. 217 225 Raja‟ merupakan sifat yang harus tertanamkan di dalam hati setiap individu seorang muslim. Muslim harus selalu berharap atau optimis dikala setiap ibadah atau perbuatan yang dilakukannya akan diterima di sisi Allah SWT. Dengan sifat mengharap inilah sorang muslim tidak akan ada rasa takut bahwasannya ibadahibadah yang dilakukannya tidak diterima, dan akan semakin giat melakukan perbuatan-perbuatan terpuji. Seorang mukmin sudah memiliki sifat harapan didalam hatinya yang besar kepada Allah SWT, maka harapan-harapan ini akan selalu dipraktikkan dalam setiap perbuatan, tingkah, sifat, dan ibadahnya, di manapun dia berada. Untuk dapat menetapkan hati untuk selalu berharap akan kebesaran Allah SWT tidaklah mudah, harus ada pembiasaan diri dan dilakukannya setiap waktu dimanapun berada. Allah SWT akan memberikan kemurahan akan kasih sayang terhadap seorang mukmin yang selalu menaruh harapan kepada Allah SWT disetiap apa yang dilakukannya ketika itu perbuatan yang dilakukan menuju kearah kebaikan. Ketika seorang muslim tersebut mengetahui setiap perbuatan harus disandarkan harapannya kepada Allah SWT, maka akan terbesit rasa takut akan adanya kemurkaan Allah SWT, ketika ada rasa mengharapkan kepada selain Allah SWT. Karena setiap manusia memiliki penyakit hati seperti: sombong, iri, dan dengki. Dengan hati dan perbuatan selalu berharap akan lindungan dari Allah SWT semoga kita selalu di dalam lindungan Nya. Maka dari itu, raja‟ kepada Allah SWT akan memberikan dampak yang sangat besar bagi seorang 218 mukmin ketika menjalankan kehidupan sehari-hari beberapa hal, diantaranya: pertama, senantisa mengagungkan karunia Nya, kenikmatan Nya dan kebaikan-kebaikan Nya terhadap hamba Nya. Kedua, jujur dalam mengharap apa yang ada disisi Allah dari pahala dan kenikmatan. Ketiga, membentengi diri dengan amal shalih dan bergegas dalam kebaikan. Dalil-dalil Sifat Raja‘ Raja‟ yang sesungguhnya dan dibangkitkan dengan kegigihan dan upaya-upaya iman dan ampunan menuju kematian. Penantian tanpa benih keimanan dan siraman air ketaatan kepada Allah SWT serta hati yang masih lekat dengan perilaku tercela serta kenikmatan duniawi, maka penantian serupa ini tidak lebih hanyalah kedunguan dan fatamorgana. Sabda Nabi Muhammad SAW, artinya: ―Orang yang dungu adalah orang yang menuruti hawa nafsunya dan berharap akan surga Allah SWT‖.228 Firman Allah SWT, artinya: ―Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyianyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan‖ (Q.S Maryam: 59). Firman Allah SWT, Artinya: ―Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika Sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan C. 228 Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali,‖ Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 54. 219 mendapat tempat kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu".(Q.S Al-Kahfi: 36).229 Keutamaan Sifat Raja‘ Tentang keutamaan raja‟ terjadi karena terbentuknya sikap batin yang mendorong terciptanya keutamaan jiwa yang disebut al-Ghazali dengan kebahagiaan yang hakiki.230 Jadi, dapat kita lihat tujuan keutamaan raja‟ ialah memberikan kebahagiaan yang utuh dan tetap yang ada dalam diri seseorang. Ada beberapa keutamaan, contohnya: 1. Bijaksana, yaitu keutamaan jiwa yang rasional. Maksudnya ialah keutamaan bijaksana ini mampu membedakan hal yang benar dari hal yang salah dalam melakukan perbuatan. 2. Keberanian, yaitu keberanian disini diartikan sebagai keberanian yang mempunyai kekuatan yang mempunyai kemarahan. Maksudnya marah disini mempunyai semangat yang utuh, dalam artian Bukan marah yang mengamuk, tetap marah yang berisikan kekuatan penuh semangat dalam melakukan sesuatu. Menjaga kesucian diri, yaitu mampu memelihara atau menjaga dirinya dari perbuatan tercela. 3. Keadilan (keseimbangan), yaitu dimana yang berarti semua hal yag diberikan harus ada D. M. Ihsan Dacholfany, ―Al-Khauf Dan Al-Raja‘ Menurut AlGhazali‖ 5, no. 1 (2014): 42. 230Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali,‖ Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 107. 220 229 4. 5. keadilannya. Maksudnya harus sesuai atau adil dalam memberikan sesuatu. Sikap raja‟ Berhusnudzan, yaitu akan membuat seseorang berhusnudzan dan membuang jauh su‟udzan, dengan begitu memiliki sikap husnudzan pada Allah SWT, menunjukkan bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan 231 tawakal. Dapat senantisa dicintai Allah SWT akan senantiasa menerima terhadap apa saja yang telah dilimpahkan kepadanya, sikap husnudzan kepada sesama manusia akan senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa tidak pernah dirugikan oleh ulahnya, dan sikap husnudzan akan menjauhkan seseorang dari perbuatan keluh kesah, iri, dengki, dendam dan mengunjing. Sikap raja‟ akan membuat seseorang tidak cepat berputus asa dalam mengharapakan rahmat Allah SWT. Maka dengan begitu kita harus terus berusaha dengan semaksimal mungkin dalam melakukan hal ibadah, sekecil apapun dosa yang kita lakukan, di sana ada yang selalu memberikan kita ampunan yaitu Allah SWT, jangan cepat berputus asa dalam mengharap rahmat dari Allah SWT karena banyak manusia terdahului oleh rasa pemanisnya dibanding rasa optimisnya, dalam mengharap rahmat Allah SWT. 231Suhana, ―Pening katan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Prilaku Husnudzan) Menggunakan Metode Role Playing Siswa Kelas X Ips 9 Sma Negeri 4 Bukittinggi,‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 2 (2018): 32. 221 Sikap raja‟ akan membuat seseorang merasa damai, aman, dan tidak takut pada siapapun. Kedamaian dapat datang kepada individu hanya melalui penyerahan diri tanpa syarat-syarat penyerahan kepada Allah SWT. 7. Sikap raja‟ akan membuat seseorang menjadi optimis dan melalui hidupnya tanpa kesedihan. Raja‟ dapat menjadikan seseorang hidup tanpa kesedihan. Sesabar apapun bahaya dan ancaman yang datang tidak mampu menghapus senyum optimisme dari wajahnya. Raja‟ akan membuat seseorang berprasangka baik membuang jauh prasangka buruk, dan raja‟ dapat membuat seseorang mengharapkan rahmat Allah SWT dan tidak mudah putus asa. 6. E. 1. 2. 3. 4. Bentuk Sikap Pembiasaan Berpegang teguh terhadap peratuan Allah SWT. Maksudnya yaitu, mempercayai bahwa semua yang kita lakukan adalah restu dari Allah SWT. Selalu berharap kepada Allah SWT atas apa yang telah dilakukannya dalam sesuatu hal dapat ridha dari Allah SWT. Maksudnya ialah, dengan kita mengerjakan sesuatu hal pasti akan selalu mendapatkan berkah jika dilakukan denga ikhlas dan selalu berdo‘a dan tawakkal. Mempunyai rasa takut kepada Allah SWT. Maksudnya ialah, mempunyai rasa takut dengan larangan-larangan yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga manusia tersebut bisa menghindari larangan-nya. Menyayangi Allah SWT dengan setulus hati, berdo‘a dengan ikhlas. 222 Jadi sikap-sikap raja‟ sangatlah patut untuk kita contoh, karena apa? Karena raja‟ selalu melakukan yang terbaik dan selalu berjalan dijalan yang benar kepada Allah SWT. Oleh karena itu perbuatan raja‟ selalu diridhai oleh Allah SWT. Ada beberapa ciri-ciri sikap raja‟ yang pantut dicontoh yaitu: 1. Tidak menyombongkan diri walau dia mampu mengerjakannya. Maksudnya ialah selalu merendah meskipun kita mampu mengerjakan sesuatu hal dengan mudah. Tidak terpengaruh dengan derajat yang dimilikinya juga. 2. Selalu merendah saat apa yang ia lakukan itu dianggap sederhana oleh orang lain. Maksudnya yaitu, kebalikan dari sombong. Orang yang mempunyai perasaan sombong, tidak akan nyaman dalam menjalani kehidupannya, oleh karena itu dengan merendah apa yang kita punya tidak akan di bicarakan dengan orang lain. Karena orang lain pasti tidak akan suka jika ada tetangga atau saudaranya menyombongkan dirinya. 3. Selalu bertawakal kepada Allah SWT Selalu bertawakal di sini maksudnya, mempunyai rasa syukur dan keyakinan bahwa jalan yang benar hanya di tangan Allah SWT. Sebesar manusia itu usaha, jika Allah SWT tidak merestui atau menghendakinnya maka sesuatu hal tersebut tidak akan tercapai. 4. Ketika dia berhasil dia selalu mengingat Allah SWT, karena semua yang telah ia miliki adalah Karunia Allah SWT. Masih sangat banyak sekali di sekeliling kita orang-orang yang riya‟(sombong), sebenarnya harus dapat kita pahami, bahwa orang223 orang yang sombong adalah orang yang belum mengetahui tentang akhlak dan rasa bersyukur. Karena itu mereka selalu menganggap dirinya paling sukses dan menjadi orang yang riya‟. Pembiasaan di sini yang dimaksud yaitu ialah, mampu selalu mengerjakan hal yang positif terhadap apa yang pernah dikerjakannya. Pembiasaan yang dimaksud dalam sifat raja‟ ini biasanya sangat berkembang apik, maksudnya selalu menuju ke arah yang baik bagi yang menirukan atau yang mecontohnya, karena dalam melakukan sebuah hal jangan pernah terburu-buru dan selalu bertawakal dan berdoa kepada Allah SWT untuk selalu memberikan jalan yang terbaik baginya dalam melakukan sesuatu hal.232 Dapat kita terapkan dikehidupan kita sehari-hari bahwa dalam melakukan pekerjaan apapun itu, kita harus selalu mengawalinya dengan niat yang baik dan hati yang tulus, dan selalu mengingat Allah SWT bahwa tanpanya kita tidak akan bisa melakukan hal apapun. Kebiasaan di sini adalah kebiasaan yang tidak pernah melupakan Allah SWT dan selalu menjalankan perintahnya, contoh perintahnya yaitu dengan mengerjakan shalat 5 waktu, bersedekah, melakukan halhal terpuji, dan lainnya. Kita sebagai manusia bisa mampu melakukan halhal baik karena diberikan pendidikan yang cukup. Jadi pendidikan di sini diartikan sangat penting. Karena apa? Karena tanpa pendidikan manusia tidak akan mampu mengesuai, mengerti dan paham dengan hal-hal apa saja 232Ismail, ―Pengorganisasian Dalam Sebuah Institusi,‖ Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam VI, no. 1 (2014): 51. 224 yang harus dilakukannya. Yang dimaksud sikap raja‟ dalam buku ini adalah, selalu berharap yang terbaik dan mempunyai sikap, sifat dan pembiasaan yang baik untuk bisa dilakukan atau dikembangkan pada diri masingmasing. kita sebagai manusia atau makhluk yang sempurna di dunia juga mempunyai tanggung jawab yang besar bagi diri kita sendiri. Maksudnya tanggung jawab ialah, berani dan yakin atas apa yang telah kita lakukan sehingga berani juga dalam mempertanggung jawabkan. Rasa tanggung jawab akan selalu ada pada saat manusia mempunyai kesalahan. Belajar tentang hal ini kita dapat lebih memahami arti dari sikap dan bentuk yang ada pada diri kita masing-masing. Dari isi dan pengertian di atas telah mengartikan bahwa setiap diri manusia mempunyai kekuatan atau kemampuan yang berbeda dan pengetahuan yang berbeda pada diri manusia itu sendiri. Kita sebagai manuisia yang sempurna, hendaklah kita harus berusaha memberikan yang terbaik pada makhluk lain. F. Referensi : Badrudin, Pengantar Ilmu Tasawuf, ed. Ali Agus Dzawafi (Serang: A-Empat, 2015), 96, accessed November 14, 2018, http://repository.uinbanten.ac.id/172/. Fahrudin, ―Tasawuf Sebagai Upaya Membersihkan Hati Guna Mencapai Kedekatan Dengan Allah,‖ jurnal pendidikan agama islam 14, no. 1 (2016): 79. Ismail, ―Pengorganisasian Dalam Sebuah Institusi,‖ Jurnal Ilmiah Prodi Pendidikan Agama Islam VI, no. 1 (2014): 51. 225 KasronNst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali,‖ Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman 6, no. 1 (2017): 107. Kasron Nst, ―Konsep Keutamaan Akhlak Versi ALGhazali, "Jurnal Manajemen Pendidikan dan Keislaman" 6, no. 1 (2017): 54. M. Ihsan Dacholfany, ―Al-Khauf Dan Al-Raja‘ Menurut Al-Ghazali‖ 5, no. 1 (2014): 42. Nurul Qomaria, ―Telaah Nilai Religius Dalam Kumpulan Puisi Surat Cinta Dari Aceh Karya Syeh Khalil,‖ Jurnal Artikulasi 10, no. 2 (2013): 729. Sodiman, ―Menghadirkan Nilai-Nilai Spiritual Tasawuf Dalam Proses Mendidik,‖ Jurnal Al-Ta‘dib 7, no. 2 (2014): 54. Suhana, ―Pening katan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Prilaku Husnudzan) Menggunakan Metode Role Playing Siswa Kelas X Ips 9 Sma Negeri 4 Bukittinggi,‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 2 (2018): 32. 226 SIKAP TOBAT Nurul Ikhsanti, Pangesti Prastiya Ningsih, Rani Eka Damayanti, Ria Handayani, Rosyidatun Nisa, dan Samsudin A. Pengertian Tobat Kata tobat berasal dari bahasa Arab taubah yang merupakan bentuk mashdar dari fi‟il sulasi mujarrad taba, yatubu, taubah. Kata tersebut berakar dari huruf ta– wau dan ba yang memiliki makna dasar al-ruj‟ kembali. Misalnya taba min zanbih maknanya raja‟a „anhu telah kembali dari tobat berarti ―al-ruj-‟u min al-zanbi kembali dari perbuatan dosa ‖. Misalnya ―wa taba ilallahi yat-bu mataban taubatan ‖ bermakna “ anaba waraja‟a „anil ma‟shiyat ila al-tha‟ah” telah kembali dari maksiat menuju ketaatan. Kata tersebut juga berarti “al-nadm ”menyesal ”Setiap orang yang menyesali perbuatannya disebut bertobat. Tobat adalah salah satu aspek yang penting dalam kehidupan umat Islam dan termasuk tema pokok dalam kajian sufistik. Pembahasan tobat tidak sekedar berupa ungkapan deskriptif agar dapat dipahami oleh orang Islam, akan tetapi tobat merupakan perintah Allah SWT, kepada seluruh kelompok manusia dengan tidak memandang stratifikasi sosialnya, siapapun yang mempercayai dirinya ke dalam seruan perdamaian dan keselamatan dengan masuk ke dalam agama Allah SWT, maka baginya dikenakan perintah bertobat. Dengan demikian secara pengulangan tobat berarti kembali yakni kembali kepada Allah SWT, dengan penuh ketaatan dan ketundukan serta meninggalkan 227 larangan-Nya. Selain itu tobat berarti menyesali yakni menyesali perbuatan yang telah dilakukan seseorang karena ia menyadari bahwa perbuatannya itu adalah bertentangan dengan kehendak dan keridaan Allah SWT.233 Pengertian tobat menurut bahasa, oleh Al- Ghazali diartikan dengan ―kembali‖ (ruju‘) yaitu kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan, kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang dekat. Imam Haramain (Abdul Ma‘ali Al-Juwaini) mengatakan tobat itu ialah meninggalkan keinginan untuk melakukan kejahatan dan menjauhkan diri dari kemurkaannya Allah SWT. Dalam pengertian syariat tobat adalah dari perbuatan dosa baik itu dosa kecil maupun dosa besar. Pengertian dosa disini adalah karena melanggar ketentuan-ketentuan Allah SWT, yaitu meninggalkan apa yang diperintahkan Allah SWT, dan mengerjakan apa yang dilarang oleh Allah SWT. Tobat dalam ajaran Islam memiliki pengertian yang sangat luas karena tobat menyangkut penataan kembali kehidupan manusia yang sudah berantakan dan perbaikan kembali mental seseorang yang sudah rusak akibat dosa yang diperbuat. Anjuran dan perintah tobat banyak kita jumpai dalam Al-Quran dan Hadits bahkan keutamaannya juga dibahas dalam ilmu syari,ah, tasauf dan akhlak. Tobat dapat diartikan meminta ampun kepada Allah SWT, atas segala perbuatan dosa dan kesalahannya 233 Muhamad Sodik, ―Tobat Dalam Perspektif Qura‘an‖ 7, no. 2 (2010): 211. 228 melebihi dari ―istighfar ‖. Tobat juga diartikan sebagai pengakuan, penyesalan dan meninggalkan dosa serta berjanji tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut. Tobat bermakna telah meninggalkan perbuatan dosanya, dan Allah SWT telah mengampuni dan menyelamatkannya dari kemaksiatan. Apabila telah muncul pengetahuan dan kesadaran maka dalam hatinya akan merasa sedih dan takut kehilangan sesuatu yang dicintainya sehingga menimbulkan penyesalan yang teramat dalam. Jika perasaan ini menguasai hatinya maka akan timbul kehendak atau keinginan untuk melakukan sesuatu perbuatan yang berkaitan dengan masa sekarang yaitu segera meninggalkan perbuatan dosa selama-lamanya, berkaitan dengan masa lampau yaitu cepat-cepat mengerjakan kembali kebaikan-kebaikan yang pernah ditinggalkan atau memperbaikinya kembali sepanjang masih dapat diperbaiki. Dengan demikian tobat dapat diartikan sebagai kesadaran yang diikuti dengan penyesalan dan keinginan kuat untuk meninggalkan perbuatan dosa dan berupaya memperbaiki kesalahan masa lalu.234 B. Cara atau Metode Bertobat Cara bertobat tidak hanya dilakukan apabila telah berbuat dosa, tetapi tobat dalam bentuk ucapan ―Istighfar‖ harus dilakukan setiap harinya. Karena terkadang manusia tidak menyadari bahwa dirinya telah 234 Erba Rozalina Yulianti, ―Tobat Sebagai Sebuah Terapi (Kajian Psikoterapi Islam),‖ Syifa Al-Qulub 1, no. 2 (29 Januari 2017): 121, https://doi.org/10.15575/saq.v1i2.1429. 229 berdosa. Oleh karena itu, dengan beristighfar maka kita akan senantiasa mensucikan diri kita sehingga dekat dengan Allah SWT, hanya orang-orang sucilah yang mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan terhindar dari berbagai macam bencana. Istighfar artinya kita meminta agar dijaga dari akibat-akibat dosa kita karena setiap dosa yang telah dilakukan menimbulkan akibat-akibat buruk di dalam hidup kita. 1. Syarat-Syarat Tobat Tobat merupakan salah satu amal kebajikan yang penting, karena dengan tobat tembok penghalang berupa syahwat dan syubhat yang berdiri kokoh antara seorang hamba dengan Allah SWT bisa dihancurkan. Namun untuk diterima, sebuah tobat harus memenuhi syaratsyarat yang menandai kejujuran seorang hamba dalam bertobat, diantaranya: a. Ikhlas, artinya tujuan bertobat seorang hamba hanya mencari ridha Allah SWT, berharap agar menerima tobatnya dan mengampuni dosanya bukan untuk mencari sanjungan manusia.235 b. Meninggalkan maksiat, jiwa yang terbuai dengan lezatnya maksiat sangat sulit melakukan kebaikan dengan ikhlas. Oleh sebab itu, seorang hamba yang bertobat harus memerangi dorongan nafsunya dan mencabut seluruh akar keburukan dari hatinya sehingga amal kebaikan dapat terwujud dan amal shalih diterima oleh Allah SWT. c. Menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan dan segera meninggalkannya serta bertekad untuk 235Al Munadi, ―Shidiq Dalam Pandangan Quraish Shihab‖ 17, no. 1 (2016): 50. 230 d. e. f. tidak mengulanginya. Tobat tidak menjadi benar hingga pelakunya menyesali kesalahannya dan bersedih atas kemaksiatannya, dan kembali padaNya. Bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan dosanya, hendaklah seseorang bertobat dari dosa dan berjanji pada dirinya untuk tidak mengulanginya di kemudian hari. Tobat harus dibuktikan oleh hati, lisan dan perbuatan. Artinya tobat harus dibuktikan dalam bentuk amal shalih, karena amal shalih merupakan bukti nyata dari tobatnya seorang hamba dan menjadi pendorong untuk meninggalkan perbuatan maksiat. Senantiasa bertobat dan tidak melakukan hal yang membatalkan tobat.236 2. Tingkatan-Tingkatan Tobat Penggolongan orang yang bertobat menurut kelangsungan tobatnya dan sikapnya sesudah itu dapat dibagi menjadi empat golongan, yaitu: Pertama, orang yang fitrahnya sehat mempunyai kemauan keras terhadap perkara kebaikan. Kalau terjerumus kepada perbuatan dosa, maka ia akan menyesal dan bertobat. Tobat yang semacam itu dinamakan dengan ―Tobat Nasuha‖ atau mempunyai kemantapan dalam tobatnya (istiqomah). Kedua, seseorang yang syahwatnya lebih kuat daripada jiwanya, yang lebih mendalam dalam hatinya. 236Darul Mahmadah, ―Pemikiran Hamka Tentang Taubat Dalam Al-Qur‘an‖ 11, no. 02 (2017): 174. 231 Jika orang tersebut menuruti hawa nafsunya kemudian melakukan suatu perbuatan maksiat, maka dorongandorongan Ilahi akan bangkit dan memeranginya dan mencela dirinya hingga dapat menang dan memaksa dorongan nafsu tunduk padanya. Setelah itu ia tidak akan terjerumus kedalam perbuatan durhaka. Ketiga, seseorang yang mempunyai kapabilitas kuat dalam mujahadah untuk menjauhi dosa-dosa besar dan segala macam perbuatan zina tetapi tidak untuk dosa-dosa kecil. Di dalam dirinya selalu terjadi peperangan antara kemauan untuk menempati perbuatan dosa kecil dan dorongan Ilahi yang merupakan pertanda keimanan. Keempat, orang yang melakukan dosa kemudian ia bertobat dan minta ampun tetapi ia tidak melakukan perbuatan dosa itu lagi dan kembali mencegah dirinya menyesal dan meminta ampun, demikianlah seterusnya. Orang-orang seperti berada pada derajat paling bawah orang-orang yang bertobat.237 C. Dalil Tentang Tobat Didalam Al-Qur‘an Allah SWT berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha (taubat yang semurnimurninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah SWT tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersama Dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka 237 Ibid. 232 mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.At-Tahrim:8)238 Ayat diatas menjelaskan tentang anjuran bagi orang yang beriman untuk bertobat kepada Allah SWT, atas semua dosa-dosa serta kesalahan yang pernah diperbuat dengan taubatan yang tulus dan sungguh sungguh (Taubatan Nasuha). Taubatan nasuha merupakan bertobat untuk tidak mengulanginya dan menyesali apa yang telah dikerjakan. Sehingga diharapkan mudahmudahan Allah SWT, menghapuskan segala dosa-dosa serta kesalahan yang pernah dilakukan dan memasukkan umatnya kedalam surga. Demikian pula Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya : “Muhamad Ibn al-atsani telah menceritakan pada kami, Muhammad Ibn Ja‟far telah menceritakan pada kami, Syu‟bah telah menceritakan pada kami, Amr‟ Ibn Murrah berkata : saya mendengar Abu „Ubaydah menceritakan dari Abu Musa, dari Nabi saw bersabda : “sesungguhnya Allah Azza wa jalla membentangkan tangannya pada malam hari untuk mengampuni pelaku kejahatan pada siang hari, dan membentangkan tangannya pada siang hari untuk mengampuni pelaku kejahatan pada malam hari, hingga matahari terbit dari tempat peraduannya.” (H.R Muslim).239 Hadits diatas menjelaskan pada waktu malam Allah SWT, memberikan ampunan kepada umatnya yang bertobat dari semua dosa-dosa yang pernah dilakukan pada waktu siang. Begitupun seterusnya pada 238Rakhmawati, ―Urgensi Taubat Dalam Kehidupan Manusia,‖ Jurnal Madani 4, no. 1 (2014): 129. 239Muh. In‘amuzzahidin, ―Taubat Dan Istighfar Dalam Hadis Nabi,‖ Riwayah Vol.1, no. 1 (2015): 190. 233 waktu siang Allah SWT, akan memberikan ampunan kepada hambanya yang bertobat dari seluruh dosadosanya yang dilakukan pada waktu malam. Dalam hadis ini Allah SWT, membukakan pintu tobat yang selapang-lapangnya bagi hambanya yang benar-benar ingin bertobat kepada-Nya. D. Keutamaan Tobat Secara umum menurut Brammer, fungsi psikoterapi mengarah pada reeducational of individual mencari persepsi dan pertobatan secara jelas mengintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan memagari perasaan sedih yang berasal dari pengalaman buruk di masa lalu.240 Dibawah ini adalah beberapa hikmat dari tobat yang tentunya perlu kita ketahui: 1. Mendapat cinta dari Allah SWT, orang yang bertobat adalah orang yang berhasil mendapatkan jalan kebenaran maka orang ini adalah salah satu orang yang di cintai oleh Allah SWT. 2. Diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT, tetapi dengan tobat yang sebenarnya atau biasa disebut dengan taubatan nasuha. 3. Didoakan oleh para malaikat, tidak hanya dicintai oleh Allah SWT, tetapi orang yang bertobat juga akan didoakan oleh para malaikat. 4. Memperlancar rezeki orang yang bertobat akan diperlancar rezekinya oleh Allah SWT. 240Erba Rozalina Yulianti, ―Tobat Sebagai Sebuah Terapi (Kajian Psikoterapi Islam),‖ Syifa al-Qulub 1, no. 2 (January 29, 2017): 22–31. 234 5. Dijauhkan dari bala dan marabahaya, betapa spesialnya orang yang benar-benar bertobat kepada Allah SWT, karena orang itu akan selalu dilindungi oleh Allah SWT. 6. Mendapat ketenangan hati dalam psikilogi Islam menjelaskan bahwa orang yang bertobat akan mendapat kan ketenangan didalam hati.241 7. Selamat dari api neraka. 8. Membuat setan berputus asa, setan akan berputus asa kepada orang yang bertobat karena merasa gagal untuk menggoda orang tersebut. 9. Mengusir kesedihan karena siapa saja yang senantiasa beristighfar kepada Allah SWT, maka Allah SWT, akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya. 10. Mengangkat derajat disurga, orang yang senantiasa beristighfar, maka Allah SWT akan mengangkat derajatnya disurga nanti. 11. Keburukannya diganti dengan kebaikan orang yang bertobat kepada Allah SWT, adalah salah satu kejahatannya diganti dengan kebajikan. Seseorang yang cenderung melakukan perbuatan yang menyimpang maka orang itu juga termasuk orang yang mengalami gangguan psikoterapi karena pasti ada sebab mengapa mereka melakuakan itu dengan berulang-ulang.242 241Septiawadi, ―Tafsir Sufistik Tentang Taubat Dalam AlQur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 122. 242Ubaidillah, ―Makna Taubat Dalam Proses Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner Perspektif Psikoterapis Melalui Media Surat Al Fatihah,‖ Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 5, no. 2 (Desember 2014). 235 Dengan melakukan tobat maka orang itu akan mengurangi kebiasaan berperilaku buruk ada beberapa hikmah yang berdampak positif untuk kejiwaan yaitu: 1. Adanya keinginan untuk perubahan perilaku seseorang itu akan dengan otomatis memiliki keinginana berubah yang dulunya dia sering melakukan dosa tetapi sekarang dia mempunyai keinginan untuk berubah dan memperbaiki diri. 2. Melakukan intropeksi atas dirinya sendiri, sehingga dapat mengingat dosa apa saja yang telah dia lakukan dan mulai memperbaikinya. 3. Menguatnya perasaan positif seseorang yang telah bertobat akan merasakan penyesalan yang amat dalam dikarenakan apa yang telah ia lakukan di masa lalu. 4. Terbentuknya sikap hidup yang positif (komitmen). Manusia memang banyak dosa maka dari itu Allah SWT, membukakan pintu tobat selebar-lebarnya kembali pada diri sendiri apakah ia masih mau bertobat kejalan allah atau tidak karena masih banyak sekali hikmahhikmah orang yang bertaubat dengan sebenarnya tobat (Taubatan Nasuha). E. Bentuk Sikap dan Pembiasaan Tobat Dalam kehidupannya manusia tidak lepas dari perbuatan salah dan dosa, baik di sengaja maupun tidak, yang besar maupun kecil, sebab secara fitrah manusia adalah tempat salah dengan demikian, tidak ada alasan bagi manusia untuk tidak bertaubat kepada Allah SWT, sebagi upaya pembersihan dari dosa yang telah di perbuat. Setiap kali melakukan kesalahan atau perbuatan 236 yang di larang oleh Allah SWT ,hendaknya segeralah bertobat dan memohon ampun kepada Allah SWT. Jika perbuatan-perbuatan itu ada kaitanya dengan sesama manusia, segeralah meminta maaf dan memberikan kebaikan kepadanya, Allah SWT maha pengampun atas segala dosa hamba-hambanya. Menjalani hidup dengan baik merupakan dambaan bagi setiap Insan, ada kalanya seseorang yang berakhlak buruk sudah terbiasa dengan dunianya perubahan sikap atau keinginan untuk bertobat untuk mencapai ketenangan dalam hidup, melakukan proses pertobatan tersebut tentunya tidak lah mudah di lakukan mengingat seseorang tersebut sudah di pandang negatif oleh lingkungan sekitar, dalam beberapa kasus ada individu yang tidak mampu melewati proses tersebut, karena telah di pandang buruk oleh masyarakat bahkan orang terdekat nya. Namun ada pula yang sanggup menjaga konsisten bahwa individu tersebut ingin merubah hidupnya menjadi lebih baik dan tidak pula di anggap buruk lagi oleh orang-orang di sekitarnya.243 Oleh sebab itu manusia tidak boleh berputus asa akan ampunan dari Allah SWT, sepanjang masih ada kesempatan untuk bertobat segeralah bertobat dengan sesunguhnya dan jangan mengulangi perbuatan salah dan dosa lagi. Tobat yang demikian itu lah yang diharapkan dapat diterima oleh Allah SWT.244 243Nur Rokhmah Fitriani, ―Hidup Hanya Sekali, Hiduplah Yang Berarti Sebuah Studi Kualitatif Pengalaman Tobat Pada Mantan Preman Relawan Lembaga Sosial,‖ Jurnal Empaty 7, no. 1 (2018): 44-53. 244Markus Meran Henakyn, ―Perawatan Rumah Kita Bersama Rumah Kita Ada Di Alam Ini,‖ Jurnal Jumpa IV, no. 1 (t.t.): 35. 237 F. Referensi Muhamad Sodik, ―Tobat Dalam Perspektif Qura‘an‖ 7, no. 2 (2010): 211. Erba Rozalina Yulianti, ―Tobat Sebagai Sebuah Terapi (Kajian Psikoterapi Islam),‖ Syifa Al-Qulub 1, no. 2 (29 Januari 2017): 121, https://doi.org/10.15575/saq.v1i2.1429. Al Munadi, ―Shidiq Dalam Pandangan Quraish Shihab‖ 17, no. 1 (2016): 50. Darul Mahmadah, ―Pemikiran Hamka Tentang Taubat Dalam Al-Qur‘an‖ 11, no. 02 (2017): 174. Rakhmawati, ―Urgensi Taubat Dalam Kehidupan Manusia,‖ Jurnal Madani 4, no. 1 (2014): 129. Muh. In‘amuzzahidin, ―Taubat Dan Istighfar Dalam Hadis Nabi,‖ Riwayah Vol.1, no. 1 (2015): 190. Erba Rozalina Yulianti, ―Tobat Sebagai Sebuah Terapi (Kajian Psikoterapi Islam),‖ Syifa al-Qulub 1, no. 2 (January 29, 2017): 22–31. Septiawadi, ―Tafsir Sufistik Tentang Taubat Dalam AlQur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 122. Ubaidillah, ―Makna Taubat Dalam Proses Penyembuhan Penyakit Jantung Koroner Perspektif Psikoterapis Melalui Media Surat Al Fatihah,‖ Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam 5, no. 2 (Desember 2014). Nur Rokhmah Fitriani, ―Hidup Hanya Sekali, Hiduplah Yang Berarti Sebuah Studi Kualitatif Pengalaman Tobat Pada Mantan Preman Relawan Lembaga Sosial,‖ Jurnal Empaty 7, no. 1 (2018): 44-53. 238 Markus Meran Henakyn, ―Perawatan Rumah Kita Bersama Rumah Kita Ada Di Alam Ini,‖ Jurnal Jumpa IV, no. 1 (t.t.): 35. 239 SIKAP AMAL SHALEH Septiana Ayu Saputri, Siti Sholikah, Sofie Primarani, Tika Setiyani, Tri Khusnul Khotimah, dan Trimala Sari A. Pengertian Sikap Amal Shaleh Amal shaleh memiliki makna yaitu Amal merupakan semua perbuatan yang dikerjakan dengan dasar niat. Di dalam Al-Qur‘an kata amal merupakan perbuatan, maka berdekatan dengan beberapa kata atau ungkapan lain seperti fi‟il, sa‟yu, shan‟u, kasab, dan jarah. Letak persamaan antara semua ungkapan tersebut meliputi perbuatan manusia.245 Kata shaleh dalam Al-Qur‘an secara makna berhadapan dengan kata khaer, birr, husn, ma‟ruf dan haq. Semua ungkapan tersebut menyimpan makna tentang ―kebaikan‖. Artinya amal shaleh dapat diartikan sebagai suatu perbuatan baik yang berbau pada kebaikan dalam kehidupan manusia secara luas. Amal shaleh berdasarkan pengertian terminologis pada perilaku manusia yang berkaitan dengan keislaman, yang bermakna segala perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang terbentuk akibat adanya rangsangan nilai-nilai religius 245 Yusran Yusran, ―Amal Saleh: Doktrin Teologis dan Sikap Sosial,‖ Jurnal Al Adyaan: Jurnal Sosial dan Agama 1, no. 02 (September 21, 2016), accessed November 14, 2018, http://journal.uinalauddin.ac.id/index.php/adyan/article/view/1338. 240 dan hasilnya dapat langsung dirasakan oleh individu atau kelompok tersebut.246 Amal shaleh merupakan pembentuk kualitas seseorang. Jadi, setiap perbuatan yang dilakukan merupakan gambaran kearah terbentuknya kepribadian seseorang.247 Amal shaleh merupakan perbuatan yang baik yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain berdasarkan syariat Islam serta ikhlas karena Allah SWT. Sikap amal saleh itu juga termasuk perintah Allah SWT karena dengan beramal shaleh maka akan tercipta kehidupan yang tentram dan bahagia. Sikap amal shaleh adalah sikap atau perbuatan yang harus dimiliki oleh setiap muslim, sebab orang yang memiliki sikap amal shaleh akan menjadi penghuni surga. Amal shaleh juga dapat disebut sebagai perbuatan baik yang mendatangkan manfaat bagi pelakunya di dunia dan balasan pahala yang berlipat ganda waktu di akhirat kelak. Sikap amal shaleh merupakan sikap yang tertanam pada diri seseorang yang selalu berbuat kebaikan, rajin ibadah, dan selalu menjadikan hidupnya agar bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Seseorang yang mempunyai sikap amal shaleh merupakan orang-orang yang tidak akan merugi dalam hidupnya baik di dunia maupun di akhirat kelak. Akmal Mundiri and Irma Zahra, ―Corak Representasi Identitas Ustadz dalam Proses Transmisi Pendidikan Karakter di Pesantren,‖ Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 2, no. 1 (January 21, 2018): 21–35. 247 Mujiono, ―Manusia Berkualitas Menurut Al-Qur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 372. 241 246 Dijelaskan dalam Al-Qur‘an surat Al-‗Asr 1-3 yang artinya: ―Demi masa sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran‖. Maksud dari kerugian ini adalah manusia itu tidak mampu memanfaatkan atau menggunakan waktu di dunia ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk Islam. Pada dasarnya orang yang tidak dikatakan merugi itu adalah orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shaleh, dan saling menasehati sesama muslim dalam kebenaran dan kebaikan. Kemudian, Iman adalah syarat yang paling utama sebelum syarat lainnya. Jadi iman dan amal shaleh itu tidak dapat dipisahkan, karena iman tanpa amal shaleh berarti belum dijalankan dan amal shaleh tanpa iman tidak berarti di hadapan Allah SWT. B. Ruang Lingkup Sikap Amal Saleh Konsep Al-Qur‘an mengacu kepada kehidupan dunia sama porsinya dengan kehidupan akhirat kelak yang memang mustahil kebenarannya dapat diingkari. Seluruh perbuatan baik yang disebutkan dalam AlQuran. Pengertian amal shaleh yang selalu berhubungan dengan hal-hal yang bersifat akhir.248 248Nurdin Manyak, ―Posisi Pendidikan Islam Mengembangkan Ilmu, Iman dan Amal Shaleh,‖ MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 3, (September 25, 2017): 2, accessed November 14, http://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/mudarrisuna/article/view/276. 242 dalam Jurnal no. 2 2018, Diantaranya memang berkesan sebagai perbuatan baik yang mana pure berkaitan dengan kehidupan dunia, akan tetapi pada akhirnya tetap juga berhubungan dengan masalah-masalah yang bersifat akhir, contohnya seperti pahala dan ganjaran. Berdasarkan fakta ini, Islam lalu membedak antara perbuatan baik yang berada dalam konteks amal shaleh dengan perbuatan baik yang hanya biasa.249 Agar dapat mengetahui dimanakah kedudukan amal shaleh dalam konsepsi Islam yang mana jika berdasarkan hadist terdiri dari tiga unsur yakni iman, Islam, dan ihsan. Berikut ini adalah penggambarannya: 1. Aqidah, ada kaitannya dengan dasar-dasar keyakinan yang berkedudukan dalam konsepsi iman atau teologis seseorang. Hal ini berhubungan dengan penggambaran seseorang dengan Sang Pencipta, nabi, Al-Qur‘an, manusia, balasan akhir dan sebagainya. 2. Syariah, yang mana membahas tentang hukumhukum yang menjadi pedoman untuk manusia dalam menjaga hubungannya dengan Sang Pencipta alam semesta dan sesama manusia lainnya (baik Islam ataupun bukan Islam), lingkungan, dan kehidupan itu sendiri. Pada umumnya amal shaleh sering dianggap ada di dalam konteks ini. 3. Akhlak, yang mana dalam konteks ini berhubungan dengan aturan dan sikap bagaiman seharusnya 249Moch Sya‘roni Hasan, ―Implementasi Kegiatan Amal Saleh dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual,‖ DidaktikaRegilia 2, no. 1 (2014): 4. 243 manusia berprilaku baik dihadapan Sang Pencipta alam semesta atau sesama manusia atau dengan makhluk yang lainnya.250 Selanjutnya, langkah-langkah agar seseorang mampu menerapkan sikap amal shaleh di dirinya dan kehidupannya yaitu yang pertama memiliki sifat ikhlas dan sejalan dengan ajaran agama Islam. Kedua, istiqomah dan stabil, ketiga dilakukan sebaik mungkin dan semaksimal mungkin tanpa mengharapkan yang lain. Kemudian yang ketiga yaitu beramal dengan ilmu pengetahuan. Banyak yang memperdebatkan mana yang utama, berilmu dulu atau beramal dulu ? Perdebatan ini sama halnya dengan pertanyaan telur dahulu atau ayam dahulu, jawabannya tentu saja berilmu dulu, karena apabila manusia beramal tanpa ilmu maka bisa saja apa yang telah diamalkannya itu menjadi sia-sia karena ada kesalahan yang diakibatkan dari kurangnya ilmu yang dimiliki manusia tersebut. C. Dalil Sikap Amal Shaleh Manusia diciptakan di dunia ini untuk berbuat baik dan beramal shaleh. Amal shaleh merupakan bentuk keimanan seorang hambaNya kepada sang maha pencipta, sebagaimana Allah SWT menjelaskan hal tersebut dalam Al-Qur‘an dalam surat Al-Baqarah ayat 82 yang artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta 250Yusran, ―Amal Shaleh: Doktrin Teologi dan Sikap Sosial,‖ Jurnal Al-Adyaan 1, no. 2 (December 2015): 7. 244 beramal saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya” (QS. Al-Baqarah: 82)251 Makna dalam surat tersebut ialah bahwa dalam Islam tertera secara jelas bahwa setiap mahluk yang senantiasa beramal shaleh, senantiasa berbuat baik maka sang maha kuasa memberi imbalan yang sebanding dengan apa yang dilakukan oleh hambanya. Dan amal shaleh memiliki tepat istimewa diantara amal-amalan yang lain, siapa hambanya yang mau beramal shaleh maka dijanjikan akan mendapatkan surga dan akan dijadikan penghuni surga, dan dijelaskan juga dalam surat Ali-Imran yang artinya: “Karena itu Allah SWT memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah SWT menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran: 148)252 Penjelasan dari ayat diatas adalah bahwa siapa saja yang melakukan amal shaleh maka akan mendapatkan pahala di dunia maupun pahala di akhirat kelak, kemudian dalam surat lain juga dijelaskaan dalam surat Al-Nahlu ayat 97 yaitu yang artinya: ―Barang siapa yang mengajarkan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al – Nahlu: 97 )253 Santosa Irfaan, ―Merasakan Manisnya Iman,‖ Jurnal Studi Islam dan Budaya 6, no. 1 (2008): 6. 252 Ibid. 253Nurdin Manyak, ―Posisi Pendidikan Islam Dalam Mengembangkan Ilmu, Iman Dan Amal Shaleh,‖ Jurnal 245 251 Balasan pahala yang diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya itu tidak tanggung-tanggung. Baik itu laki-laki maupun perempuan apabila mereka senantiasa melakukan amal shaleh maka akan diberikan pahala lebih dari apa yang mereka kerjakan. Dalam surat AlGhafir ayat 40 yang artinya: ―Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka ia tidak akan dibalas melainkan dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun sedang ia dalam keadaan beriman, maka ia akan masuk syurga, mereka diberikan rezki didalamnya tanpa hisab”. ( QS. Al-Ghafir: 40 )254 Setiap perbuatan itu ada balasannya dan setiap orang yang melakukan sebuah kesalahan ataupun dosa itu akan mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang telah dilakukannya tersebut. Layaknya orang yang berbuat jahat maka suatu saat akan mendapatkan kejahatan pula, sedangkan yang melakukan kebaikan amal shaleh dan dalam keadaan berima maka akan dimasukkannya kedalam surganya Allah SWT surga yang dinanti-nanti oleh semua umat muslim yang beriman. D. 1. Keutamaan Sikap Amal Saleh Memiliki rasa kasih dan sayang.255 “Dan orang-orang mukmin dan beramal saleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Allah SWT mereka, Allah SWT menghapuskan MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 3, no. 2 (September 25, 2017) 254 Ibid. 255 Moch. Sya‘roni Hasan, ―Implementasi Kegiatan Amal Saleh Dalam Peningkatan Kecerdasan Spritual‖ 2, no. 1 (2014): 73. 246 2. 3. kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka” (QS. Muhammad: 2). Maksudnya adalah akan diperbaiki urusan serta keadaan mereka bersama anak-anak serta istrinya, dalam rizki dan pada segala urusannya. Kehidupan yang baik. “Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia” (QS. Al-Hajj: 50). Penjelasan arti diatas yaitu memberikan taufik kepada hambaNya, kepada apa-apa yang diridhoiNya, dan memberikan karunia berupa kesehatan serta rezeki yang halal. Pahala yang besar. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah SWT di dalam firmanNya: “Sesungguhnya Al-Qur‟an ini memberikan petunjuk yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. AlIsraa‘: 9) Bagi orang-orang yang percaya dan beramal shaleh niscaya meraka percaya bahwa AlQur‘an merupakan petunjuk yang lurus dan senantiasa memberikan kabar yang baik kepada mukminNya. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Pendidikan merupakan wadah untuk melahirkan manusia yang mampu menangkal masa depan bangsa dalam keterpurukan akhlak. Dalam menyikapi hal tersebut lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuannya saja, melainkan juga harus menanamkan nilai-nilai agama pada peserta didiknya. 247 Berbicara mengenai pendidikan Islam di Indonesia pasti tidak terlepas dari pesantren. Pesantren merupakan tempat untuk orang-orang yang ingin belajar lebih dalam mengenai agama Islam, seperti kaidah, syariat, prinsip, dan bagaimana seharusnya seorang muslim bersikap dan menanamkan amal shaleh, salah satunya yaitu kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang ketika ia lahir sehingga orang tersebut bisa menjalani hidupnya yang penuh arti, selalu seimbang dengan hatinya, tidak putus asa, dan segala sesuatunya berharga.256 Jadi kecerdasan spiritual ini merupakan kecerdasan yang sudah dimiliki setiap manusia sejak ia lahir, dan setiap orang mempunyai kecerdasan spiritual yang berbeda-beda dan ini juga dipengaruhi bagaimana orang tersebut mengembangkan kecerdasan spiritual tersebut. Seseorang yang mempunyai kecerdasan spiritual ini akan mempunyai sikap yang berbeda dengan orang yang kecerdasan spiritualnya kurang baik, orang yang mempunyai kecerdasan spiritual akan menghormati orang lain, menerima pendapat yang orang lain berikan, orang yang mempuyai kecerdasan spiritual akan mempunyai sikap Tawakal dan bersungguh-sungguh dalam melakukan setiap tugasnya. Dengan kecerdasan spiritual ini kita mengembangkan amal shaleh dalam kehidupan sehari256Moch Sya‘roni Hasan, ―Implementasi Kegiatan Amal Shaleh dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo Bulurejo Diwek Jombang,‖ Didaktika Religia 2, no. 1 (January 24, 2014. 248 hari, seperti contoh ketika seseorang mempunyai kecerdasan spiritual maka ia akan senantiasa menghormati orang lain, hal ini bisa di katakan bentuk amal shaleh terhadap semua orang dan bisa dikembangkan dengan senang menolong orang lain, juga senang berbuat baik kepada orang lain. Selain kecerdasan spiritual yang dapat mempengaruhi amal shaleh, Iman seseorang juga dapat mempengaruhinya. Iman yang baik akan berkembang sendirinya menjadi amal shaleh. Amal shaleh yang disebut bersamaan dengan iman pada ayat Al-Qur'an, bisa dipahami secara jelas jika iman baik maka sikapnya akan baik pula. Dengan ini sudah jelas bahwa konsep keyakinan itu bukan hanya tersimpan di hati orang yang beriman, tetapi juga harus terlihat pada perilakunya yang baik.257 Dalam Al-Quran sudah dijelaskan bahwa iman dan amal shaleh sangat erat kaitannya dalam perilaku seseorang, seseorang yang dengan iman yang baik akan tercermin pada perilaku dan perbuatannya. Sikap amal shaleh adalah salah satu syarat seseorang bisa masuk surga. Beberapa contoh amal shaleh antar lain: 1. Orang yang mempunyi ketaqwaan kepada Allah SWT 2. Taat kepada Allah SWT dan Rasul 3. Orang yang takut akan kebesaran Allah SWT 4. Orang yang Istiqomah 257A. Malik Madany, ―Keterkaitan Status Hukum Amal Saleh Dan Surga Dalam Perspektif Al-Quran,‖ . 48, no. 2 (December 2, 2014): 488–512. 249 5. Orang yang berjuang dijalan Allah SWT. Itulah beberapa contoh amal shaleh terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Sikap pembiasaan beramal shaleh merupakan kewajiban setiap umat manusia untuk berbuat kebaikan dan beramal shaleh, agar mendapatkan pahala yang kelak mampu menyelamatkat dari siksa api neraka. Beramal shaleh adalah salah satu keharusan yang harus diwujudkan oleh setiap mukmin. Sikap amal shaleh merupakan susatu yang diniatkan dari hati dan siterapkan dalam sehari-sehari dan diniatkan untuk akhirat agar menjadi insan yang baik. Nilai-nilai merupakan salah satu patokan-patokan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.258 Misalnya adat kebiasaan dan sopan santun. Nilai-nilai yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari adalah nilainilai hidup yang menjadi pegangan seluruh warga negara Indonesia. Jadi, nilai merupakan ukuran baik atau buruk, benar atau salah, boleh atau tidaknya suatu prilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu masyarakat Oleh sebab itu, suatu nilai mendasari sikap dan prilaku seseorang dalam kehidupan di masyarakat. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku. 258 Zuldafrial, ―Perkembangan Nilai, Moral dan Sikap Remaja,‖ Al-Hikmah 8, no. 2 (December 1, 2015), 250 Dengan penjelasan diatas ada kaitanya nilai dengan moral, yaitu merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai kehidupan. Misalnya dalam pengamalan nilai tenggang rasa, berprilaku adil, ridha dan amal shaleh. Ketiga prilaku tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan bagi hidup kita. Dengan membiasakan diri mengamalkan ketiga prilaku tesebut akan membawa kemaslahatan bagi diri kita dan orang lain, sehingga tidak berbuat sesuka hatinya. Bentuk dari nilai-nilai kehidupan menyangkut sebuah persoalan baik dan buruknya sikap dan prilaku seseorang, sehingga berkaitan dengan moral mengamalkan prilaku yang baik. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, iman dan amal saleh merupakan kunci pokok untuk membuka pintu surga.259 Yang perlu dijabarkan di sini adalah suatu pengertian amal saleh yang memang sangat luas cakupannya. yaitu, yang disebut amal shaleh ialah amalamal perbuatan yang dapat memperbaiki diri manusia dalam akhlaknya, adab sopan santunnya dan hal-hal yang positif, baik secara pribadi maupun sosial. Selain itu amal shaleh juga dapat merubah seseorang ke jalan yang menuju dalam ajaran agama islam, karena amal shaleh itu berupa perbuatan yang dianjurkan dalam agama, jika seseorang melakukan perbuatan amal shaleh ia termasuk ke dalam golongan yang baik, karena amal shaleh itu dapat mendekatkan kita kepada sang maha pencipta atau yang menciptakan seluruh alam semesta ini. 259 A. Malik Madany, ―| Madany,‖ . 48, no. 2 (December 2, 2014): 488–512. 251 Perbuatan amal shaleh disini dapat mencakup perilaku yang menuju dalam kebaikan, contohnya seperti bersedekah tanpa pamrih, ia membantu seseorang karena ia mampu untuk membantu orang yang kurang mampu, karena dengan sedekah dapat mensucikan harta kita. Selain itu dengan sedekah dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, selain dengan bersedekah masih banyak lagi contohnya salah satunya ialah berbicara sopan dengan orang yang lebih tua, karena orang tua harus dipatuhi serta dihormati. Kemudian jika melihat orang yang lebih tua sedang kesusahan dalam menyebrang, serta kita melihatnya maka kita wajib membantunya karena kita sebagai manusia diwajibkan saling membantu sesama jika ada yang membutuhkan bantuan kita, selain membantunya dalam kontek dalam kebaikan yang dapat mengarah kita dalam kebaikan serta dapat mendapatkan pahala. Dalam betuk beramal shaleh, Allah SWT tidak membebani seseorang untuk menentukan jenis amal shaleh tertentu yang harus dikerjakan oleh setiap hambaNya. Akan tetapi prilaku yang baik dapat dilakukan dengan cara apapun sesuai dengan kemampuan. Sikap amal shaleh yang paling utama ialah amal yang dilakukan dalam perbaikan kondisi umat agar umat manusia bisa melakukan perbuatan atau prilaku yang baik, dengan menerapkan sikap pembiasaan perbuatan yang baik mampu terhindar dari perbuatan yang tidak baik dan tidak terjerumus kedalam neraka. 252 F. Referensi Hasan, Moch Sya‘roni. ―Implementasi Kegiatan Amal Saleh Dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual: Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqo Bulurejo Diwek Jombang.‖ Didaktika Religia 2, No. 1 (January 24, 2014). Madany, A. Malik. ―| Madany.‖ . 48, no. 2 (December 2, 2014): 488–512. ———. ―Keterkaitan Status Hukum Amal Saleh Dan Surga Dalam Perspektif Al-Quran.‖ . 48, no. 2 (December 2, 2014): 488–512. Manyak, Nurdin. ―Posisi Pendidikan Islam Dalam Mengembangkan Ilmu, Iman Dan Amal Shaleh.‖ Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam 3, no. 2 (September 25, 2017). Accessed November 14, 2018. Moch Sya‘roni Hasan. ―Implementasi Kegiatan Amal Saleh Dalam Peningkatan Kecerdasan Spiritual.‖ Didaktika Regilia 2, no. 1 (2014). Mujiono. ―Manusia Berkualitas Menurut Al-Qur‘an‖ 7, no. 2 (2013): 372. Mundiri, Akmal, and Irma Zahra. ―Corak Representasi Identitas Ustadz Dalam Proses Transmisi Pendidikan Karakter Di Pesantren.‖ Jurnal Pendidikan Islam Indonesia 2, no. 1 (January 21, 2018): 21–35. Santosa Irfaan. ―Merasakan Manisnya Iman.‖ Jurnal Studi Islam dan Budaya 6, no. 1 (2008): 6. Yusran. ―Amal Shaleh: Doktrin Teologi Dan Sikap Sosial.‖ Jurnal Al-Adyaan 1, no. 2 (December 2015). Yusran, Yusran. ―Amal Saleh: Doktrin Teologis dan Sikap Sosial.‖ Jurnal Al Adyaan: Jurnal Sosial dan 253 Agama 1, no. 02 (September 21, 2016). Accessed November 14, 2018. Zuldafrial. ―Perkembangan Nilai, Moral Dan Sikap Remaja.‖ Al-Hikmah 8, no. 2 (December 1, 2015). Accessed November 14, 2018. 254 SIKAP TOLERANSI Tripita Sari, Uswatun Hasanah, Violita Rahmawati, dan Yuniati A. Pengertian Toleransi Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasāmuh ini dipahami sebagai sikap tenggang yaitu, sikap yang menghargai membiarkan, dan membolehkan adanya pendirian berupa pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan pendirian diri sendiri.260 Dalam konteks ini, manusia harus selalu menjaga hubungan antar sesama dengan sebaik-baiknya, tidak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama, atau yang lazim disebut dengan istilah toleransi beragama. Toleransi beragama berarti saling menghormati dan berlapang dada terhadap pemeluk agama lain, tidak memaksa mengikuti agamanya dan tidak mencampuri urusan agamanya. Umat Islam diperbolehkan bekerjasama dengan pemeluk agama lain dalam aspek ekonomi, sosial, dan urusan duniawi lainnya.261 Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap toleransi tumbuh dalam suatu pembiasaan dan pembelajaran. Sebagai makhluk hidup yang Ahmad Izzan, ―Menumbuhkan Nilai-Nilai Toleransi Dalam Bingkai Keragaman Beragama,‖ Kalam 11, no. 1 (30 Juni 2017): 165– 86, https://doi.org/10.24042/klm.v11i1.1069. 261 Alpizar Alpizar, ―Toleransi Terhadap Kebebasan Beragama Di Indonesia (Perspektif Islam),‖ toleransi 7, no. 2 (10 Februari 2016): 132–53. 255 260 bergantung kepada alam dan manusia maka tidak akan mampu melakukan segala aktifitas sendiri pasti akan membutuhkan bantuan orang lain. Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah SAW dalam dakwahnya beliau tidak pernah memaksa semua harus mengikutinya ajaran Islam yang beliau bawa beliau mengajarkan sikap toleransi yang sangat baik terhadap sesama makhluk hidup. Sebagai makhluk sosial maka kita harus memiliki sikap pluralisme. Sikap Pluralisme adalah Sikap kecenderungan untuk bereaksi secara positif (menerima) atau secara negatif (menolak) terhadap suatu obyek, berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai obyek yang berharga.262 Indonesia merupakan negara dengan tingkat pluralisme yang tinggi dengan perbedaan agama, ras, budaya dan adat sebagai ciri khas bangsa Indonesia dengan semboyannya Bhinneka Tunggal Ika sehingga masyarakat Indonesia lebih menggunakan sikap pluralisme karena dengan ini dapat menjadi bangsa yang kuat karena persatuannya dan sikap toleransi terhadap masing-masing kepercayaan yang dianutnya. B. Ruang Lingkup Sikap Toleransi Toleransi beragama berarti toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri 262 Darwyan Syah, ―Pemahaman Surat-surat Pendek AlQur‘an Tentang Toleransi dan Implikasinya Bagi Pengembangan Sikap Pluralisme,‖ Analisis: Jurnal Studi Keislaman 13, no. 2 (6 April 2017): 313–42. 256 manusia yang berhubungan dengan aqidah dan kepercayaan seseorang. 263 Dari pengertian sikap toleransi dapat diartikan sikap atau perilaku yang saling menghargai, saling melindungi serta saling tolong menolong juga tidak membedakan antar agama, suku, etnis, atau ras tertentu. Kemudian daripada itu sikap toleransi inilah adalah meleburnya suatu tindakan saling menghormati dan tidak saling menyalahkan antar satu pihak ke pihak yang lain. Bukan hanya itu sikap toleransi di Negara Indonesia apalagi di dalam agama kita Islam tentulah sangat ditekankan, sikap toleransi dalam agama ditandai dengan saling menghormati jika antar ibadah pada masing-masing agama. Misalnya seorang yang beragama Kristen sedang beribadah di gereja atau sedang merayakan Natal, kita sebagai umat Islam yang tentunya berlandaskan ketauhidan kepada Allah SWT hendaknya tidak mengganggu dan membiarkan mereka beribadah dengan tenang, begitu pun sebaliknya. Akan tetapi kita sebagai umat Islam pun tidak harus berlebih-lebihan dalam toleransi, jika umat islam sudah mengikuti atau belajar bahkan ikut merayakan hari besar umat non islam itu juga sudah termasuk mengkhianati prinsip ketauhidan kita. 263 Casram Casram, ―Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural,‖ Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (23 Agustus 2016): 187–98, https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.588. 257 Adapun kriteria bahwa didalam suatu hubungan bermasyarakat terdapat sikap toleransi diantaranya adalah: 1. Menghormati keyakinan orang lain.. Suatu keadaan dimana kita sebagai manusia yang bertempat tinggal di sebuah Negara Indonesia, di Indonesia menganut sistem Pancasila yang mengakui lima agama yaitu: islam, kristen katolik, protestan, hindu, budha. Keadaan ini tentu saja mewajibkan setiap masing-masing pemeluk agama saling menghormati satu sama lain. 2. Falsafah Pancasila. Falsafah adalah upaya manusia dalam mencari kebijaksanaan dalam hidup.264 Landasan ideologi negera Indonesia yang merupakan tanda pemersatuan bangsa, dan tidak membeda-bedakan antar agama, suku, maupun ras. 3. Bhineka Tunggal Ika. Arti dari Bhineka Tunggal Ika sendiri yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu, ungkapan itu menggambarkan keberagaman yang ada di Negara Indonesia. Sebagaimana dengan ungkapan tersebut, toleransi menjadi arti penting sebuah perdamaian. 4. Jujur dan Sadar. Sikap toleransi terhadap manusia juga membutuhkan rasa sadar diri dan saling jujur. Karena sikap tersebut perlu ada dalam diri sehingga menimbulkan perasaan saling mengerti, dan tidak menimbulkan perselisihan. Kejujuran 264 Soeprapto Soeprapto, ―Hubungan Falsafah Pancasila Dengan Ideologi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka,‖ Jurnal Filsafat 1, no. 1 (15 Desember 2007): 1–8, https://doi.org/10.22146/jf.31635. 258 dalam bertindak juga mengurangi pertentangan di dalam batin. 5. Setuju dalam perbedaan. Maksudnya adalah ketika kita sudah setuju adanya perbedaan maka semua itu akan melebur dalam perdamaian. Perbedaan bukan menjadi suatu alasan untuk bertengkar, berdebat kusir dan bermusuhan. Jadikan perbedaan sebagai warna dalam kehidupan yang berwujud kedamaian, karena perbedaan selalu ada dimanamana. Berdeda bukan berarti tidak dapat bersama. 6. Akuilah hak orang lain. Dengan mengakui hak orang lain maka secara tidak langsung mental kita akan terlatih menjadi pribadi yang mudah menghargai pendapat maupun menerima sikap orang lain terhadap diri sendiri. Contohnya dalam bersikap toleransi ialah ketika seorang yang beragama budha berhak sembahyang divihara nya maka yang berlainan agama harus bersikap toleransi dengan membiarkan dan tidak menganggunya. Itulah ke-enam ruang lingkup sikap toleransi yang tentunya sudah kita amalkan dalam kehidupan seharihari. C. Dalil-dalil Toleransi Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini yaitu dalam surat Al-Hujurat ayat:13 artinya: Hai manusia, Sesungguhnya 259 Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenalmengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Dari ayat diatas di jelaskan bahwa Allah SWT mengarahkan kepada seluruh umatnya agar tidak membeda-bedakan satu sama lain. karena sesungguhnya orang yang mulia di sisi Allah SWT adalah orang yang bertaqwa, dan Allah SWT juga mengajarkan agar kita harus saling mengenal. Ayat-ayat lain juga di jelaskan bahwa ada beberapa toleransi diantaranya: toleransi hidup berdampingan dengan agama lain, toleransi beragama, toleransi dalam keyakinan dan menjalankan peribadahan, toleransi dalam hubungan antar bermasyarakat dalam berhubungan dengan sesama masyarakat baik satu agama maupun berbentuk dalam berbagai macam perbedaan yaitu dalam surat Al-Kafirun ayat:1-6 artinya:Katakanlah:"Hai orang-orang kafir,Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah,Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah,untukmu agamamu dan untukku agamaku. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa tidak di dianjurkan umat Islam memaksa pemeluk agama lain untuk memasuki agama islam tanpa kemauan orang tersebut. Al-Qur‘an menjelaskan bahwa kaum muslimin harus tetap berbuat adil walaupun terhadap orang-orang 260 kafir dan dilarang mendzalimi hak mereka karena Allah Swt tidak pernah mengajarkan kepada umatnya untuk mendzalimi umat yang berbeda agama bahkan kita di wajibkan untuk menjalani hubungan baik dengan orang yang beragama lain.265 D. Keutamaan Toleransi Menurut Abdurrahman Wahid, kerusuhan di berbagai tempat di Indonesia disebabkan salah satunya oleh pemahaman keagamaan yang eksklusif. Karena itulah maka pengembangan paradigma positif sangat penting artinya. Pada perspektif inilah, toleransi menemukan titik signifikansinya. Relasi dengan umat yang berbeda agama harus dilandasi oleh sikap yang tulus dan ikhlas.266 Toleransi tidak akan terbangun jika pemikiran terhadap mereka yang berbeda keyakinan bercorak negatif. Pemikiran mempengaruhi terhadap cara pandang seseorang. Akar terjadinya konflik adalah jika pemahaman terhadap agama merasa paling benar. Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing Muhammad Yasir, ―Makna Toleransi Dalam Al-Qur‘an,‖ Jurnal Ushuluddin 22, no. 2 (1 Desember 2014): 170–80, https://doi.org/10.24014/jush.v22i2.734. 266 Ngainun Naim, ―Abdurrahman Wahid: Universalisme Islam dan Toleransi,‖ KALAM 10, no. 2 (30 Desember 2016): 423–44, https://doi.org/10.24042/klm.v10i2.8. 261 265 serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininya.267 Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap manusia itu memiliki hak masing-masing untuk menentukan jalan hidupnya sehingga apa yang dilakukan menentukan kepribadiannya. Manusia sebagai makhluk yang tidak dapat melakukan sesuatu dengan sendiri atau secara individu melainkan membutuhkan bantuan orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial, dengan hidup membutuhkan orang lain serta hidup dalam lingkungan masyarakat maka akan banyak perbedaan yang timbul seperti perbedaan agama, ras, suku, adat istiadat watak dan lain sebagainya, sehingga sikap toleransi itu sangat penting saat berada dalam lingkungan masyarakat dengan segala perbedaannya. Dengan memiliki sikap toleransi akan memberikan manfaat yang baik bagi kehidupan dimasyarakat seperti: 1. Dapat terhindar dari perpecahan antar umat atau agama 2. Dapat mempererat silaturahmi 3. Terciptanya ketentraman dalam masyarakat 4. Melatih diri untuk saling menghargai 5. Memperkuat hubungan sesama manusia 6. Meningkatkan rasa Nasionalisme 267 Casram Casram, ―Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural,‖ Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (23 Agustus 2016): 187–98, https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.588. 262 E. Bentuk sikap dan pembiasaan Sikap toleransi agama memandang bahwa kebebasan beragama tidak perlu ada pemaksaan. Karena agama merupakan sumber dari pengetahuanpengetahuan ilmiah yang diikuti dengan perbuatan yang terdiri dari keyakinan-keyakinan. Keyakinan dan keimanan merupakan persoalan hati yang tidak dapat dipaksakan. Tindakan pemaksaan terhadap manusia akan bertentangan dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berpikir sekaligus kritis. Sebagai makhluk rasional, manusia tentu memiliki analisis dalam memilih. Mengetahui dan membedakan antara yang baik dan buruk adalah niscaya bagi manusia. Artinya, akan sangat keliru jika manusia menjatuhkan pilihannya terhadap keburukan sementara terdapat pilihan yang jauh lebih baik. Pilihan ditentukan oleh tiap individu untuk memilih dan melakukan serta menerima konsekuensi logis terhadap pilihannya tersebut. 268 Kemajemukan agama dan sosial-budaya akan tetap merupakan gejala menonjol dan amat penting di Indonesia, yang selalu diperhitungkan dalam merumuskan berbagai kebijakan. Kondisi sosial dan budaya yang majemuk memerlukan adanya sebuah titik temu dalam nilai kesamaan dari semua kelompok yang ada. Salah satu titik temu dalam nilai kesamaan dari kelompok budaya yang berbeda-beda adalah dengan 268 Suja‘i Sarifandi, ―Sikap Toleransi Beragama Jama‘ah Salafi PP. Umar Bin Khatab Kel. Delima Kec. Tampan Pekanbaru Terhadap Jama‘ah Muslim Lainnya,‖ Toleransi 6, no. 2 (5 Oktober 2014): 162– 78. 263 bersikap toleran. Toleransi inilah dasar penopang bagi berdirinya sebuah negara besar yang plural yang bernama Indonesia. Meneguhkan semangat toleransi berarti menjunjung tinggi keanekaragaman. Termasuk keanekaragaman ekspresi keagamaan, keanekaragaman aliran dan kepercayaan. Inilah kenyataan historis yang tidak terelakkan, bukan suatu kehendak atau rekayasa manusia. Kemajemukan adalah kenyataan yang mesti diterima dengan lapang dada. Sebab dengan menerimanya sebagai kenyataan hidup, maka akan mengantarkan seseorang pada sikap historis yang dilandasi oleh sikap kedewasaan.269 Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap perbedaan akan menjadi kekuatan jika dipandang secara positif dan jika di pandang secara negatif maka akan menjadi sebuah konflik. Oleh karena itu penerapan toleransi sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari. Toleransi dapat diwujudkan dengan sikap-sikap sebagai berikut: 1. Menghargai dan menghormati agama lain 2. Bergaul tanpa membedakan ras,suku, budaya dan agama 3. Memberikan rasa aman terhadap umat yang beragama lain 4. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain 5. Saling tolong menolong 6. Tidak menghina dan menjelek-jelekan agama lain 269 Andi Eka Putra, ―Islam Toleran: Membangun Toleransi dengan Jalan Spiritual,‖ KALAM 10, no. 2 (30 Desember 2016): 381– 402, https://doi.org/10.24042/klm.v10i2.6. 264 Toleransi agama hanya terbatas pada masalahmasalah duniawi, seperti kerjasama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, politik dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan keduniaan. Adapun yang berkaitan dengan masalah aqidah dan ibadah harus sesuai dengan agamanya masing-masing. F. Referensi Alpizar, Alpizar. ―Toleransi Terhadap Kebebasan Beragama di Indonesia (Perspektif Islam).‖ TOLERANSI 7, no. 2 (10 Februari 2016): 132–53. Casram, Casram. ―Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural.‖ Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (23 Agustus 2016): 187–98. https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.588. ———. ―Membangun Sikap Toleransi Beragama Dalam Masyarakat Plural.‖ Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama Dan Sosial Budaya 1, no. 2 (23 Agustus 2016): 187–98. https://doi.org/10.15575/jw.v1i2.588. Izzan, Ahmad. ―Menumbuhkan Nilai-Nilai Toleransi Dalam Bingkai Keragaman Beragama.‖ KALAM 11, no. 1 (30 Juni 2017): 165–86. https://doi.org/10.24042/klm.v11i1.1069. Naim, Ngainun. ―Abdurrahman Wahid: Universalisme Islam dan Toleransi.‖ KALAM 10, no. 2 (30 Desember 2016): 423–44. https://doi.org/10.24042/klm.v10i2.8. Putra, Andi Eka. ―Islam Toleran: Membangun Toleransi dengan Jalan Spiritual.‖ KALAM 10, no. 2 (30 Desember 2016): 381–402. https://doi.org/10.24042/klm.v10i2.6. 265 Sarifandi, Suja‘i. ―Sikap Toleransi Beragama Jama‘ah Salafi PP. Umar Bin Khatab Kel. Delima Kec. Tampan Pekanbaru Terhadap Jama‘ah Muslim Lainnya.‖ TOLERANSI 6, no. 2 (5 Oktober 2014): 162–78. Soeprapto, Soeprapto. ―Hubungan Falsafah Pancasila Dengan Ideologi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.‖ Jurnal Filsafat 1, no. 1 (15 Desember 2007): 1–8. https://doi.org/10.22146/jf.31635. Syah, Darwyan. ―Pemahaman Surat-surat Pendek AlQur‘an Tentang Toleransi dan Implikasinya Bagi Pengembangan Sikap Pluralisme.‖ Analisis: Jurnal Studi Keislaman 13, no. 2 (6 April 2017): 313–42. Yasir, Muhammad. ―Makna Toleransi Dalam AlQur‘an.‖ Jurnal Ushuluddin 22, no. 2 (1 Desember 2014): 170–80. https://doi.org/10.24014/jush.v22i2.734. 266 SIKAP MUSAWAH Agus Fatoni, Asna Komariyah, Chindy Raisica Sabilla, dan Dela Harika Yanti A. Pengertian Sikap Musawah Musawah menurut bahasa berarti sama, tidak kurang dan tidak lebih. Secara istilah musawah berarti persamaan dari seluruh manusia dalam hak dan kewajiban tanpa adanya pemisah atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan kelas, aliran, kelompok, keturunan, pangkat, atau harta. Karena tinggi rendah manusia hanya berdasarkan ketakwaannya yang penilaian dan kadarnya hanya Allah SWT yang tahu. Prinsip ini dijelaskan dalam Al-Qur‘an sebagai kelanjutan prinsip persaudaraan dikalangan kaum beriman. Jadi persaudaraan berdasarkan iman (Ukhuwah Islamiah) di teruskan dengan persaudaraan berdasarkan kemanusian (Ukhuwah Insaniah). Ulama kontemporari Muhammad Quraish Shihab dalam ayat ini menjelaskan dan menegaskan bahwa kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan derajat manusia sama lelaki maupun perempuan. Mereka adalah sama di sisi Allah SWT dan tidak ada perbezaan satu dengan yang lain berlandaskan kepada persamaan dan kebersamaan serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah SWT.270 270 Nur Zainatul Nadra Binti Zainol dan Latifah Binti Abdul Majid, “Analisis Konsep Adalah dan Musawah Menurut Al-Qur"an dan Al-Sunnah,‖ hal., 7. 267 Dalam pandangan Islam musawah yaitu sebagai salah satu prinsip ajaran agama yang luhur yang berangkat dari eksistensi manusia yang berasal dari Nabi Adam As, hal inilah yang mematahkan prinsip kelaskelas yang terjadi di masyarakat, dalam hal ini yang menempatkan musawah sebagai nilai keagamaan sekaligus sebagai nilai peradaban kemanusiaan. Al– Musawah juga dapat diartikan adalah kesejajaran, artinya tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya. Penguasa tidak bisa memaksakan kehendaknya terhadap rakyat, prilaku otoriter dan eksploitatif. Kesejajaran ini penting dalm suatu pemerintahan. Sebagian ulama‘ memahami Al-Musawah ini sebagai konsekuensi logis dari prinsip Al-Syura dan Al-Adalah.271 Dari uraian di atas bahwasannya musawah merupakan suatu cara untuk menyampaikan maksud atau suatu pernyataan yang sesuai dengan ketentuan, dan dalam penyampaian tersebut tidak boleh mengurangi atau melebihi dalam makna tersebut. B. Ruang Lingkup Sikap Musawah Ruang lingkup sikap musawah merupakan sikap terpuji dimana memandang bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama tanpa membedakan ras, suku, bangsa, warna kulit, maupun jenis kelamin, dalam pandangan Islam sikap musawah merupakan salah satu perinsip mendasar dalam ajaran agama islam dimana menghargai harkat dan martabat 271 Eva Iryani, ―Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia” 17, no. 17 (2017): 29–30. 268 orang lain hukumnya wajib dalam Al-Qur‘an Surah AlMaidah ayat 18 dijelaskan ―Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela kebenaran karna Allah menjadi saksi mengukur kebenaran yang adil, dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil, berbuatlah adil karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa dan bertaqwalah kepada Allah SWT, karna sesungguhnya Allah maha melihat apa yang kamu kerjakan, dari ayat diatas dijelaskan bahwa kita sebagai manusia harus berbuat adil dan janganlah rasa kebencian kita menjadikan kita tidak adil, maksud adil di sini kita dilarang untuk membeda-bedakan antara suku, rasa, agama dan Negara itu semua sama di hadapan Allah dan beda di hadapan Manusia tetapi yang membedakan di hadapan Allah hanyalah ketaqwaan kita kepada Allah, dan Allah melihat semua apa yang kita kerjakan.272 C. Dalil Sikap Musawah Dalil dari sikap musawah seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al-Hujurat Ayat 13 yang artinya sebagai berikut: Artinya : Wahai manusia, sunngguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal, sunnguh yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah SWT ialah orang yang paling bertakwa, sungguh Allha 272 Moh. Rosyid, ―Konsep Demokrasi Politik Dalam Islam‖ 9 (2015). 269 maha Mengetahui lagi maha Teliti. (Q.S Al-Hujurat: 13).273 Dari ayat diatas bahwa manusia diciptakan didunia ini untuk saling mengenal. Mengenal dalam artian tidak hanya sebatas tahu namanya saja, tetapi harus saling mengerti hak, kewajiban, dan tanggung jawab masingmasing untuk hidup di dunia ini, dan manusia diwajibkan untuk saling menghargai, menghormati dan saling tolong menolong antar sesamanya. Karena bagaimanapun juga manusia tidak ada yang sempurna. Karena, itu manusia diperintahkan untuk saling memahami dan saling melengkapi, karena di hadapan Allah SWT manusia itu semuanya sama saja tidak memandang suku, bangsa, dan ras yang membedakan hanyalah ketakwaannya saja.274 Kesejajaran adalah tidak merasa paling unggul, tidak congkak, tidak pernah merendahkan sesame orang lain. Demokrasi yang meletakkan semangat egaliter akan menghasilkan semangat juang dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan.275 Prinsip Persamaan ini penting karena merupakan dasar dalam mengatur hubungan antara manusia. Dengan demikian jika terdapat perbedaan di dalam Abidin Nurdin, ―Prinsip-Prinsip Hukum Islam (Kajian Tentang Hakekat Manusia dan Sumber Hukum Perspektif Filsafat,‖ hal. 161. 274 Khamidah, “Nilai Pendidikan Humanisme Dalam Surat AlHujurat Ayat 13 Telaah Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Shihab,‖ 33. 275 Yuniar Mujiwati, “Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Islam Untuk Membangun Karakter Masyarakat,” Al-Makrifat: Jurnal Kajian Islam 1, no. 2 (2016): 168. 270 273 suatu organisasi hal itu adalah sebagai akibat dari adanya pembagian kerja atau tugas saja. 276 Dalam Q.S Ar-Rum Ayat 30. ―Maka hadapkanlah wajah mu dengan lurus kepada Agam Allah swt, (tetaplah atas) fitrah Allah swt yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah swt. (itulah) Agam yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui‖. Dalam Q.S Thaha Ayat 118-119 ―Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan didalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak pula akan ditimpa panas matahari didalamnya‖. D. Keutamaan Sikap Musawah Adanya sikap musawah akan muncul sikap solidaritas yang kuat sesama muslim yaitu dengan adanya sikap musawah tersebut kita akan lebih mengenal banyak teman karena kita tidak membedabedakan antara suku, bangsa, rasa, agama, warna kulit bahkan jenis kelamin. Seorang muslim akan lebih peduli dan memberikan perhatian yang lebih kepada saudaranya sesama muslim, dapat dilihat dari sikap musawahlah kaum muslim makin kuat dalam berbagai hal termasuk sikap permusuhan, jadi dari keutamaan tersebut kita dapat terhindar dari sikap permusuhan. Adanya Kesatuan dan Persatuan Bangsa, apabila seorang muslim saling memberikan kasih sayang 276 Muhammad Amin Nur, “Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Pelanggan Pendidikan,‖ hal., 90–91. 271 tehadap muslim lainnya dan kasih sayang itu di wujudkan dalam kehidupan sehari-hari maka kita akan merasakan nikmatnya kebersamaan sebagai umat Islam dan bangsa yang kuat dan kukuh dan tidak mudah mengadu domba antar sesama muslim, adanya sikap musawah maka akan muncul kesatuan dan persatuan bangsa tersebut karena diantaranya tidak membedabedakan apa yang telah diciptakan oleh Allah SWT Karna kita tahu yang membedakan antara kita sesama muslim hanyalah ketaqwaanya. Adanya kerukunan antara sesama warga masyarakat, apabila sesama muslim mampu menghargai dan menghormati muslim lainnya dalam berbagai hal termasuk menghormati dan menghargai terhadap adanya perbedaan suku , ras, agama ,bangsa warna kulit bahkan jenis kelamin. Maka kita akan merasakan betapa nikmatnya rukum dalam sebuah perbedaan yang di landasi atas sikap musawah.277 E. Bentuk Sikap dan Pembiasaan Keadilan, seseorang yang memiliki sikap musawah, maka dalam dirinya akan tertanam sikap keadilan. Orang yang memiliki sikap musawah ia tidak akan membeda-bedakan dan ia bisa berbuat adil sesama muslim, karena ia tahu bahwa mahluk Allah itu semua sama harkat dan martabatnya tidak ada yang berbeda hanya yang membedakan iman dan ketaqwaan 277 Iqbal Arpannudin, “Implementasi Nilai Sosial Ukhuwah Islamiah Di Pondok Pesanteren‖ 16 (2016). 272 seseorang. Oleh karena itu munculah sifat keadilan dalam diri seseorang. 278 Sikap dan pembiasaan musawah sebagai berikut: 1. Tidak Sombong, seseorang yang memiliki atau sudah paham tentang sikap musawah maka akan tertanam sikap tidak sombong, karena sesorang tahu bahwa di dunia ini seseorang itu sama saja tidak ada yang berbeda hanyalah ketakwaan yang berbeda, oleh karena itu ia tidak sombong, karena tidak ada yang akan disombongkan.279 2. Peduli, seseorang yang memiliki atau sudah paham tentang sikap musawah maka akan tertanam sikap peduli, karena sesorang yang memiliki sikap musawah, ia akan peduli dengan semua manusia, dengan sesama manusia, karena ia tidak membedabedakan, antara suku, ras, budaya, bangsa, warna kulit, bahkan jenis kelamin. 3. Kerukunan, seseorang yang memiliki atau sudah paham tentang siakp musawah maka akan tertanam sikap rukun, antara warga satu dengan warga yang lain didalam masyarakat ia akan rukun, karena ia tidak membeda-bedakan, antara sesama manusia, semua nya sama. 4. Ta‘awun ―tolong menolong‖ seseorang yang memiliki atau sudah paham tentang sikap musawah maka akan tertanam sikap ta‘awun, ia Damanhuri Fattah, ―Implementasi Nilai Keadilan dalam Kajian Hukum Islam,” Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 5, no. 2 (2011): 135–54.v5i2.609. 279 Sazali Sazali, ―agama dan pencerahan budaya : internalisasi nilai-nilai pendidikan agama islam pada budaya masyarakat indonesia,‖ Jurnal Sosial Dan Humaniora 1, no. 2 (23 Maret 2017),200. 273 278 5. akan tolong menolong sesama manusia, karena dia tahu kita sama saja dihadapan Allah SWT. Sedangkan yang membeda-bedakan hanyalah, suku, ras, budaya, bangsa, warna kulit, bahkan jenis kelamin, oleh karena itu ia akan menolong orang yang membutuhkan tidak peduli itu siapa. Pemaaf, seseorang yang memiliki atau sudah paham tentang sikap musawah maka akan tertanam sikap pemaaf, karena dia tahu kita sama saja di hadapan Allah SWT yang membedabedakan hanya lah , suku, ras, budaya, bangsa, warna kulit, bahkan jenis kelamin, ia akan memaafkan sesama manusia yang khilaf berbuat salah.280 F. Referensi Arpannudin, Iqbal. ―Implementasi Nilai Sosial Ukhuwah Islamiah Di Pondok Pesanteren‖ 16 (2016). Baidhawy, Zakiyuddin. ―Pendidikan agama islam untuk mempromosikan perdamaian dalam masyarakat plural.‖ Analisis: Jurnal Studi Keislaman 14, no. 2 (6 April 2017): 289–309. Fattah, Damanhuri. ―Implementasi Nilai Keadilan dalam Kajian Hukum Islam.‖ Al-Manahij: Jurnal Kajian Hukum Islam 5, no. 2 (2011): 135–54.v5i2.609. Iryani, Eva. ―Hukum Islam, Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia‖ 17, no. 17 (2017): 29–30. 280 zakiyuddin baidhawy, ―pendidikan agama islam untuk mempromosikan perdamaian dalam masyarakat pluraL,” Analisis: Jurnal Studi Keislaman 14, no. 2 (6 April 2017): 289–309. 274 Khamidah. ―Nialai Pendidikan Humanisme Dalam Surat Al-Hujurat Ayat 13 Telaah Tafsir Al-Misbah Karya M.Quraish Shihab,‖ hal., 33. Mujiwati, Yuniar. ―Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Islam Untuk Membangun Karakter Masyarakat.‖ AlMakrifat: Jurnal Kajian Islam 1, no. 2 (2016): hal.,180– 89. Nur, Muhammad Amin. ―Implementasi Nilai-Nilai Islam dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Pelanggan Pendidikan,‖ hal., 90–91. Nur Zainatul Nadra Binti Zainol, dan Latifah Binti Abdul Majid. ―Analisis Konsep Adalah dan Musawah Menurut Al-Qur"an dan Al-Sunnah,‖ hal., 7. Nurdin, Abidin. ―Prinsip-Prinsip Hukum Islam (Kajian Tentang Hakekat Manusia dan Sumber Hukum Perspektif Filsafat,‖ hal., 161. Rosyid, Moh. ―Konsep Demokrasi Politik Dalam Islam‖ 9 (2015). Sazali, Sazali. ―agama dan pencerahan budaya : internalisasi nilai-nilai pendidikan agama islam pada budaya masyarakat indonesia.‖ Jurnal Sosial Dan Humaniora 1, no.2(23Maret2017).200. 275 SIKAP UKHUWWAH Deny Setiawan, Devi Oktaliana, Dwi Luluatul Azizah, Dwita Ratnasari, Elmi Yukesih, dan Ema Miftahul Jannah. A. Pengertian Sikap Ukhuwah Kata ukhuwah secara etimologi berasal dari kata dasar ―akhun‖. Kata ―akhun‖ dapat berarti saudara kandung atau seketurunan atau dapat juga berarti teman. Bentuk jamaknya ada dua yaitu ―ikhwatun‖ yang berarti saudara kandung, dan ―ikhwanun‖ yang berarti teman. Jadi dapat disimpulkan bahwa arti ukhuwah secara etimologi berarti ―persaudaraan‖ dan ukhuwah dalam Bahasa Arab (ukhuwwah) diambil dari kata ―akha‖, dari sini kemudian melahirkan beberapa kata ―al-akh, akhu‖ yang makna dasarnya adalah ―memberi perhatian‖ lalu artinyapun berkembang menjadi ―teman, 281 sahabat‖. Karena arti dasarnya tadi adalah ―memperhatikan‖, maka menyebabkan setiap orang yang bersaudara diharuskan ada perhatian satu sama lain sehingga mereka akan selalu bergabung dalam banyak keadaan. Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan akidah.282 Ikatan ukhuwah dapat menjadikan manusia mempunyai rasa peduli, persaudaraan, saling tolong menolong, dan saling Ikhwan Hadiyyin, ―Konsep Pendidikan Ukhuwah: Analisa Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Al-Qur‟an,” Alqalam 34, no. 2 (2017) : 64. 282 A. R. Idham Kholid, “Dakwah Dan Ukhuwah Dalam Bingkai Ibadah Dan „Ubudiyah,” Orasi : Jurnal Dakwah dan Komunikasi 7, no. 1 (November 28, 2016) : 8. 276 281 mengasihi, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia membutuhkan kehidupan lain untuk menunjang kehidupan yang dinamis. Dengan adanya konsep ukhuwah diharapkan dalam ikatan ukhuwah tidak membeda-bedakan jenis kelamin, agama, etnis, warna kulit dan latar belakang ekonomi. Walaupun tidak seagama kita juga harus tetap menjalin ukhuwah terhadap mereka yang tidak seagama sekalipun, dengan cara saling menghormati dan juga saling mengasihi satu sama lain, karena tentunya manusia hidup dengan berbeda-beda keyakinan. Sedangkan arti ukhuwah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak; orang yg bertalian keluarga, sanak famili. Jadi ukhuwah atau persaudaraan adalah sebuah ikatan atau sebuah perpaduan dari dua orang ataupun lebih yang serupa dengan talian saudara. Al-Qurtubi dalam hal ini beracuan pada hadits Nabi yang artinya: ―Dan jadilah kamu hamba-hamba Alah yang bersaudara‖ Pengertian persaudaraan dalam hadits di atas menurut qurthubi yakni agar kita berusaha menjadi saudara senasab dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu dan memberi nasihat.283 283 Ali Ridho, “Internalisasi Nilai Pendidikan Ukhuwah Islamiyah, Menuju Perdamaian (Shulhu) Dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Hadis,” Jurnal Kariman 5, no. 2 (2017) : 33. 277 B. Ruang Lingkup Sikap Ukhuwwah Ruang lingkup ukhuwah islamiyah meliputi:284 1. Rukun Tetangga Rukun tetangga merupakan organisasi masyarakat yang diakui oleh pemerintah untuk memelihara serta melestarikan nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat, yang berdasarkan kegotong-royongan untuk membantu meningkatkan kelancaran dalam suatu lingkungan. 2. Organisasi Organisasi dapat menjunjung tinggi ukhuwah, ukhuwah dapat menghidupkan prasangka yang baik dan melahirkan rasa saling percaya sehingga antar sesama anggota organisasi agar dapat berjalan bersama sesuai ideal nya organisasi tersebut. 3. Wilayah Negara Wilayah negara, daerah, atau lingkungan yang menunjukkan batasan suatu negara dimana dalam wilayah tersebut bersangkutan, dapat menjadi tempat perlidungan rakyat dan menjadi tempat yang teroganisir dalam suatu wilayah karena dalam wilayah memiliki beberapa penduduk sehingga perlunya ukhuwah islamiyah agar tidak terjadi perpecahan atau pertikaian dalam suatu wilayah. 4. Tidak dibatasi dengan batas goegrafis Karena letak geografis dapat menjadikan persimpangan atau jalur yang sewaktu-waktu bisa ramai yang menyebabkan menjadi sasaran pasar. Disinilah letak ukhuwah islamiyah berperan sangat penting agar 284 Suhanah Suhanah, “Pandangan Forum Ukhuwah Islamiyah Cirebon Tentang Wawasan Kebangsaan,” Harmoni 12, no. 3 (2013): 123– 135. 278 tidak terjadi prasangaka sesama pedagang karna di untuk itu di butuhkan rasa persaudaraan yang tinggi dan saling menghargai.285 C. 1. a. b. c. Dalil Sikap Ukhuwwah Al- Qur‘an Dalam QS. Al-Hijr ayat 45-47 Allah SWT berfirman, yang artinya: “sesungguhnya orang-orang yang bertaqwaa itu berada dalam surga (taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir). Dikatakan kepada mereka : masukkan ke dalamnya dengan saejahtera lagi aman, dan kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan diatas dipan-dipan”.286 Dalam QS. Al - Hujurat ayat 10 Allah SWT berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara. Karena itu, damaikanlah kedua saudara kalian, dan bertakwalah kalian kepada Allah SWT supaya kalian mendapatkan rahmat”. QS. Ali Imran ayat 103 Allah SWT berfirman, yang artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah SWT dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah SWT atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia Achmad Wildan Suyuti, ―Kontribusi Pesantren Al-Ukhuwah Dalam Penanaman Pendidikan Islam Non Formal Di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013/2014‖ (PhD Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014). 286 AR Idham Kholid, ―Dakwah Dan Ukhuwah Dalam Bingkai Ibadah Dan „Ubudiyah,” Orasi: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 7, no. 1 (2016). 279 285 (Allah SWT) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara”. 2. a. b. c. Hadits Hadits Rasulallah SAW Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai...”. (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits Rasulallah SAW Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” ( HR. Bukhari dalam kitab shahihnya Bab: al-Iman no: 12 dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya Bab: Iman no: 64). Hadits Rasulallah SAW Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim ) 3. Keutamaan Sikap Ukhuwwah Keutamaan Ukhuwah Islamiyah adalah sebagai berikut: a. Ukhuwah menciptakan wihdah (persatuan) Sebagai contoh dapat kita lihat dalam kisah heroik perjuangan para pahlawan bangsa negeri yang bisa dijadikan landasan betapa ukhuwah benar-benar mampu mempersatukan para pejuang pada waktu itu. Tidak ada rasa sungkan untuk berjuang bersama, tidak terlihat lagi perbedaan suku,ras da 280 golongan, yang ada hanyalah keinginan bersama untuk merdeka dan kemerdekaan hanya bisa dicapai dengan persatuan.287 b. Ukhuwah menciptakan quwwah (kekuatan). Adanya perasaan ukhuwah dapat menciptakan kekuatan (quwwah) karena rasa persaudaraan atau ikatan keimanan yang sudah ditanamkan dapat menentramkan dan menenangkan hati yang awalnya gentar menjadi tegar sehingga ukhuwah yang telah terjalin dapat menimbulkan kekuatan yang sangat kuat. c. Ukhuwah menciptakan mahabbah (cinta dan kasih sayang). Sebuah kerelaan yang lahir dari rasa ukhuwah yang telah tertanam dengan baik pada akhirnya memunculkan rasa kasih sayang antar sesama saudara seiman yang dulunya belum mengenal satu sama lain setelah dipertemukan dan kemudian dipersaudarakan semuanya barulah terasa kebersamaan. Inilah puncak tertinggi dari ukhuwah yang terjalin antar sesama umat Islam. Ukhuwah juga bukanlah sekedar persaudaraan akan tetapi dengan ukhuwah ini kita juga akan menciptakan rasa persaudaraan yang kokoh, utuh, solid, serta menciptakan kasih sayang antara sesama yang pada akhirnya akan menjadikan mandiri dan professional. Sedangkan Keutamaan mempererat ukhuwah islamiyyah adalah sebagai berikut : a. Dengan ukhuwah kita bisa merasakan manisnya iman. 287 Anshori, ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya Organisasi yang Mandiri dan Profesional,‖ 120. 281 b. c. d. e. Dengan ukhuwah kita akan berada di bawah naungan cinta Allah dan dilindungi dibawah ArsyNya.dengan ukhuwah kita akan menjadi ahli surga diakhirat kelak. Dengan ukhuwah kita akan menjadi ahli surga diakhirat kelak Bersaudara karena Allah SWT adalah amal mulia yang akan mendekatkan seorang hamba dengan Allah SWT. Dengan ukhuwah dosa-dosa kita akan diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: ‖jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.288 4. Bentuk Sikap Pembiasaan Bentuk Sikap Pembiasaan antara lain sebagai berikut : a. Sering Bersilaturahmi (mengunjungi saudara). Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Allah SWT. berfirman, „Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang mencintai karena Aku, keduanya saling berkunjung karena Aku, dan saling memberi karena Aku‟.” (Imam Malik dalam Al-Muwaththa‟).289 Saat kita sering melakukan silaturahmi maka kita akan berinteraksi Ridho, “Internalisasi Nilai Pendidikan Ukhuwah Islamiyah, Menuju Perdamaian (Shulhu) Dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Hadis.” 289 Cecep Sudirman Anshori, “Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional,‖ Ta‟lim 14, no. 1 (2016): 121. 282 288 b. dan saling mengenal antara sesama muslim, yang merupakan wujud nyata dari ketaatan kepada perintah Allah. Dengan adanya interaksi dapat membuat ukhuwah lebih solid dan kekal. Seperti ayat dalam Al Qur‘an surah Al Hujurat: 13, yang artinya : ―Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah SWT ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah SWT Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. Memperhatikan Saudaranya Dan Membantu Keperluannya .Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah SWT akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah SWT akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah SWT akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah SWT selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim).290 Saling memahami (tafahum), maksudnya yakni seorang muslim hendaknya memperhatikan keadaan saudara di sekitarnya supaya bisa membantu dan memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta, karena pertolongan itu merupakan salah satu hak milik saudaranya yang harus ditunaikan. Saling 290 Ibid. 283 c. memahami adalah kunci ukhuwah islamiyah, tanpa sikap saling memahami (tafahum) maka ukhuwah tidak akan berjalan. Jika sikap saling memahami sudah timbul atau lahir dari dalam hati maka timbullah rasa untuk saling tolong menolong (ta‟awun). Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam ajaran islam juga menganjurkan untuk tolong menolong (ta‟awun) dalam kebaikan.291 Ta‟awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo‘akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman (saling bantu membantu). Memenuhi Hak Ukhuwah Saudaranya. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang bertanya, “Apa itu ya Rasulullah.” Maka beliau menjawab, “Apabila kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu maka penuhilah undangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat kepadanya, apabila dia bersin lalu memuji Allah SWT maka doakanlah dia dengan bacaan yarhamukallah-, apabila dia sakit maka jenguklah dia, dan apabila dia meninggal maka iringilah jenazahnya.” (HR. 292 Muslim). Setiap muslim itu memiliki kewajiban atas muslim yang lain yakni, mengucapkan salam, memenuhi undangan dari saudaranya, Toto Suryana, ―Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama,‖ Ta‟lim 9, no. 2 (2011): 182. 292 Anshori, ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional,‖ 121. 284 291 memberikan nasehat ketika diminta oleh saudaranya, menjawab bersin (mendo‘akan), dan menjenguk ketika saudaranya sakit. Jadi saling melengkapi, saling menjaga, dan saling membantu. d. Mengucapkan Selamat Berkenaan Dengan Saat Keberhasilan .Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda,“Barang siapa bertemu saudaranya dengan membawa sesuatu yang dapat menggembirakannya, pasti Allah akan menggembirakannya pada hari kiamat.” (Thabrani dalam Mu‟jam Shagir).293 Jadi ketika kita bertemu dengan saudara kita, maka tunjukkanlah sikap yang manis, dan menyenangkan, menunjukkan wajah yang gembira dan senyuman yang tulus atau mengucapkan selamat saat saudara kita meraih keberhasilan. D. Referensi Anshori, Cecep Sudirman. ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional.‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta 1051, no. 14 (2016): 1. ———. ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Fondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional.‖ Ta‟lim 14, no. 1 (2016): 9. Hadiyyin, Ikhwan. ―Konsep Pendidikan Ukhuwah: Analisa Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Al-Qur‘an.‖ Alqalam 34, no. 2 (2017): 62–87. Kholid, A. R. Idham. ―Dakwah Dan Ukhuwah Dalam Bingkai Ibadah Dan ‗Ubudiyah.‖ Orasi : Jurnal 293 Ibid., 122. 285 Dakwah dan Komunikasi 7, no. 1 (November 28, 2016). Accessed November 10, 2018. http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/orasi/ article/view/1009. Kholid, AR Idham. ―Dakwah Dan Ukhuwah Dalam Bingkai Ibadah Dan ‗Ubudiyah.‖ Orasi : Jurnal Dakwah dan Komunikasi 7, no. 1 (2016). Ridho, Ali. ―Internalisasi Nilai Pendidikan Ukhuwah Islamiyah, Menuju Perdamaian (Shulhu) Dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Hadis.‖ Jurnal Kariman 5, no. 2 (2017): 29–48. ———. ―Internalisasi Nilai Pendidikan Ukhuwah Islamiyah, Menuju Perdamaian (Shulhu) Dalam Masyarakat Multikultural Perspektif Hadis.‖ Jurnal Kariman 5, no. 2 (2017): 29–48. Accessed November 15, 2018. http://ejournal.stitalkarimiyyah.ac.id/index.php/kariman/article/vie w/19. Suhanah, Suhanah. ―Pandangan Forum Ukhuwah Islamiyah Cirebon Tentang Wawasan Kebangsaan.‖ Harmoni 12, no. 3 (2013): 123–135. Suryana, Toto. ―Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama.‖ Ta‟lim 9, no. 2 (2011): 10. Suyuti, Achmad Wildan. ―Kontribusi Pesantren AlUkhuwah Dalam Penanaman Pendidikan Islam Non Formal Di Masyarakat Kelurahan Joho Kecamatan Sukoharjo Tahun 2013/2014.‖ PhD Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. 286 SIKAP RUKUN Fajar Rismawati, Fitriana Rahma Sari, Gutus Yusmita, Hawa Failasifa Salsabila, Hendrik Yulianto, dan Husnul Hamidiah A. Pengertian Rukun Manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain, oleh karena itu hubungan kepada sesama manusia harus selalu dijaga dan dipelihara. Untuk menikmati hidup yang tentran dan damai maka salah satu kuncinya adalah dijaga kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Adapun makna kerukunan berasal dari kata rukun, artinya kondisi dimana masing-masing individu dalam satu komunitas saling memberikan rasa percaya, rasa aman, dan rasa nyaman dalam menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang rukun adalah masyarakat yang senantiasa menjaga kebersamaan dengan saling memberikan rasa aman tanpa ada huru hara, saling memberikan rasa nyaman tanpa ada yang mengganggu satu dengan yang lainnya Hidup rukun adalah dambaan setiap insan yang terlahir ke dunia. Orang yang tidak bisa merasakan hidup rukun, maka dirinya tidak akan pernah merasakan nikmat dan bahagianya hidup di dunia. Oleh karena itu sudah menjadi fitrah bagi manusia untuk hidup dengan penuh kerukunan B. Ruang Lingkup Hidup Rukun Kerukunan antar umat beragama dapat dikatakan sebagai suatu kondisi sosial dimana semua golongan agama bisa hidup berdampingan, saling menerima, salig kasih mengasihi serta saling tolong menolong, saling 287 menghagai dan hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Kerukunan antar agama yang dimaksudkan adal ah mengupayakan agar terciptanya suatu keadaan yang tidak ada pertentangan dalam masing-masing umat beragama, antar golongan agama yang berbeda satu sama lain, antara pemeluk agama yang satu dengan pemeluk agama yang lainnya, antara umat-umat beragama dengan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama. Islam juga mengajarkan untuk hidup damai, rukun dan toleran. Di indonesia, kerukunan umat beragama memiliki landasan ideal, yaitu pancasila sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, dan landasan konstitusional, yaitu UUD 1945 Pasal 29 Ayat 1 ―Negara Berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa‖ dan pasal 29 ayat 2 ―Negara menjamin untuk tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama nya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan nya itu.294 Berikut beberapa faktor yang dapat memicu perpecahan kerukunan hidup antar umat beragama: 1. Manusia indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi Pancasila. Ini sebagai titik tolak pembangunan yang tidak tercapai didalam kehidupan masyarakat Indonesia. 2. Berbeda suku, adat dan agama saling memperkokoh persatuan ini sering terjadi 294 ―IPI Pendidikan Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Sekolah Dasar Berbasis Model Pembelajaran Terpadu Jaring LabaLaba (Studi Pada SD Al-Kautsar Bandar Lampung) : View Article,‖ 348. 288 perbedaan dan perpecah belahan sehingga timbul suatu perselisihan. 3. Kerukunan menjamin stabilitas sosial sebagai syarat mutlak pembangunan tetapi dikalangan masyarakat kita stabilitas ini tidak terlaksana di dalam pemerintahan sekarang ini sehingga antara masyarakat kecil dan kalangan masyarakat atas saling berselisih . 4. Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama, mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara. 5. Kebebasan beragama merupakan beban dan tanggungjawab untuk memelihara ketentraman masyarakat tetapi di indonesia sering terjadi suatu paksaan dalam hal memeluk agama. Dinamika komunikasi antarumat beragama selalu mengalami fluktuatif dari waktu ke waktu, kadangkadang berjalan lancar dan kadang pula mengalami kemacetan komunikasi. Apabila diantara umat beragama menerbarkan sikap saling menghormati dan menghargai, maka menimbulkan suasana yang menyejukkan, tentram dan damai, sehingga hubungan antar umat beragama menjadi harmonis. Sedangkan, ketika muncul suasana yang menegangkan, yang diakibatkan oleh situasi dan kondisi politik dan ekonomi yang tidak kondusif serta sikap permusuhan yang dikedepankan, maka melahirkan hubungan antarumat beragama menjadi disharmoni.295 295 ―IPI Dinamika Komunikasi Dalam Mewujudkan Kerukunan Hidup Antarumat Beragama : View Article,‖ 429. 289 C. Dalil Sikap Rukun Islam adalah agama yang sangat toleran dan menghargai pendapat sesama umat Islam (intern umat Islam), yang didasari atas ukhuwah Islamiyah. Hal ini sesuai dengan apa yang diisyaratkan al-Qur‘an dalam surat al-Hujurat/49. ―Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim‖296 Adapun kerukunan hidup umat Islam terhadap umat-umat agama lain, seperti termaktub dalam surat Ali Imran/3:64. Katakanlah: "Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang Nury Firdausia, ―Al-Quran Menjawab Tantangan Pluralisme Terhadap Kerukunan Ummat Beragama,‖ ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 14, no. 1 (September 11, 2013), accessed November 15, 2018, http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2323. 290 296 yang berserah diri (kepada Allah)" Artinya: "abu musa meriwayatkan, nabi saw bersabda: ―kaum mukmin adalah bersaudara satu sama lain ibarat (bagian-bagian dari) suatu bangunan satu bagian memperkuat bagian lainnya.‖ dan beliau menyelibkan jari-jari disatu tangan dengan tangan yang lainnya agar kedua tangannya tergabung." (HR. Bukhori) Kemudian dalam surat al-Maidah ayat 48 ―Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan Setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. ― 291 Riwayat dan penafsiran di atas telah menggambarkan bahwa sifat melecehkan, apalagi menghina sesembahan (Tuhan) agama orang lain, sangat dilarang dalam Islam. Karena ketika seorang muslim menghina Tuhan seorang non muslim, maka ia akan menghina Allah, na‘udzubillah. Semoga hal ini tidak pernah terjadi lagi seperti pada saat itu. Dengan demikian, untuk membina persatuan dan kesatuan di negeri tercinta ini, langkah awalnya adalah harus saling mengenal, saling menghargai, dan bertoleransi di antara kita. Bukan saling menutup diri, melecehkan, menghina, membangga-banggakan kelompok, suku bangsa, maupun daerah masing-masing297 D. 1. Keutamaan Sikap Rukun Adapun keutamaan sikap rukun diantaranya ialah: Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan keberagamaan masing masing pemeluk agama. Masing- masing penganut agama adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajara-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkannya. Maka dengan demikian keimanan dan keberagamaan masing-masing penganut agama akan dapat lebih meningkatkan lagi. Jadi semacam persaingan yang bersifat positif, bukan yang bersifat negatif. Persaingan yang sifatnya positif perlu dikembangkan. 297 Baidi Baidi, ―Agama Dan Multikulturalisme: Pengembangan Kerukunan Masyarakat Melalui Pendekatan Agama,‖ Millah: Jurnal Studi Agama 10, no. 0 (2010): 1–29. 292 2. 3. Untuk mewujudkan stabilitas yang mantap Dengan terwujudnya kerukunan hidup beragama, maka secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Dapat dibayangkan kalau pertikainan dan perbedaan paham terjadi di antara pemeluk agama yang beraneka ragam ini, maka ketertiban dan keamanan nasional akan terganggu. Tapi sebaliknya kalau antar pemeluk agama sudah rukun, maka hal yang demikian akan dapat mewujudkan stabilitas nasional yang semakin mantap. Menunjang dan mensukseskan pembangunan. Dari tahun ke tahun pemerintah senantiasa berusaha untuk melaksanakan dan mensukseskan pembangunan dari segala bidang. Usaha pembangunan akan sukses apabila didukung dan ditopang oleh segenap lapisan masyarakat. Sedangkan apabila umat beragama selalu bertikai, saling curiga-mencurigai tentu tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk mendukung serta membantu pembangunan. Bahkan dapat berakibat sebaliknya, yakni bisa menghambat usaha pembangunan itu sendiri. Membangun dan berusaha untuk memakmurkan bumi ini memang sangat dianjurkan oleh agama Islam. Untuk memperoleh kemakmuran, kebahagiaan, dan kesuksesan dalam segala bidang. Salah satu usaha agar kemakmuran dan pembangunan selalu berjalan dengan baik, maka kerukunan hidup beragama perlu kita wujudkan demi kesuksesan 293 4. dan berhasilnya pembangunan disegala bidang sesuai dengan apa yang telah dituangkan dalam (garis-garis besar haluan negara) GBHN. Memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan kebangsaan akan terpelihara dan terbina dengan baik, bila kepentingan pribadi atau golongan dapat dikurangi. Sedangkan dalam kehidupan beragama sudah jelas kepentingan kehidupan agamanya sendiri yang menjadi titik pandang kegiantan. Bila hal tersebut di atas tidak disertai dengan arah kehidupan bangsa dan negara, maka akan menimbulkan gejolak sosial yang bisa mengganggu keutuhan bangsa dan negara yang terdiri dari penganut agama yang berbeda, karena itulah kerukunan hidup beragama untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa harus dikembangkan. Memelihara dan mempererat persaudaraan sesama manusia atau dalam bahasa ukhwahnya insaniah sangat diperlukan bagi bangsa yang majemuk/plural dalam kehidupan keberagamanya. Dengan terlihatnya ukhuwah insaniah tersebut maka percekcokan dan perselisihan akan bisa teratasi.Itulah antara lain halhal yang hendak dicapai oleh kerukunan antar umat beragama dan hal tersebut sudah tentu menghendaki kesadaran yang sungguhsungguh dari masing-masing penganut agama itu sendiri.298 298 ―Pluralitas Agama Dan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Mencari Peran Pendidikan Agama Di Perguruan Tinggi Umum) | Marzuki | Jurnal Cakrawala Pendidikan,‖ accessed 294 D. Bentuk Pembiasaan Sikap Rukun Dalam menciptakan kerukunan antar umat beragama dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Saling tenggang rasa menghargai dan toleransi antar umat beragama. 2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu. 3. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agamanya. 4. Memetuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara atau Pemerintah. Ada beberapa pedoman yang digunakan untuk menjalin kerukunan antar umat beragama yaitu: 1. Saling menghormati. Setiap umat beragama harus atau wajib memupuk, melestarikan dan meningkatkan keyakinannya. 2. Kebebasan Beragama. Setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menganut agama yang disukai serta situasi dan kondisi memberikan kesempatan yang sama terhadap semua agama 3. Menerima orang lain apa adanya. Setiap umat beragama harus mampu menerima seseorang apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya, melihat umat yang beragama lain tidak dengan persepsi agama yang dianut. 4. Berfikir positif. Dalam pergaulan antar umat beragama harus dikembangkan berbaik sangka. Jika orang berburuk sangka maka akan menemui August 6, https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/9291. 295 2018, kesulitan dan kaku dalam pergaul apa lagi jika bergaul dengan orang yang beragama E. Referensi Baidi, Baidi. ―Agama Dan Multikulturalisme: Pengembangan Kerukunan Masyarakat Melalui Pendekatan Agama.‖ Millah: Jurnal Studi Agama 10, no. 0 (2010): 1–29. Firdausia, Nury. ―Al-Quran Menjawab Tantangan Pluralisme Terhadap Kerukunan Ummat Beragama.‖ ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 14, no. 1 (September 11, 2013). Accessed November 15, 2018. ―IPI Dinamika Komunikasi Dalam Mewujudkan Kerukunan Hidup Antarumat Beragama : View Article.‖ Accessed November 13, 2018. ―IPI Pendidikan Kerukunan Hidup Umat Beragama Di Sekolah Dasar Berbasis Model Pembelajaran Terpadu Jaring Laba-Laba (Studi Pada SD AlKautsar Bandar Lampung) : View Article.‖ Accessed November 13, 2018. ―Pluralitas Agama Dan Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia (Mencari Peran Pendidikan Agama Di Perguruan Tinggi Umum) | Marzuki | Jurnal Cakrawala Pendidikan.‖ Accessed August 6, 2018. 296 KOMPETISI DALAM KEBAIKAN Ika Dharmawati, Lailul Nur Kholifah, Lefi Lestari, Linda Agus Silfiyani, Linda Agustina, dan Luluk Atul Lutvia A. Pengertian Kompetisi dalam Kebaikan Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Kompetisi adalah sebuah aktivitas yang memiliki tujuan tertentu untuk mengalahkan suatu individu atau kelompokdalam merebutkan suatu objek yang sama. Namun pada kenyataanya, banyak orang yang salah menempatkan kompetisi dan hanya memperturutkan hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana ketuhanan, seperti kompetisi harta-kekayaan, kompetisi dalam usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan kedudukan dan kompetisi lainnya, yang semuanya bagaikan keindahanyang menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu.299 Umumnya, kebaikan merupakan sesuatu yang di harapakan dan menjadi tujuan hidup manusia. Kebaikan meliputi kebaikan dalam sikap, perbuatan, dan kepribadian. Islam sangatmengedepankan moral sosial-religius dalam segala tindakan umatnya dalam wujudmemerintah kepada yang baik dan mencegah dari yang munkar sebagaimana dalam penjelasan QS Ali Imron: ayat 104. Untuk itu, umat Islam diperintahkan berlomba-lomba dalam kebaikan atau disebut dengan kompetisi dalam kebaikan. Kompetisi dalam kebaikan adalah kompetisi dalam kebaikan merupakan ibadah. Ibadah sebagai wujud pengabdian 299Suhana Suhana, ―Penggunaan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pemahaman Ayat Al-Qur‘an Pada Siswa Kelas X1 IPA 4 SMA NegeriI 4 Bukittinggi,‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 3 (August 5, 2018): 6. 297 manusia kepada Tuhannya, dalam pandanganIslam, bukan hanya dalam wujud ritual saja, tetapi menyangkut seluruh aktivitas,termasuk aktivitas yang nampak duniawi 300 sekalipun. Selain itu, kompetisi dalam kebaikan disebut juga dengan Fastabiqul Khairat yaitu berkompetisi dalam kebaikan dan sangat penting demi kebaikan manusia itu sendiri agar dapat bahagia di dunia dan akhirat.301 B. Ruang Lingkup Kompetisi dalam Kebaikan Ruang lingkup kompetisi dalam kebaikan sangat luas. Dapat dikerjakan dimana saja dan oleh siapa saja, serta segala kebaikan. Karena pada hakikatnya manusia adalah mahluk Allah SWT yang di ciptakan di bumi hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Oleh karena itu, manusia diperintahkan Allah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Berlombalomba dalam kebaikan sangat banyak macamnya, berperilaku baik, memiliki sikap, dan sifat yang terpuji serta menjauhi segala larangan Allah SWT atau sifat yang tercela.Berkompetisi dalam kebaikan dapat dikerjakan oleh siapa saja yang ingin menuju kebaikan. Kebaikan biasanya memiliki keterkaitan dengan moral302, moral dapat mencegah seseorang melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan konsep moralnya. Apabila 300Ahmad Kholil, ―Kebaikan Dan Keburukan Menurut Zoroastrianisme (Mengenal Ajaran Moral Zarathustra),‖ Ulul Albab Jurnal Studi Islam 11, no. 2 (September 24, 2013): 3, accessed November 15, 2018, http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2407. 301Guru Sman, ―Penerapan Metode Pembelajaran Inquiri Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Kelas XI MIA 3 SMA Negeri 2 Sungguminasa Tahun Pelajaran 2015/2016‖ 5, no. 1 (2016): 33. 302Subhan El Hafiz, ―Akibat Setitik Kejahatan, Rusak Kebaikan Sebelanga,‖ Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology 1, no. 2 (December 2, 2013): 33. 298 moral seseorang negatif maka akan segera memunculkan perilaku yang negatif. Namun, apabila moral seseorang baik, maka akan memudahkan untuk berperilaku dalam kebaikan. C. Dalil-dalil Kompetisi dalam Kebaikan Allah SWT telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya: Artinya :“Dan Kami telah menurunkan Kitab (alQur‟ān) kepadamu (Muhammad)dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.‖Q.S. al-Māaidah ayat 48303 Ayat di atas menjelas perintah Allah SWT kepada hambanya untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Kebenaran yang diturunkan Allah SWT kepada hambanya tercantum dalam Al-Qur‘an. Untuk itu, kita semua harus memiliki sikap serta akhlak yang baik sesuai dengan Al-Qur‘an. Karena AlQur‘an sebagai petunjuk (maidaral-hidāyah atau source of guidance),merupakan sumber nilai tertinggi yang diyakini oleh 303Suhana, ―Penggunaan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pemahaman Ayat Al-Qur‘an Pada Siswa Kelas X1 IPA 4 SMA NegeriI 4 Bukittinggi,‖ 5. 299 umat Islam. Ia telah memberikan bimbingan dan panduan moral.304 Selain itu, terdapat juga Ayat Al-Qur‘an yang menjelaskan tentang perintah kompetisi dalam kebaikan juga,yaitu dalam QS. Albaqarah ayat 48. Artinya :“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Dimana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah maha kuasa aas segala sesuatu.” Dalam ayat di atas, berisi perintah untuk berlombalomba dalam kebaikan, yang terdapat makna Fastabiqul khairat, adalah bersegera mentati, menerima, dan mengikuti perintah atau syariat Allah SWT. Maksudnya adalah Perinah Allah SWT mengalihkan kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Harom. Surat Al-fathir ayat 32. Artinya :“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hambahamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar” 305 Allah SWT mewariskan kitab (Al-Qur‘an) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah SWT wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan 304Abdul Mustaqim, ―Deradikalisasi Penafsiran Al-Qur‘an Dalam Konteks Keindonesiaan Yang Multikultur,‖ SUHUF Jurnal Pengkajian Al-Qur‟an dan Budaya 6, no. 2 (2013): 151. 305Masduki Masduki, ―Masa Deapan Studi Agama-agama Di Indonesia; Pasca Peristiwa Aksi Bela Islam 212,‖ TOLERANSI 10, no. 1 (August 31, 2018): 98. 300 mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridha dan izin Allah SWT, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah SWT tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah SWT sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat,tetapi dilain waktu manusia itu melanggar306. Kitab Allah SWT (Al-Quran) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah SWT tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca AlQuran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya D. Keutamaan Kompetisi dalam Kebaikan Kompetisi dalam kebaikan memiliki beberapa keuamaan, yaitu : 1. Berkesempatan menjadi hamba yang dimuliakan Allah SWT. Sesuai dengan ayat Al-Qur‘an Surat Al-Hujurat ayat 13, arinya “...sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa di antara kamu‖ Ayat tersebut menjelaskan bahwasanya orang yang taqwa kepada Allah SWT yaitu orang yang 306Moh Harun AlRosid, ―Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMA Darussalam Blokagung Banyuwangi,‖ Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam 6, no. 1 (May 22, 2017): 65. 301 2. 3. 4. selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganya akan menjadi hamba yang paling mulia di sisi Allah SWT. Jadi, menjalankan segala perintah Allah SWT (melakukan kebaikan) akan mendapatkan tempat yang paling mulia. Berkesempatan menjadi hamba yang paling bermanfaat, sesuai dengan hadist: ―sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling banyak manfaanya bagi orang lain”. Hadist di atas menjelaskan bahwasanya ketika kita berlombalomba dalam kebaikan misalnya, dalam tolong menolong, mendo‘akan sesama manusia dan menjaga tali silaturahmi. Ketika kita melakukan kebaikan tersebut maka kita akan bermanfaat bagi orang lain dan sebaik-baiknya orang adalah orang yang memberi manfaat bagi orang lain. Menjadi orang yang paling dicintai Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-baqoroh ayat 195 yang artinya“.... sesungguhnya Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan‖Ayat tersebut sudah jelas, bahwasanya orang-orang yang berbuat kebaikan akan di cintai Allah swt. Untuk itu Allah memerintahkan hambanya agar selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Berpeluang menjadi hamba yang paling terbaik seperti diungkapkan Allah SWT dalam surat Al-Mulk yang arinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”QS.Al-Mulk ayat 2. 307 Ayat di atas menjelaskan, bahwasanya hamba Allah yang memiliki amal baik (selalu melakukan kebaikan) akan menjadi hamba yang paling baik. 307Mustaqim, ―Deradikalisasi Penafsiran Al-Qur‘an Dalam Konteks Keindonesiaan Yang Multikultur,‖ 44. 302 E. Bentuk Sikap Pembiasaan Kompetisi dalam Kebaikan Menjadi baik dan membentuk karakter diri memang tidak mudah berubah dalam sekejap mata sepertimembalikkan telapak tagan. Dibutuhkan proses waktu yang lama.308 Untuk itu diperlukan adanya pembiasaan. Proses enkulturasi atau pembiasaan sudah berlangsung sejak kecil, di awali dari lingkungan kecil (keluarga) ke lingkungan yang lebih besar (masyarakat).309 Anak kecil mulai belajar dengan cara menirukan perilaku orang-orang di sekelilingnya, yang lambat laun menjadi suatu pola yang sangat bagus dan norma yang mengatur prilakunya ―dibudayakan‖. Selain di lingkungan keluarga, norma-norma tersebut bisa juga dipelajari dari pengalamannya Bergaul dengan sesama warga masyarakat dan secara formal di lingkungan sekolah. Pada mulanya, yang dipelajari oleh seorang anak tentu hal-hal yang menarik perhatiannya dan yang konkret. Kemudian kesesuaian dengan perkembangan jiwanya, ia mempelajari unsur-unsur budaya lainnya yang lebih kompleks dan bersifat abstrak. Meskipun kebudayaan atau pembiasaan hampir memiliki makna yang sama dengan sosialisasi, tetapi keduanya memiliki arti yang berbeda. Di dalam pembiasaan seorang anak mempelajari dan menyesuaikan dengan alam pikirannya dan lingkungan yang 308Trisni Andayani, Puspitawati Puspitawati, and Juliarti Juliarti, ―Upaya Menebarkan Nilai-Nilai Kebaikan melalui Pelatihan Mendongeng bagi Siswa/I Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan,‖ Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 3, no. 2 (December 29, 2017): 62. 309Hafidlullah Ardliawan c, ―Model Komunikasi Integrated Marketing Communication: Studi Pada Young Moslem Entreprenuer Camp 2015 Surabaya‖ (undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015), 87, accessed November 15, 2018, http://digilib.uinsby.ac.id/4385/. 303 telah menjadi kebudayaannya atau kebiasaannya. sedangkan di dalam sosialisasi, seorang anak melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya. Dapat menjadi proses pembelajaraanya, lebih memudahkan siswa dalam memahami materi belajar, diperlukan menyesuaikan waktu, diperlukan kelengkapan materi sebagai kajian.310 F. Referensi AlRosid, Moh Harun. ―Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SMA Darussalam Blokagung Banyuwangi.‖ Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi dan Pemikiran Hukum Islam 6, no. 1 (May 22, 2017): 21–43. Andayani, Trisni, Puspitawati Puspitawati, and Juliarti Juliarti. ―Upaya Menebarkan Nilai-Nilai Kebaikan melalui Pelatihan Mendongeng bagi Siswa/I Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan.‖ Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) 3, no. 2 (December 29, 2017): 61– 68. c, Hafidlullah Ardliawan. ―Model Komunikasi Integrated Marketing Communication: Studi Pada Young Moslem Entreprenuer Camp 2015 Surabaya.‖ Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015. Accessed November 15, 2018. http://digilib.uinsby.ac.id/4385/. 310Palah Palah, ―Upaya Meningkatkan Operasi Belajar Siswa Kelas XI TKJ–2 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Perilaku Kompetitif Dalam Kebaikan Dan Kerja Keras Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Di SMK Negeri 1 Subang,‖ BIORMATIKA : Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 2, no. 02 (September 15, 2016), accessed November 15, 2018, http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/view/173. 304 Hafiz, Subhan El. ―Akibat Setitik Kejahatan, Rusak Kebaikan Sebelanga.‖ Jurnal Psikologi Ulayat: Indonesian Journal of Indigenous Psychology 1, no. 2 (December 2, 2013): 289– 302. Kholil, Ahmad. ―Kebaikan Dan Keburukan Menurut Zoroastrianisme (Mengenal Ajaran Moral Zarathustra).‖ Ulul Albab Jurnal Studi Islam 11, no. 2 (September 24, 2013). Accessed November 15, 2018. http://ejournal.uinmalang.ac.id/index.php/ululalbab/article/view/2407. Masduki, Masduki. ―Masa Deapan Studi Agama-agama Di Indonesia; Pasca Peristiwa Aksi Bela Islam 212.‖ TOLERANSI 10, no. 1 (August 31, 2018): 1–17. Mustaqim, Abdul. ―Deradikalisasi Penafsiran Al-Qur‘an Dalam Konteks Keindonesiaan Yang Multikultur.‖ SUHUF Jurnal Pengkajian Al-Qur‟an dan Budaya 6, no. 2 (2013): 149–167. Palah, Palah. ―Upaya Meningkatkan Operasi Belajar Siswa Kelas XI TKJ–2 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Materi Pokok Perilaku Kompetitif Dalam Kebaikan Dan Kerja Keras Melalui Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Di SMK Negeri 1 Subang.‖ BIORMATIKA : JURNAL ILMIAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2, no. 02 (September 15, 2016). Accessed November 15, 2018. http://ejournal.unsub.ac.id/index.php/FKIP/article/vi ew/173. Sman, Guru. ―Penerapan Metode Pembelajaran Inquiri Dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Pada Kelas XI MIA 3 SMA Negeri 2 Sungguminasa Tahun Pelajaran 2015/2016‖ 5, no. 1 (2016): 13. Suhana, Suhana. ―Penggunaan Metode Student Teams Achievement Division (STAD) Untuk Meningkatkan 305 Hasil Belajar Siswa Dalam Pemahaman Ayat Al-Qur‘an Pada Siswa Kelas X1 IPA 4 SMA NegeriI 4 Bukittinggi.‖ Jurnal Akrab Juara 3, no. 3 (August 5, 2018): 44–55. 306 SIKAP OPTIMIS Miftahul Jannah, Nanda Septa Haryono,Nanik Ambarwati, dan Nurhasanah A. Pengertian Sikap Optimis Optimis adalah suatu tekad yang kuat untuk mendapatkan dan menghasilkan sesuatu yang baik. Optimis harus selalu tersimpan dalam segala kegiatan yang dilakukan, tanpa optimisme seseorang hanya akan selalu mengeluh dan mengeluh tanpa memikirkan solusi apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan. Sikap optimis ditunjukan dengan sikap tidak menyerah dalam menghadapi permasalahan, memiliki ekspektasi yang baik pada masa depan dalam dalam kehidupannya dan memiliki cara berfikir yang positif dalam memandang suatu masalah. Islam mengenal optimisme dengan istilah raja‟ yang didefinisikan sebagai bentuk harapan akan suatu kebaikan dari Allah SWT. yang disertai dengan usaha. Orang yang optimis dalam islam disebut dengan ruji‟. Karakter ruji‟ menurut Al Ghazali melakukan sesuatu (usaha) sebagai sebab dari terwujudnya harapan. Rasulullah SAW adalah teladan terbaik bagi seorang Muslim. Sesosok yang pantang menyerah dan tidak pernah mengeluh atas amanah yang Allah berikan. Tak sedikit cobaan dan rintangan mengiringi bahkan menghalangi perjalanan dakwah Nabi. Namun semua itu dihadapi dengan tegar. Sebab Nabi sadar ada janji yang lebih baik yang Allah siapkan bagi hamba-Nya yang bisa melewati ujian kehidupan tersebut. 307 Sedangkan Ibn Qoyyim mengemukakan tiga tingkatan karakter ruji‟. Pertama, adanya harapan dalam diri yang mendorong untuk melakukan usaha demi tercapainya harapan itu. Kedua, adanya harapan untuk membersihkan diri dan terhindar dari keburukan di masa depan. Ketiga, adanya harapan untuk bertemu dengan Tuhan dan menjalani kehidupan karena motivasi kerinduan terhadap Tuhan.311 Optimisme adalah menemukan inspirasi baru. Kekuatan yang dapat diterapkan dalam semua aspek kehidupan sehingga mencapai keberhasilan. Optimisme membuat individu memiliki energy tinggi, bekerja keras untuk melakukan hal yang penting. Pemikiran optimisme memberi dukungan pada individu menuju hidup yang lebih berhasil dalam setiap aktivitas. Dikarenakan orang yang optimis akan menggunakan semua potensi yang dimiliki. Optimisme dalam bahasa inggris optimism (harapan baik), optimistic yang artinya berharap baik. Dalam kamus bahasa Arab, optimisme sering disebut altafâul. Makna al-tafâul sebagai ―Dhid-du al-tasyaËam‖ (lawan dari pesimis). Optimis lawan dari pesimis, seperti dalam bahasa Indonesia. Dalam kamus al-Munawwir, kata al-tafâul diartikan sebagai pengharapan nasib baik.312Menurut Segerestrom optimisme adalah cara 311Eka darmasih,dkk, ―Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Implosif Dan Pembanjiran Untuk Meningkatkan Sikap Optimis Pada Siswa Kelas Viii B8 Smp Negeri 4 Singaraja‖ 2 No 1 (2014). 312 Shahnaz Roellyana dan Ratih Arruum Listiyandini, ―Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi‖ 1, No. 1 (2011): 10. 308 berpikir yang positif dan realistis dalam memandang suatu masalah. Berpikir positif adalah berusaha mencapai hal terbaik dari keadaan terburuk. Lopez dan Snyder berpendapat optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan. Islam melarang umatnya berpangku tangan atau berleha-leha dalam suatu urusan. Di sana ada perintah berikhtiar secara maksimal. Seorang penulis, misalnya. Untuk menjadi penulis yang baik, maka latihan berulang-ulang kali menjadi keniscayaan adanya. Dengannya ia lalu bisa memperbaiki metode atau kesalahan yang ada. Sama halnya, orang yang ingin menunaikan ibadah haji. Impian itu menjadi anganangan belaka jika tak disertai dengan kesungguhan dalam berusaha dan berdoa kepada Allah. Bisa dengan menabung, memperbanyak sedekah, buka bisnis wirausaha, dan sebagainya. Dalam terminologi tasawuf ada istilah al-rajâË, maknanya harapan. Istilah ini mirip dengan al-tafâul. Jika optimisme diartikan sebagai ―berharapan baik‖, maka pesimisme bermakna ―putus harapan atau putus asa‖. Kata lain yang serupa ialah qanitha-qanâthah. Kata ini bermakna putus asa. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa resiliensi bisa dipengaruhi oleh adanya faktor protektif internal di dalam individu itu sendiri. Riset di negara Barat menunjukkan bahwa faktor protektif yang secara umum dianggap berperan adalah regulasi emosi, pengendalian diri, fleksibilitas kognitif, 309 efikasi diri, empati, keinginan mencari tantangan baru, dan optimisme.313 Optimis adalah orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik dalam menghadapi segala hal. Menurut Scheiver dan Carter (dalam Nurtjahjanti, 2011) individu yang optimis akan berusaha menggapai pengharapan dengan pemikiran positif, yakni akan kelebihan yang dimiliki. Individu yang penuh optimis biasanya biasa bekerja keras menghadapi stres dan tantangan sehari-hari secara efektif, berdoa, dan mengakui adanya faktor keberuntungan dan faktor lain yang mendukung keberhasilannya. Individu yang optimis memiliki impian untuk mencapai tujuan, berjuang dengan sekuat tenaga, dan tidak ingin duduk berdiam diri menanti keberhasilan yang diberikan oleh orang lain. Individu optimis ingin melakukan sendiri segala sesuatunya dan tidak ingin memikirkan keberhasilan sebelum mencobanya.314 Sikap optimis tidak terlepas dari karakter kepribadian yang dimiliki seseorang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi cara berfikir optimis, baik faktor dari dalam sendiri maupun faktor yang berasal dari luar dirinya. Faktor dalam diri sendiri salah satunya adalah cara seseorang (individu) tersebut dalam memandang dirinya. Sikap menerima keadaan membuat seesorang lebih positif dalam memandang dirinya. Andjarwati Noordjanah, ―Hubungan Harga Diri Dan Optimisme Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta,‖ t.t., 5. 314 IAIN Batusangkar, ―Mewujudkan Generasi Optimis : Perspektif Islam 2,‖ 2016, 11. 310 313 Selain faktor dari dalam individu, optimisme ini juga dipengaruhi oleh faktor dari luar. Salah satu faktor eksternal (dari luar) yang mempengaruhi sikap optimisme adalah dukungan dari orang-orang terdekat. Individu yang mendapatkan dukungan yang lebih dari keluarga dan teman-temannya memiliki kesehatan yang lebih baik dan lebih cepat pulih dari masalah keeshatan dibandingkan dengan orang yang kurang mendapat dukungan dari orang terdekatnya.315 Sebenarnya optimisme dan pesimisme adalah hasil dari sebuah proses tentang bagaimana kita memperspektifkan seesuatu dan feedback dari pespektif itu. Ketika seesorang menciptakan pandangan yang optimis, maka pantulan yang kembali pada seesorang itu adalah fakta-fakta atau peristiwa dan alasan yang dibutuhkan untuk menjadi orang optimis. Sebaliknya, ketika seesorang menciptakan pikiran negatif dan pesimis, maka seringkali pantulan yang akan muncul adalah pantulan yang negatif. B. Ruang Lingkup Sikap Optimis Adapun ruang lingkup dari sikap optimisme: 1) Permanent : Individu selalu menampilkan sikap hidup kearah kematangan dan akan berubah sedikit saja dari biasanya dan ini pun tidak bersifat lama. 2) Parfasive : artinya gaya penjelasan yang berkaitan dengan dimensi ruang lingkup yang dibedakan menjadi spesifik dan universal. 3)Personalization : Merupakan gaya 315 Ali Hasan, Salman Lilik, Rin Widya Agustin, ―Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi,‖ t.t., 62. 311 penjelasan yang berekaitan dengan sumber penyebab dan dibedakan menjadi internal dan eksternal. C. Dalil sikap optimis Setiap manusia yang hidup pastilah mempunyai mimpi dan tujuan dalam hidupnya, yang mana tujuan itu ingin ia capai damasa depan. Tercapainya suatu tujuan hidup seesorang tergantung pada seseorang tersebut, artinya semakin banyak usaha yang ia lakukan maka akan semakin besar peluang baginya untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sikap optimis ialah sikap yang harus ada dan harus terus diterapkan dalam diri seseorang agar is tidak mudah putus asa selama proses yang ia jalani untuk mencapi tujuan hidup yang ingin dicapainya.316 Dalam hal optimis atau bisa di sebut juga rasa pantang menyerah, Ketika seseorang kehilangan optimisme dalam dirinya, maka ia gagal meraih harapannya. Dalam psikologi, pembahasan tentang optimisme mulai marak dikaji dengan munculnya aliran psikologi positif yang diusung Martin Seligman. Di abad 20, psikologi pada umumnya hanya memberikan perhatian khusus terhadap masalah gangguan mental. Namun, tidak memberikan porsi besar terhadap aspek positif diri manusia yang dimiliki seseorang terdapat pada.317 Dwi Ari Sulityowati, Y Bagus Wismanto, Cicilia Tanti Umami, ―Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Optimisme Dengan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa Si Keperawatan STIKES Telegorejo Semarang‖ vol, no. 1 (2015) (t.t.): 8. 317 Segendig Kurniawan, Aditya Nanda Priyatama, dan Nugraha Arif Karyanta, ―Hubungan Konsep Diri dengan Optimisme 312 316 Kisah Nabi Yunus menjadi contoh, bagaimana AlQur‘an memberikan perumpamaan yang baik mengenai orang-orang yang optimis. Ketika Nabi Yunus sitelan ikan hiu, dia tidak menggantungkan diir kepada siapapun kecuali kepada Allah SWT. Dengan perasaan optimis, beliau berdoa dan Allah pun mengabulkan doanya. Akhirnya, Nabi Allahitu bisa keluar dari perut ikan hiu tersebut. Optimis terhadap rahmad ilahi merupakan sifat para nabi dan aulia Allah. Allah swt, telah berfirman dalam QS. Al Anbiya ayat 88: “Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. dan Demikianlah Kami selamatkan orangorang yang beriman.”318 Allah SWT berfirman dalam Q.s Assyu‘ara ayat 6162 yang menerangkan tentang sikap optimis yang artinya: Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (Q.S asy-Syu'araa: 61-62).319 Di dalam ayat di atas telah di terangkan bahwa:putus asa bahkan beliau sangat optimis untuk hal tersebut, dalam hal ini juga Allah SWT memberikan pelajaran kepada kita nantinya tetaplah memiliki rasa optimis dalam hidup jangn terlalu memiliki rasa dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS,‖ t.t., 11. 318 Siti Hatifah dan Dzikri Nirwana, ―Pemahaman Hadis Tentaag Optimisme,‖ Studia Insania 02, no. 02 (Oktober 2014): 60. 319 Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, ―Optimisme Dan Berbaik Sangka Kepada Allah‖ 2 No 2 (2013): 20. 313 menyerah dan rasa lemah pada diri kita.seseorang yang memiliki rasa optimis di dalam hidupnya pastinya ia akan menjadi seorang yang tidak mudah menyerah dalam segela hal bahwa sesulit apapun masalah yang ia hadapi itu pasti ia akan menjadikan masalah itu sebagai motivasi bagi dirinya masalah akan menjadikan dirinya menjadi lebih banyak pengalaman hidup yang akan ia dapatkan. Nabi Muhammad juga memberikan agar kita selalu memiliki rasa optimis, Dibawakan oleh Imam Ahmad sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra, beliau menceritakan:”Adalah Rasulallah Shalallahu „alaihi wa sallam biasa mengharap bernasib baik namun beliau tidak sampai meramalkannya. Dan beliau sangat suka dengan nama yang bagus". HR Ahmad 4/169 no: 2328. Al-Qu‘an menegaskan bahwasanya orang-orang muslim dilarang pesimis dan berputus asa dalam kehidupannya. Karena, sikap putus asa merupakan karakter orang-orang kafir. Firman Allah SWT. Dalam QS. Yusuf ayat 87:“Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf: 87) D. Keutamaan Sikap Optimisme Adapun keutamaan daripada sikap optimisme adalah : 1) Membuat seesorang lebih maju. 2) Membantu seesorang berfikir positif. 3) Membantu seesorang melalui masa sulit dalam kehidupan. 4) Membuat 314 seseorang sukses.320 menjadi panjang umur kunci menuju E. Referensi Eka darmasih,dkk, ―Penerapan Konseling Behavioral Dengan Teknik Implosif Dan Pembanjiran Untuk Meningkatkan Sikap Optimis Pada Siswa Kelas Viii B8 Smp Negeri 4 Singaraja‖ 2 No 1 (2014). Shahnaz Roellyana dan Ratih Arruum Listiyandini, ―Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi‖ 1, No. 1 (2011): 10. Andjarwati Noordjanah, ―Hubungan Harga Diri Dan Optimisme Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa MAN Maguwoharjo Sleman Yogyakarta,‖ t.t., 5. IAIN Batusangkar, ―Mewujudkan Generasi Optimis: Perspektif Islam 2,‖ 2016, 11. Ali Hasan, Salman Lilik, Rin Widya Agustin, ―Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan Emosi,‖ t.t., 62. Dwi Ari Sulityowati, Y Bagus Wismanto, Cicilia Tanti Umami, ―Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dan Optimisme Dengan Problem Focused Coping Pada Mahasiswa Si Keperawatan STIKES Telegorejo Semarang‖ vol, no. 1 (2015) (t.t.): 8. 320 Mutya Nurindah, Tina Afiatin, Indahria Sulistyarini, ―Meningkatkan Optimisme Remaja Panti Sosial Dengan Pelatuhan Berfikir Positif‖ 04, no. 1 (t.t.): 117. 315 Segendig Kurniawan, Aditya Nanda Priyatama, dan Nugraha Arif Karyanta, ―Hubungan Konsep Diri dengan Optimisme dalam Menyelesaikan Skripsi pada Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran UNS,‖ t.t., 11. Siti Hatifah dan Dzikri Nirwana, ―Pemahaman Hadis Tentang Optimisme,‖ Studia Insania 02, no. 02 (Oktober 2014): 60. Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, ―Optimisme Dan Berbaik Sangka Kepada Allah‖ 2 No 2 (2013): 20. Mutya Nurindah, Tina Afiatin, Indahria Sulistyarini, ―Meningkatkan Optimisme Remaja Panti Sosial Dengan Pelatuhan Berfikir Positif‖ 04, no. 1 (t.t.): 117. 316 SIKAP DINAMIS Siska Amelia, Siti Umayah, Tuti Hanifiah, Vrendi Slamet Riyanto, Yayi Sekar Sari, Yuli Yanti, danYuli Yanto A. Pengertian Sikap Dinamis Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk paling sempurna dimuka bumi ini, dimana mereka dibekali akal pikiran serta hawa nafsu yang bahkan malaikat pun tidak memilikinya.Dalam kehidupan manusia dituntut untuk menjadi manusia yang mampu membawa dirinya dalam suatu kondisi apapun, sehingganya hal tersebut menuntut manusia untuk terus bergerak mengembangkan potensi serta berubah sesuai dengan keadaan zaman. Sifat tersebut harus dimiliki oleh seluruh manusia di muka bumi ini agar kehidupan tidak statis, karena statis itu sendiri akan mendatangkan kerugian serta menghambat perkembangan. Didalam kehidupan sosial bermasyarakat manusia menjadi makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, pola masyarakat yang hidup dalam perkembangan dan dinamika yang selalu berubah setiap zaman nya menjadikan manusia memiliki sikap dan pola perilaku yang harus berkesinambungan dengan keadaan atau perubahan dinamika masyarakat tersebut.Perubahan terus menerus itu biasa disebut dengan pola dinamis, dimana dinamis dalam ilmu sosial masyarakat mengacu pada seluruh elemen masyarakat sampai dengan setiap individunya. Sikap dinamis merupakan sifat seseorang yang memiliki jiwa sangat antusias serta kreatif dalam 317 hidupnya. Mereka dengan sifat dinamis adalah orang yang tidak dapat tinggal diam, mereka akan selalu bergerak dan selalu ingin tahu. Mereka bukan orang yang pasif serta malas dan selalu menunggu, orangorang tersebur memiliki jiwa yang selalu bergairah dan kaya akan ide-ide maupun karya. Mereka yang memiliki sifat dinamis akan selalu melihat sisi positif dalam kehidupan serta memelihara sikap positif. Sikap pada dasarnya merupakan hasil dari proses sosialisasi dan interaksi seseorang dengan lingkungannya, yang merupakan perwujudan daru pikirannya, perasaan seseorang serta penilaian terhadap obyek, yang didasarkan pada pengetahuan, pemahaman, pendapat, dan keyakinan dan gagasan-gagasan terhadap suatu obyek sehingga menghasilkan suatu 321 kecenderungan untuk bertindak pada suatu obyek. Dengan demikian dapat diartikan bahwa sikap adalah penentu bagi perilaku manusia ataupun juga attitude.Sikap dinamis seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah sikap yang mampu melihat sisi positif dalam kehidupan serta memelihara sifat positif. Sikap positif didapatkan dari proses interaksi manusia yang menimbulkan perasaan senang, tetapi sebaliknya sikap yang ditimbulkan dari rasa ketidak senangan terhadap sesuatu hal disebut sifat negatif. Sehingganya sikap merupakan aspek perilaku yang dinamis dan dapat berubah-ubah. Sikap dinamis selalu berkaitan dengan sikap kreatif, yang pada dasarnya dunamis adalah segala 321 Yayat Suharyat, ―Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Prilaku Manusia,” UNISMA Bekasi 1, no. 3 (2009): 19. 318 sesuatu yang mampu berubah atau mengalami perubahan, perubahan tersebut tidak lepas dari adanya sifat kreatif.Dimana sifat kreatif adalah dimiliki oleh orang-orang yang mampu melahirkan sesuatu yang baru, baik itu berupa karya-karya maupun ide-ide. Sifat kreatif atau kreatifitas terwujud melalui sebuah proses berpikir kreatif yang meliputi tahap persiapan, inkubasi, ilumminasi, dan verifikasi. KreatifitasKreatifitas sebagai produk diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu yang baru dan berguna. Seseorang dengan sifat dinamis akan selalu bergerak maju menuju perubahan-perubahan ataupun perkembangan , ia akan selalu mencari tahu dengan segala yang ia miliki sebab orang dengan sifat dinamis memiliki kepercayaan tinggi terhadap dirinya sendiri untuk memecahkan segala persoalan serta permasalahan yang dihadapinya. Hal tersebutlah yang menjadikan seseorang dengan sikap dinamis selalu memiliki kreatifitas yang lebih unggul daripada manusia yang lainnya. Seperti telah dipaparkan diawal bahwa manusia adalah makhluk sosial yang akan mengalami perubahan dan perkembangan di dalam lingkungan masyarakat sesuai perkembangan zaman, sifat dinamis dengan otomatis akan masuk kedalam setiap hidup seseorang sehingganya tidak adanya stagnasi (kemandekan). Dan apabila stagnasi tersebut terjadi maka akan mempengaruhi keadaan lingkungan yang tetap dan tidak dapat maju (tertinggal) dan hal ini pasti akan sangat merugikan bagi berjalannya zaman. 319 Sifat dinamis menjadikan seseorang tidak akan pernah lelah untuk berbuat, baik perbuatan itu akan bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun bermanfaat untuk orang lain yang berada disekelilingnya.contohnya seorang pelajar atau mahasiswa yang ingin meningkatkan hasil belajarnya, maka ia akan bergerak serta mencari tahu apa yang sebaiknya ia lakukan. Pribadi yang memiliki sifat optimis yang besar, penuh dengan semangat dan energi yang menggebugebu serta selalu berupaya untuk meningkatkan perubahan-perubahan yang akan bermanfaat baik itu bagi dirinya sendiri maupun orang lain, orang yang selalu memiliki kemauan dan kemampuan jiwanya dalam menghadapi segala persoalan yang dihadapinya adalah pribadi yang dinamis. Dan pribadi dinamis adalah pribadi yang selalu aktif serta memiliki jiwa optimis yang besar dalam usahanya mencapai apa yang ia cita-citakan. Oleh sebab itu kenapa sikap dinamis sangatlah penting bagi setiap individu, sebab dari adanya sikap dinamis akan memunculkan rasa ingin tahu, optimis, tidak mudah menyerah dan memiliki dedikasi yang kuat dalam segala hal serta selalu mementingkan hal yang lebih penting dan bermanfaat baik itu akan berguna bagi dirinya sendiri atauoun orang lain. B. Ruang Lingkup Sikap Dinamis Orang yang memiliki sikap dinamis pasti ia memiliki keyakinan yang positif bahwa situasi akan segera membaik berdasarkan pada keyakinan dan kesadaran yang akan kemampuan yang ia miliki, kemampuan untuk secara aktif mengatasi masalah dan 320 kemampuan mengingat pada masalah tersebut, maka dari itu seseorang haruslah memiliki sikap dinamis dalam hidupnya agar dapat berkembang secara berkala.322 Ruang lingkup sikap dinamis antara lain: 1. Sikap dinamis sosiologis. Seseorang harus memiliki sikap dinamis dalam bermasyarakat dengan baik karena manusia tercipta untuk saling membantu, berbagi, dan saling membutuhkan satu sama lain. Jika seseorang memiliki sikap yang terus membaik dalam bermasyarakat otomatis orang lain akan memandang ia baik dan menganggap ia adalah yang sukses dalam bersosialisasi dalam bermasyarakat. 2. Sikap dinamis dalam berprestasi. Prestasi adalah hasil yang dicapai dengan baik setelah adanya pembelajaran yang diberikan.323 Seorang siswa seharusnya memiliki sikap yang dinamis dalam kegiatan belajar-mengajar agar prestasi yang di capai nya selalu meningkat dari waktu ke waktu. 3. Dinamis dalam beribadah. Bukan hanya dalam urusan dunia urusan akhirat juga haruslah memiliki sikap yang dinamis dan terus memperbaiki ibadahnya. Hingga akhirnya seseorang itu mendapatkan predikat terbaik menurut Allah SWT yang Maha Esa yaitu sikap tetinggi seakan akan dia melihat Tuhannya dalam 322Siti Julaiha, ―Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran,‖ Dinamika ilmu 14, no. 2 (2014): 226–239. 323Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar” . 12, no. 1 (2011), 6. 321 setiap hal dan waktu(sikap ihsan) karena Tuhan tidak memandang mahluknya dari suku bangsa, ras, dan bahasa, namun Tuhan memandang mahluknya karena keimanan dan ketakwaannya. C. Dalil Sikap Dinamis Mengenai hukum tertera pada QS. Al-Maidah ayat 32 ― Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolaholah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguhsungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”324 Maksud dari ayat tersebut adalah, ayat ini dengan jelas memberi petunjuk bahwa tujuan dari Qishos adalah mencegah terjadinya pembunuhan. Sementara itu dalil yang lain memberi petunjuk tentang maqasid sebuah hukum, hanya saja tingkat kepastiannya tidaksekuat QS al-Ma-‗idah ayat 32, seakan menyisakan ruang bagi penafsiran lain.325 Nah dalam penjelasan dalil diatas menandakan bahwa hukum didalam islam bersifat Abd. Somad, ―Dinamisasi Pernormaan Hukum Islam,‖ Fakultas Hukum Universitas Airlangga Vol. XV (2010). 325Abad Badruzaman, “formula dinamisasi hukum Islam di era kekinian melalui pengembangan konsep maqasid” 14, No. 1, no. 65–80 (2014). 322 324 dinamis, baik yang tersirat maupun yang tersirat.326 Bahkan terkadang nash suatu hukum dimansukhkan dengan dalil yang lain ketika dalil hukum yang terakhir sama atau memiliki topik bahasan yang sama dengan dalil yang pertama, maka dalil yang pertama tidak berlaku. Hanya saja teks dalil tersebut masihlah tertulis secara utuh. D. Keutamaan Sikap Dinamis Orang dinamis cenderung aktif dan menyukai perubahan, dengan adanya perubahan, maka dia akan merasa tertantang untuk menghadapinya. Sikap aktif sangat lah penting untuk dimiliki.Jika kita pemalas, banyak kerugian yang kita peroleh.Misalnya kesuksesan menjadi terhambat.orang yang dinamis sangat suka membaca. Sehingga ia biasa menjadi orang pintar dan cerdas. Dinamis dalam arti jika kebahagian ingin dicapai maka harus diusahakan secara aktif, tidak boleh berpangku tangan menunggu kehadirannya.327 Adapun keutamaan yang perlu dibiasakan sebagai akhlak yang terpuji dalam agamaislam yaitu: 1. Mendapat pahala besar yaitu orang yang dinamis selalu menyempatkan diri untuk membantu orang lain melalui sebuah yayasan baik member sumbangan maupun dukungan bagi orang yang beruntung, Sabil, “Dinamika Teori Maqasid,” no. 2 (2011): 14. Nashori, Fuad, “Menjadi Manusia Kreatif : Sudut Pandang Psikologi Islami” 1, No 1 (2004). 323 326Jabbar 327 2. Berani dalam kebaikan, berkata benar serta menciptakan manfaat, baik bagi diri sendiri ataupun orang lain, 3. Adil dalam memutuskan hukum tanpa membedakan kedudukan,status social, ekonomi, maupun, kekrabatan, 4. Bijaksana dalam memberi keputusan. 5. Ikhlas dalam beramal semata-mata karena AllahSWT, 6. Jujur dan amanah, 7. Lapang dada dan tidak boleh balas dendam. 8. Rela berkorban untuk kepentingan umat dalam membela agama, 9. Mendapat pahala besar yaitu orang yang dinamis selalu menyempatkan diri untuk membantu orang lain melalui sebuah yayasan baik member sumbanagan maupun dukungan bagi orang yang beruntung, 10. Semuanya menjadi lebih mudah, orang dinamis tentunya tidak suka menjalani suatu propesi seumur hidup , 11. Bahagia bahagia itu ketika kita bersyukur ketika berhasil meraih sesuatu pencapaian apapun yang kita dapatkan, 12. Disukai banyak orang , 13. Rajin beribadah, jujur dan amanah.328 Merupakan kemampuan untuk melihat sisi baik dari seseorang dan kehidupan orang lain dan selalu memelihara sikap positif, sekalipun dalam kesulitan 328 Wasid, “Dinamis-Rasionalis dalam Pemikiran Thaha Husain pada Problematika Peradaban Islam dan Barat” 3, No. 2 (2013). 324 dan aqidah juga yang akan membuat manusia selalu untuk bersikap positif dalam kehidupan sehari hari walaupun dalm kesulitan. 1. Bersunguh sunguh ,sehinga cepat berpikir dan bertidak untuk masalah yang di hadapinya 2. Tidak mau berdiam diri terlalu lama dalm suatu persoalan yang sedang terjadi. 3. Cepat beradaptasi terhadap suatu kondisi dan sebuah perubahan yang sedang terjadi di dalm kehidupanya 4. Membuang beban dan hal hal yang tidak perlu di pikirkan 5. Sehinga tetap tenang dan bahagia walaupn banyak persoalan yang sedang di hadapinya. Untuk mewujudkan sikap dinamis diperlukan pula juga bimbingan atau asuhan dari orang tua.Orang tua perlu menerapkan sikap dan perilaku yang baik demi pembentukan keperibadian anak yang baik.329 Seseorang yang dinamis selalu ingin menngetahui letak sebuah persoalan mengapa demikian terjadi?Ia ingin tau seluk beluk apa yang terjadi di dalam sebuah persoalan yang ada.meskipun ia ahli di dalam satu bidang tertentu.ia menghimpun berbagai fakta seperti orang orang yang menghimpun prangko atau kalori di tubuhnya. Namun, semua itu hanya sekedar untuk mengisi tenaga batre dinamisnya saja,seseorang yang dinamis dalam karakternya yang selalu ingin tahu, mendengar perkataan orang yang lebih pintar, bijaksana dan lebih 329 AR, Aisyah, “Pemberian Layanan Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Lulusan Berahlak Mulia” 1, No 1 (2014): 78–80. 325 tua pengalamanya dari dirinya sendiri. sehingaia mampu menarik pelajaran dari mereka.ia juga mendengar ucapan orang yang suka berhayal dan orang orang yang bersifat dinamis itu bersifat independen, tetapi tidak bertidak ngawur dalam mengambil keputusan nya yang tidak masuk akal dan ia juga sangfat menghormati buah usaha dari orang lain dan dia juga terlampau mengantungkan hidupnya kepada orang lain. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Yang Dinamis Seseorang yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang dinamis. Pribadi dinamis adalah pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita-citakan. Begitu juga seorang mahasiswa yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat baik perbuatan itu memiliki manfaat pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri (QS Al Isra‘ ayat 7). “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya 326 pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”330 Setidaknya empat kriteria berikut dapat dibuat sebagai standar apakah seorang mahasiswa termasuk mahasiswa yang bertipe dinamis atau loyo: Pertama, berakhlak mulia (QS Al Ahzab ayat 21) “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Kemudian dalam surat Al Qalam ayat 4) “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Memiliki energi dan ketangkasan tinggi bukan berarti tidak berakhlak. Jujur dan berani tapi hormat terhadap yang tua, menyayangi yang muda, santun dalam berkata-kata dan berperilaku, serta memakai etika agama dan sosial sebagai standar dalam melangkah merupakan ciri-ciri umum dari akhlak yang mulia.Ini mungkin yang membedakan antara mahasiswa dinamis dengan pribadi dinamis yang non- mahasiswa. Kedua, inovatif.Seorang mahasiswa dinamis selalu ingin melakukan inovasi.Kebaikan itu banyak ragamnya.Dan jalan menuju kebaikan tersebut lebih banyak lagi ragamnya. Oleh karena itu, ia selalu ingin mencoba mencari jalan baru (inovasi) yang mungkin lebih efektif dan lebih efisien menuju suatu tujuan bersama. Mencoba cara baru tidak otomatis akan berhasil, namun demikian dalam kemauan dan 330 Sofian Munawar Asgart, Membangun Bangsa” 01 (2012): 7. 327 “Peranserta Islam Dalam keberanian untuk mencoba itu sendiri sudah merupakan suatu keberhasilan. Ketiga, inisiatif.Inilah salah satu ciri khas seorang mahasiswa dinamis yang berjiwa pemimpin. Seorang mahasiswa tidak akan bisa menjadi calon pemimpin yang baik apabila setiap tindak-tanduknya selalu menunggu komando. Ibarat anak ayam yang selalu menunggu suapan dari induknya. Keberanian untuk mengambil inisiatif diperlukan terutama ketika ia dipercaya untuk memegang suatu amanah kepemimpinan. Keberhasilan suatu organisasi, baik besar maupun kecil, sangat tergantung antara lain pada seberapa besar inisiatif dari setiap pimpinannya baik pimpinan level atas maupun yang level bawah sesuai dengan kekuasaan dan otoritas yang diberikan padanya.331 Keempat, ikhlas.Walaupun sikap ikhlas sudah masuk pada kategori akhak mulia (poin pertama), namun perlu ada penekanan di sini mengingat sangat pentingnya hal ini dimiliki oleh setiap individu santri yang dinamis terutama di saat-saat di mana keikhlasan sangat diperlukan. Di samping karena perintah Allah (QS Al A‘raf ayat 29 ) juga sebagai cara untuk memotivasi diri. Sebagai contoh, saat apa yang dilakukannya tidak mendapat apresiasi yang layak baik secara moril maupun materil. Empat kriteria di atas apabila dimiliki oleh seorang santri akan menjadikanmahasiswa yang bersangkutan sebagai figur yang tidak hanya dikagumi dan diteladani 331 Haryanto, budi, “Efikasi Diri, Kualitas Pengajaran, Sikap Positif, Dan Kinerja Akademis Mahasiswa‖ 16, No. 03 (2009): 29. 328 karena akhlaknya yang mulia, tapi juga sebagai figur yang akan membuat langkah-langkah yang memiliki manfaat besar besar bagi lingkungan sekitarnya. Inisiatif dan langkah inovatifnya akan menjadi terobosan baru untuk mencapai kemaslahatan dan kesejahteraan umat yang lebih luas. F. Referensi Yayat Suharyat, ―Hubungan Antara Sikap, Minat Dan Prilaku Manusia,” UNISMA Bekasi 1, no. 3 (2009): 19. Siti Julaiha, ―Implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran,‖ Dinamika ilmu 14, no. 2 (2014): 226– 239. Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar” . 12, no. 1 (2011), 6. Abd. Somad, ―Dinamisasi Pernormaan Hukum Islam,‖ Fakultas Hukum Universitas Airlangga Vol. XV (2010). Abad Badruzaman, “formula dinamisasi hukum Islam di era kekinian melalui pengembangan konsep maqasid” 14, No. 1, no. 65–80 (2014). Jabbar Sabil, “Dinamika Teori Maqasid,” no. 2 (2011): 14. Nashori, Fuad, “Menjadi Manusia Kreatif : Sudut Pandang Psikologi Islami” 1, No 1 (2004). Wasid, “Dinamis-Rasionalis dalam Pemikiran Thaha Husain pada Problematika Peradaban Islam dan Barat” 3, No. 2 (2013). AR, Aisyah, “Pemberian Layanan Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Lulusan Berahlak Mulia” 1, No 1 (2014): 78–80. 329 Sofian Munawar Asgart, “Peranserta Islam Dalam Membangun Bangsa” 01 (2012): 7. Haryanto, budi, “Efikasi Diri, Kualitas Pengajaran, Sikap Positif, Dan Kinerja Akademis Mahasiswa” 16, No. 03 (2009): 29. 330 SIKAP INOVATIF Afifah Wardani, Ahmad Sofyan Jamroni, Anggraeni Nuramaliawati, Annisa Adetacia Ningrum, Azas Sabidin, dan Bima Fandi Asy‟arie A. Pengertian Sikap Inovatif Sikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang dimiliki seseorang dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek disertai dengan perasaan positif dan negatif. Innovation dan entrepreneurship adalah mereka yang selalu mencari perubahan, berusaha mengikuti dan menyesuaikan terhadap tujuan pada perubahan itu, serta memanfaatkannya sebagai peluang serta mampu memilih dan mengambil keputusan alternatif yang paling tinggi memberikan produktivitas.332 Inovatif berasal dari kata bahasa inggis ―innovate‖ yang artinya memperkenalkan sesuatu yang baru sedangkan innovative berarti bersifat memperbarui. Kemudian kata ―innovate‖ dan ―innovative‖dalam pengertiannya yang dalam bahasa Indonesia degan mengalami perubahan penulisan manjadi ―inovatif‖ yang berarti bersifat memperkenalkan suatu yang baru. Sedangkan orang yang melakukan pembaharuan disebut ―innovator‖. Inovatif itu sendiri dapat kita pahami sebagai Usaha seseorang dengan mendaya gunakan pemikiranpemikiran yang dimiliki seseorang tersebut sehingga 332 Supardi, Endang, ―Kiat Mengembangkan Kreatif Dan Inovatif‖ 09 (Mei 2017): 32. 331 dapat kita pahami dalam kemampuan respon terhadap suatu kejadian dalam usaha memunculkan ide baru yang dapat bermanfaat bagi yang lainya dalam berinovasi, kemampuan imajinasi, berbagai stimulan, dan individu yang mengelilinginya dalam menghasilkan produk baru, baik bagi dirinya sendiri ataupun lingkungannya.‖ Berdasarkan penjelasan diatas maka sikap yang baik yaitu (sikap inovatif ) usaha dalam perubahan sikap atau ide seseorang yang mendaya gunakan pemikiran untuk memperbarui dan membuat suatu pemikiran yang baru untuk menghasilkan produk baru, baik untuk dirinya maupun orang lain dan lingkungan.333 B. 1. a. b. c. Ruang Lingkup Inovatif Proses Inovasi Pencarian ide adalah tahap membuat ide-ide baru atau memperkuat ide yang sudah ada Pemanenan ide adalah pengaplikasikan ide-ide yang sudah terkumpul, disaring, dan dievaluasi. Pengembangan dan implementasi ide penelitian, percobaaan, perbaikan, dan pengembangan dari suatu ide dan implementasinya Berinovasi yaitu memperkenalkan sesuatu yang baru dari sebuah ide, metode, atau alat inovasi adalah kombinasi dari dua proses pengimplementasiannya. Inovasi adalah perubahan yang dapat berupa, suatu proses pada 333 Dika, ―Pengertian sikap cerdas, kreatif, inovatif, disiplin, mandiri, dan bersemangat.‖ 05 (January 18, 2016): 156. 332 2. a. b. Tipe Inovasi Inovasi dalam pendidikan yang melibatkan antara guru dan siswa dalam mencapai sehingga guru dapat memberikan perubahan yang signifikan.Melibatkan peningkatan karakteristik fungsi juga kemampuan media yang dapat memper mudah dalam pengelolaan pengajaranya sehingga tercapai dengan baik Inovasi proses; melibatkan implementasi peningkatan kualitas dalam petubahan yang baru c. Inovasi penerapan ; mengembangkan metode yang telah direncanakan dalam mencapai tujuan. 3. Tujuan Inovasi Tujuan utama inovasi adalah. a. Meningkatkan kualitas b. Menciptakan pasar baru c. Memperluas jangkauan produk d. Mengurangi biaya tenaga kerja e. Meningkatkan proses produksi f. Mengurangi bahan baku g. Mengurangi kerusakan lingkungan h. Mengganti produk atau pelayanan i. Mengurangi konsumsi energi j. Menyesuaikan diri dengan undang-undang.334 Maka dalam ruang lingkup dalam inovasi sangat luas yang dapat membantu dalam perubahan yang ingin dicapai, sehingga perubahan akan dapat tercapai apabila adanya dorongan dari kedua belah pihak,yang 334 Aisyah, ―Inovasi Dalam Perspektif Hadis‖ 08 (Tahun 2017): 92–95. 333 memerlukan metode dalam memberikan rangsangan terhadap objeknya perlunya rasa percaya diri dalam setiap tindakan tersebut sehingga peruhan akan nampak. C. Dalil Tentang Sikap Inovatif Dalam Hadis yang berkaitan tentang inovatif yang tertera dibawah yaitu: Artinya― ...Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan..‖ Dan dengan ketrampilannya, manusia akan mampu melakukan pekerjaan yang profesional dan produktif, Sebagai mana firman Allah dalam QS, al-Isra‘:84. Artinya: ―Katakanlah: ―Tiap-tiap orang berbuat menurut ke adaan nya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalanNya‖.335 Maka dalam hadis lain juga terdapat sebagai berikut: Artinya: ―Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka, dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakanya‖ (HR. Muslim no. 1893). Dalam keterangan hadis diatas dapat kita pahami bahwasanya apabila seseorang tersebut dapat mengarahkan orang lain kejalan yang benar sesuai aturan agama (Aqidah) maka dalam setiap tindakan yang dikerjakan orang yang kita arahkan dalam yang baik maka, kita mendapatkan apa yang ia dapatkan pula dari Allah SWT. Sehingga maka dari itu kita sebagai 335 Ismail Nawawi, ―Strategi Inovasi Produksi Dan Kompetitif Bisnis Dalam Perspektif Islam‖ 12 (Mei 2012): 169. 334 sesama muslim belajar untuk saling memberikan ajakan yang baik yang bernilai ibadah, karena dalam hal tersebut seseorang akan dapat lebih mudah dalam membantu sesamanya, pada dasarnya dalam sikap Inovatif yang harus kita punyai dalam diri kita maupun orang lain, hadis diatas itu menjadi sebuah sandaran dalam melakukan tindakan yang syari‘atkan oleh agama, maka dalam perubahan tingkah laku atau maupun yang lainya itu juga masih terdapat berubahan yang menjorok terhadap tindakan yang mengsilkan tidak baik pada diri seseorang tersebut, maka dalam adanya hadis yang kita sajikan diatas itulah yang menjadikan patokan untuk mengarah dalam kebaikan yang bernilai ibadah sehingga dalam perubahan ini bukan hanya merubah diri kita saja tetapi kita juga diusakan mampu memberikan dapak positif dimanapun tempat kita tinggal kalainya yaitu berman faat untuk orang banyak, sepertihal kuluarga atau masyarakat sekitar dan sebagainya. Maka dalam setiap perubahan yang menyangkut tentang diri tersebut yaitu kita sendirilah yang merubahnya untuk menjadi manusia yang hatinya sedikit demi sedikit merujuk dalam kebaikan sehingga apabila hati tersebut baik maka baik pula seluruh tubuh kita D. Keutamaan Sikap Inovatif Dalam sikap inovatif tersebut masuk dalam kajian perubahan perilaku yang tibul karena adanya dorongan dari individu lain seperti siswa yang dibantu guru dalam mencapai dalam tujuan yang direncanakan oleh sebab itu inovatif ini mengaitkan untuk beberapa orang dalam yang membantu untuk dapat menyesuaikan dengan 335 keadaan yang ada dalam kehidupan tersebut maupun lingkungannya, keluarga dan masyrakat maupun lainya. Perilaku inovatif pada dasarnya merupakan kemampuan individu melakukan perubahan cara kerja dalam bentuk mengadopsi prosedur, praktek dan teknik kerja yang baru dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaanya, perilaku inovatif dapat didefinisikan sebagai tindakan individu untuk menciptakan dan mengadopsi ide-ide/ pemikiran atau cara-cara baru guna diterapkan dalam kegiatan pelaksanaan suatu kegiatan yang memuat perubahan penyelesain pekerjaan.336 Inovasi dapat dikatan utama karena dalam tidakan inovasi tersebut yang menjadikan seseorang yang dapat berfikir lebih maju dalam setiap kaadaan tertentu sehingga hal tersebut menjadikan sebuah sikap yang dipunyai oleh seseorang yang bertujuan untuk mengubah dirinya tersebut untuk mencpai perubahan yang signifikan dalam berfikir posif dalam kemajuanya maupun kelompok lainya, semua tindakan individu yang diarahkan pada kepentingan organisasi dimana didalamnya dilakukan introduksi dan aplikasi ide-ide baru yang menguntungkan. Perilaku inovatif bukanlah semata-mata dipengaruhi faktor bawaan atau internal. Perilaku inovatif dalam pendidikan maupun mencakup pekerjaan sering muncul manakala seorang tersebut menghadapi tantangan dalam pekerjaannya sepertihal tugas-tuga atau sebagainya yang ada dalam dunia pendidikan maupun dunia kerja, dalam mendapat 336 Prayudayanti, Bondan Ndaru, ―Peningkatan Perilaku Inovatif Melalui Budaya Organisasi‖ (2014): 23. 336 kewenangan yang luas dalam melaksanakan tugas yang harus diselesaikan dan menjadi manusia yang bertanggung jawab dalam suatu hal yang ia harus kerjakan sesuai dengan prosedur yang ada. Maka dalam hal ini dalam bersikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang dimiliki seseorang dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek disertai dengan perasaan positif dan negatif, karena sikap sebagai suatu sistem yang memiliki tiga komponen yang saling tergantung yakni kognisi, afeksi dan konasi kognisi menyangkut keyakinan terhadap obyek sikap, afeksi menyangkut perasaan dan konasi menyangkut kecenderungan untuk berbuat), sikap adalah predisposisi untuk merespon, tetapi berbeda dengan kecenderungan terhadap suatu respon evaluasi, seseorang cenderung untuk memilih tindakan dalam rangka meningkatkan rasa senang terhadap obyek tertentu. Istilah inovasi didefinisikan sebagai derajat seseorang dalam mengadopsi ide-ide baru, lebih awal dari pada individu lain. Dikatakan juga bahwa ada beberapa karakteristik inovasi yaitu: manfaat, kompatibilitas, kompleksitas, triabilitas, dan observatibilitas. Sedangkan sikap memiliki dimensi afektif, tingkah laku dan informasi kognitif ketiga komponen itu terorganisir ke dalam sistem yang kuat. Aspek kebaharuan dalam inovasi dapat dinyatakan dalam bentuk ide, cara-cara dalam perubahan sikap yang negatif menjadi positif yang terceminkan dalam Aqidah islam yang berdasarkan Al-quran dan hadis-hadis 337 shoheh dalam bentuk pengetahuan, sikap (afektif) dan keputusan untuk menggunakannya.337 Sikap inovatif merupakan salah satu unsur kepribadian yang perlu dimiliki oleh setiap manusia dalam menentukan tindakan dan bertingkah laku terhadap suatu obyek. Inovatif adalah suatu suatu daya upaya yang dilakukan untuk menemukan hal-hal baru yang sebelumnya belum ada.338 Agar kita menjadi seseorang yang berguna maka diperlukan sikap inovatif maupun kreatif, karena kedua hal tersebut sangat berkaitan dan berhubungan, jika kita lihat lagi inovasi yang baru yang dari diri kita akan sangat berdampak pada seluruh lingkungan kehidupan kita tetapi perlu ditekankan bahwa sikap inovatif harus didasarkan pada segala tindakan yang positif agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan luas. Ada beberapa syarat-syarat untuk berfikir inovatif dengan baik dan benar agar menghasilkan karya baru yang positif. Maka dalam beberapa agar kreatif dan inovatif itu kita dapat lihat dari petani, pelukis dan penulis, beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam berfikir inovatif yaitu berfikir secara luas dengan batasan-batasan norma dan agama agar tidak terlalu jauh dari jalur kemudian produktifitas yang tinggi yaitu dapat menciptakan segala sesuatu yang baru tanpa henti tetapi tetapi tetap dalam batasan lalu memiliki sentitifitas yang tinggi terhadap lingkungan sekitar dan yang terahir ialah originalitas yang tinggi 337 Moniaga, Viky R B, Memah Jelly, ―Hubungan Antara Etos Kerja, Motifasi, Sikap Inovasi Dalam Pendidikan‖ 08 (n.d.): 14. 338 Hasan, Hafiedh, ―Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Tauhid Ilmu,‖ Madaniyah 04, no. 01 (November 19, 2016): 85. 338 dengan tidak mencuri atau mengakui kreatifitas orang lain serta benar-benar baru dari pemikiran kita339. Inovatif yang positif tentunya akan sangat diinginkan setiap semua masyarakat karena setiap orang memiliki hak asasi untuk berfikir tetapi tetap terbatas pada hak-hak orang lain karena itulah dalam berfikir inovatif jangan terlalu jauh menyimpang dari agama, adat atau budaya yang kita anut supaya ide atau inovasi yang kita buat dapat diterima secara baik oleh seluruh masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa inovatif yang positif ialah kemampuan atau daya upaya kita sebagai umat manusia untuk menciptakan suatu karya yang baru untuk keberlangsungan hidup baik untuk diri sendiri dan lingkungan sosial atau masyarakat yang ada disekeliling kita. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio emosional dan kemandirian. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang maha esa dan membantu terbinanya sikap anak yang baik. Dan dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap 339 Rianto, Devi, ―Prilaku Kreatif Dan Inovatif Dalam Usaha Budidaya Buah Belimbing Dikelurahan Karang Sari Kec. Suko Rejo Belitar‖ 12, no. 01 (May 10, 2018): 105. 339 Kegiatan dalam pembiasaan terperogram dalam pembelajaran yang kita dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal sebagai berikut: a. Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, keterampilan dan sikap baru dalam setiap pembelajaran. b. Biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam setiap pembelajaran. c. Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran. d. Biasakan belajar secara berkelompok untuk menciptakan ―masyarakat belajar‖. e. Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajaran f. Biasa melakukakn refleksi pada setiap akhir pembelajaran. g. Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil, dan transparan dengan berbagai cara. h. Biasakan peserta didik untuk selalu bekerja sama dan saling menunjang i. Biasakan belajar dari berbagai sumber. j. Biasakan peserta didik untuk sharring dengan temannya. k. Biasakan peserta didik untuk berpikir kritis. l. Biasakan untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada orang tua peserta didik terhadap perkembangan perilakunya. 340 m. Biasakan peserta didik untuk berani menanggung resiko. (14)Biasakan peserta didik untuk menanggung resiko. n. Biasakan peserta didik tidak mencari kambing hitam. o. Biasakan peserta didik terbuka terhadap kritikan. p. Biasakan peserta didik mencari perubahan yang lebih baik q. Biasakan peserta didik terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan 340 selanjutnya. Bentuk-bentuk Pembiasaan Pendidikan agama melalui kebiasaan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, diantaranya yaitu: a. Pembiasaan dalam akhlak, berupa pembiasaan bertingkah laku yang baik, baik di sekolah maupun di luar sekolah seperti: berbicara sopan santun, berpakaian bersih, hormat kepada orang yang lebih tua, dan sebagainya. b. Pembiasaan dalam ibadah, berupa pembiasaan salat berjamaah di mushala sekolah, mengucapkan salam sewaktu masuk kelas, serta membaca ―basmalah‖ dan ―hamdalah‖ tatkala memulai dan menyudahi pelajaran. c. Pembiasaan dalam keimanan, berupa pembiasaan agar anak beriman dengan sepenuh jiwa dan hatinya, dengan membawa anak-anak 340 Adinda Purnama, Reviva Safitri, and Ester Emerarita Tarigan, ―Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini Melalui Metode Pembiasaan Di Tk Bina Anaprasa Kencana Tahun Ajaran 2016/2017‖ 07 (July 3, 2017): 06. 341 memperhatikan alam semesta, memikirkan dalam merenungkan ciptaan langit dan bumi dengan berpindah secara bertahap dari alam natural ke alam supranatural.341 Maka dalam sikap pembiasaan ini kita mengetahui apa yang ahrus kita lakukan dalam kehidupan seharihari yang bertujuan dalam perubahan sikap kita ataupun karakter dan lain-lain yang berhubungan dengan perubahan tersebut, maka dalam perubahan yang tertera diatas seperti perubahan masalah akhlak kita yaitu bagaimana kita membiasakan dalam diri kita untuk saling menghargai, gotong-royong dan peduli dengan lingkungan yang kita tinggali maupun lingkungan yang kita tau bahwa lingkungan tersebut sangat perlu perhatian seperti banyaknya sampah maka kita dapat sipantik untuk tidak membuang sampah sembarangan atau membantu membersikan tempat tersebut agar tidak seperti biasanya. Sehingga sikap inovatif dalam pembiasaan tersebut mencakup perubahan yang dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat membangun sehingga dalam perubahan yang terjadi tidak dalam golongan negatif maka perubahan yang harus dimiliki ini kita dapat menanankan perilaku yang positif dalam kehidupan sehingga memberi manfaat bagi orang lain yang ada disekitar kita maupun dimanapun berada. 341 Supiana and Rahmat Sugiharto, ―Pembentukan Nilai-nilai Karakter Islami Siswa Melalui Metode Pembiasaan (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah Terpadu Ar-roudloh Cileunyi Bandung Jawa Barat)‖ Vol 01 (February 1, 2017): 33. 342 F. Referensi Adinda Purnama, Reviva Safitri, and Ester Emerarita Tarigan. ―Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini Melalui Metode Pembiasaan Di Tk Bina Anaprasa Kencana Tahun Ajaran 2016/2017‖ 07 (July 3, 2017): 06. Aisyah. ―Inovasi Dalam Perspektif Hadis‖ 08 (Tahun 2017): 92–95. Dika. ―Pengertian sikap cerdas, kreatif, inovatif, disiplin, mandiri, dan bersemangat.‖ 05 (January 18, 2016): 156. Hasan, Hafiedh. ―Sistem Pendidikan Nasional Berdasarkan Tauhid Ilmu.‖ Madaniyah 04, no. 01 (November 19, 2016): 124. Ismail Nawawi. ―Strategi Inovasi Produksi Dan Kompetitif Bisnis Dalam Perspektif Islam‖ 12 (Mei 2012): 169. Moniaga, Viky R B, Memah Jelly. ―Hubungan Antara Etos Kerja, Motifasi, Sikap Inovasi Dalam Pendidikan‖ 08 (n.d.): 14. Prayudayanti, Bondan Ndaru. ―Peningkatan Perilaku Inovatif Melalui Budaya Organisasi‖ (2014): 14. Rianto, Devi. ―Prilaku Kreatif Dan Inovatif Dalam Usaha Budidaya Buah Belimbing Dikelurahan Karang Sari Kec. Suko Rejo Belitar‖ 12, no. 01 (May 10, 2018): 105. Supardi, Endang. ―Kiat Mengembangkan Kreatif Dan Inovatif‖ 09 (Mei 2017): 48. Supiana, and Rahmat Sugiharto. ―Pembentukan Nilainilai Karakter Islami Siswa Melalui Metode Pembiasaan (Studi Kasus di Madrasah Tsanawiyah 343 Terpadu Ar-roudloh Cileunyi Bandung Barat)‖ Vol 01 (February 1, 2017): 33. 344 Jawa SIKAP KREATIF Dedi Irawan, Devi Silviana Sari, Dewi Latifah, Dewi Istiana, Dewi Puspita Sari, dan Eka Wuri Rahayu A. Pengertian Sikap Kreatif Dari segi pandangan islam sikap kreatif dapat diartikan sebagai aktualisasi keimanan seseorang dalam mewujudkan rasa syukur terhadap nikmat yang Allah SWT berikan, dengan cara memberdayakan dan mennggunakan kemampuan yang ada dalam diri seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dalam kamus besar indonesia, kreatif adalah memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Sikap kreatif merupakan ciri non aptitude traits‘ yang berkaitan dengan sikap, motivasi dan perasaan seseorang dalam menentukan prestasi kreatifnya agar bakat kreatif seseorang terwujud disebut dengan kreativitas aktualisasi diri342. Kreatif merupakan daya pikir seseorang yang berbentuk ide atau gagasan yang mendorong seseorang untuk berinovasi dan menghasilkan suatu karya. Sikap kreatif biasanya bisa ditumbuhkan dari dalam diri seseorang berdasarkan pengalaman dan rasa ingin tau sehingga mampu memotivasu diri sendiri untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. 342 Rafika Rahmi and Rose Mini Agus Salim, ―Peran Pelibatan Diri Siswa Sebagai Mediator Dalam Hubungan Antara Iklim Kelas Dengan Sikap Kreatif Siswa Sd Sekolah Alam,‖ Jurnal Psikologi 16, no. 1 (June 21, 2017): 79. 345 B. Ruang Lingkup Sikap Kreatif Pendidikan sangat dibutuhkan manusia pada saat ini. Untuk memecahkan masalah kehidupan, pendidikan ini penting dan harus di miliki oleh seluruh makhluk sempurna. Ketika muncul sebuah pendidikan, akan menjadikan makhluk Allah SWT yang sempurna ini sebagai sosok seorang individu yang memiliki kesopanan, kesantunan pada akhlaknya dan memiliki moral yang sesuai atau di terima masyarakat serta dengan adanya pendidikan manusia menjadi seorang yang berketuhanan. Pendidikan dapat dijadikan sebuah alat atau orientasi utama bagi negara atau bangsa dalam mengatasi masyarakatnya yang masih masih memiliki keterbelakangan dalam setiap aspek pada kehidupan individu masyarakat. Sehingga dengan hal ini inovasi di dalam pendidikan menjadi hal yang sangat 343 dibutuhkan. Inovasi ini menjadikan atau mengharuskan manusia menjadi manusia yang kreatif atau menjadi manusia yang memiliki sikap yang kreatif. Setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda satu sama lain. Terdapat ungkapan yang terkenal dari Ali bin Abu Thalib RA “Didiklah anak anak mu, sesungguhnya mereka lahir untuk hidup disuatu zaman yang benar-benar berbeda dengan zaman mu” Hal ini mengisyaratkan pada manusia untuk orang tua, muda, anak-anak, dengan profesi apapun menjdi manusia yang kreatif. Karena sikap 343 Dedi Wahyudi and Habibatul Azizah, Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep Revolution,‖ Attarbiyah 26 (2016): 3. 346 ―Strategi Learning kreatif ialah merupakan akhlak terpuji yang disenangi Allah SWT. Menjadi seorang yang memiliki sikap kreatif ialah manusia yang memiliki akhlak terpuji. Tidak dapat di pungkiri bahwa kreativitas memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Semakin kompleksnya problem kehidupan yang ada di dunia menuntut kita sebagai manusia memiliki atau mengoptimalkan potensi yang Allah SWT berikan kepada kita. Salah satunya yaitu potensi akal yang menganjurkan kita bebrpikir kreataif. Dengan kreativitas, manusia diharapkan mampu atau bisa memecahkan persoalan atau masalah-masalah yang terjadi secara efektif dan efisien. Seorang yang kreatif tidaklah dapat terjadi dengan tiba-tiba. Untuk memiliki sikap kreatif ini memerlukan proses. Ibarat tanaman, kreativitas di tanam lalu dipupuk, disiram dan dirawat agar menjadi tanaman yang indah,besar dan subur. Sikap kreatif haruslah diajarkan atau dibiasakan kepada anak. Agar menjadi bekal ia pada zamannya ia nanti. Karena setiap kehidupan memiliki zaman yang terus berbeda. 344 Ada penjelasan khusus tentang jiwa dan perilaku kreatif. Jiwa manusia yang terdiri dari ruh, qalbu, akal dan nafsu. Substansi yang telah ada ada pada diri manusia atau makhluk paling sempurna dan memiliki keterkaitan langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa di sebut dengan ruh (ar-ruh). Ruh pertama kali diciptakan oleh Allah SWT sebelum terbentuknya raga. Diketahui 344 R. Rachmi Diana, ―Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kretatif IF!: Menghidupkan Keberbakatan Dan Kreativitas Anak,‖ Jurnal Psikologi 3, no. 2 (2006): 126. 347 bahwa ruh ini memiliki sifat suci dan abadi. Walaupun raga ini sudah hancur, tetapi ruh ini akan tetap hidup. Kedua ialah qalbu yang merupakan komponen yang ada dalam diri manusia yang memiliki kemampuan dalam memahami realitas atau kebenaran melalaui perasaan. Dengan qalbu dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk. Qalbu ditempatkan sebagai pusat diri manusia. Ketiga ialah komponen yang ada yang ada dalam diri manusia ini memiliki kemampuan untuk menerima pengetahuan, menyimpan pengetahuan, mengolah pengetahuan, dan menghasilkan pengetahuan baru setelah menghasilkan pengetahuan yang baru setelah pengetahuan yang sudah ada. Nafsu adalah sebagai pendorong perilaku manusia untuk berbuat atau mencegah suatu perbuatan. Nafsu sebagai pendorong perbuatan manusia untuk berbuat kebaikan dan sebagai pencegah perbuatan yang buruk atau tidak memiliki keuntungan.345 Sebenarnya ruang lingkup sikap kreatif ini ialah seseorang yang dapat menggunakan akal, qalbu, nafsu yang diciptakan dengan optimal dan sebaik-baiknya. Jika dalam agama Islam ialah sebagai bentuk rasa syukur atas diciptakannya kemampuan, kesadaran keimanan, seluruh daya kemampuan diri yang Allah berikan atau ciptakan. Sikap kreatif juga sebagai pengharapan seseorang dapat menghasilkan sesuatu yang terbaik dan menjadi manfaat bagi orang lain baik masa sekarang atau masa akan datang. 345 Fuad Nashori, ―Menjadi Manusia yang Kreatif: Sudut Pandang Psikologi Islami‖ (n.d.): 1. 348 Ruang lingkup kreatif ini juga meliputi intelektual, emosi seseorang dalam melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu, dan hal ini masih berkaitan dengan akal, qalbu, dan nafsu yang telah di bahas sebelumnya. Manusia yang kreatif biasanya memiliki hasrat yang kuat dalam mengubah hal-hal yang ada disekelilingnya, memiliki kepekaan, minat, rasa ingin tahu yang kuat dan memiliki konsentrasi dan kritis di dalam berfikir. Kreatif sebenarnya tidak hanya dapat dimiliki oleh orang beragama Islam saja. contoh seperti Thomas Alva Edison, Leonardo da Vinci, Isaac Newton, Albert Einstein, dan Alexander Graham Bell adalah orang orang yang kreatif. Bahkan ada diantaranya menganggap bahwa Tuhan telah mati. 346 Tetapi hal ini belum lengkap. Karena syarat menjadi pribadi yang kreatif ialah individu yang menggunakan akal, hati, nafsunya secara optimal dan secara positif. C. Dalil Sikap Kreatif Menurut kamus besar indonesia, Sikap kreatif diartikan: "memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan". Kreatif adalah menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang, mendesain, merancang, mengubah ataupun menambah. Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, guna menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat 346 Ibid., 2. 349 bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah SWT347. Dalam Firman Allah (QS.Al-Imran Ayat 102): Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam dan di jelaskan dalam surat yang lain (QS Al-Baqarah ayat 30) juga Menjelaskan Tentang Sikap Kreatif: Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dalam ayat di atas dengan sangat jelas bahwa Allah SWT. menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Khalifah memiliki dua makna, yaitu menggantikan dan menguasai. Makna menggantikan dapat kita lihat pada ayat 30 Surah al-Baqarah ini.348 Manusia ditunjuk Allah SWT. sebagai pengganti Allah SWT. dalam mengolah bumi sekaligus Tatag Yuli Eko Siswono, ―Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah‖ (n.d.): 15. 348 Yesi Lisnawati, Aam Abdussalam, and Wahyu Wibisana, ―Konsep Khalifah Dalam Al-quran Dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu'i Terhadap Konsep Khalifah Dalam Tafsir Al-misbah)‖ (n.d.): 11. 350 347 memakmurkannya Manusia diberi tugas dan tanggung jawab untuk menggali potensi-potensi yang terdapat di bumi ini, mengolahnya, dan menggunakannya dengan baik sebagai sarana untuk beribadah kepada Allah SWT. Makna khalifah yang kedua adalah menguasai atau menjadi penguasa. Makna ini dapat kita temukan dalam kata khalifah yang terdapat dalam Surah S.ad ayat 26 yang artinya: ”(Allah SWT. berfirman) Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” Pada ayat ini disebutkan bahwa Allah SWT. menjadikan Nabi Daud a.s. sebagai khalifah di bumi dengan arti menjadi penguasa di kalangan Bani Israel. Saat di antara kaum Bani Israel terdapat perselisihan, Nabi Daud selaku penguasa diperintahkan untuk memberikan keputusan dengan adil. Selaku penguasa, seorang khalifah dituntut untuk senantiasa berbuat adil kepada masyarakatnya. Ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa akan memberikan akibat buruk bagi korbannya dan masyarakat secara umum. Terlepas dari kedua makna khalifah, manusia menempati kedudukan istimewa di muka bumi ini. Bukan berarti manusia diistimewakan kemudian boleh berbuat semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan istimewa manusia menuntut kearifan dan tanggung jawab besar terhadap alam dan masyarakat. D. Keutamaan Sikap Kreatif Untuk memiliki kemampuan sikap kreatif menggunakan acuan yang dibuat ada empat keutamaan 351 berfikir kreatif yang mencerminkan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Berfikir lancar (Fluent thinking) atau kelancaran yang menyababkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. 2. Berfikir luwes (Flexible thinking) atau kelenturan yang menyebabkan seseorang mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 3. Berfikir orisinil (Original thinking) yang menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik atau mampu menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa. E. Bentuk Pembiasaan Sikap Kreatif Pembiasaan adalah bagian yang sangat penting dalam tahapan peserta didik untuk memulai suatu bersosialisasi serta berinteraksi dilingkungan sekolahnya. Oleh sebab itu faktor guru sangatlah penting bagi siswa dalam mengembangkan pembiasaan berprilaku yang baik, khususnya pembiasaan berfikir dan kreatif siswa tersebut. Tetapi tertibnya berpikir juga dibantu oleh tertibnya penggunaan bahasa. Oleh karena itu, melalui pembelajaran bahasa harus bisa mengembangkan suatu kemampuan berpikir seseorang. kemampuan berpikir terdapat beberapa tingkatan, yaitu: menghafal, dasar, kritis serta kreatif. Dalam tingkatantingkatan tersebut, berpikir kreatif serta berpikir kritis termasuk merupakan tingkat yang tertinggi dalam berfikir sebuah rangkaian yang berjenjang. 352 Bahasa adalah suatu sarana untuk berpikir, maka dalam pembelajaran tersebut bahasa juga terkandung pembelajaran berpikir, termasuk di dalamnya berpikir kreatif atau berfikir kritis. Menurut Feldman berpikir kritis ialah suatu keterampilan yang pada dasarnya sangat diperlukan dalam menentukan keputusan yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah. Apabila seseorang terbiasa dalam kemampuannya yang berpikir kritis, maka mereka akan memiliki suatu kemampuan yang baik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam era ini suatu persaingan meningkat semakin tinggi dan timbulah suatu permasalahan baru,sehingga membutuhkan seseorang yang mempunyai kemampuan dalam berfikir kreatif dari setiap anggotanya yang bertujuan agar mampu mengambil suatu keputusan yang secara tepat serta mampu mencari solusi permasalahan yang dihadapinya. Dalam konteks pembelajaran bahasa, kemampuan berpikir kritis dan kreatif bisa dikembangkan melalui membaca, menulis serta pemahaman yang timbul. Dalam pembelajaran membaca, seharusnya siswa tidak hanya sekedar melihat apa yang sudah tertuang dalam suatu teks bacaan tersebut, karena siswa dalam belajar membaca secara kritis sangat dianjurkan untuk bisa menganalisis isi dari teks yang dibacanya dan memberikan suatu penilaian dari teks tersebut. Siswa juga dianjurkan untuk menganalisis suatu informasi mana yang salah dan mana yang benar, mana yang argumentasinya masuk akal dan mana yang tidak, atau mana yang tertulis dengan ejaan yang benar dan mana yang tidak. Dengan pembelajaran tersebut, siswa sangat dianjurkan untuk tidak mudah memercayai setiap informasi yang diterimanya, Karena 353 terlebih akhir-akhir ini begitu banyak informasi yang bersifat hoax dan cenderung menjerumuskan.349 Keterampilan mengelaborasi (Elaboration ability) yang menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengambangkan suatu gagasan.350 Dengan adanya sikap kreatif akan membuat hidup menjadi lebih indah, karena akan dikelilingi hal-hal yang bervariasi dan tidak monoton. F. Referensi Diana, R. Rachmi. ―Setiap Anak Cerdas! Setiap Anak Kretatif IF!: Menghidupkan Keberbakatan Dan Kreativitas Anak.‖ Jurnal Psikologi 3, no. 2 (2006): 123–131. Indradi, Agustinus. ―Pembentukan Karakter Kritis Dan Kreatif Melalui Pembelajaran Bahasa Dan Keteladanan Guru Bahasa‖ (n.d.): 10. Jayanto, Ignasius Fandy, and Sri Hastuti Noer. ―Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Pembelajaran Guided Discovery.‖ Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 1, no. 1 (June 2, 2017): 253–263. Lisnawati, Yesi, Aam Abdussalam, and Wahyu Wibisana. ―Konsep Khalīfah Dalam Al-Qur`Ᾱn Dan 349 Agustinus Indradi, ―Pembentukan Karakter Kritis Dan Kreatif Melalui Pembelajaran Bahasa Dan Keteladanan Guru Bahasa‖ (n.d.): 10. 350 Ignasius Fandy Jayanto and Sri Hastuti Noer, ―Kemampuan Berpikir Kreatif Dengan Pembelajaran Guided Discovery,‖ Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 1, no. 1 (June 2, 2017): 253–263. 354 Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu‘i Terhadap Konsep Khalīfah Dalam Tafsir Al-Misbah)‖ (n.d.): 11. Nashori, Fuad. ―Menjadi Manusia Kreatif: Sudut Pandang Psikologi Islami‖ (n.d.): 5. Rahmi, Rafika, and Rose Mini Agus Salim. ―Peran Pelibatan Diri Siswa Sebagai Mediator Dalam Hubungan Antara Iklim Kelas Dengan Sikap Kreatif Siswa Sd Sekolah Alam.‖ Jurnal Psikologi 16, no. 1 (June 21, 2017): 77–87. Siswono, Tatag Yuli Eko. ―Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah‖ (n.d.): 15. Wahyudi, Dedi, and Habibatul Azizah. ―Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Konsep Learning Revolution.‖ Attarbiyah 26 (2016): 1–28. 355 SIKAP BERILMU Fany Safitri, Febry Hermawanto, Feni Mustikasari, Ilham Dewa Pratama, Ira merda Sari, dan Lili Nur Indahsari A. Pengertian Sikap Berilmu Ilmu Menurut Al-Qur‘an Kata ilmu (‫ )علم‬yang terdiri dari huruf ‗ayn, lam dan mīm diartikan sebagai segala sesuatu yang menunjukkan kepada bekas atau yang memiliki keistimewaan. Kata ilmu berasal dari bahasa Arab memiliki beberapa, yakni mengetahui, mengenal memberi tanda dan petunjuk. Ia merupakan bentuk maṣdar dari kata „alimaya‟lamu-„ilman, yang berantonim dari makna nāqid al-jahl (tidak tahu)351. Ilmu dalam pengertian yang pertama sebagaimana definisi di atas, merujuk pada QS. al-Anfāl : 60, yang artinya : ―Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kudakuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah SWT dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah SWT mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah SWT niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)‖. 351 Amin Surahman and Ferry Muhammadsyah Sirega, ―Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam Al-Quran; Makna Etimologis, Klasifikasi, Dan Tafsirnya‖ 24 (January 1, 2015): 132. 356 Berbicara mengenai ilmu tidak terlepas dengan sikap yang akan dimunculkan. Dalam KBBI, sikap diartikan sebagai tindakan. Nah, tindakan tersebut jika disatukan dengan ilmu, maka menjadi suatu sikap yang menjadi tujuan pendidikan. Ilmu versi Imam Râgib dalam buku Mufardât Alquran ialah mengetahui sesuatu berdasarkan hakikatnya yang sebenarnya. Ahli ilmu logika mengetakan bahwa ilmu adalah mengetahui zat atau hakikat sesuatu atau yang dikenal dengan taşawwur.352 Melihat makna ilmu di atas, dapat menjadi tolak ukur bagi seorang yang berilmu agar menjadikan perilaku-perilakunya sesuai dengan pengetahuan yang ada. Pada dasarnya orang berilmu itu selalu mengedepankan akhlak. Dari akhlak tersebut mereka membangun konsep-konsep kehidupan yang memiliki orientasi pada kebaikan, sehingganya semua tingkah laku mereka akan sesuai dengan aturan-aturan yang tumbuh di dalam lingkungannya. B. Ruang Lingkup Sikap Berilmu Dalam perspektif agama yakni Islam, belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep belajar dalam Islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan belajar bukanlah mencari rezeki di dunia semata, tetapi untuk sampai kepada hakikat, memperkuat 352 Zulfahmi Lubis, ―Kewajiban Belajar‖ 2 (2016): 237. 357 akhlak, artinya mencari atau mencapai ilmu/belajar yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna353. Sikap berilmu merupakan sikap seseorang yang memiliki pengetahuan, dan segala pengetahuan juga harus meiliki ilmu. Ilmu merupakan aktifitas manusia, cara yang teratur untuk memperoleh pengetahuan yang nantinya akan menimbulkan pengetahuan serta sikap atau perilaku seseorang, karena menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia yang dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap manusia wajib untuk belajar karena untuk mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan dan dalam mencari ilmu tidak hanya hanya mencari kemudian langsung megamalkan, tetapi yang lebih utama yaitu menerapkannya kepada diri sendiri tentang sikap menjadi orang yang berilmu, karena sikap orang yang berilmu itu berbeda dengan orang yang belum mempunyai ilmu pengetahuan. Orang yang berilmu mempunyai kedudukan yang paling tinggi dibandingkan dengan orang yang ahli ibadah. Orang yang berilmu juga harus bisa menyesuaikan dengan sikap atau prilaku sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Di masyarakatpun orang yang bersikap atau berperilaku sopan santun terhadap masyarakat lainya pasti akan lebih diharapkan daripada orang yang ahli ibadah tetapi tidak mempunyai sopan santun terhadap sesamanya. Sikap atau prilaku yang mencerminkan sebagai orang yang berilmu diantaranya, mudah bersosial, rela menyebarluaskan ilmunya bagi siapapun yang 353 Nidawati, ―Belajar Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama‖ 1 (December 1, 2013): 18. 358 memerlukanya, bijaksana dalam berbicara, tidak mudah menyinggung orang lain, tidak memilih milih dalam pergaulanya baik orang yang berilmu maupun yang kurang berilmu,dan harus pandai menghargai pendapat orang lain, terutama dalam forum musyawarah dalam masyarakat. Masyarakat harapanya sangatlah besar terhadap orang yang beilmu dan yang utama mempunyai sikap yang santun, maka dari itu hendaknya orang yang berilmu dan bersikap santun dapat menjaga sikapnya dan dapat bersikap santun dimanapun berada, karena sikap santun sangat utama dibandingkan segalanya.354 Salah satu yang mempengaruhi perkembangan perilaku ialah sopan santun, sebab hal ini merupakan dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan memberikan contoh kepada orang lain bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan seharihari355. Itulah pentingnya memiliki adab, tanpa adab pastilah seseorang tidak akan memiliki harga diri. Ia akan dipandang remeh, tidak memiliki kualitas dan bahkan hanya menjadi sampah masyaraka. Suja‘i Sarifandi, ―Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Hadis Nabi‖ 21 (January 1, 2014): 63. 355 Lilliek Suryani, ―Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui Bimbingan‖ 1 (March 2017): 112. 359 354 C. Dalil Sikap Berilmu Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi dari kandungan kitab suci Al-Qur‘an. Bahkan kata ‗ilmu itu sendiri disebut dalam Al-Qur‘an sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. yang memang merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melaksanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji, semuanya punya waktuwaktu tertentu. Segala ilmu yang dibutuhkan oleh manusia itu semua sudah ada di dalam Al-Qur‘an. Salah satu mukzijat Al-Qur‘an yang paling utama adalah hubunganya dlam ilmu pengetahuan, karena begitu pentingnya ilmu pengetahuan dalam Al-Qur‘an sehingga Allah SWT menurunkan ayat yang pertama kali yaitu QS. Al-‗Alaq ayat 1-5 yang artinya : ―Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.‖ Dalam kandungan surat Al-‗Alaq bahwa untuk memahami segala macam ilmu pengetahuan, seseorang harus pandai membaca. Dalam membaca juga harus didahului dengan niat dan menyebut nama Allah SWT dengan Membaca basmalah, terlebih dahulu sehungga kita bisa memperoleh ilmu dari membaca atau belajar. Itu akan mendekatkan diri kepada Allah SWT. 360 Mencari ilmu merupakan kewajiban bagi seorang muslim baik laki-laki maupun perempuan. Rasululllah SAW menjadikan kegiatan menuntut ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan kaum muslimin untuk menegakkan urusan-urusan agamanya, sebagai kewajiban yang fardu ‗ain. Bersumber dari Anas bin Malik RA. Ia berkata, Rasulullah SAW, bersabda: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. (HR. Abu Dawud).356 Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW yang artinya: Artinya: ―Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim.‖ (HR. Ibnu Majah) Hadis tersebut memebrikan dorongan yang sangat kuat bagi kaum muslimin untuk mencari ilmu sebanyakbanyaknya, bail ilmu agama maupun ilmi umum, karena suatu perintah maka wajib hukumnya dan berdosa hukumnya jika tidak mengerjakan. Selanjutnya Rasulullah mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu sepanjang hayatnya, tanpa di batasi usia, ruang, waktu dan tempat sebagaimana sabdanya ―Tuntutlah ilmu dari buayan sampai liang lahat‖ dan ―Tuntutlah ilmu sekalipun ke negeri Cina‖. 357 Amin Surahman and Ferry Muhammadsyah Sirega, ―Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam Al-Quran; Makna Etimologis, Klasifikasi, Dan Tafsirnya,‖ 9. 357 sayid qutub, ―Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur‘an dan Hadits‖ 2 (October 2, 2011): 58. 361 356 Telah dijelaskan dalam QS. ‗Alī al‗Imrān: 18 yang artinya; ―Allah SWT menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Malaikat dan orang-orang yang berilmu[188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS. ‗Alī ‗Imrān : 7 yang artinya : Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah SWT. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orangorang yang berakal. QS. Al-Ankabūt: 43 yang artinya: ―dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orangorang yang berilmu. Al-Ulamā dalam QS. Fāṭir : 35 yang artinya: ―yang menempatkan Kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; didalamnya Kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". 362 QS. al-Ṭalaq:10 yang artinya: ―Allah SWT menyediakan bagi mereka azab yang keras, Maka bertakwalah kepada Allah SWT Hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan peringatan kepadamu‖. Semua ayat di atas menunjukan bahwa prasyarat orang berilmu menurut Al-Qur‘an adalah harus beriman. Di samping itu, ilmu-ilmu yang dikuasainya harus didasari atas nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT. dan disertai dengan niat ikhlas dan dimanfaatkan di jalan yang benar sesuai tuntunan ajaran agama. Dengan kata lain, orang yang berilmu harus juga mengantarkan dirinya kepada amal dan karya yang bermanfaat. Berdasarkan dari penjelasan ayat diatas maka dapat di katakana bahwa orang yang beriman tidak akan diangkat derajatnya apabila ia tidak berilmu .358 Adab orang yang memiliki ilmu yaitu: 1. tidak boleh menyombongkan diri. Seperti firman Allah SWT yang artinya ―dan janganlah engkau berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan mampu menjulang seperti gunung‖. (Q.S. al-isra 17 : 37). 2. Menjaga ilmunya , ―bencana orang berilmu adalah lupa, dan membicarakan bukan pada ahlinya‖(ibnu abu syaibah) meruapakan suatu hal yang sangat merugi bagi orang yang yang tidak menjaga ilmunya. 358 Amin Surahman and Ferry Muhammadsyah Sirega, ―Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam Al-Quran; Makna Etimologis, Klasifikasi, Dan Tafsirnya.‖ 363 3. Mengamalkanya, orang yang memiliki ilmu harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari karena jika tidak di amalkan akan merugikan dirinya sendiri, orang yang mengamalkan ilmunya maka ia telah benar-benar menjaga ilmunya. Maksudnya ialah menjaga ilmunya dari kepunahan. 4. Amanah dalam menyamapaikan, dalam menyampaikan ilmunya harus amanah sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh gurunya terdahulu. 5. Lemah lembut dalam penyampaian, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Imran ayat 159 yang artinya ― maka berkat rahmat Allah SWT engkau (Muhammad SAW) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Jika kita menyampaikanya secara kasar maka orang lain akan menghindar dari kita. Beberapa adab yang disebutkan agar ilmu yang memilikinya menjadi berkah dan untuk para penuntut ilmu memiliki akidah dan tauhid yang kuat dalam menghadapi kebodohan. D. 1. Keutamaan Sikap Berilmu Keutamaan sikap berilmu diantaranya : Dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT. Dijelaskan dalam QS. Al-Muajadah yang artinya: ‖.... Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan‖ (QS. 364 2. 3. al-mujadah : 11)359 Penjelasan firman di atas adalah keutamaan ketika seorang berilmu adalah meninggikan derajat dan memulyakannya untuk itu sangat beruntung bagi orang yang memiliki ilmu, karena hidupnya akan selalu diperhatikan Allah SWT. Oleh karena itu ilmu juga merupakan kebutuhan diri, ilmu merupakan kebutuhan pokok, membutuhkan ilmu sama saja ketika membutuhkan asupan energi seperti makanan dan minuman, karena dengan memiliki ilmulah setiap manusia akan mempunyai daya than hidup karena selalu mencukupi kebutuhannya dengan hal baik. Dimudahkan Jalan Menuju Surga. Rasulullah SAW, memuji para penuntut ilmu didalam sabdanya yaitu ―barang siapa menempuh jalan guna mencari ilmu, maka Allah SWT memudahkan baginya jalan menuju surga‖ (HR Muslim) Ilmu Lebih Utama dari Materi. Begitu banyak keutamaan ilmu dari harta seperti diutarakan Ibnu Qayyim dalam kitabnya Al-Qiyam miftahu dari assa‘adah, diantaranya: Ilmu warisan para nabi sedangkan harta warisan para raja (bangsawan). Ilmu akan menjaga pemiliknya sedangkan harta dijaga oleh pemiliknya, Harta akan berkurang jika diinfakkan atau jumlahnya sedangkan ilmu akan bertambah jika amalkan. Ilmu yang mengatur harta, sedangkan harta tidak mengatur ilmu. Harta bisa membawa seseorang kepada kesombongan dan kecongkakan, sedangkan ilmu membawanya kepada ketawadhuan dan „ubudiyyah. Ilmu akan 359 Ibid., 9. 365 4. mendkatkan seseorang kepada Allah SWT dan mengabdi kepada-Nya, sedangkan harta akan memperbudak pemiliknya dan akan menjauhkan kepada-Nya. Ilmu juga merupakan amalan yang tidak akan pernah terputus pahalanya sebagaimana dalam HR. Bukhori Muslim ‖ Jika manusia meninggal maka terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh.360 Selalu didoakan Malaikat. para malaikat akan mengepakkan sayap-sayapnya bagi pelajar karena ridha dengan aktifitasnya. Begitu juga dengan makhluk yang ada di langit dan di bumi, bahkan ikan paus yang ada di lautan juga memohonkan ampunan bagi orang yang belajar.361 E. Bentuk Sikap dan Pembiasaan Pembiasaan (habituation) merupakan proses 362 pendidikan. Hakikat pembiasaan sebenarnya identik dengan sebuah pengalaman, sedangkan inti dari pembiasaan itu sendiri adalah pengulangan. Dalam pembinaan sikap, pembiasaan akan sangat berguna untuk melatih kebiasaan-kebiasaan yang baik. Pembiasaan merupakan penanaman kecakapankecakapan bertindak dan mengucapkan sesuatu, dalam Erma Wati S, ―Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan Dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Efeendi‖ 4 (April 1, 2016): 7. 361 Marita Lailia Rahman, ―Konsep Belajar Menurut Islam‖ 2 (January 2016): 232. 362 Abdurahman, ―Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja‖ 12 (June 21, 2016): 12. 366 360 pembentukan pada anak hendaknya dibiasakan dengan etika umum yang harus dilakukan dalam pergaulan sehari-hari. Budaya dan karakteristik dapat dibentuk melalui latihan dan pembiasaan. Ketika suatu praktek sudah terbiasa dilakukan, maka akan menjadi pendorong bagi yang melakukannya kemudian akan menjadi ketagihan, dan pada waktunya menjadi tradisi yang sulit untuk ditinggalkan. Seperti kata pepatah segala sesuatu yang tidak terbiasa akan terbiasa karena dibiasakan. Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio emosional dan kemandirian. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah SWT dan membantu terbinanya sikap anak yang baik, dan dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Adapun bentuk-bentuk pembiasaan pada anak dapat dilaksanakan dengan cara berikut : 1. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah setiap hari, misalnya berbaris, berdo‘a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. 2. Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, misalnya meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik, dan menjenguk teman yang sakit. 367 3. 4. Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah di lingkungan sekolah dan sopan dalam bertutur kata. Kegiatan terprogram adalah kegiatan yang deprogram dalam kegiatan pembelajaran (program semester, SKM, dan SKH), misalnya makan bersama dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah.363 F. Referensi Abdurahman. ―Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai-Nilai Akhlak Remaja‖ 12 (June 21, 2016): 162. Amin Surahman, and Ferry Muhammadsyah Sirega. ―Ilmu Dan Orang Berilmu Dalam Al-Quran; Makna Etimologis, Klasifikasi, Dan Tafsirnya‖ 24 (January 1, 2015): 141. Erma Wati S. ―Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan Dalam Tunjuk Ajar Melayu Karya Tenas Efeendi‖ 4 (April 1, 2016): 7. Lilliek Suryani. ―Upaya Meningkatkan Sopan Santun Berbicara Dengan Teman Sebaya Melalui Bimbingan‖ 1 (March 2017): 124. Marita Lailia Rahman. ―Konsep Belajar Menurut Islam‖ 2 (January 2016): 250. Nidawati. ―Belajar Dalam Perspektif Psikologi Dan Agama‖ 1 (December 1, 2013): 28. 363 Ratih Rusmayanti, ―Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan perilaku Moral Anak Kelompok B di TK Bina Anak Soleh‖ 4 (January 27, 2014): 20. 368 Ratih Rusmayanti. ―Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Meningkatkan perilaku Moral Anak Kelompok B di TK Bina Anak Soleh‖ 4 (January 27, 2014): 20. sayid qutub. ―Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur‘an dan Hadits‖ 2 (October 2, 2011): 58. Suja‘i Sarifandi. ―Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektif Hadis Nabi‖ 21 (January 1, 2014): 82. Zulfahmi Lubis. ―Kewajiban Belajar‖ 2 (2016): 242. 369 SIKAP KERJA KERAS Lutfhi Nadiyati, M Khafi Ahsan, Muflihatu Sholikhah, M Bahrul Ulum, Muhamad Fahmi Syaifudin, dan Muhamad Ridwan A. Pengertian Kerja Keras Islam menyuruh umatnya untuk bekerja kerjas dengan diikuti oleh berbagai perangkat pengamannya seperti nilai-nilai moral, yaitu akhlaq atau etika. Akhlaq ini dapat mengantarkan berbagai profesi dengan selamat mencapai tujuanya berupa ibadah yang ikhlas kepada Allah.364 Sikap adalah pernyataan evaluative, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap objek, individu atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang tentang sesuatu. Terdapat tiga komponen utama dari sikap, yaitu: 1. Komponen kognitif (cognitive component) yaitu segmen opini atau keyakinan dari sikap 2. Komponen afektif (affective component) yaitu segmen emosional atau perasaan dari sikap 3. Komponen perilaku (behavior component) yaitu niat untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Pandangan bahwa sikap terdiri atas tiga kompoen kesadaran, perasaan, dan perilaku sangat bermanfaat dalam memahami 364 Ima Amaliah, Aan Julia, and Westi Riani, ―Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja Kerja‖ 29, no. 2 (December 2013): 167. 370 kerumitan hal ini dan hubungan potensial antara sikap dan perilaku.365 Etos adalah pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Dan etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Dari kata etos dikenal kata etika yang mendekati pegertiannya pada akhlak (nilai yang berkaitan dengan baik buruknya moral) yaitu ilmu tentang apa yg baik dan buruk; dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).366 Etos kerja muslim merupakan cara pandang yang diyakini seorang muslim bahwa bekerja bukan hanya memuliakan dirinya sebagai manusia, tetapi juga sebagai manifestasi dari amal saleh, dan mempunyai nilai ibadah yang luhur dihadapan tuhan. Jihād memerlukan motivasi, dan motivasi memerlukan pandangan hidup yang jelas. Itulah yang disebut dengan etos. Etos kerja seorang muslim harus selalu dilandasi Al-Qur‘an dan Hadis.367 Kerja adalah bagian yang paling esensial dari kehidupan manusia, ia akan memberikan status dari masyarakat yang ada di lingkungannya, sehingga dapat memberikan makna dari kehidupan manusia yang bersangkutan. Seorang pakar ilmu jiwa kebangsaan mesir, mengatakan bahwa kerja adalah perbuatan yang berhubungan dengan mental, yang mempunyai ciri Nining Wahyuningsih, ―Membangun Sikap dan Etos Kerja Perspektif Syariah‖ 8, no. 2 (2016): 428–429. 366 Novi Indriyani Sitepu, ―Etos Kerja Ditinjau dari Perspektif Al-Qur‘an dan Hadis‖ 1, no. 2 (September 2015): 138. 367 Ibid. 371 365 kepentingan, yaitu untuk mencapai maksud atau mewujudkan tujuan tertentu.368 Dasar kerja atau amal adalah niat yang akan membedakan suatu tindakan itu berupa kebajikan atau tidak. Ditegaskan bahwa merupakan satu kewajiban kepada setiap manusia untuk melakukan yang terbaik dalam memikul amanah dan tanggungjawab karena Allah tidak akan memberatkan seseorang dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya . Dan oleh sebab itu setiap manusia dikaruniai suatu kelebihan dan untuk itu dia akan dimudahkan mengerjakan apa yang telah diketahuinya.369 Arti kerja keras adalah berusaha dengan sepenuh hati dengan sekuat tenaga untuk berupaya mendapatkan keingingan pencapaian hasil yang maksimal pada umumnya. Tetapi kerja keras jangan di salah artikan untuk tujuan yang negatif, berusaha dengan jujur adil untuk tujuan positif. Bekerja keraslah sesuai kemampuan yang dimiliki dan jangan memaksakan diri nantinya dapat menghasilkan hasil yang kurang maksimal, kerja keras juga mempunyai batasan-batasan limit. Kerja keras merupakan salah satu cara yang dapat digunakan bila mana sesuatu hal ingin di capai, kerja keras untuk ini itu, dan yang penting kerja keras dalam konteks yang positif tidak serta merta bekerja keras untuk tujuan yang negatif (melakukan perbuatan melanggar hukum, merugikan 368 2010): 55. Saifullah, ―Etos Kerja dalam Perspektif Islam‖ 3, no. 1 (June 369 Armansyah Walian, ―Konsepsi Islam Tentang Kerja Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Kerja Seorang Muslim‖ 8, no. 1 (June 2013): 65. 372 hak asasi orang lain dan merugikan lingkungan di sekitarnya). Semua makhluk hidup didunia butuh kerja keras walapun kerja keras tidak tiap harinya dilakukan makhluk hidup. Marilah kita bekerja keras dengan maksimal dengan tujuan yang positif sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai saat ini.370 Dari sejumlah definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa etos kerja, pertama adalah sikap seseorang atau suatu bangsa yang sangat mendasar tentang kerja, yang merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi dari nilai-nilai ketuhanan (ilahiyah). Kedua, etos kerja adalah pancaran dari sikap hidup manusia yang mendasar terhadap kerja dan kerja yang dimaksud adalah kerja bermotif yang terikat dengan penghasilan atau upaya memperoleh hasil, baik yang bersifat material manupun non material (spiritual).371 Ciri dari kerja keras adalah: tekun dan ulet, teliti dan cermat menghargai waktu dan bekerja keras, bekerja cerdas, disiplin, sabar, ikhlas, dan pantang menyerah.372 B. Dalil Kerja Keras Salah satu etos yang dinamik dalam kehidupan muslim adalah etos gerak. Al-Qur‘an mendorong pengikutnya untuk bergerak dan berbuat sesuatu yang Jeane Betty, and Kurnia Jusuf, ―Hubungan Antara Percaya Diri dan Kerja Keras Dalam Olahraga dan Keterampilan Hidup‖ 12, no. 1 (January 2016): 94. 371 Saifullah, ―Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,‖ 55. 372Nita Warih Handayani and Sumaryati, ―Upaya Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Kerja Keras Anak Usia Remaja Di Dusun Tegalyoso Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta‖ 4, no. 1 (July 2014): 31. 373 370Mirhan, baik secara aktif. Al-Qur‘an melukiskan ―Islam‖ dengan ―jalan‖ seperti sharī„ah yang disebut satu kali (Q.S AlJa‘thiyah: 18), tarīqah yang disebut dua kali (Q.S Taha: 104 dan Al-Jinn: 16), sirāt yang diulang 45 kali (Q.S A‘li ‗Imra‘n: 51), sabīl yang disebut 166 kali (Q.S Yusuf: 108), dan minhāj yang diulang satu kali (Q.S Al-Ma‘idah: 48). Secara umum kata tersebut menunjuk pada makna ―jalan‖ yang harus dilalui. Dalam hal ini, Islam adalah jalan untuk mencari tujuan hidupnya, yaitu ridā ilāhi.373 Islam yang dikonotasikan dengan ―jalan‖, memberikan gambaran bahwa ajarannya adalah dinamis, berubah menuju kesempurnaan. Orang Islam yang berjalan diatas jalan tersebut lazimnya bergerak dan aktif. Al-Qur‘an menyalahkan kondisi yang dialami oleh seseorang yang tidak menguntungkan, kecuali setelah dia berusaha mencari kondisi yang diprediksikan lebih menguntungkan. Bagi orang yang mencari perubahan, Allah menjanjikan kemudahan dan keleluasaan sebagai apresiasi atas usahanya. Dengan demikian, seorang muslim tidak dibenarkan bersikap pasif dan menyerah pada satu keadaan yang membuatnya tidak dapat berbuat yang positif, baik terhadap dirinya, keluarga, maupun sosialnya.374 Kata kerja dalam Al-Qur‘an, diungkap setidaknya melalui empat kata, yaitu: al-„amal, aṣ-Ṣan‟u, al-fi‟il, alkasbu, dan as-sa‟yun. Ayat tentang kerja di dalam AlQur‘an seluruhnya berjumah 602 kata. Adapun ayat-ayat dan hadis-hadis di bawah ini hanya merupakan sebagian 373 Ahmad Munir, ―Kerja Perspektif Al-Qur‘an‖ 11, no. 1 (May 1, 2011): 100–101. 374 Ibid., 101. 374 dari sekian banyak ayat Al-Qur‘an dan al-hadis yang membahas tentang dunia kerja atau etos kerja.375 Sedikitnya ada lima landasan Al-Quran yang dapat menjadi sumber nilai bagi seorang individu dalam bekerja: 1. Allah menyediakan rizki bagi setiap hamba-Nya (Q.S. Hud ayat 6 ―Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)) 2. Mencari rizki atau berusaha adalah perintah Allah yang harus dikerjakan (Q.S. Al-Jumuah ayat 10 ―Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”) 3. Memaksimalkan potensi dan kemampuan diri demi meraih hasil yang lebih baik (QS. An-Najm ayat 39 ―Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya‖) 4. Semangat dalam berusaha, optimis dan pantang menyerah (QS. Ali-I‘mran ayat 139 ”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” QS. Fussilat ayat 30; “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka 375 Novi Indriyani Sitepu, ―Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur‘an dan Hadis,‖ 139. 375 dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". QS. Yunus ayat 62 “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”) 5. Bertawakal kepada Allah dalam mencari penghasilan (QS. Ali I‘mran ayat 173-174 “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung.Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. dan Allah mempunyai karunia yang besar” QS. Fathir ayat 2 ”Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, Maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah Maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” dan QS. At-Thalaq ayat 3 “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”). Nilai-nilai agama kemudian akan memengaruhi norma maupun etika seorang individu dalam bekerja.376 ―Diriwayatkan dari Ali karamallahu wajhah bahwa ia mendengar Rasulullah saw.bersabda : “Dibawah naungan al-arsy 376 Ima Amaliah, Aan Julia, and Westi Riani, ―Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja Kerja,‖ 167. 376 pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, ditempatkan laki-laki yang melakukan perjalanan di bumi dalam mencari keutamaan Allah (rizki) lalu kembali kepada keluarganya‖.377 Hadiś Rasulullah Saw: ‖Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya nabiyullah daud as, selalu makan dan hasil usahanya‖.378 Rasulullah Muhammad Saw melalui sabdanya: ―Berusahalah untuk urusan duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya, dan berusahalah untuk urusan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok pagi‖.379 Sabda Rasulullah Saw: ―Barang siapa merasa letih di malam hari karena bekerja dengan tangannya, maka malam itu ia memperoleh ampunan Allah‖380. Hadiś Rasulullah Saw: ‖Tidak ada yang lebih baik bagi seseorang yang makan sesuatu makanan, selain makanan dari hasil usahanya sendiri. Dan sesungguhnya nabiyullah Daud As, selalu makan dan hasil usahanya‖.381 ―Dari Anas bin Malik ra. Ia berkata Rasulullah Saw. Memohon perlindungan seraya bersabda, ya Allah aku berlindung kepadamu dari kemalasan, aku berlindung kepadamu dari sifat penakut aku berlindung kepadamu dari usia renta dan aku berlindung kepadamu dari sifat kikir‖382 Novi Indriyani Sitepu, ―Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Alquran dan Hadis,‖ 144. 378 Syafran Afriansyah, ―Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Tentang Konsepsi Islam Tentang Kerja‖ 3, no. 1 (June 2017): 3. 379 Saifullah, ―Etos Kerja Dalam Perspektif Islam,‖ 63. 380 Armansyah Walian, ―Konsepsi Islam Tentang Kerja Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Kerja Seorang Muslim,‖ 67. 381 Ibid., 65. 382 Novi Indriyani Sitepu, ―Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur‘an dan Hadis,‖ 149. 377 377 C. Hikmah Kerja Keras Jadi kerja yang dilakukan dengan baik dan benar, penuh kesungguhan, perfect, serta istifragh ma fil wus‘i dan tujuan akhirnya adalah karena mengharap ridho Allah (lillahi ta‟aala) tidak hanya mendapatkan harta yang berupa materil saja tetapi akan memperoleh harta yang berupa inmateril (pahala, ampunan dan kesempatan bertemu Allah) sebagaimana sabda Rosulullah Saw: ―Barangsiapa mencari dunia dengan halal, menjaga diri dari minta-minta, berusaha untuk keluarganya dan belas kasih kepada tetangganya, maka ia bertemu Allah dengan wajah seperti bulan purnama‖.383 Jadi kerja yang dilakukan dengan baik dan benar, penuh kesungguhan, perfect, serta istifragh ma fil wus‘i dan tujuan akhirnya adalah karena mengharap ridho Allah (lillahi ta‟aala) tidak hanya mendapatkan harta yang berupa materil saja tetapi akan memperoleh harta yang berupa inmateril (pahala, ampunan dan kesempatan bertemu Allah) sebagaimana sabda Rosulullah Saw: ―Barangsiapa mencari dunia dengan halal, menjaga diri dari minta-minta, berusaha untuk keluarganya dan belas kasih kepada tetangganya, maka ia bertemu Allah dengan wajah seperti bulan purnama” oleh sebeb itu apabila ada umat muslim yang mengabaikan kewajiban mencari nafkah padahal memiliki kemampuan untuk bekerja, maka negara (pemerintah) berkewajiban memaksanya untuk menunaikan kewajiban tersebut”. 384 383 Armansyah Walian, ―Konsepsi Islam Tentang Kerja Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Kerja Seorang Muslim,‖ 73. 384 Syafran Afriansyah, ―Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Tentang Konsepsi Islam Tentang Kerja,‖ 8. 378 D. Keutamanan Sikap Kerja Keras Allah menciptakan bumi untuk memberi kemudahan bagi manusia untuk menjadi penghuni sekaligus pengelolanya. Manusia dipersilakan menelusuri bumi (mencari rizki, bertamasya dll.) Tetapi harus ingat kehidupan dunia hanya sementara dan manusia harus kembali kepada Allah. Kehidupan dunia diperumpamakan seperti air hujan yang tidak pernah menetap di sebuah tempat, dan tidak langgeng dalam suatu keadaan, bersifat sementara, tidak akan lama apalagi abadi. Oleh karena itu waspadalah pada kehidupan dunia. Amal yang kekal abadi adalah amal saleh. Allah Swt berfirman dalam Q.s Al-isra‘ 17 ayat 12 ―Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahuntahun dan perhitungan dan segala sesuatu telah kami terangkan dengan jelas.‖385 Allah Swt berfirman dalam Q.s Al-Kahfi ayat 45-46 ―Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, maha kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.‖.386 385 Novi Indriyani Sitepu, ―Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Al-Qur‘an dan Hadis,‖ 144. 386 Ibid., 144–145. 379 Bekerja keras sangat penting untuk dilakukan. Di antara alasan pentingnya bekerja keras adalah hal-hal sebagai berikut. 1. Menunjukkan telah mengoptimalkan potensi dirinya. Manusia telah dikaruniai akal, rasa, dan karsa sehingga harus menjaga harkat dan martabat dirinya. 2. Seseorang dapat mengubah nasib dirinya agar menjadi lebih baik. 3. Dalam Al-Qur‘an dijelaskan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga kaum itu sendiri yang mengubahnya. 4. Menunjukkan sikap tanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. 5. Dapat hidup mandiri sehingga tidak menjadi beban orang lain. 6. Turut serta dalam memajukan lingkungan sekitar dan negara. 7. Menunjukkan persiapan agar dapat menggapai kesuksesan pada hari esok. Pekerja keras selalu melakukan perencanaan dan usaha keras dalam hidupnya. Meskipun hasilnya tidak dapat ia petik langsung, tetap dapat dimanfaatkan untuk generasi sesudahnya. 8. Dengan berbagai keutamaan dari kerja keras, menunjukkan sifat ini sangat penting untuk dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan 380 bekerja keras kita akan dapat memperoleh kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.387 E. Sikap Pembiasaan Sikap Kerja Keras Kerja keras yang dimaksud adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaikbaiknya. Siswa mengerjakan LKS (lembar kerja siswa) sesuai dengan tanggung jawabnya. Dari kegiatan ini siswa akan berusaha keras untuk mengerjakan soal yang ada di LKS (lembar kerja siswa). Pemberian tanggungjawab untuk mengerjakan soal juga melatih siswa untuk mandiri. Siswa berusaha mandiri dan tidak menunggu penjelasan dari guru untuk menemukan jawaban tentang soalsoal yang diberikan oleh guru. Siswa harus saling menjelaskan tentang pembahasan pada masing-masing soal juga melatih siswa untuk mandiri. Siswa telah menunjukan tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan padanya, ini disebabkan karena siswa sebagai anggota kelompok harus melaksanakan tugasnya saat turnamen, akibat dari tanggung jawab tersebut menciptakan suatu situasi jika siswa tersebut tidak menguasai meteri atau tidak dapat menjawab soal dalam tumamen dapat merugikan kelompok, sehingga siswa 387 Mirhan, Jeane Betty Kurnia Jusuf, ―Hubungan Antara Percaya Diri dan Kerja Keras dalam Olahraga dan Keterampilan Hidup‖ 12 (2016): 86. 381 dituntut untuk lebih kerja kerasa dan mandiri menguasai materi belajar.388 Sikap kerja keras harus dimilki setiap orang untuk melalukan suatu hal pekerjaan, sebagai contoh kegiatan olaraga. Olahraga merupakan miniatur kehidupan, olahraga melatih seseorang untuk tampil berjuang, bagaimana bekerja keras. Seorang atlet akan berusaha dengan latihan 2 sampai 3 kali sehari selama beberapa tahun untuk mencapai prestasi maksimal. Pernyataan olahraga sebagai miniatur kehidupan mengandung maksud bahwa esensi-esensi dasar dari kehidupan manusia dalam keseharian dapat dijumpai pula dalam olahraga. Olahraga mengajarkan bagaimana berkerja keras/berjuang, berikut ini salah satu contoh bagaimana seorang atlet berjuang, hal ini dialami seorang pelari 400 meter dalam sebuah event olympiade barcelona 1992 yaitu derek redmond. Derek redmond adalah seorang pelari yang diprediksikan meraih medali emas dalam nomor sprint 400 meter, sebagai pelari yang diprediksikan akan meraih juara dan berdasarkan kualifikasi maka derek ditempatkan pada lintasan tengah. Start dimulai dengan mulus dan pelari berlari dengan akselerasi masing-masing untuk saling berpacu menuju garis finish, apa yang terjadi ada derek redmond, masuk pada meter ke 150, derek mengalami cidera pada hamstring kanan yang mengakibatkan derek tersungkur kesakitan yang luarbiasa dan berhenti selama beberapa 388 Agil Lepiyanto, ―Implementasi Lesson Study Pada Metode Numbered Heads Together Dipadu Dengan Team Games Tournament Untuk Pengembangan Karakter Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kepanjen‖ 3, no. 2 (Nopember 2012): 6. 382 detik mengendalikan rasa sakit, disamping itu derek masih bekeinginan kuat dan ingin berjuang untuk melanjutkan perlombaan, tidak ada kata menyerah dalam dirinya terpikir saat itu, pelari lain mulai mendahuluinya satu persatu. Sampai akhirnya sambil tertatih-tatih dia menyelesaikan lomba dengan di papah oleh ayahnya. Berdasarkan kasus derek, olahraga mengajarkan bagaimana seseorang tampil berjuang, berusaha dan pantang menyerah, yang nantinya dapat ditransfer dalam kehidupan. Kegiatan berolahraga adalah sebagai gambaran kecil seseorang dihadapkan dengan replika kehidupan yang sesungguhnya. Sama halnya dalam kehidupan, perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia ingin menjadi kaya, maka harus bekerja keras, bila seseorang ingin menjadi ilmuan, maka harus rajin belajar dan mengikuti semua ketentuan akademik. Olahraga dalam kehidupan memiliki eksistensi yang signifikan. Olahraga dapat dikatakan sebagai miniaturnya kehidupan, menembus tingkatan atau tatanan masyarakat. Olahraga disebut sebagai minaturnya kehidupan, karena seluruh komponen manusia yang meliputi komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik bekerja saat melakukan olahraga, tatanan yang ditembus oleh olahraga diantaranya status sosial, mode, dan etika. Pada akhirnya betapapun baik dan mulianya nilai nilai luhur yang terkandung dalam olahraga yang sejatinya juga merupakan nilai nilai yang ada dalam kehidupan sehari hari, tidak akan mempunyai makna apa pun jika tidak diaktualisasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu yang penting adalah 383 kemauan dari setiap individu untuk memulai hidup dengan baik yang dilandasi oleh nilai-nilai keutamaan dan didukung oleh keteladanan para pemimpin seperti orangtua, guru, pemuka masyarakat dan kepala pemerintahan dari tingkat yang terendah sampai tertinggi. Para pemimpin harus memberikan teladan yang baik, apa yang diucapkan harus berbanding lurus dengan apa yang dilakukan.389 F. Referensi Agil Lepiyanto. ―Implementasi Lesson Study Pada Metode Numbered Heads Together Dipadu Dengan Team Games Tournament Untuk Pengembangan Karakter Siswa Kelas x Sma Negeri 1 Kepanjen‖ 3, no. 2 (nopember 2012): 1–8. Ahmad Munir. ―Kerja Perspektif Al-Qur‘an‖ 11, no. 1 (May 1, 2011): 99–121. Armansyah Walian. ―Konsepsi Islam Tentang Kerja Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Kerja Seorang Muslim‖ 8, no. 1 (June 2013): 63–80. Ima Amaliah, and Aan Julia. ―Pengaruh Nilai Islam Terhadap Kinerja Kerja‖ 29, no. 2 (December 2013): 165–174. mirhan, jeane betty kurnia jusuf. ―Hubungan Antara Percaya Diri Dan Kerja Keras Dalam Olahraga Dan Keterampilan Hidup‖ 12 (2016): 86. Mirhan, Jeane Betty, and Kurnia Jusuf. ―Hubungan Antara Percaya Diri Dan Kerja Keras Dalam 389 Mirhan, Jeane Betty, and Kurnia Jusuf, ―Hubungan Antara Percaya Diri dan Kerja Keras Dalam Olahraga dan Keterampilan Hidup,‖ 94–95. 384 Olahraga Dan Keterampilan‖ 12, no. 1 (January 2016): 86–97. Nining Wahyuningsih. ―Membangun Sikap Dan Etos Kerja Perspektif Syariah‖ 8, no. 2 (2016): 426–426. Nita Warih Handayani, and Sumaryati. ―Upaya Orang Tua Dalam Menanamkan Karakter Kerja Keras Anak Usia Remaja Di Dusun Tegalyoso Banyuraden Gamping Sleman Yogyakarta‖ 4, no. 1 (July 2014): 27–39. Novi Indriyani Sitepu. ―Etos Kerja Ditinjau Dari Perspektif Alquran Dan Hadis‖ 1, no. 2 (September 2015): 137–154. Saifullah. ―Etos Kerja Dalam Perspektif Islam‖ 3, no. 1 (June 2010): 53–70. Syafran Afriansyah. ―Rekonstruksi Terhadap Pemahaman Tentang Konsepsi Islam Tentang Kerja‖ 3, no. 1 (June 2017): 1–15. 385 SIKAP HIDUP BERSIH Nugroho Noto Suseno, Nadya Ramadhani, Muhammad Astori Mahartoni, Mukhammad Khoirul Effendi, Nalar Renaldo, dan Nur Wasilatul Mahmudah A. Pengertian Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan perilaku kesehatan yang erat dengan kaitannya dengan perilaku individu. Pembentukan perilaku sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan individu. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain dasar yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau overt behavior.390 Jadi bersih dengan sehat itu perilaku yang sangat erat, dan semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran dari diri sendiri sehingga kita dapat menolong diri sendiri juga. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Perilaku hidup bersih ini sangat penting untuk dilakukan setiap orang mulai dari anak-anak, remaja hingga usia dewasa, dan orag tua. Karena dari sikap hidup bersih ini sangat 390 Dwi Wahyu Yuliandari and Nurnaningsih Herya U.i, “Pengaruh Pengetahuan Dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri,” Jurnal Wiyata Penelitian Sains Dan Kesehatan 3, no. 1 (May 25, 2017): 18. 386 memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan seseorang. Sedangkan Program PHBS merupakan suatu program kesehatan yang berupaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi perorangan, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi, dan melakukan edukasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, melalui penerapan cara-cara hidup sehat dengan menjaga serta meningkatkan status kesehatannya.391 Sikap hidup bersih ini harus diterapkan dalam setiap kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja, karena apabila kita sudah terbiasa melakukan hidup bersih akan melekat pada diri seseorang tersebut. Kebersihan adalah upaya seseorang dalam memelihara diri dan lingkungannya dari segala hal yang kotor untuk melestarikan kehidupan yang nyaman dan sehat. Dan kebersihan sendiri merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya juga dengan kotor tidak hanya merusak keindahan, tetapi dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. 391 Heny Wulandary, “Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Usia Dini,‖ Shautut Tarbiyah 30, no. 1 (May 1, 2014): 75. 387 Islam mengajarkan umatnya untuk hidup bersih. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman, dan bersih adalah dasar peraturan islam. Islam mengajarkan untuk hidup bersih dan sehat, baik badan pakaian tempat tinggal dan bersih jiwanya. Apabila dalam diri yang baik dan bersih akan nampak lebih menarik dan mengesankan. Islam mengajarkan dalam kehidupan sehari-hari agar hidup bersih dan sehat baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan masyarakat. B. Ruang Lingkup Sehat adalah karunia Allah SWT yang harus di syukuri oleh manusia, karena apabila kita sehat maka segalanya itu akan tampak indah dan apabila kita tidak sehat maka segalanya itu akan tampak sia-sia saja. Oleh karena itu sikap hidup bersih itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah, dan lingkungan umum. Sikap hidup bersih dan sehat adalah sikap kesehatan yang dilakukan semua anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat tersebut akan dapat menolong dirinya dan dapat berperan secara aktif dalam lingkungannya tersebut agar terlihat bersih dan sehat. Perilaku seseorang dapat di tentukan dari tiga faktor yaitu: 1. Predisforsing factors yaitu, perilaku seorang manusia atau masyarakat yang dapat memudahkan atau memprodis posisi terjadinya perilaku pada dirinya terhadap apa yang dilakukan adalah pengetahuan atas apa yang akan dilakukannya. 388 2. Enabling factors yaitu, perilaku pendukung maksudnya sikap atau perilaku seseorang dapat berubah apabila ada fasilitas, sarana, dan prasarana yang mendukung terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. 3. Reinforsing factor yaitu, perilaku masyarakat, pemerintah daerah atau pusat itu juga dan mempengaruhi perilaku seseorang.392 Beberapa faktor yang telah di jelaskan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan dari masingmasing manusia itu terhadap apa yang akan dilakukanya dan yang dapat memperbaiki perilakunya, kemudian di dukung juga dengan adanya fasilitas, sarana, dan prasarana yang menjadikan ia dapat merubah perilakunya, serta perilaku dari masyarakat dan pemerintah daerah maupun pusat yang berada dilingkungannya tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas juga pengetahuannya, dan pengetahuan merupakan awal terbentuknya suatu sikap yang mana akan membentuk perilaku ataupun tindakan. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi pengetahuan mengenai hidu sehat dan bersih. Biasanyas eseorang yang mampu mengaplikasikan perilaku hidup sehat dan bersih adalah orang yang tingkat pendidikannya itu lebih tinggi dan orang yang pendidikannya lebih rendah ia mempunyai pengetahuan yang rendah pula. 392 Kurnia dan Kep, "Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Di Kelurahan Setia Jaya Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2013" , vol 11, no.1 ( 2014) 389 Menurut Roger, untuk membentuk sesuatu yang positif maka harus di dasari pengetahuan, hal ini berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi pengetahuanya itu informasi. Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Jika pada individu tidak diberikan sebuah informasi yang benar, maka akan dipersepsikan atau terbentuk sikap yang tidak baik pula sehingga membentuk sebuah perilaku yang kurang baik atau negatif.393 Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan, dan kemamuan hidup sehat pada setiap manusia, dan mampu menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatanya sendiri dan mewujudkan kesehatan bagi masyarakat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut pemerintah menerapkan sebuah program hidup bersih dan sehat dengan sasaran seluruh masyarakat berperilaku bersih dan sehat. Perilaku hidup sehat dan bersih adalah sekumpulan perilaku yang di praktekan atas dasar kesadaran sebagian hasil pembelajaran yang menjadikan sesesorang atau keluarganya. Pembinaan perilaku hidup sehat ini dilakukan melalui lima tatanan yaitu: rumah, sekolah, institusi, sekolahan, dan tempat umum lainnya. C. Dalil Begitu Pentingnya kebersihan bagi kehidupan manusia, sampai-sampai Allah swt memberikan cintanya kepada 393 Kurnia, Kep, Khumayra dan Sulisno, "Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Antara Santri Putra dan SantriPutri", vol 1,no.1, (2012) 390 mereka yang senantiasa bertaubat dan menjaga kebersihan, seperti dalam firman Allah SWT yang artinya “Sesunguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri”. (QS. Al Baqarah : 222). Selain di dalam Al Qur‘an masalah kebersihan ini dibahas juga di dalam hadits Nabi, diantaranya hadits pertama yang artinya “Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy‟ari ra, ia berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: “Suci itu setengahnya dari iman….” (HR. Muslim). Hadits kedua yang artinya “Diriwayatkan dari Sa‟ad bin Abi Waqos dari Rasulullah SAW, Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah baik, menyukai kebaikan. Dia Maha Bersih, menyukai kebersihan. Maha Mulia, menyukai kemuliaan. Maha Dermawan , menyukai kedermawanan. Karena itu bersihkanlah halaman rumahmu dan jangan meniru-niru orang-orang Yahudi.” (HR. Tirmidzi). Hadis ketiga yang artinya “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Ketika seorang laki-laki sedang berjalan di jalan, ia menemukan dahan berduri, maka ia mengambilnya (karena mengganggu). Lalu Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuni dosanya.” (HR. Bukhori). Hadits keempat yang artinya “Fitrah manusia ada lima yaitu dikhitan (disunat), mencukur rambut kemaluan, memotong kuku (kuku tangan dan kaki), mencabuti bulu ketiak, serta menggunting (merapikan) kumis.” (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa‟I, dan Ibnu Majah D. Keutamaan Sikap Hidup Bersih Bersih itu indah. Tentu sejak kecil kita semua selalu mendapatkan ajaran seperti itu. Secara bertahap, kita juga semakin paham bahwa kebersihan bukan hanya berefek pada keindahan, melainkan juga pada 391 kesehatan.394 Sangat masuk akal, mengigat banyak penyakit merembak karena kotoran. Maka, slogan yang muncul setelah „‟bersih itu indah” adalah ―kebersihan pangkal kesehatan‖.395 beberapa keutamaan kebersihan dalam Islam: 1. Menaati Perintah Allah. Keutamaan yang pertama jelas adalah mentaati perintah Allah SWT. Allah tidak menyukai sesuatu yang kotor ataupun najis. 2. Mengamalkan Sunnah Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam adalah teladan bagi umat islam. Maka itu sudah selayaknya kita mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, termasuk dalam hal menjaga kebersihan yang merupakan bagian dari gaya hidup sehat Rasulullah. 3. Cara meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Diriwayatkan dari Malik Al Asy‘ari dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‗alaihi wa sallam bersabda, ―Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan). 4. Mendapatkan Ampunan dari Allah. Seseorang yang menjaga kebersihan ketika hendak sholat jumat, termasuk mandi, memakai wewangian dan baju yang bagus maka dijanjikan akan diampuni dosa-dosanya. Zaenal Abidin, “Keluarga Sehat Dalam Perspektif Islam,” Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 6, no. 1 (2012): 90, 395 Asmendri Asmendri, “Peranan Guru Pai Dalam Pemeliharaan Kebersihan Dan Kesehatan Di Sdn 23 Sungai Tarab Kabupaten Tanahdatar Sumbar,” Ta‟dib 11, no. 2 (September 27, 2016): 98, 392 394 5. Menghindari Penyakit. Menjaga kebersihan juga berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Seseorang yang menyukai kebersihan maka lebih berisiko rendah terkena penyakit. Badannya cenderung sehat sebab jika tubuh atau lingkungan bersih maka kuman juga tidak akan bersarang. 6. Terhindar Dari Hal-Hal yang Najis. Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga kebersihan. Ini sangat penting, sebab orang-orang yang beribadah harus dalam kondisi suci. Apabila ada najis di tubuh maka ibadahnya tidak akan diterima oleh Allah SWT.Maka itu, Anda harus benar-benar memperhatikan kebersihan.396 Jadi itulah beberapa keutamaan kebersihan dalam Islam. Kesimpulannya bersih itu wajib diutamakan. Sebab dengan tubuh yang bersih jiwa juga bersih. Kebersihan juga meningkatkan iman dan kebersihan adalah pangkal kesehatan. E. Bentuk Sikap Pembiasaan Dalam kehidupan bermasyarakat atau sosial sudah pasti terjadi masalah-masalah yang terjadi pada sikap remaja. Timbulnya berbagai penyimpangan moral di kalangan para remaja tersebut, tidaklah terlepas dari berbagai faktor yaitu kurangnya bekal terhadap agama. Hal ini mengakibatkan keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Allah swt tinggal simbol, larangan-larangan dan perintah-perintah tidak 396 Misbah Zulfa Elizabeth, ―Program Pengelolaan Kebersihan Lingkungan di Pesantren,‖ Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan 17, no. 1 (July 27, 2017): 155, 393 diindahkan lagi. Kurangnya pegangan seseorang terhadap ajaran agama, maka hilanglah kekuatan yang ada pada dirinya. Kekuatan dari masyarakat dengan hukum dan peraturannya menjadi peninggalan terakhir.397 Kepedulian pengawasan masyarakat merupakan dorongan yang datang dari luar, sehingga apabila masyarakat tidak mengetahui maka dengan mudahnya dia akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. 398 Apabila seseorang yang sudah terbiasa dengan bentuk sikap yang terbiasa kurang baik maka secara otomatis seseorang itu dengan akan mudahnya membiasakan hal-hal yang kurang baik tersebut menjadi sebuah sikap yang dianggap sudah menjadi biasa dalam kehidupan sehari-harinya. 399 Dengan demikian perlunya diadakan pembentukkan sikap yang positif terhadap seseorang agar kedepannya dalam menjalani kehidupannya bisa terarah pada hal-hal yang positif. Audah Mannan “Pembinaan Moral Dalam Membentuk Karakter Remaja” 398 Yuni Purwaningsih, Irawan Suntoro, Hermi Yanzi “Pengaruh Pembinaan Rohani Terhadap Sikap Siswa Dalam Mengaplikasikan Nilai Religius Di Sma Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013” 399 Siti Nisrima, Muhammad Yunus, Erna Hayati “Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh” 394 397 F. Referensi Asmendri Asmendri, ―Peranan Guru Pai Dalam Pemeliharaan Kebersihan Dan Kesehatan Di Sdn 23 Sungai Tarab Kabupaten Tanahdatar Sumbar,‖ Ta‟dib 11, no. 2 (September 27, 2016): 98, Audah Mannan “Pembinaan Moral Dalam Membentuk Karakter Remaja” Dwi Wahyu Yuliandari and Nurnaningsih Herya U.i, ―Pengaruh Pengetahuan Dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas X Kota Kediri, Heny Wulandary, ―Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Anak Usia Dini,‖ Shautut Tarbiyah no. 1 (May 1, 2014): 75. Kurnia and Kep, Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Di Kelurahan Setia Jaya Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya Tahun 2013" , vol 11, no.1 ( 2014) Kurnia dan Kep, Khumayra and Sulisno, "Perbedaan Pengetahuan dan Sikap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Antara Santri Putra dan SantriPutri", vol 1,no.1, (2012) Misbah Zulfa Elizabeth, ―Program Pengelolaan Kebersihan Lingkungan di Pesantren,‖ Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan 17, no. 1 (July 27, 2017): 155, Siti Nisrima, Muhammad Yunus, Erna Hayati “Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh” Yuni Purwaningsih, Irawan Suntoro, Hermi Yanzi “Pengaruh Pembinaan Rohani Terhadap Sikap Siswa 395 Dalam Mengaplikasikan Nilai Religius Di Sma Negeri 1 Seputih Raman Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013” Zaenal Abidin, ―Keluarga Sehat Dalam Perspektif Islam,‖ Komunika: Jurnal Dakwah dan Komunikasi 6, no. 1 (2012): 90, 396 SIKAP KASIH SAYANG Restu Luvi Pratiwi, Retno Ajeng Sagita, Retno Setiawati, Ririn Setiyo Wati, Rusman Syafe‟I, dan Sifa Siti Fatonah A. Pengertian Sikap Kasih Sayang Pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat tidak dapat berubah mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah pengetahuan. perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap, yang di tekankan pada penelitian dewasa ini kebanyakan adalah perasaan atau emosi. Jadi sikap merupakan suatu pembawaan seseorang tentang perasaan dan emosi yang sudah melekat, karena di dalam sikap, terdapat beberapa unsur penyusun dari sikap yang membuatnya bersifat tidak dapat berubah. Faktor belajar memainkan peran penting untuk menentukan kepada siapa kasih sayang itu ditujukan pada orang atau obyek yang khusus. Anak-anak cenderung paling suka kepada orang yang menyukai mereka dan anak-anak bersikap ―ramah-tamah‖ terhadap orang itu. Kasih sayang mereka terutama ditujukan kepada manusia. ―Obyek kasih-sayang‖ yang berupa binatang atau benda kadang-kadang merupakan pengganti bagi obyek kasih sayang kepada manusia. Agar dapat menjadi emosi yang menyenangkan dan dapat menunjang penyesuaian yang baik, kasih 397 sayang yang harus berbalas. Harus ada tali penyambung antara anak-anak dengan orang-orang yang berarti dalam kehidupan mereka. Kasih sayang anak-anak terhadap orang lain dipengaruhi oleh jenis hubungan yang ada di antara mereka, sehingga dapat dimengerti bahwa kasih sayang anak-anak kepada masing-masing anggota keluarga berbeda. Umumnya anak kecil lebih banyak menaruh kasih sayang kepada ibu daripada kepada ayah karena ibu lebih banyak bergaul dengan mereka, dan sebagai penguasa yang menggariskan peraturan, kurang menekankan disiplin yang ketat dibandingkan dengan ayah. Anak-anak memperlihatkan kasih sayang yang lebih besar terhadap saudara yang memperlihatkan kasih sayang kepada mereka dan tidak mengkritik, menggoda, menggertak atau yang tidak bersikap acuh tak acuh. Kasih sayang itu muncul karena pembiasaan yang harus dimunculkan sejak dini, seperti ibu dengan anak, anak akan menganggap ibu itu merupakan orang yang paling ia sayangi karena ibu merupakan orang yang paling dekat dengannya dan selalu menunjukkan kasih sayang nya, dengan ini maksudnya jika kita bisa membiasakan sikap kasih sayang kita dengan tulus terhadap sesuatu maka ia akan otomatis merasakan kasih sayang yang kita berikan.400 400 Titin Nurhidayati, ―Solusi Pengembangan Karakter Terpuji dan Akhlak Mulia dalam Diri Anak Didik‖ 2, no. 2 (2011): 3–9. 398 Kasih sayang mempunyai arti berpihak kepada orang lain. Kasih sayang adalah persetujuan, pemakluman terhadap orang lain.401 Seseorang yang memiliki rasa toleransi dan memaklumi kesalahan dari orang di sekitarnya, itulah yang dimaksud dengan kasih sayang. Rasa memihak di dalam hati, ingin membela orang lain, membenarkan apa yang seseorang perbuat, yang tidak bisa di pungkiri seseorang, hal seperti ini juga dinamakan sikap kasih sayang terhadap orang lain. Semua aspek kehidupan ini adalah latihan untuk hari akhirat, dan setiap makhluk bergerak ke arah tujuan ini. Dalam setiap usaha ada tahapan-tahapan, dan kasih sayang berada di setiap tahapan prestasi. Kasih sayang itu bagaikan kunci ajaib ditangan Nabi SAW, karena dengan itu beliau membuka hati yang begitu keras dan berkarat sehingga tidak seorangpun menyangka dapat membukanya. Tapi beliau bahkan melakukan lebih dari itu: beliau menyalakan obor keyakinan di dalamnya. Kasih sayang Rasulullah SAW meliputi segala makhluk. Beliau menginginkan semua orang mendapat petunjuk. Kasih sayang beliau bahkan mencakup orang-orang munafik dan orang-orang kafir. Beliau tahu siapa orang-orang munafik itu, tetapi tidak pernah mengidentifikasi mereka, karena ini akan menyebabkan mereka kehilangan hak-hak kewarganegaraan penuh yang telah mereka peroleh setelah secara lahiriah mereka 401 Luluk Muasomah, ―Menumbuhkan Rasa Kasih Sayang Dalam Menangani Anak Bermasalah,‖ Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial 9, no. 2 (September 1, 2015): 12. 399 mendeklarasikan diri sebagai orang-orang beriman dan mempraktekkannya. Karena mereka hidup di tengahtengah umat Islam, penolakan mereka mungkin telah berkurang atau berubah menjadi keraguan, sehingga mengurangi ketakutan mereka akan kematian dan siksa hari akhirat yang kekal setelah kematian.402 B. Ruang Lingkup Sifat Kasih Sayang Tulisan ini membahas bagaimana sikap kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah yang tak lebih saling membutuhkan satu sama lain, sebelum penulis membahas lebih lanjut sikap kasih sayang. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan, karna keterbatasan ilmu pengetahuan kami dalam mempelajari penulisan yang baik dan benar. Sedikit menyampaikan bahwasanya artikel jurnal ini membahas sikap kasih sayang, bagaimana kita hidup didunia ini harus saling membutuhkan orang lain. Tulisan ini berupa dalil-dalil yang membahas sikap kasih sayang, menjadi pacuan kita melaksanakan keseharian dengan menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap orang lain. Penulis akan membahas pengertian, dalil-dalil, dan keutamaan kebiasaan menumbuhkan sikap sayang pada kehidupan sehari-hari sebagaimana mestinya. Kasih sayang adalah bentuk perasaan yang menarik untuk dibahas. Dari zaman ke zaman, perbincangan 402 Achmad Bisri, ―Islam RaḤmatan Li ‘L-‗Ālamīn Sebagai Landasan Dakwah Multikultural: Perspektif Muhammad Fethullah Gülen,‖ Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 22, no. 2 (December 15, 2014): 487. 400 mengenai kasih sayang tak akan ada habisnya. Kasih sayang adalah sesuatu yang dianugerahkan Pencipta kepada manusia sehingga kasih sayang sudah tertanam di dalam diri masing-masing invidu sejak ia lahir. Kasih sayang ternyata memiliki arti yang sangat luas. Berbagai teori diciptakan untuk mengartikan dan memaknai apa itu kasih sayang yang sebenarnya. Penulis mengharapkan kemanfaat-an dalam kami menulis, terhadap pembaca supaya sikap kasih sayang bisa menghasilkan kemanfaat-annya yang dirasakan. Dengan menambahkan wawasan kita bagaimana cara bergaul dengan nilai-nilai kasih sayang terhadap orang lain menjadi lebih baik. C. Dalili Sikap Kasih Sayang Allah berfirman dalam surah Arrum ayat 21: dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.403 Di dalam ayat tersebut telah di jelaskan bahwa Allah telah menciptakan rasa kasih sayang didalam diri setiap orang, maka dari itu Allah memerintahkan kepada hambanya untuk senantiasa berkasih sayang. Berarti menjaga, dan merawat rasa kasih sayang tersebut juga termasuk melaksanakan apa yang telah Allah 403 Siti Romlah, ―Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Perspektif Islam dan Pendidikan Umum,‖ Mimbar Pendidikan, no. 1 (n.d.): 69. 401 perintahkan kepada kita kaum muslimin. Bahkan Allah juga telah memerintahkan para kaum muslimin untuk berpasang-pasangan dan saling menyayangi satu sama lainnya, dengan saling menyayangi maka termasuk kedalam orang-orang yang berfikir, maksudnya berarti, kita sebagai makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak dapat hidup seorang diri tanpa adanya orang lain, sehebat apapun kita pasti tetap membutuhkan orang lain. Karena dengan saling menyayangi hidup di dunia ini akan terasa damai dan sejahtera. Contoh rasa kasih sayang Rasulullah Saw terhadap umatnya, terlihat jelas pada saat beliau menghadapi sakaratul maut. Layaknya seorang yang akan meninggalkan dunia ini, Rasulullah Saw pun sangat mengkhawatirkan umatnya yang akan ditinggalkannya. Beliau terus menerus mengadu kepada Tuhannya, "umatku… umatku …, bagaimana nasib umatku sepeninggalanku?" Beliau sangat mengkhawatirkan umatnya kembali kepada kemusyrikan, kekufuran, dan kesesatan.404 Contoh-contoh rasa kasih sayang kepada orang lain di sekitar kita: 1. Kasih Sayang Kepada Anak Yatim. Berlaku lemah lembut dan kasih sayang kepada mereka. Berbuat baik kepada mereka, memperhatikan masa depan mereka, termasuk masalah aqidah, ibadah, akhlak, ilmu, ekonomi dan skil mereka. Dalam suatu hadits Rasulullah Saw bersabda:"Bahwasanya ada seorang laki-laki datang menghadap Nabi Saw dan mengadu tentang kekerasan hatinya: Maka Rasulullah Saw bersabda: "Maukah kalian melunakkan hati kalian lalu 404 QURAISH SHIHAB, Tafsir Al-Misbah, n.d., 36. 402 2. terpenuhi kebutuhanmu? Maka sayangilah anak yatim, dan sapulah kepalanya, serta berilah makannya dari (sebagian) makananmu, yang demikian pasti dapat melunakkan hatimu dan kamu dapat mencapai hajatmu". (HR. Thabrani). Kasih Sayang Terhadap Binatang. Sebuah kisah dalam hadits, diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a Rasulullah Bersabda: "Dari Abu Hurairah R.A. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: "Ketika seorang laki-laki berjalan, tiba-tiba dia merasakan sangat dahaga. Maka diapun turun di sumur dan minum, kemudian keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjilat-jilat sambil makan tanah sebab kehausan. Kata laki-laki tersebut: "Sungguh anjing ini kehausan sangat seperti yang saya rasakan." Maka dia penuhi sepatunya dengan air dan membawanya dengan mulutnya lalu naik sambil keluar dari sumur kemudian memberi minum anjing tadi. Maka Allah berterima kasih kepada laki-laki tadi dan mengampuninya." Para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala jika berbuat baik kepada binatang?" beliau bersabda: "setiap aktifitas yang memberi manfaat/menolong kepada hati yang basah (binatang hidup) pasti Allah SWT memberi pahala. (HR. Bukhar dan Muslim). Termasuk juga memberi sesuatu yang bermanfaat baginya, seperti memberi makanan, minuman, menjaga dan membersihkannya dari kotoran. Prinsipnya adalah, setiap yang dilakukan untuk menolak datangnya bahaya atau memberi manfaat kepada manusia atau binatang, bagi anda tersedia pahala dari Allah SWT. 403 D. 1. Keutamaan Kasih Sayang Jika Kita Menyayangi Semua yang Ada di Bumi, Kita Juga akan Disayang Allah Setiap manusia pasti punya sifat rasa kasih sayang yang ada pada dirinya. seseorang tidak mungkun jika tidak memiliki sifat kasih sayang. Bahkan jika seseorang tersebut adalah orang yang sangat jahat sekalipun, tetap saja ia memilki rasa kasih sayang di dalam hati kecilnya. Kasih sayang manusia, merupakan salah satu sifat Allah yang perlu kita pegang. Karena Allah saja memiliki sifat dari kasih sayang tersebut (Ar-rahman), yaitu pengasih kepada segala makhluk di dunia ini, maka dari itu seseorang manusia (apalagi seorang muslim/muslimah) harus memiliki sifat kasih sayang yang sebesar-besarnya di dalam dirinya, jika kita memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama makhluk Allah, pasti Alah pun akan senang dan akan senantiasa menyayangi kita. 2. Kasih Sayang untuk Seluruh Umat Manusia Membuat Kita Disebut Beriman Orang yang beriman kepada Allah SWT, pasti ia akan senantiasa bersikap ramah tamah, serta bersahaja, saling menyayangi sesama makhluk Allah SWT. Karena ia sangat tahu keutamaan dari sifat tersebut. Jika seseorang hamba memperbanyak ketaatan dan mendekatkan dirinya kepada Rabb-nya maka bagian rahmat Allah akan berlimpah banyak kepadanya. Ia akan di cintai oleh Allah yang maha penyayang, sungguh rahmatNya begitu luas tak terbatas. 404 3. Kasih Sayang menimbulkan Sikap Perhatian didalam Keluarga Perhatian merupakan komponen yang sangat dibutuhkan oleh anak di dalam sebuah keluarga. Karena dengan mendapatkan perhatian, anak akan merasa tenang dan ter-lindungi karena eksistensinya diakui. Memberikan perhatian kepada anak mendorong anak dalam menumbuhkan rasa kepatuhan, karena dengan perhatian kewibawaan orang tua lebih muncul dihadapan sang anak. Perhatian diartikan juga sebagai pengawasan bagi anak dalam pergaulannya. Orang tua memberikan pengawasan sewajarnya kepada anak untuk menghindari segala sesuatu merugikan yang mungkin terjadi. Karena pengawasan adalah bentuk dari perhatian. Interaksi antar personel di dalam sebuah keluarga memang bersifat spesifik, emosional (dalam konotasi positif ), akrab, tidak formal, tidak biokratis, namun penuh harapan. Situasi demikian telah memikat sekaligus mengikat sang anak untuk mengembangkan potensi dan kepribadiannya.405 4. Sikap Keutamaan Kasih Sayang Menurut Pandangan Islam Anak membutuhkan kasih sayang orang lain, terutama dari kedua orang tuanya dan hal ini harus diperhataikan pada anak walaupun anak berbuat salah. Miftahul- Hakiki, ―Pendidikan Keluarga: Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter Anak Di Era Millenial,‖ An-Nisa\‟ 10, no. 1 (January 23, 2018): 124, accessed November 15, 2018, http://ejournal.iainjember.ac.id/index.php/annisa/article/view/645. 405 405 Seorang anak membutuhkan rasa aman, rasa aman dan ketenangan adalah kebutuhan yang mendasar yang selalu didambakan anak. Seorang anak akan merasa sedih dan gelisah jika sering ditinggal pada masa pengasuhan, peran ibu atau ayah yang digantikan dengan seorang pembantu akan membuat anak merasa tidak aman. Seorang anak membutuhkan belaian dan kasih sayang atau ciuman yang hangat dari kedua orangtuanya. Setiap orang berhak mendapatkan sebuah rasa kasih sayang, karena Allah pun memerintahkan kita sebagai makhlukNya untuk saling berkasih sayang, seperti yang telah diajarkan Rasululah SAW. terhadap para sahabat yang selalu menunjukan rasa kasih sayang kesetiap makhluk Allah. Jadi kita sebagai umat islam tidak ada alasan untuk tidak saling menyayangi, karena nabi pun telah mencontohkan sikap rasa saling menyayangi bagi para umatnya.406 E. Bentuk Sikap dan Pembiasaan Sikap Kasih Sayang Kasih sayang memiliki peran penting untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. Berarti bahwa jika kasih sayang adalah sumber daya yang memberikan kontribusi untuk kelangsungan hidup jangka panjang dan kesuburan, maka orang tua harus memberikan lebih banyak kasih sayang kepada anak-anaknya. Marah Sebagai Bentuk kasih Sayang pada Anak . Dalam sebuah pendapat terdapat pengertian bahwa perilaku kasih sayang ditandai dengan cara aktif 406 Nabawi Sakdiah, ―Pendidkan Karakter Melalui Pembinaan Kasih Sayang Dalam Pandangan Islam‖ (n.d.): 208–210. 406 maupun pasif. Aktif (misalnya memeluk, mencium, menepuk-nepuk) sedangkan secara pasif (misalnya tersenyum, duduk di pangkuan) ekspresi non verbal kasih sayang, serta keterangan lisan mengungkapkan cinta, pujian atau persahabatan. Orang tua sebagai model bagi anak. Apa yang dilakukan orang tua akan ditiru oleh anak. Untuk itu orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada anaknya sehingga melekat sampai dewasa. Terkadang orang tua harus memarahi anak. Ini bukan berarti seseorang meninggalkan kelembutan, sebab memarahi dan sikap lemah-lembut bukanlah dua hal yang bertentangan. Saat memarahi anak orang tua memberikan senyuman. Lemah lembut merupakan kualitas sikap, sebagai sifat dari apa yang orang tua lakukan. Orang tua acapkali tidak bisa meredakan emosi pada saat menghadapi perilaku anak yang menjengkelkan. Orang tua menegur anak bukan karena ingin meluruskan kesalahan, tetapi karena ingin meluapkan amarah dan kejengkelan. Tidak mudah memang, tetapi orang tua perlu terus-menerus belajar meredakan emosi atau mengontrol emosi saat menghadapi perilaku anak.407 Mendidik anak merupakan kewajiban orang tua dalam keluarga yang dilakukan dengan cara melakukan pendekatan pada anak dan membantu mencari solusi terhadap kesulitan anak-anak dalam belajar. Dengan demikian dukungan sosial orang tua dalam mendidik 407 Mahdalena, ―Maharah Bentuk Kasih Sayang Pada Anak‖ 1 (2015): 119–129. 407 anak memiliki fungsi sebagai informasi yang membantu anak pra sekolah untuk percaya bahwa mereka selalu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar. Berkaitan dengan hal proses belajar anak untuk mengembangkan kemampuan sosialnya, salah satu faktor penentu keberhasilan belajar anak adalah tipe asuh orang tua terhadap anaknya. Tipe pola asuh yang dianggap efektif secara psikologi dan sosiologis adalah orang tua yang dianggap efektif secara psikologis adalah orang tua yang dapat menjalin hubungan harmonis dengan anak. Ketidak harmonisan hubungan orang tua dengan anak menunjukan pada dua tipe yaitu orang tua yang bersikap acuh dan apatis terhadap perkembangan anak dan orang yang bersikap memanjakan yang sangat melindungi anak dari pengaruh luar. Padahal, seharusnya si anak dibidarkan berlatih melakukannya. Dengan demikian, tidak ada kesempatan bagi si anak untuk memilih kegiatan, hubunganhubungan, makanan, permainannya sendiri, dan seterusnya. Hal ini akan menjadi si anak kurang pengalaman sehingga tidak berdaya untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya.408 Anak adalah bagian dari proses biologis-alamiah dalam kehidupan manusia Disadari atau tidak, sebagian orang tua tidak melihat kelahiran anak sebagai sesuatu yang istimewa. Bagi mereka, hal ini merupakan sesuatu yang biasa (alamiah) Memiliki anak hanya dianggap sebagai fase berikutnya dalam pernikahan. Anak 408 Uswatun Hasanah, ―Sikap Over Proteksi Orang Tua Dan Kematangan Sosial Anak‖ 1, no. 1 (n.d.): 19. 408 merupakan pemenuhan tuntutan sosial. Dalam masyarakat Timur tradisional yang cenderung kurang membatasi jumlah anak, tidak memiliki anak seringkali dilihat sebagai sesuatu yang negatif. Mereka yang tidak memiliki anak kandung merasa bahwa keluarga mereka tidak sempurna.409 Sikap kasih sayang merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan. Dengan adanya kasih sayang maka akan terciptanya hidup yang damai, sejahtera, dan terciptanya lingkungan yang baik pula. Jadi kesimpulannya hidup itu akan terasa lebih indah apabila selalu saling memberi kasih dan saling menyayangi tanpa memandang perbedaan. Makna dari kasih sayang tersebut ialah selalu berbuat yang terbaik, baik itu hubungan antara kita dengan Tuhan, manusia, alam, dan makhluk hidup lainnya didunia ini. Dalam kasih sayang adanya rasa yang timbul di dalam diri hati yang tulus untuk mencintai, menyayangi, serta memberikan kebahagian kepada orang lain , atau siapapun yang dicintainya. Dengan adanya kasih sayang, kita sebagai makhluk hidup dapat saling menjaga satu sama lainnya. F. Referensi Bisri, Achmad. ―Islam RaḤmatan Li ‘L-‗Ālamīn Sebagai Landasan Dakwah Multikultural: Perspektif Muhammad Fethullah Gülen.‖ Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan 22, No. 2 (December 15, 2014): 479–494. 409 Vivik Shofiah and Alma Yulianti, ―Peran Ayah Dalam Mendidik Anak,‖ Jurnal Psikologi 10 (2014): 6. 409 Hakiki, Miftahul-. ―Pendidikan Keluarga: Membangun Kesehatan Mental Dan Karakter Anak Di Era Millenial.‖ An-Nisa\‟ 10, No. 1 (January 23, 2018). Accessed November 15, 2018. Http://Ejournal.IainJember.Ac.Id/Index.Php/Annisa/Article/View/64 5. Hasanah, Uswatun. ―Sikap Over Proteksi Orang Tua Dan Kematangan Sosial Anak‖ 1, No. 1 (N.D.): 18. Mahdalena. ―Maharah Bentuk Kasih Sayang Pada Anak‖ 1 (2015): 119–129. Muasomah, Luluk. ―Menumbuhkan Rasa Kasih Sayang Dalam Menangani Anak Bermasalah.‖ Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam Dan Sosial 9, No. 2 (September 1, 2015): 181–197. Nurhidayati, Titin. ―Solusi Pengembangan Karakter Terpuji Dan Akhlak Mulia Dalam Diri Anak Didik‖ 2, No. 2 (2011): 12. Romlah, Siti. ―Karakteristik Keluarga Sakinah Dalam Perspektif Islam Dan Pendidikan Umum.‖ Mimbar Pendidikan, No. 1 (N.D.): 6. Sakdiah, Nabawi. ―Pendidkan Karakter Melalui Pembinaan Kasih Sayang Dalam Pandangan Islam‖ (N.D.): 10. Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, N.D. Shofiah, Vivik, And Alma Yulianti. ―Peran Ayah Dalam Mendidik Anak.‖ Jurnal Psikologi 10 (2014): 6. 410 MEMAHAMI AKHLAK Siti Fatonah, Yusup Ardiansah, dan Yoga Saputra. A. Pengertian Akhlak Kata akhlāk secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamaʹ dari kata khuluqun yang berarti tabiat, budi pekerti, al-ʹādat (kebiasaan), al-murū‟ah (peradaban yang baik), al-dīn (agama). Sedangkan secara istilah akhlak adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan menjadi identitasnya. Selain itu, akhlak dapat pula diartikan sebagai sifat yang yang telah dibiasakan, ditabiatkan, didarahdagingkan, sehingga menjadi kebiasaan dan mudah dilaksanakan, dapat dilihat indikatornya, dan dapat dirasakan manfaatnya.410 Adapundari pendapat yang lain mengatakan bahwa akhlak secara bahasa Akhlak, (Bahasa Arab: akhlāq) berarti bentuk kejadian; dalam hal ini tentu bentuk batin seseorang dalam Kamus Al-Munjid, kata khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. 411 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. 412Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam alQur‘an.Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata 410Subahri, ―Aktualisasi Akhlak Dalam Pendidikan,‖ 167–68. ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat,‖ 411Mustopa, 265. 412Wahidah, ―Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‘an,‖ 54. 411 tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam al-Qur‘an Surat Al Qalaam ayat 4 : Artinya : ―Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung‖. Menurut Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, atau yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali sebelum memulai pembahasan tentang akhlak, beliau memulai dengan pembahasan Al-Qalb, AlRuh, Al-Nafs dan Al-Aql. Lebih jauh dari itu, Al-Ghazali juga membahas tentang manusia, tujuan hidup manusia sebagai individu.413 Sedangkan menurut Ibn Maskawaih, akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui pemikiran atau pertimbangan.414 Definisi akhlak dapat dirujuk dari beberapa pengertian para tokoh, seperti al-Gazali, Abdullah Darroz, Ibnu Maskawaih, dan Ahmad Amin. Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dapat menimbulkan perbuatanperbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.415 Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan yang saling bersinergi dari pendapatpendapat di atas bahwa yang di katakan sebagai akhlak ialah sebuah tingkah laku seseorang baik itu sifat dan keadaan yang meresap dalam jiwa dan menjadi 413Mz, ―Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,‖ 27. ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat,‖ 414Mustopa, 267. 415Mustopa, 267. 412 kepribadian,dari sinilah akan timbul berbagai perbuatan yang bersifat spontan tanpa ada unsur disengaja. B. Jenis-Jenis Akhlak Menurut Ilmu Akhlak, akhlak manusia bisa dipilah menjadi dua bagian. Yakni akhlak baik (akhlak terpuji atau akhlak mulia) dan akhlak buruk atau akhlak tercela.416 Beberapa contoh tingkah laku yang tergolong ke dalam akhlak terpuji dan akhlak tercela bisa dirinci dan disebutkan. Adil, jujur, amanah (bisa dipercaya), mau berbagi kebaikan dengan yang lain (sharing), empati (caring), punya kepedulian sosial adalah sebagian contoh akhlak mulia. Dzalim,khianat (tidak bisa dipercaya), menindas, memfitnah, egois, tidak jujur, tidak adil, manipulasi, monopoli, suap menyuap, nepotisme, kolusi, korupsi, rakus, iri, dan dengki adalah sebagian contoh akhlak tercela. 417 Akhlak mulia dan akhlak tercela sama-sama akan menjelma dalam kehidupan manusia dengan berbagai dimensinya; sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Perilaku individu atau masyarakat bisa dilihat dan digolongkan kepada akhlak mulia atau akhlak tercela. Perilaku jelek atau baik itu akan ada secara merata di dalam setiap strata sosial. Orang kaya, orang miskin, 416―Akhlak Mulia Dalam Kepemimpinan Pendidikan : Memposisikan Akhlak Mulia sebagai Landasan Kepemimpinan dalam Pendidikan | ALAMSYAH | AL-IDARAH: JURNAL KEPENDIDIKAN ISLAM,‖ 78. 417Irwandra, ―METAFISIKA AKHLAK,‖ 48. 413 pejabat, rakyat, orang beragama atau tidak beragama akan memperlihatkan dua macam akhlak ini.418 1. Akhlak Mahmudah Pengertian akhlak mulia menurut pandangan masyarakat sangat bervariasi dan beragam, dengan pengertian akhlak secara normatif oleh para ulama. Pengertian akhlak mulia menurut pandangan masyarakat menekankan pada perbuatan yang tampak secara lahiriah dan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, serta tidak temporer. Kemudian perilaku yang tampak dan terus menerus tersebut tidak dibedakan antara perbuatan akhlak dengan ibadah dan keimanan. Sehingga akhlak mulia menurut masyarakat adalah tingkah laku yang terpuji, yang baik dan dapat dilihat dari perbuatan sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan ibadah maupun keimanan.419 Menurut Imam Al-Ghazali dalam menjelaskan pengertian akhlak yang baik, dia menyimpulkan tentang makna akhlak yang baik dengan, 420 ―fa manistawat fîhi hâdzihil khishâl wa-„tadalat fa huwa husnul khuluqi muthlaqan‖. Sebaliknya, bila kekuatan-kekutan itu tidak seimbang maka itulah maknaakhlak yang buruk. AlGhazali juga mengutip perkataan Sayyidin Ali bin Abi 418Ginanjar dan Kurniawati, ―Pembelajaran Akidah Akhlak dan Korelasinya Dengan Peningkatan Akhlak al-Karimah Peserta Didik,‖ 62. 419Mustopa, ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat,‖ 278. 420―PEMIKIRAN Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak Ta‘dib: Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam),‖ 83. 414 Thalib ra. Yang pernah mengatakan tentang akhlak yang baik ― hakikat dari akhlak yang baik dan mulia ialah ada pada tiga perkara; yaitu. Menjauhi larangan Allah SWT mencari yang halal dan berlapang dada kepada sesama manusia.421 Beliau juga mengutip ucapan Abu Sa‟id al-Karaz yang mendefinisikan tentang akhlak yang baik, ia mengatakan; ―Hakikat akhlak yang baik ialah, bila mana tidak ada suatu keinginan pun bagi seorang hamba selain hanya bergantung kepada Allah SWT‖. 2. Akhlak Mazmumah Membahas sikap terpuji (Akhlak Mahmudah) pastinya tidak akan terlepas dari sikap tercela (Akhlak Mazmumah). Akhlak Mazmumah ialah perangai atau tingkah laku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap tidak baik Dimana perangai atau tingkah laku tersebut mengakibatkan orang lain tidak senang. Tingkah laku dan tutur kata yang ada pada manusia cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain disebut akhlak mazmumah. Perbuatan tersebut termasuk munkar, tingkah laku seperti ini dilarang oleh Allah SWT, dan diwajibkan untuk menjahuinya. Sedangkan mazmumah itu sendiri adalah perilaku buruk. Buruk dapat diartikan sebagai berikut:422 421Mz, ―Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf,‖ 78. Scientific Journals,‖ 28. 415 422―UMM 1. Rusak atau tidak baik, jahat, tidak menyenangkan, tidak elok jelek. 2. Perbuatan yang tidak sopan kurang ajar, jahat, tidak menyenangkan. 3. Segala yang tercela, lawan baik, lawan pantas, lawan bagus. perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma agama, adat istiadat, dan yang berlaku di dalam masyarakat. Menurut Al-Ghazali Akhlak Mazmumah adalah segala tingkah laku manusia yang membawanya kepada kebinasaan Suatu perbuatan yang akan menjauhkannya dari sang pencipta yaitu Allah SWT.423 Akhlak Mazmumah menurut Al-Ghazali dibagi menjadi dua yaitu maksiat lahir dan maksiat batin Selain itu macam-macam akhlak mazmumah antara lain :424 1. Egoistis (Al-ananiyah) 2. Kikir (Al-Bukhli) 3. Dusta (Al-Buhtan) C. Referensi ―Akhlak Mulia Dalam Kepemimpinan Pendidikan : Memposisikan Akhlak Mulia sebagai Landasan Kepemimpinan dalam Pendidikan | Alamsyah | AL-IDARAH: Jurnal Kependidikan Islam.‖ Diakses 15 November 2018. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh /article/view/803. 423Bafadhol, ―Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam,‖ 51. Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak Ta‘dib: Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam),‖ 84. 416 424―PEMIKIRAN Bafadhol, Ibrahim. ―Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam.‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 02 (21 November 2017): 19. https://doi.org/10.30868/ei.v6i12.178. Ginanjar, Muhammad Hidayat, dan Nia Kurniawati. ―Pembelajaran Akidah Akhlak dan Korelasinya Dengan Peningkatan Akhlak al-Karimah Peserta Didik.‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 02 (21 November 2017): 25. https://doi.org/10.30868/ei.v6i12.181. Irwandra, Irwandra. ―Metafisika Akhlak: Dasar-dasar Akhlak dalam Islam.‖ An-Nida‟ 39, no. 1 (5 Februari 2014): 91–106. Mustopa, Mustopa. ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat.‖ Nadwa 8, no. 2 (19 Oktober 2014): 261– 81. https://doi.org/10.21580/nw.2014.8.2.581. Mz, Syamsul Rizal. ―Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf.‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (16 April 2018): 67–100. https://doi.org/10.30868/ei.v7i01.212. ―PEMIKIRAN Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak Ta‘dib: Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam).‖ Diakses 15 November 2018. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/ar ticle/view/56. Subahri, Subahri. ―Aktualisasi Akhlak Dalam Pendidikan.‖ ISLAMUNA: Jurnal Studi Islam 2, no. 2 (5 Desember 2015): 167–82. https://doi.org/10.19105/islamuna.v2i2.660. ―UMM Scientific Journals.‖ Diakses 15 November 2018. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/index/inde x. 417 Wahidah, Fatira. ―Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur‘an.‖ Shautut Tarbiyah 21, no. 1 (1 Mei 2009): 11–28. 418 MEMAHAMI AKHLAK TERCELA Adi Prasetyo dan Aliyah Mereta Dewi A. Pengertian Akhlak Tercela Akhlak adalah suatu bentuk jamak dari khulq, yang secara etimologi berarti kebiasaan, prilaku, sifat dasar dan perangai. menurut Al-Ghazali akhlak merupakan suatu ungkapan tentang suatu keadaan yang tetap didalam jiwa, yang darinya muncul perbuatanperbuatan dengan mudah dan gampang dilakukan pada kehidupan sehari-hari, tanpa membutuhkan pemikiran dan penelitian yang mendalam untuk berfikir lebih lanjut. Apabila dari keadaan ini akan muncul suatau perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut akal dan syariat seperti dalam melakukan sesuatu dengan cara jujur, jika kita melakukan sesuatu kita harus bertanggung jawab, adil dan lain sebagainya, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang baik, dan apabila yang muncul perbuatan-perbuatan buruk seperti berbohong, egois, tidak amanah dan lain sebagainya, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk.425 Akhlak Mazhmumah (akhlak tercela atau akhlak Sayyi‘ah (akhlak yang jelek) seperti kufur adalah suatu perbuatan yang harus dihindari karena kufur itu sendiri memiliki makna menutupi sesuatu hal yang tidak banyak orang mengetahuinya hanya dirinya dan Allah 425 Yoke Suryadarma and Ahmad Hifdzil Haq, ―Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali,‖ At-Ta‟dib 10, no. 2 (2015): 368. 419 yang tau karena kufur berarti tidak beriman kepada Allah. Syirik merupakan perbuatan yang patut di hindari karena syirik itu sendiri akan berdampak pada diri kita sendiri seperti teman kita memiliki uang yang lumayan banyak kita sirik dan berinisiatif untuk melakukan sesuatu hal yang di larang Allah SWT seperti mencuri dan menipu sesama murtad merupakan orang yang keluar dari agama Islam yang berpaling keagama lain. Fasik, riya‘ adalah perilaku buruk yang tertanam pada diri seseorang yang memiliki sifat pamer, takabur perilaku yang memiliki sifat sombong pada seseorang, mengadu domba, dengki atau iri, kikir adalah sifat pelit yang menjadi kebiasaan, dendam, khiyanat, memutus silaturahmi, putus asa, dan semua perbuatan tercela menurut pandangan Islam.426 Akhlak yang tercela, adalah racun yang dapat membunuh, noda yang nyata, sifat kerendahan yang jelas yang menjauhkan manusia dari Allah SWT.427 Islam mengatur dimensi hubungan akhlak menjadi empat yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lainya serta hubungan manusia dengan alam lingkungan sekitarnya. Dengan adanya empat dimensi akhlak dapat kita simpulkan bahwasanya akhlak merupakan suatu upaya dan cara kita untuk Rosihon Anwar, Akidah Akhlak (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 212. 427 Hajriansyah Hajriansyah, ―Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela: Telaah Singkat Ihya‘Ulumuddin Jilid III,‖ Nalar: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam 1, no. 1 (2017): 24. 420 426 menjadi pribadi yang baik karena jika kita membawa diri kita kejalan yang buruk maka akan terbentulah suatu akhlak yang buruk pula dalam diri kita.428 B. Macam-macam Akhlak Tercela Adapun macam-macam akhlak tercela yang sering dijumpai pada kehidupan adalah Sombong, Berdusta, Tidak ada Rasa Malu, Hasad Dengki, Bakhil (Pelit/kikir), Penakut, Mudah Marah, Kasar dalam bertutur kata, Bermuka Masam, Mengadu Domba (Namimah), Bermuka Dua, Berburuk Sangka, Munafik, dan Menyebarkan rahasia 1. Sombong. Sombong dalam Islam kita tidak diperbolehkan memiliki sifat sombong karena Islam tidak pernah mengajarkan kita unuk angkuh ataupun sombong. Sebab apa yang harus kita sombongkan jika semua ini hanyalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah 2. Berdusta. Berdusta adalah sikap yang mudah dibenci orang karena sekali saja kita berdusta maka tidak akan pernah dipercaya lagi karena sikap berdusta itu merupakan sikap yang sama saja menzolimi diri sendiri. 3. Tidak ada Rasa Malu. Orang yang tidak ada malunya lagi merupakan orang yang tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri seperti seseorang meminjam barang orang lain tetapi tidak 428 Dedi Wahyudi and Devi Septya Wardani, ―Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Multimedia LCD Proyektor,‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 18, no. 1 (2018): 4. 421 4. 5. 6. 7. 8. mengucapkan terimakasih sedangkan meminjam barang orang itu sudah lumayan lama. Hasad Dengki. Orang yang memiliki sifat dengki pasti akan sangat susah untuk menghilangkan sikap yang tidak baik itu karena dia telah nyaman dengan sikapnya yang seperti itu seperti kita membenci seseorang sedangkan orang tersebut sudah meminta maaf dan kita juga memaafkan tetapi lain di hati karena kita memiliki sifat dengki dan sebenarnya susah untuk memaafkan orang tersebut. Bakhil (Pelit/kikir). Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk pelit karena Islam menganjurkan umatnya saling berbagi ketika sedang memiliki sesuatu yang berlebihan Penakut. Penakut merupakan suatu rasa yang datang dari hati karena jika rasa takut tersebut tidak dilawan maka akan selalu menghantui diri kita dan kita selalu merasa diawasi. Mudah Marah. Mudah marah merupakan sifat yang telah tertanam pada diri seseorang dan menurut saya susah di kendalikan karena sifat yang mudah marah itu sendiri merupakan bawaan dari diri seseorang tersendiri. Tetapi sifat yang mudah marah bisa dimusnahkan dengan cara bersabar dan terus membenahi dan memperbaiki diri dan juga harus berusaha mengontrol diri agar tidak mudah marah. Kasar dalam bertutur kata. Kasar dalam bertutur kata adalah sifat yang susah dihilangkan karena sifat sesrorang itu sangat berbeda-beda maka dari itu sifat kasar dalam bertutur kata bisa dihilangkan 422 9. dengan cara selalu sabar. Kitika kita berbicara dengan orang yang lebih tua atau dewasa hendaklah kita merendahkan suara agar lebih sopan dan lebih pantas saat kita berhadapan dengan nya karena itu adalah salah satu akhlak dalam berbicara Mengadu Domba (Namimah). Namimah adalah suatu perilaku yang sangat tercela karena perilaku tercela itu merupakan perilaku yang suka mengadu domba antar sesama baik mengadu domba dalam perihal baik maupun perihal yang buruk, dan suka menyebar fitnahyang tidak masuk akal dengan tujuan agar kedua belah pihak saling bermusuhan dan suka merekayasa omong kosong yang tidak ada buktinya agar terjadi perpecahan dan pertengkaran. Secara istilah yaitu mengadu domba. Namimah hampir sama dengan ghibah, namun namimah dilakukan oleh seseorang dengan tujuan merusak hubungan silaturahmi dengan orang lain. 429 10. 11. Bermuka Dua. Seseorang yang bermuka dua pasti akan sangat dibenci oleh orang karena sikap nya yang tidak mencerminkan jati dirinya. Dan orang yang bermuka dua itu pasti akan dijauhi oleh orang yang mengenalnya karena mereka sudah tahu sikapnya seperti apa kepadanya dan dampak nya apa jika dengan nya. Berburuk Sangka. Berburuk sangka merupakan akhlak tercela dan pelakunya akan mendapat dosa, 429 Muh. Rusli, ―Bahaya Ghibah Dalam Konteks Hidup Bermasyarakat‖ 4, no. 1 (2014): 146. 423 12. 13. oleh karenanya harus ditinggalkan. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berfikir positif khususnya bagi orang yang berkepribadian mulia. Dengan demikian husnudhdhan (positif thinking) haruslah dibiasakan agar kita menjadi pribadi yang unggul. Munafik. Orang munafiq disebut pembohong karena tidak meyakini kebenaran yang mereka katakan, hatinya tidak sesuai dengan lidahnya dalam persaksian.430 Orang-orang munafik, golongan inilah yang menjadi pembahasan dari penulis yaitu mereka yang akidahnya goncang antara iman kafir, mata hatinya tertutup, sehingga setiap tindakan yang mereka lakukan hanyalah untuk menimbulkan kerusakan di bumi ini. Ulah dan tingkah laku mereka tentu akan membawa atau memberikan dampak bagi perkembangan dakwah Islam.431 Tamak. Tamak adalah salah satu akhlak tercela yang digambarkan oleh Al-Qurán dan hadis Rasulullah SAW. Karena tamak selain akan menimbulkan suatu dampak yang negative kepada orang yang memilikinya akan tetapi akan sangat dapat berdampak negatif kepada orang lain, karena Al-Qur'án maupun hadis memerintahkan kita untuk menghindarinya. Keinginan untuk mendapatkan sesuatu adalah suatu hal yang wajar, dan dibolehkan di dalam al-Qurán dan hadis Ibid. Siti Aisyah, ―Munafik Menurut Al-Qur‘an‖ (phd Thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1999), 3. 424 430 431 14. 15. 16. Rasulullah SAW. Akan tetapi jangan sampai terjebak pada akhlak yang tercela yang disebut dengan tamak. 432 Ujub. Ujub adalah membanggakan diri sendiri merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan lain hal. Menurut Al-Junjani ujub adalah anggapan seseorang terhadap ketinggian dirinya, padahal ia tidak berhak untuk anggapan itu. Berkaitan denga sifat ujub tersebut, Syeikh Bisyru bin Al-Harits Al-Hafi mengungkapkan bahwa ujub adalah ketika engkau mengagung-agungkan amalanmu, sedangkan amalan orang lain engkau pandang sebelah mata. Boleh dikata, sisi inilah yang paling krusial dan paling kelihatan dari sekian banyak penomena ujub yang ada.433 Sikap licik. Licik merupakan akhlak tercela yang sangat berbahaya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Menurut Kamus bahasa Indonesia artidari licik adalah tidak jujur, suka menipu, curang dalam segala hal, banyak akal kepada hal-hal buruk.434 Sifat licik sangat berbahaya bagi orang yang memiliki sifat jujur. Karena orang yang jujur akan dicurangi oleh orang yang tidak suka dengannya atau iri dengan keadaannya. Bunuh Diri. Bunuh diri merupakan perbuatan untuk mengakhiri hidup dengan berbagai cara, Muhyiddin Tahir, ―Tamak Dalam Perspektif Hadis,‖ Jurnal Al Hikmah XIV, no. 1 (2013): 14. 433 Ulfa Dj Nurkamiden, ―Cara Mendiagnosa Penyakit Ujub Dan Takabur,‖ Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2016): 117. 434M. Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, 223. 425 432 17. motif, dan faktor. Pada umumnya peristiwa bunuh diri biasanya didahului oleh depresi yang melanda pelakunya. Depresi yang didahului oleh frustasi, yakni situasi di mana seseorang tidak mampu mencapai tujuan yang diinginkannya. Cinta dunia (Hubb Al-Dunya). Cinta Dunia (hubb al-dunya) merupakan suatu akhlak tercela yang harus dihindari oleh siapapaun karena dapat menyebabkan seseorang terlena akan gemerlapnya dunia. Menurut Al-Ghazali Cinta dunia (hubb aldunya) adalah sesuatu yang tercela dan merupakan pangkal dari segala dosa.435 C. Referensi Aisyah, Siti. ―Munafik Menurut Al-Qur‘an.‖ Phd Thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1999. Al-Ghazali. ―Konsep Riya‘ Menurut Al-Ghazali.‖ mizan (1999): 285. Hajriansyah. ―Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela.‖ Jurnal Nalar 1, no. 1 (June 1, 2017). Hajriansyah, Hajriansyah. ―Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela: Telaah Singkat Ihya‘Ulumuddin Jilid III.‖ Nalar: Jurnal Peradaban dan Pemikiran Islam 1, no. 1 (2017): 17–26. M. Ali. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Jakarta: Pustaka Amani, 1979. Moh. Rasyid. ―Kontribusi Penyuluh Agama Dalam Meminimalisasi Bunuh Diri.‖ Jurnal Bimbingan Konseling Islam 5, no. 2 (December 2014). 435Hajriansyah, ―Akhlak Terpuji Dan Akhlak Tercela,‖ Jurnal Nalar, no. 1 (1 Juni 2017): 25. 426 Muh. Rusli. ―Bahaya Ghibah Dalam Konteks Hidup Bermasyarakat‖ 4, no. 1 (2014). Muhyiddin Tahir. ―Tamak Dalam Perspektif Hadis.‖ Jurnal Al Hikmah XIV, no. 1 (2013). Muhyidin Tahir. ―Tamak Dalam Perspektif Hadis.‖ Jurnal Al Hikmah XIII, no. 1 (2013). Noor, Hasni. ―Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur‘an (Kajian Tafsir Tahlily).‖ Al‟ulum 63, no. 1 (2015). Nurkamiden, Ulfa Dj. ―Cara Mendiagnosa Penyakit Ujub Dan Takabur.‖ Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (2016): 115–126. Rosidin, Dedeng. Karakteristik Manusia Munafik. Uin Sunan Gunung Jati, 2006. Rosihon Anwar. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Ulfa Dj. Nurkamiden. ―Cara Mendiagnosa Penyakit Ujub Dan Takabur.‖ Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4, no. 2 (August 2016). Wahyudi, Dedi, and Devi Septya Wardani. ―Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Akidah Akhlak Melalui Multimedia LCD Proyektor.‖ Jurnal Ilmiah Didaktika 18, no. 1 (2018): 1–15. Yoke Suryadarma, and Ahmad Hifdzil Haq. ―Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali.‖ At-Ta‟dib 10, no. 2 (2015). 427 SIKAP LICIK Andriansyah , Anggi Nadia Sari, Anis Umu Rosidah, Apriyanti, dan Dila Santika A. Pengertian Sikap Licik Licik merupakan salah satu sifat tercela yang sangat berbahaya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Arti licik adalah suka menipu, curang dalam segala hal, banyak akal kepada hal-hal buruk. Sifat licik sangat berbahaya bagi semua orang terutama orang yang memiliki sifat jujur.436 Karena orang yang jujur dapat dicurangin oleh orang yang tidak suka dengannya atau iri dengan keadaannya. B. 1. 2. Ruang Lingkup Sikap Licik Ruang lingkup licik itu ada 2 yaitu : Sikap licik mengurangi takaran dan timbangan. Kecurangan tersebut jelas merupakan satu bentuk praktek sariqah (pencurian) terhadap milik orang lain dan tidak mau bersikap adil dengan sesama. Dengan demikian, bila mengambil milik orang lain melalui takaran dan timbangan yang curang walaupun sedikit saja berakibat ancaman doa kecelakaan. Dan tentu ancaman akan lebih besar bagi siapa saja yang merampas harta dan kekayaan orang lain dalam jumlah yang lebih banyak. Sikap licik pemimpin. Pemilihan dan pergantian pemimpin diharapkan akan ada perubahan ke arah 436 Prihatin Dwihantoro, ―Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik,‖ Politika 4, no. 2 (2013): 13. 428 lebih baik. Mungkin saja hal ini terjadi karena kita tidak bisa menghadirkan Pilkada yang berkualitas; bebas tanpa pemaksaan, netralitas penyelenggara, jujur tanpa ada kecurangan. Berbagai macam bentuk pelanggaran, kecurangan bahkan tindakan kezaliman sering menghiasi pesta demokrasi kita. Masyarakat tidak memiliki kebebasan menentukan pilihan sesuai keinginannya, namun terpengaruh oleh intimidasi. Suara rakyat bisa dibeli dengan harga murah di tengah kondisi ekonomi yang merosot. Hasil pilihan rakyat dicurangi oleh penyelenggara pesta rakyat mulai dari tingkat rendah sampai ketingkat atas; dengan sikap ketidakadilan dan penyelewengan hasil pemilihan dari yang berhak kepada yang tidak berhak melalui penggelambungan suara serta berbagai macam bentuk pelanggran lainnya.437 Memilih pemimpin berkualitas yang mampu mengemban amanah dan menunai janjinya, bukan pemimpin serakah yang menipu rakyat dan berambisi untuk meraih kekuasaan dengan melakukan kecurangan serta menghalalkan segala cara karena akan 438 mengakibatkan kerugian semua pihak. C. Dalil Sikap Licik Terdapat dalil-dalil sikap licik yaitu: “Pemimpin adalah bayangan Alloh Swt. di muka bumi. Kepadanya 437 Umar Sidiq, ―Kepemimpinan Dalam Islam Kajian Tematik Dalam Al-Qur‘an Dan Hadits,‖ Dialogia 12, no. 01 (2014): 133. 438 Masniarti, ―Kepemimpinan Dalam Islam,‖ Jurnal Al-Qadau 2 (n.d.): 45. 429 berlindung orang-orang yang teraniaya dari hamba-hamba Alloh, jika ia berlaku adil maka baginya ganjaran, dan bagi rakyat hendaknya bersyukur. Sebaliknya apabila ia curang (dhalim) maka niscaya dosalah baginya dan rakyatnya hendaknya bersabar. Apabila para pemimpin curang maka langit tidak akan menurunkan berkahnya. Apabila zina merajalela, maka kefakiran dan kemiskinan pun akan merajalela (H.R. Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).“439 Kemimpinan, jabatan dan kedudukan sering kali disalahgunakan untuk menipu rakyat atau orang-orang yang dipimpinnya. Kecurangan dan sikap mensia-siakan amanah para pejabat sudah menjadi rahasia umum. Padahal perbuatan yang seperti ini tidak patut di lakukannya Nabi SAW telah melarang keras agar para pemimpin tidak berperilaku curang atau dhalim. Dari Ma‘qil bin Yasar al Muzani radhiyallahu „anhu, ia berkata, ―Aku mendengar Rasulullah bersabda: ―Tidaklah seorang hamba yang Allah berikan kepemimpinan atas orang lain, lalu ia mati dalam keadaan berbuat curang terhadap orang-orang yang dipimpinnya, melainkan Allah akan mengharamkan atasnya surga.‖ (HR Muslim)440 Maksudnya, jelas bahwa pemimpin yang telah di berikan amanat tetapi pemimpin itu tidak menjalankan amanat dari rakyatnya maka Allah SWT mengharamkan baginya surga karena orang yang memiliki perilaku atau Umar Sidiq, ―Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Qur‘an Dan Hadits,‖ Dialogia 12, no. 1 (2014): 133. 440 Iril Admizal, ―Strategi Menghadapi Orang Munafik Menurut Alquran,‖ Al Quds ( Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Hadits 2, no. 1 (2018):175. 430 439 sifat licik tersebut akan membahayakan orang-orang lain di sekitarnya. ”Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam datang ke Madinah, mereka (penduduk Madinah) adalah termasuk orang yang paling curang dalam takaran.” (HR Muslim) 441 Maksudnya, penduduk Madinah dan kaum Anshar sebelum datangnya Nabi Saw ke Madinah, dahulu mereka sudah terbiasa dengan bertansaksi dalam jual beli. Dan mereka adalah manusia yang paling curang dalam takaran, atau termasuk di antara manusia yang paling curang dalam takaran. Yakni, mereka curang dalam masalah takaran dan timbangan, dan mereka menguranginya dalam masalah itu. Ketika Nabi Saw tiba di Madinah, Kemudian, firman Allah SWT: QS. Al-Muthaffifin: 1-7 yang artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam? Sekali-kali jangan curang, karena Sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.”442 Menurut Ulama Lughah (Bahasa Arab), almuthaffifûn adalah orang-orang yang mengurangi Siti Nur Azizaturrohmah, ―Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya,‖ Jurnal JESTT 1, no. 4 (2014): 278. 442 Markas, ―Urgensi Sifat Jujur Dalam Berbisnis,‖ Jurnal PILAR 2, no. 2 (2014): 176. 431 441 takaran dan timbangan, tidak memenuhi dan menyempurnakannya. Allâh SWT langsung menafsirkan hakekat muthaffifîn (yang melakukan kecurangan) dalam ayat kedua dan berikutnya, dengan berfirmanyang artinya, "Yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi."(alMuthaffifîn/83: 1-6). Praktek kecurangan mereka seperti yang diterangkan Allah SWT, jika orang lain menimbangkan atau menakar bagi mereka sendiri, maka mereka menuntut takaran dan timbangan yang penuh dan sekaligus meminta tambahan. Mereka meminta hak mereka dipenuhi dengan sebaik-baiknya, bahkan minta dilebihkan. Orang-orang yang melakukan kecurangan ini terancam dengan siksa yang dahsyat atau neraka Jahannam. “Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah serta Ibnu Hujr semuanya dari Ismail bin Ja'far, Ibnu Ayyub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismail dia berkata, telah mengabarkan kepadaku al-Ala' dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya: "Apa ini wahai pemilik makanan?" sang pemiliknya menjawab, "Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah." Beliau bersabda: „‟ Mengapa engkau tidak meletakkan bagian yang basah ini di atas hingga manusia 432 dapat melihatnya? Siapa yang menipu maka ia bukan dariku‟.” (HR. Muslim).” 443 Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa dalam berniaga kita harus mengutakakan kejujuran karena Allah SWT telah menetapkan keputusan bagi orangorang yang melakukan kecurangan akan mendapatkan siksa yang dahsyat atau neraka jahanam sebagai hadiah yang pantas didapatkan bagi orang yang melakukan kecurangan ini. “Penjual dan pembeli diberi kesempatan berfikir selagi mereka belum berpisah. Seandainya mereka jujur serta membuat penjelasan mengenai barang yang di perjual belikan, mereka akan mendapat berkah dalam jual beli mereka. Sebaliknya, jika mereka berbuat licik dan merahasiakan mengenai apa-apa yang harus diterangkan tentang barang yang diperjualbelikan, maka akan terhapus keberkahannya.”444 Maksudnya, dalam proses jual beli antara si penjual dan pembeli harus sama-sama saling jujur dan harus mengetahui keadaan barang yang akan di perjual belikan, penjual dan pembeli diberikan waktu atau kesempatan untuk berfikir sebelum mereka berpisah. D. Keutamaan Menghindari Sikap Licik Sikap licik disini bagian dari akhlak madzmumah yaitu suatu akhlak tercela. Akhlak Tercela itu suatu sikap atau sifat jelek yang akan dijauhi atau tidak disukai oleh orang lain. Tetapi akhlak tercela ini bukan hanya tidak Unang Wahidin and Ahmad Syaefuddin, ―Media Pendidikan Dalam Perspektif Pendidikan Islam,‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (April 16, 2018): 47–66. 444 Siti Nur Azizaturrohmah, ―Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya,‖ 34. 433 443 disukai orang lain saja, akan tetapi tidak disukai Allah SWT. Disini Contohnya yaitu sikap licik, begitu banyak bahaya yang terjadi akibat sikap licik.445 Karena sikap licik itu dapat menimbulkan permusuhan dan memecahkan persaudaran antar sesama. Sikap licik itu suatu bentuk akhlak yang berupaya untuk curang, berbohong kepada orang lain dengan maksud untuk merusakan keinginan orang lain. Disini ada beberapa keutamaan menghindari sikap licik yaitu: 1. Dapat Mempererat Persaudaraan Sesama Manusia Persaudaraan sesama muslim itu suatu sama halnya dengan ukhuwah, ukhuwah berarti persaudaraan. Persaudaran sesama adalah suatu model pergaulan antar manusia yang berprinsip pada AlQur‘an dan Hadis. Yaitu suatu wujud persaudaraan karena Allah SWT. Melalui rahmat-Nya-lah maka akan tumbuh rasa mahabbah saling mencintai antar sesama manusia, sehingaa antar manusia satu dan satunya saling tolong menolong dan saling membutuhkan. Persaudaraan antar sesama manusia ini penting, Ibarat suatu bangunan rumah kemerdekaan adalah pondasinya, sedangkan egaliter sebagai tiang penyangga utamanya dan persaudaraan muslim sebagai balok-balok perekat dan pengikat tiang utama sebagai tiang yang berfungsi sebagai penentu model bangunan rumah. Sedangkan unsur persatuan adalah tembok dan dinding yang memperkokoh bangunan rumah, sedangkan musyawarah sebagai pintu dan jendela atau sebagai 445 Mustafa Kamal and Aida Mirasti Abadi, ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak,‖ Jurnal Tunas Bangsa no.01 (2012): 33. 434 ventilasi yang mengatur keluar masuk udara. Dengan menyatunya unsur-unsur tersebut, akan membentuksuatu bangunan rumah yang utuh, kokoh dan ideal.446 Dalam ayat dijelaskan bahwa antara sesama manusia harus menjaga persatuan antar saudaranya, dengan cara tidak menjelek-jelekkannya, mengolokngoloknya, membicarakan aib na, bersikap licik atau curung, dan berbohong kepadanya.447 2. Jauh Dari Fitnah dan Kekufuran Apabila kita menghindari dari sikap licik ini, akan terhindar dari fitnah dan kekufuran. Karena licik ini sama halnya dengan bagian munafik yaitu suatu perbuatan yang sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Apabila seseorang melakukan licik terhadap orang lain yang terjadi akan menimbulkan fitnah. Karena orang tersebut ingin menghancurkan martabat saudaranya. Oleh sebab itu sikap licik tersebut harus dihindari agar bisa jauh dari permusuhan. Agar dalam diri manusia itu terhindar dari sikap licik harus ditanamkan akhlak yang mulia dalam dirinya. Pendidikan Akhlak ini dimulai sejak kecil yang mana orang tua harus mengajarkan akhlak yang baik kepada anaknya. Agar kedepannya anak tersebut bisa memiliki akhlakul karimah. Pendidikan memiliki arti Cecep Sudirman Anshori, ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Pondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional,‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam 14. no.1 (2016): 118. 447 Ikhwan Hadiyyin, ―Konsep Pendidikan Ukhuwah : Analisis Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Al-Qur‘an,‖ Al-Qalam 34, no.2 (December 2017): 62. 435 446 suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja untuk memberikan bimbingan, baik jasmani maupun rohani, melalui penanaman nilai-nilai Islam, latihan moral, fisik serta menghasilkan perubahan ke arah positif yang nantinya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan, dengan kebiasaan bertingkah laku, berpikir dan berbudi pekerti yang luhur menuju terbentuknya manusia yang berakhlak mulia.448 Sejalan dengan kemajuan era globalisai saat ini, dapat memunculkan persoalan-persoalan baru yang terjadi dalam masyarakat. Munculnya kenakalan remaja, masalah kepribadian yang buruk banyak terjadi penyelewengan seperti adu domba, fitnah, curang, licik, menipu, berdusta, dan kemaksiatan lainnya. Oleh sebab itu agar tidak terjadi penyalahan dalam etika, akhlak ini harus didik dari kecil.449 3. Jauh dari Segala Ancaman Kehidupan yang bersifat memalukan Sikap licik ini suatu sikap yang dimana ia ingin bersikap tidak adil kepada orang lain dengna cara berdusta . dan orang yang merasa dirugikan tersebut pastinya ia akan merasa malu. Jadi dapat disimpulkan apabila seseorang menghindari siakp licik tersebut, dapat jauh dari ancaman yang bersifat memalukan. Karena ia dapat Zainudin, ―Pendidikan Akhlak Sebagai Tuntunan Masa Depan Anak,‖ Ta‟allum 01, no. 2 (2013): 207. 449 Facrudin, ―Peran Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak-Anak,‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim 9, no. 01 (2012): 3. 436 448 menjaga persatuan kepada sesama. Dan tidak menimbulkan permusuhan atau kecurangan terhadap saudaranya. E. Bentuk Pembiasaan Menghindari Sikap Licik Habituasi(Pembiasaan) adalah fungsi dari sejumlah pengulangan stimulus yang akan mendapatkan hasil dari yang dicobanya sering dengan penanam nilai-nilai dalam diri individu masing-masing. Penanaman dalam diri manusia merupakan proses pemantapan dan penanaman keyakinan, sikap, nilai pada diri individu sehingga nilai-nilai tersebut menjadi perilakunya (moral behaviour).450 Apabila seseorang yang terbiasa tertanam sifat yang buruk maka terlihat perilakunya dalam sehariharinya seperti pembahasan kita dibawah ini yang membahas tentang bentuk sikap licik. Kelicikan didukung oleh sifat dendam, bohong, iri hati, serakah, dan dusta maka timbullah sifat tercela didalam manusia yaitu kelicikan. Tanda-tanda orang yang bersifat Licik antara lain: 1. Tidak senang melihat orang lain mendapat kebahagiaan dari musuhnya dan ingin mengambilnya. 2. Bila berbicara, ucapannya selalu membuat sakit hati orang lain. 3. Memutuskan kasih sayang 4. Mencerai-beraikan hubungan hati manusia Tipe orang yang licik suka memanfaatkan teman semaunya dan meninggalkanmu saat kamu butuh 450 Abdul Rohman, ―Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai - Nilai Akhlak Remaja‖ Al-Qalam 6,no.03 (2012): 124. 437 bantuan dan dia juga sering mempengharuhimu untuk melakukan apa yang dia mau dengan tujuan untuk membuatnya dapat keuntungan, karena dia hanya mengunakanmu untuk kepentingannya sendiri kemudian setelah selesai kamu akan langsung di buang. Tahukah kalian mengapa Kelicikan bisa terjadi, Hal ini dapat terjadi sebabnya: 1. Lemahnya iman 2. Mementingkan diri sendiri 3. Pengaruh lingkungan 4. Egois dan selalu berlebihan dalam segala hal.451 1. 2. 3. Akibat orang melakukan Sifat Licik : Sulit mendapatkan teman dan dijauhi teman Terhapus amalnya Mendapatkan azab didunia dan akhirat Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembiasaan pendidikan Akhlak agar tidak berakhlak tercela, Antara lain : 1. Metode keteladanan, pendidikan dengan keteladanan berarti pendidikan dengan memberi contoh berupa tingkah laku, sifat, cara berfikir, dan sebagainya. Dalam metode ini seseorang harus membiasakan meneladani bertingkah laku baik seperti meneladani seorang tokoh yang berakhlak 451 Mustafa Kamal Nasution and Aida Mirasti Abadi, ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Aqidah Akhlak‖ Jurnal Tunas Bangsa 4 (2012): 34. 438 2. 3. mulia dan mempraktekan dalam kehidupan seharihari. Metode Nasehat, merupakan pemberian nasehat terhadap anak didik atas perilakunya yang di anggap tidak sesuai dengan nilai-nilai moral. Pemberian Nasehat atau motibasi yang baik dari kesalahan yang mereka lakukan Metode Pembiasaan, ialah untuk membina anak agar mempunyai sifat yang baik, harus perlu membiasakan melakukannya. Keistiqomahan dalam terus menerus dalam hal kebaikan atau bersifat baik dalam kehidupan sehari-hari.452 F. Referensi Abdul Rohman. ―Pembiasaan Sebagai Basis Penanaman Nilai - Nilai Akhlak Remaja‖ 6 (2012): 124. Cecep Sudirman Anshori. ―Ukhuwah Islamiyah Sebagai Pondasi Terwujudnya Organisasi Yang Mandiri Dan Profesional.‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam 14. No.1 (2016). Facrudin. ―Peran Pendidikan Agama Dalam Keluarga Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak-Anak.‖ Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta‟lim 9, no. 01 (n.d.). Ikhwan Hadiyyin. ―Konsep Pendidikan Ukhuwah : Analisis Ayat-Ayat Ukhuwah Dalam Al-Qur‘an.‖ Al-Qalam 34, no.2 (December 2017). Iril Admizal. ―Strategi Menghadapi Orang Munafik Menurut Alquran.‖ Al Quds ( Jurnal Studi Al-Qur‟an dan Hadits 2, no. 1 (2018). 452 Ibid., 36. 439 Kamal, Mustafa, and Aida Mirasti Abadi. ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Akidah Akhlak.‖ Jurnal Tunas Bangsa no.01 (2012.). Markas. ―Urgensi Sifat Jujur Dalam Berbisnis.‖ Jurnal PILAR 2, no. 2 (2014). Masniarti. ―Kepemimpinan Dalam Islam.‖ Jurnal AlQadau 2 (2008.). Mustafa Kamal Nasution, and Aida Mirasti Abadi. ―Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Aqidah Akhlak‖ 4 (2012): 34. Prihatin Dwihantoro. ―Etika Dan Kejujuran Dalam Berpolitik.‖ Politika 4, no. 2 (2013). Siti Nur Azizaturrohmah. ―Pemahaman Etika Berdagang Pada Pedagang Muslim Pasar Wonokromo Surabaya.‖ Jurnal JESTT 1, no. 4 (2014). Syaeful Rokim. ―Karakter Pendidikan Islam.‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 03 (2014): 669. Umar Sidiq. ―Kepemimpinan Dalam Islam Kajian Tematik Dalam Al-Qur‘an Dan Hadits.‖ Dialogia 12, no. 01 (2014). ———. ―Kepemimpinan Dalam Islam: Kajian Tematik Dalam Al-Qur‘an Dan Hadits.‖ Dialogia 12, no. 1 (2014): 133. Wahidin, Unang, and Ahmad Syaefuddin. ―Media Pendidikan Dalam Perspektif Pendidikan Islam.‖ Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam 7, no. 01 (April 16, 2018): 47–66. Zainudin. ―Pendidikan Akhlak Sebagai Tuntunan Masa Depan Anak.‖ Ta‟allum 01, no. 2 (Nopember 2013). 440 BUNUH DIRI Eka Widia Wati, Ema Oktafiani, Eriska yuliana, Faris Fathur Rahman, dan Fitri Anjar Wulan A. Pendahuluan Bunuh diri merupakan suatu tindakan yang sangat tidak terpuji dimana islam melarang keras adanya tindakan bunuh diri sebagai alibi untuk menghindari masalah. Tindakan bunuh diri yang masif terjadi dikalangan masyarakat dewasa ini sungguh memprihatinkan. Seseorang dengan tragis mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara seperti gantung diri atau menjatuhkan diri dari gedung yang tinggi hanya karena tidak mampu menghadapi ujian hidup yang Allah SWT berikan. Di dalam islam, bunuh diri merupakan dosa besar karna bunuh diri merupakan bunuh diri termasuk bentuk ketidak sabaran seseorang ketika menghadapi sebuah ujian, putus asa serta mendahului kehendak syariah Allah SWT. Padahal Allah SWT sangat menyanyangi hambanya dan melarang mereka untuk bunuh diri. Bunuh diri bukanlah solusi untuk menyelesaikan masalah, justru malah akan menambah dosa. Larangan Allah SWT tentang bunuh diri ini terdapat pada surah Annisa ayat 29 : Artinya:‗‘.....Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah SWT adalah maha penyayang kepadamu‘‘. Berbagai macam motif bunuh diri bermunculan seiring dengan semakin kompleksnya permasalahan yang terjadi di masyarakat. Motif yang melatarbelakangi 441 bunuh diri bisa ditimbulkan dari banyaknya tekanan sehingga seseorang dengan berani melakukan bunuh diri untuk menghindari masalah. Padahal sesungguhnya bunuh diri tidaklah menyelesaikan masalah. Allah SWT melaknat seseorang yang dengan sengaja mengakhiri hidupnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ia belum mampu mensyukuri kehidupan yang Allah SWT berikan. Di sisi lain banyak orang yang berjuang dari penyakitnya untuk bertahan hidup. Secara sosiologis ada tiga sebab yang melatarbelakangi banyaknya kasus bunuh diri di masyarakat, diantaranya : egoistic suicide (bunuh diri dikarenakan urusan pribadi), alturuistic suicide (bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain), anomic suicide (bunuh diri karena masyarakat dalam kebingungan). 453 Berdasarkan faktor sosiologis tersebut maka timbullah pertanyaan mengapa seorang muslim berani mengakhiri hidupnya, sedangkan dalam islam sudah dijelaskan mengenai hukuman yang akan Allah SWT berikan untuk seseorang yang mencoba melakukan bunuh diri. Oleh karena itu perlu adanya kajian yang lebih mendalam mengenai peran aqidah sebagai landasan dalam menjalani kehidupan. 453 M. Amin Sihabuddin, ―Bunuh Diri Sinyalemen Lemahnya Aqidah Ummat (Tugas Urgen Da‘i Dalam Pemantapan Aqidah),‖ 200, last modified 2012, accessed November 17, 2018. 442 B. Tinjauan Aqidah dan Psikologi Terhadap Penyebab Bunuh Diri Lunturnya keimanan yang semestinya menjadi pengendali diri menjadi salah satu pemicu banyak terjadi kasus bunuh diri di masyarakat. Hilangnya nilai-nilai kebaikan akibat menurunnya kadar keimanan menjadikan seseorang berperilaku tidak selayaknya. Seorang mukmin yang baik seharusnya memiliki akhlak mahmudah seperti sabar, tawakkal, jujur, dan qana‘ah sehingga dapat mensyukuri kehidupan yang Allah SWT berikan. Namun, ketika kadar keimanan seseorang sedang menurun maka nilai-nilai kebaikan akan memudar dan timbul lah sifat-sifat mazmumah yang akhirnya akan menguasai dirinya. Perubahan sifat tersebut dapat terjadi karena seseorang merasa putus asa dari rahmat Allah SWT bahkan dapat terjadi akibat adanya tekanan yang menimbulkan hilangnya ketenangan jiwa dan mengakibatkan seseorang berusaha mengakhiri hidupnya. Secara psikologis, tindakan bunuh diri dapat dipicu oleh perubahan sifat seseorang yang dipengaruhi oleh sifat bawaan atau warisan gen dari orang tua ataupun disebabkan oleh adanya gangguan kejiwaan seperti mengalami suatu tekanan yang menimbulkan keputusasaan. Tindakan bunuh diri yang semakin marak terjadi di masyarakat perlu ditindaklanjuti secara lebih mendalam. Dalam hal ini perlu adanya pembinaan kesehatan mental untuk membentuk kepribadian seseorang melalui penanaman nilai-nilai keagamaan. 454 454 Saiful Akhyar, ―Pembinaan Kesehatan Mental Dalam Pendidikan Islam,‖ At-Tazzakki 1 (2017): 10. 443 C. Stabilitas Aqidah Dalam Membentuk Kepribadian Mukmin Karakteristik seorang mukmin yang mulia dijelaskan dalam Al-Qur‘an salah satunya ialah Q.S Yusuf : 87. Kepribadian adalah totalitas sifat manusia baik fisik maupun psikis, yang membedakan antara manusia satu dengan yang lainnya, yang terbentuk karena hasil interaksi dengan lingkungannya.455 Stabilitas aqidah menurut Al-Bana bersesuaian dengan tingkat pemahaman seseorang terhadap aqidah itu sendiri. Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. Aqidah islamiah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid, dan taat kepada-Nya, beriman kepada malaikatmalaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-nya, hari akhir, takdir baik dan takdir buruk, dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang prinsipprinsip agama. 456 Aqidah bagi seorang mukmin ditentukan oleh tahap pemahamannya. Seseorang yang hanya sampai kepada pemahaman aqidah dan meyakininya begitu saja karena cara dan tradisi, aqidah jenis ini sangat rawan untuk digoyahkan Ismail, ―Kecerdasan IQ EQ SQ Dalam Pembentukan Kepribadian Mukmin‖ 2 No.1 (2017): 171. 456 Siska Sulistiyorini, ―Resiliensi Aqidah Komponen Pendidikan Dalam Rekonstruksi Eksitusi Pendidikan Inkusi Di Perguruan Tinggi‖ 17 No. 2 (2018): 162. 444 455 oleh kebimbangan terutama jika menemukan seseuatu yang masih bersifat syubhat. Ada juga kelompok yang menganalisis dan berpikir maka kelompok ini akan semakin kuat stabilitas pertahanan dari aqidahnya terhadap hempasan dari problematika kehidupan. Ada juga kelompok yang menganalisis aqidah juga bersungguh-sungguh untuk taat beribadah kepada Allah SWT dan melaksanakan perintahnya serta memperbaiki ibadahnya. 457 Jika seseorang telah memiliki pemahaman yang tinggi tentang aqidah yang dianutnya, maka seberat apapun cobaan hidup yang dijalani tidak akan menggoyahkan aqidahnya. Oleh karena itu aqidah seseorang akan tercermin ke dalam akhlaknya. Sehingga stabilitas aqidah harus terus dijaga agar kepribadian seseorang tidak goyah, sehingga ia mampu menjalani cobaan hidup dengan sabar dan senantiasa bertawakkal kepada Allah SWT. D. Aqidah (Kepercayaan Pada Takdir dan Hikmahnya) Jalan Menghindari Sikap Bunuh Diri Aqidah merupakan keimanan atau pembenaran dalam hati tanpa adanya sesuatu selain iman dalam diri seseorang. 458 Penanaman aqidah dalam diri seseorang merupakan suatu hal yang urgen dimana itu bertujuan 457 Sihabuddin, ―Bunuh Diri Sinyalemen Lemahnya Aqidah Ummat (Tugas Urgen Da‘i Dalam Pemantapan Aqidah),‖ 204. 458 Mubasyaroh, ―Pendidikan Penanaman Sistem Nilai Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak‖ 8 No. 2 (2013): 296. 445 untuk memperkenalkan kepercayaan yang benar serta menyelamatkan diri dari kesesatan dunia dan akhirat.459 Kehidupan ini tidak ada yang lepas dari suatu masalah namun manusia hanya perlu menghadapi permasalahan yang telah ditetapkan Allah SWT kepadanya, ketika suatu musibah telah ditimpakan kepada seorang hamba maka Allah SWT pastikan dalam kalamnya surat Al- Baqarah ayat 286 bahwa ―Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari (kejahatan) yang diperbuatnya ... ― Ayat tersebut dapat kita ambil sebuah hikmah yang begitu jelas ketika kita ditimpa suatu ujian dari Allah SWT maka tidak akan melebihi kemampuan kita, namun manusia diberikan dua pilihan dalam menanggapi ujian tersebut akankah kita mengambil kebajikan atau sebuah keburukan dari semua yang akan kita pilih memiliki timbal balik sesuai apa yang kita lakukan. Ketika manusia mencintai orang tuanya, suami, istri dan anak-anaknya kemudian Allah SWT ambil salah satu dari kecintaan tersebut maka sesungguhnya itu merupakan takdir yang telah Allah SWT tetapkan dan kita sebagai seorang hamba hendaknya menerima ketetapan yang telah Allah SWT tuliskan dalam laumahfuz dengan berhusnuzon dengan apa-apa yang telah Allah 459 Ibid., 293. 446 SWT gariskan, bisa jadi dengan diambilnya salah satu dari mereka menjadikan kita lebih mengingat sang pencipta serta lebih bertaqwa kepada Allah SWT. Jalan seperti apa yang perlu dilakukan untuk menghindari sikap bunuh diri? Ada beberapa cara yang dapat menghindarkan kita dari sikap bunuh diri seperti yang telah tertera sebelumnya yakni menstabilkan aqidah, bersyukur, menanamkan dalam hati untuk dapat menerima ketentuan yang telah Allah SWT berikan kemudian melalui penyuluhan agama. Penyuluhan merupakan pelayanan yang dilaksanakan oleh manusia untuk manusia dan dari manusia.460 Sedangkan penyuluhan agama seperti yang tercantum dalam Keputusan Mentri Agama RI Nomor 791 Tahun 1985 adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.461 Sehingga dapat diambil benang merah dari kedua pengertian tersebut yaitu penyuluhan agama merupakan pelayanan yang dilakukan oleh manusia untuk manusia dalam membina mental, moral dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Penyuluhan agama merupakan aktivitas memberi sebuah bantuan atau dukungan mengenai moril bagi individu atau kelompok yang memiliki suatu permasalahan hidup agar dapat menghadapi dengan baik, menanggulangi, dan menyelesaikan sehingga menjadi insan yang tangguh dan tak tergoyahkan untuk 460 Aep Kusnawan, ―Urgensi Penyuluhan Agama‖ 3 No.7 (2011): 275. 461 Ibid., 276. 447 mengambil tindakan yang tidak berlandaskan agama seperti bunuh diri. Beberapa fungsi penyuluhan agama sebagai yang berkewajiban mendakwahkan islam, menyampaikan penerangan dan mendidik dengan sebaik-baiknya sesuai dengan ajaran agama islam kemudian menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat personal atau keluarga serta memiliki tanggung jawab moral dan berbagai ancaman yang dapat merusak aqidah dan akhlak.462 E. Pemantapan aqidah melalui proses pendidikan Pendidikan ialah sebuah upaya yang dilakukan seorang pendidik untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada anak didik yang bersifat fisik jasmaniah atau pisikis ruhaniah batiniah untuk membentuk insan kamil. Plato memandang bahwa pendidikan itu mempersiapkan seluruh kemampuan akal atau jiwa dan raga untuk kesempurnaan dan kebaikan.463 Pendidikan aqidah adalah suatu proses usaha yang berupa pengajaran, bimbingan, pengarahan, pembinaan kepada pesert didik agar nantinya dapat memahami menghayati dan mengamalkan aqidah islam yang telah diyakini secara Moh Rosyid, ―Kontribusi Penyuluhan Agama Dala Meminimalisasi Bunuh Diri‖ 5 No.2 (2014): 371. 463 Juwariyah, ―Pengertian Dan Komponen-Komponen Pendidikan Islam Prespektif Mahmud Yunus Dan Muhammad Atthiyah Al Abrasyi‖ 15, No. 26 (2009): 76. 448 462 menyeluruh, mengembangkan dan memantapkan kemampuannya dalam mengenal Allah SWT. Pendidikan agama yang berorientasi pada peningkatan kualiatas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa perlu dikembangkan dikembangkan pendidikan di sekolah terutama dalam dalam mengantisipasi krisisnya moral dan aqidah.464 aqidah.464 Seorang pendidik memiliki peranan yang penting terhadap aqidah peserta didik untuk meletakkan dasar aqidah setelah orang tua, dalam proses belajar mengajar pendidik dapat menanamkan beberapa metode pemantapan aqidah seperti salimul aqidah yaitu sebuah aqidah yang bersih atau sesuatu yang harus ada pada setiap peserta didik, dengan aqidah yang bersih akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT dan dengan ikatan yang kuat itu peserta didik tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dalam menanamkan ketauhidan ini berupa pembacaan kalam-kalam Allah SWT, penyampaikan kisah para rasul serta orang-orang shalih yang dapat dijadikan suatu pembelajaran. Akhlak sebagai sifat dari tingkah laku seseorang yang dapat berubah. Ia dapat mengarah pada dua kemungkinan yakni kebaikan dan keburukan. Bukti bahwasannya akhlak dapat dirubah adalah adanya perintah dari syariah untuk melaksanakan akhlak baik dan menjauhi akhlak buruk seandainya akhlak tidak dapat diusahakan maka tidak mungkin syariah memerintahkan dan melarang, sebagaimana kaidah dalam fiqih islam bahwa ‗‘tidak ada 464 su‘dadah, ―Kedudukan Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah‖ 11, No.2 (2014): 154. 449 pembebanan kecuali dengan adanya kemampuan, dan tidak ada pembebanan pada sesuatu yang mustahil dikerjakan‘‘.465 F. Referensi Akhyar, Saiful. ―Pembinaan Kesehatan Mental Dalam Pendidikan Islam.‖ At-Tazzakki 1 (2017): 1–14. Ali Maulida. ―Konsep Dan Desain Pendidikan Akhlak Dan Islamisasi Pribadi Dan Masyarakat‖ 02, (2013). Ismail. ―Kecerdasan IQ EQ SQ Dalam Pembentukan Kepribadian Mukmin‖ 2 No.1 (2017). Juwariyah. ―Pengertian Dan Komponen-Komponen Pendidikan Islam Prespektif Mahmud Yunus Dan Muhammad Atthiyah Al Abrasyi‖ 15, No. 26 (2009). Kusnawan, Aep. ―Urgensi Penyuluhan Agama‖ 3 No.7 (2011). Mubasyaroh. ―Pendidikan Penanaman Sistem Nilai Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak‖ 8 No. 2 (2013). Rosyid, Moh. ―Kontribusi Penyuluhan Agama Dala Meminimalisasi Bunuh Diri‖ 5 No.2 (2014). Sihabuddin, M. Amin. ―Bunuh Diri Sinyalemen Lemahnya Aqidah Ummat (Tugas Urgen Da‘i Dalam Pemantapan Aqidah).‖ Last modified 2012. Accessed November 17, 2018. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/warda/a rticle/view/332/283. su‘dadah. ―Kedudukan Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam Di Sekolah‖ 11, No.2 (2014). 465 Ali Maulida, ―Konsep Dan Desain Pendidikan Akhlak Dan Islamisasi Pribadi Dan Masyarakat‖ 02, (2013): 361. 450 Sulistiyorini, Siska. ―Resiliensi Aqidah Komponen Pendidikan Dalam Rekonstruksi Eksitusi Pendidikan Inkusi Di Perguruan Tinggi‖ 17 No. 2 (2018). 451 SIKAP HUBBUD AD-DUNYAA Halimatu Sa‟diah, Irfan Rizqi Pratama, Ivatul Mukarromah, M. Samsu Rizal, M. Khanifa Rizki N., dan M. Khotibul Umam A. Pengertian Hubud Dunya Hubud dunya memiliki pengertian sangat mencintai dunia dan melupakan akhirat (hamba dunia), sikap materialistik atau hedonistik. Bersikap ―machievelis‖, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (memperoleh jabatan/kedudukan, dan harta kekayaan).466 Hubud dunya adalah seseorang yang menganggap bahwa tujuan kebahagiaan hidup hanya terletak pada duniawi saja bersifat materil harta benda seperti, uang, dan sebagainya orang yang hubud dunya akan sangat mengejar dunia baginya harta, jabatan merupakan tujuan utamanya untuk mencapai kebahagiaan tanpa memperdulikan lagi ajaran-ajaran agama dan mementingkan kebendaan semata di atas segalanya. Hubbu ad-Dunya berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta benda adalah segalanya. Penyakit Hubbu ad-Dunya (cinta pada dunia) berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta dipandang sebagai tujuan, bukan sebagai alat untuk 466 Syamsu Yusuf Ln, ―Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Mental,‖ Psikis : Jurnal Psikologi Islami 02, no. 2 (2011): 4. 452 meraih keridhaan Allah Swt, berikut hadis yang berkenaan dengan hubud dunya: “Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.”Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (H.R. Abu Daud). Jadi dalam hadis berikut dan beberapa pengertian hubud dunya di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya hubud dunya adalah cinta dunia dan melupakan akhirat dunia dijadikan tujuan hidup dan dianggap sumber kebahagiaan yang kekal sehingganya orang yang hubud dunya akan merasa takut mati penyakit hubud dunya ini mengatas namakan dunia diatas segalanya tujuan hidupnya hanya harta benda , jabatan dan lain-lain itu semua merupakan tujuan hidupnya bukan dijadikan sarana untuk meraih ridha Allah Swt. Dan faktanya pada masa kini Penyakit yang telah dan tengah mewabah di kalangan umat Islam itu diebut dengan sebutan: ―Al-Wahn‖ (Cinta Dunia dan Takut Mati). Cinta dunia atau (hubbud dunyâ) adalah cinta berlebih kepada dunia. Cintanya pada dunia melupakan 453 dirinya sebagai hamba Allah Swt. Akibatnya laranganlarangan Allah Swt. tidak lagi diperhatikan. 467 Tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme adalah contoh dari hubbud dunyâ. Rasulullah Saw. dalam hadits lain mengatakan bahwa cinta dunia adalah sumber dari segala kesalahan. Sedangkan Utsman bin Affan mengatakan: ‖Menggandrungi dunia itu kegelapan hati dan menggandrungi akhirat adalah cahaya hati.‖ Orang yang telah terjangkiti penyakit ini akan melakukan apa saja demi mencapai keinginannya mendapatkan harta, jabatan, kekuasaan dan segala hal yang berhubungan dengan kenikmatan dunia. Jadi sudah jelas bahwasanya orang yang hubbud dunya adalah orang yang cinta kepada dunia secara berlebihan sampai sudah tidak memikirkan lagi kehidupanya nanti di akhirat dunia harta benda, jabatan dan lainya adalah tujuan hidupnya, mereka menghalalkan segala cara agar mendapatkan ambisinya tentang keduniawian tidak peduli lagi kaidah norma agama dan lain lainya karena jiwa mereka yang telah gelap dengan ambisi dan maksiat yang telah ia lakukan. Terdapat beberapa ciri-ciri orang yang mempunyai penyakit hubbub dunya: 1. Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat. 2. Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya Bermegah-megahan telah 467 Muhsin Hariyanto, ―Al-Wahn: ‖Penyakit Hati Yang Tak Kunjung Sirna‖‖ (November 11, 2016): 3, accessed November 17, 2018, http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/6326. 454 3. 4. 5. melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. At-Takasur: 1-2) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas atau berkurang. Jangankan untuk sedekah, zakat yang memang wajib saja dia tidak mau. Pada puncaknya ia juga akan kikir kepada dirinya, sehingga ketika dia sakit tidak mau berobat karena khawatir hartanya berkurang. Serakah dan rakus serta tamak. Ia tidak puas dengan apa yang telah ia miliki sehingga ia akan berusaha menambah perbendaharaan hartanya. Tidak mensyukuri nikmat yang sedikit. Maunya nikmat-nikmat yang besar, banyak dan melimpah. B. Ruang Lingkup Hubud Dunya Hubud dunya adalah perbuatan yang sangat berbahaya, hal tersebut telah dijelaskan firman Allah Swt. (Surah Al-Hadid: 20) yang artinya ―ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia tu hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan. Dan kehidupan dunia ini tidak lain adalah kesenangan yang menipu‖. Dunia itu memiliki tiga tingkatan, yang memungkinkan menjadi ruang dimana cinta bersemayam diantara tingkatan tersebut ialah : 1. Dunia Yang Mendatangkan Pahala . Yaitu dunia yang menjadi perantara kamu untuk berfikir, mencapai kebaikan dan menjadi perantara selamat dari kejahatan yang ada didunia. Dunia yang mendatangkan pahala akan mengarahkan umat muslim sehingga berlomba-lomba menanamkan kebaikan yang hasilnya kita petik diakhirat, serta 455 2. 3. didunia ini hanya diperoleh dengan hukum kehalalan. Dunia Yang Mendatangkan Hisab (Yang Lama) ialah dunia yang dalam mencarinya menyita waktu yang melebihi waktu yang harus diigunakan makhluk dengan khaliknya. Hal ini menyebabkan hisab yang lama. Biasanya dimiliki oleh orang kaya, Karena hartanya menjalani sebuah pemeriksaan yang lama. Dunia Yang Mendatangkan Azab ialah dunia yang dapat memutuskan pelaksanaan perkara-perkara yang dilarang. Dapat juga ruang lingkup cinta dunia berupa ciriciri dari orangnya: 1. Senang membicarakan apa yang ia miliki atau lakukan (duniawiyah). Sikap tersebut ialah mengarah pada Riya. Riya adalah (kecenderungan perilaku manusia mencari kemegahan atau kedudukan pada hati manusia, dengan memperlihatkan kepada mereka, hal-hal kebajikan baik dalam hal ibadah atau perbuatan yang disengaja), sombong (perilaku yang membesarkan diri baik pada jiwanya dan juga pada perilakunya dimana seseorang cenderung merasa senang ketika dirinya dilihat oleh orang lain), ujub (perilaku dimana seseorang atau membanggakan dirinya). 2. Tidak merasa tenang karena dunia telah menguasai hatinya, perasaan tidak puas dan was-was. Sebagai sikap yang menjadi kodratnya manusia yaitu tidak pernah merasa puas akan apa saja yang mereka miliki. Pada hakikatnya hampir seluruh manusia memiliki sifat tersebut akan tetapi tidak menutup 456 3. kemungkinan bahwasanya sebagian manusia tidak memiliki sifat tersebut, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah yang maha Esa. Seseorang yang bertaqwa maka dihatinya akan timbul sikap takut dan malu dengan segala perbuatan yang tercela. Orang yang bertaqwa senantiasa selalu bersyukur kepada Allah Swt walaupun didalam kehidupanya penuh dengan kesederhanaan, namun selalu berkecukupan karena hikmat dari pada bentuk syukur kepada yang Esa. Timbulnya penyakit hati berupa sombong,dengki, serakah dan sebagainya. Sombong adalah salah satu penyakit hati dimana seseorang merasa dirinya lebih baik ketimbang orang lain serta memandang orang lain rendah. Selanjutnya dengki meupakan penyakit hati yang menjadikan seseorang tidak suka dengan orang disaat orang lain sedang berbahagia serta Perilaku tamak ini dapat dilihat dari beberapa hal, pertama merasa tidak puas dengan apa yang sudah dimilikinya, bahkan dapat menimbulkan perilaku meminta-minta. Sifat tamak juga dapat dilihat dari perilaku berlebih-lebihan dalam mencari harta sehingga lupa kepada Allah Swt. dan lain-lain.468 468 Lavenda Azalia, Leli Nailul Muna, and Ahmad Rusdi, ―Kesejahteraan Psikologis Pada Jemaah Pengajian Ditinjau Dari Religiusitas Dan Hubbud Dunya,‖ Psikis : Jurnal Psikologi Islami 4, no. 1 (2018): 20. 457 C. Dalil Tentang Hubbud Dunyaa Ats-Tsauban radhiyallâhu ‗anhu, salah seorang sahabat Nabi (Muhammad) Saw, menyatakan bahwa beliau (Nabi Muhammad Saw) pernah bersabda:469 ―Hampir saja bangsa-bangsa berkumpul menyerang kalian sebagaimana mereka berkumpul untuk menyantap makanan di nampan. Salah seorang sahabat bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kami pada saat itu?” Beliau menjawab: “Bahkan pada saat itu jumlah kalian banyak, tetapi kalian seperti buih, buih di atas lautan. Sungguh Allah benarbenar akan mencabut rasa takut pada hati musuh kalian dan sungguh Allah benar-benar akan menghujamkan pada hati kalian rasa wahn.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wahn itu?” Beliau menjawab: “Cinta (kepada) dunia dan takut mati.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dari Ats-Tsauban radhiyallâhu ‗anhu, Sunan Abî Dâwud, juz IV, hal. 111, hadits no. 4297) Hadits ini menggambarkan prediksi (ramalan) Rasulullah Saw bahwa pada suatu saat ‗nanti‘, umat Islam akan terjangkiti suatu virus yang sangat berbahaya. Virus ini pula yang menjadi penyebab umat Islam menjadi bulan-bulanan umat lain. Di mana kehidupan kaum muslimin saat itu sangat jauh dari nilainilai yang telah digariskan oleh Allah dan rasul-Nya. Dari hadits di atas tergambar bahwa tidak ada seorang pun sahabat yang menyangkal apa yang dikatakan Rasulullah shallallâhu ‗alaihi wa sallam. Mereka justeru menanyakan lebih lanjut perihal kondisi umat Islam yang pada suatu masa, mereka tidak lagi dipandang (dihormati), tetapi menjadi objek pelecehan dan tindak 469 Hariyanto, ―Al-Wahn,‖ 1. 458 kebrutalan. Bukan karena jumlah umat Islam yang sediki. Virus atau penyakit yang bernama al-Wahn-lah penyebabnya, yaitu: ―kecintaan pada dunia secara berlebihan dan takut akan kematian.‖ Di mana kecintaan yang berlebih terhadap dunia membuat seseorang takut berpisah dari kehidupan dunia atau bahkan melupakan kematian yang merupakan suatu kepastian dari Allah Swt. Hal ini telah difirmankan oleh-Nya dalam al-Qur‘an :470 ‖Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memerdayakan.‖ (QS Āli ‗Imrân: 185). D. Bahaya Sikap Cinta Dunia Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad yang di shohihkan oleh Syah Albani Rosulullah Saw. bersabda: “Akan tiba suatu saat di mana seluruh manusia bersatu padu melawan kalian dari segala penjuru, seperti halnya berkumpulnya manusia mengelilingi meja makan.” Kemudian seseorang bertanya,”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah Muslim pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‟Wahn‟. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ‟wahn‟?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.‖ 470 Ibid., 3. 459 Dalam hadits di atas telah dipaparkan secara jelas begitu besar dampak negative dan bahayanya sikap cinta dunia, dan telah menjadi kecendrungan dimana menjadi suatu tabiat dan hasrat manusia untuk mencintai dunia dan perhiasannya sebagaiman Allah berfirman dalam Qs. Al Imran ayat 14 : Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Dan dalam ayat lain allah berfirman dalam QS. Al Munafikun ayat 9 : “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allâh. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” Dengan segala kecendrungan manusia terhadap cinta dunia dan gemerlapnya dengan sebuah kelebihan manusia diciptakan dengan potensial memiliki hawa nafsu dan dibekali dengan akal untuk dapat membedakan antar yang hak dan yang batil, sebagai seorang muslim perlu membentenggi diri agar tidak terjerumus kedalamnya yang kemudian membawanya pada sebuah bahaya yang merugikan diri pribadi dan sekitarnya. Mencintai dunia atau dapat disebut dengan sebuah hidup hedonisme yaitu pola hidup yang hanya menitik fokuskan pada kesenangan dan kemewahan dan material semata. Sikap Cinta dunia atau sebuah gaya hidup hedonisme adalah suatu sikap yang akan membawa mala petaka pada pemiliknya yang menghantarkan pada sebuah kehinaan dan kenistaan 460 terlebih menghantarkan seseoranga pada sebuah kerugian yang nyata baik dapat di dunia terlebih di akhirat, karena hakikat mausia diciptakan adalah untuk beribadah dan bersingga di dunia sebagaimana orang yang bermusafir sedang ia berteduh di bawah sebuah pohon kemudian meninggalkannya. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Pecinta dunia tidak akan terlepas dari tiga hal : kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus; kecapekan (keletihan) yang berkelanjutan; dan penyesalan yang tidak pernah berhenti. Dari berbagai penjelasan dari berbagai sumber baik dalam hadits maupun dalam Al-Quran serta perkataan para Ulama yang mendasari bahayanya sikap cinta dunia yang akan menimbulakan dampak negative dimana sikap cinta dunia akan memalingkan seseorang dengan kewajibannya yakni beribadah, terlalu mencintai dunia yang dapat disebabkan karena lemahnya iman dan jiwa mebutakan diri seseorang akan kewajibannya sehingga akan nampak untuk cenderung malas dalam beribadah. Selain dari pada itu dampak dan bahaya cinta dunia yang akhirnya akan menurunkan pada sikap tamak dan rakus yang kemudian akan melahirkan sebuah kerusakan yang nyata, kerusakan baik pada kehidupan dunia ini dengan terciptannya ketidak harmonisan dalam kehidupan seseorang yang telah dibutakan dengan kecintaan terhadap dunia akan mampu melakukan segala macam tindakan dan upaya menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dalam penafsiran Qurais Sihab, mengilustrasikan dunia itu seperti anak bayi yang bermin tanpa suatu tujuan yang jelas, dengan titik konsentrai pada 461 kesenangan dan menyenangkan hatinya semata. Dan apa bila telah beranjak pada tahap anak anak dan melewati batas bayi, saat itu ia bermain untuk menyenangkan hatinya dan dengan tujuan tertentu walaupun terkadang bukan pada tujuan yang penting.471 Ketidak harmonisan dalam kehidupan sampai pada kerusakan pada agama sebagiman dalam hadis diatas dimana umat islam dalam jumlah yang banyak namun jumlah dan banyaknya tidak mencerminkan marwah dan kegentaran musuh musuh islam terhadap mereka, dimana umat muslim dengan gaya hidup hedonisme dan dibutakan dengan cinta dunia maka akan hilanglah identitas seorang muslim itu sendiri. Selain dari pada dampak negatif di dunia terlebih pada kehidupan akhirat, sikap cinta dunia akan menghantarkan seseorang dalam penyesalan yang luar biasa diman tiada tempat pasti disinggahi kecuali neraka bagi orang orang yang menuhankan dunia yang hakitanya dulia adalah lebih buruk dari bangkai seekor domba.472 E. Cara Menghindari Sikap Hubbud Dunyaa Menurut Imam Al-Ghazali, cinta dunia adalah pangkal segala dosa. Gemerlap dunia seringkali membuat orang tersesat sehingga lupa pada tujuan hidupnya sebagai musafir menuju alam akhirat. Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lupa kepada Allah Swt. Misalnya, shalat, puasa atau sedekah, 471 Muhyiddi Tahir, ―Tamak Dalam Persepektif Hadits‖ Vol. XIII No.1, no. Jurnal Al-Hikmah (2013): 23. 472 Iskandar, ―Dakwah Dan Individualisme, Materialisme Dan Hedonisme‖ Vol 13, No 1, no. Jurnal Dakwah (2012). 462 jika niatnya ingin dipuji makhluk, hingga hati menjadi lupa terhadap allah, maka aktifitas tersebut tetap dikatakan sebagai urusan dunia. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan datang berbagai penyakit hati.473 Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah dan cenderung melelahkan diri sendiri memikirkan sesuatu yang tidak ada. Bahkan, bisa berbuat keji untuk mendapatkan dunia yang diinginkannya. Pikirannya selalu dunia, pontang-panting siang malam mengejar dunia untuk kepentingan dirinya. Janganlah mati-matian terhadap sesuatu yang tidak dibawa mati. Untuk menjaga amal kebaikan agar tidak terkena penyakit cinta dunia ini tidak lain adalah ke-zuhud-an kita kepada dunia, yang mana Rasulullah Saw telah mengajarkan kita ummatnya untuk berlaku zuhud. Rasulullah Saw bersabda: “zuhudlah di dunia maka Allah akan mencintai kalian, dan zuhudlah atas apa-apa yang ada di sebagian manusia, maka kamu akan dicintai oleh mereka” (HR.Ibnu Majah dalam kitab Zuhud )474 Adapun Cara Untuk Bisa Zuhud Terhadap Dunia: 1. Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning 473 Enok Rohayati, ―Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak,‖ Ta‟dib: Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam) 16, no. 1 (2011): 64. 474 Ibid., 70. 463 2. 3. 4. kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu..‖ (Q.S. AlHadiid:20) Perbanyak mengingat kematian, Rasulullah saw bersabda “perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi). Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. (QS Ali Imran:185) Takut akan hari Penghisaban dan Penyaksian anggota tubuh kita. Sebagaimana tertulis dalam firman-Nya: “sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa telah mereka kerjakan” (Q.S. Fushshilat: 20 ) Qanaah, artinya rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana‘ah bukan berarti hidup bermalasmalasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana‘ah itu selalu giat bekerja dan berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT. Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa 464 5. 6. tentram dalam hidup dan menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak.475 Zikir, merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan meraih kehadiran Ilahi. Tujuan segenap ibadah ialah mengingat Allah dan hanya dengan terus menerus mengingat Allah (zikir) sajalah yang bisa melahirkan cinta kepada Allah serta menyelamatkan hati dari kecintaan dan keterikatan pada dunia fana ini. Kuatnya iman seseorang dan menerapkan kesadaran bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi kita dalam segala keadaan. Bahwa Allah selalu mengetahui apa yang kita rasakan, ucapkan dan kita perbuat, akan menghindari seseorang berbuat menghalalkan segala cara utk meraih dunia. Jadikanlah dunia hanya sebagai ladang akhirat kita, tempat kita mempersiapkan bekal untuk akhirat nanti. Ingatlah selalu, bahwa kelak kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang sudah kita lakukan selama kita hidup didunia ini476. 475 Ibrahim Bafadhol, ―Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam,‖ Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 02 (2017): 60. 476 Ibid., 65. 465 Cara lain untuk menghindari sikap hubbud dunyaa adalah:477 1. Takut kepada Allah Swt dan Menahan Jiwa dari maksiat. Allah Swt berfirman: “Dan adapun orangorang yang takutkepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya). (QS. AnNaazi‘aat:40-41) 2. Membentuk jiwa yang sabar, Allah berfirman: “Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al Kahfi:28) 3. Mengendalikan nafsu, Nabi bersabda: “Surga ditutupi (dihijab) dengan hal-hal yang dibenci, dan neraka ditutupi dengan syahwat-syahwat.” (HR. Bukhori) 4. Menjaga dari sifat kikir, Allah berfirman: “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orangorang yang beruntung.” (al-Hasyr: 9) 5. Tawakal, Para ulama berbeda pendapat mengenai makna tawakal. Namun, pendapat mereka semua Mohammad Muchlis Solichin, ―Tazkiyah An-Nafs Sebagai Ruh Rekontruksi Sistem Pendidikan Islam,‖ TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (January 5, 2009): 6–9, accessed November 17, 2018, http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/tadris/article/vie w/242. 466 477 6. 7. 8. bermakna menyerahkan segala sesuatu kepada Allah ta‘ala dan dengan keyakinan atas kekuasaanNya dapat memenuhinya, juga dengan menampakkan sebab-sebab untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (ikhtiar), serta melepaskan diri dari bergantung pada sebab-sebab itu, dan bergantung pada yang menjadikan sebab-sebab itu, Dialah Allah ta‘ala. Introspeksi diri, Introspeksi diri bermacam macam. Diantaranya introspeksi yang terputus-putus, yang datang antara waktu –waktu yang berjauhan atau dilakukan setelah kesalahan itu lama dilakukan. Diantaranya juga terlaksana setelah melakukan kesalahan besar, dan diantaranya introspeksi atas kesalahan kecil. Inilah introspeksi yang paling utama, dimana manusia mengintrospeksi jiwanya atas setiap kesalahan yang dilakukannya. Inilah jiwa yang menyesal (lawwammah) yang dijadikan sumpah oleh Allah ta‘ala. Berlatih untuk Tadabbur, Al Qur‘an tidak mungkin memberi pengaruh pada pembacanya, kecuali dengan mentadaburi ayat-ayat yang mulia yang terdapat di dalamnya. Tidak diragukan lagi bahwa Kitabullah ta‘ala adalah pusat untuk penyucian jiwa. Dan tadabur menjadi salah satu usaha untuk menyucikan jiwa. Menjaga Anggota Tubuh, Ulama-ulama salaf ra mendefinisikan iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan beramal dengan anggota tubuh. Karena itu tidak mungkin sempurna keimanan tanpa amal. Kebaikan hati bergantung pada penjagaan terhadap anggota 467 tubuh dan kerusakannya juga bergantung dengan peremehan anggota tubuh. Ahmad bin Ashim al Anthaki berkata, “Jika kamu menginginkan kebaikan hati-mu, maka tolonglah ia dengan menjaga anggota tubuhmu.” 9. Mengikat yang ada di dunia untuk akhirat, Contoh sikap generasi tabi‘in adalah pada setiap apa yang dilihat di dunia, mereka ikat dengan sesuatu di akhirat. 10. Pengendalian Jiwa, Terkadang, jiwa menerima untuk melakukan hal-hal yang berhubungan dengan akhirat, seperti membaca al-Qur‘an, shalat tahaju, zikir, membaca, menulis atau menambah kebaikan dan amal-amal baik lain yang semisal. 11. Do‘a, Doa termasuk metode utama yang dapat menyucikan jiwa, Rasulullah saw bersabda: “Do‟a adalah ibadah.” (HR. Ahmad) Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwasannya Abu Bakar ra berkata kepada Rasulullah , ―Ajari aku dengan sesuatu yang aku ucapkan ketika aku menemui waktu pagi dan sore. Rasulullah bersabda: “Katakanlah, “Ya Allah yang mengetahui yang gaib dan yang tampak, ia menciptakan langit dan bumi, Pemilik segala sesuatu dan penguasanya. Aku bersaksi bahwasannya tiada tuhan, kecuali Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan jiwaku, dan kejahatan setan dan serikatnya.” (HR. Ahmad). F. Referensi Azalia, Lavenda, Leli Nailul Muna, and Ahmad Rusdi. ―Kesejahteraan Psikologis Pada Jemaah Pengajian Ditinjau Dari Religiusitas Dan Hubbud Dunya.‖ Psikis : Jurnal Psikologi Islami 4, no. 1 (2018): 42. 468 Bafadhol, Ibrahim. ―Pendidikan Akhlak Dalam Perspektif Islam.‖ Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 02 (2017): 60. Hariyanto, Muhsin. ―Al-Wahn: ‖Penyakit Hati Yang Tak Kunjung Sirna‖‖ (November 11, 2016). Accessed November 17, 2018. http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/63 26. Iskandar. ―Dakwah Dan Individualisme, Materialisme Dan Hedonisme‖ Vol 13, No 1, no. Jurnal Dakwah (2012). Muhyiddi Tahir. ―Tamak Dalam Persepektif Hadits‖ Vol. XIII No.1, no. Jurnal Al-Hikmah (2013). Rohayati, Enok. ―Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak.‖ Ta‟dib: Journal of Islamic Education (Jurnal Pendidikan Islam) 16, no. 1 (2011): 64. Solichin, Mohammad Muchlis. ―Tazkiyah An-Nafs Sebagai Ruh Rekontruksi Sistem Pendidikan Islam.‖ TADRIS: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 1 (January 5, 2009). Accessed November 17, 2018. http://ejournal.stainpamekasan.ac.id/index.php/t adris/article/view/242. Yusuf Ln, Syamsu. ―Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Mental.‖ Psikis : Jurnal Psikologi Islami 02, no. 2 (2011): 259. 469 SIKAP HASAD Maya Desmayanti, Mefrian Anwar, Mey Nurofiah, Muhammad Nurohman, Muhammad Burhanudin Yusuf, dan Muhammad Safaat Abdul Ghofur A. Pengertian Sikap Hasad Diantara sifat buruk yang dimiliki manusia adalah hasad. Dengan sifat ini manusia bisa merusak kekeluargaan, persahabatan, hinggan sampai merusak kehidupan. Dengan sifat ini pula yang menyebabkan terjadinya pertumpahan darah pertama yang terjadi di dunia yaitu sebagaimana yang terjadi terhadap anak Nabi Adam AS yakni Qabil dan Habil. Habil terbunuh oleh Qabil karena sifat dengki (hasad) yang menyelimuti hati Qabil, yang dengan sifat tersebut muncul sifat dendam yang mengakibatkan terjadinya kemarahan hingga sampai terjadi pembunuhan. Sifat hasad di atas yang dimiliki Qabil hingga sampai terjadinya pembunuhan, itu seperti yang di jelaskan dalam buku Ringakasan Ihya‟ Ulumuddin karnya Ahmad Abdurraziq al-Bakri, bahwa; sikap hasud adalah buah dari sifat dendam, sedangkan dendam adalah buah dari kemarahan.478 Hasad menurut bahasa adalah dengki sedangkan menurut istilah syara‘ hasad ini memiliki sifat yang tercela atau bias dikatakan akhlak yang mazdmumah sirnarnya kenikmatan Allah yang berada pada orang islam baik berupa kebajikan ilmu, ibadah yang sah dan 478 Siti Nur Fadlilah, ―Penyakit Rohani Dalam Perspektif AlQur‘an,‖ Jurnal Studi Al-Qur‟an 6, no. 1 (2010): 54–66. 470 jujur, harta, maupun yang semisalnya. Sementara alGhazali memberikan definisi, hasad adalah sifat seperti benci kepada kenikmatan dan menyukai hilangnya kenikmatan itu dari orang islam yang diberi kenikmatan tersebut. Dengan demikian hasd berarti mengahrapkan hilangnya kenikmatan dari orang lain. Dari banyaknya pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasad adalah salah satu sifat tercela yang tidak pernah mensyukuri nikmat yang diberikan kepada diri sendiri melainkan membenci nikmat yang diberikan kepada orang lain dan menyukai terhadap hilangnya nikmat orang lain tersebut. Sudah jelas bahwa sifat hasad adalah salah satu sifat tercela yang sangat berbahaya pada diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu kita sebagai makhluk Allah SWT yang menjadi khalifahnya di muka bumi ini harus menghindari sifat tercela, salah satunya adalah hasad. Orang yang memiliki sifat hasut selalu memandang apa yang dimiliki orang lain lebih menarik dari yang dimilikinya. Ketika tetangganya memiliki kendaraan baru, maka tergelegak hatinya. Pertama- tama ia 479 mengembangkan sifat su‘udhan. Dengan penuh curiga, ia menyangka bahwa kendaraan itu hasil dari usaha tidak halal. Selanjutnya ia merasa tidak suka jika orang lain mendapat karunia tersebut, bahkan ada usaha agar nikmat karunia itu lenyap lagi. Ketika nikmat itu masih ada pada orang lain, ia merasa tak puas. Perasaannya dongkol, benci, 479 Ainul Yaqin, ―Pemikiran Etika Privat Dan Etika Publik Perspektif Islam,‖ Tarbiya Islamia: Jurnal Pendidikan Dan Keislaman 7, no. 2 (2018): 223–243. 471 dan marah, Sifat ini dapat timbul kepada seseorang apabila ia merasa tidak senang terhadap keberhasilan orang lain.480 B. 1. 2. 3. Ruang Lingkup Sikap Hasad Ruang lingkup sikap hasad meliputi: Rukun tetangga. Di dalam rukun tetagga merupakan organisasi masyarakat yang diakui oleh pemerintah untuk memelihara serta melestarikan nilai nilai kehidupab dalam bermasyarakat. Didalam suatu pergaulan dimasyarakat tidak boleh ada saling iri dengki atau saling membenci dikarenakan tetangga memiliki sesuatu yang bagus dan mewah. Organisasi. Dalam berorganisasi, sesame anggota harus saling membantu dalam mencapai tujuan berorganisasi yang bagus dan baik. Berorganisasi yang baik dapat menumbuhkan prasangka yang baik dan menimbulkan rasa saling percaya antar sesame anggota. Jika ada teman yang memiliki kepandaian yang mumpuni, jangan lah iri, harusnya belajar kepada teman itu agar bisa memiliki kepandaian yang hamper menyamainya. Dan kalau bisa melebihinya. Wilayah Negara. Wilayah Negara daerah atau lingkungan yang menunjukan batasan suatu negaradalam wilayah yang bersangkutan, dapat menjadi tempat berlindungnya masyarakat , dan 480 Syamsu Yusuf, ―Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Mental,‖ Jurnal Al-Shifa Bimbingan Dan Konseling 2, no. 2 (2018): 247– 262. 472 dari manusia satu dengan lainnya bisa bergotong royong untuk mewujudkan cita cita bersama. Kesampingkan permusuhan, dan tanpa membeda bedakan kaum yang miskin atau kaya agar tak ada rasa iri dengki.481 C. Dalil Sikap Hasad Sifat Hasad telah ditetapkan dalam al-Qur‘an.yang merupakan sifat-sifat orang kafir, munafik dan lemah imannya, sifat orang yang tidak ingin berterima kasih terhadap saudaranya seagama yang telah mendapat nikmat dari Allah. Allah berfirman yang artinya ―Sebagaimana besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu pada kekafiran setelah kamu beriman karenah dengki yang timbul dari mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenarannya.‖ Banyak lagi ayat-ayat al-Qur‘an yang menjelaskan masalah-masalah yang ada kaitannya dengan hasad, demikian pula halnya dengan hadits Nabi, juga banyak pula terdapat penjelasan-penjelasan beliau tentang masalah dengki akan tetapi kajian ini terfokus pada penafsiran para ulama‘ yang telah di paparkan dalam alQur‘an. Adapun dalil-dalil yang melarang sifat hasad atau dengki ini adalah sebagai berikut, Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ―Waspadalah kalian terhadap persangkan,sesungguhnya 481 Nur Hidayat, ―Pendidikan Akhlak Dalam Islam,‖ Mubtadi‟in Journal 4, no. 02 (2018): 49–62. 473 persangkaan itu sedusta-dustanya ucapan. Janganlah kalian bertahasut, jangan bertajassus, jangan saling bersaing, jangan saling dengki, jangan saling membenci, jangan saling bermusuhan dan jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara‖. (HR Muslim: 2653, al-Bukhori: 6064 dan Abu Dawud: 4917. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih, lihat Shahih al-Jaami‘ ashShaghir: 2679 dan Ghoyah al-Maram: 417).482 Dari penjelasan itu dapat dipahami bahwa sifat iri dan dengki yang merupakan salah satu dari tabiat manusia itu tidaklah tercela seluruhnya, jika diletakkan dalam kebaikan yakni ia ingin mendapatkan kebahagiaan atau karunia sebagaimana saudaranya telah mendapatkannya. Atau hanya sekedar ingin mempunyai karunia yang lebih dari orang lain dan keinginannya tersebut tidak membawa bahaya atau kemudlaratan bagi orang lain. Sebagaimana dalil berikut ini yang menunjukkan tentang pengecualian dari sifat hasad, Di dalam kitab Riyald as-Shalihin karya Imam an-nawawi terdapat hadis Nabi tentang larangan dengki yang berbunyi: ―Dari Abu hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: ‖jauhilah dirimu dari perbuatan hasud, sebab perbuatan hasud akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar ―atau beliau berkata ―memakan rumput.‖483 Ahmad Rusydi and Kandidat Doktor Bidang Psikologi Islam Pascasarjana, ―Husn Al-Zhann: Konsep Berpikir Positif Dalam Perspektif Psikologi Islam Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental,‖ Jurnal Proyeksi 7, no. 1 (2012): 1–31. 483 Iiz Izmuddin, ―Hukum Dan Etika Dakwah,” Alhurriyah: Jurnal Hukum Islam 10, No. 1 (2018): 65–81. 474 482 Manusia mempunyai kesamaan dalam hak dan kewajiban. Tidak ada perbuatan apapun diantara mereka yang menyebabkan sekelompok orang yang ditakdirkan menjadi pemimpin sedangkan yang lain menjadi budak. Orang yang hatinya dipenuhi rasa iri hati dan dadanya sesak oleh egoisme, maka selama hidupnya orang tersebut tidak akan merasa tenang hatinya. Dengki merupakan cita-cita hilangnya suatu kenikmatan yang dikaruniakan Allah kepada seseorang, Maupun hilangnya kenikmatan itu dicita-citakan untuk berpindah tangan kepada orang hasad itu atau hilang begitu saja, entah kemana, yang terpenting bagi orang hasad ialah hilang lenyapnya nikmat itu. Jika seseorang dipenuhi dengan rasa iri hati lantaran sifat hasad dalam kehidupan pasti tidak adnya rasa ketentraman dalam rumah tangga. Misalnya membeli sepeda motor, jika seseorang mempunyai sifat iri hati terhadap tetengga kita sedang membeli sesuatu yang baru jika kita melihat maka secara spontan sifat iri hati makan muncul hal-hal yang kurang patut seharusnya dilakukan oleh setiap umat muslim karena hal itu rermasuk penyakit hati yang harus kita jauhi. Merujuk pada dalil maka sebagai seorang muslim seyokyanya berusaha untuk menjauhi penyakit hati seperti iri hati, egoisme, pemarah dan hal-hal yang termasuk dalam penyakit hati yang diartikan sebagaimana ―api memakan kayu bakar‖ jika hati kita dipenuhi dengan sifat tersebut maka yang dada pda diri 475 rasa yang selalu kurang dan tidak besyukur atas nikmat Allah SWT.484 D. Bahaya Sikap Hasad Hasad merupakan Bahasa Arab yang berarti adalah dengki, dengaki merupakan sikap yag dimiliki oleh orang yang tidak menyukai adanya nikmat yang diberikan Allah terhadap orang lain. Orang yang memiliki penyakit hasad ini akan berusaha untuk menghilangkan nikmat dari pemiliknya dan merampasnya yang berawal dari persaan iri terhadap orang lain baik itu dari segi fisik maupun kebahagiaan hati. Sifat hasad ini merupakan lawan dari gibtah yaitu merasa senang atas nikmat yang diperoleh dan dirasakan oleh orang lain, mereka akan senantiasa ikut bersyukur dan berdoa kepada Allah SWT. Penyakit hati ini adalah penyakit yang abstrak karena letaknya berada didalam Qolbu sehingganya tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri dan Allah. Sifat ini akan nampak jika sifat hasad ini telah menumpuk dan tak terbendung lagi mereka akan teridentifikasi dari prilaku atau gerak-gerik orang yang memiliki penyakit hati tersebut. Ada yang terlihat jelas dan ada juga yang samarsamar, yang terlihat jelas adalah ornag yang sudah berkumpul sifat hasadnya dalam hati dan meluap hingga mencapai batasnya yang kemudian tercermin dari gerakan gestur tubuhnya. Sedangkan untuk yang samar484 jamaluddin Jamaluddin, “Fiqh Al-Bi‘ah Ramah Lingkungan: Konsep Thaharah Dan Nadhafah Dalam Membangun Budaya Bersih,” Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 2 (2018): 293–315. 476 samar mereka biasanya dapat diidentifikasi dari ucapan yang menunjukkan ketidak senangan seperti sindiran. Sindirian sendiri memiliki beberapa level, ada yang pedas dan tajam ada yang sekedarnya saja dan ada yang ringan seperti sindiran disertai dengan candaan. Orang yang memiliki sifat hasad dalam hatinya akan melakukan banyak hal yang keji denagn tipu muslihatnya untuk menghilangkan nikmat dan anugrah yang ada pada orang lain. Dia melakukannya secara terang-terangan hingga sembunyi-sembunyi. Sifat ini sangat tercela dan buruk, orang yang melakukan hal semacam ini akan dibenci oleh Allah SWT.485 Ciri-ciri ornag yang memiliki sifat hasad yaitu senang dengan kesalahan temannya, hal ini akan terlihat baik secara langsung maupun tidak langsung. 1. Ciri pertama ini bisa dilihat dari gerak dan gestur raut wajah dan bibir. 2. Ciri yang kedua adalah senang dengan ketidakhadiran temnnya orang yang memiliki sifat hasad akan merasa senang jika temannya tidak menjalani kehidupannya seperti biasa sebab merasa bahwa tidak memiliki saingan lagi. 3. Ciri yang ketiga yaitu senang dan merasa puas jika temannya dicela, ini kebiasaan orang-orang jahiliah yang melakukan hal-hal serupa sebab mereka akan merasa paling bagus dan baik. 485 Uud Wahyudin and Hadi Suprapto Arifin, ―Sosialisasi Sanitasi Diri Dan Lingkungan Di Pesantren Salafi Melalui Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) Dalam Membentuk Sikap Santri Terhadap Sanitasi,‖ Jurnal Kajian Komunikasi 3, no. 2 (2015): 148–153. 477 4. Ciri keempat yaitu menjelaskan temannya apabila ditanya tentangnya berbeda dengan jujur, keduanya memang sulit dibedakan antara jujur dan hasad sebab keduanya hanya pemilik hati yang tahu kebenaran dari sikapnya apakah jujur atau ciri dari hasad. 5. Ciri yang ke lima yaitu hatinya akan terasa sakit dan dadanya akan terasa sempit apabila ada pertanyaan dilontarkan kepada orang lain atau temannya padahal ia ada, hal yang dimaksud adalah semacam sindirian atau peneguran secara halus. 6. Ciri yang ke enam yaitu tidak menghargai manfaat ilmu yang dimiliki temannya, mereka akan lebih memilih menggunjing dan juga menyepelekan pendapat atau pernyataan kawannya. 7. Ciri ke tujuh yaitu mencoba menyalahkan pembicara temannya dan mengkritiknya apabila temannya menjawab, dari ucapan mereka itu terselip hinaan dan dia tidak mau kalah dengan orang lain.  Ciri ke depalan yaitu tidak menisbatkan keutamaan dan pelajaran yang ia dapatkan kepada orang yang menunjukkannya, bahasa jawanya “ora nggape” dan membuang muka saat pergi setelah diberitahu.486 Penyakit hati ini akan terasa sakit dan menyesakkan hati jika pemilik hatinya tidak dapat mengontrol emosi yang bergejolak di dalam hatinya. Sedangkan Allah mengetahui apa-apa yang nampak dan 486 Saifuddin A. Gani, ―Konsep Akhlak Menurut AlMawardi,‖ Jurnal Variasi 10, no. 3 (2018). 478 tidak nampak, Allah juga mengetahui apa yang dibisikkan didalam hatinya. Sebab itu sebagai umat muslim diwajibkan untuk berdoa sebelum melakukan kegiatan. Doa itu bisa diambil dari doa sabda Rasulullah bisa juga dari ayat-ayat yang ada di dalam Al-Qur‘an.487 E. Cara Menghindari Sikap Hasad Cara menghindari sikap hasad ada Beberapa hal yang harus dilakukan supaya dapat terhindar dari perilaku Hasad. Berusaha mensyukuri setiap nikmat yang diberikan Allah kepada kitaMenyadari bahwa sifat dengki dapat merusak diri sendiri karena hidupnya tidak pernah merasa tenang dan tidak akan nyaman karena dengiki atau hasad ini ahklak yang tercela. Menyadari bahwa prilaku hasad dapat menghapuskan segala amal kebaikan yang telah dilakukan. Harus tetap percaya diri dan optimis dengan kekrangan yang kita miliki . Ada 10 cara menghindari sikap hasad ini agar bias dihindari untuk menjaga kesehatan hati agar kita bias hidup bahagia dan tidak merasa tidak tentram dalam hidup. 1. Selalu Mengingat Kebesaran Allah. Allah memiliki banyak sifat, diantaranya adalah sifat Allah yang Maha Adil. Jika kita meyakini bahwa rejeki atau nikmat yang diberikan kepada setiap manusia adalah adil dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan masing – masing orang, maka kita 487 Euis Juariah, ―Manajemen Pendidikan Moral Dalam AlQur‘an (Telaah Surat Luqman Ayat 12-19),‖ I‟tibar 5, No. 10 (2018): 97–112. 479 2. 3. 4. tidak perlu merasa iri dengki pada kenikmatan hidup yang dimiliki orang lain. Yakinlah bahwa Allah juga akan memberikan nikmat kepada kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan jika kita rajin berusaha dan berdoa.488 Perbanyak Bersyukur. Sebagai manusia kita harus banyak mengucapkan syukur kepada Allah atas nikmat apapun yang diberikan kepada kita, mulai dari nikmat yang terkecil sekalipun. Bersyukur adalah salah satu cara agar tetap istiqomah di jalan Allah dan agar kita tidak melupakan bahwa semua orang memiliki hak yang sama untuk diberikan nikmat atau berkat dari Allah. Pelihara Sifat Rendah Hati. Cara menghilangkan sifat sombong sangat perlu kita miliki agar tetap dapat bersikap rendah hati. Mengingat bahwa ada banyak orang yang lebih mengalami kesusahan daripada diri kita akan membuat kita merasa beruntung dengan jalan hidup sendiri dan tidak selalu menginginkan kehidupan orang lain yang kelihatannya lebih baik. Usahakanlah untuk memperlakukan semua orang sama rata dan adil agar tidak terjerumus ke dalam rasa dengki. Rajin Membantu Orang Lain. Sifat yang ringan tangan dan selalu ikhlas membantu orang yang kekurangan akan menjadi cara agar disukai setiap orang. Bantulah orang lain yang sedang dalam kesulitan jika mampu, sebab dengan demikian kita 488 ainul Yaqin, ―Pemikiran Etika Privat Dan Etika Publik Perspektif Islam,‖ Tarbiya Islamia: Jurnal Pendidikan Dan Keislaman 7, No. 2 (2018): 223–243. 480 5. 6. juga akan dapat melihat bagaimana orang lain juga mengalami kesulitan dalam hidupnya sehingga tidak perlu lagi merasa dengki terhadap apapun. Rajin menolong orang yang dalam kesulitan juga dapat menjadi cara membuat hati ikhlas dan cara menghilangkan sifat hasad. Menumbuhkan Rasa Saling Menghormati. Sifat dengki muncul karena kita juga tidak menaruh rasa hormat yang sepantasnya dan tidak tahu cara menghargai orang lain dengan benar. Jika kita bisa memperlakukan orang lain atau orang yang dekat dengan kita sebagai orang yang perlu dihormati, maka tidak perlu lagi merasa iri atau dengki. Anggaplah sesama manusia sebagai kawan dan teman dalam menjalani kehidupan, maka selain tidak mudah merasa dengki, kita juga akan memiliki ciri – ciri teman yang baik dan tulus.489 Tumbuhkan Prasangka Baik. Membiasakan diri untuk berpikir tentang kebaikan orang lain adalah hal yang baik untuk mencegah sifat iri dengki. Cara mencegah sifat tercela yaitu dengan berusaha selalu berpikir positif tentang segala hal. Dengan berpikir positif dan baik tentang orang lain, kita juga akan mendapatkan cara menghilangkan sifat hasad dari dalam diri sendiri. Helki Syuriadi, Hasanuddin Hasanuddin, And Ngusman Abdul Manaf, ―Educational Values In Text Stories Randai" Malangga Sumpah" Workshop Bustami Group Randai Bintang Tampalo Kenagarian Padang Laweh District Sijunjung,‖ Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa Dan Pembelajaran Bahasa 8, No. 1 (2018): 1–19. 481 489 7. Rajin Bersilaturahmi. Seseorang bisa merasa dengki karena ia tidak bergaul dengan baik. Cara menghilangkan sifat hasad dalam diri yaitu salah satunya bisa kita lakukan dengan mempererat silaturahmi antar sesama umat muslim. Hal itu akan menjadi cara merubah diri menjadi lebih baik. Dengan memelihara silaturahmi yang baik maka kita akan bisa mendapatkan kesan yang sebenarnya tentang orang lain dan mempererat hubungan serta rasa persaudaraan antar sesama umat. 8. Dahulukan Kepentingan Umum. Menjadi seseorang yang dengki berarti tidak perduli dengan berbagai masalah orang lain dan selalu ingin didahulukan karena merasa dirinyalah yang paling mengalami kesusahan. Sifat tersebut sangat kekanak – kanakan dan tidak baik, karena itu untuk cara menghilangkan sifat kekanak – kanakan yang menjurus ke sifat egois dan dengki, kita harus belajar mendahulukan kepentingan umum daripada pribadi jika memungkinkan. Menghindari sifat hasad dapat kita lakukan dengan memperbaiki diri dalam beberapa aspek kepribadian seperti telah tercantum di uraian sebelumnya. Agar kita bisa benar – benar terbebas dari menjadi orang yang dengki, sebaiknya kita memperbanyak berdoa kepada Allah agar selalu dilindungi dari sifat hasad dan menjaid orang yang ikhlas. 482 F. Refrensi Fadlilah, Siti Nur. ―Penyakit Rohani Dalam Perspektif Al-Qur‘an.‖ Jurnal Studi Al-Qur‟an 6, no. 1 (2010): 54–66. Gani, Saifuddin A. ―Konsep Akhlak Menurut AlMawardi.‖ Jurnal Variasi 10, no. 3 (2018). Hidayat, Nur. ―Pendidikan Akhlak Dalam Islam.‖ Mubtadi‟in Journal 4, no. 02 (2018): 49–62. Izmuddin, Iiz. ―Hukum Dan Etika Dakwah.‖ Alhurriyah: Jurnal Hukum Islam 10, no. 1 (2018): 65–81. Jamaluddin, Jamaluddin. ―Fiqh Al-Bi‘ah Ramah Lingkungan: Konsep Thaharah Dan Nadhafah Dalam Membangun Budaya Bersih.‖ Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 2 (2018): 293–315. Juariah, Euis. ―Manajemen Pendidikan Moral Dalam AlQur‘an (Telaah Surat Luqman Ayat 12-19).‖ I‟TIBAR 5, no. 10 (2018): 97–112. Rusydi, Ahmad, and Kandidat Doktor Bidang Psikologi Islam Pascasarjana. ―Husn Al-Zhann: Konsep Berpikir Positif Dalam Perspektif Psikologi Islam Dan Manfaatnya Bagi Kesehatan Mental.‖ Jurnal Proyeksi 7, no. 1 (2012): 1–31. Syuriadi, Helki, Hasanuddin Hasanuddin, and Ngusman Abdul Manaf. ―Educational Values In Text Stories Randai" Malangga Sumpah" Workshop Bustami Group Randai Bintang Tampalo Kenagarian Padang Laweh District Sijunjung.‖ Lingua Didaktika: Jurnal Bahasa Dan Pembelajaran Bahasa 8, no. 1 (2018): 1–19. Wahyudin, Uud, and Hadi Suprapto Arifin. ―Sosialisasi Sanitasi Diri Dan Lingkungan Di Pesantren Salafi Melalui Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) 483 Dalam Membentuk Sikap Santri Terhadap Sanitasi.‖ Jurnal Kajian Komunikasi 3, no. 2 (2015): 148–153. Yaqin, Ainul. ―Pemikiran Etika Privat Dan Etika Publik Perspektif Islam.‖ TARBIYA ISLAMIA: Jurnal Pendidikan Dan Keislaman 7, no. 2 (2018): 223–243. Yusuf, Syamsu. ―Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan Mental.‖ Jurnal Al-Shifa Bimbingan Dan Konseling 2, no. 2 (2018): 247–262. 484 SIKAP UJUB DAN TAKABUR Muhamad Rizal Maksum, Muslihudin, dan Rafika Indrasari. A. Pengertian Akhlak Karakter dalam Islam dikenal dengan istilah akhlaq, yaitu kondisi lahir dan batin manusia. Akhlaq terbagi menjadi akhlaq baik dan akhlaq buruk. Akhlaq baik (akhlaq mahmudah), seperti sabar, syukur, ikhlas, qana‘ah, rendah hati (tawadhu‟), jujur (sidq), dermawan (jud), amanah, pemaaf, dan lapang dada. Akhlaq buruk (akhlaq madzmumah) seperti gampang marah (ghadhab), kufur nikmat, riya‘, rakus (thama‟),sombong (takabur), dusta (kidb), pelit (syukh), khianat, dendam, dan dengki. Pengukuran kelompok karakter ini secara kuantitatif dapat dikembangkan dengan melibatkan berbagai teori pendahulu yang mendukung batasan-batasan karakter baik dan buruk di atas. Menurut Akhlak Al-Ghazali memberikan kriteria terhadap akhlak, yaitu akhlak harus menetap dalam jiwa dan perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa memerlukan penelitian teriebih dahulu. Dengan kedua kriteria tersebut, maka suatu amal itu memiliki korespondensi dengan faktor-faktor yang saling berhubungan yaitu: perbuatan baik dan keji, mampu menghadapi keduanya, mengetahui tentang kedua hal itu, keadaan jiwa yang ia cenderung kepada salah satu dari kebaikan dan bisa cendrung kepada kekejian . 490 490 Purnama Rozak, ―Indikator Tawadu Dalam Keseharian,‖ Jurnal Madaniyah 1 (January 2017): 174–175. 485 Akhlak bukan merupakan "perbuatan", bukan "kekuatan", bukan "ma'rifah" (mengetahui dengan mendalam). Yang lebih sepadan dengan akhlak itu adalah "hal" keadaan atau kondisi: di mana jiwa mempunyai potensi yang bisa memunculkan dari padanya manahan atau memberi. Jadi akhlak itu adalah ibarat dari " keadaan jiwa dan bentuknya yang bathiniah" . Akhlak dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor paling esensial bagi manusia dalam upaya menata kelangsungan hidupnya, sehingga mereka berkeyakinan bahwa hidup yang dijalani sangatlah bermakna (meaningful) Karena itu manusia menjadikan akhlak merupaka sistem yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dalam kehiduapan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya. Dalam konteks ini akhlak merupakan jati diri seseorang yang dapat memberi makna bagi perilaku ketika berintraksi sosial, ibadah, dan bermu‗amalah. 491 Islam pada hakikatnya sangat memperhatikan aspek keseimbangan dan keharmonisan, yang di dalamnya termasuk keseimbanagan dan keharmonisan lahir dan batin. Akhlak adalah salah satu dimensi Islam yang memusatkan perhatian pada aspek ruhani dan jasmani manusia, yang selanjutnya dapat membuahkan perilaku-perilaku mulia, baik terhadap Tuhan maupun makhlu-Nya.492 491 Enok Rohayati, ―Pemiliran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak,‖ TA‟DIB XVI (June 2011): 103. 492 A.Gani, ―Pendidikan Akhlak Mewujudkan Masyarakat Madani,‖ Ai-Tadzkiyah, Jurnal Pendidikan Islam 6 (n.d.): 274. 486 B. Pembagian Akhlak Setelah merujuk definisi akhlak yang telah dijelaskan panjang lebar di atas, selanjutnya Imam AlGhazali membagi akhlak menjadi dua bagian, diantaranya : 1. Akhlak yang baik (Khuluq alHasan). 2. Akhlak yang Buruk (Khuluq alSayyi‟). Mengenai akhlak yang buruk (Khuluq al-Sayyi‟), C. Pengertian Ujub Ujub dalam bahasa arab yang pengertiannya secara umum adalah membanggakan diri sendiri merasa heran terhadap diri sendiri sebab adanya satu dan lain hal. Menurut Al-Junjani ujub adalah anggapan seseorang terhadap ketinggian dirinya, padahal ia tidak berhak untuk anggapan itu. Ujub merupakan cela dan perasaan yang sangat buruk. Hati manusia yang ujub, disaat ia merasa ujub adalah buta sehingga ia melihat dirinya sebagai orang yang selamat padahal ia adalah celaka, ia melihat dirinya sebagai orang yang benar padahal ia adalah salah. Akibat buruk dari ujub ini ialah hilangnya rasa saling hormat menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan kebencian, dan yang paling parah ialah jika yang dijadikann pendorong ujub itu kemegahan yang semu, merasa paling hebat, padahal di dalamnya itu kropos. Ia tidak sadar bahwa orang lain mengetahui kelemahannya. sungguh ini adalah pembodohan terhadap dirinya sendiri. Bukankah ada 487 peribahasa sepintar-pintarnya tupai melompat , adakalanya terjatuh jua.493 Ujub dengan merasa megah dan hebat karena mengendalikan kekuatan fisiknya, dalam melawan musuh. Ia takabur dan susumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap penteng lawan. Oleh sebab itu, banyak kekalahankekalahan yang di derita oleh suatu kaum bukan karena tidak dilatih atau tidak menggunakan alat alat canggih, tetapi kecolongan menganggap enteng kepada lawan. untuk pengobatannya tidak ada jalan lain kecuali manusia harus ingat, bahwa semakin tambah usia dari segi jumlah akan semakin menurun dari segi kekuatan badannya. tenaga dari hari ke hari semakin melemah, kosentrasi dan pemikiran juga semakin menurun. Ia harus sadar dalam sejarah orang yang ujub, takabur dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya.494 Orang yang ujub selalu meremehkan atas perbuatan dosa yang dilakukan dan selalu melupakan dosa yang telah diperbuatnya, bahkan hatinya buta sehingga melihat perbuatan dosa yang dilakukan sebagai perbuatan bukan dosa dan selalu memperbanyak perbuatan dosa itu. Berkaitan denga sifat ujub tersebut, Syeikh Bisyru bin Al-Harits Al-Hafi mengungkapkan bahwa ujub adalah ketika engkau 493 Rohma Rohmadi, ―Macam Dan Cara Mengobati Sifat Ujub‖ (n.d.): 1–5. 494 Ibid., 7–8. 488 mengagung-agungkan amalanmu, sedangkan amalan orang lain engkau pandang sebelah mata. Boleh dikata, sisi inilah yang paling krusial dan paling kelihatan dari sekian banyak penomena ujub yang ada. Rasulullah saw. Bersabda: ―Apabila kamu berjumpa denga seseorang yang memperturutkan sifat pelit, mengumbar hawa nafsu, mengutamakan dunia, dan selalu membanggakan pendapatnya sendiri, maka selamatkan dirimu‖ (atTirmidji).495 D. 1. Ruang lingkup sikap ujub dan takabur Mendiagnosa Penyakit Ujub Diantara perangai atau karakter yang dapat kita ketahui dari seseorang yang telah terserang virus ujub adalah karakter mereka yang selalu memandang diri dan usahanya dalam setiap ibadah yang dilaksanakan, sehingga matanya penuh dengan hiasan amalnya dan hatinya merasakan keunggulan dirinya. Tidak sampai disitu, ai pun merasa dirinya semakin bersinar dengan ibadah dan ketaatannya. Ia akan memandang lebih dan lebih untuk memandang ketakjuban atas dirinya, sehingga membuat dirinya berpaling dari sikap ikhlas kepada Allah SWT. Tidak terasa sifat ujub telah mencengkram lubuk sanubarinya,amalan demi amalan ia publikasikan. Karena sikap itulah, amalannya menjadi sirna dan hangus. 496 495 Ulfa Dj. Nurkamiden, ―Cara Mendiagnosa Penyakit Uzub Dan Takabur‖ 4,2 (2016): 124. 496 Ibid., 89. 489 Para Salaf shalih tidak bangga dan bergantung (merasa aman) dengan amal ibadah yang telah mereka lakukan. Mereka merasa bahwa diri mereka layak mendapat siksa neraka kerena perbuatan baik mereka mengandung lebih banyak keburukan daripada kebaikan.497 Di hadapan Allah, orang yang memiliki sifat ujub melupakan bahwa apa yang ia peroleh baik dari segi ibadah yang telah dilakukannya, sehingga ia tidak memiliki kesungguhan untuk bertobat. Lebih jauh lagi, ia lupa bahwa apa yang telah diperoleh baik dari segi ibadah, kekayaan, maupun kesuksesan merupakan nikmat dari Allah. Ia meyakini bahwa apa yang telah diperoleh dan lakukan merupakan usaha diri sendiri. Orang seperti ini juga tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia telah mendapat kedudukan mulia disisinya. Turunan berikutnya di mana al-Qur‘an adalah Syifa‘ merupakan sisi penilaian yang bermakna dua sisi. Pertama, al-Qur‘an menunjukkan makna Syifa‘ sebagai petunjuk kepada makna umum, dan yang kedua, sebagai petunjuk kepada makna khusus. Makna pertama memberi gambaran tentang seluruh isi al-Qur‘an secara maknawi, surat-surat, ayat-ayat maupun hurufhurufnya memiliki potensi penyembuh atau obat, dan sesuai dengan firman Tuhan Swt dalam surat Yunus ayat 57 sebagai berikut: Artinya: ―Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu suatu pelajaran dari Tuhanmu, dan penyembuh segala penyakit yang ada di dalam dada, 497 Ibid., 101. 490 dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.‖498 Rahmat dalam bahasa Arab disebut rahmah. Penyebutan ini mengandung konotasi yang mengarah kepada ―riqqah taqtadli al-ihsan ila al-marhum, perasaan halus (kasih) yang mendorong memberikan kebaikan kepada yang dikasihi. Dalam penggunaannya, kata itu bisa mencakup kedua batasan itu dan bisa juga hanya mencakup salah satunya, rasa kasih atau memberikan kebaikan saja. 3 Islam itu adalah satu organisme yang hidup, sehingga ketika dinyatakan sebagai rahmat bagi seluruh alam, maka berarti agama itu mengasihi dan memberikan kebaikan secara aktual kepada seluruh alam. ―Islam‖ yang tidak memberikan kebaikan aktual berarti menjadi agama laknat. Hal ini karena kebalikan dari rahmat adalah laknat, yang berarti hukuman, tidak memberi atau tidak ada kebaikan dan doa supaya dijauhkan dari kebaikan Tuhan.499 2. Hakikat Sifat Ujub Hakikat sifat ujub adalah, kesombongan batin atas kesempurnaan ilmu atau amal yang digambarkannya melalui lisan maupun perbuatan (tindakan). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: ‖ orang yang bersikap ujub pada hakekatnya ia tak melakukan firman-firman Allah, dan barangsiapa yang melaksanakan firman 498 Umar Latif, ―Al-Qur‘an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa‘) Bagi Manusia‖ 21 (December 2014): 82. 499 Ibid., 79–80. 491 Allah maka Allah: 3. a. b. c. d. ia telah keluar dari sifat ujub.‖Firman Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Sifat Ujub Faktor keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan adalah faktor yang dibawa sejak masih dalam rahim ibunya, berwujud benih, bibit, gen atau sering juga disebut kemampuankemampuan dasar atau potensi. Dia akan menyerap kebiasaan-kebiasaan keduanya atau salah satunya baik yang positif maupun yang negatif. adapun faktor lingkungan memberikan pengaruh sangat besar bagi diri seseorang. Sanjungan dan pujian yang berlebihan. Sanjungan berlebihan tanpa memperhatikan etika agama, sebagian orang yang berlebih-lebihan dalam memuji sehingga seringkali membuat yang dipuji lupa diri. Bergaul dengan orang yang terkena penyakit ujub. Dalam pergaulan sehari-hari kita harus berhati-hati dalam memilih teman, karena pada umumnya seseorang akan melatahi perbuatan temannya. Nabi saw bersabda ―perumpamaan teman yang shalih dan teman yang jahat adalah seperti orang yang berteman dengan penjual minyak wangi dan pandai besi. Kufur nikmat dan lupa kepada Allah SWT. Begitu banyak nikmat yang diterima seseorang hamba, tetapi ia lupa kepada Allah SWT yang telah memberinya nikmat itu. Sehingga hal itu menggiringnya kepada penyakit ujub, dia 492 e. f. g. membanggakan dirinya yang tidak pantas dibanggakan. Menangani suatu pekerjaan sebelum matang dalam menguasainya dan belum terbina dengan sempurna. Sekarang ini banyak ditemui orangorang yang berlagak pintar. Seperti kata pepatah ―sudah dipetik sebelum matang‖. Berapa banyak orang yang menjadi korban dalam hal ini, dan itu termasuk perbuatan yang sia-sia. Adalagi orang yang mengaku seorang ulama padahal ia tidak memiliki ilmu yang cukup. Lalu ia berkomentar tentang banyak permasalahan, yang terkadang ia sendiri tidak faham tentang itu. 500 Jahil dan mengabaikan hakikat diri (lupa daratan). Sekiranya seorang insan benar-benar merenungi dirinya, asal muasal penciptaannya sampai tumbuh menjadi manusia yang sempurna, niscaya dia tidak akan terkena penyakit ujub. Berbangga-bangga dengan nasab dan keturunan . Seorang insan terkadang memandang mulia dirinya karena darah biru mengalir ditubuhnya. Ia menganggap dirinya lebih utama dari si fulan dan fulan. Ia tidak mau mendatangi si fulan sekalipun berkepentingan. Dan tidak mau mendengarkan ucapan si fulan. Ini merupakan penyabab penyakit ujub. 500 Ulfa Dj. Nurkamiden, ―Cara Mendiagnosa Penyakit Uzub Dan Takabur,‖ 76. 493 h. i. Berlebih-lebihan dalam memuliakan dan menghormati. Rasulullah saw melarang para sahabat untuk berdiri menyambut beliau. Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Dawud, Rasuullah saw bersabda‖barang siapa yang suka agar orang-orang berdiri menyambutnya, maka bersiaplah dia untuk menempati tempatnya di neraka. Lengah dari akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ujub. Sekiranya seorang insan menyadari bahwa ia hanya menuai dosa dari penyakit ujub yang menjangkiti dirinya dan menyadari bahwa ujub itu adalah sebuah pelanggaran, sedikitpun ia tidak akan kuasa bersikap ujub. Apalagi jika ia merenungi sabda Rasulullahh saw: ―sesungguhnya seluruh orang yang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat bagaikan semut yang diinjak-injak manusia. 4. Pengertian Takabur Takabur adalah berbangga diri dan cenderung memandang diri berada diatas orang lain. Allah SWT berfirman‖sesungguhnya orang-orang yang takabur tentang penyembahan pada-Ku, niscaya akan aku masukkan ke dalam neraka Jahannam kekal didalamnya. Takabur bisa diartikan dengan sikap dan sifat menolak kebenaran (al-Kibr batharu al-haqq), ia menjadi salah satu sifat yang menyebabkan kejelekan dan keburukan seseorang. sifat dan sikap ini bisa menjadikan seseorang tertutup (terhijab) hatinya dari 494 cahaya Allah. Kekaguman pada diri sendiri bisa berakibat timbulnya sikap sombong dan angkuh terhadap orang lain dan merendahkan serta meremehkan mereka dalam pergaulan. Dalam alQur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang mencela ketakaburan orang-orang musyrik dan munafik serta keengganan mereka untuk menerima kebenaran karena rasa angkuh yang mereka miliki. 501 5. a. b. Ruang lingkup sikap takabur Sebab-sebab Timbulnya Penyakit Takabur : Sebab pertama: ilmu. Sifat takabur merupakan penyakit yang sangat cepat menjangkit para ulama. Mereka merasa kemuliaan ilmu, keindahan ilmu, dan kesempurnaan ilmu sehingga ia merasa dirinya mulia, sempurna, dan menganggap rendah orang lain. Ia menganggap orang lain bodoh. Ia ingin agar orang lain memulai mengucapkan salam kepadanya dan apabila ada salah seorang yang mengucapkan salam, berdiri memberikan hormat, menjawab panggilannya, maka ia merasa ini merupakan bukti dan rasa terimakasih kepadanya atas pengajaran yang telah diberikan. Sebab kedua: Amal dan Ibadah. Orang yang mempunyai sikap takabur berbeda dengan mereka yang beribadah semata-mata karena Allah, mereka yang tidak menganggap dirinya mulia, ibadah yang dilakukan merupakan cara bagi-nya yang hina untuk mendekatkan diri 501 Ibid., 122. 495 c. d. kepada. Allah yang Mahamulia. Sebaliknya, sebaliknya, orang yang beribadah dan menimbulkan rasa mulia atas dirinya dan merendahkan orang lain, sesungguhnya ia tidak mendekatkan dirinya kepada Allah dan pantas bagi Allah untuk menyepelekan ibadah yang ia lakukan. Sebab Ketiga: Garis Keturunan (Nasab). Seorang yang memiliki nasab bagus (darah biru) akan menganggap rendah orang yang memiliki nasab dibawahnya, walaupun orang itu lebih tinggi ilmunya dan lebih baik amal perbuatannya. Terkadang, sebagian orang menganggap orang yang tidak memiliki garis keturunan seperti dia adallah budak atauu orang-orang rendahan dan menghalangi dirinya untuk selalu membanggakan diri dan menyebut-nyebut kemuliaan nenek moyangnya. Ini merupakan tabiat yang selalu dimiliki orang yang memiliki garis keturunan mulia, walaupun dia orang saleh dan pintar, kecuali apabila ia menyadari bahwa amal perbuatannya yang menjadi ia mulia dan terhindar dari siksa neraka. Sebab Keempat: Kecantikan. Hal ini lebih banyak dialami kaum wanita dan orang yang selalu sombong atas kecantikannya. Mereka akan senang meremehkan, menjelekkan, dan menyebarkan keburukan orang lain. Sebagimana diriwayatkan ketika datang seorang wanita menemui Nabi, dan Siti Aisyah berkata kepada beliau‖wanita itu pendek,‖dengan mengisyaratkan 496 dengan tangannya. Lalu beliau telah menggunjingnya‖(ghibah).502 6. berkata,―kamu Hakikat Takabur Sifat takabur dapat dikatakan perangai di dalam jiwa yang menunjukkan kepuasan, kesenangan dan kecenderungan kepada tingkatan (martabat) di atas orang lain. Jadi, selain menyangkut orang pertama, (yang menyombongkan diri), sifat ini juga melibatkan orang kedua (yang dibohongi). Disinilah letak perbedaannya dengan sifat ujub yang tidak memerlukan orang lain sebagai objek. Bahkan, andaikata di dunia ini tidak ada orang, kecuali satu orang saja, kita dapat membayangkan bahwa ia sangat mungkin bersifat ujub. Tetapi, tidak demikian dengan sifat takabur. Kita tidak mungkin membayangkan terjadinya takabur tanpa keberadaan orang lain. Jadi, hakikat takabur itu baru terwujud bila seseorang mendapat tiga keyakinan di dalam dirinya. Apabila tiga keyakinan di atas terdapat pada diri seseorang, berarti di dalam dirinya, telah tertanam sifat sombong. Hatinya akan menjadi takabur. Karena hal itulah, dihatinya timbul rasa gengsi, rasa berwibawa, juga kesenangan dan kecenderungan kepada yang diyakininya sebagai sesuatu yang besar. Kewibawaan, perasaan besar, kecenderungan kepada hal yang diyakini itulah perangai sifat takabur. Orang yang takabur hanya memanfaatkan orang lain buat kepentingan dirinya. 502 Ibid., 123. 497 7. Batasan-Batasan Takabur Tuhan telah menciptakan manusia dengan sesempura-sempurnanya penciptaan. Ketika kita meyakini kesempurnaan diciptakan Tuhan atas diri kita, maka kita tahu didalam diri kita sudah Tuhan „letakkan‟ apa yang menjadi kebutuhan kita untuk menjalani hidup. Jadi ketika kita berhadapan dengan apapun, kita selalu yakin menjalaninya dengan baik, tugas kita hanya berupaya menggunakan anugrah Tuhan itu sebaik-baiknya. Takabur termasuk di antara sifat-sifat yang sangat mencelakakan dan sulit untuk dihindari. Hukum pemberantasannya adalah fardhu „ain bagi setiap individu. Takabur atau Sombong merupakan penyakit yang sulit dihindari oleh setiap orang. Oleh karenanya upaya untuk menghilangkannya bukan hanya sebatas keinginan, akan tetapi sudah melangkah kearah pengobatan. Terapi pengobatannya yang dapat dilakukan, Tingkatan Pertama, menghilangkan akar penyakit dan melepaskan cabang-cabangnya dari hati, Tingkatan Kedua, mencegah munculnya kembali yang disebabkan beberapa faktor. Pengobatan melalui ilmu adalah untuk mengetahui siapa dirinya dan siapa Tuhannya. Apabila seseorang telah mengetahui dan menyadari dengan sebenar-benarnya siapa hakekat dirinya, maka akan merasa dirinya penuh kehinaan dan kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikan dia seorang yang tawadhu‘. Ketika ia mengenal Allah dengan sebenatbenarnya, maka timbul keyakinan bahwa tidak ada 498 yang pantas menyombongkan dan memuliakan dirinya kecuali Allah.503 Penyembuhan melalui amal adalah dengan membiasakan merendah diri (tawadhu‘) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak-akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu‘. Sifat tawadhu‘ tidak dapat mungkin diraih tanpa diiringi dengan amal (perbuatan). Sebagaimana Rasulullah saw memerintahkan sahabat yang masih ada didalam hatinya penyakit jahiliah (sombong) untuk beriman dan kepada Allah dan Rasulnya serta untuk melakukan shalat, karena shalat merupakan tiang agama. 504 E. Dalil Sikap Ujub dan Takabur "Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri" (HR at-Thobroni dalam AlAwshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh AlAlbani dalam as-shahihah no 1802)505 Nabiyullah Muhammad saw melarang umatnya berlaku ujub dan takabur. Imam Muslim telah meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas‘ud ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, sekalipun hanya sebesar biji sawi. Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang lelaki 504 Abu Muhsin Miranda, ―Antara Ujub Dan Takabur,‖ Jurnal Hukum Islam Vol.02, No.1 (n.d.): Hal. 13. 499 yang menyukai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus (bagaimana orang itu?, penj.).” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu MahaIndah dan Allah mencintai keindahan.506 Mendiagnosa Penyakit Ujub Diantara perangai atau karakter yang dapat kita ketahui dari seseorang yang telah terserang virus ujub adalah karakter mereka yang selalu memandang diri dan usahanya dalam setiap ibadah yang dilaksanakan, sehingga matanya penuh dengan hiasan amalnya dan hatinya merasakan keunggulan dirinya. Tidak sampai disitu, ai pun merasa dirinya semakin bersinar dengan ibadah dan ketaatannya. Ia akan memandang lebih dan lebih untuk memandang ketakjuban atas dirinya, sehingga membuat dirinya berpaling dari sikap ikhlas kepada Allah SWT. Tidak terasa sifat ujub telah mencengkram lubuk sanubarinya, amalan demi amalan ia publikasikan. Karena sikap itulah, amalannya menjadi sirna dan hangus.507 Di hadapan Allah, orang yang memiliki sifat ujub melupakan bahwa apa yang ia peroleh baik dari segi ibadah yang telah dilakukannya, sehingga ia tidak memiliki kesungguhan untuk bertobat. Lebih jauh lagi, ia lupa bahwa apa yang telah diperoleh baik dari segi ibadah, kekayaan, maupun kesuksesan merupakan nikmat dari Allah. Ia meyakini bahwa apa yang telah diperoleh dan lakukan merupakan usaha diri sendiri. Syamsul Rizal Mz, ―Akhlak Perspektif Salaf,‖ Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Vol. 07, No.1 (April 2018): hal. 65. 507 IWAN, ―PendidikanAkhlak Terpuji Mempersiapkan Generasi Muda Berkaraktar,‖ Jurnal Al-Tarbawi Al-Haditsah 01 (n.d.): 135. 500 506 Orang seperti ini juga tidak takut azab dan kemurkaan Allah karena ia meyakini bahwa ia telah mendapat kedudukan mulia disisinya F. Referensi Abu Muhsin Miranda. ―Antara Ujub Dan Takabur.‖ Jurnal Hukum Islam Vol.02, No.1 (n.d.). A.Gani. ―Pendidikan Akhlak Mewujudkan Masyarakat Madani.‖ Ai-Tadzkiyah, Jurnal Pendidikan Islam 6 (n.d.): November 2015. Enok Rohayati. ―Pemiliran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak.‖ TA‟DIB XVI (June 2011). IWAN. ―PendidikanAkhlak Terpuji Mempersiapkan Generasi Muda Berkaraktar.‖ Jurnal Al-Tarbawi Al-Haditsah 01 (n.d.). Purnama Rozak. ―Indikator Tawadu Dalam Keseharian.‖ Jurnal Madaniyah 1 (January 2017). Rohma Rohmadi. ―Macam Dan Cara Mengobati Sifat Ujub‖ (n.d.): 1–5. Syamsul Rizal Mz. ―Akhlak Islami Persepektif Ulama Salaf.‖ Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan 07, No.1 (April 2018). ———. ―Akhlak Perspektif Salaf.‖ Edukasi Islam, Jurnal Pendidikan Vol. 07, No.1 (April 2018). Ulfa Dj. Nurkamiden. ―Cara Mendiagnosa Penyakit Uzub Dan Takabur‖ 4,2 (2016): 124. Umar Latif. ―Al-Qur‘an Sebagai Sumber Rahmat Dan Obat Penawar (Syifa‘) Bagi Manusia‖ 21 (December 2014). 501 SIKAP RIYA‘ Refsi anggola, Reka safitri, Rita ariani, Sefta dwi setia, dan Siti nurkhotimah Pengertian Riya‘ Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berbentuk jamak dengan bentuk mufradnya adalah khuluq. Kata khuluq berasar dari huruf-huruf kha', lam dan qaf yang bermakna dasar taqdir al-syaiy yairu menentukan sesuatu, Dinamakan khuluq yang biasa diartikan dengan perangai karena orang yang memiliki perangai tersebur sudah ditentukan (keadaan seperti itu) atasnya. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam yang mempunyai beberapa keistimewaan, diantaranya adalah Rasulullah SAW menjadikan penyempurnaan akhlak sebagai misi utama risalah Islam.508 Beliau menjadikan akhlak sebagai indikator kualitas keimanan seseorang serta akhlak itu merupakan buah dari ibadah seseorang. Akhlak adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu. Akhlak bukanlah perbuatan, kekuatan, dan ma'rifah. Akhlak adalah "haal" atau kondisi jiwa dan bentuknya bathiniah. Kriteria akhlak yaitu: kekuatan ilmu, marah yang terkontrol oleh akal, kekuatan nafsu syahwat, dan kekuatan keadilan. Dengan meletakkan ilmu sebagai kriteria awal, Akhlak terbagi menjadi akhlak mahmudahmunjiyat (baik dan menyelamatkan) dan madzmumah- A. 508Deswita, ―Konsep Pemikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan Akhlak,‖ TA‟DIB VOL 16.NO. 2 (December 2013): 169. 502 muhlikat (buruk dan menghancurkan). Akhlak yang baik adalah taubat, khauf, zuhud, sabar, syukur, keikhlasan, dan kejujuran, tawakkal, cinta, ridha, ingat mati. Sedangkan akhlak yang buruk adalah rakus makan, banyak bicara, dengki, kikir, ambisi dan cinta dunia, sombong, ujub dan takabbur serta riya'.509 Riya berasal dari kata ru‟yah yang artinya melihat, sementara sum‟ah berasal dari kata sama‘ yang artinya mendengar. Sedangkan Al-Ghazali memberikan sebuah pengertian tentang riya‘ yaitu untuk mencari kedudukan didalam hati manusia yaitu untuk memperlihatkan kepada mereka tentang beberapa hal yang sifatnya kebaikan.510 Riya‘ itu sendiri adalah satu di antara dua perbuatan syiriq, yakni suatu perbuatan syirik yang samar. Perbuatan riya‘ ini bersumber dari rasa keinginan seseorang untuk memperoleh perhatian dari sesama makhluk sehingga orang tersebut bisa memperoleh jabatan, kedudukan, dan sanjungan dari orang lain. Penyakit hati yang sangat buruk yang menimpa pada diri manusia ialah kemusyrikan. Karena memberikan sebuah rububiyah kepada yang tidak mempunyai hak menerimanya dan memberikan berbagai macam ubudiyah (ibadah) kepada yang tidak berhak untuk mendapatkannya. Seseorang bisa saja terkena penyakit kemusyrikan yang tersembunyi yaitu riya‘ sehingga manusia melihatnya mengerjakan segala sesuatu amal perbuatan seolah-olah beribadah kepada 509Enok Rohayati, ―Pemikiran Al-Ghazaly Tentang Pendidikan Akhlak,‖ TA‟DIB VOL XVI. NO.1 (n.d.): 111. 510Al-Ghazaly, ―Konsep Riya‘ Menurut Al-Ghazaly,‖ mizan (1999): 285. 503 seseorang atau masyarakat, kemudian dari sinilah ia mulai terjerumus ke dalam sifat riya‘ yang sangat berbahaya dan juga membawa dampak yang sangat negative terhadapa orang yang melihatnya. Riya‘ merupakan bentuk syirik kecil yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak bernilai dihadapan Allah SWT. Sikap ini muncul karena orang tak paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal, dan aktifitas lainnya harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Riya‘ muncul akibat kurang iman kepada Allah SWT dan hari akhirat serta ketidak jujuran menjalankan agama. Ia beribadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh. B. Ruang Lingkup Riya‘ Seorang dapat dikatakan berakhlak, apabila ia mendasarkan perilakunya pada ajaran agama Islam, yang bersumber pada wahyu. Ia menunjukkan kesadaran terhadap keberadaan Tuhan di setiap saat, menyadari bahwa Tuhan mengetahui segala perbuatannya. Sehingga segala aktivitas hidupnya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Maka, di sinilah letak hubungan antara akhlak dan iman. Hubungan akhlak dengan ibadah dapat dilihat dalam pengajaran prinsip-prinsip Islam beserta pengamalannya. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah rukun Islam yang lima, dengan melaksanakan rukun tersebut, otomatis dapat mengembangkan akhlaknya. Begitu pula salat, seorang Muslim akan terhindar dari perbuatan keji, sederhana, ramah dan sebagainya. Implikasinya akan terlihat dalam hubungan seseorang 504 dengan kedua orang tua, keluarga, tetangga, semua orang termasuk dengan binatang dan alam. Dengan menjalankan rukun Islam ketiga yaitu zakat, seorang Muslim akan dapat menanamkan benih-benih kebajikan, simpati dan kedermawanan untuk mengokohkan hubungan persahabatan berdasarkan cinta kasih. Selain itu, dalam puasa dan haji, dapat mendidik orang untuk bersabar, menahan diri dan disiplin diri.511 Ruang lingkup sikap akhlak dalam pandangan islam sangatlah luas sepajang sikap jiwa atau hajat manusia, mulia dari hajat yang terkecil sampai yang terbesar. Diantara ruang lingkupnya yaitu: 1. Riya dalam niat. Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut dipuji oleh orang lain. Padahal niat sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan niat karena Allah SWT, maka perbuatan itu mempunyai nilai disisi Allah SWT, dan jika perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah SWT. 2. Riya perbuatan. Riya‘ dalam perbuatan ini seperti seseorang akan mengerjakan shalat, ia tampak memperlihatkan kesungguhan dan kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah dihadapan guru dan orang lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai harapan dan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang yang riya dalam shalat akan 511mustopa, ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat,‖ NADWA Vol 8. No.2, Oktober 2014 (n.d.): 263. 505 3. celaka. Riya‖ dalam perbuatan ini juga ada di dalam Al-Qur‘an surat An-Nisa‘ ayat 142 yang Artinya: ―Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah SWT, dan Allah SWT akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah SWT kecuali sedikit sekali‖. (Q.S. AN-Nisa‘ 142.)512 Beberapa ciri orang yang mempunyai sifat riya‘ dalam perbuatan yaitu sebagai berikut: Tidak akan melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat orang, Beribadah hanya sekadar ikutikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di tengah- tengah orang banyak. Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila sedang sendirian, dan Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat pujian Sebaliknya, mudah menyerah jika dicela orang Riya‘ dalam berbagai kegiatan. Rajin dan tekun bekerja selama ada orang yang melihat. Dia bekerja seolah-olah penuh semangat, padahal dalam hati kecilnya tidak demikian. Ia rajin bekerja apabila ada pujian, tetapi apa bila tidak ada lagi yang memuji semangatnya menurun. Orang riya‘ biasanya bersikap sombong dan angkuh, seolah-olahhanya dia yang pandai, mampu, dan berguna dalam masyarakat. Allah SWT berfirman untuk memperingatkan yang artinya: ―Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari 512Q.S. AN-Nisa‘ ayat 142 506 4. 5. kampung nya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya‘ kepada manusia serta menghalangi dalam (orang), dari jalan Allah SWT. Dan ilmu Allah SWT meliputi apa yang mereka kerjakan. ( Q.S Al-Anfal 8 : 47) Riya‘ dalam bersedekah. Apabila mendermakan hartanya kepada orang lain, orang riya‘ bukan bermaksud karena ingin menolong dengani khlas, tetapi ia berderma supaya dikatakan sebagai dermawan dan pemurah. Padahal, orang yang bersedekah karena riya‘ tidak akan mendapat pahala, dan amalnya pun sia-sia. Oleh sebab itu, Allah SWT memperingatkan dengan firmannya yang artinya: ―Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya‘ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian‖ (Q. S Al-Baqarah2 : 264) Riya‘ dalam berpakaia. Orang riya‘ biasanya memakai pakaian yang bagus, perhiasan yang mahal-mahal dan beranekaragam dengan harapan agar dia disebut orang kaya, mampu, dan pandai berusaha sehingga melebihi orang lain. Jika sifat seperti itu sudah melekat pada dirinya, ia takkan segan-segan meminjam pakaian orang lain. Apabila kebetulan dirinya tidak memilikinya. Tujuannya hanya dipamerkan dan sekedar mendapat pujian. Jadi, tujuan ia berpakaian bukanlah karena mematuhi ajaran untuk menutup aurat, tetapi karena riya‘. 507 Dalil Sifat Riya‘ Dalam hadits disebutkan, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Jundub bin Abdillah radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Barangsiapa (beramal) tujuannya untuk didengar (oleh manusia) maka Allah akan memperdengarkan padanya. Dan barangsiapa (beramal) dengan tujuan supaya dilihat (orang) maka Allah akan memperlihatkan padanya". (HR Bukhari no: 6499. Muslim no: 2987).513 Para ulama menjelaskan bahwa keutamaan menyembunyikan amalan kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan amalan, mustahab Berkata Ibnu Hajar: ‖AtThobari dan yang lainnya telah menukil ijma‘ bahwa sedekah terang-terangan lebih afdhol daripada secara tersembunyi. Bagi mereka untuk beramal terangterangan agar mereka terhindar dari riya‘, dan hal ini tidaklah mungkin kecuali jika iman dan keyakinan mereka yang kuat.514 Telah dijelaskan juga didalam Al-Quran surat AnNisa‘ ayat 48Artinya: "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki -Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan C. 513syaikh amin, ―Riya‘ Penyakit Akut Yang Mengerikan‖ (2013): 5. 514abu muhsin, ―Ikhlas Dan Bahaya Riya‘,‖ RHAUDATUL MUHIBBIN (January 2011): 22. 508 Allah SWT, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar". (QS an-Nisaa': 48).515 Bahaya sikap Riya‘ Akhlak manusia hanya dapat dijamin keluhurannya jika didalam hatinya terdapat keimanan dan rasa takwa kepada Allah SWT, dan suatu generasi hanya dapat dijamin kejayaannya jika dalam jiwa mereka terpancar budi yang luhur.516 Riya' juga termasuk syirkun asghar (syirik kecil). Bahaya dari sikap riya‘ itu sendiri adalah amalan orang yang berbuat riya' itu hilang, dimana kelak pada hari kiamat mereka disuruh untuk mendatangi orang-orang yang dirinya berbuat riya' padanya ketika didunia, lalu dikatakan padanya: “Lihatlah apakah kalian mendapati ganjarannya". Maksudnya mereka-mereka yang kalian berusaha untuk memperbagus amalan dihadapannya ketika didunia, apakah kalian mendapati disisi mereka pahala? Setiap orang akan mengetahui seluruh perbuatannya jika sampai disisi Allah SWT yang Maha mengetahui dampak terburuk dari perbautan riya' ini yang akan memasukan pelakunya kedalam neraka. Perbuatan riya' akan menghapus amal ibadah, penyebab murkanya Allah Shubhanahu wa ta‘alla, laknat serta dibenci oleh -Nya. Perbuatan riya' termasuk dosa besar yang menghancurkan, riya‘ bagian dari syirik kecil yang tidak D. surat An-Nisa‘ ayat 48 wahidah, ―Akhlak Dalam SHAUTUT TARBIYAH (September 2018): 21. 509 515Al-Quran 516fatira Perspektif Islam,‖ akan diampuni para pelakunya jika sampai meninggal, bahkan dirinya terancam adzab. Sehingga sepantasnya bagi seorang muslim untuk meninggalkan sekuat tenaga perbuatan riya' ini. Berusaha semampunya untuk menghilangkan dalam dirinya, kemudian mengikhlaskan amal ibadahnya karena Allah SWT, baik dalam ucapan, perbuatan, keinginan serta segala urusannya. 517 Cara menghindari sikap Riya‘ Akhlak memberikan landasan metafisi bagi perbuatan dalam upayanya membentuk pribadi yang kamil. Sesungguhnya, setiap rangkaian dan tahapan dalam ajaran Islam, baik dalam bentuk perintah dan anjuran (sunnah) untuk melakukan sesuatu atau larangan untuk meniggalkan suatu perbuatan, pada dasarnya merupakan sebuah upaya untuk meluhurkan dan menyempurnakan manusia sebagai pelaku utama dalam kehidupan.518 Untuk menghindari sikap riya‘ hal yang harus dilakukan oleh seseorang adalah melatih diri untuk beramal secara ikhlas, walaupun sebesar apapun yang dilakukan, mengendalikan diri agar tidak merasa bangga apabila ada orang lain memuji amal baik yang dilakukan, menahan diri agar tidak emosi apabila ada orang lain yang meremehkan kebaikan yang dilakukan, tidak suka memuji kebaikan orang lain secara berlebih-lebihan E. ―Riya‘ Penyakit Akut Yang Mengerikan,‖ 21. ―Dasar-Dasar Akhlak Dalam Islam,‖ AN-NIDA 39. NO.1 (June 2014): 103. 510 517 518Irwandra, karena hal itu dapat mendorong pelakunya menjadi riya‘ atas kebaikannya. Apabila ilmu agama seseorang itu lemah maka akan lemah pula akhlaknya. Sebab, ilmu agama adalah pengontrol akhlak seseorang.519 Dari sinilah penting arti pendidikan dalam lingkungan bagi manusia dalam hubungannya dengan pembinaan Akhlak520. F. Referensi Al-Ghazaly. ―Konsep Riya‘ Menurut Al-Ghazaly.‖ mizan (1999): 285. Deswita. ―Konsep Pemikiran Ibnu Sina Tentang Pendidikan Akhlak.‖ TA‟DIB VOL 16.NO. 2 (December 2013): 169. Irwandra. ―Dasar-Dasar Akhlak Dalam Islam.‖ ANNIDA 39. NO.1 (June 2014): 103. ismail, muhammad. ―Konsep Berpikir Dalam Al-Quran Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan.‖ UNIDA VOL XIX. NO. 02 (November 2014): 307. muhsin, abu. ―Ikhlas Dan Bahaya Riya‘.‖ RHAUDATUL MUHIBBIN (January 2011): 22. mustopa. ―Akhlak Mulia Dalam Pandangan Masyarakat.‖ NADWA Vol 8. No.2. Oktober 2014 : 263. Nisrokha. ―Membongkar Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih‖ Vol 1 (January 2006): 113. 519muhammad ismail, ―Konsep Berpikir Dalam Al-Quran Dan Implikasinya Terhadap Pendidikan,‖ UNIDA VOL XIX. NO. 02 (November 2014): 307. 520Nisrokha, ―Membongkar Konsep Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih‖ VOL 1 (January 2006): 113. 511 Rohayati, Enok. ―Pemikiran Al-Ghazaly Tentang Pendidikan Akhlak.‖ TA‟DIB VOL XVI. NO.1 (n.d.): 111. Syaikh Amin. ―Riya‘ Penyakit Akut Yang Mengerikan‖ (2013): 17. Wahidah, Fatira. ―Akhlak Dalam Perspektif Islam.‖ SHAUTUT TARBIYAH (September 2018): 21. 512 SIKAP TAMAK Tri Yusnita, Ulfatul Masruroh, Winda Yulia Mustika, Yusuf Zakarsi Efendi, dan Zariyah Agustina A. Pengertian Sifat Tamak Tamak merupakan salah satu sifat yang masuk dalam akhlak mazhmumah. Tamak adalah salah satu penyakit hati yang sering dimiliki oleh manusia di zaman sekarang. Tamak dapat timbul dalam diri seseorang karena kecintaannya terhadap dunia yang terlalu berlebihan sehingga selalu merasa kurang suatu hal. Tamak berarti keinginan hati yang kuat untuk mendapatkan sesuatu. Di dalam bahasa Indonesia katakata tamak berarti selalu ingin memperoleh banyak, untuk diri sendiri, loba, serakah, dalam arti keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya.521 Kata Tamak digambarkan dengan huruf ain yang memiliki perut yang lebar dan terbuka sehingga identik dengan wadah yang menampung segala sesuatu. Dengan demikian, seseorang yang bersifat tamak akan menginginkan banyak hal hingga tiada pernah merasakan kepuasan terhadap segala sesuatu. Tamak tidak lain adalah keserakahan yang dimiliki seseorang yang berarti tidak dapat mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Tamak identik dengan rakus, semuanya ingin dimiliki. Sudah mempunyai ini, ingin juga yang itu, 521Muhyiddin Tahir, ―Tamak dalam Perspektif Hadis,‖ Jurnal AlHikmah 14, no. 1 (2013): 14. 513 sudah punya itu, masih ingin yang lain. Bahayanya apabila orang tamak tidak lagi memerhatikan yang halal maupun yang haram.522 Sifat keserakahan seseorang akan membuat seseorang lupa dengan rasa syukur. Sesorang yang bersifat tamak sering dianggap rakus dan selalu ingin memiliki segalanya. Tamak adalah hati yang rakus terhadap dunia sehingga tidak memperhitungkan halal dan haram yang mengakibatkan adanya dosa besar.523 Oleh sebab itu, sebagian manusia banyak yang terjerumus ke jalan yang haram karena mengikuti sifat tamak yang dimilikinya. B. Ruang Lingkup Sifat Tamak Akhlak terbagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji (mahmudzah). Akhlak terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilaI-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, dll. dan akhlak tercela (madzmumah) yaitu akhlak yang tidak dala kontrol ilahiyah yang berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitan yang dapat membawa suasana negatif dan deskruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabur, tamak, dll.524 Tamak merupakan ruang lingkup dari sifat yang tercela kepada Allah, yakni tidak pernah menerima apaapa yang diberikan Allah kepadanya baik hal besar ―Qona‟ah Dalam Prespektif Islam‖, Edu-Macth 4 (2013): 61. 523Rovi Husnaini, Hati, Diri dan Jiwa (Ruh), Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam 1, (2016): 66. 524Nurhayati, Akhlak dan Hubungannya dengan Aqidah dalam Islam, Jurnal Mudarrisuna, 4, (2014): 285.‖ 514 522Shalahudin, maupun kecil. Jika itu terus terjadi maka akan membuat seseorang akan terikis rasa syukurnya sedikit demi sedikit hingga berujung kufur nikmat. Adapun Tamak terbagi menjadi 2, yaitu: 1. Tamak Terhadap Dunia. Tamak terhadap dunia meliputi tamak terhadap harta dan jabatan. Berlomba-lomba mengejar harta kadang sampai perang saudara hingga berujung kematian. Tidak pernah merasa puas, selalu haus dengan harta dan jabatan. Selalu ingin berkuasa, berusaha lebih tinggi dari yang lainnya. Islam memandang keinginan yang berlebih-lebihan adalah dilarang, namun keinginan masih dalam kewajaran dalam rangka memenuhi kebutuhan primer seseorang, masih dalam batas diperbolehkan, karena ia merupakan sarana mempertahankan eksistensi diatas dunia ini, hanya saja cara dan materi pemenuhan keinginan (kebutuhan hidup) itu dalam kerangka norma dan kaidah yang berlaku.525 2. Tamak Terhadap Akhirat. Walupun tamak dilarang dalam islam, namun ada tamak yang dianjurkan, yaitu tamak kepada pahala dan ampunan dari Allah SWT. Mengerjakan amal kebaikan sebanyakbanyaknya dengan mengharap ridho dari Allah SWT. Tamak yang seperti ini dianjurkan dalam islam. Karena cenderung membuat individu tersebut semangat dalam beribadah. Hal Ini bukan suatu amalan tanpa landasan. Rasulullah mengajarkan kita memperbanyak ibadah, seperti 525M. Arif Khoirudin, Peran Tassawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern, 27, (2016): 120.‖ 515 pada 10 malam terakhir ramadhan melebihi kesungguhan beliau dihari-hari lainnya, beliau menyingsingkan diri, menjauhi istri-istri nya untuk mencari malam lailatul qadr, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. Namun, pada dasarnya tamak itu serakah dan itu hal yang dilarang. Yang baik adalah mengimbangi antara keduanya. Tidak terlalu condong kepada hal dunia maupun hal akhirat. Tidak baik terlalu mengurusi hal akhirat dan lebih tidak baik juga jika condong terhadap hal dunia. C. Dalil Sifat Tamak Tamak terjadi apabila kecintaan manusia terhadap dunia diungkapkan juga oleh Allah Swt di dalam alQuran surah al-Imran ayat 14 yang artinya: ―Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” Di dalam Al-Qur‘an banyak ayat yang membicarakan masalah dunia dengan isinya yang dapat melalaikan manusia untuk berbakti kepada Tuhannya, seperti yang terdapat pada Qs. Al-Hadid 20 yang artinya: ―Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanamtanamannya mengagumkan Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab 516 yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” Sesuatu yang tidak membuahkan apa-apa bagi yang melakukannya adalah sesuatu yang merepotkan manusia. Namun, tidak ada kegunaannya, perhiasan yang mewah, bermegah-megahan dengan menunjukkan garis keturunan atau leluhurnya, adalah berbanggabangga dengan memperbanyak harta dan 526 keturunannya. Dunia itu seperti bayi yang bermain tanpa suatu tujuan, yang penting menyenangkan hatinya. Tetapi bila umurnya telah menanjak menjadi anak-anak yang melampaui batas bayi, dan ketika itu dia bermain untuk menyenangkan hatinya dan permainan yang dilakukannya itu mengandung tujuan tertentu, walaupun sering kali bukan tujuan yang penting.527 Walaupun harta (dunia) adalah tanaman yang menggairahkan tetapi di dalam hadits ini tidak ada larangan untuk memperolehnya dengan syarat, dia memperolehnya dengan hati yang lapang disertai dengan usaha yang halal dan tanpa meminta-minta, maka itulah yang akan mendapatkan berkah. apabila harta diperoleh dengan tamak maka dia bagaikan binatang.528 Karena harta yang dimiliki bukan hanya Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Jilid X (Bairut: Dar al-Fikr, 1990): 127. 527 Quraish Shihab, Tafsir Al-Quranal Al-Karim, Tafsir SuratSurat Pendek Berdasarkan Urutan Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999): 588. 528Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Jakarta: Bulan Bintang, 2013): 262. 517 526 milik perorangan tetapi didalam harta ada hak orang lain, maka diperintahkan untuk mengelurkan zakat, infaq dan shadaqah, karena memberi adalah lebih baik dan lebih disukai oleh Allah dibanding dengan yang diberi.529 Allah SWT mengingatkan bahwa harta itu adalah ujian. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‘an surat alTaghabun ayat 15 yang artinya: ―Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah (cobaan), dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” Rasulullah SAW pernah mengkhabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak pernah mengenal kata puas. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam kutbahnya, beliau berkata: ―Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda, “Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.‖ Hadits ini menunjukkan bagaimana tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak mengenal rasa puas. Hadits ini juga mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka‘ab ibn Malik alAnshari radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah 529Quraish Shihab, "Lentera Hati, Kisah, dan Hikmah Kehidupan" (Bandung: Mizan, 1994): 249. 518 shallallahu alaihi wasallam bersabda: ―Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.‖ Berkaitan dengan hadits di atas, Ibnu Rajab berkata: “Ini adalah permisalan yang agung yang diumpamakan oleh Nabi SAW bagi kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala lapar.” Oleh karena itu, Allah SWT mengingatkan bahwa harta itu adalah ujian, harta merupakan diantara fitnah terbesar ummat Rasulullah, dan yang lebih baik lagi mulia adalah yang ada di sisi Allah SWT. Allah Ta‘ala berfirman dalam al-Qur‘an surat alTaghabun ayat 15 yang artinya: ―Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah (cobaan), dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka‘ab ibn Iyadh, ia berkata: ―Saya telah mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya masing-masing ummat itu memiliki fitnah (bahan ujian) dan fitnah ummatku adalah harta.” Dengan demikian, maka tamak merupakan sifat cinta dunia. Sifat tamak mendatangkan banyak kerusakan, baik kerusakan pribadi, keluarga, masyarakat dan yang terbesar adalah kerusakan yang menimpa keagamaan seseorang disebabkan dunia lebih dicintai dari segalanya. 519 D. Bahaya Sifat Tamak Allah tidak pernah melarang hamba-Nya menginginkan sesuatu, selagi itu baik dan tidak melebihi batas. Sifat tersebut ditandai dengan kurang puasnya terhadap suatu hal yang menimbulkan seseorang selalu berkeinginan lebih dan lebih. Sangat disayangkan sekali apabila seseorang memiliki sifat tersebut, karena sifat yang berlebih-lebihan itu dilarang oleh agama, khususnya agama Islam.530 Seperti yang telah dijelaskan dalam al-Quran surah at-Takatsur ayat 1 yang artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, Bermegah-megahan disini berarti bermegahmegahan dalam hal harta, anak, dan kemuliaan.531 Harta merupakan sumber kesenangan manusia yang dapat dikuasai, dipelihara dan dimanfaatkan.532 Berlebih-lebihan akan melalaikan seseorang, yakni lalai terhadap nikmat Allah. Sehingga mereka yang memiliki sifat tersebut akan sulit untuk bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah berikan. Mereka lupa bahwa masih banyak orang yang bahkan belum tentu bisa memiliki apa yang mereka miliki.533 Selain dilarang oleh agama, sifat tamak juga akan menimbulkan kemudharatan, yakni kemudharatan terhadap kehidupan seseorang, seperti: 530Tahir, Tamak dalam Perspektif Hadis: 16. 19. 532Dahlia Haliah Ma‘u, ―Harta Dalam Perspektif Al-Qur‟an,‖ Jurnal Khatulistiwa 3 (2013): 89. 531Ibid., 520 1. 2. Tidak mendapatkan Keberkahan dari Allah. Hal apa pun apabila dilakukan dengan niat baik dan dengan cara yang baik, maka akan menimbulkan kebaikan. Namun, apabila dilakukan dengan niat dan cara yang tidak baik pun akan menimbulkan keburukan. Keberkahan adalah tujuan utama orang muslim dalam melakukan ibadah. Apabila dalam suatu ibadah tidak mendapatkan keberkahan, maka suatu ibadah akan sia-sia. Contohnya yaitu apabila seseorang melakukan ibadah sholat, tetapi mereka memiliki sifat tamak, maka ibadah tersebut tidak mendapatkan keberkahan, ia hanya akan mendapatkan capek dalam gerakan sholatnya saja. Menghilangkan Ilmu Pengetahuan yang dimiliki. Ketamakan adalah penyakit hati yang menimbulkan dampak negatif, salah satunya menghilangkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki. Menghilangnya ilmu pengetahuan tidak berarti seperti orang yang hilang ingatan atau amesia. Namun, yang dimaksudkan disini yaitu orang yang tidak bisa mengamalkan ilmu pengetahuan yang ia miliki. Dengan begitu, orang yang memiliki ilmu pengetahuan tetapi mempunyai sifat ketamakan, maka ilmu yang ada pada diri seseorang tersebut lama-lama akan menghilang. E. Cara Menghindari Sifat Tamak Sifat tamak yaitu suatu sifat yang sangat dibenci Allah atau sifat yang sangat tidak disukai oleh Allah. Oleh karena itu kita sebagai orang mukmin harus menjauhinya agar tidak mempunyai sifat tamak. Allah 521 SWT mengajarkan kita agar tidak terlalu mencintai dunia karena hal itu muncullah didalam hati seseorang akan timbulnya sifat tamak. Sehingga cara apapun yang ia tempuh untuk medapatkan dunia tersebut yang terlalu mencintai dunia ini karena sifat ketamakannya itu.534 Adapun beberapa cara untuk menghindari sifat tamak yaitu: 1. Menyakini sifat-sifat Allah yang maha kuasa harus diperkuat, dan kita harus tahu bahwa Dia maha pemberi rizki dan Dia pula yang menjamin rezeki semua mahluk. 2. Orang yang tamak harus memikirkan fakta bahwa hartanya akan tetap ada disini (dunia) tapi dirinya akan pergi dari sini (meninggal dunia), namun begitu dia harus mempertanggung jawabkan harta itu dihadapan Tuhan di akhirat kelak.535 3. Mempelajari dan mengingat mengenai laranganlarangan sifat tamak agar kita terhindar dari sifat tersebut. F. Referensi Ahmad Amin. Etika (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang, 1988. Ahmad Mustafa al-Maragi. Tafsir Al-Maragi. Jilid X. Bairut: Dar al-Fikr, 1990. Dahlia Haliah Ma‘u. ―Harta Dalam Perspektif AlQur‘an.‖ Jurnal Khatulistiwa, 3, (2013). “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Anjuran Makan Dengan Tiga Jari”, Al-Thariqah 2, no. 2 (n.d.): 169. 535 Siti Nur Syarifah, “Profektif Konseling Dalam Mengobati Penyakit Hati Menurut Perspektif Islam” (2016): 73. 522 534Firdaus, Firdaus. ―Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Anjuran Makan Dengan Tiga Jari.‖ Al-Thariqah 2, no. 2 (2012): 169. Husnaini, Rovi. ―Hati, Diri dan Jiwa (Ruh).‖ Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam 1, no. 2 (2016. Kementrian Agama Republik Indonesia. Al-Quran Tajwid Dan Terjemahnya. Banjarsari: Penerbit Abyan, 2014. Muhyidin Tahir. ―Tamak Dalam Perspektif Hadist.‖ Al Hikmah XIII, no. 1 (2013). Quraish Shihab. Lentera Hati, Kisah, Dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, 1994. shalahudin. ―Qona‘ah Dalam Prespektif Islam.‖ EduMacth 04 (2013). Siti Nur Syarifah, Profektif Konseling Dalam Mengobati Penyakit Hati Menurut Perspektif Islam, (2016). Tahir, Muhyiddin, Tamak dalam Perspektif Hadis, Jurnal alHikmah, (2013). M. Arif Khoirudin, Peran Tassawuf Dalam Kehidupan Masyarakat Modern, (2016. ―Nurhayati, Akhlak dan Hubungannya dengan Aqidah dalam Islam, Jurnal Mudarrisuna, (2014). 523