Laporan
F.7 Mini Project
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG AMBARAWA
Pendamping
dr. Dwi Retno S
Disusun Oleh
dr. Fifiana Dewi Permatasari
dr. Jane Chrestella S
dr. Kusni Kurnia Putri
dr. Nugrogo Jati Dwi N
dr. Oktavia Christiani
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Fifiana Dewi Permatasari
Judul laporan : UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU LANSIA TEMENGGUAN KELURAHAN PANJANG AMBARAWA
Ambarawa, 2015
Peserta
dr. Fifiana Dewi Permatasari
Pendamping
dr. Dwi Retno S
NIP 19740313 200604 2 017
dr. Ganis Hermoko
NIP 19 65 0910 2007 01 1012
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Ambarawa
drg. Djuwinarti
NIP 19600825 198903 2 002
dr. Hj. K. Ullin Noor, MM
NIP 19 65 0623 19 99 03 2002
Laporan
F.7 Mini Project
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG AMBARAWA
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang kepada-Nya tempat kita bergantung dan memohon pertolongan untuk hari kemarin, hari ini dan hari esok. Hanya dengan rahmat-Nya kami dapat mengadakan kegiatan penyuluhan dengan tema “UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU LANSIA”.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada 14 November 2014, bertempat di Posyandu Lansia Temenggungan Kecamatan Ambarawa. Kami harapkan acara ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pentingnya deteksi dini Hipertensi pada lansia sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kualitas hidup lansia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada peserta dan semua pihak atas partisipasinya dalam acara kami.
Panitia
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,aktivitas yang menurun, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling sering dijumpai (WHO, 2000).
Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).
Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi Indonesia pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali. Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien tanpa pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Hipertensi menjadi urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009. Kasus hipertensi pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063 kasus (12,85%). Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi sebanyak 164 kasus (6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain. Meskipun prevalensinya rendah hal ini bisa saja menjadi masalah kesehatan yang serius karena akan mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak terkendali dan tidak diupayakan pencegahan dini faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.
Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas secara teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus tertinggi hipertensi terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus (19,56%). Tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10,49%
Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat kontrol tekanan darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008). Kalau saja hipertensi tidak mengundang segudang risiko komplikasi, barangkali permasalahannya menjadi lebih sederhana. Masalahnya, tekanan darah di atas normal yang tidak ditangani dengan baik akan merembet kepada komplikasi yang lebih berat. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai macam penyakit, diantaranya ialah penyakit gagal ginjal (Bakri, 2008).
Penyuluhan hipertesi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan kontrol karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini yang perlu digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang ketidak teraturan penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik.
PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
V. Faktor-faktor Risiko Hipertensi
V.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60%.1
V.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
1). Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan peningkatan tekanan darah.9 Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah.21
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya hipertensi.14
2). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.8,24
3). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.20
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.21,25
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.20
Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL) dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dan penyakit jantung koroner.25
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar.21
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air.17 Kincaid-Smith mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom resistensi insulin berperan utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien hipertensi atau disebut juga nephrosclerosis hypertension.27
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis penyakit jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28
6). Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25
VI. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain.6
1). Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah tersebut akan berkurang. Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.20
2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang yang akhirnya dapat menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30
VII. Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target tekanan darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi dengan diabetes atau gagal ginjal.6
VII.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis dalam penanganan hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara non farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara lain :
1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI ≥ 27)
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB sekitar 10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg berat badan.4,20
2). Olahraga dan aktifitas fisik
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha minimal, sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal tersebut berperan pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah.20
3). Mengurangi asupan garam
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain konsumsi garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh garam per hari. Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan mentega bebas garam dan menghindari makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet merekomendasikan orang dengan hipertensi harus membatasi asupan garam kurang dari 1.500 miligram sodium sehari.31,32
4). Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol dianjurkan dalam penanganan hipertensi.
5). Diet tinggi serat
Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan kacang hijau, serta sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
6). Tidak merokok
Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.20
9). Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh. Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dalam tubuh.
VII.2 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur, kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan lebih baik dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan berbeda yang terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika (terutama jenis Thiazide atau Aldosteron Antagonist), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika biasanya menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis.4,6
BAB III
METODE
Sasaran
Sasaran pada penyuluhan dan penjaringan ini adalah lansia di Kelurahan Temenggungan
Pelaksanaan
Tanggal : 14 November 2014
Waktu : 08.00 WIB – 13.30 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Temenggungan
Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta posyandu
Metode : Ceramah dan pemeriksaan
Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Selasa, 11 November 2014
09.00-09.10 Pembukaan
09.10-11.00 Pemeriksaan status gizi, tanda vital, gula darah, dan mocaina
11.00-11.20 Materi I
Hidup Sehat dan Bahagia di Usia Senja
dr. Jane Chrestella Sudijono
11.20-11.40 Materi II
Hubungan Diabetes Melitus dan Fungsi Kognitif
dr. Oktavia Christiani Surbakti
11.40-12.00 Materi III
Hipertensi dan Penanganannya
dr. Fifiana Dewi Permatasari
12.00-12.10 Pembagian snack dan istirahat
12.10-12.30 Materi IV
Gangguan Kognitif pada Lansia
dr. Kusni Kurnia Putri
12.30-12.50 Materi V
Status Gizi yang Ideal bagi Lansia
dr. Nugroho Jati
12.50-13.00 Penutup
Hasil dokumentasi dan pelaksanaan
Gambar1. Pemberian penyuluhan mengenai hipertensi
Gambar 2. Pengukuran dan pencatatan tekanan darah
BAB IV
HASIL
Profil Komunitas Umum
Berdasarkan laporan program pembinaan usia lanjut Puskesmas Ambarawa, jumlah sasaran usia lanjut (usila) di kecamatan Ambarawa wilayah kerja Puskesmas Ambarawa yaitu lansia 3.160 jiwa dan lansia resiko tinggi 3255 jiwa, lansia terdiri dari 1.458 laki-laki dan 1.702 perempuan, lansia resiko tinggi terdiri dari 1.319 laki-laki dan 1.936 Perempuan.
Data Geografis
Puskesmas Ambarawa terletak di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 28.22 km2. Terdiri dari 8 kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Kranggan, Kelurahan Lodoyong, Kelurahan Kupang, Kelurahan Panjang, Kelurahan Ngampin, Kelurahan Pojok sari, Kelurahan Tambak boyo, Kelurahan Baran, Desa Bejalen dan Desa Pasekan.
Tabel. Data Umum Geografis Puskesmas Ambarawa
NO
DESA
RW
RT
1
KRANGGAN
8
22
2
LODOYONG
6
36
3
KUPANG
13
64
4
PANJANG
10
52
5
NGAMPIN
6
29
6
POJOK SARI
5
21
7
BEJALEN
2
10
8
TAMBAKBOYO
8
30
9
BARAN
8
31
10
PASEKAN
9
30
JUMLAH
75
325
Tabel. Data Umum Luas Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa
KODE DESA
NAMA DESA / KELURAHAN
LUAS WILAYAH
( km2 )
01
KRANGGAN
0.23
02
LODOYONG
1.13
03
KUPANG
1.89
04
PANJANG
2.09
05
NGAMPIN
3.04
06
POJOK SARI
3.02
07
BEJALEN
4.71
08
TAMBAK BOYO
1.89
09
BARAN
2.63
10
PASEKAN
7.59
JUMLAH
28.22
Puskesmas Ambarawa terletak di kecamatan Ambarawa, tepatnya di Desa Kupang, dengan batas sebagai berikut :
Sebelah utara : Kec. Bandungan, Kabupaten Semarang
Sebelah selatan : Kec. Banyubiru, Kabupaten Semarang
Sebelah timur : Kec. Bawen, Kabupaten Semarang
Sebelah barat : Kec. Jambu, Kabupaten Semarang
Visi
Gambaran masyarakat Wilayah Kerja UTPD Puskesmas Ambarawa masa depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui pembangunan kesehatan UPTD Puskesmas Ambarawa adalah : “MENYEHATKAN MASYARAKAT”.
Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan perlu dilaksanakan oleh penanggung jawab dan pelaksana program secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.
Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT : 4
PHL : 1
Wiyata Bakti : 3
Data Demografik
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata jiwa per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46. Jumlah penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong 6.573 jiwa, kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa, kelurahan Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa Bejalen 1.449 jiwa, kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran 5.917 jiwa dan desa Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling banyak penduduknya adalah di kelurahan Kupang, kemudian kelurahan Panjang dan yang ketiga adalah kelurahan Lodoyong.
Sumber Daya Kesehatan
Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah kerja puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah Karyawan
PNS : 26
PTT : 4
PHL : 1
Wiyata Bakti : 3
Sarana Pelayanan Kesehatan
Di kecamatan Ambarawa tersebar beberapa sarana pelayanan kesehatan meliputi 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 1 puskesmas non perawatan, 1 puskesmas keliling, 2 puskesmas pembantu, 2 rumah bersalin, 9 klinik/balai pengobatan, 27 pratik dokter perorangan, 14 praktik pengobatan tradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 toko obat dan 3 industri kecil obat tradisional.
Bb/tb;100
Data Kesehatan Masyarakat (primer)
No
Nama
Umur
BB
TB
IMT
Tekanan
Darah
1
Ny. Trimah
65
120/80
2
NySupiyah
74
100/60
3
Ny. Kjayatun
70
130/70
4
Ny.Sri Dayati
43
120/70
5
Ny. Sri Utami
41
140/80
6
Ny. Ari
53
140/70
7
Ny. Titik
60
160/100
8
Ny. Whani
53
110/70
9
Ny. Ninik
52
130/80
10
Ny. Sujiarsih
54
150/100
11
Tn. Tarmuji
84
130/80
12
Ny. Idhijah
54
100/60
13
Ny. Leginem
61
120/80
14
Ny. Roliyah
77
140/80
15
Ny, Mahirun
61
100/60
16
Ny. Muryoto
67
150/100
17
Ny. Parwati
65
180/120
18
Ny.Siti Amaroh
49
110/70
19
Ny. Saltiwi
74
130/70
20
Ny. Mujanah
80
130/80
21
Ny. Lilik Kustami
79
160/80
22
Ny. Saodah
83
100/60
23
Ny. Hj. Tarwiyah
67
110/70
24
Ny. Kartimin
48
170/90
25
Ny. Sri Sumari
70
100/60
26
Ny. Tari
43
100/60
27
Ny. Veronica. S
54
110/88
28
Ny. Tumini
66
120/90
29
Ny. Sumini Rebo
72
130/80
30
Ny. Sumini Tasmin
67
140/100
31
Ny. Partini
66
130/80
32
Ny. Sri Murtiati
71
150/100
33
Ny. Muryati
67
100/60
34
Tn. Rajimin
77
120/70
35
Tn. Ngadimun
69
130/80
36
Tn. Masiman
75
110/60
37
Tn. Wibowo
71
110/60
38
Ny. Sami
64
130/80
39
Ny. Pujiati
57
160/100
40
Ny. Susanti
62
120/70
41
Ny. Kusmi
63
170/100
42
Ny. Sri Yamtini
61
200/110
43
Ny. Riwayati
69
130/70
44
Ny. Rodiah
59
100/60
45
Ny. Rohmiyati
80
120/80
46
Ny. Sulastri
75
110/60
47
Tn. Mulyanto
52
90/60
48
Ny. Nurkesih
46
130/80
49
Ny. Emi
84
150/90
50
Tn. Mahirun
67
140/90
51
Ny. Caecila
64
140/60
Tabel. Penjaringan umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, tekanan darah dan status gula darah sewaktu di posyandu lansia Temenggungan tanggal 14 November 2014
Dari tabel diatas didapatkan gambaran secara deskriptif jumlah lansia yang mengikuti kegiatan posyandu lansia Temenggungan adalah 51 jiwa, dengan total seluruhnya adalah 7 laki-laki dan 44 perempuan. Dapat juga dilihat bahwa status gizi hipertensi didapatkan pada 35,29% (18 orang) dari peserta. Dari data yang didapatkan presentase hipertensi cukup tinggi.
BAB V
PEMBAHASAN
Monitoring
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring. Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa mengkontrol dari kartu monitoring ini.
Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan, lemak tubuh dan lemak perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body mass index (BMI) atau IMT.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi, terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada narasumber. Setelah diadakan penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
Evaluasi
Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan menanyakan pertanyaan dibahah ini:
Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah?
Jawab :
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun tidak. Pada pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin memeriksakan tekanan darah. Hipertensi dapat bermanifestasi serius pada jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh lainnya, bahkan dapat menyebabkan kematian.
BAB V
DISKUSI
Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular yang merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan psikososial. Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang paling banyak pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%, katarak 41,9%, stroke 31,9%, jantung 19,2%, gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus 3,4%.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh petugas kesehatan.
Pemberian Penyuluhan
Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah pengetahuan bagi masyarakat. Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu, dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular sedangkan bagi yang sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya progresivitas penyakit dan terjadinya komplikasi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.
Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan terdekat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko hipertensi. Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih kurang.
Penerapan pola hidup sehat pada lansia dapat mencegah dan mengatasi penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskemas Ambarawa.
Saran
Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat mendeteksi secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.
Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.
Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari Mediatama; 2005. p: 26, 158.
2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7]. Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html
6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p: 599-601.
7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan Kanisus; 2001.
8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-50, 90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/
9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease : Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from: http://www.searo.who.int/
10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K. Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/
12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta: EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from: http://books.google.com/books/
13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from: http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.
14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/
15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from: http://repository.usu.ac.id/
16. Chris O’Callaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. p: 78-80.
17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.
18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.
20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan [cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/risk-factors/
22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi [internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/
24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2003. p: 88-96.
25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011 Nov 26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from: http://repository.usu.ac.id/
27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011 Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.
28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008 [cited 2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/
30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010 [cited 2011 Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/
32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012 [cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/
33