BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dan ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi insulin dan atau gangguan kerja insulin (Greenspan et.al dikutip dari Rizal, 2008). Menurut kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang didiagnosa menderita Diabetes Mellitus jika mempunyai kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis Diabetes Mellitus yang sangat khas adalah meningkatnya frekuensi berkemih (poliuria), rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin besar (polifagia), keluhan lelah dan mengantuk, serta penurunan berat badan ( Price, 2005).
Dalam suatu analisis yang dilakukan olah Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyebutkan bahwa penderita Diabetes Mellitus yang berjumlah 194 juta jiwa atau 5 ,1% dari 3,8 miliar penduduk dunia yang berusia 20 hingga 79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa. Menurut estimasi data WHO maupun IDF (International Diabetes Federation), memaparkan data angka kasus diabetes di Indonesia berdasarkan hasil survey tahun 2008 menempati urutan ke empat tertinggi di dunia setelah Cina, India dan Amerika, yaitu 8,4 juta jiwa dan diperkirakan jumlahnya melebihi 21 juta jiwa pada tahun 2025 mendatang. Dalam profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, Diabetes Mellitus berada pada urutan ke enam dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Berdasarkan informasi American Diabetes Association (ADA) 2005, ada peningkatan drastis komplikasi penyakit diabetes sejak 2001 hingga 2004. Pada 2001, penderita diabetes mellitus beresiko mengalami penyakit kardiovaskuler hingga 32%. Sedangkan pada tahun 2004 angkanya meningkat 11%, yaitu mencapai 43%. Begitu juga dengan resiko yang mengalami hipertensi. Tahun 2001, 38% penderita diabetes mellitus mengalami hipertensi. Tahun 2004 angkanya mencapai 69% atau meningkat 31% (Wulandari, 2009). Dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi tidak secara langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 x Iebih besar untuk timbul gangren, 17 x Iebih besar untuk menderita kelainan ginjal dan 25 x Iebih besar untuk terjadinya kebutaan (Permana, 2009).
Menurut Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Sidartawan Soegondo, resiko kematian penderita diabetes 4 - 5 kali lebih besar dibandingkan nondiabetik dengan penyebab kematian 50% akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 30% akibat gagal ginjal. Mereka yang mengidap Diabetes Mellitus banyak yang menderita penyakit jantung koroner dengan prognosis lebih buruk bila mendapat serangan Infark Miokard Akut atau IMA (Sahab, 2006).
Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dan didukung oleh teori, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mendorong seseorang untuk berupaya dalam melakukan pencegahan tehadap penyakit DM dan menghindari komplikasinya. Oleh karena itu, penulis menjadi tertarik untuk melakukan konseling mengenai pola makan pada penderita diabetes melitus berhubungan dengan upaya pencegahan komplikasi DM oleh penderita DM di Puskesmas Teladan Medan.
Perumusan Masalah
Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam mini project ini adalah meningkatkatnya persentase komplikasi pada pasien DM.
Analisis sebab akibat masalah
Penyakit DM merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penatalaksanaan yang tepat. Penatalaksanaan DM diantaranya adalah pola makan yang tepat untuk penderita DM, aktivitas fisik berupa olah raga, dan pengobatan yang rutin. Apabila hal tersebut sudah diikuti oleh penderita DM maka pencegahan terhadap komplikasi akan tercapai. Oleh karena itu, penulis membuat mini perojek berupa konseling pengaturan pola makan pada pasien DM untuk mencegah terjadinya komplikasi DM pada pasien DM di Puskesmas Teladan Medan.
Tujuan
Tujuan Umum
Melaksanakan kegiatan internship berupa mini project sebagai usaha kesehatan masyarakat (UKM) di Puskesmas Teladan.
Tujuan Khusus
Meningkatkan pemahaman penderita DM terhadap pentingnya pengontrolan kadar gula darah melalui pengaturan pola makan DM yang sesuai
Mengetahui tingkat pemahaman penderita DM tentang penyakitnya
1.4. Manfaat
1.4.1. Penderita DM
Penderita DM mengerti dan memahami pola makan yang sesuai untuk penderita DM
1.4.2. Peserta Intership
Melatih kemampuan peserta untuk manajemen suatu kegiatan dan mengulang kembali ilmu-ilmu medis yang telah dipelajari.
1.4.3. Puskesmas Teladan
Sebagai masukan bagi puskesmas untuk melakukan konseling terhadap pasien DM sehingga mereka bisa mengontrol kadar gula darahnya dan terhindar dari kompilkasi DM
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (Waspaji,1999).
2.2. Etiologi Diabetes Mellitus
Etiologi terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini masih belum jelas, akan tetapi diperkirakan menjurus ke suatu sebab yang multifaktorial. Artinya ada penyakit diabetes mellitus dapat terjadi karena kekurangan insulin yang disebabkan oleh banyak keadaan-keadaan, antara lain : jumlah insulin yang dihasilkan pankreas menurun, jumlah insulin yang dihasilkan cukup tetapi kebutuhan insulin meningkat atau resistensi insulin (insulin tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya), akibatnya kadar glukosa didalam darah menjadi tinggi sehingga timbullah diabetes mellitus (Waspaji,1999).
Penyakit diabetes mellitus biasanya muncul pada usia pertengahan dan usia lanjut (berkisar 40-60 tahun), disini faktor hereditas (keturunan) memegang peranan penting. Pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes mellitus dalam usia yang agak lanjut, kelebihan berat badan dapat merupakan faktor resiko yang menambah peluang untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus, (Sidartawan, 1998).
2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Di Indonesia ada dua jenis utama diabetes mellitus yang paling sering ditemui, yaitu: diabetes mellitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes mellitus tidak tergantung insulin (tipe II), (Waspaji, 1999).
2.3.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/Tipe I)
Kebanyakan penderita diabetes mellitus tipe I mendapatkan penyakit ini pada usia muda. Biasanya penderita diabetes mellitus yang termasuk dalam kelompok ini: muda, kurus dan mendapatkan penyakitnya secara tiba-tiba. Produksi insulin oleh pankreas sangat sedikit dan tidak mencukupi sehingga tergantung pada pemberian insulin dari luar. Penyakit ini tidak dapat dikendalikan tanpa menggunakan insulin sehingga setiap penderita harus disuntik insulin (Indrawati, 2010).
Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh penghancuran total sel-sel penghasil pada pankreas. Kerusakan pada sel-sel penghasil insulin disebabkan oleh peradangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, mungkin berupa virus yang menyerang seseorang yang mudah terkena karena mempunyai pola gen tertentu disebut dengan gen human leucocyte antygent (HLA). Kebanyakan orang dengan pola gen HLA ini hanya membuat mereka lebih mudah terkena dibanding orang lain. Fungsi utama insulin itu sendiri dalam menurunkan kadar glukosa secara alami yaitu dengan cara:
Meningkatkan jumlah gula yang disimpan didalam hati
Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula
Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
Jika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon insulin sebagai “stabilizer” alami terhadap kadar glukosa dalam darah. Jika terjadi gangguan sekresi (produksi) hormon insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya diabetes mellitus sangat besar sekali.
2.3.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/Tipe II)
Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin paling banyak menyerang orang dewasa, walaupun diabetes mellitus tipe II juga dapat timbul pada usia berapa saja. Pada diabetes mellitus tipe II sel-sel penghasil insulin tidak rusak, tetapi tidak menghasilkan cukup insulin sehingga hati, otot serta lemak tidak bereaksi secara normal terhadap insulin yang dihasilkan (Indrawati, 2010).
Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok ini biasanya memiliki berat badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga lain yang juga menderita penyakit diabetes mellitus. Pada pasien diabetes mellitus tipe II yang tidak gemuk, kadar glukosa di dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreasnya terlalu sedikit membentuk insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darah tetap dalam batas-batas normal.
Pasien diabetes mellitus tipe II yang gemuk masih menghasilkan relatif cukup banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan kadar glukosa darahnya dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus bekerja keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada darah orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat akan menyebabkan insulin tidak sanggup lagi untuk memasukkan glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh, sehingga terjadilah resistensi insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes mellitus.
2.4. Gejala-gejala dan Diagnosa Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus seringkali disebut sebagai The Great Imitato, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul dan menimbulkan berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan, sampai kemudian ketika orang tersebut berobat ke dokter dan diperiksa kadar gula darahnya, diketahui menderita diabetes mellitus. Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas dan baru diketahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan penyaring untuk penyakit lain. Dapat pula gejala diabetes mellitus timbul mendadak tanpa melalui gejala-gejala umum seperti poliuria, polidipsia dan polifagia (PERKENI,2007).
Menurut Pusat Diabetes dan Nutrisi Sutomo (1994), gejala klinis khas seperti poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), rasa lemas dan turunnya berat badan merupakan petunjuk yang penting dalam mendiagnosa diabetes mellitus.
Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian mendiagnosa sebagai diabetes mellitus ialah keluhan-keluhan berikut:
Keluhan kulit: gatal-gatal, bisul
Kelainan ginekologis : keputihan
Kesemutan: rasa gatal
Kelemahan tubuh
Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
Infeksi saluran kemih
Untuk menetapkan diagnosis diabetes mellitus pada pasien dengan keluhan khas (poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan) cukup dilakukan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah kapiler pada waktu puasa > 120 mg/dl atau 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl setelah diberi beban glukosa oral 75 gram, maka pasien tersebut dinyatakan menderita diabetes mellitus. Mereka yang tidak mempunyai keluhan khas, tetapi menunjukkan hasil pemeriksaan kadar gula darah > 200 mg/dl masih memerlukan pemeriksaan paling sedikit sekali (Waspaji, 1999).
2.5. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
2.5.1. Faktor Genetik
Menurut Wiyoto, dkk tahun 1978, faktor genetik dianggap memegang peranan penting dalam terjadinya penyakit diabetes mellitus. Walaupun demikian bagaimana peranan faktor genetik ini dan bagaimana faktor genetik ini diturunkan sampai sekarang belum diketahui dengan jelas.
Peranan faktor genetik ini juga jelas pada kembar yang menderita diabetes mellitus. Pada kembar yang monozygote insidensi agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar anatara 45-90 %, sedangkan pada kembar yang dizygote insidensi agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar antara 3-37 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (1975) pada kembar monozygote menunjukkan bahwa:
Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang dimulai sesudah umur 45 tahun selalu concordant (keduanya menderita diabetes mellitus).
Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang mulai pada usia muda, 50 % concordant (keduanya menderita diabetes mellitus) dan 50 % discordant (salah seorang menderita diabetes mellitus).
Dari penelitian diatas jelaslah bahwa peranan faktor genetik pada diabetes mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah untuk menderita diabetes mellitus.
3.5.2. Kurangnya Aktivitas Fisik
Menurut Leslie (1991), aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus semakin kecil.
Apabila kita berolahraga atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat kita memerlukan lebih banyak energi. Ini berarti bahwa kita perlu lebih banyak glukosa yang kemudian diubah menjadi energi.
Dengan demikian untuk menghindari timbulnya diabetes mellitus karena kadar glukosa darah meningkat akibat mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat diimbangi dengan aktivitas fisik (pekerjaan) yang seimbang. Sehingga kadar glukosa darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu.
2.5.3. Kehamilan
Kadang-kadang diabetes ditemukan pertama kali selama kehamilan, dan kondisi ini dialami hanya sementara (sewaktu hamil) saja, dan kembali normal sesudah hamil. Keadaan seperti ini disebut dengan istilah Diabetes Mellitus Gestasional.
Diabetes Mellitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohidrat baik yang ringan maupun yang berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat kehamilan berlangsung (Sidartawan, 1998).
Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang hamil secara lahiriah akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan memberikan makanan yang cukup kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk. Pada saat tubuh tidak dapat lagi mengolah gula yang beredar didalam darah, maka timbullah diabetes mellitus (Belchetz, 2003).
2.5.4. Usia Lanjut
Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas dan kerja dari insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat. Gangguan fungsi pankreas menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja insulin yang berkurang akan menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga
kadar glukosa dalam darah meningkat akibat terjadinya diabetes mellitus (Waspaji,1999).
2.5.5. Sosial Ekonomi
Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di Indonesia dianggap ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan bertambahnya kemakmuran yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia (Syaifoellah, 1996).
Beberapa penelitian menunjukkan dengan jelas suatu perubahan pada prevalensi diabetes mellitus diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pada umumnya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi pada kelompok-kelompok sosial ekonomi yang lebih tinggi pada negara-negara yang sedang berkembang dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih rendah. Perubahan dalam gaya hidup, makanan, olahraga dan perpindahan ke kota dianggap mempunyai kontribusi terhadap prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi disuatu daerah.
2.6. Diet Diabetes Mellitus
2.6.1. Pengertian Diet Diabetes Mellitus
Pada dasarnya penyusunan program diit diabetes mellitus adalah :
Penghitungan jumlah kalori perhari sesuai kebutuhan setiap penderita
Mengarah ke berat badan normal
Menunjang pertumbuhan
Mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
Mencegah atau memperlambat berkembangnya komplikasi vaskuler
Sesuai dengan kemampuan daya beli setiap penderita
Komposisi sesuai dengan pola makan penderita sehari-hari.
Standar komposisi makanan yang dianjurkan adalah karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%, jumlah kandungan kolesterol kurang dari 300 mg/hari, berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh, kandungan serat sekitar 25 gram/hari, kasuskasus diabetes dengan hipertensi sebaiknya membatasi konsumsi garam. Menurut Arisman (2004), penentuan jumlah kalori yang dibutuhkan dihitung berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yang ditentukan dengan rumus IMT = berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m)2. Klasifikasi IMT sebagai berikut
17,0-18,4 = kurus
18,5-25,0 = normal
25,1-27,0 = gemuk
Penentuan gizi penderita dilaksanakan dengan menghitung Percentage Of Relative Body Weigh (BBR) atau berat badan relatif dengan rumus :
BB
BBR = X 100%
TB −100
Dalam praktek, sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan dalam sehari pada penderita DM yang bekerja biasa menurut Darmono, (2007) adalah :
Kurus : BB X 40 – 50 kalori sehari.
Normal : BB X 30 kalori sehari.
Gemuk : berat badan (kg) dikalikan 20 kalori
2.6.2. Tujuan Diet Diabetes Mellitus
Menurut Smelzer dan Bare (2001), diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut ini :
Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin, mineral)
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
Memenuhi kebutuhan energi
Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang paling menimbulkan tantangan dalam penatalaksanaan diabetes. Bagi pasien obesitas, tindakan membatasi kalori yang moderat mungkin lebih realistis. Bagi pasien yang berat badannya sudah turun, upaya mempertahankan berat badan sering lebih sulit dikerjakan. Untuk membantu pasien ini dalam mengikutsertakan kebiasaan diet yang baru dalam terapi perilaku, dukungan kelompok dan penyuluhan gizi yang berkelanjutan sangat dianjurkan.
Bagi semua penderita diabetes, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya. Bagi pasien yang mendapatkan terapi intensif, penentuan jam makan dan banyaknya makanan mungkin lebih fleksibel dengan cara mengatur perubahan kebiasaan makan serta latihan.
2.6.3. Syarat-syarat Diet Diabetes Mellitus
Menurut Almatsier (2009), syarat-syarat diet diabetes mellitus adalah :
Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan.
Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total. Protein dapat diperoleh dari berbagai macam sereal (roti, sereal, nasi, pasta, tepung terigu) atau yang berasal dari hewani (daging, ikan, telur, dan hasil peternakan). Protein hewani relatif cenderung kaya akan lemak dan kalori serta tidak mengandung karbohidrat, sehingga hal ini perlu diperhitungkan saat merencanakan makan.
Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 300 mg hari. Lemak jenuh (hewani) antara lain terdapat dalam daging berlemak, susu full cream, mentega, dan lemak babi. Jenis makanan tersebut dapat menyebabkan masalah dalam sirkulasi darah. Sangat penting mengkonsumsi jenis makanan tersebut bagi setiap orang.Lemak tak jenuh agak lebih baik dibandingkan lemak jenuh, yang terdapat dalam dua bentuk, yakni Lemak tak jenuh ganda, ditemukan dalam beberapa produk, seperti minyak bunga matahari, minyak sayuran murni, minyak jagung, dan margarin bunga matahari, dan lemak tak jenuh tunggal, antara lain ditemukan dalam minyak zaitun dan minyak lokal. Jenis lemak ini dapat dipakai sebagai pengganti lemak jenuh maupun lemak tak jenuh.
Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%. Contohnya adalah roti, kentang, pasta, nasi, sereal, dan buah. Kandungan gula makanan tersebut sangat rendah dan merupakan sumber energi yang baik. Karena itu pilihlah makanan tersebut sebagai menu harian.
Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total. Contohnya adalah gula, permen dan coklat, bolu manis, biskuit manis dan puding, minuman soda. Makanan tersebut harus dihindari karena kadar gula akan masuk ke dalam aliran darah dengan cepat, sehingga dapat menyebabkan kenaikan gula darah secara tiba-tiba. Untuk itu, dapat menggunakan pemanis buatan, seperti sakarin, aspartame, dan acelsufame, ke dalam makanan dan minuman sebagai pengganti gula. Boleh saja memakai sedikit gula dalam adonan bolu, tetapi jangan dalam makan utama.
Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain sukrosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang bergizii dan yang tidak bergizi. Gula alternatiff adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manitol dan silitol, sedangkan gula alternatif tak bergizi berupa aspartam dan sakarin. Penggunaann gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL.
Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbangg rata-rata memenuhi kebutuhan serat sehari.
Maksud penambahan isi serat dalam makanan tidak berarti makan nasi dan yang lainnya, melainkan harus mengkonsumsi 30 gram serat setiap harinya. Sangat penting untuk membuat usus bekerja baik. Beberapa jenis serat yang dapat larut dapat membantu mengontrol kadar darah agar normal dan menjaga tingkat kolesterol darah agar turun. Makanan, seperti buncis matang, bubur kacang hijau, bubur gandum, sereal gandum lainnya, maupun kue gandum semuanya kaya akan serat dapat larut. Sedangkan sereal berkadar serat tinggi, roti, sayuran dan buah-buahan tanpa kulit, pasta, tepung terigu, dan beras merupakan makanan dengan serat yang tak dapat larut.
Asupan Garam. Pasien diabetes mellitus dengan tekanan normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium daam bentuk garam dapur seperti sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi. Terlalu banyak garam tidak bagi bagi siapa pun dan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Cobalah untuk memakai hanya sedikit garam saat memasak dan jangan tambahkan sedikit pun saat makan. Berbagai bumbu, rempah-rempah, dan lada dapat digunakan secukupnya untuk menambah rasa dalam makanan.
Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan. Bila makan-makanan yang seimbang, maka tidak memerlukan tambahan vitamin atau mineral. Sebagian ahli berpendapat bahwa kekurangan elemen, seperti khromium dan selenium berperan dalam serangan komplikasi diabetes. Namun, tidak ada cara untuk mengukur jumlah dalam makanan maupun kadar yang diperlukan tubuh. Tampaknya sangat baik bila makan makanan yang bervariasi untuk menjamin kecukupan vitamin dan mineral serta gizi lainnya.
2.6.4. Pengaturan Diet Diabetes Mellitus
Pengaturan diet diabetes mellitus, perlu mengetahui kebutuhan kalori sehari. Selain membantu dalam kebutuhan kalori, ahli gizi / diet juga menyarankan variasi makanan sesuai dengan daftar bahan makanan penukar. Porsi makanan hendaknya tersebar sepanjang hari, yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam serta kudapan di antara waktu makan. Menurut Almatsier (2009), jumlah dan jenis makanan yang dianjurkan makan 3 kali sehari yang terdiri dari komposisi yang berimbang.
Table 2.1. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi,
Karbohidrat, Protein dan Lemak
Jenis Diet
Energi (kal)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak (g)
I
1100
172
43
30
II
1300
192
45
35
III
1500
235
51,5
36,5
IV
1700
275
55,5
36,5
V
1900
299
60
48
VI
2100
319
62
53
VII
2300
369
73
59
VIII
2500
396
80
62
Sumber: Almatsier, 2006 Keterangan:
Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.
Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja (juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
2.6.5. Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:
Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah:
1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi dan sagu.
2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.
3). Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita diabetes mellitus adalah:
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food), goreng-gorengan.
3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2006).
2.6.6. Interval Makan Penderita Diabetes Mellitus
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil, perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing (10-15 %).
BAB 3
METODE
3.1. Persiapan
Surat Permohonan
Surat permohonan dilakukannya Konseling Pola Makan Pada Pasien DM oleh Puskesmas Teladan ditujukan kepada pasien DM puskesmas Teladan Medan.
Alat dan Bahan
Leaflet
Food model
LCD
Komputer (Laptop)
Pointer
Tempat
Ruangan/Aula konseling Puskesmas Teladan Medan
Tenaga
Tenaga pelatih/narasumber
Tenaga administrasi
Tenaga penyedia alat
3.2. Pengumpulan Peserta Konseling
Sebelum dilakukan konseling, puskesmas menyampaikan surat permohonan dilakukannya konseling. Narasumber menunggu pasien di ruangan konseling, pasien masuk satu per satu ke dalam ruangan konseling untuk diberikan konseling pola makan pada pasien DM, dan menunjukkan contoh porsi makanan yang boleh dikonsumsi pasien melalui food model.
Sasaran: pasien DM
BAB 4
LAPORAN KONSELING
3.1. Laporan Konseling Pengaturan diet pada penderita DM tipe 2
Table 1. Daftar peserta
No
Nama
Umur
(tahun)
KDGs (mg/dL)
BB (kg)
TB (cm)
Kebutuhan kalori/hari
Ny. Zainun
66
256
49
148
1470
Ny. Nur Hayati
58
309
58
153
1740
Ny. Tiamas
69
280
59
163
1770
Tn. Suhardi
60
369
74
164
1500
Ny. Ernawati
55
301
40
142
1600
Ny. Manita
62
340
43
147
1700
Tn. Hendra
56
295
44
166
2100
Tn. Ramdhan
66
276
67
157
1700
Tn. Jafur
76
315
59
155
1400
Tn. Oloan
56
390
68
162
1800
Tn. Sabaruddin
70
298
55
170
2100
Tn. Abd. Rahman
73
350
56
162
1600
Tn. Hercules
56
330
60
160
1800
Ny .Intan
53
358
62
155
1300
Contoh menu sehari diet DM
Table 2. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 2100 Kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat (g)
URT
Pagi
Nasi putih
Beras
100
½ gelas
Telur dadar
Telur
40
1butir
Sup sawi + wortel + tahu
Sawi
100
Wortel
25
Tahu
50
½ biji
Minyak
5
½ sdm
Pepaya
100
1 potong
Snack
susu
200
1 gelas
Siang
Nasi putih
200
1 gelas
Daging sambal
Daging
50
1 potong
Tahu
50
½ potong
Cah jagung muda +
Kembang kol
Jagung muda
100
Kembang kol
50
Minyak
100
1 sdm
Snack
Pisang
100
2 buah sedang
Malam
Nasi putih
Beras
150
¾ gelas
Semur ikan
Ikan
50
1 potong
Kecap
Tempe goring
tempe
50
Sayur bening jagung muda+sawi+tauge
Jaging muda
100
Sawi
Tauge
Minyak goreng
10
1 sdm
Apel
Apel
100
1 buah
Table 3. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat (g)
URT
Pagi
Nasi putih
100
½ gelas
Hati goreng
Hati sapi
25
1/2 potong sedang
Sup sawi + wortel + tahu
Sawi
50
Wortel
100
Tahu
50
½ biji
Minyak
5
½ sdm
Pepaya
Pepaya
100
1 potong sedang
Snack
Pastel
Pastel
45
1 biji
Siang
Nasi putih
200
1 gelas
Ayam bumbu tomat
Ayam
50
1 potong
Cah jagung muda +
Jagung muda
100
Kembang kol + jamur
Kembang kol
50
Jamur
25
Pisang
Pisang ambon
100
2 buah
Snack
Martabak telur
Martabak telur
50
Malam
Nasi putih
150
¾ gelas
Semur telur
Telur
40
1 butir
Kecap
25
Cah kangkung + jagung
Kangkung
50
Minyak goreng
7.5
¾ sdm
Apel
Apel
100
1 buah
Table 4. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1700 Kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat (g)
URT
Pagi
Nasi putih
100
½ gelas
Telur dadar
Telur
75
2 butir
Sayur bening labu+sawi
Labu
50
Sawi
Minyak
5
½ sdm
Snack
Susu +Pepaya
Susu
200
1 gelas
Papaya
100
1 potong
Siang
Nasi putih
150
¾ gelas
Asam padeh ikan
Ikan
50
1 potong
Tumis kangkung
Kangkung
100
Minyak
5
½ sdm
Snack
Pisang
Pisang ambon
100
2 buah
Malam
Nasi putih
150
¾ gelas
Sop ayam+wortel+tahu
Ayam
50
1 potong
Wortel
50
Tahu
50
½ biji
Sayur bening sawi+tauge
Sawi
Tauge
Apel
Apel
100
1 buah
Table 5. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1500 Kalori
Waktu
Nama Masakan
Nama Bahan
Berat (g)
URT
Pagi
Nasi putih
100
½ gelas
Ayam goring
Ayam
50
1 potong
Sayur bening sawi
Sawi
Minyak
5
½ sdm
Snack
Pepaya +susu
Pepaya
100
1 potong sedang
Susu
200
1 gelas
Siang
Nasi putih
150
¾ gelas
Tumis ikan+tempe
Ikan
50
1 potong
Tempe
50
1 potong
Cah jagung muda +
Minyak
5
½ sdm
Sayur bening lobak+tauge
Lobak
Tauge
Snack
Pisang
Pisang ambon
50
1 buah
Malam
Nasi putih
100
½ gelas
Semur telur
Telur
40
1 butir
Kecap
25
Sayur bening bayam
Bayam
50
Minyak
5
1 sdm
Apel
Apel
100
1 buah
Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang yang diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama. Menurut (Arisman, 2002) bahan makanan dikelompokkan menjadi 7 bagian yaitu:
Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 Satuan Penukar = 175 kalori , 4 gr protein, 40 gr karbohidrat
Tabel 6. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Nasi
½ gls
100
Nasi tim
1 gls
200
Bubur beras
2 gls
400
Nasi jagung
½ gls
100
Talas
1 bj bsr
200
Ubi
1 bj sdg
150
Roti putih
4
iris
80
Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
1 Satuan Penukar = 95 kalori, 10 gr protein, 6 gr lemak
Tabel 7. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Daging sapi
1 ptg sdg
50
Daging ayam
1 ptg sdg
50
Telur ayam
2 btr
60
Ikan segar
1 ptg sdg
50
Udang basah
0 gls
50
Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
1 Satuan Penukar = 80 kalori, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr karbohidrat
Tabel 8 . Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Kacang hijau
20 sdm
25
Kacang kedele
20 sdm
25
Kacang merah
20 sdm
25
Oncom
2 ptg sdg
50
Tahu
1 bj bsr
100
Tempe
2 ptg sdg
50
Golongan 4 : Sayuran
Sayuran A
Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas (oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan tomat.
Sayuran B
1 Satuan Penukar ± 1 gls
(100 gr) = 25 kalori , 1 gr protein, 5 gr karbohidrat
Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli, genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung, kacang panjang, pare, rebung, papaya muda.
3. Sayuran C
1 Satuan Penukar ± 1 gls
(100 gr) = 50 kalori, 3 gr protein, 10 gr karbohidrat
Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun melinjo, daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas, melinjo, nangka muda.
Golongan 5 : Buah-buahan
1 Satuan Penukar = 40 kalori, 10 gr karbohidrat
Tabel 9. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Alpukat
1 bh bsr
50
Apel
1 bh bsr
75
Belimbing
1 bh bsr
125
Duku
15 bh
75
Jambu air
2 bh sdg
100
Jambu biji
1 bh sdg
100
Jeruk manis
1 bh bsr
100
Mangga
1 bh sdg
50
Nanas
1/6 bh sdg
75
Papaya
1 ptg sdg
100
Pir
1 bh
100
Pisang ambon
1 bh sdg
75
Pisang raja
2 bh kcl
50
Semangka
1 ptg sdg
150
Golongan 6 : Susu
1 Satuan Penukar = 110 kalori, 7 gr protein, 9 gr karbohidrat, 7 gr lemak
Tabel 10. Makanan Penukar dari Sumber Susu
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Susu sapi
1 gls
200
Susu kambing
1 gls
150
Susu kental manis
1 gls
100
Tepung susu skim
4 sdm
20
Yoghurt
1 gls
200
Golongan 7 : Minyak
1 Satuan Penukar = 45 kalori, 5 gr lemak
Tabel 11. Makanan Penukar dari Sumber Minyak
Bahan Makanan
URT
Berat (gr)
Minyak goring
1 sdm
5
Minyak ikan
1 sdm
5
Margarin
1 sdm
5
Kelapa
1 ptg kcl
30
Kelapa parut
5 sdm
30
Lemak sapi
1 ptg kcl
5
Keterangan :
Bh = buah
Gr = gram
Bj = biji
Kcl = kecil
Btg = batang
Ptg = potong
Btr = butir
Sdg = sedang
Bsr = besar
Sdm = sendok makan
Gls = gelas (240 ml)
Sdt = sendok teh
BAB 5
DISKUSI
5.1. Evaluasi Proses Pelaksanaan
Proses pelaksanaan konseling pengaturan pola makan pada pasien DM yang dilaksanakan pada tanggal 05 dan 09 Mei 2014 berjalan dengan lancar dan sesuai dengan perencanaan. Konseling dilaksanakan di ruangan konseling Puskesmas Teladan Medan.
5.2. Evaluasi Prasarana
Prasarana yang ada telah memadai, yaitu tempat, alat peraga (food model), dan bahan. Alat peraga (food model) yang tersedia cukup lengkap sehingga memudahkan pasien untuk memahami porsi makanan yang dibutuhkannya.
5.3. Evaluasi Peserta Penyuluhan
Evaluasi konseling pengaturan pola makan pada pasien DM dilakukan dengan menanyakan terlebih dahulu bagaiman pola makan si pasien, kemudian penulis (konselor) menjelaskan tentang bagaimana seharusnya pengaturan pola makan yang tepat bagi penderita DM. Setiap pasien memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap apa yang penulis (konselor) jelaskan sehingga membutukahkan waktu yang lebih lama supaya pasien benar-benar paham pengaturan pola makan yang seharusnya mereka ikuti.
5.4. Evaluasi Secara Keseluruhan
Kegiatan Konseling Pengaturan Pola Makan telah selesai dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Dari hasil evaluasi, pemaham pasien cukup baik. Hal ini terlihat dari, pengulangan penjelasan yang telah penulis (konselor) berikan dapat pasien jelaskan ulang dengan benar.
Untuk mengetahui keberhasilan konseling diharapkan kepada pihak puskemas untuk melakukan kegiatan tindak lanjut. Tindak lanjut dari konseling ini bertujuan untuk memantau dan menilai kepatuhan pasien terhadap pola makan yang telah dijelaskan sebelumnya melalui hasil pemeriksaan KGD pasien. Kegiatan konseling ini juga sebaiknya tetap dilakukan kepada setian pasien DM yang berobat ke Puskesmas Teladan Medan untuk mengurangi kejadian komplikasi pada pasien DM. Dalam hal ini,diperlukan kerjasama pasien DM dengan pihak penyelenggara kegiatan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pengaturan diet (pola makan) yang tepat bagi penderita DM dapat mencegah terjadinya komplikasi DM. Berdasarkan konseling DM yang telah penulis lakukan pada tanggal 5-7 Mei 2014 terhadap 14 pasien DM yang ada di Puskesmas Teladan Medan didapati bahwa 14 pasien tersebut memiliki kadar gula darah (KGD) yang tidak terkontrol, terlihat dari KGD sewaktu yang berada >200 mg/dl, selain itu kurangnya pemahaman mereka terhadap pengaturan pola makan yang tepat untuk penderita DM. Dengan konseling diet DM yang diberikan penulis, penderita DM menjadi lebih paham dan mengerti diet yang tepat bagi penderita DM sehingga komplikasi DM bisa dicegah lebih dini.
6.2. Saran
Konseling pengaturan pola makan pada pasien DM hendaknya dilakukan secara terus menerus, selain untuk melatih keterampilan sebagai kader kesehatan di sekolah, dapat juga diberikan materi-materi lain demi peningkatan mutu sumber daya manusia dengan siswa-siswi sebagai pilar generasi penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2006). Dasar Ilmu Gizi, edisi ke-6. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman, (2007). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Ajar Ilmu Gizi, edisi ke-1. Jakarta: EGC
Belchetz, Paul et al. (2003). Mosby’s color atlas and text of Diabetes and Endocrinology. London : Elsevier Science Limited
Broadbent, Elizabeth. (2011). Illness and Treatment Perceptions Are Associated With Adherence to Medications, Diet, and Exercise in Diabetic Patients Alexandria. Diakses pada tanggal 4 juli 2011 dari
content/uploads/2009/09/kompilasi_kronik_dan_penyakit_penyerta_pada_diabetesi.pdf
Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2005.
Edial. 2009). Kelainan Jantung Akibat Diabetes Mellitus. Diakses pada tanggal 18 April 2014 dari http://www.jantunghipertensi.com/diabetes/111.html
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=19&did=2326788861&SrchMode=1&sid=10&F mt=3&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1310447300&clien tId=64099
Indraswari, Wiwi. (2010). Hubungan Indeks Glikemik Asupan Makanan Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Rawat Jalan Diabetes Mellitus Tipe-2 Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo. Skripsi Sarjana. Program Studi Ilmu Gizi , Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2006 .(2006). http://penyakitdalam.files.wordpress.com/2009/11/konsensus-pengelolaaln-dan-pencegahan-diabets-melitus-tipe-2-di-indonesia-2006.pdf
Mohjuarno.(2009). Makalah Kontenporer Konsentrasi Epidemiologi Pasca Sarjana: Penanggulangan Diabetes Melitus. Makassar :Universitas Hasanuddin..
PERKENI. (2006). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : PB. PERKENI
Perkeni.(2011). Empat Pilar Pengelolaan Diabetes.[online]. (diupdate 11 November 2011). http://www.smallcrab.com/ .[diakses 15 April November 2014].
Permana, Hikmat. (2009). Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi. Diakses pada tanggal 18 April 2014 dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
Price, S. A. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Edisi 6.Vol 2). Jakarta : EGC
Pusat Diabetes dan Lipid RSUPN Cipto Mangunkusumo/FKUI. (1999). Pedoman Diet Diabetes Mellitus Rumah Sakit. Balai Penerbit FKUI : Jakarta
Rakhmadany, dkk. (2010). Makalah Diabetes Melitus. Jakarta : Universitas Islam Negeri
Shahab, Alwi,(2006).Diagnosis Dan Penatalaksanaan Diabetes Melitus (Disarikan Dari Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Di Indonesia : Perkeni 2006).Subbagian Endokrinologi Metabolik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fk Unsri/ Rsmh Palembang, Palembang.
Melitus. Dalam : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu (hlm 15) . Jakarta : FKUI.
Waspadji, Sarwono, Sjaifoellah Noer. (1999). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta: Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
WHO. 2003. Facts Related to Chronic Disease : Non Comunicable Disease Prevention and Health Promotions. Dalam : http:// www. Who. Int. (diakses pada 22 Desember 2010).
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3
25