Academia.eduAcademia.edu

Mini Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Imunisasi dalam sistem kesehatan nasional adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas utama. Dengan melakukan imunisasi terhadap seorang anak atau balita, tidak hanya memberikan perlindungan pada anak tersebut tetapi juga berdampak kepada anak lainnya karena terjadi tingkat imunitas umum yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2008). Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat (Hidayat, 2008). Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tubercoluse. atau seandainya terkenapun, tidak memberikan akibat yang fatal bagi tubuh (Rukiyah & Yulianti, 2010). Pada tahun 1974 cakupan imunisasi baru mencapai 5% dan setelah dilaksanakannya imunisasi global yang disebeut dengan Extended Program on Immunization (EPI) cakupan terus meningkat (Ranuh dkk, 2008). Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, sebanyak 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan, satu dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus, dan dari setiap 200.00 anak, satu akan menderita penyakit polio (Proverawati & Andhini, 2010). Dari tahun 1977, World Health Organization (WHO) mulai menetapkan program imunisasi sebagai upaya global dengan Expanded Program on Immunization (EPI), yang diresolusikan oleh World Health Assembly (WHA). Ini menempatkan EPI sebagai komponen penting pelayanan kesehatan. Pada tahun 1981 mulai dilakukan imunisasi polio, tahun 1982 imunisasi campak, dan tahun 1997 imunisasi hepatitis mulai dilaksanakan. Pada akhir tahun 1988 diperkirakan bahwa cakupan imunisasi di Indonesia cukup tinggi dibandingkan beberapa Negara berkembang lainnya (Proverawati & Andhini, 2010). Di Indonesia, cakupan bayi di imunisasi pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran 4.851.942 jiwa bayi, cakupan imunisasi Hepatitis B (HB) usia O bulan atau kurang dari 7 hari (65,7%), imunisasi Bacillus Celmette Guerin (BCG) (90,3%), imunisasi Polio 1 (97,7%), imunisasi Difteri, Pertusis dan Tetanus /Hepatitis B (DPT/HB) 1 (96,1%), imunisasi Polio 2 (94,2%), imunisasi DPT/HB 2 (93,0%), imunisasi Polio 3 (92,8%), imunisasi DPT/HB 3 (91,8%), imunisasi Polio 4 (89,9%), dan imunisasi Campak (89,2%). Dari data tersebut cakupan yang paling rendah yaitu pada imunisasi campak (89%) (Buletin data surveilans PD3I & imunisasi, 2009). Cakupan imunisasi pada bayi di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 menunjukkan bahwa dari jumlah sasaran bayi sebanyak 323.846 jiwa, cakupan imunisasi (HB) usia 0 bulan atau kurang dari 7 hari (48,5%), imunisasi BCG (68,3%), imunisasi Polio 1 (91,2%), imunisai DPT/HB 1 (88,4% ), imunisasi Polio 2 (86,9%), imunisasi DPT/HB 2 (85,6%), imunisasi Polio 3 (85,0%), imunisasi DPT/HB 3 (82,9%), imunisasi Polio 4 (82,0%), dan imunisasi campak (81,6%). Terlihat bahwa cakupan imunisasi yang paling rendah yaitu imunisasi hepatitis B (HB) usia O bulan atau kurang dari 7 hari dan imunisasi BCG (68,3%), dimana target cakupan untuk setiap imunisasi adalah 100% (Buletin data surveilans PD3I & imunisasi Provinsi Sumut, 2009). Data di Desa Pegagan Julu VIII pada September 2012, berdasarkan hasil survey peneliti bahwa sasaran imunisasi di daerah tersebut sebanyak 22 jiwa bayi, cakupan imunisasi Bacillus celmette Guerin (BCG) sebanyak 18 jiwa bayi (82%), imunisasi DPT 1 sebanyak 21 jiwa bayi (95%), imunisasi DPT 2 sebanyak 21 jiwa bayi (95%), imunisasi DPT 3 sebanyak 21jiwa bayi (95%), imunisasi Polio 1 sebanyak 18 jiwa bayi (82%), imunisasi polio 2 sebanyak 21 jiwa bayi (95%), imunisasi Polio 3 sebanyak 21 jiwa bayi (95%), imunisasi Polio 4 sebanyak 20 jiwa bayi (91%),imunisasi hepatitis B sebanyak (68%) dan imunisasi campak sebanyak 22 jiwa bayi (100%). Dari data tersebut menunjukkan bahwa seluruh jenis imunisasi sudah mencapai target cakupan kecuali imunisasi hepatitis B dan cakupan yang paling rendah adalah pada imunisasi hepatitis B (68%). Dari data diatas cakupan imunisasi hepatitis B belum memenuhi UCI (Universal Coverage Imunization) yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Proverawati & Andhini, 2010). Walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi ,serta hambatan lainnya (Ranuh dkk, 2008). Data dan uraian diatas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan yang berdampak pada penurunan angka kesehatan bayi di Puskesmas Sayurmatinggi masih menunjukkan nilai yang masih rendah, salah satu penyebabnya adalah pengetahuan ibu tentang imunisasi yang masih kurang. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu mengenai imunisasi. 1.2 Tujuan Umum 1.2.1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak di desa Pegagan Julu VIII. 1.3 Tujuan Khusus 1.3.1 Mengidentifikasi pengetahuan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada anak di desa Pegagan Julu VIII. 1.3.2 Mengidentifikasi kelengkapan imunisasi dasar pada anak di desa Pegagan Julu VIII. 1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Puskesmas 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran ibu untuk membawa balita imunisasi di Kecamatan Sumbul 2. Membantu menentukan dan melakukan intervensi untuk meningkatkan angka imunisasi di Kecamatan Sumbul 3. Dapat meningkatkan angka cakupan imunisasi 4. Meningkatkan pengetahuan mengenai imunisasi untuk balita 5. Meningkatkan komunikasi antara Puskesmas dan masyarakat di Kecamatan Sumbul 1.4.2 Bagi Masyarakat 1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang imunisasi balita di Kecamatan Sumbul 2. Mengatasi masalah yang dihadapi ibu saat membawa balita imunisasi 3. Meningkatkan komunikasi antara Puskesmas dengan masyarakat di Kecamatan Sumbul 1.4.3 Bagi Pendidikan 1. Sebagai sarana pendidikan, melatih cara berpikir analitik sistemik dalam menyelesaikan suatu masalah yang ada di komunitas 2. Menambah pengalaman dalam bersosialisasi dalam masyarakat 3. Meningkatkan wawasan pengetahuan mengenai imunisasi balita BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Defenisi Imunisasi Imunisasi bersal dari kata imun. Kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit. Tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo, 2003). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008). Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh dkk, 2008). 2.1.2. Tujuan Imunisasi Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain : 1. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. 2. Melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. 3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. 4. Menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta bila mungkin didapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri. 5. Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, hepatitis B, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya. 6. Mencegah terjadinya penyakit tetentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Maryunani, 2010). 2.1.3. Manfaat imunisasi Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit cacat dan kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik dan kakak dan teman-teman disekitarnya. Dan manfaat untuk Negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Proverawati & Andhini, 2010). 2.1.4. Macam-macam Imunisasi Imunitas atau kekebalan, dibagi dalam dua hal, yaitu aktif dan pasif. Aktif adalah bila tubuh anak ikut menyelenggarakan terbentuknya imunitas, sedangkan pasif adalah apabila tubuh anak tidak bekerja membentuk kekebalan, tetapi hanya menerimanya saja. 1. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contonya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif ini dilakukan dengan vaksin yang mengandung : - Kuman-kuman mati (misalnya : vaksin cholera – typhoid / typhus abdomi nalis – paratyphus ABC, vaksin vertusis batuk rejan). - Kuman-kuman hidup diperlemah (misalnya : vaksin BCG terhadap tuberkulosis). - Virus-virus hidup diperlemah (misalnya : bibit cacar, vaksin poliomyelitis) - Toxoid (= toksin = racun dari pada kuman yang dinetralisasi: toxoid difteri, toxoid tetanus). Vaksin diberikan dengan cara disuntikkan atau per-oral melalui mulut. maka pada pemberin vaksin tersebut tubuh akan membuat zat-zat anti terhadap penyakit yang bersangkutan, oleh karena itu dinamakan imunisasi aktif, kadar zat-zat dapat diukur dengan pemeriksaan darah, dan oleh sebab itu menjadi imun (kebal) terhadap penyakit tersebut. Pemberian vaksin akan merangsang tubuh membentuk antibodi. Untuk itu dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, antara lain : Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa poli sakarida, toxoid, atau virus yang dilemahkan atau bakteriyang dimatikan. a. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. b. Preservatif, stabiliser, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen. c. Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk imunogenitas antigen. 2. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, 2008). 2.1.4. Jenis-jenis Imunisasi Dasar Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya. 1. Imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin) a. pengertian Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC), yaitu penyakit paru-paru yang sangat menular. b. Pemberian Imunisasi Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang (boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. c. Usia pemberian imunisasi Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan. Jika diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir bayi di imunisasi BCG. d. Cara pemberian imunisasi Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO) atau penyuntikan pada paha. e. Tanda keberhasilan Imunisasi Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) di daerah bekas suntikan setelah satu atau dua minggu kemudian,yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi ulkus (luka). Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas (demam). Luka ini akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut. Jikapun indurasi (benjolan) tidak timbul, hal ini tidak perlu dikhawatirkan. Karena kemungkinan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk kedalam kulit. Jadi, meskipun benjolan tidak timbul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunsasi tidak perlu diulang, karena di daerah endemi TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain akan mendapat vaksinasi alamiah. f. Efek samping Imunisasi Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Dan biasanya akan sembuh sendiri. g. Kontra Indikasi Imunisasi Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat / menahun. 2. Imunisasi DPT (diphtheria, pertusis, tetanus) a. Pengertian Imunuisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit berikut ini: - Penyakit difteri, yaitu radang tenggorokan yang sangat berbahaya karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja. - Penyakit pertusis, yaitu radang paru (pernapasan), yang disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Karena sakitnya bisa mencapai 100 hari atau 3 bulan lebih. Gejalanya sangat khas, yaitu batuk yang bertahap, panjang dan lama disertai bunyi “whoop”/ berbunyi dan diakhiri dengan muntah, mata dapat bengkak atau penderita dapat meninggal karena kesulitan bernapas. - Penyakit tetanus, yaitu penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan mulut terkunci / terkancing sehingga mulut tidak bisa membuka atau dibuka. b. Pemberian Imunisasi dan usia pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan), yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan. Namun, bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 18 bulan dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT. c. Cara Pemberian Imunisasi Cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muskuler (I.M atau i.m). d. Efek Samping Imunisasi Biasanya, hanya gejala-gejala ringan, seperti sedikit demam (sumeng) saja dan rewel selama 1-2 hari, kemerahan, pembengkakan, agak nyeri atau pegal-pegal pada tempat suntikan, yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurun panas bayi. Atau bisa juga dengan memberikan minum cairan lebih banyak dan tidak memakaikan pakaian terlalu banyak. e. Kontra Indikasi Imunisasi Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak-anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf, baik bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak-anak yang sedang demam / sakit keras dan yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi, seperti eksim atau asma. 3. Imunisasi Polio a. Pengertian - Imunisasi Polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki. - Imunisasi Polio adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. (Kandungan vaksin polio adalah virus yang dilemahkan). b. Pemberian Imunisasi Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio massal atau Pekan Imunisasi Nasional. Tetapi jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk, karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi. c. Usia Pemberian Imunisasi Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT. d. Cara Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi polio melalui oral / mulut (Oral Poliomyelitis vaccine/OPV). Di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/ IPV). e. Efek Samping Imunuisasi Hampir tidak ada efek samping. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Dan kasusnya biasanya jarang terjadi. f. Kontra – indikasi Imunisasi Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38C) ditangguhkan. Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio. Demikian juga anak dengan dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker atau keganasan, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio. g. Tingkat Kekebalan Bisa mencekal penyakit polio hingga 90 %. 4. Imunisasi Campak a. Pengertian Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles). Kandungan vaksin campak ini adalah virus yang dilemahkan. Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Penyakit campak mudah menular, dan anak yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Namun, untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi sekali terkena campak, setelah itu biasanya tidak akan terkena lagi. b. Pemberian Imunisasi Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. c. Usia Pemberian Imunisasi Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai usia 12 bulan anak belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan ini anak harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella). d. Cara Pemberian Imunisasi Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui subkutan (s.c) e. Efek Samping Imunisasi Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kemerahan / bercak merah pada pipi di bawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan. Kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan. f. Kontra Indikasi Imunisasi Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah anak : - Dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam. - Dengan penyakit gangguan kekebalan. - Dengan penyakit TBC tanpa pengobatan. - Dengan kekurangan gizi berat. - Dengan penyakit keganasan. - Dengan kerentanantinggi terhadap protein telur, kanamisin dan eritromisin (antibiotik). 5. Imunisasi Hepatitis B a. Pengertian - Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. - Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis, yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. b. Pemberian Imunisasi Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali. c. Usia Pemberian Imunisasi Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. d. Cara Pemberian Imunisasi Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler (I.M atau i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan, lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. e. Efek Samping Imunisasi Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari. f. Tanda Keberhasilan Tidak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah atau mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun.bila kadarnya diatas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun. Diatas 500 tahan selama 5 tahun. Diatas 200 tahan selama 3 tahun. Tetapi bila angkanya 100 maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angka nol bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. g. Kontra – Indikasi Imunisasi Tidak dapat diberikan pada anak yang mendrita sakit berat. h. Tingkat Kekebalan Cukup tinggi,antara 94 – 96. Umumnya, setelah 3 kali suntikan,lebih dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup (Maryunani, 2010). 2.1.5 Jadwal Imunisasi Pemberian imunisasi pada bayi, tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Melakukan imunisasi pada bayi merupakan bagian tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Imunisasi dapat diberikan ketika ada kegiatan posyandu, pemeriksaan kesehatan pada petugas kesehatan atau pekan imunisasi. Jika bayi sedang sakit yang disertai panas, menderita kejang-kejang sebelumnya, atau menderita penyakit system saraf, pemberian imunisasi perlu dipertimbangkan. Kebanyakan dari imunisasi adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi atau imunisasi tidak menyenangkan untuk bayi (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tetapi rasa sakit sementara akibat suntikan bertujuan untuk kesehatan bayi atau anak dalam jangka waktu yang panjang (Proverawati & Andhini, 2010). Gambar 1. Jadwal Imunisasi Keterangan Jadwal Imunisasi - BCG Imunisasi BCG ini diberikan sejak lahir. Apabila usia >3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. - Hepatitis B Imunisais hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada usia 1 dan 3 sampai 6 bulan. Interval dosis minimal 4 minggu. - Polio Imunisasi polio-0 diberikan pada saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir dirumah bersalin atau rumah sakit Oral Polio Vaccine (OPV) diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kebayi lain) - DPT Imunisasi diberikan pada usia lebih ≥ 6 minggu, secara terpisah atau secara kombinasi dengan hepatitis B. - Campak Imunisasi campak -1 diberikan pada usia 9 bulan (Proverawati & Andhini, 2010). 2.1.6 Status Imunisasi Sesuai dengan program organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), pemerintah mewajibkan lima jenis imunisasi bagi anak-anak, yang disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI), dalam pemberian imunisasi kondisi bayi atau anak harus dalam keadaan sehat. Imunisasi diberikan dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri kedalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi (kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi fit. Anak yang sedang sakit, misalnya diare atau demam berdarah, badannya sedang memerangi penyakit jika dimasukkan kuman atau virus lain dalam imunisasi maka tubuhnya akan bekerja sangat berat, sehingga kekebalan yang terbentuk tidak tinggi Bayi dikatakan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap jika bayi atau anak telah mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap meliputi imunisasi BCG (Bacillus Celmette Guerin), imunisasi DPT (difteri, pertusis, tetanus), imunisasi polio, imunisasi campak, dan imunisasi hepatitis B (Ranuh dkk, 2008). 2.1.7 Pengetahuan ibu terhadap status imunisasi anak Pengetahuan merupakan faktor pencetus yang kuat untuk mendorong seseorang berperilaku. Ketidaktahuan ibu terhadap imunisasi disebabkan karena minimnya informasi tentang imunisasi pada anak(Ali, 2002). Hasil penelitian Ayubi (2009), menyatakan semakin tinggi pengetahuan ibu mengenai imunisasi, semakin tinggi peluang anak untuk memperoleh imunisasi lengkap. Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua telah menjadi strategi populer di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Program imunisasi dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang- orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi. Jika suatu program intervensi preventif seperti imunisasi ingin dijalankan secara serius dalam menjawab perubahan pola penyakit dan persoalan pada anak, maka perbaikan dalam evaluasi perilaku kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat diperlukan (Ali,2002). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain studi Metode yang dilakukan pada kegiatan ini adalah intervensi melalui penyuluhan kepada para ibu di Posyandu ibu dan anak di Posyandu Tumanggor Desa Pegagan Julu VIII Kecamatan Sumbul. Dengan melakukan penyuluhan diharapkan para ibu dapat lebih memahami mengenai imunisasi dan membawa anak-anaknya ke posyandu untuk melengkapi imunisasinya. 3.2 Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk mendapatkan informasi dan data dari responden. Ada tiga bagian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan. Bagian pertama kuesioner yaitu data demografi yang diisi oleh responden. Kuesioner demografi berisi tentang : usia, jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan,riwayat keluarga. Bagian kedua adalah kuesioner pengetahuan tentang imunisasi dasar, terdiri dari 20 pernyataan dengan menggunakan skala ordinal yang menjawab benar diberi skor 1, salah diberi skor 0. Jadi nilai tertinggi yang diperoleh adalah 20 dan nilai terendah adalah 0 (nol).Dengan memakai skala pengukuran Menurut Arikunto (2006), yaitu : • Baik, bila jawaban responden benar 76-100% dari total nilai angket pengetahuan. • Cukup, bila jawaban responden benar 60-75% dari total nilai angket pengetahuan. • Kurang, bila jawaban responden benar < 60% dari total nilai angket pengetahuan. 3.3 Pelaksanaan Pengumpulan Data Pertama-tama disiapkan tema penyuluhan yang hendak dilakukan, lalu sesuai dengan jadwal Posyandu Ibu Anak, maka dilakukan kunjungan ke dusun yang dituju. Kemudian dilakukan kegiatan Posyandu Ibu Anak berupa pendaftaran, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan setelah itu dilakukan penyuluhan. Sebelum dilakukan penyuluhan, para ibu dikumpulkan lalu diberikan kuesioner yang berisikan pertanyaan seputar pengetahuan tentang imunisasi dasar. Lalu kuesioner dikumpulkan. Setelah itu dilakukan penyuluhan tentang imunisasi dasar, dan para ibu diperbolehkan untuk berkonsultasi ataupun bertanya apabila ada hal yang dirasa kurang jelas. Kemudian setelah itu dibagikan kembali kuesioner mengenai imunisasi dasar untuk menilai tingkat pengetahuan ibu setelah dilakukan penyuluhan. 3.4 Analisis Data Data dikumpulkan pada formulir yang telah disediakan dan dikumpulkan dalam satu tabel induk, kemudian diolah dengan komputer dengan langkah sebagai berikut: Data yang telah dikumpulkan disunting dan terhadapnya dilakukan coding. Setelah di-coding data kemudian dimasukkan ke dalam SPSS versi 12. Melakukan analisis data secara deskriptif dengan menggunakan menu frequency. 3.5 Presentasi Data Data yang diperoleh dipresentasikan dengan menggunakan tabel dan grafik. 3.6 Pelaporan Data Data yang sudah diolah dan dianalisis disusun dalam bentuk makalah diagnosis komunitas. Satu rangkap makalah akan diberikan kepada puskesmas. BAB IV HASIL 4.1 Profil Komunitas Umum Secara umum, masyarakat dengan jumlah 24433, dengan distribusi usia mulai dari balita hingga lansia, tersebar di 9 desa dalam wilayah kerja Puskesmas Sumbul. 4.2 Data Geografis Kecamatan Sumbul terdapat 2 (dua) Unit Puskesmas Induk yaitu UPT Puskesmas Sumbul dan UPT Puskesmas Pegagan Julu II Tanjung Beringin, sedangkan Puskesmas Sumbul terletak di ibukota kecamatan dengan batas wilayah kerja kecamatan, adalah : Sebelah Timur dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Tobasa Sebelah Barat dengan Kecamatan Sidikalang Sebelah Selatan dengan Kecamatan Parbuluan Sebelah Utara dengan Kecamatan Pegagan Hilir Luas Wilayah Kerja : 145.431 Ha Jumlah Kelurahan : 1 Kelurahan Jumlah Desa : 9 Desa Jarak Puskesmas Sumbul Ibukota Kabupaten Dairi : 14 Km Ibukota Provinsi Sumatera Utara : 152 Km 4.3 Data Demografik Data demografik di wilayah kerja Puskesmas Sumbul adalah : No Nama Desa KK Jiwa Ket. Lk Pr Jlh 1 Kel Peg. Julu I 1246 2725 3008 5733 2 Peg. Julu III 387 848 926 1774 3 Huta Gugung 420 887 893 1780 4 Peg. Julu V 453 1119 1215 2334 5 Pangguruan 413 979 910 1889 6 Peg. Julu VI 528 1105 1021 2126 7 Peg. Julu VII 627 1552 1616 3168 8 Peg. Julu VIII 263 695 654 1349 9 Peg. Julu IX 481 1147 1214 2361 10 Peg. Julu X 335 887 1032 1919 JUMLAH 5153 11944 12489 24433 4.4 Sumber Daya Kesehatan Sumber kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sumbul adalah: NO Ketenagaan Tempat Tugas Puskesmas Pustu Poskesdes Polindes 1. Dokter Umum 2 - - - 2. Dokter Gigi 1 - - - 3. SKM/S1-Kep 2 - - - 4. Bidan/Akbid 8 5 9 2 5. Akper 3 - - - 6. SPK/SPRA 5 5 - - 7. D3 Gizi 1 - - - 8. Analis Kesehatan 1 - - - 9. SPPH 2 - - - 10. SMF 1 - - - 11. SLTA 1 - - - Jumlah 27 10 9 2 4.5 Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sumbul adalah: NO Nama Kelurahan/ Desa Sarana Kesehatan Puskes mas Pus Tu Poskes des Polin des B P S Prak tek Toko Obat 1. Peg.Julu I 1 - 1 - 1 6 4 2. Peg.Julu III - 1 1 - - - - 3. Hutagugung - 1 - 1 - - - 4. Peg.Julu V - 1 1 - - - - 5. Pangguruan - 1 2 - - - - 6. Peg.Julu VI - 2 - - - - - 7. Peg.Julu VII - 2 2 - - - - 8. Peg.Julu VIII - 1 1 - - - - 9. Peg.Julu IX - 1 1 - - - - 10. Peg.Julu X - 1 - 1 - - - Jumlah 1 11 9 2 1 6 4 4.6 Data Kesehatan Masyarakat Prevalensi masalah kesehatan masyarakat untuk tidak lengkapnya imunisasi dasar didasari pada penilaian secara empiris dalam kunjungan harian ke puskesmas bagi para ibu yang membawa balitanya. Hal ini dinilai dari keluhan ibu mengenai balitanya yang dihubungkan dengan gejala TBC dan beberapa faktor resiko yang berkaitan dan tidak lengkapnya imunisasi dasar. Umumnya ibu kurang tanggap dengan akibat bila bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap dan masih mempercayai mitos-mitos yang berkembang di masyarakat mengenai imunisasi. Oleh karena itu mini project ini dilakukan untuk menilai tentang pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasasr yang dimaksudkan untuk menjadi awal bagi mini project selanjutnya dalam program peningkatan kelengkapan imunisasi dasar di wilayah ini. Kegiatan Posyandu Ibu Anak dilakukan sebagaimana mestinya, dimana dibagi beberapa meja yang berguna untuk pendataan peserta, penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan anamnese mengenai kondisi kesehatannya saat ini, lalu diberi pengobatan yang dibutuhkan peserta. Setelah itu peserta dikumpulkan dan dibagikan kuesioner sebelum intervensi yang berisikan pertanyaan mengenai imunisasi. Adapun tabel kuesioner pengetahuan mengenai imunisasi dapat dilihat di bawah. Tabel kuesioner pengetahuan mengenai imunisasi No Pertanyaan 1 Pengertian imunisasi BCG 2 Pengertian imunisasi DPT 3 Pengertian imunisasi Polio 4 Pengertian imunisasi Campak 5 Pengertian imunisasi Hepatitis B 6 Frekuensi pemberian imunisasi BCG 7 Frekuensi pemberian imunisasi DPT 8 Frekuensi pemberian imunisasi Polio 9 Frekuensi pemberian imunisasi Campak 10 Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B 11 Waktu pemberian imunisasi BCG 12 Waktu pemberian imunisasi DPT 13 Waktu pemberian imunisasi Polio 14 Waktu pemberian imunisasi Campak 15 Waktu pemberian imunisasi Hepatitis B 16 Efek setelah pemberian imunisasi BCG 17 Efek setelah pemberian imunisasi DPT 18 Efek setelah pemberian imunisasi Polio 19 Efek setelah pemberian imunisasi Campak 20 Efek setelah pemberian imunisasi Hepatitis B Tabel Distribusi Frekuensi Kuesioner Sebelum Intervensi Pengetahuan ( Sebelum Intervensi ) Frekuensi ( N ) Persentase ( % ) Baik 0 0 Cukup 3 21,4 Kurang 11 78,6 Total 14 100 Intrepretasi Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 20 pertanyaan yang mencakup informasi yang diketahui responden mengenai imunisasi dasar, antara lain pengertian, frekuensi pemberian, dan efek setelah pemberian imunisasi. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang imunisasi adalah kurang yaitu sebanyak 11 orang (78,6%), kemudian hanya 3 orang (3,8%) berpengetahuan cukup dan tidak ada berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan responden tidak mendapat cukup informasi mengenai imunisasi dari berbagai sumber di sekitarnya, seperti paramedis dan media informasi lainnya Saat kegiatan intervensi berupa wawancara terpimpin menggunakan kuesioner dan penyuluhan dilakukan, dapat diamati respon dari peserta posyandu yang antusias. Dari kuesioner sebelum intervensi dapat dinilai bahwa ternyata pengetahuan peserta mengenai imunisasi dasar kurang. Saat pelaksanaan penyuluhan, tampak semua peserta serius mendengarkan dan setelah itu dilakukan sesi tanya jawab. Pada sesi tersebut, para peserta pun banyak mengajukan pertanyaan pada penulis. Hal ini menunjukkan bahwa rasa ingin tahu peserta ternyata besar. Setelah itu dibagikan kembali kuesioner sesudah intervensi untuk menilai pengetahuan peserta setelah dilakukan penyuluhan. Tabel Distribusi Frekuensi Kuesioner Sesudah Intervensi Pengetahuan ( Sesudah Intervensi ) Frekuensi ( N ) Persentase ( % ) Baik 6 42,8 Cukup 6 42,8 Kurang 2 14,4 Total 14 100 Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan responden setelah dilakukan penyuluhan mengalami peningkatan. Hal ini dapat diamati dari jumlahnya, responden dengan tingkat pengetahuan baik sama dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 orang (42,8%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (14,4%). Berikut ini merupakan tabel tabulasi jawaban pertanyaan responden pada kuesioner sebelum dan sesudah intervensi. Tabel Tabulasi Jawaban Pertanyaan Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi Benar (orang) (%) Salah (orang) (%) Benar (orang) (%) Salah (orang) (%) Pertanyaan 1 12 85,7 2 14,2 14 100,0 0 0 Pertanyaan 2 8 57,1 6 42,8 11 78,5 3 21,5 Pertanyaan 3 11 78,5 3 21,5 14 100,0 0 0 Pertanyaan 4 14 100,0 0 0 14 100,0 0 0 Pertanyaan 5 7 50,0 7 50,0 12 85,7 2 14,2 Pertanyaan 6 14 100,0 0 0 14 100,0 0 0 Pertanyaan 7 8 57,1 6 42,8 12 85,7 2 14,2 Pertanyaan 8 6 42,8 8 57,1 9 64,2 5 35,7 Pertanyaan 9 14 100,0 0 0 14 100,0 0 0 Pertanyaan 10 5 35,7 9 64,2 10 71,4 4 28,6 Pertanyaan 11 10 71,4 4 28,6 14 100,0 0 0 Pertanyaan 12 6 42,8 8 57,2 12 85,7 2 14,3 Pertanyaan 13 14 100,0 0 0 14 100,0 0 0 Pertanyaan 14 7 50,0 7 50,0 12 85,7 2 14,3 Pertanyaan 15 6 42,8 8 57,2 12 85,7 2 14,3 Pertanyaan 16 5 35,7 9 64,2 10 71,4 4 28,6 Pertanyaan 17 7 50,0 7 50,0 10 71,4 4 28,6 Pertanyaan 18 5 35,7 9 64,2 12 85,7 2 14,3 Pertanyaan 19 6 42,8 8 57,2 11 78,5 3 21,5 Pertanyaan 20 6 42,8 8 57,2 11 78,5 3 21,5 Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pernyataan kuesioner pre - test dan post-test yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden adalah pernyataan nomor 4,6,9,13 mengenai imunisasi BCG, dan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah pernyataan nomor 16 dan 18 mengenai efek setelah pemberian imunisasi. Sebagian besar peserta posyandu mengajukan agar kegiatan seperti itu dilakukan rutin karena dianggap bermanfaat dan membuat mereka semakin mengerti tentang yang dibahas saat penyuluhan. Selain itu karena adanya sesi tanya - jawab, mereka menjadi banyak bertanya mengenai berbagai hal yang selama ini tidak mereka pahami. Hal ini jelas berdampak baik bagi kemajuan kesehatan masyarakat nantinya apabila tetap dilakukan secara berkesinambungan. BAB V PEMBAHASAN Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis, pengetahuan responden tentang imunisasi dasar mayoritas pengetahuan responden tentang imunisasi adalah kurang yaitu sebanyak 11 orang (78,6%), kemudian hanya 3 orang (3,8%) berpengetahuan cukup dan tidak ada berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan responden tidak mendapat cukup informasi mengenai imunisasi dari berbagai sumber di sekitarnya, seperti paramedis dan media informasi lainnya Setelah dilakukan intervensi terlihat yang menempati posisi teratas adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik sama dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 orang (42,8%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (14,4%). Untuk itu sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai imunisasi pada ibu yang dapat dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan melalui penyuluhan yang dapat dilakukan petugas kesehatan ke desa – desa pada saat dilakukan Posyandu Ibu Anak di tiap desa. Adapun proyek penyuluhan yang dilakukan harus terus berkesinambungan sehinggan membutuhkan beberapa sarana dan prasarana untuk mewujudkan proyek tersebut, yaitu : Petugas Kesehatan (Dokter/Bidan/Perawat) Petugas kesehatan merupakan dokter, bidan, atau perawat yang dapat memberikan pengetahuan yang benar tentang imunisasi pada para ibu. Transportasi Tranportasi merupakan alat yang dibutuhkan oleh petugas kesehatan untuk mencapai setiap desa yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Sumbul dan dapat mencapai daerah yang selama ini sulit dicapai sehingga informasi kesehatan pun sulit masuk ke daerah tersebut. Leaflet yang berisi informasi mengenai imunisasi Leaflet merupakan alat sederhana yang dapat dibagikan peserta posyandu. Alat Peraga yang berkaitan dengan informasi mengenai imunisasi Merupakan alat bantuan yang dapat mempermudah petugas kesehatan untuk menjelaskan tentang informasi mengenai imunisasi Adapun dana yang diperlukan untuk merealisasikan proyek penyuluhan ini untuk tempat tujuan penyuluhan adalah : 1. Transportasi petugas kesehatan @ Rp 50.000 x 2 orang / kegiatan Rp 100.000 2. Leaflet @Rp 1000 x 50 lembar Rp 50.000 3. Alat Peraga yang dapat disediakan oleh dinas Total = Rp 150.000 untuk 1 tempat penyuluhan Setelah tercapainya informasi kesehatan mengenai imunisasi pada para ibu, maka tahap selanjutnya adalah mencatat data berupa tanggal, jenis imunisasi yang telah dilakukan, BB bayi saat dilakukan imunisasi, dan kapan akan dilakukan imunisasi berikutnya diberikan , pada sebuah buku register imunisasi. Di buku tersebut juga tersedia informasi tetang imunisasi tambahan yang dapat diberikan pada anak. Adapun dana yang diperlukan,yaitu: 1. Pembelian 1 buku folio bergaris (buku register imunisasi) Rp 25.000 Transportasi kader: @ Rp 50.000 x 5 orang / kegiatan Rp 250.000 Total dana yang dibutuhkan untuk 1 Posyandu / tahun : Transportasi petugas kesehatan @ Rp 50.000 x 2 orang x 12 bulan Rp 1.200.000 Leaflet: @ Rp 1000 x 50lembar Rp 50.000 Buku register imunisasi: 1 buah x Rp 25.000 Rp 25.000 Tansportasi kader: @Rp 50.000 x 5orang x 12bulan Rp 3.000.000 Total Rp 4.275.000 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Cakupan imunisasi dasar yang lengkap masih jarang dijumpai walaupun sudah diberikan gratis oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai alasan seperti pengetahuan ibu yang kurang tentang imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap karena takut anaknya sakit, dan ada pula yang merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya, kurang informasi/ penjelasan dari petugas kesehatan tentang manfaat imunisasi ,serta hambatan lainnya. Berdasarkan distribusi frekuensi kuesioner pre – test, dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan responden tentang imunisasi adalah kurang yaitu sebanyak 11 orang (78,6%), kemudian hanya 3 orang (3,8%) berpengetahuan cukup dan tidak ada berpengetahuan baik. Hal ini menunjukkan responden tidak mendapat cukup informasi mengenai imunisasi dari berbagai sumber di sekitarnya, seperti paramedis dan media informasi lainnya Setelah dilakukan intervensi terlihat yang menempati posisi teratas adalah responden dengan tingkat pengetahuan baik sama dengan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 6 orang (42,8%), sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (14,4%). Dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan responden setelah dilakukan penyuluhan mengalami peningkatan. Peserta posyandu ibu anak ternyata antusias dengan kegiatan penyuluhan dan diskusi yang dilakukan, hal ini tampak dari banyaknya pertanyaan yang diajukan saat sesi tanya jawab berlangsung. 6.2 Saran Kepada Dinas Kesehatan, agar semakin memperhatikan kondisi kesehatan balita di wilayah kerjanya, dan merancang berbagai program untuk kesehatan balita yang berguna. Kepada pihak Puskesmas Sumbul, agar semakin rutin melaksanakan kegiatan Posyandu ibu anak disertai dengan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai berbagai penyakit balita ataupun ibu hamil lainnya. Kepada pihak Puskesmas Pembantu agar aktif menginformasikan kegiatan-kegiatan posyandu lainnya kepada masyarakat sekitar agar semakin banyak yang hadir dan mengikuti kegiatan posyandu. Kepada pihak yang selanjutnya akan melakukan kegiatan penelitian mengenai imunisasi, disarankan agar turut menilai sikap dan perilaku peserta mengenai imunisasi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. Gupte, Suraj. (2004). Panduan Perawatan Anak, Jakarta. Hidayat Aziz Alimul, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba Medika. Hidayat Aziz Alimul, A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika. Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Dasar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan, Jakarta: CV. Trans Info. Proverawati, Atikah & Citra Setyo Andhini. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi, Yogyakarta: Nuha Offset. Rukiyah, Ay & Lia Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Jakarta: Salemba Medika. Ranuh, I.G.N., dkk. (2008). Pedoman imunisasi di Indonesia, Edisi ketiga Tahun 2008. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sudjana. M. A. (2002). Metoda Statistika. Edisi 6. Bandung : PT. Tarsito Bandung. Puskesmas Sayurmatinggi. (2010). Laporan Tahunan Hasil Imunisasi Bayi, Sayurmatinggi. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/info-umum-kesehatan/buletin surveilans-pd3i-dan-imunisasi.html (data surveilands dibuka tanggal 27 maret 2011 Metawati, Polmaria (2010)Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Pada Balita Di Klinik Bersalin Nurhalma Tembung http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19172/5/Abstract.pdf Maryani, Ike (2009) Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak petuhan ibu terhadap pelaksanaan Imunisasi pada balita di desa Blumbang Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karang Anyar http://etd.eprints.ums.ac.id/4488 Ali, Muhammad (2002) Pengetahuan, Sikap dan perilaku Ibu bekerja dan tidak bekerja tentang imunisasi http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19172/5/Abstract.pdf KUESIONER PENELITIAN Kuesioner 1: Data Demografi Petunjuk pengisian 1. Jawablah semua pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist () pada tempat yang disediakan 2. Setiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban 3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti Kode (diisi oleh peneliti) 1. Usia ibu : …….. tahun 2. Tingkat pendidikan : ( ) Sarjana ( ) SMP ( ) D3 ( ) SD ( ) SMU ( ) Tidak sekolah 3. Pekerjaan : ( ) PNS ( ) IRT ( ) Petani ( ) Wiraswasta Kueisioner 2 : Tingkat Pengetahuan Ibu Petunjuk pengisian 1. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut ibu paling benar dan sesuai dengan yang ibu ketahui. 2. Semua pertanyaan jangan sampai ada yang terlewatkan 3. Bila ada yang kurang ibu pahami, maka dapat ditanyakan ke peneliti 1. Imunisasi BCG adalah......... a. Memberikan kekebalan terhadap penyakit kelumpuhan pada anak b. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC 2. Imunisasi DPT adalah……. a. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak b. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit radang tenggorokan, radang pernapasan, dan penyakit tetanus 3. Imunisasi polio adalah…….. a. Memberikan kekebalan terhadap penyakit kelumpuhan pada anak b. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC 4. Imunisasi campak adalah……. a. Memberikan kekebalan terhadap penyakit kelumpuhan pada anak b. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit TBC 5. Imunisasi Hepatitis B adalah……. a. Memberikan kekebalan terhadap penyakit kelumpuhan pada anak b. Memberikan kekebalan terhadap penyakit campak c. Memberikan kekebalan terhadap penyakit infeksi yang dapat merusak hati 6. Berapa kali ibu membawa bayi ke Puskesmas atau Posyandu untuk imunisasi BCG.…. a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali 7. Berapa kali ibu membawa bayi ke Puskesmas atau Posyandu untuk imunisasi DPT …. a. 2 kali b. 3 kali c. 6 kali 8. Berapa kali ibu membawa bayi ke Puskesmas atau Posyandu untuk imunisasi polio..… a. 5 kali b. 6 kali c. 4 kali 9. Berapa kali ibu membawa bayi ke Puskesmas atau Posyandu untuk imunisasi campak …. a. 1 kali b. 3 kali c. 4 kali 10. Berapa kali ibu membawa bayi ke Puskesmas atau Posyandu untuk imunisasi hepatitis B.. a. 3 kali b. 4 kali c. 5 kali 11. Imunisasi BCG ibu berikan pada bayi usia …. a. Segera setelah lahir atau dibawah 2 bulan b. 6 bulan c. 4 bulan 12. Imunisasi DPT ibu berikan pada bayi usia ..... a. Setelah bayi baru lahir b. 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan c. 9 bulan 13. Imunisasi Campak ibu berikan pada bayi usia …. a. 3 bulan b. 6 bulan c. 9 bulan 14. Imunisasi Polio ibu berikan pada bayi usia …. a. Setelah lahir b. 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan, c. Setiap bulan 15. Imunisasi Hepatitis B ibu berikan pada bayi usia …. a. 12 jam setelah lahir, usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan b. 2 dan 4 bulan c. 4 dan 6 bulan 16. Setelah pemberian imunisasi BCG pada bayi ibu, maka gejala yang timbul adalah ….. a. Pembengkakan pada ketiak atau leher bagian bawah b. Terjadi demam tinggi c. Muntah 17. Setelah pemberian imunisasi DPT pada bayi ibu, maka gejala yang timbul adalah….. a. Demam, dan rewel 1-2 hari b. Terjadi pembengkakan dan kemerahan c. Semua pernyataan benar 18. Setelah pemberian imunisasi polio pada bayi ibu, maka gejala yang timbul adalah….. a. mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot b. Pembengkakan pada ketiak atau leher bagian bawah c. Terjadi demam tinggi 19. Setelah pemberian imunisasi campak pada bayi ibu, maka gejala yang timbul adalah…… a. Deman ringan dan terdapat bercak merah pada pipi dibawah telinga b. Pembengkakan pada ketiak atau leher bagian bawah c. Terjadi demam tinggi 20. Setelah pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi ibu, maka gejala yang timbul adalah….. a. Demam ringan dan nyeri pada daerah suntikan serta terjadi pembengkakan b. Diare c. Gangguan pada pernapasan 29