Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E, Lantai 7
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270
Telepon. (021) 5703151, laman: www.paud.kemdikbud.go.id
PEDOMAN
PENGELOLAAN KELAS
PENDIDIKAN
ANAK USIA DINI
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2015
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
i
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Diterbitkan oleh:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
vi+ 26 hlm + foto; 21 x 28,5 cm
ISBN:
978-602-73704-9-4
Pengarah:
Ir. Harris Iskandar, Ph. D.
Penyunting:
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
Dra. Enah Suminah, M. Pd
Tim Penulis:
Farida Yusuf
Aries Susanti
Yohana Rumanda
Sisilia Maryati
Desain/Layout:
Surya Evendi
Rulnaidi
Kontributor:
Ebah Suhaebah
Dumaria Simanjuntak
Foto-foto:
Dokumen Penulis
Sekretariat:
Retno Wulandari
Yuyut Setyowati
Arika Novrani
Kata Sambutan
U
ndang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat dua dimensi kurikulum. Dimensi
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,
sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) mencakup pengembangan pada aspek
struktur kurikulum, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik, dan penilaian
yang bersifat autentik. Kurikulum 2013 mengusung pengembangan pembelajaran
konstruktivisme yang lebih bersifat fleksibel dalam pelaksanaan sehingga memberi ruang
pada anak untuk mengembangkan potensi dan bakatnya. Model pendekatan kurikulum
tersebut berlaku dan ditetapkan di seluruh tingkat serta jenjang pendidikan sejak
Pendidikan Anak Usia Dini hingga Pendidikan Menengah. Keajegan model pendekatan
di semua jenjang ditujukan untuk membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik yang lebih konsisten sejak awal sehingga diharapkan peserta didik mampu
berkembang menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sikap beragama,
kreatif, inovatif, dan berdaya saing dalam lingkup yang lebih luas.
Sebagai jenjang paling dasar, Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan
menjadi fundamen bagi penyiapan peserta didik agar lebih siap dalam memasuki jenjang
pendidikan lebih tinggi. Mengantarkan anak usia dini yang siap melanjutkan pendidikan
tidak hanya terbatas pada kemampuan anak membaca, menulis, dan berhitung, tetapi
juga dalam keseluruhan aspek perkembangan. Tanggung jawab ini harus dipikul bersama
antara pemerintah, pengelola dan pendidikan PAUD, orang tua, serta masyarakat.
Untuk menyamakan langkah, khususnya bagi para pelaksana layanan program PAUD,
guna perlu diberikan pedoman, pelatihan, dan acuan-acuan yang dapat dijadikan sebagai
rujukan para pendidik dalam menerapkan kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini di
satuan pendidikannya.
Pencapaian pendidikan yang lebih baik melalui penerapan Kurikulum 2013 PAUD
merupakan suatu keniscayaan jika dilaksanakan bersama-sama oleh seluruh komponen.
Terima kasih.
Jakarta, Oktober 2015
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini
dan Pendidikan Masyarakat,
Ir. Harris Iskandar, Ph.D.
NIP 196204291986011001
ii
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
iii
Kata Pengantar
Daftar Isi
P
edoman Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan acuan pelaksanaan kurikulum PAUD 2013 sesuai dengan teori,
filosofi, dan landasan pengembangan kurikulum tersebut yang disertai
dengan contoh-contoh penerapannya.
Pedoman disusun secara sederhana, menarik, ramah, dan aplikatif agar dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh tenaga pendidik dan kependidikan PAUD
yang kondisi dan potensinya beragam, serta dapat dijadikan rujukan sesuai dengan
kajian-kajian yang melandasinya.
Pedoman implementasi Kurikulum 2013 PAUD ini merupakan contoh yang
memungkinkan penyesuaian lebih lanjut degan kondisi, potensi, dan budaya
setempat. Hal penting dalam Kurikulum 2013 PAUD adalah keterbukaan
dalam menerima perubahan, baik perubahan dalam cara berpikir, kebiasaan,
sikap, maupun cara kerja. Perubahan tersebut akan berimbas pada perubahan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Buku ini sangat terbuka
untuk perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang. Untuk itu, kami
mengundang para pembaca memberikan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaan.
Saya mengucapkan terima kasih kepada penyusun, penelaah, penyunting, dan
semua pihak yang telah bekerja keras menyelesaikan pedoman implementasi
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan dapat memberikan
yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini.
Jakarta, Oktober 2015
Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usi
Usia Dini,
Kata Sambutan ......................................................................................................
iii
Kata Pengantar .....................................................................................................
iv
Daftar Isi ................................................................................................................
v
Mengapa Lingkungan Belajar Penting bagi Anak? ......................................
1
Apa Saja Model Pembelajaran yang Dapat Digunakan? .............................
Model Sudut ..............................................................................................
Model Area ...............................................................................................
Model Sentra .............................................................................................
2
2
7
12
Bagaimana Menata Lingkungan Belajar? .....................................................
Apa Fungsinya? .........................................................................................
Prinsip Apa Saja yang Harus Diperhatikan? ............................................
Apa Persyaratannya? ................................................................................
Penataan Ruang Belajar di Dalam (indoor) .............................................
Bagaimana Memilih Furnitur? .................................................................
Apa yang Diperhatikan dalam Menempatkan Toilet? ...........................
Bagaimana Menata Ruang Luar (outdoor)? ...........................................
Apa yang Harus Dipertimbangkan dalam Membentuk Pagar? .............
16
16
16
17
18
19
20
20
21
Apa dan Bagaimana Pengorganisasian Belajar bagi Anak? .........................
Jumlah Anak .............................................................................................
Kelompok Usia Anak .................................................................................
Waktu Belajar ............................................................................................
22
22
22
23
Penutup ............................................................................................................
24
Daftar Pustaka .......................................................................................................
25
Ella Yulaelawati, M.A., Ph.D.
NIP 195804091984022001
iv
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
v
Mengapa Lingkungan Belajar
Penting bagi Anak?
“Dari lingkungan hidupnya, anak belajar”
Dorothy Law Nolte
Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Dari lingkungan, anak belajar tentang
kebersihan, kerapian, disiplin, kemandirian, semangat pantang menyerah, dan
banyak hal lainnya. Oleh karena itu, lingkungan pada Pendidikan Anak Usia Dini
harus direncanakan, ditata, dimanfaatkan, dan dirawat secara cermat agar mampu
mendukung pencapaian hasil belajar yang
telah ditetapkan bersama.
Lingkungan belajar, baik di dalam maupun
di luar mempengaruhi apa dan bagaimana
anak belajar. Lingkungan yang mengundang;
mendorong dan membantu anak bereksplorasi,
bereksperimen; memanipulasi benda dan alat
main secara bermakna, menyenangkan, dan
menantang kemampuan berpikir mereka
membuat kegiatan pembelajaran menjadi
semakin menyenangkan.
Penataan alat main di dalam.
Lingkungan belajar tidak selalu
identik dengan banyaknya alat
permainan yang dimiliki, tetapi
terlebih penting adalah bagaimana
agar anak dapat terlibat aktif di
dalam lingkungan belajar tersebut.
Tidak pula menjadi arif bila satuan
PAUD yang terbatas luas halaman
bermainnya diisi dengan alat
Penataan alat main di luar pada sentra bahan alam.
permainan di luar yang penuh sesak.
Anggapan bahwa PAUD yang tidak memiliki alat bermain di luar adalah lembaga
PAUD yang kurang bermutu, sudah harus ditinggalkan.
vi
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1
• Matematika dan bentuk geometris. Anak-anak diajarkan
tentang angka, baik itu dengan menggunakan tangan
maupun dengan alat.
Apa Saja Model Pembelajaran
yang Dapat Digunakan?
Penataan lingkungan belajar terkait dengan model pembelajaran yang
digunakan. Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan. Semua
model memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, semuanya memuat prinsip
pembelajaran PAUD yang sama. Di Indonesia model pembelajaran yang banyak
digunakan di satuan PAUD ada tiga macam, yakni model sudut, area, dan sentra.
Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan
kepada anak didik untuk belajar dekat dengan
kehidupan sehari-hari. Model ini bersumber pada teori
pendidikan dan perkembangan Montessori. Pada model
ini program pembelajaran difokuskan pada lima hal,
yakni:
1. Sudut Latihan Kehidupan Praktis (Practical Life Corner)
Mencuci piring sebagai latihan
praktik kehidupan.
• Pendidikan kesadaran sensori. Di sini anak
dilatih untuk peka menggunakan lima indera
yang mereka miliki.
• Seni berbahasa. Anak- Menyimpan perlengkapan sekolah ke dalam loker
anak didorong untuk mengekspresikan diri
mereka secara lisan. Anak-anak juga belajar
membaca, mengeja, tata bahasa, dan menulis.
Membaca huruf bersama-sama
2
Mengurutkan angka
Selaras dengan fokus program pembelajaran di atas, ruangan
pembelajaran ditata secara fungsional bagi anak, yang
memungkinkan anak bekerja, bergerak, dan berkembang secara
bebas. Kondisi ruangan dan peralatan disesuaikan dengan
ukuran anak. Bahan dan alat main diatur dalam rak-rak yang
mudah dijangkau anak. Ruang kelas ditata indah dan menarik
bagi anak karena pada usia awal rasa estetika mulai berkembang. Tersedia bukubuku yang dapat diambil anak kapan saja. Dalam ruangan
ini dibagi menjadi lima sudut sebagai berikut.
Model Sudut
• Praktik kehidupan. Anak-anak diajarkan berbagai
hal dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan
keterampilan dan kemandirian, seperti mengikat tali
sepatu, menyiapkan bekal makan mereka, pergi
ke toilet tanpa bantuan, dan membersihkan diri
sendiri ketika mereka menumpahkan sesuatu.
• Budaya. Pendidikan budaya di sini mencakup geografi,
hewan, waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni.
Di sudut ini anak-anak diberi kesempatan untuk meniru
apa yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitar mereka
setiap hari. Misalnya, mereka menyapu, mencuci,
memindahkan suatu barang dengan berbagai alat yang
berbeda (sendok, sumpit dan lain-lain), membersihkan Latihan membuka dan menutp kancing
kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting,
membuka dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap
gelas yang sudah dicuci dan sebagainya. Melalui berbagai
aktivitas yang menarik ini, anak-anak belajar untuk
membantu diri mereka sendiri (self help), berkonsentrasi
dan mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut ini
dapat berupa:
• kursi
• kerang
• kertas
• penjepit
• kacang-kacangan
• biji-bijian
• teko/botol
• kancing berbagai warna
• beras
dan ukuran
• air
• berbagai macam bentuk
• sendok
benda
Latihan keterampilan membantu diri sendiri
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
3
• lem
• kuas
• kertas kertas garis lurus, zigzag,
lengkung, geometris, bentuk
binatang
• bingkai baju, kancing besar,
kancing kecil, prepet, kancing
cetet, tali, kait, risleting, pita,tali
sepatu, peniti, gesper, kancing
sepatu
Penataan alat dan bahan main sudut latihan kehidupan praktis
• sepatu dan alat semir
• cotton buds dan tissue
• meja
• gunting kuku
• timbangan dan bahan bahan untuk
• shampoo anak dan sisir
ditimbang
• karet rambut, pita
• alat ukur
• lap kaca, kayu, perak, kuningan
• saringan /ayakan
2. Sudut Sensorik
Sudut sensorik mengembangkan sensitivitas penginderaan anak, yakni
penglihatan, pendengaran, penghiduan, perabaan, dan pengecapan. Di sudut
sensorik kegiatan berfokus pada pengenalan
benda seperti berbagai perbedaan warna,
merasakan berat ringan, berbagai bentuk dan
ukuran, merasakan tekstur halus dan kasar, tinggirendah suara, berbagai bebauan dari berbagai
benda, dan mengecap berbagai rasa dari benda
yang dijumpai sehari-hari.
Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut
ini dapat berupa:
• berbagai bumbu dapur di dalam botol untuk
dicium
• berbagai sumber rasa asin, manis, pahit, asam
• kain dan biji-bijian dengan berbagai tekstur
• menara gelang
• bola palu
• lonceng tangan, dll.
Bahan dan alat main sudut sensorik
4
3. Sudut Matematika (Pre Math and Perception Corner)
Di sudut ini matematika diperkenalkan kepada
anak-anak melalui konsep-konsep matematika
yang jelas dan menarik mulai dari
hal yang konkret hingga abstrak.
Anak-anak
belajar
memahami
konsep dasar kuantitas/jumlah dan
hubungannya dengan lambanglambang serta mempelajari angkaAnak mengelompokkan benda sesuai jumlah.
Mengenalkan konsep jumlah angka yang lebih besar dan operasi
matematika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara
alami. Selain itu, di sudut ini anak dapat belajar matematika melalui pengukuran,
seperti mengukur jarak, mengukur literan, dan mengukur besar kecil.
Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut
ini dapat berupa:
• berbagai jenis botol
• berbagai jenis batu
• berbagai jenis kancing
• kartu bilangan
• kotak pernak pernik berwarna
• papan geobord
• gambar -gambar himpunan bilangan
• balok –balok
• alat bermain konstruksi
• lotto
• berbagai macam puzzle
Bentuk-bentuk geometri
• manik manik
• alat untuk meronce
• tempat telur
4. Sudut Bahasa (Language and Vocabulary Corner)
Di sudut ini anak-anak belajar mendengar dan
menggunakan kosakata yang tepat untuk seluruh
kegiatan, mempelajari nama-nama susunan,
bentuk geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan,
dan sebagainya. Selain itu, anak-anak mulai diperkenalkan tentang komposisi/
susunan kata, kalimat, dan cerita.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
5
Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut ini
dapat berupa:
• rak barang
• kartu huruf
• folder anak
• macam-macam gambar
• kartu kata
• kertas, alat tulis
• gambar seri
• karpet puzzle huruf
• karpet puzzle benda-benda
Sudut-sudut di atas saling berkaitan
dan dibuka secara bersamaan setiap
harinya.
Anak-anak
dibolehkan
untuk memilih sudut mana yang
paling diminatinya. Mereka dapat
berpindah ke sudut lainnya dengan
tidak mewajibkan untuk menguasai
sudut sensorik dan kemampuan di
sudut sebelumnya. Sudut latihan
kehidupan praktis merupakan fondasi
yang mendasar bagi sudut yang lain.
Artinya, anak usia yang lebih muda
lebih banyak bermain di dua sudut
tersebut. Sepanjang hari di sekolah
diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas
yang memungkinkan anak-anak
menikmati dan mengembangkan
keahlian dan kepekaan sosial
mereka. Di Indonesia ditambahkan
dengan sudut ketuhanan untuk
mengenalkan nilai-nilai dan kegiatan
praktis kegiatan agama.
5. Sudut Kebudayaan (Culture and Library Corner)
Mengenal tumbuh-tumbuhan di sekitar.
Di sudut ini anak-anak diperkenalkan mempelajari
Geografi, Sejarah, iImu tentang tumbuh-tumbuhan dan
iImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak belajar
secara individual, kelompok, dan diskusi mengenai
dunia sekitar mereka pada saat ini dan masa lalu.
Pengenalan akan tumbuh-tumbuhan dan kehidupan
binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk
mengetahui lebih jauh tentang ilmu pengetahuan
alam. Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan tentang
masakan khas daerah melalui kegiatan memasak.
Bahan dan alat main yang disediakan pada sudut ini dapat berupa:
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
6
berbagai macam buku cerita
ensiklopedia anak
meja
bantal baca
alat gambar/lukis/mencap
alat pertukangan
alat elektronik
playdough/plastisin
tanah liat
alat eksperimen tumbuh-tumbuhan, batu-batuan, binatang
pinset
berbagai jenis botol/tube
corong air
Model Area
Model ini dikembangkan oleh Highscope di Amerika Serikat dan dikenalkan di
Indonesia oleh Children Resources International. Inc. Model area memfasilitasi
kegiatan anak secara individu dan kelompok untuk pengembangan semua
aspek. Area ditata secara secara menarik.
Setiap area memiliki beberapa kegiatan
yang menggunakan alat dan bahan yang
berbeda. Semua anak dapat memilih
area mana yang paling sesuai dengan
minatnya. Untuk semua area difasilitasi
oleh seorang guru. Guru mengawasi
anak-anak yang bermain di semua area
yang dibukanya.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
7
Area yang biasa dibuka terdiri atas area sebagai
berikut.
1. Area Balok
Area balok memfasilitasi anak untuk
mengembangkan
pengetahuan
dan
keterampilan berpikir matematika, pola,
bentuk geometris, hubungan satu dengan yang lain,
Bermain balok.
penambahan, pengurangan, pengalian, dan pembagian
melalui kegiatan membangun dengan balok. Saat anak
menggunakan balok, ia akan merasakan berat-ringan,
panjang-pendek, dengan tanpa dipaksa anak mengenal
bentuk dan konsep-konsep lainnya.
Alat yang disediakan di area balok:
• balok dengan berbagai
bentuk dan ukuran
• asesoris balok sebagai
pelengkap,
misalnya
balok berwarna
• benda asesoris lainnya
seperti, mobil-mobilan, binatang, orang,
pesawat, atau pohon-pohonan
• alat tulis menulis untuk membangun
keaksaraan anak.
2. Area Drama
Victoria Brown dan Sara Pleydell menyatakan
bahwa bermain drama penting untuk anak
usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif
seperti; mengingat, mengatur diri sendiri,
mengembangkan
kemampuan
berbahasa,
meningkatkan
kemampuan
fokus
atau
konsentrasi,
merencanakan,
menentukan
strategi, menentukan prioritas, mengembangkan
gagasan, dan keterampilan-keterampilan lain
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
di sekolah nanti.
8
Alat dan bahan yang disiapkan di area drama:
• alat-alat dapur
• alat- alat rumah tangga
• baju-baju untuk berbagai profesi
• boneka berbagai bentuk
• dan lainnya yang dapat dijadikan alat main.
3. Area Seni
Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan pengalaman taktil
anak dalam menggunakan berbagai bahan dan alat. Inti dari kegiatan
seni adalah anak-anak mengekspresikan apa yang mereka amati, pikirkan,
bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang digunakannya
Alat dan bahan di area seni
• kertas dan berbagai ukuran, kuas, serta cat
air warna-warni
• krayon, spidol dan alat menggambar
lainnya
• tanah liat
• playdough atau plastisin
• Kayu, dedaunan, kain
• kaleng
• kertas warna warni
• gunting, lem, dan berbagai pita
• bahan-bahan daur ulang lainnya
4. Area Keaksaraan
Area membaca bukan berarti
mengajarkan anak untuk membaca
dan menulis seperti layaknya
kegiatan membaca dan menulis di
sekolah dasar. Area membaca dan
menulis dimulai dengan mengenal
simbol-simbol
sederhana
dari
benda yang ada di sekelilingnya,
membuat coretan di atas kertas.
Kegiatan melihat-lihat buku atau
membacakan cerita adalah kegiatan
yang dilakukan di area ini.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
9
Alat dan bahan di area membaca:
•
•
•
•
•
•
berbagai kartu gambar
berbagai kartu kata
berbagai kartu huruf
berbagai alat tulis dan kertas
berbagai buku bergambar
dll.
5. Area Pasir dan Air
Area pasir dan air lebih kepada pengembangan
sensori-motorik. Namun, area ini sangat kaya
dengan konsep-konsep matematika dan sains.
Anak belajar penuh-kosong, berat-ringan,
volume, dan sebagainya. Anak juga dapat
belajar tentang perubahan bentuk, perubahan
warna, dan sebagainya.
Area pasir dan air sangat diminati anak. Untuk
kelompok anak yang lebih kecil biasanya belum
dapat mengendalikan diri sehingga perlu
membawa baju ganti untuk digunakan setelah
selesai bermain.
Kegiatan main di area pasir dan air.
Alat dan bahan yang disediakan di area pasir
dan air, di antaranya:
• botol-botol dengan gelas-gelas plastik dan
corong
• baskom dengan alat kocokan
• alat pemompa air
• berbagai alat dapur mainan untuk belajar
mencuci
• baju-baju atau kain kecil dengan penggilas
untuk mencuci
• berbagai bentuk cetakan kue untuk main
pasir
• asesoris lainnya.
6. Area Gerak dan Musik
Gerak dan musik untuk anak usia dini sangat penting untuk membangun
kesadaran akan gerakan diri sendiri, melatih kelenturan, mengikuti irama
musik, mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi alat-alat sederhana menjadi
alat musik bebas. Kegiatan gerak dan lagu merupakan kebutuhan seharihari untuk anak usia dini. Dengan berkegiatan yang menyenangkan di area
gerak dan lagu, akan berpengaruh pada: kemampuan berpikir dan berbahasa,
kemampuan memecahkan masalah, kemampuan fokus, membangun kesadaran
spasial, mengembangkan rasa percaya diri, melatih kekuatan, kelenturan, dan
koordinasi fisik, serta membangun keterampilan sosial.
Alat dan bahan di area gerak dan lagu:
• Tape recorder dan kaset instrumen atau
lagu-lagu
• Alat musik tradisional
• Alat musik modern (organ, gitar, dll. untuk
ukuran mini)
• Alat musik dari bahan daur ulang dari
botol plastik atau bahan lainnya.
Mengikuti irama musik di area musik.
7. Area Sains
Area
Sains
menyediakan
banyak kesempatan bagi anakanak untuk menggunakan
panca indera dan menyalurkan
langsung
minat
mereka
terhadap kejadian-kejadian
alamiah
dan
kegiatankegiatan manipulatif.
Area Sains juga dapat
dilakukan di luar ruangan
dengan tanaman, binatang,
dan benda-benda di sekitar.
Memberi kesempatan anak bermain di area sains
10
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
11
bermain dari satu sentra ke sentra lainnya setiap
hari. Tiap sentra dikekola oleh seorang guru. Proses
pembelajarannya dengan menggunakan 4 pijakan,
yaitu pijakan penataan alat (pijakan lingkungan),
pijakan sebelum main, pijakan selama main, dan
pijakan setelah bermain. Sentra yang dibuka di
antaranya adalah sebagai berikut.
8. Area Matematika
Area matematika sangat kental dengan kegiatan
manipulatif. Di area ini anak dapat belajar tentang
bentuk, hitungan, angka, jumlah, pengelompokkan,
ukuran, pola, memasangkan. Di area ini juga anak
belajar pengembangan bahasa, sosial, emosional, dan
aspek perkembangan lainnya.
Mengelompokkan berdasarkan simbol angka.
9. Area Imtaq
Di Indonesia ditambah dengan area imtaq. Area imtaq
memfasilitasi anak belajar tentang kegiatan ibadah
sesuai dengan agama yang dianut anak.
Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk, ukuran,
keterkaitan bentuk, kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas. Bermain
balok selalu dikaitkan dengan main peran mikro, dan bangunan yang dibangun
anak digunakan untuk bermain peran.
Alat dan bahan:
•
•
•
•
•
miniatur rumah ibadah,
perlengkapan ibadah,
buku-buku bacaan,
kertas gambar dan alat-alat gambar
dll.
Alat dan bahan main:
Melakukan kegiatan shalat berjamaah.
Model Sentra
Model yang dikembangkan Creative Curiculum
mengelola kegiatan pembelajaran yang seimbang
antara bimbingan guru dengan inisiatif anak. Model
ini dikenalkan di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari
CCCRT Florida. Bermain dipandang sebagai kerja otak
sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari
Penataan balok di sentra balok. mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil
karyanya “start and finish”. Dukungan guru memfasilitasi anak mengembangkan
kecakapan berpikir aktif dan anak diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai
kegiatan untuk mendapatkan pengalaman tentang dunia sekelilingnya. Sentra
yang dikembangkannya tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan tampak
dalam pengelolaan kelas. Dalam model area semua anak bebas bergerak di semua
area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas memilih
bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra dilengkapi dengan
3 jenis kegiatan bermain, yaitu bermain sensorimotorik, main peran, dan main
pembangunan. Keragaman main atau disebut juga densitas main memfasilitasi
untuk dapat memilih mainan sesuai dengan minatnya. Kelompok anak berpindah
12
Memberaskan alat bermain balok.
1. Sentra Balok
• balok-balok dengan berbagai bentuk dan
ukuran
• balok asesoris untuk main peran
• lego berbagai bentuk
• kertas dan alat tulis
2. Sentra Main Peran Kecil (mikro)
Main peran kecil mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, kemampuan
berbahasa, sosial-emosional, menyambungkan pengetahuan yang sudah dimiliki
dengan pengetahuan baru dengan menggunakan alat main peran berukuran kecil.
Alat dan Bahan:
•
•
•
•
•
berbagai miniatur mainan
berbagai mainan alat rumah tangga
berbagai mainan mini alat kedokteran
berbagai mainan mini alat transportasi
berbagai mainan mini alat tukang
3. Sentra Main Peran Besar
Penataan main di sentra main peran kecil.
Sentra main peran mengembangkan kemampuan mengenal
lingkungan sosial, mengembangkan kemampuan bahasa,
kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang
berukuran besar sesuai dengan ukuran sebenarnya.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
13
Alat dan bahan:
Penataan main di sentra main peran besar.
•
•
•
•
•
•
•
•
mainan untuk pasar-pasaran
mainan untuk rumah-rumahan
mainan untuk dokter-dokteran
mainan untuk kegiatan pantai
mainan untuk tukang-tukangan
mainan untuk kegiatan nelayan
mainan salon-salonan
dll.
4. Sentra Imtaq
Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama
dengan keterampilan yang terkait dengan agama
yang dianut anak. sentra Imtaq untuk satuan PAUD
umum mengenalkan atribut berbagai agama, sikap
menghormati agama.
5. Sentra Seni
Sentra seni dapat dibagi dalam seni musik,
seni tari, seni kriya, atau seni pahat. Penentuan
sentra seni yang dikembangkan tergantung pada
kemampuan satuan PAUD. Disarankan minimal
ada dua kegiatan yang dikembangkan di sentra
seni yakni seni musik dan seni kriya. Sentra seni
mengembangkan kemampuan motorik halus,
keselarasan gerak, nada, aspek sosial-emosional
dan lainnya.
6. Sentra Persiapan
Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan
keaksaraan awal pada anak. penggunaan buku,
alat tulis dapat dilakukan di semua sentra, tetapi
di sentra persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan
bermainnya. Pada kelompok anak paling besar
yang segera masuk sekolah dasar, frekuensi main di
sentra persiapan lebih banyak. Kegiatan persiapan
dapat juga diperkuat dalam jurnal siang.
14
7. Sentra Bahan Alam
Sentra bahan alam kental dengan pengetahuan
sains, matematika, dan seni. Sentra bahan alam
diisi dengan berbagai bahan main yang berasal
dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun. Di
sentra bahan alam anak memiliki kesempatan
Penataan main di sentra bahan alam.
menggunakan bahan main dengan berbagai cara
sesuai pikiran dan gagasan masing-masing dengan
hasil yang berbeda. Gunakan bahan dan alat yang
ada disekitar. Perhatikan keamanannya. Bahan
dan alat yang digunakan harus bebas dari bahan
beracun atau binatang kecil yang membahayakan.
8. Sentra Memasak
Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik
bagi anak mengenal berbagai bahan makanan dan
proses sain yang menyenangkan. Di sentra memasak
anak belajar konsep matematika, sains, alam,
dan sosial sehingga menunjang perkembangan
kognitif, sosial-emosional, bahasa, motorik, dan
juga seni, serta nilai agama.
Model-model tersebut di atas merupakan hasil
penelitian dan penerapan para pakar pendidikan anak
usia dini yang berlangsung bertahun-tahun sebelum
disosialisasikan lebih luas. Pengkajian oleh para ahli
dilakukan untuk mengetahui sejauhmana efektivitas
model-model
tersebut
mampu membantu anak
dalam belajar. Setiap
model model memiliki
kekuatan dan keunggulan masing-masing.
Oleh karena itu, apa pun model yang
digunakan, anak bisa bermain nyaman,
aman, dan berkembang kemampuan
berpikir kritis, kreatif, dan perilaku baiknya.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
15
Bagaimana Menata Lingkungan Belajar?
Penataan lingkungan belajar merupakan penataan
lingkungan fisik, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Penataan lingkungan termasuk seluruh asesoris yang
digunakan , baik di dalam maupun di luar ruangan, seperti:
bentuk dan ukuran ruang, pola pemasangan lantai,
warna dan hiasan dinding, bahan dan ukuran mebeulair,
bentuk, warna, ukuran, jumlah, dan bahan berbagai alat
Penataan lingkungan bermain di luar.
main yang digunakan sesuai dengan perencanaan.
Apa Fungsinya?
1. Mempersiapkan lingkungan fisik yang aman, nyaman,
menarik, dan didesain sesuai dengan perencanaan
sehingga mendorong anak untuk mengoptimalkan
perkembangannya.
2. Mendukung anak untuk mandiri, bersosialisasi dan
menyelesaikan masalah
Prinsip Apa Saja yang Harus Diperhatikan?
1.
2.
3.
4.
Membuat anak merasa aman
Membuat anak merasa nyaman
Mendorong anak untuk dapat bereksplorasi
Mendukung anak untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungannya
5. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak
6. Memperhatikan karakteristik anak, kemampuan anak,
latar belakang keluarga, lingkungan bermain, dan
budaya setempat.
7. Lingkungan main yang ditata dapat membantu
anak memperkirakan berbagai kegiatan yang akan
dilakukan, baik pelaksanaannya (kelompok atau
individu) maupun tempat alat main yang dibutuhkan.
8. Mengembangkan kemandirian.
Lingkungan main yang mendukung
anak berekplorasi.
16
Lingkungan yang ditata dengan rapi, semua mainan yang
boleh digunakan anak ditata dalam rak yang terjangkau
anak, membuat anak dapat secara mandiri mengambil dan menyimpan
kembali, tanpa harus minta tolong pendidik. Apabila di satuan PAUD menerima
anak berkebutuhan khusus dengan kursi roda, ramp harus tersedia agar anak
bisa mengakses lingkungan tanpa harus tergantung pada orang lain.
9. Mengembangkan kepercayaan diri anak.
Lingkungan yang ditata sesuai dengan kondisi anak
dapat membangun kepercayaan diri anak, bahwa
mereka mampu melakukannya. Lingkungan yang penuh
tantangan, tetapi aman dilakukan anak, mendorong
anak untuk mencari jalan keluar untuk mengatasi
setiap tantangan yang ada. Hal ini menumbuhkan
Melatih kekuatan dan keseimbangan saat
kreativitas dan sikap pantang menyerah.
bermain di outdoor.
10.Mengembangkan keterampilan motorik halus.
Koordinasi tangan-mata, keterampilan sosial,
keaksaraan awal, sains dan teknologi, kemampuan
matematika, serta kemampuan berkomunikasi.
Lingkungan yang memfasi-litasi dengan berbagai
kegiatan langsung, tidak semata-mata terfokus pada
kegiatan akademik, akan mendorong anak senang
terlibat dalam kegiatan tersebut.
Mengembangkan kerjasama dan motorik kasar
dengan bermain jungkitan.
Apa Persyaratannya?
1. Ruang/tempat yang digunakan untuk pembelajaran
harus bisa menarik dan mengundang minat anak
untuk bermain di situ.
2. Segala sesuatu dan setiap tempat harus mengandung
unsur pendidikan. Dari warna, cahaya, tanaman, kamar
mandi, dapur, pintu gerbang, dan penataan bahanbahan main ditata dengan nilai-nilai keindahan.
3. Aman, nyaman, sehat. bebas dari benda-benda yang
dapat melukai anak serta binatang-binatang kecil
yang berbisa.
4. Menekankan pada berbagai macam media termasuk
bahan-bahan alam, bahan daur ulang, dll. Bahan-bahan main disimpan di
dalam tempat yang mudah digunakan dan disimpan kembali oleh anak.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
17
Penataan Ruang Belajar di Dalam (indoor)
Penataan ruangan memperhatikan kebebasan anak bergerak, dengan memperhatikan:
1. Kelompok usia anak (bayi, batita, atau prasekolah)
2. Jumlah anak yang akan dilayani , kebutuhan gerak setiap
anak 3 m2 di luar yang terpakai loker, dan perabotan lainnya
3. Lamanya anak dilayani di lembaga PAUD
4. Dapat digunakan oleh berbagai kegiatan
5. Antarruang kegiatan dibatasi oleh loker setinggi anak saat
berdiri agar dapat diobservasi oleh guru secara menyeluruh
6. Penataan ruangan memfasilitasi anak bermain sendiri,
kelompok kecil, dan kelompok besar
7. Aman, bersih, nyaman, dan mudah
diakses oleh anak yang berkebutuhan
khusus
8. Mudah untuk dikontrol (dapat
dipantau secara keseluruhan)
9. Sentra balok dan sentra main peran
saling berdekatan
10.Sentra seni dengan sentra main bahan
alam berdekatan
Penempatan buku di rak yang mudah
dijangkau anak.
Penataan di ruang bermain yang
memperhatikan cahaya dan sirkulasi udara.
18
11.Buku ditempatkan di setiap sentra atau di tempat tertentu
yang mudah dijangkau semua anak.
12.Sentra musik dan gerak lagu di tempat pijakan sebelum
main tempat semua anak berkumpul.
13.Sentra disusun lebih fleksibel agar dapat diubah sesuai
dengan kebutuhan
14.Cahaya, sirkulasi udara, sanitari, lantai/karpet bebas
dari kutu, jamur, dan debu.
15.Penggunaan cat tembok dan kayu tidak mudah luntur
saat dipegang anak.
16.Lantai tidak berbahan licin dan harusnya mudah
dibersihkan.
17.Stop kontak tidak mudah dijangkau anak.
18.Pegangan pintu setinggi jangkauan anak, kecuali
pintu pagar setinggi jangkauan orang dewasa
19.Dinding sebaiknya tidak
dilukis permanen. Warna
perabot
dan
dinding
menggunakan warna natural
20.Bebas dari asap rokok, bahan
pestisida, dan toxin.
21.Bebas dari bahan yang
Sentra musik dan gerak untuk tempat
mudah terbakar atau rapuh. berkumpul.
Bagaimana Memilih Furnitur?
1. Meja dan kursi untuk anak
disesuaikan dengan ukuran
anak, baik berat maupun
ukurannya.
Penyesuaian
ukuran dengan kemampuan
anak dimaksudkan agar anak
nyaman
menggunakannya,
menghindari
kecelakaan
karena
kesulitan
anak
menggunakannya. Di samping
itu, anak dapat dilibatkan
Ujung meja dan kursi anak berbentuk tumpul.
untuk turut membereskan
meja – kursi apabila ruangan akan digunakan kegiatan lain yang tidak
membutuhkan pemakaian meja dan kursi.
2. Ujung meja dan kursi anak berbentuk tumpul (tidak runcing).
3. Loker tempat menyimpan alat main anak dan buku-buku bacaan
anak setinggi jangkauan anak digunakan sebagai pemisah sentra
bermain.
4. Bila kursi plastik yang dipilih, pastikan cukup kokoh dan tidak licin
bila ditempatkan di atas lantai.
5. Bila alat furnitur yang dipilih berbahan kayu, pastikan cat yang
digunakan aman bagi anak, tidak berbau, tidak mengandung toxin
atau racun.
6. Perhatikan permukaan furnitur kayu. Permukaan kayu yang kasar
dapat melukai anak.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
19
Apa yang Diperhatikan dalam Menempatkan Toilet?
Mainan di ruang luar:
Toilet termasuk prasarana vital yang harus dimiliki satuan PAUD.
Tempat ini harus dirancang dan dirawat dengan baik, karena
selain untuk pembelajaran anak, tempat ini memudahkan
penyebaran virus atau bakteri. Oleh karena itu, untuk toilet
Toilet yang dirancang dan dipelihara
yang bersih harusnya memenuhi unsur berikut:
dengan baik.
1. Bebas dari bahan yang berbahaya.
1. Toilet anak terpisah dengan toilet dewasa. Untuk toilet
anak tidak memerlukan slot kunci. Pintu toilet anak cukup setengah badan.
2. Ruangan toilet dekat dengan kegiatan anak agar mudah terawasi oleh guru.
3. Tersedia air bersih yang bisa diakses anak secara mandiri.
4. Tersedia sarana pembersih (sabun cair) dan pengering tangan (tissue) untuk
pembiasaan pola hidup bersih dan sehat.
5. Tersedia tempat pembuangan benda kotor.
6. Lantai diusahakan selalu kering agar tidak licin dan bebas dari bau.
7. Ukuran alat fasilitas kebersihan (sanitary) sesuai dengan ukuran anak agar anak
dapat menggunakan dengan mudah dan
mampu membersihkannya sendiri dengan
mudah pula.
8. Pencahayaan ruang toilet cukup baik dengan
sirkulasi udara yang baik pula agar tidak
mudah tumbuh jamur dan bau.
9. Semua alat dan sanitary di ruang mandi selalu
terjaga kebersihannya.
Bagaimana Menata Ruang Luar (outdoor)?
Rumah toilet dengan alat fasilitas kebersihan.
Ruang luar merupakan lingkungan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak.
Di ruang luar anak lebih bebas bergerak karena seharusnya ruang luar memfasilitasi
perkembangan motorik kasar anak.
Hal yang harus diperhatikan dengan ruang luar:
1. Luas area bermain sebagaimana standar internasional menetapkan 7 m2 per
anak
2. Ruang bermain outdoor dipastikan tidak terdapat binatang yang menyengat
3. Bak pasir harus ditutup bila tidak digunakan dan dipastikan dalam kondisi
kering agar tidak menjadi tempat berkembang biak binatang kecil.
4. Area basah ditempatkan di luar, dekat dengan sumber air, lantai yang tidak
licin, sanitasi terjaga baik agar air tidak menggenang.
20
2. Penataan sarana cukup luas bagi anak bergerak
bebas, tidak perlu berdesakan.
3. Ketinggian mainan sebaiknya tidak lebih dari 1.5
meter dan tingkat kemiringannya sekitar 400.
4. Dasar seluncuran cukup lembut.
Bak pasir dipastikan dalam kondisi
aman dan bersih.
5. Dipastikan tidak mudah patah atau putus.
6. Dikontrol dan diperbaiki secara reguler.
Sebaiknya tidak terkena langsung terik
matahari.
7. Seluncuran, ayunan, jungkitan, dan sarana
bermain outdoor dalam kondisi baik dan
catnya tidak mengandung toxin.
8. Jika bahan menggunakan kayu, dipastikan
permukaan kayu licin untuk mencegah
anak tertusuk serpihannya.
Apa yang Harus Dipertimbangkan
dalam Membuat Pagar?
1. Pagar pembatas area outdoor dengan
tempat umum di luar lembaga diperlukan
untuk memastikan bahwa anak-anak tidak
bisa terdorong ke dalam
situasi berbahaya.
2. Desain dan ketinggian pagar
harus sedemikian rupa untuk
mencegah anak dapat keluar
dengan cara merangkak di
bawah
3. Mekanisme
penguncian
harus
disediakan
untuk
mengatasi potensi berbahaya
Pagar pembatas area outdoor.
ketika gerbang tidak ditutup.
4. Pagar dapat menjadi sentra berkebun anak.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
21
Apa dan Bagaimana
Pengorganisasian Belajar bagi Anak?
Pengorganisasian belajar dapat diartikan pengaturan ruang belajar yang
disesuaikan dengan bentuk layanan, jumlah anak, dan kelompok usia anak yang
dilayani. Pengorganisasian ruang belajar memperhatikan
hal sebagai berikut.
Idealnya setiap anak membutuhkan ruang
yang luas untuk bergerak, baik di dalam
maupun di luar.
Jumlah Anak
Waktu Belajar
Idealnya setiap anak membutuhkan ruang bergerak di
dalam ruangan 3 m2. Namun, ruang belajar dalam bukan
satu-satunya tempat belajar anak. Jika satuan PAUD
memiliki ruang belajar luar yang cukup luas, satuan PAUD
dapat menambah jumlah anak yang dapat dilayani di
satuan PAUD tersebut. Oleh karena itu, sebaiknya ruang
belajar tidak disekat permanen dan setiap ruangan hanya
dipergunakan oleh satu kelompok anak. Ruang belajar
yang bersifat bergerak (moving class) menjadi solusi
bagi jumlah ruangan terbatas dengan jumlah anak didik
banyak. Jangan sekali-kali memaksakan semua anak
masuk ke dalam ruangan yang terbatas.
Selain penggunaan ruangan dan kebutuhan
pendidik, waktu belajar pun berbeda antara
kelompok usia anak didik. Kebutuhan tersebut
tergantung pada kematangan perkembangan
anak. Semakin muda anak didik yang dilayani,
semakin sedikit frekuensi jumlah waktu
layanan, kecuali bila layanannya berbentuk
Taman Penitipan Anak.
Kelompok Usia Anak
Kelompok usia anak mempengaruhi penataan ruangan dan jumlah anak yang
dapat diterima di satuan PAUD. Semakin muda anak yang dilayani, semakin
luas keperluannya untuk bergerak. Di samping itu semakin muda usia anak
maka rombongan belajarnya semakin kecil. Dalam Standar PAUD ditetapkan:
1. Rombongan belajar untuk kelompok usia
0 – 2 tahun adalah 4 anak/kelompok
2. Rombongan belajar untuk kelompok usia
2 – 4 tahun adalah 8 anak/kelompok
3. Rombongan belajar untuk kelompok usia
4 – 6 tahun adalah 15 anak/kelompok
Kebutuhan jumlah pendidik pun berbeda.
Semakin muda kelompok usia anak, rasio
guru dan anak semakin kecil.
22
1. Kelompok usia 0 – 1 tahun, 1 guru maksimal
menangani 3 anak
2. Kelompok usia 1 – 2 tahun, 1 guru maksimal
menangani 4 anak
3. Kelompok usia 2 – 4 tahun, 1 guru maksimal
menangani 8 anak
4. Kelompok usia 4 – 6 tahun, 1 guru maksimal Rasio guru dan anak semakin besar pada usia
4–6 tahun.
menangani 15 anak
Makin besar usia anak makin lama
waktu belajar mereka.
1. Kelompok usia 0 – 2 tahun minimal layanan 2 jam per minggu.
2. Kelompok usia 2 – 4 tahun minimal layanan 6 jam per minggu.
3. Kelompok usia 4 – 6 tahun minimal layanan 15 jam per minggu.
Layanan PAUD untuk kelompok 4-6 tahun yang diselenggarakan oleh
Taman Kanak-Kanak alternatif, seperti TK Kecil,TK guru kunjung, yang
layanannya tidak mungkin dilakukan setiap hari (900 menit/minggu),
kekurangan jam tatap muka digantikan dengan program belajar di
rumah dengan bimbingan orang tua.
Contohnya:
TK Kunjung Anyelir memberi layanan untuk anak usia 4-6 tahun sebanyak 3 kali dari
pukul 08.00 – 11.00. Seharusnya layanan untuk anak usia 4-6 tahun selama 900 menit/
minggu. Berarti TK Kunjung Anyelir kekurangan 560 menit pelajaran. Kekurangan
tersebut dilengkapi dengan program pengasuhan yang disusun oleh Guru TK Kunjung
Anyelir untuk orang tua peserta didik agar melanjutkan kegiatan pembelajaran di
rumah melalui proses pengasuhan.
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
23
Penutup
Puji syukur kami panjatkan kapada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah membantu dan meridhoi terselesaikannya pedoman ini. Pedoman
Perencanaan Pengelolaan Kelas merupakan bagian dari pedoman
implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Anak usia Dini. Pedoman yang
memberi garis besar lingkungan pendukung pembelajaran yang nyaman
dan aman bagi anak disusun berdasarkan kajian teori dan penerapan
di lapangan. Sungguhpun demikian kemungkinan bahwa pedoman ini
belum mewakili keseluruhan model penataan ruangan PAUD yang ada
di Indonesia sangat terbuka, dan bukan berarti yang belum terwakili
menjadi kurang baik. Letak kualitas penataan lingkungan belajar adalah
sejauhmana lingkungan tersebut menarik anak untuk terlibat bereksplorasi
dengan fokus, nyaman, dan aman. Hal ini untuk menepis anggapan bahwa
model tertentu lebih baik daripada model lainnya, atau model tertentu
hanya cocok untuk layanan PAUD tertentu.
Tentunya tiada gading yang tak retak. Banyak kekurangan dalam
penulisan ini dengan senang hati kami menunggu saran dan perbaikan.
Terima kasih.
Salam
Penyusun
Daftar Pustaka
Practice. In Early
Childhood Programs Serving Children From Birth Through Age 8. 3rd ed. NAEYC
Books: Washington
Brierley.J.,(1994). Give Me A Child Until He Is Seven. Brain Studies And Early Childhood Education.
The Fallmer Press: Washinton DC
Dale, Edgar.(1969). Audio-Visual Methods in Teaching, 3rd ed., Holt, Rinehart & Winston, New York,
p.
Developing Child at Harvard University (2011).Building the Brain’s “Air Traffic Control” System: How
Early Experiences Shape the Development of Executive Function: Working Paper No.11.
Dyer, J.H et al. (2009): ”The Innovator’s DNA”, ” in “Harvard Business Review”, December , pp. 2-8.
Goldberg, E. (2009). The New Executive Brain: Frontal Lobes in a Complex World. New York: Oxford
University Press.
Grantham-McGregor. S., Cheung. Y.B., Cueto. S., Glewwe. P., Richter. L., Strupp. B, & the International
Child Development Steering Group. (2007). Developmental potential
in the first 5 years for
children in developing countries. Lancet; 369: 60–70
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Kementerian Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Kementerian Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 dan perubahan yang kedua dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2015
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Presiden Nomor 60 Tentang
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-Integratif
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146
Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 160
Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum tahun 2013 pasal 7.
Mc Lachlan. C., Fleer .M., & Erwards. S (2010). Early Childhood Curriculum. Planning. Assesment &
Implementation. Cambridge University Press.
24
“Dalam lingkungan yang menyenangkan, anak
akan banyak belajar dan senang belajar”
PEDOMAN PENGELOLAAN KELAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
25
Alamat Tim Penulis
Farida Yusuf (email:
[email protected])
Aries Susanti (email:
[email protected])
Yohana Rumanda (email:
[email protected])
Sisilia Maryati (email:
[email protected])
26