Academia.eduAcademia.edu

WAHYUDDIN JURNAL KU UNM

Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang bersifat kausalitas yang bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan metakognisi, motivasi beajar, kreativitas belajar, dan kemampuan pemecahan masalah siswa, 2) mendeskripsikan pengaruh metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar secara parsial terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo yang berjumlah 75 orang dengan mengambil populasi sebagai sampel (sampel jenuh), pengumpulan data dilakukan dengan memberikan instrumen untuk mengukur metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar siswa, dan tes untuk kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat metakognisi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 71,85, tingkat motivasi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 76,42, kreativitas siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 68,27 dan kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nila 74,80. Koefisien pengaruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,470 dengan nilai p = 0,000 < 0,05; Koefisien pengaruh motivasi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,416 dengan nilai p = 0,009 < 0,05; Koefisien pengaruh koefisien pengaruh kreativitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,487 dengan nilai p = 0,000 < 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga dapat diartikan bahwa semakin baik metakognisi, motivasi belajar, dan kreativitas belajar yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi.

JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 PENGARUH METAKOGNISI, MOTIVASI BELAJAR, DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SABBANGPARU KABUPATEN WAJO Wahyuddin1 Dosen Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia 1 ABSTRAK: Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang bersifat kausalitas yang bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan metakognisi, motivasi beajar, kreativitas belajar, dan kemampuan pemecahan masalah siswa, 2) mendeskripsikan pengaruh metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar secara parsial terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo yang berjumlah 75 orang dengan mengambil populasi sebagai sampel (sampel jenuh), pengumpulan data dilakukan dengan memberikan instrumen untuk mengukur metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar siswa, dan tes untuk kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat metakognisi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 71,85, tingkat motivasi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 76,42, kreativitas siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 68,27 dan kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nila 74,80. Koefisien pengaruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,470 dengan nilai p = 0,000 < 0,05; Koefisien pengaruh motivasi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,416 dengan nilai p = 0,009 < 0,05; Koefisien pengaruh koefisien pengaruh kreativitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,487 dengan nilai p = 0,000 < 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa metakognisi, motivasi belajar, kreativitas belajar berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa sehingga dapat diartikan bahwa semakin baik metakognisi, motivasi belajar, dan kreativitas belajar yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi. Kata kunci: Metakognisi, Motivasi Belajar, dan Kreativitas Belajar, dan Kemampuan Pemecahan Masalah. PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah sangat diperlukan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis dan kritis. Demikian pula matematika telah menunjukkan kekuatannya dengan adanya penerapan matematika pada bidang-bidang lain dan pada kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Menurut Suherman (2001:54) menyatakan bahwa matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang terus berkembang baik materi maupun kegunaannya. Sehingga dalam pembelajarannya di sekolah harus memperhatikan perkembangan-perkembangan, baik di masa lalu, masa sekarang maupun kemungkinan-kemungkinan untuk masa depan. Jadi, alasan perlunya matematika 72 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 diajarkan di sekolah adalah karena matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai arti penting dalam kehidupan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tujuan mata pelajaran matematika di sekolah menengah pertama adalah agar siswa memiliki kemampuan: Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani,2008: 8). Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga oleh Branca (Firdaus, 2009) bahwa (1) Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika; (2) Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika; dan (3) Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Menurut Aqib (2013:84) kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan siswa memahami masalah, merencanakan strategi dan melaksanakan rencana pemecahan masalah. Selain itu, siswa diharapkan mampu untuk memeriksa kembali langkah-langkah yang dilakukan dan hasil yang diperoleh serta menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal. Hal ini yang membuat banyak siswa di sekolah yang tidak menyukai pelajaran matematika karena banyak menggunakan rumus atau konsep-konsep lainnya. Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemampun pemecahan masalah matematika yaitu faktor external dan internal siswa itu sendiri. Faktor internal yaitu faktor metakognisi siswa, motivasi siswa, dan kreativitas siswa. Metakognisi adalah salah satu aspek yang membangun kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebagaimana digambarkan dalam kurikulum matematika di Singapura. Menurut hasil penelitian yang dilaukkan oleh Yunus dkk (2008 :121) yang mengemukakan bahwa metakognisi berkorelasi secara sisgnifikan dengan seluruh kinerja mahasiswa pada perguruan tinggi, dan berkesimpulan bahwa metakognisi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Sedangkan Menurut sebuah penelitian yang dikemukakan oleh Thohari menunjukkan bahwa siswa yang menguasai kemampuan metakognitif akan menjadi lebih berkemampuan dalam menghadapi permasalahan. Siswa juga akan memeroleh keuntungan terutama rasa percaya diri (confidence) dan menjadi lebih independen sebagai pebelajar, bahkan siswa yang berkemampuan rendah akan tetapi aktif belajar dengan proses metakognitif ternyata menjadi lebih mampu 73 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 memecahkan permasalahan standard dibanding siswa yang sama yang tidak belajar dengan pengajaran metakognitif. Motivasi belajar juga merupakan unsur terpenting dalam pengajaran yang efektif, siswa yang ingin belajar dan memiliki motivasi dapat belajar tentang apapun. Sardiman (dalam Wahyudi, 2012 : 12) Ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yaitu : tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, menaruh minat terhadap proses pembelajaran, mempertahankan pendapat, memikirkan pemecahan masalah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Yunus dkk (2008 : 121) mengemukakan bahwa semua komponen motivasi berkorelasi secara signifikan dengan seluruh kinerja mahasiswa pada perguruan tinggi, dan menyimpulkan bahwa motivasi salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Di sisi lain kreativitas diperlukan pada setiap bidang kehidupan. Ia diperlukan untuk mendesain sesuatu, meningkatkan kualitas hidup, mengkreasi perubahan, dan menyelesaikan masalah. Sementara itu, hampir setiap bidang kehidupan manusia memerlukan kemampuan pemecahan masalah. Bahkan, kesuksesan dalam kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan masalah baik dalam skala besar maupun kecil. Kenyataan yang terjadi pada umumnya matematika masih dirasakan sulit dipahami oleh sebagian besar siswa dan bahkan menjadi momok bagi mereka. Persepsi negatif seperti ini tidak bisa diacuhkan begitu saja, tetapi harus diatasi dengan membuat matematika sebagai pelajaran yang tidak sulit dan menyenangkan bagi siswa. Hasil pengamatan pada siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo menunjukkan bahwa siswa masih sulit untuk membuat kesimpulan, memahami permasalahan, dan memberikan alasan atas jawaban yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena pembelajaran matematika yang biasa dilakukan bersifat prosedural. Siswa belum terbiasa untuk menyelesaikan soal yang bersifat nonrutin sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan pemecahan masalah matematis mereka belum terlatih. Padahal kemampuan ini diperlukan siswa untuk dapat mengembangkan, memahami konsep-konsep, serta dapat menyelesaikan masalah matematis. Kemampuan pemecahan masalah matematis yang belum berkembang secara optimal juga terjadi siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bidang studi kelas VIII diketahui bahwa soal-soal ulangan harian dan uji blok yang diberikan guru merupakan soal-soal rutin yang sudah dikerjakan pada latihan kemudian guru hanya mengganti angka. Hasil wawancara menunjukan bahwa kompetensi yang dikembangkan oleh guru belum mencakup kemampuankemampuan berfikir tingkat tinggi seperti kemampuan. pemecahan masalah matematis. Selain itu siswa mengalami kesulitan jika diminta untuk menyelesaikan soal yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis, seperti merencanakan strategi penyelesaian masalah. Menanggapi permasalahan kemampuan pemecahan masalah yang ada di atas, maka diperlukan usaha dari guru selaku pendidik untuk menciptakan suasana 74 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 belajar dan menyenangkan. Salah satu cara untuk menggembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yaitu dengan suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan pada diri siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, meningkatkan kreativitas belajar siswa, serta meningkatkan metakognisi yang dimiliki oleh siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian ex-post facto yang bersifat kausalitas. penelitian ex-post facto disini dirancang untuk menerangkan adanya hubungan sebab akibat, dalam artian bahwa penelitian ini hanya meneliti suatu kejadian tanpa ada perlakuan sebelumnya terhadap obyek yang diteliti. Penelitian ini dirancang untuk menerangkan adanya hubungan antar variabel dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan yaitu metakognisi, motivasi belajar, dan kreativitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo yang berjumlah 75 orang. Mengingat jumlah populasi di bawah 100, maka popilasi diambil secara keseluruhan (sampel jenuh) berdasarkan Sugiyono (2001: 61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 100 orang. Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini ada 4, tiga diantaranya berupa angket yaitu angket metakognis, angket motivasi belajar, angket kreativitas belajar dan satu berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Instrumen penelitian yang digunakan harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel, oleh karena itu selain diuji validitas, juga dilakukan uji reliabilitas sebelum instrumen digunakan. Oleh karena itu, instrumen penelitian diujicobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan melalui pengisian angket dan tes dengan menggunakan instrumen yang dikembangkan. Variabel dideskripsikan yaitu metakognisi (X1), motivasi belajar (X2), kreativitas (X3), kemampuan pemecahan masalah matematika (Y). 1. Karakteristik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat metakognisi siswa sebesar 71,85. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan metakognisi siswa yang terdiri dari pengetahuan metakognitif, dan pengaturan kognisi siswa tergolong pada kategori sedang. Dari segi motivasi siswa diperoleh nilai sebesar 76,42, hal ini menunjukkan bahwa secara umum motivasi yang merupakan penggerak siswa untuk melakukan kegiatan belajar untuk mencapai sustu tujuan tertentu tergolong sedang. Selanjutnya dari segi kreativitas siswa diperoleh diperoleh nilai 68,27, hal ini menunjukkan bahwa secara umum kreativitas siswa yang merupakan suatu tindakan atau upaya untuk memahami konsep matematika dan diterapkan dalam pemecahan masalah siswa tergolong pada kategori sedang, 75 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 dan kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nila 74,80, hal ini menunjukkan bahwa secara umum Kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong sedang. 2. Pengaruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien pengaruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,470 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa metakognisi berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik metakognisi yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi. Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama yang menyatakan metakognisi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo, diterima. Hal ini berarti terjadi kesesuaian antara hipotesis dengan data yang ada sekaligus menguatkan pandangan teori metakognisi, siswa itu sendiri yang belajar untuk memiliki kemampuan tertentu, seperti mengatur dan mengontrol apa yang dipelajarinya (Uno, 2008: 134). Secara rinci Woolfolk (Uno, 2008: 134) menyatakan bahwa kemampuan tertentu tersebut meliputi empat jenis kemampuan, yaitu kemampuan pemecahan masalah, berpikir kreatif. Sementara itu, Sastrawati (2011: 4) Metakognisi adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri. Lebih lanjut, Matlin (1994: 256) menyatakan bahwa metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol kita terhadap proses kognitif yang sangat penting dalam membantu kita dalam mengatur lingkungan dan menyeleksi strategi untuk meningkatkan kemampuan kognitif kita selanjutnya. Dalam kaitannya dengan pemecahan masalah matematika, pengetahuan berbagai strategi belajar merupakan hal yang penting untuk diketahui siswa. Strategi belajar melibatkan aktivitas mental siswa, digunakan untuk memperoleh, mengingat dan memperbaiki berbagai macam pengetahuan. Siswa yang mempunyai kemampuan untuk berpikir mengenai pemikirannya lebih efektif daripada yang tidak. Metakognisi memainkan peran yang penting dalam komunikasi, keyakinan, pemahaman, membaca, menulis, kemahiran berbahasa, memperhatikan, menyimpan, menyelesaikan masalah, kognisi sosial, dan berbagai tipe kontrol diri dan pembelajaran diri. Metakognisi merujuk pada pemahaman terhadap pengetahuan, yaitu suatu pemahaman yang dapat digambarkan baik pada penggunaan yang efektif atau uraian yang jelas dari suatu pertanyaan. Memperhatikan definisi aspek metakognisi, yaitu kesadaran dari seseorang atas pengetahuannya sendiri atau pemahaman dari pengetahuannya. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa memahami aktivitas kognitif jika dia dapat menggunakannya dan mediskusikan penggunaannya. Metakognisi adalah salah satu kemampuan dimana seakan-akan individu berdiri di luar kepalanya dan mencoba merenungkan cara dia berfikir atau proses kognitif yang dilakukan. Jadi dengan metakognisi, siswa akan tahu yang diketahui dan tahu yang tidak diketahui. 76 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 Pengembangan kecakapan metakognitif pada para siswa adalah suatu tujuan pendidikan yang berharga, karena kecakapan itu dapat membantu mereka menjadi self-regulated learners. Self-regulated learners bertanggung jawab terhadap kemajuan belajarnya sendiri dan mengadaptasi strategi belajarnya mencapai tuntutan tugas, menekankan monitoring diri dan tanggung jawab siswa, mampu menjadi pebelajar mandiri, menumbuhkan sikap jujur dan berani melakukan kesalahan dan akan meningkatkan hasil belajar secara nyata. Selain itu keterampilan metakognitif diyakini memegang peranan penting pada banyak tipe aktivitas kognitif termasuk pemahaman, komunikasi, perhatian, ingatan (memory), dan pemecahan masalah, dan pebelajar mandiri, karena mendorong mereka menjadi manajer atas dirinya sendiri serta menjadi penilai atas pemikiran dan pembelajarannya sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mustaqim, 2014 dengan hasil penelitian bahwa Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan metakognitif terhadap motivasi belajar sebesar 22%. Selain itu hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar sebesar 27% dan hasil penelitian Ihsan, 2013 dengan hasil penelitian bahwa bahwa pengaruh metakognisi terhadap kreativitas belajar adalah positif dan signifikan, pengruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika secara langsung adalah positif, dan pengaruh tidak langsung metakognisi dalam kemampuan pemecahan masalah matematika melalui kreativitas belajar adalah positif dan signifikan. Hasil penelitian ini bermakna bahwa metakognisi siswa mampu memberi kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka metakognisi siswa perlu dikembangkan melalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008) Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya, membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif, meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari, membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya, dan menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilanketerampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain. Selain itu, metakognisi siswa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kebiasaan untuk berpikir positif, kebiasaan untuk bertanya, dan kebiasaan mengelola diri sendiri. 3. Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien pengaruh koefisien pengaruh motivasi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,416 dengan nilai p = 0,009 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik motivasi yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi. 77 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 Hasil pengujian terhadap hipotesis kedua yang menyatakan motivasi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo, diterima. Hal ini berarti terjadi kesesuaian antara hipotesis dengan data yang ada sekaligus menguatkan pandangan Sappaile (2012: 67) mengemukakan bahwa motif adalah segala sesuatu yang timbul dari dalam diri individu yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Suatu motif selalu mempunyai tujuan, sedang tujuan menjadi arah sesuatu kegiatan yang bermotif. Motif dan motivasi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, namun secara konseptual dapat dibedakan karena motivasi merupakan hal-hal yang berkaitan dengan timbulnya dan aktifnya motif. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran/pendidikan yang diikuti. Motivasi yang muncul dalam diri peserta didik berperan untuk menggerakkan peserta didik melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Motivasi menjamin keberlangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar tercapai. Motivasi mengubah perilaku seseorang dalam mengarahkan energinya agar aktivitas belajar berlangsung optimal. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa. Pengajaran yang bermotivasi membentuk aktivitas dan imaginitas pada guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswasiswa pada akhirnya memiliki (self motivation) yang baik. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas. Siswa yang termotivasi dalam belajarnya dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar. Disimpulkan bahwa motivasi menentukan tingkat berrhasil tidaknya kegiatan belajar siswa. Motivasi menjadi salah satu faktor yang menentukan belajar yang efektif. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraini, 2013 dengan hasil bahwa ada perbedaaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok pembelajaran PBL dengan kelompok pembelajaran konvensional, antara kelompok siswa yang bermotivasi belajar tinggi dan rendah, dan antara kelompok siswa yang berkemampuan awal tinggi dan rendah. Ada interaksi yang signifikan antara model pembelajaran, motivasi belajar, dan kemampuan awal terhadap hasil 78 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 belajar siswa. Artinya, hasil belajar siswa tergantung dari model pembelajaran, motivasi belajar, dan kemampuan awal siswa. Hasil penelitian ini bermakna bahwa motivasi belajar siswa mampu memberi kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan melalui penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, lingkungan belajar yang kondusif, gunakan metode dan kegiatan belajar yang beragam, jadikan siswa peserta aktif, buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai, ciptakan suasana kelas yang kondusif, pemerikaan tugas secara proporsional, guru harus mibatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil belajar, dan berikan petunjuk pada para siswa agar sukses dalam belajar. 4. Pengaruh Kreativitas Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo Berdasarkan hasil penelitian diperoleh koefisien pengaruh koefisien pengaruh kreativitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,487 dengan nilai p = 0,000 < 0,05. Ini menunjukkan bahwa kreativitas berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik kreativitas yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi. Hasil pengujian terhadap hipotesis ketiga yang menyatakan kreativitas belajar berpengaruh signifikan terhadap kemampuan pemecahan masalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sabbangparu Kabupaten Wajo, diterima. Hal ini berarti terjadi kesesuaian antara hipotesis dengan data yang ada sekaligus menguatkan pandangan Naiman (2006) menggambarkan kreativitas sebagai tindakan yang memutar gagasan-gagasan imajinatif dan bersifat baru ke dalam kenyataan. Kreativitas melibatkan dua proses yaitu pemikiran dan lalu menghasilkan. Inovasi merupakan hasil atau implementasi dari suatu gagasan. Jika seseorang mempunyai gagasan-gagasan tetapi tidak melalui proses-proses itu maka seseorang itu dikatakan orang imajinatif tapi bukan orang kreatif. Jadi, siswa kreativitas belajar yang baik, maka siswa tersebut memiliki kemampuan-kemampuan dalam proses pembelajaran atau mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya baik dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik dengan karaktristik senang mencari pengalaman baru, memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit, memiliki inisiatif, memiliki ketekunan yang tinggi, kritis terhadap orang lain, berani menyatakan pendapat dan keyakinannya, dan selalu ingin tahu. Hasil penelitian ini sejalan dengan Nurfitriyanti, 2014 dengan hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh kreativitas mahasiswa dan kedisiplinan mahasiswa terhadap hasil belajar kalkulus. Terdapat pengaruh kreativitas mahasiswa terhadap hasil belajar kalkulus. Dan terdapat pengaruh kedisiplinan mahasiswa terhadap hasil belajar kalkulus dan Nuzliah, 2015 dengan hasil penelitian bahwa bahwa kreativitas siswa secara umum berada pada kategori sedang, terdapat kontribusi kreativitas dengan problem solving (pemecahan masalah) siswa dalam belajar, dan terdapat kontribusi motivasi belajar, kreativitas terhadap problem solving (pemecahan masalah) siswa dalam belajar. 79 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 Hasil penelitian ini bermakna bahwa kreativitas belajar mampu memberi kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, maka kreativitas belajar siswa perlu ditingkatkan karena hal tersebut penting, sebab jika kreativitas siswa tidak muncul maka proses pembelajaran tersebut akan statis, artinya tidak ada interaksi yang baik antara pendidik dan anak didik. Kreativitas belajar siswa dapat ditingkatkan melalui peningkatan : 1) faktor internal siswa, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) meliputi kesempurnaan fungsi seluruh panca indera terutama otak dan aspek psikologis (rohaniah) seperti kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi, dan kreativitas siswa; 2) faktor eksternal siswa yang terdiri dari lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial, lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi kreativitas belajar seorang siswa; dan 3) faktor instrumental, yang terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa. PENUTUP Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat metakognisi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 71,85, tingkat motivasi siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 76,42, kreativitas siswa berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 68,27 dan kemampuan pemecahan masalah siswa diperoleh nila 74,80. Koefisien pengaruh metakognisi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,470 dengan nilai p = 0,000 < 0,05, ini menunjukkan bahwa metakognisi berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa; Koefisien pengaruh motivasi terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,416 dengan nilai p = 0,009 < 0,05, ini menunjukkan bahwa metakognisi berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa; Koefisien pengaruh koefisien pengaruh kreativitas belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah sebesar 0,487 dengan nilai p = 0,000 < 0,05, ini menunjukkan bahwa kreativitas berpengaruh signifikan positif terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa, Hal ini dapat diartikan bahwa semakin baik metakognisi, motivasi belajar, dan kreativitas belajar yang dimiliki siswa, maka kemampuan pemecahan masalah bagi siswa tersebut tersebut semakin tinggi. Saran Dari simpulan penelitian, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut (1) Dari segi motivasi belajar siswa perlu ditingkatkan melalui penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajar, lingkungan belajar yang kondusif, gunakan metode dan kegiatan belajar yang beragam, jadikan siswa peserta aktif, buatlah tugas yang menantang namun realistis dan sesuai, ciptakan suasana kelas yang kondusif, pemerikaan tugas secara proporsional, guru harus mibatkan diri untuk membantu siswa mencapai hasil belajar, dan berikan petunjuk pada para 80 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 siswa agar sukses dalam belajar, (2) Dari segi metakognisi siswa perlu dikembangkan melalui kegiatan belajar dengan membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya, membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif, meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari, membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya, dan menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilanketerampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain. Selain itu, metakognisi siswa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kebiasaan untuk berpikir positif, kebiasaan untuk bertanya, dan kebiasaan mengelola diri sendiri, dan (3) Dari segi kreativitas belajar siswa perlu ditingkatkan melalui peningkatan : a) faktor internal siswa, yaitu aspek fisiologis (jasmaniah) yaitu kesehatan dan fungsi seluruh panca indera terutama otak dan aspek psikologis (rohaniah) seperti kecerdasan/ intelejensi siswa, sikap, minat, bakat, motivasi, dan kreativitas siswa; b) faktor eksternal siswa yang terdiri dari lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial seperti guru, para staf administrasi, dan 3) faktor instrumental, yang terdiri dari penyediaan gedung atau sarana fisik kelas, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum atau materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses belajar dan kreativitas belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, 2013. Problem Based Learning, Motivasi Belajar, Kemampuan Awal, dan Hasil Belajar Siswa SMK. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 19, Nomor 2, Desember 2013, hlm. 187-195. Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya. Firdaus, A. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. (online),(http:// madfirdaus. wordpress. com/2009/11/23/kemampuanpemecahanmasalah-matematika/, diakses 13 Desember 2015) Ihsan, Muhammad. 2013 tentang pengaruh Metakognisi dan Motivasi Belajar terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Kreativitas Belajar Siswa SMP Negeri di Kecamatan Kindang Kabupaten Bulukumba. Tesis PPs UNM, Tidak Diterbitkan.. Matlin. M.W.1994. Cognition. Ed 3th. USA: State University of New York. Nurfitriyanti, 2014 tentang Pengaruh Kreativitas dan Kedisiplinan Mahasiswa terhadap Hasil Belajar Kalkulus, Jurnal Formatif. 219-226, 2014 ISSN: 2088-351X. Nuzliah, 2015. Kontribusi Motivasi Belajar, Kreativitas terhadap Problem Solving (Pemecahan Masalah) Siswa dalam Belajar Serta Implikasi terhadap Bimbingan dan Konseling Di SMPN 29 Padang. Jurnal Edukasi Vol 1, Nomor 2, July 2015. Sappaile, Baso Intang. 2012. Menumbuhkan Motivasi Belajar Matematika Peserta Didik Sekolah Dasar (Jurnal). Jurnal Pendidikan Matematika 81 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 volume 3 nomor 1.(online).( http://jurnal-pmat.webs.com diakses 25 Februari 2015) Sugiyono 2001. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Penerbit Alfabeta. Suherman dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI-JICA. Bandung. Taccasu Project. 2008. Metacognition. [Online]. Tersedia: http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html. Uno, B. Hamzah, 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Wahyudi, Iwan. 2012 Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood,Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Universitas Pendidikan Indonesia (online) (repository.upi.edu.diakses 30 desember 2015). 82 JURNAL DAYA MATEMATIS, Volume 4 No. 1 Maret 2016 83