Academia.eduAcademia.edu

Manajemen Pembelajaran (Metode Talking Chips)

Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus pandai dalam membawakan pembelajaran yang baik bagi anak didiknya. Sehingga pembelajaran dibutuhkan suatu model pebelajaran yang akan membuat siswa tidak mudah bosan dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menunjang keaktifan siswa. Sehingga tidak hanya guru yang aktif didepan kelas, akan tetapi siswa juga turut serta aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk berbicara dan mengemukakan pendapat serta ide yang dapat menunjang kemampuan siswa dalam belajar terutama dalam berbicara didalam kelas. Model-model belajar tersebut adalah model pembelajaran active learning yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Berikut makalah ini akan membahas dan mengurai tentang salah satu model pembelajaran active learning yang dapat diterapkan dalam belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus pandai dalam membawakan pembelajaran yang baik bagi anak didiknya. Sehingga pembelajaran dibutuhkan suatu model pebelajaran yang akan membuat siswa tidak mudah bosan dalam menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dan dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Banyak sekali model-model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk menunjang keaktifan siswa. Sehingga tidak hanya guru yang aktif didepan kelas, akan tetapi siswa juga turut serta aktif dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa akan terlatih untuk berbicara dan mengemukakan pendapat serta ide yang dapat menunjang kemampuan siswa dalam belajar terutama dalam berbicara didalam kelas. Model-model belajar tersebut adalah model pembelajaran active learning yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Berikut makalah ini akan membahas dan mengurai tentang salah satu model pembelajaran active learning yang dapat diterapkan dalam belajar siswa. Rumusan Masalah Apa Pengertian Dari Model Pembelajaran Talking Chips ? Bagaimana Penerapan Model Talking Chips Dalam Pembelajaran ? Apa Saja Tujuan Model Pembelajaran Talking Chips Dalam Pembelajaran ? Bagaimana Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Talking Chips? Apa Saja Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Talking Chips ? BAB II PEMBAHASAN Pengertian Talking Chips Secara bahasa, talking adalah kata yang diambil dari bahasa inggris yang berarti berbicara. Sedangkan chips adalah kartu. Atau disebut dengan kartu yang berbicara. Sedangkan dalam pembelajaran, Talking Chips adalah pembelajaran yang dilakukan dengan berkelompok dengan anggota 4-5 orang, masing masing anak membawa sejumlah kartu untuk menandai bahwa mereka telah berpendapat dengan meletakkan kartu tersebut diatas meja. Pembelajaran model Talking Chips ini pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Secara sederhana, penggunaan kartu dapat digantikan dengan benda-benda kecil lainnya yang dapat menarik perhatian siswa, yaitu seperti kancing bacu, permen, potongan lidi, sendok es krim atau biji kenari dan lain-lain. Karena benda-benda tersebut berbunyi gemrincing, maka istilah untuk Talking Chips dapat disebut juga dengan “kancing gemrincing”. (Lie, 2002: 63) Penerapan Model Talking Chips Dalam Pembelajaran Model pembelajaran Talking Chips dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia anak didi. Kegiatan kancing gemrincing membutuhkan pengelompokan siswa menjadi beberapa kelompok. Teknik ini dapat memberikan kontribusi siswa secara merata. Teknik ini dapat digunakan untuk berdiskusi, Tanya jawab, mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya atau untuk saling mengevaluasi hapalan siswa. Teknik kancing gemrincing ini dirancang untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan kesempatan berbicara siswa yang sering mewarnai kerja kelompok. Karena sering kali dalam diskusi kelompok ada anggota yang dominan dan banyak bicara, sebaliknya juga ada yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Dalam penerapan Talking Chips ini dalam pembelajaran, diharapkan semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk aktif dalam mengemukakan pendapat dan pembagian tugas dalam diskusi kelompok. Menrut Sonia dalam “Talking Chips (A Book of Multiple Intellegence Exercise From Spain)”, Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu : Proses sosial. Proses sosial sangat penting perannya karena menuntut siswa dalam bekerjasama dengan kelompoknya. Proses penguasaan materi. Siswa dapat membangun pengetahuannya dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Dengan proses tersebut, siswa dapat belajar berdiskusi, meringkas, memperjelas suatu gagasan dan konsep atau materi yang mereka pelajari serta mampu memecahkan masalah-masalah. Tujuan Model Pembelajaran Talking Chips Model pembelajaran Talking Chips ini memiliki tujuan tidak hanya sekedar penguasaan materi saja, akan tetapi adanya unsur kerjasama untuk penguasaan materi. Karena model Talking Chips ini adalah model pembelajaran berkelompok, maka siswa dapat bertukar pendapat, saling memahami pemikiran masing-masing anggota, tanya jawab sesama anggota kelompok, dan bersama-sama dalam memecahkan masalah. Sehingga siswa dapat belajar untuk mengemukakan pendapat dan berbicara didalam kelas didepan teman-temannya. Dengan demikian, siswa akan terus melatih dan belajar kemampuannya untuk berbicara dan aktif didalam kelas. Sehingga siswa tidak hanya menggantungkan dirinya kepada rekannya yang aktif dikelas dan siswa akan sedikit demi sedikit belajar untuk aktif didepan kelas. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Talking Chips Menurut Masitoh dan Laksmi Dewi (2009:244), terdapat lima langkah penting atau tahapan dalam pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Talking Chips ini, yaitu : Guru menyiapkan kotak kecil yang berisikan kartu atau kancing atau benda-benda kecil yang dapat digunakan oleh model ini (sendok es krim, kacang kenari, batang-batang lidi dan lain-lain). Setiap siswa mendapatkan masing-masing 2-5 buah kartu atau kancing. Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat atau ide, maka siswa memasukkan kartu atau kancing tersebut kedalam kotak yang telah disediakan oleh guru. Jika kancing atau kartu yang telah dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya menghabiskan kartu atau kancingnya. Jika semua tugas belm terselesaikan akan tetapi kartu atau kancing telah habis, maka kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi-bagi dan mengulang prosedurnya kembali. Kelebihan Dan Kelemahan Model Pembelajaran Talking Chips Kelebihan Untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan berbicara siswa dalam berdiskusi. Mendorong siswa untuk lebih aktif berbicara saat berdiskusi kelompok. Mempermudah siswa untuk menyampaikan gagasan dan ide. Memberikan kesempatan bagi siswa yang pasif untuk dapat mengemukakan idenya dalam berdiskusi, sehingga antara siswa yang aktif dan dominan dengan siswa yang pasif mempunyai kesempatan yang sama untuk menyalurkan ide dan gagasan. Menuntut siswa untuk memiliki tanggung jawab, sehingga siswa tidak bergantung kepada rekan kelompoknya saja, akan tetapi juga ikut berkontribusi dalam kelompok. Kelemahan Tidak semua konsep dapat mengungkapkan model Talking Chips, disinilah tingkat personalitas guru dinilai. Pengelolaan waktu saat persiapan dan pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa. Memerlukan waktu yang cukup lama. Guru harus terus mengawasi setiap siswa didalam kelas, sehingga metode ini akan semakin sulik ditangani apabila jumlah siswa didalam kelas terlalu banyak. BAB III PENUTUP Kesimpulan Model pembelajaran Talking Chips merupakan model pembelajaran yang berorientasi siswa untuk aktif didepan kelas. Sehingga tidak hanya guru yang berbicara didalam kelas, akan tetapi siswa juga belajar untuk aktif didalam kelas. Model ini menuntut siswa untuk aktif dan dominan untuk menyampaikan ide dan gagasannya didepan kelas, memahami pemikiran-pemikiran orang lain, menjelaskan gagasan, berdiskusi dalam kelompok. Model pembelajaran ini dapan digunakan dalam semua mata pelajaran dan dapat diterapkan oleh semua usia anak didik dalam proses belajar mengajar. DAFTAR PUSTAKA http://ainamulyana.blogspots.co.id/2011/11/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html?m=1 Selasa, 30 Mei 2016 09 : 43 http://selametkamsompd.blogspot.com/2014/10/pembelajaran-kooperatif-tipe-talking.html Senin, 29 Mei 2016 14 : 54 6