Academia.eduAcademia.edu

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.

MAKALAH KOMUNIKASI INTERPERSONAL Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Perkantoran Oleh: Ajeng Ayu Puja K. (1401886) Ayu Sekarini (1400190) Asri Kania Larasati (1400636) Disa Hastaria S. (1403548) Fairuz Azkia (1404658) Miftah Maulana (1401123) Syifa Nuraprilia (1403298) Tiara Sri Rahayu (1406659) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Perkantoran. Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bandung, April 2016 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 1.4 Manfaat 2 BAB II PEMBAHASAN 3 2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal 3 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal 4 2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal 6 2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal 9 2.1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal 12 2.1.5 Jenis Komunikasi Interpesonal 14 2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal 16 2.2 Hubungan Interpersonal 22 2.2.1 Teori Hubungan Interpersonal 22 2.2.2 Ciri-ciri Hubungan Interpersonal 28 2.2.2 Siklus Hubungan Interpersonal 31 2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal 35 2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif 36 2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif 42 2.3.3 Cara Melakukan Komunikasi Interpersonal Yang Efektif 43 2.4 Sistem Komunikasi Interpersonal 45 2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem 45 2.4.2 Aturan dan Harapan 53 2.4.3 Persepsi 55 2.5 Etika Komunikasi Interpersonal 58 2.6.1 Pengertian Etika 58 2.6.2 Aliran Etika 59 2.6.3 Dasar-dasar Etika 61 2.6.4 Etika Komunikasi Interpersonal 63 2.6 Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal 71 2.6.1 Kelebihan Komunikasi Interpersonal 71 2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal 72 2.7 Hambatan Komunikasi Interpersonal 74 BAB III PENUTUP 79 3.1 Simpulan 79 3.2 Saran 80 DAFTAR PUSTAKA 81 LAMPIRAN 82 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Komunikasi Tatap Muka 5 Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal 6 Gambar 3 Proses Komunikasi Interpersonal 17 Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi 19 Gambar 5 Siklus Hubungan Interpersonal 31 Gambar 6 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif 43 Gambar 7 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem 46 Gambar 8 Pengaruh Harapan dan Aturan Terhadap Pola Komunikasi Interpersonal 54 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling mendasar. Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat meluas jangkauannya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa, yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan relatif permanen Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain atau pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini, komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin kerjasama untuk bisa bertahan hidup. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hambatan berupa perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik yang disebabkan oleh kesalahfahaman dalam berkomunikasi secara interpersonal. Menghadapi situasi seperti ini, maka kita perlu memiliki pengetahuan mengenai cara berkomunikasi yang baik dan efektif. Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat diperlukan agar kita dapat menjalin interaksi dan melaksanakan aktivitas dengan lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi formal. Lebih penting lagi ketika aktivitas di dalam lingkungan pekerjaan dimana sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal. Maka dari itu, kemampuan atau soft skill komunikasi interpersonal sangatlah penting. Untuk bisa meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal, tentunya kita harus paham dan mengerti apa dan bagaimana sesungguhnya komunikasi interpersonal itu. Sehingga, penulis tertarik untuk menyusun sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Interpersonal”. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut: Bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal? Bagaimana proses komunikasi interpersonal? Bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal? Bagaimana etika komunikasi interpersonal? Apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal? Apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal? Tujuan Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal? Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal? Untuk mengetahui bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal? Untuk mengetahui bagaimana etika komunikasi interpersonal? Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal? Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal? Manfaat Dengan adanya makalah ini diharapkan memiliki manfaat untuk pembaca agar memahami mengenai konsepsi komunikasi interpersonal sehingga dapat menggunakan komunikasi interpersonal secara efektif dalam berbagai aktivitas. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia secara perorangan, kelompok ataupun organisasi, tidak mungkin dapat terjadi. Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian seseorang terhadap orang lain (Effendy, 2007, p. 9). Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur, tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik, seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi interpersonal (Sendjaja, 2004). 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara simultan dan spontan. R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung (Cangara, 1998, p. 32). Selaras dengan itu De Vito dalam Saudia (2013) menjelaskan komunikasi interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau sekelompok orang (komunikator) dan diterima oleh orang yang lain (komunikan) dengan efek dan umpan balik yang langsung. Dengan demikian, komunikasi interpersonal terjadi secara aktif bukan pasif. Komunikasi ini merupakan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak. Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat, dan dorongan agar dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai dengan topik yang dikaji bersama. Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis), komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal lebih bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26). Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal sehingga komunikator dan komunikan dapat menerima dan memberikan umpan balik secara langsung yang dilakukan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih, dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media. Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 1 Komunikasi Tatap Muka Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. 2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27) mengemukakan komponen-komponen tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu dicermati setiap komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima, (3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6) Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi. Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 2 Komponen Komunikasi Interpersonal Konteks (lingkungan) Konteks atau lingkungan merupakan sesuatu yang kompleks. Antara dimensi fisik, sosial-psikologis dan dimensi temporal saling mempengaruhi satu sama lain. Kita mesti memahami bahwa kenyamanan ruangan, peranan seseorang dan tafsir budaya serta hitungan waktu, merupakan contoh dari sekian banyak unsur lingkungan komunikasi. Komunikasi sering berubah-ubah, tidak pernah statis melainkan selalu dinamis. Komponen sumber-penerima Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan seseorang dalam berkomunikasi adalah sumber yang juga penerima. Sebagai sumber dalam berkomunikasi menunjukkan bahwa kita mengirim pesan. Kita mengirim pesan berarti kita berbicara, menulis, memberikan isyarat tubuh atau tersenyum. Kita menerima pesan orang lain, berati kita mendengarkan, melihat secara visual bahkan melalui merabanya atau menciumnya. Pada saat kita berbicara dengan orang lain, kita berusaha memandangnya untuk memperoleh tanggapan: dukungan, pengertian, simpati, dan sebagainya, dan pada saat kita menyerap isyarat-isyarat non-verbal, kita menjalankan fungsdi penerima dalam berkomunikasi. Enkoding-Dekoding Baik sebagai sumber ataupun sebagai penerima, seseorang mengawali proses komunikasi dengan mengemas pesan (pikiran atau suatu ide) yang dituangkan ke dalam gelombang suara (lembut, berapi-api, tegas, marah dan sebagainya) atau ke dalam selembar kertas. Kode-kode yang dihasilkan ini berlangsung melalui proses pengkodean (enkoding). Bagaimana suatu pesan terkodifikasi, amat tergantung pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang mempengaruhi. Sebelum suatu pesan itu disampaikan atau diterimakan, dalam berkomunikasi kita berusaha menghasilkan pesan simbol-simbol patut diterjemahkan lebih dahulu kedalam ragam kode atau simbol tertentu oleh si-penerima melalui mendengarkan atau membaca. Inilah pengkoden kembali (dekoding) dari pesan yang dikirim dan tentu saja tidak akan lepas dari adanya keterbatasan penafsiran pesan. Sepertihalnya kodifikasi pesan oleh sipengirim, pengkodean di pihak penerimapun dibatasi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang dianut. Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan dalam mempengaruhi isi dan bentuk pesan komunikasi. Suatu topik pembicaraan dapat dipahami bahwa hal itu layak dikomunikasikan pada orang tertentu dalam lingkungan tertentu, tetapi hal itu pula tidak layak untuk orang dan lingkungan yang lain. Kompetensi komunikasi juga mencakup kemampuan tentang tatacara perilaku non-verbal seperti kedekatan, sentuhan fisik, dan suara keras. Masalah kompetensi komunikasi dapat mengungkapkan mengapa seseorang begitu mudah menyelesaikan studi, begitu cepat membina karir, begitu menyenangkan dalam berbicara, sedang yang lainnya tidak. Anda di sini dituntut dapat meningkatkan kompetensi komunikasi, sehingga menjadi banyak pilihan untuk Anda berperilaku. Pesan dan Saluran Pesan sebenarnya merupakan produk fisik dari proses kodifikasi. Jika seseorang itu berbicara, maka pembicaraan itu adalah pesan. Jika seseorang itu menulis, maka tulisan itu adalah pesan. Bila kita melakukan suatu gerakan, maka gerakan itu adalah pesan. Pesan itu dipengaruhi oleh kode atau kelompok simbol yang digunakan untuk mentransfer makna atau isi dari pesan itu sendiri dan dipengaruhi oleh keputusan memilih dan menata kode dan isi tersebut. Menurut Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa kendala utama dalam berkomunikasi seringkali lambang atau simbol yang sama mempunyai makna yang berbeda. Artinya, kekurangcermatan di dalam memilih kode atau mentransfer makna dan menata kode dan isi pesan, dapat menjadi sumber distorsi komunikasi. Karena itu komunikasi menurut mereka seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan yang terlibat. Saluran merupakan medium, lewat mana suatu pesan itu berjalan. Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber komunikasi dalam organisasi biasanya ditetapkan menurut jaringan otoritas yang berlaku bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan secara formal dalam organisasi itu. Sedangkan saluran informal biasanya biasanya digunakan untuk meneruskan pesan-pesan pribadi atau pesan-pesan sosial yang menyertai pesan-pesan yang disampaikan secara formal. Umpan Balik Umpan balik merupakan pengecekan tentang sejauhmana sukses dicapai dalam mentransfer makna pesan sebagaimana dimaksudkan. Setelah penerima pesan melaksanakan pengkodean kembali, maka yang bersangkutan sesungguhnya telah berubah menjadi sumber. Maksudnya bahwa yang bersangkutan mempunyai tujuan tertentu, yakni untuk memberikan respon atas pesan yang diterima, dan ia harus melakukan pengkodean sebuah pesan dan mengirimkannya melalui saluran tertentu kepada pihak yang semula bertindak sebagai pengirim. Umpan balik menentukan apakah suatu pesan telah benar-benar dipahami atau belum dan adakah suatu perbaikan patut dilakukan. Gangguan Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan pesan. Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima dalam menerima pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik. Efek Komunikasi Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau dampak atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan pengetahuan, sikap-sikap baru atau memperoleh cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi psiko-motorik 2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif (Fajar, 2009, p. 80) yaitu: Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan demikian komunikasi antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku seseorang. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang dunia luar. Menurut Widjaja dalam bukunya (2010, p. 8) Fungsi komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain. Komunikasi interpersonal dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat seseorang bisa memperoleh kemudahan dalam hidupnya karena memiliki pasangan hidup. Melalui komunikasi interpersonal juga dapat berusaha membina hubungan baik, sehingga menghindari dan mengatasi terjadinya konflik-konflik yang terjadi Seseorang berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal adalah: 1) menyampaikan informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan simpati; 4) melakukan kerja sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan motivasi (Purwanto, 2011, p. 27). Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai berikut: Menemukan diri sendiri Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenali jati diri, atau dengan kata lain menemukan diri sendiri (Suranto, 2011, p. 20). Melalui komunikasi interpersonal pula kita dapat belajar bagaimana kita belajar menghadapi orang lain, apa kekuatan dan kelemahan kita, dan siapa yang kita sukai atau tidak. Menemukan dunia luar Melalui komunikasi interpersonal kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita. Hal itu menjadikan kita memahami dunia luar, dan kita dapat lebih banyak mendapatkan informasi. Bahkan kepercayaan, kenyataan, sikap dan nilai-nilai kita secara tidak langsung dan tanpa sadar dipengarui lebih banyak oleh pertemuan interpersonal daipada oleh media atau pendidikan formal. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti Sebagian besar waktu kita digunakan untuk berkomunikasi secara interpersonal dengan orang lain. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan yang demikian dapat membantu mengurangi kesepian dan depresi, menjadikan kita sanggup saling berbagi, dan pada umumnya membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang paling efektif dan mempunyai pengaruh yang besar dalam merubah sikap seseorang. Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberikan makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap. Misalnya seorang ayah menginginkan anaknya agar ada perubahan sikap dan perilaku agar anaknya meningkatkan intensitas belajarnya, dan mengurangi ketergantungan memainkan hand phone dan internet. Untuk bermain dan kesenangan Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujaun utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita, berdiskusi, bercerita hal-hal ringan dan lucu, kegiatan komunikasi semacam itu dapat memberikan keseimbangan yang penting dalma pikiran yang memerlukan rileks dari semua keseriusan di lingkungan kita. Untuk membantu (konseling) Ada beberapa profesi yang memang mengandalkan kemampuan komunikasi interpersonal untuk menjalankan pekerjaannya, seperti seorang ahli psikologi. Kita semua juga pada umumnya berfungsi membantu orang lain dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Misalnya seorang remaja curhat kepada sahabatnya mengenai putus cinta. Tanpa disadari bahwa tujuan melakukan curhat tersebut adalah untuk mendapatkan bantuan pemikiran sehingga didapat solusi yang terbaik. Contoh lain, seorang mahasiswa berkonsultasi dengan dosen pembimbing akademik tentang suatu mata kuliah yang sebaiknya diambil. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk menunjukan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek (Suranto, 2011, p. 19). Misalnya, seorang pemimpin bertanya kepada karyawannya mengenai kabar karyawannya, sebenarnya mungkin pemimpin tersebut tidak bermaksud mengorek jawaban dari karyawan mengenai keadaan diri dan kesehatannya secara, namun hal tersebut dilakukan untuk memberikan kesan positif kepada karyawan dan tentunya menjaga hubungan yang baik dengan karyawan tersebut. 2.1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan: Fungsi Sosial Untuk kebutuhan biologis dan psikologis Sejak lahir kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Kita belajar makna cinta, kasih sayang, keintiman, simpati, rasa hormat, rasa bangga, bahkan iri hati dan kebencian. Melalui komunikasi kita dapat mengalami berbagai kualitas perasaan itu dan membandingkannya antara perasaan satu dengan perasaan yang lain. Mengembangkan hubungan timbal balik Komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan baik secara verbal atau nonverbal, seseorang penerima beraksi dengan jawaban verbal atau menggunakan kepala, kemudian orang pertama beraksi lagi setelah menerima respons atau umpan balik dari kedua, dan begitu seterusnya. Jadi hubungan timbal balik ini berfungsi sebagai unsur pemerkarya, pemerkuat komunikasi antar pribadi sehingga harapan-harapan dalam proses komunikasi menjadi sungguh-sunguh terjadi. Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri Komunikasi itu penting membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Pernyataan eksistensi diri orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau pernyataan eksistensi diri. Ketika berbicara, kita sebenarnya menyatakan bahwa kita ada. Menangani konflik Untuk melakukan komunikasi dengan baik, sebaiknya kita mengetahui situasi dan kondisi serta karakteristik lawan bicara. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa setiap manusia itu seperti sebuah radar yang melingkupi lingkungan. Manusia bias menjadi sangat sensitive pada bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan, intonasi suara yang akan membantu individu untuk memberi penekanan pada kebenaran, ketulusan dan reliabilitas dari komunikasi itu sendiri sehingga komunikasi itu sendiri dapat mempengaruhi pola pikir lawan bicara kita. Dengan demikian komunikasi antarpribadi berfungsi untuk mengurangi atau mencegah timbulnya suatu konflik didalam suatu organisasi atau kelompok masyarakat. Fungsi pengambilan keputusan Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi Dalam proses memberi atau bertukar informasi, komunikasi sangat memiliki pengaruh yang sangat efektif digunakan karena dalam hal ini komunikasi dapat mewakili informasi yang dikehendaki dalam pesan yang dia sampaikan sebagai bahan perakapan pada kegiatan komunikasi. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain Komunikasi yang berfungsi seperti ini mengandung muatan persuasif dalam arti pembicara ingin pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak untuk diketahui. Bahkan komunikasi yang sifatnya menghiburpun secara tidak langsung membujuk kalayak untuk melupakan persoalan hidup mereka. 2.1.5 Jenis Komunikasi Interpesonal Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c) berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman (Andi Nuraedah Nur, 2009, p. 4). Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah individu yang terlibat, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan diadik dan hubungan triad. Hubungan diadik merupakan hubungan atara dua individu. Kebanyakan hubungan kita dengan orang lain bersifat diadik. William Wilmot mengemukakan beberapa ciri khas hubungan diadik, dimana setiap hubungan diadik memiliki tujuan khusus, individu dalam hubungan diadik menampilkan wajah yang berbeda dengan ‘wajah’ yang ditampilkannya dalam hubungan diadik yang lain, dan pada hubungan diadik berkembang pola komunikasi (termasuk pola berbahasa) yang unik atau khas yang akan membedakan hubungan tersebut dengan hubungan diadik yang lain. Sedangkan hubungan triad merupakan hubungan antara tiga orang. Hubungan triad ini memiliki ciri lebih kompleks, tingkat keintiman atau kedekatan anatar individu lebih rendah, dan keputusan yang diambil lebih didasarkan voting atau suara terbanyak (dalam hubungan diad, keputusan diambil melalui negosiasi). Hubungan interpersonal berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, dibagi menjadi 2, yaitu hubungan tugas dan hubungan sosial. Hubungan tugas merupakan sebuah hubungan yang terbentuk karena tujuan menyelesaikan sesuatu yang tidak dapat dikerjakan oleh individu sendirian. Misalnya hubungan antara pasien dengan dokter, hubungan mahasiswa dalam kelompok untuk mengerjakan tugas, dan lainlain. Sedangkan hubungan sosial merupakan hubungan yang tidak terbentuk dengan tujuan untuk menyelesaikan sesuatu. Hubungan ini terbentuk (baik secara personal dan sosial). Sebagai contoh adalah hubungan dua sahabat dekat, hubungan dua orang kenalan saat makan siang dan sebagianya. Hubungan interpersonal berdasarkan jangka waktu juga dibagi menjadi 2, yaitu hubungan jangka pendek dan hubungan jangka panjang. Hubungan jangka pendek merupakan hubungan yang hanya berlangsung sebentar. Misalnya hubungan antara dua orang yang saling menyapa ketika bertemu di jalan. Sedangkan hubungan jangka panjang berlangsung dalam waktu yang lama. Semakin lama suatu hubungan semakin banyak investasi yang ditanam didalamnya (misalnya berupa emosi atau perasaaan, materi, waktu, komitmen dan sebagainya). Dan karena investasi yang ditanam itu banyak maka semakin besar usaha kita untuk mempertahankannya. Selain ketiga jenis hubungan interpersonal yang sudah dijelaskan di atas, masih terdapat satu lagi jenis hubungan interpersonal yang didasarkan atas tingkat kedalaman atau keintiman, yaitu hubungan biasa dan hubungan akrab atau intim. Hubungan biasa merupakan hubungan yang sama sekali tidak dalam atau impersonal atau ritual. Sedangkan hubungan akrab atau intim ditandai dengan penyingkapan diri (self-disclosure). Makin intim suatu hubungan, makin besar kemungkinan terjadinya penyingkapan diri tentang hal-hal yang sifatnya pribadi. Hubungan intim terkait dengan jangka waktu, dimana keintiman akan tumbuh pada jangka panjang. Karena itu hubungan intim akan cenderung dipertahankan karena investasi yang ditanamkan individu di dalamnya dalam jangka waktu yang lama telah banyak. Hubungan ini bersifat personal dan terbebas dari hal-hal yang ritual. 2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi interpersonal adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut: Penginterprestasian Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proseskomunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting. Penyandian Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret. Pengiriman Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirimpesan. Perjalanan Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan. Penerimaan Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan. Penyandian Balik Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding). Penginterpretasian Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan. Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 3 Proses Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif: Perspektif Psikologis Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal. Perspektif Mekanis Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal. Komunikasi ini dibedakan menjadi: Proses komunikasi primer. Proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi linier. Proses komunikasi sirkular. Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adlah penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator. Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa: Komunikasi bersifat dinamis. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat. Pesankomunikasi tidak harus diterima. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi. Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah, 2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu: 1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan. 2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan. 3. Pengirim menyampaikan pesan. 4. Penerima menerima pesan 5. Penerima menafsikan pesan. 6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim. Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah diagram berikut: Tahap 1 pengirim mempunyai gagasan Tahapan 2 Pengirim mengubah ide menjadi pesan Tahapan 3 Pengirim mengirim pesan Tahapan 6 Penerima mengirim ide pesan Tahapan 5 Penerima menafsirkan pesan Tahapan 4 Penerima menerima pesan SALURAN dan MEDIA Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengiriman pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingn disampaikn kepada pihak lain atau audiens.ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas di hadapan kita. Dunia ini penuh dengn berbagai macam informasi baik yang dapat dilihat, didengar dibaui, dikecap, maupun diraba.Ide-ide yang ada dalam benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada alam jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kira terdahap kenyataan. Setia orang akan memiliki peta mental yang berbea karena kita memandang dunia dan menyerap berbagai pengalaman dengan suatu cara yang unik dan bersifat individual. Karena persepsi adalah hal yang unik, ide yang ingin disampaikan seseorang mungkin akan berbeda dengan pikiran orang lain. Bahkan dua orang yang memiliki suatu pengalaman yang sama terhadap suatu hal atau kejaidian, akan memiliki kesan ang tidak serupa. Sebagai contoh ada dua orang yang sama-sama mengikuti briefing dari pemimpin perusahaan.Apabla mereka diminta untuk menceritakan pengalaman mereka masing-masing, tentu ada beberapa hal yang berbeda.Mengapa demikian? Hal ini terjadi karena setiap orang akan menyaring informasi yang didapat, dan hanya akan memperhatikan dan mengingat ha-ha yang mereka anggap mnarik atau enting. Seseorang komunikator yang baik, harus perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan.Dalam dunia komunikasi, proses tersebut dikenal sebagai abstraksi (abstraction). Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan Dalam suatu proses komunikas, tidak semua ide dapat diteruma atau imengerti dengan sempurna. Poses komunikasi dimuai dengan adanya ide dalam pikiran, yang lalu diubah kedalam bentuk pesan-pesan seperti dalam benutk kata-kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian disampaikan kepada orang lain. Agar dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan) maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang buaya. Seagai contoh sederhana, pada umumna orang timur cenderung menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa taklangsung dan bahasa yang halus. Untuk menyatakan sikap menolak, seseorang terlebih dahulu harus menggunakan kalimat-kalimat pembuka yang bersifat netral, baru kemudan menyatakan sikap penolakan. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan Setelah mengubah ide-ide dalam suatu pesan, tahapan berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai sauran yang ada kepada si penerima pesan.Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relative endek, tetapi ada juga yang cuku panjang.Panjang pendeknya komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Bila menyapaikan pesa-pesan yang panjang dan kompleks secara lisan, pesan-pesan tersebut bias jadi terdistirsi atau bahkan bertentangan dengan pesan aslinya, disamping itu, dalam menyampaian suatu pesan, berbagai media komunikasi, media tertulis maupun lisan dapat digunakan. Leh karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaian. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan Komunikasi anatara seseorang dengan oaring lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirimkan suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. Jika seseorang mengirim sepucuk surat, komunikasi baru isa terjalin ba penerima surat membaca dan memahami isinya.jika seseorang menyampaikan pidatonya di hadapan umum, para pndengar sebagai audiens harus dapat mendengar apa yang dikatakan dan memahami pesan-pesan yang disampaikan. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan.Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditasirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang disampaikan oleh pengirim pesan. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai komunikasi.Umpan balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setalah menerima pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut, memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan secara tertulis. Sebagai contoh, seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk surat dari pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima beritaa yang menyenangkan dari piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi wajah tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam berkomunikasi. Disamping itu, adanya umpan balik akan dapat menunjukan adanya factor-faktor penghambat komunikas, misalnya perbedaan latar lbelakang, perbedaan penafsiran kata-kata, dan perbedaan reaksi secara emosional. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah interaksi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak (Suranto, 2011, p. 27). Hubungan interpersonal dapat dilakukan di berbagai aktivitas atau kegiatan, baik itu kegiatan pekerjaan, kesenian, keagamaan, konferensi dan sebagainya. Teori Hubungan Interpersonal Berdasarkan teori dari Coleman dan Hammen dalam buku Jalaluddin Rakhmat (1996, p. 120) menyebutkan ada empat buah teori atau model hubungan interpersonal, yaitu: Model Pertukaran Sosial Model ini memandang bahwa pola hubungan interpersonal mencapai transaksi dagang. Hubungan antar manusia (interpersonal) itu berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing memperoleh keuntungan dalam transaksi nya atau malah merugi. Jika memperoleh keuntungan maka hubungan interpersonal berjalan mulus, tetapi jika merasa rugi maka hubungan itu akan terganggu, putus atau bahkan berubah menjadi permusuhan. Dengan demikian, orang berniat untuk menjalani hubungan dengan orang lain karena dilandasi oleh adanya keinginan untuk mendapat keuntungan, yaitu memenuhi kebutuhannya. Asumsi teori ini, setiap individu secara sadar merasa nyaman menjalain hubungan interpersonal hanya selama hubungan tersebut mememuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Menurut Jalaludin Rakhmat, ganjaran ialah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, maupun bentuk penghargaan lainnya. Makna ganjaran bagi setiap individu saling berbeda. Bagi orang yang tidak mampu secara ekonomi, ganjaran berupa uang memiliki bila yang amat tinggi. Dengan demikian seseorang secara sukarela menjalin hubungan dengan orang lain, sepanjang ganjaran berupa penghasilan atau uang yang diharapakan itu dapat terwujud (1996, p. 121). Namun bagi orang uang sudah sangat mapan secara ekonomi, ketika menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain yang diharapkan bukan ganjaran berupa uang, akan tetapi ganjaran berupa penghargaan dan penerimaan sosial. Misalnya, orang kaya yang menyumbangkan sejumlah dana untuk pembangunana di kampungnya, mengharapkan ganjaran berupa penerimaan sosial oleh warga. Dalam persepektif teori pertukaran sosial ini, ketika seseorang menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, maka akan selalu melakukan perhitungan tentang hasil atau laba dari hubungan itu. Laba adalah ganjarang dikurangi biaya. Dalam pandangan teori ini, cara kerja orang mengevaluasi suatu hubungan dengan orang lain adalah identik dengan cara yang dilakukan seorang pedagang. Tatkala seorang pedagang merasa bahwa usahanya tidak mendatangkan laba, maka dia akan banting stir untuk ganti usaha lain yang menguntungkan. Begitupula dalam hubungan interpersonal, ketika seseorang merasa bahwa biaya yang dikeluarkan terlalu banyak sementara ganjaran yang diharpakan gagal diperoleh, maka orang tersebut akan mencari hubungan baru dengan orang lain. Namun yang perlu diingat, bahwa ganjaran tidak selamanya berupa uang. Ada ganjaran sosial yang tidak dapat dinilai dengan uang. Orang Jawa mempunyai kata pepatah, “tuna satak, bathi sanak”. Kurang lebi memiliki makna, “rugi harta, laba suara” Dengan memberikan menjalin hubungan tersebut, memang rugi harta dan biaya (uang), tetapi memperoleh keuntunagn atau ganjaran berupa tambah suadara. Model Peranan Model peranan melihat komunikasi interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan perananya sesuai dengan “skenario” yang dibuat oleh masyarakat. Menurut teori ini, jika seseorang mematuhi sekenario hidupnya akan harmoni, tetapi jika menyalahi skenario maka ia akan dicemooh oleh penonton dan ditegur sutradara (Suranto, 2011, p. 38). Peranan merupakan aspek dinamis dari suatu status (kedudukan). Apabila seseorangn melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan status ynag dimilikinya dalam masyarakat, maka ia telah menjalankan peranannya. Peranan adalah tingakah laku yang diharapkan dari orang yang memiliki kedudukan atau status. Antara kedudukan dan peranan tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peranan tanpa kedudukan. Asumsi teori peranan mengatakan bahwa hubungan interepersonal akan berjalan harmonis mencapai kadar hubungan yang baik yang ditandai adanya kebersamaan, apabila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan, tuntutan peranan dan terhindar dari konflik peranan. Misalnya seorang suami diharapkan dapat berperan sebagai pelindung. Contoh lain, seorang komandan diharapkan berperan sebagai sosok yang tegas dan adil. Kalau peran itu dapat dimainkan, maka hubungan interpersonal dengan anak buah akan berjalan lancar. Namun ketika komandan tersebut serba ragu dalam mengambil keputusan, maka dia tidak memenuhi harapan. Tuntutan pertama adalah desakan keadaan yang memaksan individu memainkan peranan tertentu yang sebenarnya tidak diharapkan. Dalam hubungan interpersonal, kadang-kadang seseorang dipaksa untuk berperan sebagai Ketua Rukun Warga (RW) di kampungnnya. Desakan warga memaksa sang petani memainkan peran sebagai pemuka masyarakat. Apabila dia bermain memainkan peran yang dituntut warga, maka hubungan interpersonal di masyarakat relatif nyaman. Konflik peranan terjadi ketika individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif, misalnya seorang ibu yang berperan pula sebagai seorang guru untuk menangani perkara anaknya yang sering membuat keributan di sekolah. Dapatkan dia berperan sebagai seorang ibu yang harus menyelamatkan anaknya dari sanksi yang diberikan sekolah? Sementara sebagai guru harus melakukan tindakan yang baik dapat dicontohkan semua siswa. Model permainan Menurut teroi ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu: anak-anak, orang deawasa dan orang tua. Anak-anak itu manja, tidak mengerti tanggungjawab, dan jika permintaanya tidak segera dipenuhi ia akan mengangis meraung-raung, berguling-guling di tanah, atau ngambek dan cuek kepada semua orang tidak menuruti keamauannya. Sedangkan orang dewasa, ia lugas dan sadar akan tanggungjawab, sadar akibat dan risiko. Kalau orang dewasa berbuat, harus berani bertanggung jawab. Jadi berbeda dengan anak-anak. Kalau anak-anak melakukan kesalahan bahkan yang menjurus kriminal, anaka-anak tidak boleh dihukum. Artinya, bagi anak-anak belum waktunya harus mempertanggungjawabkan perbuatan dengan menerima sanksi hukum formal. Tetapi kalau orang deawasa, segala tindakannya harus sudah dipertimbangkan dengan logika dan perasaan. Adapun orang tua, ia selalu memaklumi kesalahan orang lain dan selalu menyayangi. Oleh karena itu orang tua lebih sabar dan bijaksana. Istilahnya orang tua itu sudah lebih banyak “makan garam” dibandingkan anak-anak dan orang dewasa. Artinya, sudah banyak pengalaman, sehingga dianggap tabu melakukan kesalahan. Tidak ada orang yang merasa aneh melihat anak kecil menangis terguling-guling ketika minta uang tidak dipenuhi oleh orangtuanya, tetapi orang akan heran jika ada orang tua yang masih bersikap kenak-kanakan. Suasana rumah tangga, dan hubunan antarmanusia dalam masyarakat juga ditentukan oleh bagaimana kesesuaian orang dewasa dan orang tua dengan sikap dan perilaku yang semestinya ditunjukkan sesuai dengan sifat kodratnya. Jika tidak demikian, artinya ada orang dewasa berperilaku seperti anak-anaka, atau ada orang tua berperilaku seperti remaja, tentu dapat mengakibatkan suasana hubunagan antarmanusia dalam kehidupan sosial menjadi kurang nyaman. Demikian juga hubunan antara pusat dan daerah, antara atasan dan bawahan. Model interaksional Model interaksional memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem terdiri dari subsistem-sistem atau komponen-komponen yang saling tegantung dan berindak bersama sebagai suatu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Johnson, Kast, & RozenZweig menjelaskan ada tiga komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input merupakan komponen penggerak; proses (pengolah) merupakan sistem operasi; output menggambarkan hasil-hasil kerja sama (Suranto, 2011, p. 40). Menurut model interksional ini, hubungan interpersonal adalah merupakan suatu proses interaksi. Masing-masing orang ketika akan berinteraksi pasti sudah memiliki tujuan, harpan, kepentingan, perasan suka atau benci, perasaan tertekan atau bebas, dan sebagainya yang semuanya itu merupakan intput. Selanjutnya, input menjadi komponen penggerak yang akan memberi dampak situasi tertentu terhadap proses hubungan antar manusia. Output dari proses hubungan antarmanusia itu bermacam-macam, tetapi sekurang-kurangnya masing-masing pihak yang terlibat dalam interaksi hubungan interpersonal ini telah memperoleh pengalaman tertentu. Nilai output, sehingga setiap orang yang berinteraksi dalam hubungan interpersonal itu akan berbeda dengan sebelum berinteraksi. Terjadinya hubungan interpersonal disebabkan oleh adanya input, yaitu suatu hasrat tertentu yang menggerkkan perilaku. Misalnya untuk menepis situasi yang sepi, Anda mengontrak teman Anda. Maka dalam hal ini ada input adalah berupa keinginan mengusir perasaan kesepian yang menggerakkan Anda untuk menghubungi teman. Maka terjadilah proses berupa perbincanagna antara Anda dengan Anda. Dari proses perbincangan ini menghasilkan outpu misalnya diperolehnya suasana kehangatan. Adapula teori mengenai hubungan interpersonal yaitu Teori Tembusan Sosial dan Teori Pengurangan Ketidakpastian. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration Theory) Teori ini diutarakan oleh Altman & Taylor. Teori Tembusan Sosial (Social Penetration Theory) mengatakan dalam proses menjalin hubungan, komunikasi berubah daripada tahap cetek, tidak intim kepada tahap yang lebih mendalam dan pribadi dalam jang masa tertentu. Dalam konteks ini proses komunikasi interpersonal adalah proses tembusan sosial yang betujuan untuk berkongsi maklumat tentang diri dengan pasangan masing-masing. Oleh karena itu kita boleh samakan proses komunikasi interpersonal sebagai proses tembusan sosial. Menurut Altman dan Taylor, lebih banyak yang kita ketahui tentang pasangan kita, lebih pribadi sifat komunikasi kita. Proses pembentukan hubungan di antara dua individu dilihat oleh Altman dan Taylor sebagai proses menembusi lapisan bawang besar. Kita tentu biasa dengan sebiji bawang besar, yang kita gunakan untuk memasak. Bawang mengandung lapisan luar atau kuli yang nipis, diikuti dengan lapisan-lapisan lain yang semakin ke dalam semakin kuat dan padat. Begitu jugalah dengan lapisan personaliti diri kita. Kalau semua orang tahu kulit bawang, begitu jugalah semua orang tahu bagian luar kita. Proses mengetahui seseorang sebenarnya seperti demikian, kita perlu menembus kulit bawang supaya dapat masuk ke lapisan bawah kulit dan seterusnya ke bagian tengah bawang. Kita hanya bisa tahu isi bawang selepas menembusnya. Maka kita bisa tahu tentang diri orang lain jika kita dapat berkomunikasi denganya. Teori Pengurangan Ketidakpastian (uncertainty reduction theory) Teori ini diutarakan oleh Berger. Teori pengurangan ketidakpastian memberi tumpuan terhadap komunikasi manusia bagi mendapatkan satu sama lain. Selama kita berkomukasi, sebenarnya kira mempunyai tujuan untuk mengetahui tentang individu lain. Darimana asalnya, mengapa dia berjumpa dengan kita, apakah latar belakangnya, apakah niatnya terhadap kita dan berbagai persoalan yang ditimbul di fikiran kita. Perkara-perkara ini mempengaruhi kita untuk bertanya, memberi jawaban ataupun berdiam diri bila kita berjumpa seseorang yang tidak kita kenali buat pertama kali. Teori Pengurang Ketidakpastian ini mengatakan apabila kita berjumpa seseorang yang kita tidak kenali sebelumnya, kita merasa tidak pasti (uncertain). 2.2.2 Ciri-ciri Hubungan Interpersonal Pada hakikatnya, seseorang menjalin huubungan dengan orang lain bukanlah sekedar ingin membangun relasi atau hubungan saja, hubungan interpersonal bukan suatu keadaan yang pasif melainkan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mengenali lebih jauh tentang karakteristik hubungan interpersonal, dikemukakan beberapa ciri mengenai hubungan interpersonal sebagaimana diuraikan berikut ini (Suranto, 2011): Mengenal secara dekat Artinya bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal saling mengenal secara dekat. Dikatakan mengenal secara dekat, karena tidak hanya saling mengenal identitas pokok seperti nama, alamat, status perkawinan, dan pekerjaan. Namun lebih dari semua itu, kedua belah pihak saling mengenal berbagai sisi kehidupan lainnya, seperti: mengetahui nomor telepon selulernya, makanan kesukaannya, hari ulang tahunnya, teman dekatnya, dan sebagainya. Pada prinsipnya semakin banyak mengenal sisi-sisi latar belakang diri pribadi orang lain, hal itu menunjukkan kadar kedekatan hubungan interpersonal. Saling memerlukan Hubungan interpersonal diwarnai oleh pola hubungan saling menguntukan secara dua arah dan saling memerlukan. Sekurang-kurangnya kedua belah pihak merasa saling memerlukan kehadiran seorang teman untuk berinteraksi, bekerjasama, saling memberi dan menerima. Dengan demikian adanya rasa saling memerlukan dan saling mendapatkan manfaat ini akan menjadi tali pengikat kelangsungan hubungan interpersonal. Apabila ada satu pihak merasa tidak lagi memperoleh manfaat, maka keadaan seperti ini dapat dipakai sebagai alasan terjadinya “putus” hubungan interpesonal. Pola hubungan antarpribadi; yang ditunjukkan oleh adanya sikap keterbukaan dianatar keduanya. Hubungan interpersonal juga ditandai oleh pemahaman sifat-sifat pribadi diantara kedua belah pihak. Masing-masing saling terbuka sehingga dapat menerima perbedaan sifat pribadi tersebut. Adanya perbedaan sifat pribadi bukan menjadi penghalang untuk membina hubungan baik, justru menjadi peluang untuk dapat saling mengisi kelebihan dan kekurangan. Kerjasama Kerjasama akan timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentuingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Hubungan interpersonal yang dikategorikan memiliki kadar atau kualitas yang baik, tidak saja menunjukkan adanya interkaksi harmonis yang bertahan lama, namun juga mengarah tercapainya kerjasama. Bentuk-bentuk kerjasama: Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong menolong. Kerjasama ini dilandasi oleh keikhlasan sosial. Masing-masing pihak menyadari bahwa hubungan interpersonal itu tujuannya adalah untuk mengukuhkan pertemanan. Bargaining, yaitu pelaksanaaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa anatar dua orang atau lebih. Kerjasama semacam ini didahului dengan kesepakatan dan perjanjian. Tercapaianya kesepakatan itu senditi disebabkan oleh keyakinan kedua belah pihak saling memperoleh keuntungan. Ko-optasi (Co-optation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam suatu hubungan interpersonal, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilisasi hubungan interpersonal yang bersangkutan. Misalnya setelah menempuh waktu yang cukup lama, perjanjian dalam bargaining dilakukan penyesuaian terhadap buti kesepakatan baru. Koalisi (coalition) yakni kombinasi antara daya organisasi atau lebih mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai strukrur yang tidak sama antara satudengan lainnya. Joint-Venture, yaitu kerja sama dalam pengusaha proyek-proyek tertentu, misalnya pemboran minyak, pertambngan batu-batuan, perfilman, perhotelan, dan seterusnya. Kemudian Menurut Barnuld, Komunikasi antarpribadi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: Bersifat spontan; Tidak berstruktur; Terjadi secarra kebetulan; Tidak mengejar tujuan yang direncanakan; Identitas keanggotaanya tidak jelas; Terjadi hanya sambil lalu. Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi. Ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Rogers adalah sebagi berikut: Arus pesan cenderung dua arah; Konteks komunikasinya dua arah; Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi; Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas, teruatama selektivitas keterpaan tinggi; Kecepatan jangkauan terhadap khalayak yang besar relatif lambat; Efek yang mungkin terjadi adalah perubahan sikap Siklus Hubungan Interpersonal Pada hakikatnya pola hubungan interpersonal juga merupakan sebuah tahapan atau siklus dari perkenalan, menuju kebersamaan, menuju perpisahan, kembali rujuk, menuju kebersamaan lagi, dan setersunya (Suranto, 2011, p. 41). Pada tahap perkenalan komunikasi berpersan sebagai pembuka pintu, yaitu sarana untuk menegaskan inisiatif untuk mengenal satu sama lain. Pada tahap kebersamaan, peranan komunikasi adalah sebagai pemelihara (katalisator) supaya hubungan interpersonal tetap harmonis. Pada tahap ketiga, hubungan interpersonal terancam putus, maka komunikasi berperan sebagai perantara (mediator) agar antagosnisme dapat diperkecil dan kembali ke dalam suasana integrasi atau kebersamaan yang harmonis. PENGIKATAN PENGGIATAN PENJAJAGAN PERKENALAN KEBERSAMAAN PEMUTUSAN PENHINDARAN PEMBATASAN PEMBEDAAN Gambar 5 Siklus Hubungan Interpersonal Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu: Pembentukan Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Tahap ini ditandai adanya tindakan memulai usaha awal, dimana komunikasi biasanya dilakukan dengan hati-hati agar terbentuk persepsi dan kesan pertama yang baik (Suranto, 2011, p. 42). Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya. Menurut Charles R. Berger dalam makalah Andi Nuraedah (2009) informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu: a) informasi demografis; b) sikap dan pendapat (tentang orang atau objek); c) rencana yang akan datang; d) kepribadian; e) perilaku pada masa lalu; f) orang lain; serta g) hobi dan minat. Penjajagan Penjajagan merupakan usaha mengenal diri orang lain. Tahap ini digunakan untuk mengetahui kemiripan dan perbedaan. Penggiatan Tahap ini menandai awal keintiman, berbagi informasi pribadi, status kenalan menjadi teman akrab sehingga banyak perubahan cara berkomunikasi. Pada tahap ini masing-masing pihak menunjukan sikap untuk menepati komitmen. Pengikatan atau peneguhan hubungan Untuk meneguhkan adanya ikatan, maka dalam hubungan pasangan persahabatan dilakukan dengan saling berjani. Dalam ikatan pasangan kerjasama, misalnya kerjasama antara dua perusahaan dilakukan dengan membuat nota kesepahaman (MoU). Sedangkan dalam pasangan perkawinan, ada pengikatan seperti tunangan atau ijab qabul. Kebersamaan Hakikat kebersamaan adalah bahwa mereka menerima, saling mengahrgai, dan saling menghormati. Tidak semua hubungan interpersonal dapat mencapai kebersamaan. Sering kali, hubungan interpersonal hanya sebatas perkenalan. Ada pula yang berlanjut sampai penjajagan, namun setelah tidak ada kecocokan sehingga tidak dilanjutkan kepada tahap penggiatan. Waktu yang diperlukan dari tahap perkenalan sampai kebersamaan bersifat relative. Jika potensi, situasi, dan kondisi mendukung maka hanya diperlukan waktu singkat untuk mencapai kebersamaan. Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Ada empat faktor penting dalam memelihara keseimbangan ini, yaitu: a) keakraban; b) kontrol; c) respon yang tepat; dan d) nada emosional yang tepat. Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terperlihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Faktor kedua adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Jika dua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum mengambil kesimpulan, siapakah yang harus berbicara lebih banyak, siapa yang menentukan, dan siapakah yang dominan. Konflik terjadi umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah. Faktor ketiga adalah ketepatan respon. Dimana, respon A harus diikuti oleh respon yang sesuai dari B. Dalam percakapan misalnya, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesanpesan verbal, tetapi juga pesan-pesan nonverbal. Jika pembicaraan yang serius dijawab dengan main-main, ungkapan wajah yang bersungguh-sungguh diterima dengan air muka yang menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal mengalami keretakan. Ini berarti kita sudah memberikan respon yang tidak tepat. Faktor terakhir yang dapat memelihara hubungan interpersonal adalah keserasian suasana emosional ketika komunikasi sedang berlangsung. Walaupun mungkin saja terjadi interaksi antara dua orang dengan suasana emosional yang berbeda, tetapi interaksi itu tidak akan stabil. Besar kemungkinan salah satu pihak akan mengakhiri interaksi atau mengubah suasana emosi. Perkembangan dari tahap perkenalan penjajagan penggiatan pengikatan kebersamaan, dinamakan tahap menuju kebersamaan. Puncak dari hubungan interpersonal yaitu kebersamaan. Dimana kebersamaan tidaklah bersifat mutlak dan permanen. Seringkali ada hambatan untuk menjaga hubungan kebersamaan itu. Sehingga, dari hubungan kebersamaan dapat menjurus ke perpisahan, yang diawali dengan adanya perbedaan-perbedaan. Pembedaan Pembedaan terjadi tatkal adua orang memutuskan bahwa hubungan mereka terlalu membatasi adanya perbedaan. Kedua belah pihak mulai memusatkan pada perbedaan. Mulai menekankan individualitas. Sehingga sering terjadi perselisihan. Pembatasan Tahap yang menunjukan bahwa pasangan mulai mengurangi frekuensi dan keintiman komunikasi. Meski berada dalam satu rumah atau satu gedung, mereka jarang terlibat dalam pembicaraan. Penghindaran Penghindaran merupakan upaya selalu menghindar dari pertemuan dan komunikasi. Misalnya, pasangan yang hidup serumah, tetapi hidup sendiri-sendiri. Tahap ini menunjukan kemerosotan kadar hubungan. Bentuk perilaku menghindar ini misalnya, menolak membalas SMS, menolak mengangkat telepon, kalau akan berpapasan justru mengambil jalan lain. Pemutusan Pemutusan adalah kadar paling rendah dalam suatu hubungan. Hal ini disebabkan kedua belah pihak sudah menyatakan putus hubungan. Hal ini dapat terjadi apabila hubungan interpersonal terdapat sebuah konflik atau hubungan yang tidak sehat dalam artian adalah penyebab dari putusnya hubungan interpesonal tersebut. Menurut analisis R.D. Nye (Suranto, 2011, p. 44) ada 5 sumber konflik yang menyebabkan putusnya hubungan interpersonal, diantaranya: Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbakan orang lain. Misalnya, menunjukan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain. Dimana tindakan tersebut hanya memuaskan dirinya sendiri tetapi merugikan orang lain. Manakala kesabaran sudah mencapai batas terendah, maka menyebabkan diambilnya keputusan untuk mengakhiri hubungan. Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasakan hak-haknya dilanggar. Salah satu pihak berada pada posisi selalu menang, sementara pihak lain selalu kalah. Salah satu pihak selalu mengatur, sementara pihak lain selalu tunduk. Ketika seseorang sudah tidak nyaman dengan posisi tersebut, maka seseorang tersebut akan mengambil sikap untuk memutuskan hubungan. Saling menyalahkan, dimana masing-maisng berusaha menyalahkan yang lain dan saling mengklaim kebenaran pada diri sendiri. Provokasi, dimana salah satu pihak terus menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan orang lain. Sikap menganggap orang lain tidak penting, menjadi benih arogansi yang ujung-ujungnya adalah tindakan meremehkan orang lain. Perbedaan niali, dimana kedua belah pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut. Penurunan kadar hubungan interpersonal dari perbedaan pembatasan penghindaran pemutusan, dinamakan tahap menuju perpisahan. 2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal Menurut Mahmudi (2005, p. 92) efektivitas merupakan hubungan antara output yang dihasilkan dengan tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi di dalam program atau kegiatan. . Adapun Prasetyo Budi Saksono mengatakan efektivitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input. Sehingga efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang penting. Banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik di antara komunikan. 2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality) (Devito, 1997). Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpesonal. Pertama, komunikator antarpesonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya. Sebaliknya harus ada kesedian untuk membuka diri untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Kedua,mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Contoh, orang yang diam tidak kritis dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjenuhkan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggung jawab atasnya. 2.    Empati Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain. Orang yang empati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Pengertian empati ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya, misalnya apa yang anda katakan atau bagaima anda mengatakannya. 3.    Sikap mendukung Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan tiga perilaku menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap Positif Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal dengan sedikitnya dua cara: Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat Sikap positif dapat ditunjukan dengan berbagai macam perilaku dan sifat. Contohnya menghargai orang lain, berpikiran positif terhadap orang lain, tidak menaruh curiga secara berlebihan, memberikan pujian dan penghargaan, komitmen dalam kerjasama. Kesetaraan Konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpersona akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan antar persona yang ditandai dengan kesetaraan ketidak-sependapatan dan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang lain. Contoh perilaku yang menunjukan kesetaraan antara lain: Menempatkan diri setara dengan orang lain Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda Mengakui pentingnya kehadiran orang lain Tidak memaksa kehendak Komunikasi dua arah Saling memerlukan Suasana komunikasi akrab dan nyaman Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dijelaskan dari prespektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication atau lima hukum komunikasi efektif (ajimahendra.blogspot.com). Lima hukum itu meliputi: Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respom positif dari orang lain. Respect Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling merhargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Empathy Empathy (empati) dalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Komunikasi empatik dilakukan dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain. Rasa empati akan meningkatkan kemampuan kita untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerimaan komunikan menerimanya. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Audible Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertikan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Clarity Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi interpersonal kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Humble Hukum ke lima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal, yang dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sesuai dengan keadaan komunikan. Komunikasi interpersonal yang tidak mempertimbangkan keadaan komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain. Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi interpersonal; dan hubungan interpersonal (Cangara, 2007). Persepsi interpersonal Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam persepsi interpersonal akan berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna terhadap pesan akan mengakibat kegagalan komunikasi Konsep diri Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu: a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah; b. Merasa stara dengan orang lain; c. Menerima pujian tanpa rasa malu; d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat; e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah. Atraksi Interpersonal Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal dalam hal: Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap orang lain tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang, kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara positif. Sebaliknya, jika membencinya, kita cenderung melihat karakteristiknya secara negatif. Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari komunikasi. Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajad keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara peserta komunikasi Dalam komunikasi interpersonal terdapat ancaman pragmatis untuk efektivitas antarpersonal yaitu: Kepercayaan Diri Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain. Kebersatuan Hal ini mengacu pada penggabungan aantara pembicara dan pendengar untuk terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan. Secara nonverbal kita mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yg patut, kedekatan fisik yg menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yg langsung dan terbuka. Manajemen interaksi Komunikator yg efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manajemen interaksi yang efektif, tidak seorang pun dapat diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam seluruh komunikasi. Daya ekspresi Mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi antar pribadi. Daya ekspresi sama dengan keterbukaan dalam hal penekanan nya pada keterlibatan, dan ini mencakup, misalnya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan, mendorong daya ekspresi tanggung jawab atas pikiran dan perasaan. Orientasi kepada orang lain Orientasi ini mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antar pribadi. Ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. 2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Komunikasi interpersonal dianggap efektif jika orang lain memahami pesan dengan benar dan memberikan respon sesuai dengan yang diiinginkan. Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi untuk: Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu. Menyampaikan pengetahuan. Mengubah sikap dan perilaku. Pemecahan masalah hubungan antar pribadi Citra diri menjadi lebih baik. KOMUNIKASI INTERPERSONAL EFEKTIF Menyampaikan Pesan/informasi Mengubah sikap dan perilaku Pemecahan masalah hubungan Membentuk & menjaga hubungan baik Jalan menuju sukses Membangun citra diri Gambar 6 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu anda mengantarkan kepada tercapainya tujuan tertentu. Jika komunikasi interpersonal tidak berhasil, akibatnya bisa apa saja,dari sekedar membuang waktu,sampai akibat buruk yang tragis. Misalnya saja, kegagalan komunikasi antara pengatur perjalanan kereta api dengan masinis,dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan sesama kereta api yang membawa korban harta dan nyawa. Kita harus menyadari, bahwa komunikasi interpersonal merupakan jalan menuju sukses. Keterampilan berkomunikasi secara efektif merupakan modal penting bagi sebuah keberhasilan. Cara Melakukan Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu memperhatikan cara-cara berikut: Menguasai ragam komunikasi. Komunikasi itu banyak ragamnya. Berkomunikasi dengan bahasa lisan atau bisa pula berkomunikasi dengan bahasa tulisan. Ada pula berkomunikasi dengan bahasa isyarat atau bahasa non verbal. Tehnik yang dipakai tergantung pada dimana komunikasi itu dilakukan dengan siapa berkomunikasi. Jika menggunakan bahasa verbal maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah (1) kata-kata digunakan dalam berkomunikasi dapat dimengerti, (2) kecepatan (speed) dapat diatur dengan tepat artinya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, (3) intonasi suara, dalam pengucapan dan pengejaan kata harus jelas dengan kata dan intonasi yang benar dan tepat, (4) volume suara, dapat diatur dengan baik tidak terlalu keras dan tidak terlalu kecil, tergantung pada komunikan, (5) singkat dan jelas. Komunikan akan efektif bila pesan yang disampaikan jelas dan singkat. (6) Timing (waktu yang tepat) artinya, menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang didengar apa yang disampaikan. Bila menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh dan gerak isyarat. Semua itu akan menggabarkan isi hati pengiriman pesan atau penerima pesan. Apakah semua itu telah sesuai dengan apa yang dikemukakan secara lisan. Bersikap empati. Sebagaimana disebutkandidepan bahwa empati adalah memposisikan diri dalam situasi yang dialami dan sekaligus memahami apa yang dirasakan oleh komunikan. Fleksibel. Anda tidak harus kaku dan serius dengan gaya yang formal. Komunikasi itu perlu sisipan informal dengan humor agar santai. Lugas dan ringkar. Gunakan kata atau kalimat yang to the point dan ringkas. Dan sedapat mungkin dengan kata atau kalimat pendek tetapi tidak mengurangi makna atau maksud. Pemakaian kata atau kalimat yang bertele-tele menjadi membosankan. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang bahsa tubuh lebih bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi. Menjadi pendengar yang baik. Artinya apabila ada seseorang yang sedang berbicara maka kita harus mendengarkan dengan baik agar bisa memberikan respon yang tepat sesuai dengan harapan lawan bicara kita. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks komunikasi maka komunikator tidak dengan mudah memindahkan topik-topik pembicaraan kepada komunikan sehingga komunikan menjadi bingung. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara komunikator dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik menjadi terhapus. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan meminta maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi. Sistem Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal atau disebut juga komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara tatap muka ataupun bermedia, dan biasanya feedbacknya langsung diketahui dan efeknya pun cepat diketahui. Tubbs & Moss (2005, p. 21) mengatakan bahwa komunikasi interpersonal biasanya bersifat diadik, mencakup semua jenis hubungan manusia- mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam dan langgeng. Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem Geoffrey Gordon (Simatupang, 1995, hal. 6) mendefinisikan sistem sebagai suatu pola interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Togar M. Simatupang (Simatupang, 1995, p. 7), menyebutkan lima unsur utama yang terdapat dalam sistem, yaitu: Elemen-elemen atau bagian-bagian Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut menjadi suatu kesatuan Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Didalam sistem itu, terdapat komponen-komponen yang saling berpe-ngaruh yang sangat menentukan efektivitas kerja sebuah sistem,. Ada tiga komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input merupakan komponen penggerak, proses (pengolah) merupakan sistem operasi, output menggambarkan hasil-hasil kerja sistem. Komunikasi interpersonal sebagai sebuah sistem, berarti apabila dikaji secara seksama, dalam proses komunikasi itu juga terdapat komponen input, proses, dan produk. Input adalah komponen penggerak, sumberdaya awal yang menggerakkan proses komunikasi interpersonal, misalnya: harapan dan aturan. Tubbs & Moss (2005, p. 3) menegaskan bahwa harapan dan aturan menggerakkan manusia untuk berkomunikasi. Tidak ada dua orang manusia, bagaimanapun akrabnya hubungan mereka, benar-benar hidup terlepas dari aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat. Sejalan dengan perkembangan hubungan mereka, mereka juga mengembangkan sejenis masyarakat miniatur, suatu sistem sosial dua orang yang dilengkapi beberapa aturan dan harapan, beberapa ganjaran dan hukuman yang berlaku di antara mereka berdua. Elemen input yang juga menggerakkan proses komunikasi interpersonal ialah adanya persepsi interpersonal dan konsep diri. Manusia adalah makhluk berpikir yang memiliki nalar rasional untuk menilai segala simuli. Proses menilai stimuli adalah persepsi. Di samping itu, manusia juga mempunyai ukuran kepatutan dalam berprilaku yang bersumber dari konsep diri. Input -Aturan & harapan -Persepsi & Konsep diri Proses Interaksi Interpersonal Produk -Pengetahuan -sikap -Perilaku Gambar 7 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem Gambar 8 mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal merupakan interaksi interpersonal antara komunikator dengan komunikan. Interaksi interper-sonal itu digerakkan oleh komponen input yang terdiri dari, aturan dan harapan, persepsi dan konsep diri. Produk aktivitas komunikasi interpersonal mungkin saja sekedar memberikan informasi atau pengetahuan, mengubah sikap, ataupun meng ubah perilaku komunikan. Togar M. Simatupang (1995, p. 9) menyebutkan ada dua macam sistem, yaitu sistem alamiah dan buatan. Sistem alamiah adalah sistem yang telah terbentuk dengan sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Misalnya sistem ekologi, tata surya, dsb. Sedangkan sistem buatan adalah sistem yang diciptakan dan dikendalikan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, sistem komunikasi interpersonal termasuk sistem buatan, dengan alasan: (a) adanya sitem komunikasi interpersonal karena direncanakan dan diciptakan sebagai upaya untuk transaksi informasi; dan (b) dalam aktivitasnya, sistem komunikasi interpersonal dikendalikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul Psikologi Komunikasi (1996), menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi interpersonal seperti: Persepsi Interpersonal Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Ada empat perbedaan antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu: Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau grafis. Ketika menanggapi onbjek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar objek itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indera seseorang. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang; seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi dalam persepsi interpersonal, akan terjadi sebaliknya. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi interpersonal yang  berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah. Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai berikut: Deskrispsi Verbal Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun sifat yang tidak baik terlebih dahulu. Deskripsi Proksemik Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Petunjuk Kinesik Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada seseorang. Petunjuk Wajah Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang. Petunjuk Paralinguistik Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Petunjuk Artifaktual Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah: Pengalaman Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Motivasi Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi. Kepribadian Orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan  bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Proses Pembentukan Kesan Stereotyping Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada saat awal komunikasi terjadi. Implicit Personality Theory Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan yang terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang terbentuk dari awal komunikasi terjadi. Atribusi Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal Jika individu tidak cermat dalam mempersepsikan orang lain, maka akan terjadi kegagalan komunikasi antara individu dengan individu lainnya. Hal tersebut akan membaik jika individu menyadari kesalahan persepsinya. Konsep Diri Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Orang Lain Konsep diri seseorang akan terbentuk jika timbul adanya penilaian dari orang lain, baik penilaian secara positif dan negatif. Kelompok Rujukan (Reference Group) Konsep diri seseorang akan terbentuk dengan adanya norma-norma pada suatu kelompok yang membuat suatu individu berperilaku sesuai dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal Dipenuhi Sendiri Suatu individu akan berperilaku sesuai dengan konsep diri sesuai kualitas konsep dirinya tersebut. Membuka Diri Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru. Percaya Diri Kurangnya percaya diri akan menimbulkan konsep diri yang tidak sehat dan akan menjadi orang yang aprehensif dalam komunikasi. Selektivitas Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi karena konsep diri mempengaruhi pesan apa yang akan diterima. Jadi, untuk membentuk suatu konsep diri yang sehat adalah baik jika tidak menerima pesan secara mentah-mentah. Atraksi Interpersonal Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain: Faktor Personal Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut: Kesamaan Karakteristik Personal Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau status sosial, ekonomi, agama dan ideologi. Tekanan Emosional Individu yang sedang mengalami tekanan emosional akan membutuhkan kehadiran orang lain sehingga kecenderungan akan menyukai semakin besar. Harga Diri yang Rendah Orang yang rendah diri cenderung mudah untuk menyukai orang lain. Orang yang merasa penampilannya kurang menarik akan mudah menerima persahabatan dari orang lain. Isolasi Sosial Beberapa penelitan menunjukkan bahwa semakin besar tingkat isolasi yang dialami seseorang maka semakin besar pula kecenderungan seseorang menyukai orang lain. Faktor Situasional Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya atraksi interpersonal, antara lain: Daya Tarik Fisik (physical attractiveness) Biasanya seseorang yang berpenampilan menarik akan lebih mudah mendapat perhatian atau simpati dari orang lain. Ganjaran (Reward) Individu cenderung menyukai orang yang memberikan ganjaran yang berupa dorongan motivasi dan bantuan secara moral. Familiarity Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia kenal akrab. Kedekatan (Proximity) atau Closeness Kedekatan antara individu dengan individu lainnya dapat terjadi karena adanya sebuah stimulus netral yaitu tempat tinggal yang berdekatan. Kemampuan (Competence) Terdapat kecenderungan bahwa seseorang lebih menyukai orang lain yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi atau lebih berhasil dalam kehidupan dirinya. Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal Penafsiran Pesan dan Penilaian Manusia adalah makhluk rasional dan emosional.Oleh karena itu, ketika individu menyenangi seseorang, individu tersebut cenderung melihat segala hal yang  berkaitan dengan dia secara positif, begitu pula sebaliknya. Efektivitas Komunikasi Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan. Hubungan Interpersonal Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu: Model Pertukan Sosial Model Peranan Model Permainan Model Interaksional Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal Pembentukan Hubungan Interpersonal Tahap ini dikenal dengan tahap perkenalan dan penggalian informasi seputar data-data demografis seseorang untuk memunculkan kesan pertama pada lawan bicaranya. Peneguhan Hubungan Tahap ini dikenal dengan tahap pemeliharaan hubungan interpersonal yang dilakukan untuk meningkatkan keakraban antarindividu dalam berkomunikasi dengan catatan kedua belah pihak mempunyai pandangan yang sama mengenai tingkat keakraban yang diperlukan. Pemutusan Hubungan Tahap ini dikenal dengan tahap konflik. Pemutusan hubungan terjadi jika tahap keakraban tidak dapat dilewati, sehingga terdapat konflik-konflik seperti adanya kompetisi antar kedua belah pihak, terdapat individu yang dominan, saling menyalahkan, adanya provokasi, dan adanya perbedaan nilai pada masing-masing individu. Faktor-Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal Dalam Komunikasi Interpersonal Percaya (Trust) Percaya dapat dikatakan sebagai tahap awal seseorang untuk membuka diri terhadap orang lain. Dengan percaya, seseorang akan membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi. Sikap Suportif Sikap suportif adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap defensif, karena orang yang bersikap defensif dalam komunikasi adalah orang yang cenderung akan menutup diri dari ancaman dan tidak akan bisa menerima informasi-informasi dari lawan bicaranya. Sikap Terbuka Sikap terbuka (open-mindedness) sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Dengan adanya sikap terbuka komunikan akan lebih mudah menerima secara selektif dan menyampaikan secara komunikatif. Aturan dan Harapan Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial masyarakat tertentu. Setiap masyarakat itu pasti memberlakukan adanya aturan baik berupa nilai-nilai, norma, maupun etika yang diacu untuk ketertiban interaksi warga masyarakat. Dengan demikian pola perilaku dan cara berkomunikasi setiap individu akan diwarnai oleh segala macam aturan yang terjelma ke dalam kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Selain itu, setiap individu pastilah mempunyai harapan, tujuan, keinginan, cita-cita. Harapan itu sendiri dipengaruhi oleh motivasi, pengalaman, dan kepribadian setiap individu. Aktivitas komunikasi interpersonal yang dilakukan individu senantiasa terkait dan tergerakkan oleh harapan (Suranto, 2011, p. 57). Komunikasi INTERPER-SONAL Motivasi Pengala-man Kepriba-dian Etika Norma Nilai H A R A P A N T U J U A N Gambar 8 Pengaruh Harapan dan Aturan Terhadap Pola Komunikasi Interpersonal Jadi dapat dikatakan bahwa aturan dan harapan menjadi input yang menggerakan individu melakukan komunikasi interpersonal. Kalau dianalisis lebih tajam, adanya harapan perlu dipandu dengan aturan. Harapan saja tanpa ada aturan, cenderung mendorong manusia untuk serakah, melakukan berbagai hal untuk mengejar keuntungan sendiri dan mengabaikan hak orang lain. Pola hubungan harapan dan aturan dengan komunikasi interpersonal dilukiskan pada gambar 3.3. Oleh karena setiap individu memiliki harapan dan aturan yang saling berbeda dengan yang lain, maka situasi ini menghasilkan karakter cara berkomunikasi interpersonal setiap individu bersifat unik, khusus, dan berbeda dengan orang lain. Meskipun berasal dari keluarga yang sama, karakter seseorang tidaklah sama persis dengan anggota keluarga lainnya karena lingkungan sosial tidak terbatas pada keluarga, melainkan mencakup teman sebaya, masyarakat, sekolah, media massa, dan sebagainya. Aturan dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena aturan tidak hanya menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, tetapi juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada aturan-aturan yang kita unduh dari tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, aturan menjelma menjadi landasan pertimbangan berkomunikasi. Artinya bahwa, cara berkomuni-kasi dipandu oleh aturan mengenai benar-salah, dan baik-buruk. 2.4.3 Persepsi Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau menaf-sirkan informasi yang tertangkap oleh alat indera. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang, yang berupa pesan verbal maupun nonverbal. Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam memper-sepsi stimuli, menyebabkan mis-komunikasi. Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila dikatakan, bahwa persepsi adalah inti komunikasi. Pemahaman kita mengenai dunia, kita peroleh melalu indera. Proses persepsi melibatkan penginderaan (sensai) atas suatu objek (pesan atau informasi) yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan; kemudian perhatian (atensi) atas sesuatu objek atau pesan sehingga objek atau pesan itu menarik perhatian; dan interpretasi. Karena itu, persepsi merupakan inti komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi (Mulyana D. , 2000). Mata menangkap stimuli karena melihat, telinga mendengar, lidah merasakan, dan seterusnya. Proses indera menangkap stimuli, dinamakan sensasi. Jadi, sensasi adlaah proses menangkap stimuli. Selanjutnya agar stimuli itu memiliki makna, pikiran dan perasaan kita melakukan persepsi. Semua penafsiran kita apakah mengenai suasana lingkungan, gambar, peralatan, rumah tangga, atau perilaku orang lain, memiliki basis yang sama, yakni berdasarkan proses persepsi. Dalam setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau beberapa orang, akan terdapat beragam pribadi yang harus dikenali, yaitu diri kita sendiri dan diri pihak atau orang lain yang menjadi partner komunikasi kita. Upaya mengenali orang lain bukanlah perkara mudah dan sederhana. Upaya ini menyangkut proses psikologis yaitu persepsi. Persepsi merupakan proses internal dalam diri seseorang yang memungkinkan ia memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan sehingga hal itu mempengaruhi perilaku yang bersangkutan. Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176) mengungkapkan hal-hal berikut: Persepsi mendasarkan pada pengalaman Dikemukakan bahwa pola-pola perilaku seseorang itu berdasarkan persepsi mengenai realitas sosial yang telah dipelajarinya (pada masa lalu). Artinya, persepsi kita terhadap seseorang, objek, atau kejadian, dan reaksi kita terhadap hal-hal itu amat tergantung pada pengalaman masa lalu berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa. Seperti halnya cara kita bekerja, menilai pekerjaan yang baik bagi kita, cara kita makan, cara kita menilai kecantikan; semua ini amat tergantung pada apa yang telah diajarkan budaya kita mengenai hal-hal tersebut. Persepsi bersifat selektif Pada dasarnya melalui indera kita, setiap saat diri kita ini dirangsang dengan berjuta rangsangan. Jika kita harus memberikan tafsiran atas semua rangsangan itu, maka kita ini bisa menjadi gila. Karena itu, kita dituntut untuk mengatasi kerumitan tersebut dengan memperhatikan hal-hal yang menarik bagi kita. Atensi kita pada dasarnya merupakan faktor utama dalam menentukan seleksi atas rangsangan yang masuk ke dalam diri kita. Persepsi bersifat dugaan Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga titik dan keempat titik berikut ini. Persepsi bersifat evaluative Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif; merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri. Persepsi bersifat kontekstual Dari setiap peristiwa komunikasi, seseorang selalu dituntut untuk mengorganisasikan rangsangan menjadi suatu persepsi. Konteks nampaknya berpengaruh kuat atas persepsi yang terbentuk dalam diri seseorang. Coba perhatikan gambar di bawah ini. Meskipun sesungguhnya banyak informasi yang kita perlukan untuk melakukan persepsi terhadap orang lain, namun paling tidak ada tiga jenis informasi terpenting yang perlu kita ketahui, yaitu tujuan orang tersebut, kondisi internalnya (psikologis), dan kesamaan antara kita dengan orang tersebut. Mempersepsi tujuan orang lain memiliki beberapa arti bagi kita dalam berkomunikasi. Adalah hal yang tidak mungkin bagi kita untuk secara nyata mengamati kondisi internal orang lain. Namun melalui pengamatan terhadap perilakunya, kita dapat menyimpulkan bagaimana sikap, keyakinan dan nilai orang tersebut. Ada anggapan bahwa elemen non-verbal dari perilaku merupakan refleksi yang paling akurat dari perasaan atau kondisi internal seseorang. Sementara itu, adanya kesamaan antara kita dengan orang yang kita ajak berkomunikasi akan mendorong rasa saling menyukai. Keadaan semacam ini akan membantu kita untuk merasa lebih nyaman dalam melanjutkan komunikasi. Etika Komunikasi Interpersonal 2.6.1 Pengertian Etika Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau buruk (Suranto, 2011, p. 125). Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membawa wawasan tentang kebaikan atau keburukan atas tindakan seseorang. Courtland L Boove dan John V Thill (Suranto, 2011, p. 125) mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidakmemiliki etika melakukan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai orang lain,dan menunjukan kepedulian terhadap dampak atas tindakannya di masyrakat. Frans Magnis Suseno (1982:20-21) Mengatakan sebagai berikut: Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang untuk mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat. Ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku. Dikalangan masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah menjadi beban tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga dilarang masuk ke ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak terlalu menjadi masalah. Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai berbeda. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa bermacam-macam. Mungkin tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik disusun untuk dipergunakan sebagai perangkat nilai yang mengarahkan dan mengawasi tindakan para anggotanya. 2.6.2 Aliran Etika John C. Merill menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain aliran deontologist, teleologis, egoism dan utiltarisme (Suranto, 2011, p. 127). Aliran deontologis (Deon = yang harus wajib, Yunani) melakukan penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk, kriteria etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan atau perilaku yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku memfitnah, menganiaya, mengingkari janji. Apapun alasannya perbuatan itu tetapi dinilai sebagai perbuatan yang tidak etis. Dengan demikian ukuran dari tindakan ada di dalam tindakan itu sendiri. Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi, apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung, yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan mulia. Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut siapa? Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang lain mungkin terkandung tujuan jelek. Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana yang lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau misalnya dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang lebih etis. Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi. Etika utilitarisme (utilis=berguna) adalah kebalikan dari paham egoisme, yaitu yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang banyak (masyarakat). Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan scara objektif pada masyarakat umum. Misalnya, pada suatu hari masyarakat kampung kita mengdakan kerja bakti itu tindakan etis, karena lebih manfaat bagi masyarakat. Jadi, kepentingan umum (masyarakat) jauh lebih utama daripada kepentingaan pribadi. Norma-norma sosial budaya yang berkembang didalam masyarakat menjadi acuan bersama, sehingga interaksi warga dalam hidup bermasyarakat menjadi harmonis. Oleh karena sifatnya yang mengutamakan nilai sosial budaya di masyarakat ketimbang nilai pribadi dan keluarga, maka aliran etika ini dapat kita sebut sebagai etika sosial budaya. Sidney Hook (Suranto, 2011, p. 128) mengatakan sebagai berikut: “Memilih antara baik dan buruk itu bukan masalah etis, sebab jika saya tahu apa yang baik dan apa yang buruk, maka saya akan memilih yang baik itu. Jika saya tahu apa yang benar dan apa yang salah, maka tidak ada masalah sama sekali, apa yang dilakukan adalah apa yang benar itu. Maslaah etis sesungguhnya, jika seseorang membiarkan pengalaman moralnya sendiri, dirumuskan tidak sebagai pertentangan antara baik dan baik, antara benar dan benar, serta antara yang baik dan yang benar.” Perbedaan sifat berbagai tindakan ada kalanya memang sangat sulit untuk dibedakan. Misalnya saja kita sedang mengerjakan tugas penting di rumah yaitu menanggapi tamu, tiba-tiba telepon berdering dan kita melihat tidak ada anggota keluarga lain yang akan mengangkat telepon, masalah etisnya ialah bahwa antara melayani tamu dan mengangkat telepon, kedua-duanya merupakan tindakan yang baik. Untuk menentukan pilihan etis kita, meski kita mesti menggunakan berbagai pertimbangan secara komprehensif. 2.6.3 Dasar-dasar Etika Setiap kelomok masyarakat memegang teguh suatu norma yang telah disepakati bersama untuk menilai suatu tindakan baik atau butuk, mana yang diperbolehkan dan mana yang tidak. Norma yang berlaku untuk memandang perilaku warga masyarakat itu dinamakan etika masyarakat. Sumber nilainya adalah dari norma sosial dan nilai budaya yang berlaku. Wujud konteknya adalah seperangkat peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam pergaulan, dalam bermasyarakat atau dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar-dasar etika: Sopan dan ramah kepada siapa saja Memberikan perhatian kepada orang lain/tidak mementingkan diri sendiri Menjaga perasaan orang lain Ingin membantu Memiliki rasa toleransi Dapat menguasai diri mengendalikan emosi dalam setiap situasi Kesalahan dalam etika: Bahasa yang tidak pas Tidak menghargai waktu orang lain Penampilan yang tidak pas Tata cara bertelepon yang salah Kesalahan dalam menyapa Kurangnya keterampilan mendengar Tidak menghargai milik orang lain Mempermalukan orang lain Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati ”aturan”, bilamana ada orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-laki harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda. Berdasarkan contoh diatas nampak bahwa etika berlakunya lingkungan sosial yang terbatas, yaitu di dalam kelompok sosial budaya dimana norma etika itu disepakati. Dengan demikian, pada lingkungan sosial budaya yang berbeda, akan berlaku norma etika yang berbeda pula. Oleh karena itulah ada pepatah, “dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” artinya dimana kita berada, peraturan yang berlaku haru diindahkan. Dalam masyarakat terdapat berbagai macam kelompok atau organisasi yang masing masing cenderung mengembangkan norma etika bagi anggotanya. Misalnya saja berbagai organisasi profesi, biasanya melengkapi dengan norma etika, yang disebut dengan kode etik profesi atau etika profesi. Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan. Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, serta peraturan yang unik, yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi dokter, guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis. Norma yang mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode etik profesi. James J Spillane menyebutkan bahwa ciri-ciri khas dari profesi adalah sebagai berikut (Suranto, 2011, p. 131): Suatu bidang yang terorganisir baik, berkembang maju dan memiliki kemampuan intelektualitas tinggi. Teknik dan proses intelektual Penerapan praktis dan teknis intelektual. Melalui periode panjang menjalani pendidikan, latihan dan sertifikasi. Menjadi anggota sosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah komunikasi, membina hubungan baik dan saling tukar menukar informasi sesama para anggotanya. Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya. Sebagai professional memiliki perilaku yang baik dalam melaksanakan profesi dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan kode etik. 2.6.4 Etika Komunikasi Interpersonal Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti telepon, SMS, facebook, email dan sebagainya. Baik komunikasi langsung maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan. Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antar individu. Untuk menjaga agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka diperlukan etika berkomunikasi. Cara yang paling mudah menerapkan etika komunikasi interpersonal ialah, pihak-pihak yang terlibat dalam proses komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai anggota masyarakat perlu memperhatikan beberapa hal berikut ini: Nilai nilai dan norma-norma sosial budaya setempat Segala aturan, ketentuan, tata tertib yang sudah disepakati. Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya Tata karma pergaulan yang baik Norma kesusilaan dan budi pekerti Norma sopan santun dalam segala tindakan Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika berkomunikasi yang baik: Etika komunikasi interpersonal tatap muka Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi. Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan orang lain sakit hati. Hati-hatilah dalam berbicara dengan siapapun, terutama dengan yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan dalam membina hubungan baik dikemudian hari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi tatap muka; Melihat Ekspresi Mata Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan adalah cara efektif untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak. Ketika kita berkomunikasi secara tatap muka, muka kita bisa melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang ada disekitar kita. Dengan bekal pengalaman kita dapat mengenali suasana hati orang yang berbicara dengan kita melalui raut wajahnya. Bagian tubuh manusia yang paling banyak berbicara adalah ekspresi wajah,khususnya pandangan mata meskipun mata tidak berkata apa-apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa mata adalah ungkapan perasaan yang sesungguhnya, untuk mengetahui apakah seseorang berkata jujur ataukah bohong yaitu dapat dilihat dari matanya. Melihat Raut Wajah Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah diiibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan perasaan seseorang, misalnya ketika seseorang mengungkapkan bahagianya tanpa ia sadari perasaan itu ia ekspresikan pada wajahnya, senyum mengembang pada wajah yang cerah. Tetapi adakalanya ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan apa yang ia ungkapkan pada pesan verbalnya contohnya seseorang mengatakan bahwa ia tidak marah tetapi wajahnya terlihat tegang, hal ini terjadi pada seseorang yang berusaha menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin orang tersebut berhasil menyembunyikan perasaan sebenranya dengan cara berpura-pura tetapi lama kelamaan wajahnya alan mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya. Norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu diperhatikan: Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan hendaklah diatur tidak terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjuk untuk menunjuk lawan bicara. Jangan kita bicara sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman kita. Kalau teman kita sudah tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu, hendaknya kita memaklumi dan menyesuaikannya. Janganlah mempergunjingkan orang lain apalgi yang digunjingkan iyu tentang kejelekan dari sisi negative orang lain, memang menggunjing ngerumpi itu mengasyikan, tetapi hal itu menunjukan etika jelek karena hanya membicarakan kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja banyak kekurangan dan kesalahan. Jangan memborong seluruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan oranglain, dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Tuhan memberikan telinga lebih banyak dari mulut.ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata agar kita lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hendaklah kita berdiam dan memperhatikan ketika orang tua sedang berbicara. Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan yang kita ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya untuk mengatur jaraksedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi. Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah disesuaikan, jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin atau menguap hendaklah ditutup mulut dengan tangan. Etika berkomunikasi dengan media telepon. Dewasa ini telepon, baik telepon kabel maupun seluler sudah menjadi media komunikasi yang sangat diperlukan untuk efisiensi penerimaan dan penyampaian informasi. Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata karma maka nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dandilaksanakan. Beberapa prinsip dibawah ini perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan media telepon: Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang tepat. Jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam hari), atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita sampaikan benar-benar sangat penting dan tidak bisa ditunda. Berbicaralah dengan tenang,jelas dan langsung ke sasaran Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan bicara. Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita,berilah isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara Siapkanlah pensil dan kertas untuk mencatat seperlunya. Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih. Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon. Kalau telepon dirumah atau dikantor kita bordering, segera angkat gagang peswat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan menandakan kurangnya perhatian. Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang menyalahi etika, ialah dengan membayangkan seolah-plah lawan bicara bertatap muka dengan kita. Etika menggunakan SMS Dewasa ini komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan pendek SMS. Disamping harganya murah juga lebih praktis. Kita dapat menjangkau alamat tujuan dengan segera. Ada norma etika yang lazim digunakan agar isi SMS kita terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh partner komunikasi. Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si penerima Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan SMS. Kurang pantas jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi menunda-nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang memperhatikan dari si pengirim SMS. Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat menimbulkan salah penafsiran. Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya bisa mengganggu orang lain. Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan kemarahan. Etika menggunakan Email atau Facebook Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. Email dan facebook merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya mempunyai satu alamat email atau facebook,kita dapat mengikuti berbagai model komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model komunikasi itu diantaranya: forum, Milis/group,situs jejaring sosial,blog,situs sharing file, E-Learning menggunakan teleconference. Penggunaan teknologi dalam kehidupan pribadi dapat dengan mudah kita buktikan dengan semakin banyak nya yang menggunakan netbook dalam kehidupan sehar-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan para pegawai atau karyawan menggunakan handphone, handphone juga termasuk teknologi yang berkembang dengan pesat dibandingkan dengan media lain, handphone benar benar memperoleh simpati masyarakat terutama para remaja. Masalahnya bagaimana kita dapat menggunakan alat teknologi handphone tersebut agar bernilai positif apabila digunakan dengan orang yang mempunyai etika. Norma yang perlu diperhatikan: Pilihlah antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain Gunakan waktu belajar dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi secara bijaksana. Teknologi hanyalah merupakan alat bantu Etika menyambut tamu Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukan tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan keluarga kita. Ada pepatah mengatakan “tamu adalah raja”. Hal ini mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan rumah. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam menyambut tamu: Menjemput tamunya di bandara, atau ditempat kedatangan lainnya. Menyediakan akomodasi dan transportasi Berjabat tangan dan/atau saling memeluk Mengalungkan bunga kepada tamu Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas. Mengkomunikasikan dan mengkompromikan jadwal acara. Etika di Ruang Tunggu Umum Kenyamanan dan ketertiban diruang tunggu umum, seperti misalnya di bank, rumah sakit, kantor kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan memperhatikan tata tertib dan etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh: Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket,jangan menyerobot atau berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang terlebih dahulu. Jangan menerima telepon dengan suara keras,karena mengganggu orang lain. Jangan duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau menaikkan sepatu ke atas bangku yang di sediakan untuk pengunjung lainnya. Jangan membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan di sembarang tempat. Jangan pula meludah disembarang tempat. Setiap orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu pemandangan,pendengaran,penciuman dan lain-lain Setiap orang diharap untuk bersikap menjaga kenyamanan. Diharapkan setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan Jika sedang menderita flu,batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak meludah dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di tempat sampah terbuka di tempat umum. Etika berkenalan Ada pepatah yang bagus,memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya, semakin banyak teman semakin baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman,adalah dengan berkenalan. Ada berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika. Sebut nama dengan jelas Bersikap penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu) Jangan abaikan personal contact: Genggam tangannya secara mantap selama 3-4 detik saja Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi Tubuh sedikit ke depan. Senyum simpatik Orang yang lebih muda diperkenalkan ke yang lebih tua. Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan Hindari perkenalan ditempat ramai seperti jalan raya,pasar dan lain-lain Etika dalam percakapan Topik jangan menyinggung SARA, sebaiknya membicarakan berbagai hal atau issue yang menarik kedua belah pihak seperti: Kebudayaan, adat istiadat, hobi, olahraga, sejarah, hal-hal yang aktual. Cara membuat percakapan menarik: Ingin menyenangkan lawan bicara Mempunyai rasa humor Mampu berbicara tentang banyak hal ( berawawasan luas) Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Memberi penjelasan secara singkat dan mudah dimengerti Memperhatikan/melihat lawan bicara (90%) pandangan mata tertuju pada lawan bicara. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan. Memberikan ekspresi yang ramah dan dan murah senyum. Gunakan gerakan tubuh/gesture yang sopan dan wajar. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara Menggunakan volume,nada,intonasi suara serta kecepatan biara yang baik Memakai pakaian yang rapi dan sesuai sikon. Yang perlu dihindari dalam percakapan: Memotong pembicaraan orang lain Memborog semua pembicaraan Membual tentang diri sendiri Membicarakan hal yang menimbulkan pertentangan Membicarakan soal penyakit dan kematian secara bertele=tele Menanyakan hal yang bersifat pribadi Mempermalukan orang lain Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang. Berbisik-bisik Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal Kelebihan Komunikasi Interpersonal Kelebihan dari komunikasi Interpersonal adalah sangant efektif, dimana kita bisa langsung melihat respon dari lawan bicara secara berbal maupun non verbal, sehingga bila kita melihat respon atau umpan balik yang diberikan bersifat positif, maka pesan kita dapat diterima secara jelas oleh lawan bicara atau komunikasi dankita pun dapat memberi respon balik serupa. Sedangkan bila umpan balik atau respon yang kita berikan sebagai komunikator itu bersifat negative, maka kita harus memperbaiki cara penyampaian pesan yang dimaksud (Soyomukti, 2010). Berikut kelebihan komunikasi interpersonal: Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari komunikan itu sendiri. Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi. Bisa mengurangi noise dalam berkomunikasi karena terjadi secara langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi. Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal tanpa komunikasi verbal. Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan kapan saja kita inginkan. Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya. Komunikasi tatap muka dapat dengan mudah membujuk lawan bicaranya karena adanya pengaruh komunikasi lain dan pengaruh lingkungannya. Kekurangan Komunikasi Intepersonal Sedangkan kelemahan dari komunikasi interpersonal adalah tidak efiseinsinya waktu, karena antara komunikator dan komnikan harus bertemu dalam tempat yang sama, dalam waktu yang sama. Berikut lebih lengkapnya mengenai kekurangan komunikasi interpersonal: Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan melakukan komunikasi interpersonal tatap muka. Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas. Komunikator dan komunikan harus mengorbankan waktu yang dimiliki untuk berkomunikasi. Jangkauannya yang sempit, maksudnya ialah individu-individu yang terlibat terbatas antara dua orang saja atau antar kelompok kecil saja. Dari segi biaya, ada biaya yang harus ditanggung ketika berkomunikasi lewat internet. Adanya faktor kecepatan dan keluasan jaringan dalam pengaksesan informasi sehingga tidak terbatas untuk kita melakukan komunikasi dengan beberapa orang atau banyak orang. Mengingat kesibukan saat ini, yang membuat intensitas bertemu masing-masing orang sangat sulit, memungkinkan mereka lebih memilih berkomunikasi dengan menggunakan media. Selain itu, berkomunikasi menggunakan media juga dianggap sebagai tren yang sedang berkembang di masyarakat. Akan tetapi, ada biaya yang dibebankan dalam penggunaan media internet tersebut. Diantara uraian di atas dengan contoh-contoh, dapat kita daftar beberapa kelebihan komunikasi antar-pribadi dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, terutama dalam hal efektivitasnya dalam mengubah perilaku, sikap, opini, dan perilaku komunikan. Antara lain komunikasi berlangsung secara tatap muka, dengan komunikasi tatap muka, terjadi kontak pribadi. Pesan pribadi diketahui dari melihat langsung melalui kesaatuan antara suara dan cara menyampaikan, dari pandangan matanya, gaya bicaranya, dan lain-lain. Dengan bertatap mata, kita juga mengetahui bagaimana reaksi lawan bicara kita, dengan segera kita akan mengubah gaya komunikasi kita jika reaksinya jelek. Oleh karena itulah, komunikasi lebih efektif untuk melancarkan ajakan (komunikasi persuasive). Bandingan tindakan mengajak orang lain untuk membeli melalui iklan dengan mendatangani langsung ke rumahnya seperti dilakukan oleh para salesman yang mendatangi dari rumah untuk mejajakan dagangannya. Kekuatan komunikasi interpersonal terkait dengan apa yang disebut oleh Littlejohn sebagai “Jalinan Hubungan”. Konsep ini di definisikan sebagai seperangkat harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka mewujudkan perilaku tertentu di dalam berkomunikasi. “Jalin Hubungan” antar individu hampir selalu melatar belakangi pola-pola interaksi di antara partisipan dalam komunikasi antarpribadi (Soyomukti, 2010). Sebagai contoh, seorang yang baru saja berkenalan cenderung berhati-hati dalam komunikasi, kata-kata yang di gunakannya lebih sefektif, berbeda dengan komunikasi antara dua orang yang sudah akrab yang bersifat spontan. Apapun bentuk komunikasi, tampaknya tak mungkin selalu bersifat simetris atau sejajar. Tak jarang pula komunikasi antarpribadi menunjukkan hubungan dominasi dan subordiasi dalam jalinan hubungannya. Meskipun proses negoisasi dan evaluasi terhadap hubungan dapat denga mudak dilakukan dengan komunikasi yang bersifat tetep muka. Akan tetapi, efek komunikasi yang terhambat juga menimbulkan efek yang lebih jauh terhadap hubungan. Hambatan Komunikasi Interpersonal Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami. Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik). Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikas. Efektivitas komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi. Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut. Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen. Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut: 1)      Bahasa Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi. Contoh kasus: ketika seorang yang berasal dari daerah Banyumas berbicara dengan seorang yang berasal dari daerah Sunda , maka akan terjadi hambatan dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa yang kedua orang tersebut gunakan. 2)      Budaya Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan. 3)      Kebenaran yang semu Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di dalamnya.Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal. 4)      Penipuan Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini. 5)      Tujuan yang tidak jelas. Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti,apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya. 6)      Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi.Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi.Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan hubungan. 7)      Sisi historis/ pengalaman Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi. 8)      Menganggap enteng lawan bicara Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan misalnya pemutusan hubungan. 9)      Mendominasi pembicaraan Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar. 10)  Pihak ketiga Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga yangdatang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awala apa yang terjadidalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bisa merusak sedikit demisedikit komunikasi atau hubungan yang sudah etrciptasebelumnya. Di dalam berkomunikasi, selain keefektifan tentunya kita tak bisa lepas dari hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah hambatan-hambatan dalam berkomunikasi: 1.  Berkomunikasi tidak sesuai dengan tingkatan bahasa para pendengarnya. 2.  Tidak mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya. 3. Tidak memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya. 4.  Tidak memahami kelas social para pendengarnya. 5.  Adanya saling tidak percaya. 6.  Tidak membalas pembukaan diri orang lain/ lawan bicara. Adapula berdasarkan hambatan dibedakan atas sifatnya, dan jenis hambatannya, yaitu: Berdasarkan Sifatnya hambatan dibedakan menjadi 2 Hambatan yang bersifat objektif Kurangnya kemampuan berkomunikasi, penyajian pesan yang kurang baik, waktu penyampaian yang kurang tepat. Hambatan yang bersifat subjektif 2. Berdasarkan jenis hambatan, dibagi menjadi 4 jenis: Akibat gangguan semantic Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mengenai kata-kata atau bahasa yang tidak tepat seperti yang dimaksud oleh komunikator. Karena orang-orang yang terlibat dalam suatu proses komunikasi mengionterpretasikan kata atau bahasa dengan cara yang berbeda, maka dapat terjadi mereka mempunyai pengertian yang berbeda pula. Adanya kepentingan-kepentingan yang ingin diperoleh baik olehkomunikatir atau komunikannya. Kepentingan ini akan menentukan seseorang selektif dalam mengartikan dan menanggapi suatu pesan. Kepentingan akan menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku seseorang. Kurangnya motivasi. Dalam komunikasi, motivasi orang akan menentukan intensitas tanggapan seseorang terhadap pesan yang dikomunikasikan. Adanya prasangka juga menjadi penghambat dalam proses komunikasi antarpersona. Prasangka seseorang terhadap sesuatu masalah atau orang lain biasanya ditentukan oleh term of reference orang tersebut. Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan beberapa cara sebagai berikut : 1.      Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar. 2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Hal ini dapat mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk, menegaskan, bercerita dan sebagainya. Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif. Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak. Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya. Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi dipengaruhi karena turunnya kadar hubungan interpersonal yang disebabkan karena adanya perbedaan atau konflik sehingga terjadinya pemutusan hubungan. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara interpersonal, dimana kita harus memahami etika dalam berkomunikasi. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan menghindari ketidaknyamanan selama berkomunikasi, sehingga hubungan antarpribadi dapat dijaga dan berlangsung harmonis. 3.2 Saran Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran dapat menggunakan komunikasi antar pribadi yang efektif dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga hubungan yang terjadi dapat berlangsung harmonis dan dapat membantu mempermudah pencapaian tujuan dalam aktivitas pekerjaan. DAFTAR PUSTAKA Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori, Tahap, dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal. Malang: Tidak Diterbitkan. Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books. Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ljohansen, R. (1996). Etika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Purwanto, D. (2011). Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. R.A. Johnson, F. K. (1963). The Theory and management of systems. Tokyo: McGrawhill Kogashuka Ltd. Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Saudia, A. (2013). Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja X. 2. Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. Simatupang, T. M. (1995). Teori sistem suatu perspektif teknik industri. Yogyakarta: Andi Offset. Soyomukti, N. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005). Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Vardiansyah. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Widjaja, W. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. LAMPIRAN DESKRIPSI TUGAS INDIVIDU NAMA TUGAS Tiara Sri Rahayu Menyususn materi mengenai pengertian, komponen, dan tujuan komunikasi interpersonal Membuat bab I (pendahuluan) Membuat bab III (penutup) Disa Hastaria Menyusun materi mengenai fungsi dan proses komunikasi interpersonal Mengedit bahan presentasi Ayu Sekarini Menyusun materi mengenai teori hubungan interpersonal, ciri-ciri hubungan interpersonal Fairuz Azkia Menyusun materi mengenai system komunikasi interpersonal Asri Kania Menyusun materi mengenai etika komunikasi interpersonal Syifa Nuraprilia Menyusun materi mengenai efektivitas komunikasi interpersonal ( Miftah Maulana Menyusun materi mengenai kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal, dan siklus hubungan interpersonal Ajeng ayu Menyusun materi mengenai hambatan dalam komunikasi interpersonal dan jenis komunikasi interpersonal 1 3 4 2 ?