Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa masyarakat Aceh sudah berabad-abad menganut agama Islam, bahkan agama Islam di Nusantara pertama sekali berkembang di Aceh, sehingga agama Islam sudah menjadi darah dagingnya. Tidak saja dalam kehidupan perorangan, akan tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan bernegara, agama Islam telah bersemi secara mendalam sehingga adat, resam dan qanun pun bersandar kepada agama Islam di daerah aceh khususnya.
VARIASI : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim
Melihat keterbatasan otonomi desa, maka diperlukan solusi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Salah satu solusinya adalah diperlukan pemimpin yang mampu menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Mukim sebagai penyelenggara pemerintahan, pelaksana pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan syariat Islam di Aceh. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan Qanun Provinsi Aceh No. 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim dalam Provinsi Aceh. Kebijakan publik ini harus dikeluarkan dalam serangkaian petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku dalam internal mukim, agar sasarannya berorientasi kepada masyarakat luas. Implementasi kebijakan merupakan tindakan, baik oleh pemeritah mukim, camat dan kepala desa untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan, sehingga terdapat perbedaan peran dan fungsi dari masing-masing dan tidak terjadi tumpang tindih peran dan fungsinya. Metode penelitian ini menggun...
Hak Cipta2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Peusijuek merupakan salah satu tradisi masyarakat Aceh yang masih dilestarikan dan dipraktekkan. Peusijuek ini sebagai sebuah budaya yang telah menjadi bagaian dari Islam, khususnya masyarakat Islam di Aceh. Penelitian ini ingin mengungkap bagaimana peusijuek diyakini dan beroperasi menjadi sebuah kepercayaan masyarakat yang secara keagamaan hal tersebut bukan sepenuhnya murni berasal dari ajaran agama. Penelitian ini menggunakan metode content analisis. Islam memiliki konsep universalisme yang mampu menyatu dan melebur dalam berbagai peradaban dan kebudayaan, Islam menyatu dan dapat diterima oleh berbagai bangsa dan peradaban. Peusijuek diyakini oleh masyarakat Aceh sebagai salah satu ritual yang dikaitkan dengan kepercayaan terhadap agama, karena peusijuek tersebut sarat dengan nilai-nilai agama, yang mesti dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat dari 3 (tiga) unsur, yaitu pertama; Pelaku Peusijuek, biasanya dilakukan oleh para tengku (ustadz) dan tengku inong (ustazah), yang paham agama. Kedua, moment peusijuek, diantaranya peusijuek dilakukan ketika akan berangkat haji, pernikahan dan walimah, khitanan, dan lain-lain. Ketiga, doa peusijuek, doa yang dibacakan adalah doa yang ditujukan kepada Allah SWT, dengan menggunakan doa-doa yang dari al-Quran dan Sunnah. Melihat ketiga tinjauan tersebut, dapat disimpulkan bahwa peusijuek sangat sarat dengan nilainilai keislaman dan keyakinan terhadap nilai-nilai Islam, sehingga menjadi sebuah kepercayaan masyarakat.
Strukturasi: Jurnal Ilmiah Magister Administrasi Publik, 2019
Secara Yuridis-normatif eksistensi Mukim dengan simbol-simbol politik kedaulatan melekat pada Mukim diakui secara de jure, dengan kata lain keberadaan Imeum Mukim mendapat pengakuan dan pengukuhannya dalam hukum positif, akan tetapi pengakuan ini ternyata tidak sejalan dan selaras secara de facto. Pada dasarnya, keterlibatan Mukim dalam perencanaan strategi pemerintahan gampong dan penyelenggaraan pemerintahan gampong di Aceh berperan lebih besar dari pada hanya di akui sebagai unit pemerintahan yang berfungsi menjadi pemangku adat-istiadat semata. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas peran mukim dalam sistem pemerintahan di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh, bagaimana strategi penguatan terhadap keberadaan Mukim dalam sistem Pemerintahan di Kabupaten Aceh Singkil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas peran dari Mukim terhadap sistem pemerintahan di Kabupaten Aceh Singkil Provinsi Aceh, Untuk mengkaji strategi penguatan keberada...
2017
Ragam hias sebagai identitas budaya telah melalui proses lahir, tumbuh dan berkembang dengan tidak meninggalkan corak khas atau corak aslinya. Dalam sisi yang positif, perkembangan ini dapat menjadi indikator dinamisnya suatu kebudayaan. Pada sisi yang lain, perkembangan corak identitas dalam kurun waktu yang panjang, telah melahirkan gaya corak atau langgam-langgam baru. Perkembangan ragam hias identitas sebagai proses kreativitas dan persentuhan budaya, menuntut usaha untuk tetap menjaga dan melestarikan ragam hias dalam bentuknya yang asli. Penelitian ini bermaksud untuk menelusuri kembali ragam hias identitas pada Masyarakat Aceh khususnya masyarakat nelayan dan masyarakat peladang dengan local genius-nya masing-masing. Hasil penelitian menunjukan bahwa ragam hias identitas masyarakat nelayan dan Peladang dapat diamati melalui motif dasar yang berkembang pada wilayah geografis tersebut. Di wilayah pantai dengan pengaruh budaya islam yang lebih kuat maka untuk menghindari ikonoklasme, seni hias muncul dalam bentuk kaligrafi dan arabesk. Aarabesk merupakan pengembangan rasa keindahan yang bebas dari mitos alam dan dilakukan dengan mengembangkan pola-pola abstrak yang diambil dari pengolahan motif bunga-bungaan, daun-daunan dan poligon-poligon. Pada masayarakat peladang motif dasar yang ada selain menunjukan kekayaan geografis yang bersifat setempatan juga menunjukan motif alam yang didominasi dengan bentuk dasar awan dan bintang. Pemaknaan ragam hias banyak dihubungkan dengan tata nilai dan sistem adat yang berlaku dalam masyarakat peladang. Temuan di lapangan menunjukan pemanfaatan ragam hias pada produk ekonomi kreatif tidak menunjukan kekayaan ragam hias identitas pada masing-masing wilayah. Pengembangan motif diwilayah pesisir justru banyak mengambil motif dasar milik masyarakat peladang. Sehingga disarankan agar motif dasar pada masing-masing wilayah dapat dikonservasi melalui berbagai kegiatan. Kata kunci: Ragam Hias identitas, masyarakat nelayan, masyarakat peladang A. PENDAHULUAN Salah satu kompleks hasil kebudayaan yang secara massif banyak digunakan oleh masyarakat pendukung kebudayaan adalah ragam hias. Ragam hias merupakan sistem simbol yang menampilkan ide, gagasan, aspirasi dan menunjukan identitas suatu kelompok pendukung kebudayaan. Penggunaan ragam hias sebagai suatu simbol identitas kebudayaan dalam masyarakat selaras dengan hakikat manusia sebagai mahluk simbolik atau homo symbolicus.
Zapiski Historyczne, 2023
Leben in Weisheit und Freiheit: Festschrift für Thomas Krüger, 2022
Contribuciones a Las Ciencias Sociales, 2024
Boletín del Centro de Estudios Pedro Suárez, 2014
Munibe Antropologia-Arkeologia
Proceedings of the 2011 Annual of The International Society of Travel and Tourism Educators (ISTTE) Conference, "The International Sounds and Tastes of Tourism Education”, October 20-22, 2011, Miami , 2011
Русская речь, 2021
Uşak Üniversitesi eğitim araştırmaları dergisi, 2019
Progress of Theoretical Physics, 2000
The American Journal of Pathology, 2005
Journal of Vascular Surgery, 2013
Journal of biotechnology & biomaterials, 2016