Structural and Stratigraphic Interpretations
Seismic
Oleh: Arif Eka Rahmanto, Trisakti University.
I.Pedahuluan
Dalam keilmuan geology terutama dibidang keilmuan yang lebih specific yaitu geofisika,
perpaduan antara ilmu geology dan ilmu fisika terapan. Di dunia MIGAS istilah seismic bukan
hal baru bagi kebanyakan professional engineer yang berkecimpung di explorasi lapangan
maupun tahap pengembangan lapangan.
Oleh karena hal tersebut methode seismic memiliki peran yang cukup penting untuk menentukan
kelayakan suatu lapangan untuk di kembangkan atau tidak. Dari hasil pegolahan data seismic
adalah Structural dan Stratigraphic, dimana pada tahapan exploration investigasi yaitu
Sedimantary Basin, Petroleoum System, Lead,Play, Prospect. Data structural dan Stratigraphic
dapat menunjukan sebuah petroleum system yang dapat dikatakan prospect atau sebaliknya.
Data Stratigraphic dan structural secara langsung berhubungan pada nilai keekonomian sebuah
lapangan prospecting untuk masuk pada tahap Exploitasi yaitu Delination, Development,
Production. Data seismic tersebut di jadikan interpretation ( Gambaran) kondisi geology bawah
permukaan dengan permodelan stratrigraphic dan structural tertentu yang di inginkan dari 2 D,
3D, 4Dimensi. Menurut (Kearey & Michael Brooks, 2002) hubungan antara data Structural
analysis dan Strtigraphic analysis di seismic adalah : “which is the analysis offlection
re
sequences as the seismic expression of lithologically-distinct depositional sequences. Both
structural and stratigraphical analyses are greatly assisted by seismic modelling”.
Berdasarkan uraian paragraf diatas maka tujuan interpretasi seismic secara garis besar/ umum
menurut (Widianto, 2015) :
1.
2.
3.
4.
Indentifikasi Stratigrafi dan Struktur geology;
Interpretasi Facies Pengendapan;
Definisi Petroleoum System;
Rekomendasi prospecttifitas dan termasuk resikonya.
Sehingga dari tujuan tersebut maka interpretasi Stratigrafi dan structural, dapat dikatankan
bagian awal dalam sebuah proses investigasi petroleoum yang sangat penting. Terlepas dari
methode yang akan digunakan atau dipilih, dalam kaitanya tulisan ini kami menggunkan
methode seismic.
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 1
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
II. Tiori Dasar
2.1 Structural Analysis
Structural analysis dalam seismic sangat berhubungan erat dengan reflection wave yang didapat
dari sub surface. Lebih dikenal dengan VSP Profile ( Vertical Seismic Profile) dengan data VSP
Waktu(MiliSecond) Vs Depth (m). Pada uraian ataupun pembahasan kali ini lebih mendalam
pada Structural analysis Trap / jebakan MIGAS.
Secara khusus tujuan Structural Analysis adalah untuk menemukan atau mengindentifikasi ada
atau tidaknya structural trap yang mengandung Hidrocarbon pada suatu regional atau daerah.
Hal tersebut sejalan dengan (Kearey & Michael Brooks, 2002) : “The main application of
structural analysis of seismic sections is in the search for structural traps containing
hydrocarbons”
Didalam pembentukan trap tidak lepas dari hubungan sediment environment serta petroleoum
system yang terbentuk. Petroleoum system dikatakan ideal jika memenuhi beberapa criteria
yaitu: Source Rock;Migration;Resevoir Rock;Seal/caprock;Trap.
Gambar2.1
Petroleoum System Ilustration (Magoon & Dow, 1994)
Gambar 2.1 Tampak proses petroleoum sytem secara ideal bekerja dimulai dari source rock
proses pemasakan HC lalu karena perbedaan berat jenis dan SG (Specific Gravity) sehingga
fluida MIGAS bermigrasi ke atas menuju resevoir rock lalu menuju seal rock dan terperangkap
dalam suatu area resevoir. Pada gambar A dan B terdapat perbedaan migrasi fluida, Nampak
pada A well terdapat 3 daerah yang prospect dan di B hanya terdapat 2 daerah prospect, akan
tetapi keduanya mengandung HC.
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 2
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Sedangkan pada table 2.1 dapat kita lihat hubungan sediment environtment terhadap jenis trap,
Daerah pengendapan secara umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu Continental (Daratan/benua),
Coastal ( Pinggir pantai), Deep Marine (Laut dalam)
Tabel 2.1
Hubungan antara Sediment Evironment dan Jenis Trap
(Baker Hughes INTEQ, 1999)
Trap / jebakan terbentuk dikarenakan adanya tekanan hydrostatic di dalam subsurface sehingga
menciptakan bermacam macam jebakan. Gambar 2.2 secara umum berdasarkan hydrostatic
kondisi maka trap terbagi menjadi 2 macam : An Arched Upper Surface dan An Up-dip
Termination of The reservoir, dari gambar tersebut terbentuk beberpa trap yaitu patahan, dome
salt, antiklin, pinchout.
Gambar 2.2
Hydrostatic Trap (Baker Hughes INTEQ, 1999)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 3
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Yang paling sering di jumpai pada resevoar area adalah anticlinal trap dan fault trap (patahan),
Gambar 2.3 merupakan cross section dari Anticlinal Trap yang menujukan urutan dari
pengendapan MIGAS di mulai dari urutan paling atas yang memiliki SG (Specific Gravity) lebih
kecil yaitu Gas lalu yang paling bawah adalah Air. Terlihat juga pada gambar tersebut garis
pemisah secara horizontal GOC ( Gas Oil Contact) dan OWC (Oil Water Contact) kedua
parameter ini akan menentukan tingkat keekonomian suatu lapangan
Gambar 2.3
Cross Section Aticlinal Trap (Baker Hughes INTEQ, 1999)
Gambar 2.4 terdapat dua jenis patgahan secara garis besar yaitu Normal Fault dan Reversed
Fault yang menjadi perhatian adalah Spill point dimana pada titik tersebut ada kemungkinan
kebocoran pada sealling / cap pada sebuah trap sehingga memungkinkan fluida akan bermigrasi
kembali.
Gambar 2.4
Fault Trap (Baker Hughes INTEQ, 1999)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 4
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Structural Trap dapat sangat jelas terlihat pada data seismic, akan tetapi sebelum melakukan
final interpretasi seoarang interpreter harus melakukan filtering data tersebut hingga beberapa
kali tahapan, sehingga dapat mengurangi menghidari pitfalls (salah interpretasi akibat noise data
seismic).
Gambar 2.5 sebagai contoh data seismic yang dilakukan di daerah Sumatra Basin terbagi
menjadi 2 cara Single chanel Interpretation dan Multi-chanel interpretation, dimana single
chanel interpretation memberikan data yang lebih detail mengenai patahan yang terjadi di setiap
regional. Sedangkan Multi-chanel menggambarkan data patahan secara global di Sumatra.
Gambar 2.5
Structural Fault Trap Sumatra Basin interpretasi dari seismic data
(PANKHURST & al, 2005)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 5
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Sebagai gambaran dari hasil proses permodelan 3D dan 2D seismic terhadap structural Analysis
yang telah melewati fase prospect evaluation, dapat dilihat pada gambar 2.6 pada table terdapat
data – data attributes,amplitude,azhimuth dan sebagainya, dari data tersebut maka dapat
dilakukan permodelan 3D geometry structural dimana terdapat daerah pemboran yang proven
dan juga terdapat 2 daerah yang belum dilakukan pemboran tetapi memiliki prospect, figure11
terlihat perpaduan 2D tampak atas dari penampilan permodelan sebelumnya di kombinasi
dengan attributes dan amplitude area yang proven drilling dan prospect dapat dilihat dengan
warna merah kekuningan.
Gambar 2.6
Permodelan Seismic Structural Analysis (Adigun & Ayolabi, 2013)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 6
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
2.2 Stratigraphic Analysis
Secara Umum pengertian stratigrafi adalah “Cabang geologi yang membahas tentang pemerian,
pengurutan,pengelompokan, dan klasifikasi tubuh batuan serta korelasinya satu terhadap yang
lain.” (Sumotarto, 2015)
Berdasarkan pemaparan diatas terdapat 8 hukum stratigraphic secara menyeluruh (Sumotarto,
2015) :
1.
Hukum superposisi (steno,1669) didalam suatu urutan perlapisan batuan maka lapisan yg
terletak di bawah relatif lebih tua umurnya bila dibandingkan dgn perlapisan di
atasnya,selama perlapisan tsb belum mengalami deformasi;
2.
Hukum horisontalitas (steno,1669) pada awal proses sedimentasi,perlapisan sedimen
mempunyai kedudukan relatif horisontal atau miring/sejajar dengan bidang pengendapan.
batuan sedimen pd umumnya terdiri dari partikel-partikel yg mengendap di dsr laut,danau
atau sungai oleh pengaruh gaya berat. partikel sedimen ini umumnya membentuk perlapisan
yg horisontal,kurang lebih sejajar dengan permukaan bidang pengendapan. oleh krn itu bila
suatu batuan sedimen ditemukan dlm posisi miring atau terlipat,maka batuan tsb pasti telah
mengalami suatu deformasi setelah pengendapan akibat tektonik;
3.
Hukum faunal succession (abbe giraud-soulavie,1777) fosil-fosil berbeda spesiesnya
menurut umur geologinya. fosil yg terdapat pada formasi batuan yg lebih tua berbeda
dengan fosil yg terdapat pada formasi yg lebih muda;
4.
Hukum strata identified by fossils (smith,1816) perlapisan batuan dapat dibedakan satu
dengan yg lain berdasarkan kandungan fosilnya yg khas.
5.
Hukum uniformitarianisme (hutton,1785) the present is the key to the past proses geologi yg
berlangsung/terjadi sekarang merupakan proses yg dapat dipakai untuk menjelaskan proses
geologi yang pernah terjadi pada masa lampau;
6.
Hukum principles of lateral accumulation sebagian besar tubuh batuan sedimen terbentuk
dari proses akresi lateral (lateral accretion)
a. permukaan pengendapan biasanya miring
b. akumulasi terjadi oleh proses akresi dan progradasi,dan terjadi pada arah sedimen
transport
c. akumulasi bisa terjadi terus menerus hingga keadaan oversteepned yang membuat
masa yg diakumulasikan menjadi longsor sepanjang lereng
7. Hukum korelasi fasies (walther,1894) bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak
ada gangguan struktur, maka dalam satu daur/siklus pengendapan yg dapat dikenal secara
lateral juga merupakan urutan vertikalnya a conformable vertical sequence of facies was
generated by a lateral sequence of environments ;
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 7
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
8.
fasies sedimenter suatu kelompok litologi dg ciri-ciri yg khas (fisik,kimia, bilologi) dan
merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan tertentu (selley,1978)yg berkembang
scr lateral dan vertikal.
Berdasarkan Hukum Stratigraphic diatas maka, interpretasi seismic terutama untuk Stratiraphic
Analysis memiliki konsep dapat di katakan hampir sama dengan structural terutama untuk trap
hanya saja yang membedakan stratigraphic ditambahkan dengan sedimentasi ataupun
lingkungan pengendapan yang lebih detail dari sebuah trap. Menurut pandangan beberapa ahli
mengenai stratigraphic adalah :
1. (Kearey & Michael Brooks, 2002) : “Seismic stratigraphy involves the subdivision of
seismic sections into sequences offlections
re
that are interpreted as the seis
mic
expression of genetically related sedimentary sequences”.
2. (Magoon & Dow, 1994):” The stratigraphic extent of a petroleum system is the span of
lithological units which encompasses the essential elements within the geographic extent
of a petroleum system. The stratigraphic extent can be displayed on the burial history
chart and cross section drawn at the critical moment. The stratigraphic extent is from
below the pod of active source rock or the petroleum of the discovered accumulations in
the system, whichever is deeper, to the top of the overburden rock.”
3. (Assaad, 2009):”Astratigraphic trap in a reservoir rock may occur in a structural oil
field or a gas field,sealed by an impermeable barrier,which has been tilted by anearth
movement, but not folded or faulted insuch a way that could affect the accumulation
process.”
Secara garis besar Strtigraphic trap terbagi menjadi 2 macam type yaitu (Assaad, 2009) :
1. Perangkap stratigraphic Primer
pembentukan batuan ( Diagenesis).
yang terjadi selama proses pengendapan dan
2. Perangkap Stratigraphic Secondary terjadi setelah proses pembentukan primer, seperti
Unconformities, Solution, dan cementation.
Pada tebel 2.2 terlihat klasifikasi berdasarkan type stratigraphic trap berdasarkan
unconformities
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 8
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Tabel 2.2
Klasifikasi perangkap Stratigraphic (Baker Hughes INTEQ, 1999)
Untuk lebih memperjelas contoh ataupun gambaran mengenai perangkap stratigraphic maka
dapat kita lihat gambar 2.7 Figure4-7 terlihat cemented sand yang menjadi sealing dari oil
resevoir, dan lapisan limstone yang telah cemented didalamnya terdapat porus limestone
terdapat akumulasi oil. figure 4-8 terlihat pinchout trap yang memiliki sealling shale
impermeable dan sand permeable sebagai source rock.
Gambar 2.7
Stratigraphic Trap berdasarkan lingkungan pengendapan (Baker Hughes INTEQ, 1999)
Pembentukan perangkap stratigraphic seperti yang telah dipaparkan diatas dikenal dengan nama
“Sequence stratigraphy”. Definisi dari sequence stratigraphy menurut compilasi dari beberapa
ahli yang dirangkum oleh (Sumartarto, 2015) dan (SEPM, 2015) :
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 9
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
1. “Sequence stratigraphy is the study of genetically related facies within a framework of
chronostratigraphically significant surfaces”. (Van Wagoner et el., 1999);
2. “A stratigraphic unit bounded at its top and base by unconformities or their correlative
conformities.” (Mitchum et al., 1977);
3. ”Sequence is defined as a relatively conformable, genetically related succession of
strata bounded by unconformities or their correlative.” conformities (Mitchum, 1977);
4. The sequences of the sedimentary record are generated by cycles of change
inaccommodation and/or sediment supply that also form similar sequencestratigraphic
surfaces through geologic time (SEPM, 2015)
Secara detail hubungan antara sequence stratigraphic dengan analysis stratigraphic secara umum
dapat dijelasan dengan Stratigraphic framework gambar 2.8, sequence stratigraphic merupakan
wadah dari semua analisa baik dari field data cores,logs, waktu geology, tektonik interpretation,
geometries, diagenesis, dan sebagainya. Sehingga dalam melakukan analisa Stratigraphic pada
seimic akan lebih mudah jika kita memahami sequences stratigraphy secara menyeluruh.
Gambar 2.8
Stratigraphic framework and sementary system. (SEPM, 2015)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 10
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Pada gambar2.9 pembentukan lapisan / sequence A dan B yang sangat berbeda terlihat dari
parameter kedalaman dari lapisan, dimana lapisan B lebih muda ( berada pada lapisan atas)
daripada lapisan A ( berada pada lapisan bawah) sehingga dapat dilihat time line dari
pengendapan
Gambar 2.9
Proses Sequence Stratigraphy (Sumartarto, 2015)
Adapun batasan batasan dalam sequences Stratigraphy menurut Society for Sedimentary
Geology (SEPM, 2015) adalah :
1. Sequence Boundary (SB) : “ envelopes a sequence extending down dip to a correlative
conformity.”
a. highstand systems tract (HST)
b. falling stage systems tract (FSST)
2. Transgressive surface (TS) : This surface is the first significant marine-flooding
surface in a sequence. In most siliciclastic and some carbonate successions it occurs
when the rate of creation of accommodation space is greater than the rate of sediment
supply. Transgressive surface (TS) lies over the Lowstand System Tract (LST) and
beneath the transgressive systems tract (TST) (Catuneanu, et al, 2011);
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 11
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
3. Maximum flooding surface (mfs) The mfs marks the bounding surface between
coarsening and/or fining upward cycles. This commonly widespread zone is often
characterized by the presence of radioactive and often organic rich shales, glauconite,
hardgrounds and is composed of thin bedded concentrations of fauna (condensed
sections) with high abundance and diversity. This surface marks the time of maximum
flooding or transgression of the shelf and lies beneath the highstand systems
tract (Catuneanu, et al, 2011).
Gambar 2.10 terlihat proses sequences yang berlangsung secara continuity sampai pada waktu
tertentu, sehingga kita dapat mendeskripsikan resevoar atau sedimentary basin pada suatu daerah
dengan melihat proses terjadinya sedimentasi tersebut dan juga di combine dari beberapa data
geology seperti umur atau waktu pengendapan, lithologi batuan, facies batuan, daerah
pengendapan dan sebagainya. Dalam proses sequences stratigraphic tidak terlepas dari pada :
1. Transgression
2. Regression
: Proses permukaan air laut naik menuju daratan;
: Proses Permukaan daratan meluas menuju laut atau permukaan
air laut menyurut.
Hal tersebut dapat dijelaskan pada gambar 2.11 acomodation berupa laut atau sedimentasi lain
yang mengalami proses transgression dan regression secara berulang ulang pada kurun waktu
tertentu, menyebabkan terjadi perbedaan sedimantasi serta perbedaan facies, lithology dan
tentunya waktu pengendapan. Hal tersebut sangat terkait pada gambar 2.10 sebagai boundaries
dari sequences stratigraphic.
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 12
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Gambar 2.10
Batasan proses pengendapan sequences Stratigraphic (SEPM, 2015)
Gambar 2.11
Transgression dan Reggression Proses. (SEPM, 2015)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 13
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Untuk mengetahui korelasi pemaparan materi dari bab sebelumnya maka, Pada lapangan North
Sea dapat terlihat mapping penyebaran prospect HC dengan korelasi interpretasi sub surface
stratigraphic dan structural. Gambar 2.12 figure3-9 terlihat umur dari lapisan resevoar serta
arah indikasi dari migrasi fluida reservoir, terdapat banyak patahan pada lapisan source rock
yang menciptakan spill point, dan fluida terperangkap di dalam beberapa jenis jebakan yaitu
antiklinal dan Fault Trap.
Gambar 2.12
North Sea Mapping combine Stratigraphy and structural interpretation (Magoon & Dow, 1994)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 14
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
III PEMBAHASAN
3.1 Pambahasan Blok SULA
Terletak di Banggai Sula Basin, Secara geografis terletak di Banggai Sula Island, Sulawesi
Timur luas area study sekitar 8,207.66 Km ², Kedalaman perairan dari 0 sampai 3000 m’ Gambar
3.13 adalah lokasi persis area Blok SULA 1
Gambar 3.13
Lokasi Blok SULA 1 (PT. Brilliance Energy , 2009)
3.2. Regional Tektonik
“Sula Basin, an east-west trending and triangle shaped of passive margin basin, lies within Sula,
Buru, Mangui, Salabangka, and Banggai Islands (Figure 3.14). Breaking-up of Gondwana Land
in Mesozoic time caused its northern part split into several micro plates which drifted to the
north away from Australia Continental Plate and resulted in framework of passive margin basin
(Pigram and Panggabean, 1984)”. (PT. Brilliance Energy , 2009)
Berdasarkan penjelasan diatas serta gambar 3.14 maka Banggai Sula 1 berada pada lempengan
tektonik Banggai SULA Microcontinent, dimana tempak di titik pertemuan subduction atau
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 15
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
pertemuan 3 lempengan yaitu East Sulawesi Ophiolite, North Banda Sea, Molucca Sea Tectonic
Malange, dapat jelas terlihat pada Banggai Sula 1 banyak terdapat patahan
Gambar3.14
Tectonic Element Banggai Sula Basin (PT. Brilliance Energy , 2009)
3.2 Regional Stratigraphy
Banggai Sula Microcontinent terdiri dari Stratigraphic Sequence dari umur Palaezoic samapai
Quaternary. Stratigraphy Banggai –Sula dapat di bagi menjadi 2 Macam Provinces :
1. Eastern Part, Banggai Sula;
2. Western Part, Banggai Sula
3.2.1 Eastern Part
Pada lapisan ini terlihat Banggai Sula Lebih dalam daripada Tomori PSC ( East Sulawesi),
Lapisan Prospect pada Banggai Sula 1 memiliki ketebalan kurang lebih 200 – 300 m dengan
batuan sedimentasi carbonate dan banyak terdapat planktonic foraminiferal dapat terlihat jelas
pada gambar 3.15
Lapisan atau formasi yang terdapat pada Eastern Part Adalah (PT. Brilliance Energy , 2009):
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 16
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
1. Kabauw Formation
5. Salodik Formation
2. Bobong Formation
6. Pancoran Formation
3. Buya Formation
7. Peleng/Luwuk Formation
4. Tanamu Formation
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 17
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Gambar 3.15
Stratigraphy of the Banggai Sula Basin on the Eastern part (PT. Brilliance Energy , 2009)
3.2.2 Western Part
Pada bagian ini lebih banyak di Onshore atau dikenal juga dengan blok SULA II. Gambar 3.16
terlihat stratigraphic Senoro dan basement batuan adalah Granite. Formasi yang memiliki umur
lebi muda adalah Formasi Biak, rata rata umur lapisan berada pada Miocene. Adapun eberapa
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 18
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Formasi yang terdapat pada western part adalah : Formasi Biak, Kintom, POH, Mantawa,
Minahaki, Matindok, Tomori.
Gambar 3.16
Stratigraphic Western Part (PT. Brilliance Energy , 2009)
Secara Umum lapisan cekungan Banggai Sula dapat dilihat gambar 3.17 batuan source rock dan
Seal Rock terdapat pada Fm. Buya dengan batuan gamping,pasir terdapat pada laut dangkal serta
umur Jura antara akhir – tengah, Resevoar rock terdapat di Fm. Bobong dengan batuan pasir,
konlomerat dan batubara. Ketebalan sekitar 2000m dengan umur Jura Awal
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 19
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Gambar 3.17
Stratigraphy of the Sula Basin (PT. Brilliance Energy , 2009)
3.3 Structural dan Stratigraphic Seismic Interpretation
Secara umum interpretation dari seismic structural berhubungan dengan stratigraphic gambar
3.18 terdapat 4 macam horizon seismic di area SULA dapat dilihat pada table 3.3
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 20
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
PURPLE Horizon
Top LATE CRETACEOUS
BLACK Horizon
Top MID JURASSIC
RED Horizon
Top EARLY JURASSIC
BLUE Horizon
Top BASEMENT
Tabel 3.3
Horizon Line Sula Area (PT. Brilliance Energy , 2009)
Pada Gambar terlihat 4 garis patahan yang mengindikasikan prospect pada masing masing
patahan tersebut.
Gambar3.18
Seismic Interpretation (PT. Brilliance Energy , 2009)
LATE CRETACEOUS
MIDDLE JURASSIC
EARLY JURASSIC
BASEMENT
Pada Gambar 3.19 memeiliki hubungan dengan data analisa seismic pada gambar 3.18 dimana
patahan yang terlihat indikasi prospect dapat diketahui Seal rock berada pada Late Creataceous,
sedangkan resevoar rock terdapat pada Middle Jurassic dan Early Jurassic
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 21
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Gambar 3.19
Mapping Migration and Resevoar Condition (PT. Brilliance Energy , 2009)
Late Cretaceous
Middle Jurassic
Early Jurassic
S
R
S
R
OIL WINDOW
BASEMENT
S
SEAL
R
RESERVOIR
S
SOURCE ROCK
MIGRATION
PATHWAY
3.4 Lead Prospect interpretasi seismic
Terdapat 2 Lead dari beberpa lead yang diindikasikan memiliki peluang yang bagus untuk di
kembangkan menurut (PT. Brilliance Energy , 2009) 2 lead tersebut adalah :
1. Lead 1 Sula I
a. Volumetric Calculation (Early Jurassic Horizon) : 24556.99 acrefeet ( Most Likely)
b. Volumetric Calculation (Mid. Jurassic Horizon) : 120185.2 acrefeet ( Most Likely)
c. Volumetric Calculation (Late Cretaceous Horizon): 63876.25 acrefeet ( Most Likely)
d. Porosity sekitar : 18 %
Gambar 3.20 terlihat permodelan seismic arah migrasi fluida cenderung kearah South East
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 22
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
Gambar 3.20
Lead 1 Blok SULA (PT. Brilliance Energy , 2009)
2. Lead 2 Sula I
a. Volumetric Calculation (Early Jurassic Horizon) : 12343.48 acrefeet ( Most Likely)
b. Volumetric Calculation (Mid. Jurassic Horizon) : 3251.11 acrefeet ( Most Likely)
c. Volumetric Calculation (Late Cretaceous Horizon): 10480.14 acrefeet ( Most Likely)
d. Porosity sekitar : 18 %
Pada Lead 2 gambar 3.21 ini terlihat propect yang akan di exploitasi adalah mengarah ke North
West
Gambar 3.21
Lead 2 Blok Sula (PT. Brilliance Energy , 2009)
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 23
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
IV. Kesimpulan dan Saran
Setelah melihat paparan pada beberapa bab diatas maka dapat di simpulkan untuk Structural and
Stratigraphic Interpretations Seismic :
Kesimpulan :
1. Pada tahapan investigasi petroleoum data Structural dan Stratigraphic sangat memegang
peranan penting dalam menentukan langkah selanjutnya;
2. Study yang dilakukan untuk analisa cekungan masih terbatas terutama untuk offshore,
Blok Sula sendiri masih menggunakan data lama untuk tahapan Play – Lead dan
prospect;
3. Dengan Mengetahui dan Mengerti Structural dan stratigraphic analysis maka perusahaan
dapat menekan kerugaian dari resiko dry hole Atau resiko resiko lainya;
4. Methode Seismic sangat baik untuk sebagai salah satu pilihan feasibility Study, di
karenakan tingkat keakuratan yang sangat baik dalam menggambarkan subsurface
interpretasi, kemungkinan pitfalls dapat ditekan dengan menggunakan bantuan software
khusus;
5. Semua kondisi dibawah permukaan bumi mengalami perubahan dari waktu ke waktu, di
karenakan proses geology yang terjadi di bumi seperti pergerkan lempeng dan juga
kondisi reservoir juga kan berubah jika sudah memasuki fase exploitasi, dikarenaka
fluida yang di pompakan keluar akan menyebakan perubahan pore volume dan juga
migrasi fluida. Hal tersebut terjadi karena adanya gaya tekan antar lapisan batuan
“Overbuden Pressure”.
Saran:
1. Indonesia memeiliki banyak potensi yang belum di study untuk mencari potensi cadangan
MIGAS, oleh karena itu harapanya agar exploration atau kegiatan di HULU migas
menjadi sorotan yang utama;
2. Diperlukan suvey atau study yang berkelanjutan dikarenakan perubahan lapisan dalam
bumi tidak lah konstan tetapi dinamis dari waktu kewaktu;
3. Melibatkan akademisi dan Mahasiswa untuk project – project study sehingga Indonesia
dapat meregenerasi dan updating keilmuan dibidangang MIGAS khususnya Di Geofisika.
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 24
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic
V. Daftar Pustaka
1. Adigun, A., & Ayolabi, E. A. (2013). The Use of Seismic Attributes to Enhance Structural
Interpretation of Z-Field, Onshore Niger Delta. Climatology & Weather Forecasting .
2. Assaad, F. A. (2009). Field Methods for Petroleum Geologists. USA: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
3. Baker Hughes INTEQ. (1999). Petroleoum Geology, Rev A. USA: Baker Hughes INTEQ.
4. Foulger, G., & Peirce, C. (n.d.). GEOPHYSICAL METHODS IN GEOLOGY ( Gravity &
Magnectic). Retrieved November 01, 2015, from Community Durham University:
https://community.dur.ac.uk/g.r.foulger/Teaching/GG_HandoutsAll.pdf
5. Kearey, P., & Michael Brooks, I. H. (2002). An Introduction To Geophysical Exploration,
third edition. United Kingdom: Blak well Science.
6. Magoon, L. B., & Dow, W. G. (1994). The Petroleoum System -From Source to Trap.
U.S.A: AAPG Memoir 60.
7. PANKHURST, R. J., & al, e. (2005). Sumatra: Geology, Resources and Tectonic Evolution .
London: THE GEOLOGICAL SOCIETY .
8. PT. Brilliance Energy . (2009). Blok SULA 1. Jakarta: Geologist PT. Brilliance Energy .
9. SEPM. (2015). SEPM’s stratigraphy web site. Retrieved December 8, 2015, from Society
forSedimentary Geology, SEPM Strata: http://www.sepmstrata.org/Page.aspx?pageid=1
10. Sumartarto, U. (2015). SEQUENCE STRATIGRAPHY. Lecture Presentation, Megister Of
Petroleum. Jakarta: Trisakti University.
11. Sumotarto, U. (2015). Prinsip Stratigraphic. Lecture Presentation Trisakti University.
Jakarta: Trisakti University.
12. Widianto, E. (2015). Seismic Utiization in Oil and Gas industries, presentation. Lecture
Presentation, FTKE, Trisakti University .
Arif Eka Rahmanto / 171.150.001 | 25
Structural and Stratigraphic Interpretations Seismic