Ejaan dan tata bahasa sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, ditambah lagi jika salah mengeja menyebabkan pembaca salah pemahaman. Walaupun pengajaran ejaan relatif sederhana bila dibanding pengajaran bidang studi lain.
Landasan Teori
Hakikat Ejaan
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) mendapat penjelasan sebagai berikut:
Ejaan merupakan cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf; Misalnya: kata “huruf” dahulu dalah “hoeroef” (Henry dalam Poerwadarminta; 2009:2).
Dalam Ensiklopedia Indonesia (jilid 2) dapat dibaca penjelasan sebagai berikut:
Ejaan merupakan cara menulis kata-kata menurut disiplin ilmu bahasa (Henry dalam Shadily;2009:2)
Sedangkan menurut (Alex; 2010:259) ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata huruf, dan tanda baca.
Dari rangkaian diatas maka penulis menyimpulkan Ejaan adalah aturan pelambangan bunyi ujaran tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya menurut disiplin ilmu bahasa.
Ejaan
Pengertian Ejaan
Pemahaman ejaan merupakan suatu aspek penting dalam mendukung penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Penulis melakukan pembahasan ini melalui referensi dari berbagai sumber, baik dari buku pelajaran maupun media elektronik.
Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu
aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad.
Huruf
Nama
Huruf
Nama
Huruf
Nama
A a
B b
C c
D d
E e
F f
G g
H h
I i
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
J j
K k
L l
M m
N n
O o
P p
Q q
R r
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
S s
T t
U u
V v
W w
X x
Y y
Z z
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
Tabel 1.1 Huruf Abjad
Huruf Vokal
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
A
e
i
o
u
api
enak
itu
oleh
ulang
padi
petak
simpan
kota
bumi
lusa
sore
murni
radio
ibu
Tabel 1.2 Huruf Vokal
Huruf konsonan
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
Juz
Tabel 1.3 Huruf Konsonan
Huruf Diftong
Contoh pemakaian dalam kata
Di awal
Di tengah
Di akhir
Ai
au
oi
Ain
aula
-
syaitan
saudara
boikot
pandai
harimau
amboi
Tabel 1.4 Huruf Diftong
aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis atau kata jadian.
Misal:
dj jarum ↔ j jarum
tj tjut ↔ c cut
nj njawa ↔ ny nyawa
aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
Perkembangan Ejaan, Persamaan Dan Perbedaan Ejaan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi.Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan.
Pada tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972, berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).
Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas.
Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
Berdasarkan sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:
1. Ejaan Van Ophuysen
2. Ejaan Suwandi
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Van Ophuysen
Ejaan Van Ophuysen disebut juga Ejaan Balai pustaka. Masyarakat pengguna bahasa menerapkannya sejak tahun 1901 sampai 1947.Ejaan ini merupakan karya Ch.A. Van Ophuysen, dimuat dalam kitab Logat Melayoe (1901).
Ciri khusus ejaan Van Ophuysen:
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda,
Antara:
Huruf (u) ditulis (oe).
Komahamzah (k) ditulis dengan tanda (’) pada akhir kata.
Misalnya: bapa’, ta’
Jika pada suatu kata berakhir dengan huruf (a) mendapat akhiran (i), maka di atas akhiran itu diberi tanda trema (”)
Huruf (c) yang pelafalannya keras diberi tanda (’) diatasnya
Kata ulang diberi angka 2,
Misalnya: janda2 (janda-janda)
Kata majemuk dirangkai ditulis dengan 3 cara :
Dirangkai menjadi satu, misalnya (hoeloebalang, apabila)
Dengan menggunakan tanda penghubung misalnya, (rumah-sakit)
Dipisahkan, misalnya (anaknegeri)
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan dipotong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis Bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
Ejaan Republik/ Ejaan Suwandi
Ejaan Republik dimuat dalam surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mr. Soewandi No.264/Bhg. A tanggal 19 maret 1947.Sebab ejaan ini disebut sebagai Ejaan Suwandi. Sistem ejaan suwandi merupakan sistem ejaan latin untuk Bahasa Indonesia.
Ciri khusus Ejaan Republik/ Suwandi :
1. Huruf (oe) dalam ejaan Van Ophuysen berubah menada (u).
2. Tanda trema pada huruf (a) dan (i) dihilangkan.
3. Koma ‘ain dan koma hamzah dihilangkan. Koma hamzah ditulis dengan (k)
Misal: kata’ menjadi katak.
4. Huruf (e) keras dan (e) lemah ditulis tidak menggunakan tanda khusus,
Misalnya: ejaan, seekor, dsb.
5. Penulisan kata ulang dapat dilakukan dengan dua cara.
Misalnya : Berlari-larian ↔ Berlari2-an
6. Penulisan kata majemuk dapat dilakukan dengan tiga cara.
Misalnya : Tata laksana ↔ Tata-laksana ↔ Tatalaksana
7. Kata yang berasal dari bahasa asing yang tidak menggunakan (e) lemah (pepet) dalam Bahasa Indonesia ditulis tidak menggunakan (e) lemah,
Misalnya: (putra) bukan (putera), (praktek) bukan (peraktek).
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan
Pada Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57,Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
Ejaan Van Ophuijsen
Khusus
Jumat
Yakni
Chusus
Djum’at
Jakni
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
Tabel 1.5 Perubahan Pemakaian Huruf Dalam Tiga Ejaan Bahasa Indonesia
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan yang sebelumnya.
Fungsi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sebagai alat pemersatu dan menjadi tolak ukur bagi benar-tidaknya pemakaian bahasa seseorang atau sekelompok orang.
Tujuan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) antara lain:
Menciptakan penggunaan bahasa yang baik dan benar
Menghindarkan salah tafsir
Mempermudah pengucapan
Yang harus diperhatikan dalam EYD antara lain:
Penulisan huruf: huruf kapital, huruf kecil, dan huruf miring.
Penulisan kata: kata dasar, gabungan kata, kata ulang, kata ganti, kata depan, kata turunan (berimbuhan), kata sandang, partikel, singkatan atau akronim, dan lambang bilangan.
Penulisan unsur: menyerap unsur dari berbagai bahasa lain baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, poertugis, belanda, atau inggris.
Penulisan tanda baca: tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda elipsis, tanda garis miring, tanda apostrof, tanda petik tunggal, dan tanda petik.
Pemakaian huruf: huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan gabungan huruf konsonan.
Penggunaan Huruf Kapital
Istilah huruf kapital yang digunakan disini bersinonim dengan huruf besar. Dalam bahasa Inggris, kedua istilah itu disebut capital letter. Memang, bagi orang tertentu huruf besar bersifat ambiguitas, mengandung makna taksa atau berarti dua. Dengan demikian, dapat terjadi seperti dibawah ini:
Huruf besar berarti huruf yang besar (big letter) atau
Huruf besar berarti huruf kapital (capital letter)
Harus kita sadari benar bahwa tidak semua huruf besar meruupakan huruf kapital. Bisa jadi ukuran hurufnya kecil tetapi itu merupakan huruf kapital atau ukuran hurufnya besar tetapi merupakan bentuk huruf kecil.
Dari penjelasan diatas, dapat kita pahami mengapa beberapa ahli lebih menyetujui penggunaan istilah huruf kapital dari pada huruf besar. Penulis juga setuju dengan hal ini.
Berikut kita bicarakan pemakaian huruf kapital dalam bahasa Indonesia.
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu belum selesai.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misal:
Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”
“Kemarin engkau terlambat,“ katanya.
“Besok pagi,” kata Ibu, “dia akan berangkat”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
Misal:
Allah, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih,
Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misal:
Sultan Hasanudin, Haji Ilham Fauzan, Imam Syafi’i, Nabi Ibrahim
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misal:
Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta, Profesor Soepomo, Sekretaris Jendral Depertemen Pertanian.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misal:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin Brigadir Jenderal Krisantyo dilantik menjadi mayor jenderal.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misal:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Bambang Pamungkas, Ivan Koles.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misal:
Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misal:
Bangsa Indonesia, suku Jawa, bahasa Inggris
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misal:
mengindonesiakan kata asing, keinggris-inggrisan.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misal:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Desember, hari Lebaran, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misal:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
Misal:
Asia Tenggara, Bukit Barisan, Jalan Diponegoro, Gunung Sibayak, Laut Jawa, Selat Malak, Danau Toba, Cilacap, Kebumen.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yanng tidak menjadi unsur nama diri.
Misal:
Berlayar ke teluk, mandi di kali, pergi ke arah tenggara.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misal:
Garam inggris, gula jawa, pisang ambon.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali seperti kata dan.
Misal:
Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Piagam Jakarta, Kerajaan Iran.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misal:
Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, menurut undang-undang yang berlaku.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah, dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misal:
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misal:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
Dia agen surat kabar dari Sinar Pembangunan.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdana”.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misal:
Dr. Doktor, M.A. Master of Arts, Ir. Insinyur, M.Sc. Master of Science, Ny. Nyonya, Sdr. Saudara, Prof. Profesor
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misal:
“Kapan Bapak berangkat?” Tanya Haro.
Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”
Surat Saudara sudah saya terima
Mereka pergi ke rumah Pak Camat
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipaki dalam pengacuan atau penyapaan.
Misal:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misal:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
Penulisan Tanda Baca
Pada paragraf diatas telah dibahas mengenai pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan kata, dan sebagainya. Kali ini penulis akan membahas tentang tanda baca. Tanda baca yang akan dibahas secara berurutan disertai contoh pemakaianya masing-masing dengan harapan agar pembaca makalah ini trampil memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Tanda baca yang akan dibahas sebagai berikut:
Tanda titik (.)
Tanda titik digunakan pada akhir kalimatyang bukan pernyataan atau seruan.
Misal:
Ibu saya orang Ngawi.
Tanggal 1 Mei adalah hari lahir saya.
Tanda titik digunakan pada akhir singkatan nama orang.
Misal:
S. Takdir Ali Syahbana
Moh. Hatta
Tanda titik digunakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misal:
Prof. Profesor
P.M. Perdana Menteri
Tanda titik digunakan pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan terdiri atas tiga huruf atau lebih hanta dipakai satu titik.
Misal:
a.n. atas nama
dkk. dan kawan kawan
Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misal:
1. Tinjauan Umum
Keterampilan berbahasa
Hubungan antara Menyimak dan Berbicara
Hubungan antara Menyimak dan Membaca
Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, detik yang menunjukkan waktu.
Misal:
Pukul 1.25.10 (pukul 1 lewat 25 menit 10 detik)
Tanda titik digunakan untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka waktu.
Misal:
2.10.8 jam (2 jam, 10 menit, 8 detik)
Tanda titik tidak digunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang tidak menunjukan jumlah.
Misal:
Ayah Budi meninggal dunia tahun 2005 saat Budi berumur 7 tahun.
Nomor giro ayah saya 0788899 di Bogor.
Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata, atau gabungan keduanya, atau yang terdapat dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misal:
UUD Undang-Undang Dasar
Sekjen Sekretaris Jenderal
Tanda titik tidak digunakan dalam singkatan lambang kimia, satuan, ukuran, takaran, timbangan, mata uang.
Misal:
H Hidrogen
cc sentimeter kubik
Tanda titik tidak digunakan judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel dan sebagainya.
Misal:
Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia
Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia
Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat, atau nama dan alamat penerima surat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 7
Jakarta
1 April 2015
Tanda koma (,)
Kaidah-kaidah penggunaan tanda baca koma (,) adalah sebagai berikut:
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.
Misalnya:
Saya akan membeli buku-buku puisi, tetapi kau yang memilihnya.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau ada undangan, saya akan datang.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya akan datang kalau ada undangan.
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.
Misalnya:
Meskipun begitu, dia tidak pernah berlaku sombong kepada siapapun.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
Wah, bukan main!
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Guru.
Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu Agung.
Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2
(Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
Ny. Khadijah, M.A.
Tanda koma dipakai di muka angka desimal.
Misalnya:
12,5 m
Rp 75,25
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca/salah pengertian–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Atas perhatian Saudara, kami ucapan terima kasih.
Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
Misalnya:
Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis makalah di ruang kerjanya;
Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
Misalnya:
Syarat syarat penerimaan pegawai negeri sipil di lembaga ini:
berkewarganegaraan Indonesia;
berijazah sarjana S1 sekurang-kurangnya;
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.
Misalnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
Tanda Titik Dua (:)
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan mengenai penggunaan tanda titik dua adalah sebagai berikut:
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Nurbaya
Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu : “Sapu lantainya, Nak!”
Sinjo : “Baik, Bu”
Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
Surah Yasin: 9
Tanda Hubung (-)
Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan tanda hubung adalah
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Selain mengajar, Benjamin juga melakukan kegiatan peneliti-an yang berkaitan dengan maslah peternakan di NTT.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Tandah pada ternak sapi merupakan alat pertahan-an tubuh yang dipakai untuk menghancurkan musuh.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Angka 2 pada kata ulang tidak bisa pakai dalam teks karangan resmi.
Misalnya:
bapak-bapak (tidak ditulis bapak 2)
kadang-kadang (tidak ditulis kadang 2)
berulang-ulang (tidak ditulis ber-ulang2)
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Milslnya:
k-e-l-u-r-a-h-a-n
02-03-2011
Tanda hubung dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian-bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
sepuluh-ribuan
Tanggung jawab- dan kesetiakawanan-sosial
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf besar, (b) ke- dengan angka, c) angka dengan –an, (d) singkatan berhuruf besar dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Undana
tahun 2000-an
mem-PHK-kan
Sinar-X
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-upgrade, di-cut off
Tanda Pisah (-)
Tanda pisah membatasi penyisipan kata yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Dengan bekerja bersama -berdasarkan pengalaman saya selama bertahun-tahun- semua target organisasi dapat dicapai.
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Temuan Esintain -gaya gravitasi- telah meletakan landasan yang kuat dalam pengembangan bidang penerbangan.
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti ‘sampai’ atau ‘sampai dengan’.
Misalnya:
1998-2011
Tanggal 25-04-1965
Kupang-Soe-Kefa
Tanda Elipsis (…)
Tanda elpisis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu …, ya, tidak perlu dirisaukan lagi.
Tanda elpisis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
Dan, perjuangan pergerakan kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu … bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat titik, tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu buah untuk menandai akhir kalimat.
Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, dan untuk menandai bagian kalimat atau pernyataan yang disangsikan kebenarannya.
Misalnya:
Apakah Anda dalam keadaan sehat?
Memangnya kamu dari Australian?
Tanda tanya digunakan diantara kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.
Misalnya:
Dia dilahirkan pada tahun 1833 (?) di Kabanjahe.
Seminar itu berlangsung di Cilato selama 74 hari (?).
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah malangnya nasib pemuda itu!
Keluar dari rumahku sekarang juga!
Merdeka!
Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Dokumen usulan ini dilengkapi dengan lampiran-lampiran (daftar nama anggota, ijasah, surat keterangan berkelakuan baik, dan hasil wawancara) seperti yang disyaratkan.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya:
Setiap tahun, ratusan peselancar dari berbagai negara mengadu keahlian dalam Kompetisi Selancar Rote Ndao di Nemberala (pantai yang memiliki gulungan ombak terbaik nomor 2 di dunia)
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Bajak laut itu berasal dari (pulau) Alor
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Produktivitas menyangkut aspek (a) masukan, (b) proses, dan (c) luaran
Tanda Kurung Siku ([…])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Melindungi satwa li[a]r tidaklah mudah.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung (…).
Misalnya:
Rumput kume adalah rumput unggul lokal (asli NTT [bernama latin Sorghum plumosum] khususnya terdapat di Timor, Rote, Sabu, Sumba) yang memiliki nilai gizi tinggi.
Tanda petik (“…”)
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lainnya. Kedua pasang tanda petik ini, ditulis sama tinggi di sebelah atas baris
Misalnya:
“Saya mandi dulu, ya” kata Andri, “Silahkan duduk dulu”
Ada pepatah yang berbunyi “rajin belajar, pangkal pandai”
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Puisi “Aku” digubah oleh W.S.Rendra
Modul “Tanda Baca dan Ejaan” terdapat pada halaman 2-20.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
Cara menyusun ransum ayam dapat dilakukan dengan metode “coba-coba”.
Model potongan rambut acak dikenal dengan nama “punk”.
Tanda petik digunakan untuk penutup kalimat atau bagian kalimatnya ditempatkan dibelakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang digunakan dengan arti khusus.
Misalnya:
Karena selalalu banyak bicara dan angkuh maka Selena mendapat juukan “si Mulut Besar”
Tanda petik tunggal (‘…’)
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Kata ayah, “tidakkah kamu dengar bunyi ‘tok…tok… tok’ di pintu?”
Tanda petik tunggal mengapit makna terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
Misalnya:
Sustainable ‘berkelanjutan’
Tanda garis miring ( / )
Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun tawim.
Misalnya:
No. 124/Fpt/III/2011
Perumahan Dosen Undana Blok D/5
Tahun Akademik 2010/2011
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya:
Bapak/Ibu/Saudara
Biaya pendidikan sebesar Rp 5 juta/semester
Sebuah alinea hanya boleh memilik satu buah gagasan/ide pokok.
Tanda Penyingklat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingklat atau apsotrof menunjuk penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Engkau ’kan berhasil asalkan tidak menyerah (‘kan = akan)
Maret ’11 (’11 = 2011)
Penulisan Akronim dan Singkatan
Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan dan pangkat diikuti dengan tanda titik.
Misal:
Muh. Yamin Suman
S.E. Sarjana Ekonomi
Bpk. Bapak
Kol. Kolonel
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata di tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misal:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia
Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik, namun bila menyingkat dua kata, diikuti dua titik.
Misal:
dll. Dan lain-lain
hlm. Halaman
a.n. atas nama
u.p. untuk perhatian
lambang kimia, singkatan satu ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misal:
Cu kuprum
Kg kilogram
kVA kilovolt-ampere
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukansebagai kata.
Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misal:
SIM Surat Izin Mengemudi
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, ditulis dengan huruf kapital.
Misal:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang singkat seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misal:
pemilu pemilihan umum
tilang bukti pelanggaran
rudal peluru kendali
Penulisan Angka dan Lambang
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai penulisan angka dan lambang.
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan angka Romawi. Pemakaianya diatur lebih lanjut dalam uraian-uraian berikut ini.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, L(50), C(100), D(500), M(1000), V(5000), M(1.000.000)
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (ii) satuan waktu; (iii) nilai uang;(iv) kuantitas.
Misal:
0,5 sentimeter, 5 kilogram, 4 meter, 10 liter
1 jam 20 menit, pukul 08.00, tahun 1945, 17Agustus 1945
Rp. 5.000,00; 2.000 rupiah; US $75
Angka lazim digunakan untuk menomori jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
Misal:
Jalan Bhayangkara 5 Kebunjahe
Kode Pos: 7/KBY SS
Postbus 95152300 RA Leiden
Kamar 117, Sahida Inn
Telepon 782087
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan atas bagiannya.
Misal:
BAB IX,Pasal 3, halaman 117
Halaman 57, baris 11
Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
Misal:
Bilangan utuh : Dua belas 12
117 : seratus tujuh belas
Bilangan pecahan : ⅓ sepertiga
2⅔ : dua dua pertiga
1% : satu persen
Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara cara berikut
Misal:
Paku Buwono X, Paku Buwono ke-10, Paku Buwono kesepuluh
BAB III, BAB ke-3, BAB ketiga
Penulisan kata bilangan yang mendapatakhir-an
Misal:
Tahun 20-an atau tahun dua puluhan
Sepuluh uang 500-an atau sepuluh uang lima ratusan
Lambang bilangan yang dinyatakan dengan satu atau dua kataditulis dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang bilangan digunakan secara beruntut.
Misal:
Sampai lima kali saya membangunkanya tadi.
Di antara 50 anggota yang terdaftar, 26 wanita dan 24 orang pria.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, tidak terdapat lagi pada awal kalimat.
Misal:
Sepuluh orang istri kepala suku.
Bukan: 10 orang istri kepala suku
Angka yang menunjukan bilangan bulat yang besar, dapat dieja sebagaian supaya lebih mudah dibaca.
Misal:
Luas Republik Rakyat Cina kira-kira 9,7 juta kilometer persegi; penduduknya 787 juta jiwa
Dokumen resmi seperti akta dan kuitansi, bilangan tidaj perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.
Misal:
Dalam asrama itu tinggal lima puluh orang mahasiswa.
Bukan: Dalam asrama itu tinggal 50 orang mahasiswa.
Kalau bilangan dilambangkan dengan angka atau huruf, maka penulisanya harus tepat.
Misal:
Saya lampirkan tanda terima sebesar Rp. 3.330,00 (tiga ributiga ratus tiga puluh rupiah)
Penulisan Kata Asing atau Huruf Miring
Dalam percakapan sehari-hari, antara karyawan percetakan dan penerbit istilah huruf miring ini biasa diganti dengan huruf kursif. Perlu kita ingat bahwa dalam tulisan tangan atau ketikkan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahntya.
Huruf miring dalam cetakan digunakan untuk:
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Misal:
Saman karya Ayu Utami
Majalah Horison
Kamus Ungkapan karya Komarudin
Surat kabar kompas
Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
Misal:
Huruf pertama kata lari adalah l.
Bab ini khusus membicarakan huruf miring.
Menuliskan nama-nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaan.
Misal:
Kata language acquisition kita terjemahkan dengan pemerolehan bahasa.
Buah manggis nama ilmiahnya ialah Garcinia mangontana
Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata Indonesia.
Misal:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi.
Penulisan Kata
Penulisan Kata dalam Bahasa Indonesia merupakan sebuah urgensi yang tak boleh lepas dari sistem penulisan. Karena tiap karya sastra Bahasa Indonesia terbentuk dari kata-kata. Membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan akronim, angka dan lambang bilangan.
Di antara poin penting penulisan kata dalam EYD ialah:
Kata Dasar
Kata dasar yang berupa kata dasar dan ditulis sebagai kesatuan. Kata yang sudah mewakili sebuah arti tanpa imbuhan apapun.
Misalnya :
Kantor pos sangat ramai. Buku itu sudah saya baca. Adik naik sepeda baru. (ketiga kalimat tersebut di bangun dengan kata dasar)
Kata Turunan
Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar, dikelola, penatapan, pendidikan, mempermainkan.
Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya, kalau bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya:
bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan
Jika bentuk dasar berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran, maka kata-kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
Menggarisbawahi, dipertanggungjawabkan, disalahgunakan, menandatangani
Salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai
Misalnya:
Asusila, dwitunggal, dwibahasa, nonstop, tunaaksara, pancaindra
Bentuk Ulang
Merupakan kata yang ditulis berulang, baik bermakna tunggal, jamak maupun berulang. Bentuk kata berulang ini dihubungkan dengan lambang (-)
Kata ulang dalam bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi untuk menunjukkan jamak, tapi juga berfungsi antara lain :
Menyatakan benda yang menyerupai kata dasar itu. Misalnya: anak-anakan, orang-orangan.
Menyatakan bahwa pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang atau beberapa kali. Misalnya: meloncat-loncat, menyebut-nyebut.
Menyatakan makna lebih (intensitas). Misalnya: cepat-cepat, baik-baik.
Macam-Macam Kata Ulang:
Kata Ulang Dwipurwa yaitu ulangan atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet.
Misal:
Tatanaman > tetanaman
Tatangga > tetangga
Luluhur > leluhur
Lalaki > lelaki
Luluasa > leluasa
Titirah > tetirah
Kata Ulang Utuh yaitu ulangan atas seluruh bentuk dasar.
Kata ulang utuh terbagi 2:
Kata ulang dwilingga, ulangan atas bentuk dasar yang berupa kata dasar.
Misalnya:
rumah-rumah
buah-buah
anak-anak
Kata ulang kata jadian berimbuhan, yaitu ulangan atas bentuk dasar berupa kata jadian berimbuhan.
Misalnya:
perbuatan > perbuatan-perbuatan
timbangan > timbangan-timbangan
pengumuman > pengumuman-pengumuman
Kata Ulang Dwilingga Salin Suara yaitu ulangan yang terjadi atas seluruh suku kata, namun pada salah satu lingganya terjadi perubahan suara pada satu fonem atau lebih.
Misalnya:
gerak-gerak > gerak-gerik
sayur-sayur > sayur-mayur
porak-porak > porak-parik
tegap-tegap > tegap-begap
Kata Ulang Berimbuhan yaitu ulangan yang mendapat imbuhan baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua.
Misalnya:
bermain-main
berjalan-jalan
berpukul-pukulan
gunung-gemunung
tarik-menarik.
Gabungan Kata
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, bagian umumnya ditulis terpisah
Misalnya:
Kereta api, garis miring, jambu monyet, orang tua
Gabungan kata, yang termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah baca, dapat diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya:
Anak-istri Ali, buku sejarah-baru, persegi-panjang, alat pandang-dengar
Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.
Misalnya:
Dukacita, darmasiswa, radioaktif, adakalanya, saptamarga
Kata Ganti –ku, kau, –mu, dan –nya
Kata yang menggunakan imbuhan kepunyaan ini ditulis bersambung
Misalnya:
Kubaca, kauminta, rumahku, bukumu,
Catatan: Kata kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital.
Misalnya:
KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku
k.ganti orang pertama tunggal
saya
k.ganti orang pertama jamak
kami, kita
k.ganti orang kedua tunggal
Anda
k.ganti orang kedua jamak
Kalian
k.ganti orang ketiga tunggal
Dia
k.ganti orang ketiga jamak
Mereka
Tabel 1.6 Kata Ganti Orang
Kata Depan di, ke, dan dari
Tiap-tiap kata depan ditulis terpisah dengan kata dasarnya, kecuali dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Ke mana saja kamu seminggu ini?
Di mana ada gula, di situ ada semut.
Kata si dan sang
Kata yang menunjukkan sebuah subyek maupun obyek ini ditulis terpisah dengan kata dasarnya.
Misalnya:
Sang kancil, sang suami, sang Saka, si Ali, si bungsu, si terpidana
Partikel
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata dasarnya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Selain itu partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari kata dasarnya. Dan partikel –pun juga ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluimya.
Misalnya:
Apakah dayaku sebagai seorang wanita.
Bacalah buku ini baik-baik.
Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi.
PAGE \* MERGEFORMAT 38