JUDUL PERCOBAAN
Pengaruh pH dan Konsentrasi Enzim Mempengaruhi Aktivitas Enzim
HARI/TANGGAL PERCOBAAN
Kamis / 22 Oktober 2015 pukul 13.00 wib
SELESAI PERCOBAAN
Kamis / 22 Oktober 2015 pukul 16.00 wib
TUJUAN PERCOBAAN
Membuktikan bahwa pH dan konsentrasi enzim mempengaruhi aktivitas enzim
TINJAUAN PUSTAKA
Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalisa, yakni enzim. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik di dalam sel di katalisa oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim, masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan di dalam berbagai bentuk kehidupan. Enzim dikatakan sebagai suatu kelompok protein yang berperan penting dalamproses aktivitas biologis. Enzim ini berfungsi sebagai katalisator dalam sel dan sifatnyasangat khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, enzim dapat mengatur reaksi tertentu sehingga dalam keadaan normal tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan hasil akhir reaksinya.
Enzim dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Oksidoreduktase : mengkatalisis berbagai macam reaksi oksidasi-reduksi serta sering mempergunakan koenzim seperti NAD+, FAD, atau lipoat sebagai akseptor hidrogen. Akseptor lain termasuk koenzim Q atau molekul oksigen. Nama umum lainnya adalah dehidrogenase, oksidase, peroksidase, dan reduktase.
Transferase : mengkatalisis berbagai jenis transfer kelompok dalam metabolisme banyak langkah-langkah penting yang memerlukan transfer dari satu molekul lain dari kelompok amino, karboksil, metil, asil, glikosil, atau fosforil. Nama umum yangs ering digunakan adalah aminotransferase (transaminase), karnitin asil transferase, dan transkarboksilase.
Hidrolase : mengkatalisis pembelahan ikatan antara karbon dan beberapa atom lainnya dengan adanya penambahan air. Nama umum yang sering dijumpai termasuk esterase, peptidase, amilase, fosfatase, urease, pepsin, tripsin, dan kemotripsin.
Liase : mengkatalisis pemecahan ikatan karbon-karbon, karbon-sulfur, karbonnitrogen tertentu (tidak termasuk peptida). Nama umumnya adalah dekarboksilase, aldolase, sitrat liase, dan dehidratase.
Isomerase : mengkatalisis rasemase isomer optik dan geometrik dan reaksi oksidasi-reduksi intramolekular tertentu. Nama umumnya antara lain epimerase, rasemase, dan mutase.
Enzim ini akan kehilangan aktivitasnya akibat panas, asam atau basa kuat, pelarut organik, atau apa saja yang menyebabkan denaturasi protein. Enzim dikatakan mempunyai sifat khas, karena hanya bekerja pada substrat tertentu dan bentuk reaksi tertentu Fungsi suatu enzim adalah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun luar sel. Kecepatan reaksi enzim dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah suhu, pH, konsentrasi enzim, dan konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat tertentu, penambahan enzim dengan konsentrasi bertingkat akan meningkatkan jumlah kompleks ES sehingga jmlah produk yang terbentuk juga meningkat. Enzim bekerja pada pH optimum yaitu pada pH 5-7. Di luar pH optimum aktivitas enzim akan terganggu.
Di dalam sel dan lingkungan sel sekelilingnya, pH dalam keadaan normal harus tetap sebab adanya perubahan akan menyebabkan pergeseran aktivasi enzim. Hal ini akan mempengaruhi dan mengacaukan sistem katabolik dan anabolik dalam sel jaringan.
Laju reaksi berkurang pada kedua sisi pH optimum dan tiga alasan yang mungkin adalah:
Protein enzim dapat menjadi/mengalami denaturasi akibat pH ekstrem tinggi atau rendah.
Protein enzim memerlukan gugus-gugus asam amino yang terionisasikan pada rantai samping yang mungkin aktif hanya pada satu keadaan ionisasi.
Substrat dapat memperoleh atau kehilangan proton dan reaktif hanya dalam satu bentuk muatan.
Pada katalis lain, kecepatan reaksi yang menggunakan enzim tertentu tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Konsentrasi enzim tetap maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Setiap enzim mempunyai suhu optimum, yaitu suhu di mana enzim memiliki aktivitas maksimal. Enzim di dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimal sekitar 37 ºC. Di bawah atau di atas suhu optimum, aktivitas enzim menurun. Suhu mendekatit titik beku tidak merusak enzim, tetapi enzim tidak aktif. Jika suhu dinaikkan, maka aktivitas enzim meningkat. Namun, kenaikan suhu yang cukup besar dapat menyebabkan enzim mengalami denaturasi irreversible dan mematikan aktivitas katalis. Sebagian besar enzim mengalami denaturasi pada suhu di atas 60ºC. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya akan menurun.
Pati, terutama terdapat dalam jumlah tinggi pada golongan umbi, seperti kentang, dan pada biji-bijian, seperti jagung, tetapi kemampuan membentuk pati dijumpai pada semua sel tanaman. Pati mengandung dua jenis polimer glukosa, amilosa, dan amilopektin. Amilosa terdiri dari rantai unit-unit D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan (1-4). Rantai ini beragam dalam berat molekulnya, dari beberapa ribu sampai 500.000. Amilopektin juga memiliki berat molekul yang tinggi, tetapi strukturnya bercabang tinggi. Ikatan glikosidik yang menggabungkan residu glukosa yang berdekatan di dalam rantai amilopektin adalah ikatan (1-4), tetapi titik percabangan amilopektin merupakan ikatan (1-6).
Salah satu enzim yang diperlukan untuk pertumbuhan adalah amilase. Amilase dapat diartiakan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen, dan polisakarida yang lain. Enzim amilase dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α-amilase, β-amilase, γ-amilase. α-amilase terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endomilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah amilum. β-amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilase sebab memecah dua unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga pada akhirnya terbentuk maltosa. γ-amilase telah diketahui terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa. Amilosa merupakan poisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodin memberikan warna biru yang khas.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat :
Tabung reaksi dan rak tabung reaksi
Labu ukur 50 mL
Gelas ukur 10 mL
Gelas kimia
Pipet tetes
Pembakar spirtus
Kasa dan kaki tiga
Statif dan klem
Termometer
Spektrometer UV
Bahan :
Air liur sebagai sumber amylase
Larutan pato 0,4 mg/mL
Larutan pato 0,4 mg/mL dilarutkan dalam berbagai pH (1, 3, 5, 7, dan 9)
Laritan Iodium
ALUR PERCOBAAN
Pengaruh pH pada Aktivitas Enzim
Pengenceran Air Liur
Air Liur
Larutan Air liur
di encerkan 100 kali dengan aquades
Tabung Uji
1 mL Larutan Pati dalam berbagai pH
masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah di beri label U
masing-masing tabung ditambah 0,2 mL larutan enzim pengenceran 100 kali
dicampur dengan baik dan dibiarkan selama 1 menit
+1 mL larutan iodium untuk masing-masing tabung reaksi
+ 8 mL aquades untuk masing-masing tabung
Segera di baca absorbansinya (A) pada panjang gelombang 680 nm
dihitung selisih A antara tabung U dan B dari tiap suhu (t= 0 menit)
Hasil Pengamatan
1 mL Larutan Pati 1 %
dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah di beri label B
masing-masing tabung ditambah 0,2 mL aquades
dicampur dengan baik dan dibiarkan selama 1 menit
+1 mL larutan iodium untuk masing-masing tabung reaksi
+ 8 mL aquades untuk masing-masing tabung
Segera di baca absorbansinya (A) pada panjang gelombang 680 nm
dihitung selisih A antara tabung U dan B dari tiap suhu (t= 0 menit)
Hasil Pengamatan
Tabung Blanko
Pengaruh Konsentrasi Enzim Terhadap Aktivitas Enzim
Pengenceran Air Liur
Air Liur
Larutan Air liur
di encerkan 100, 200, 300, 400, dan 500 kali dengan aquades
1 mL Larutan Pati 1 %
dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah di beri label U
masing-masing tabung ditambah 0,2 mL larutan air liur dari pengenceran 100-500x
dicampur dengan baik dan dipanaskan selama 1 menit pada suhu 60-100 oC
+1 mL larutan iodium untuk masing-masing tabung reaksi
+ 8 mL aquades untuk masing-masing tabung
Segera di baca absorbansinya (A) pada panjang gelombang 680 nm
dihitung selisih A antara tabung U dan B dari tiap suhu (t= 0 menit)
Hasil Pengamatan
Tabung Uji
Tabung Blanko
1 mL Larutan Pati 1 %
dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah di beri label B
masing-masing tabung ditambah 0,2 mL aquades
dicampur dengan baik dan dipanaskan selama 1 menit pada suhu 60-100 oC
+1 mL larutan iodium untuk masing-masing tabung reaksi
+ 8 mL aquades untuk masing-masing tabung
Segera di baca absorbansinya (A) pada panjang gelombang 680 nm
dihitung selisih A antara tabung U dan B dari tiap suhu (t= 0 menit)
Hasil Pengamatan
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Percobaan pengaruh pH dan konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja/aktivitas enzim, terutama pada enzim amilase yang terdapat pada ludah/saliva. Enzim berfungsi untuk mempercepat suatu reaksi kimia organik. Salah satu faktor yang mempengaruhi kerja dari enzim adalah konsentrasi, yaitu baik dari konsentrasi enzim itu sendiri maupun dari konsentrasi substrat.
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim
Tabung Uji
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas enzim. Dalam percobaan ini hal pertama yang harus dilakukan adalah pengenceran air liur 100 kali dengan cara 0,5 mL air liur dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan dengan air sampai tanda batas hingga terbentuk 50 mL larutan air liur pengenceran 100 kali. Air liur berfungsi sebagai enzim amilase.
Percobaan yang kedua adalah melakukan pengujian pada pengaruh pH terhadap aktivitas enzim dengan cara menyiapkan 5 tabung reaksi, masing-masing tabung diberi label U (tabung uji). Dimasukkan 1 mL larutan pati berbagai pH berupa larutan tak berwarna kedalam masing-masing tabung reaksi yaitu larutan pati pH 1 pada tabung pertama, larutan pati pH 3 pada tabung kedua, larutan pati pH 5 pada tabung ketiga, larutan pati pH 7 pada tabung keempat, dan larutan pati pH 9 pada tabung kelima. Larutan pati ini sebagai variabel manipulasi karena memiliki pH yang berbeda dan berfungsi sebagai substrat. Larutan pati didiamkan selama 5 menit, hal ini bertujuan agar pati terdegradasi secara sempurna. Selanjutnya masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan dengan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 100 kali berupa larutan tak berwarna. Larutan air liur ini berfungsi sebagai enzim. Setelah dicampur larutan didiamkan selama 1 menit, pada keadaan ini akan terjadi hidrolisis parsial. Larutanpati merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh enzim amilase padasaliva menjadi glukosa. Selanjutnya larutan di tambahkan dengan 1 mL larutan iodium yang berupa larutan berwarna kuning jernih pada masing-masing tabung yang berfungsi sebagai indikator untuk menentukan adanya amilum. Penambahan Iodium tersebut menghasilkan perubahan warna sebagai berikut :
Pada tabung (pH 1) : larutan berwarna biru kehitaman (+++)
Pada tabung 2 (pH 3) : larutan berwarna biru kehitaman (++)
Pada tabung 3 (pH 5) : larutan berwarna biru kehitaman (+)
Pada tabung 4 (pH 7) : larutan berwarna kuning kecoklatan
Pada tabung 5 (pH 9) : larutan berwarna biru kehitaman (+)
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, pada larutan pati pH 1, 3, 5, dan 9 masih mengandung amilum karena berwarna biru kehitaman, dimana warna biru kehitaman tersebut semakin memudar seiring bertambahnya pH. Pada larutan pati pH 7 terjadi perubahan warna menjadi kuning kecoklatan, dalam hal ini berarti sudah tidak ada kandungan amilum karena amilum telah diubah menjadi maltosa, pada pH 7 enzim amilase bekerja secara optimum. Aktivitas enzim semakin meningkat seiring meningkatnya pH namn akan kembali menurun aktivitasnya setelah melewati pH optimumnya. Selanjutnya larutan ditambahkan dengan 8 mL aquades, dimana aquades ini berfungsi untuk agar larutan tidak terlalu pekat dan dapat diukur aborbansinya pada Spektronik-20, karena pada Spektronik-20 jika larutan terlalu pekat maka tidak dapat terbaca absorbansi pada larutan. Pada percobaan ini akan menghasilkan nilai absorbansi sampel yaitu absorbansi yang masih memiliki pengotor – pengotor di dalamnya sehingga untuk mencari absorbansi yang sebenarnya dengan cara nilai absorbansi blanko dikurangi nilai absorbansi sampel. Digunakan cara demikian karena kemampuan enzim dalam mendegradasi pati.
Reaksi yang terjadi :
Hasil percobaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
No
pH
Nilai
1
1
0,07
2
3
0,137
3
5
0,056
4
7
-0,602
5
9
-0,143
Tabung Blanko
Pada percobaan ini, dimasukkan 1 mL larutan pati 1% , berfungsi sebagai substrat. Larutan pati 1% didiamkan selama 5 menit, hal ini bertujuan agar pati terdegradasi secara sempurna. Selanjutnya masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan dengan 0,2 mL aquades tak berwarna. Setelah dicampur larutan didiamkan selama 1 menit, pada keadaan ini akan terjadi hidrolisis parsial. Selanjutnya larutan di tambahkan dengan 1 mL larutan iodium yang berupa larutan berwarna kuning jernih pada masing-masing tabung yang berfungsi sebagai indikator untuk menentukan adanya amilum. Penambahan Iodium tersebut menghasilkan perubahan warna menjadi biru kehitaman. Blanko digunakan sebagai pembanding, yaitu larutan pati tanpa enzim amilase menghasilkan warna biru kehitaman saat diberi iodium, menandakan pati tidak terhidrolisis atau masih terdapat kandungan amilum/pati dalam larutan tersebut. Selanjutnya larutan ditambahkan dengan 8 mL aquades, dimana aquades ini berfungsi untuk agar larutan tidak terlalu pekat dan dapat diukur aborbansinya pada Spektronik-20, karena pada Spektronik-20 jika larutan terlalu pekat maka tidak dapat terbaca absorbansi pada larutan. Nilai absorbansi blanko digunakan untuk mengurangi nilai absorbansi sampel, sehingga mengurangi adanya pengotor di dalam larutan tersebut.
Pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim
Tabung Uji
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim. Konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Pengaruh konsentrasi enzim ini yaitu pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk yang dihasilkan sehingga dapat dinyatakan bahwa laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Dalam percobaan ini hal pertama yang harus dilakukan adalah pengenceran air liur 100, 200, 300, 400, dan 500 kali dengan cara 0,5 mL air liur dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan dengan air sampai tanda batas hingga terbentuk 50 mL larutan air liur pengenceran 100 kali, dan diencerkan lagi sampai pengenceran 500 kali. Air liur berfungsi sebagai enzim amilase dengan konsentrasi yang berbeda-beda. Air liur pengenceran 100 kali memiliki konsentrasi yang paling tinggi daripada konsentrasi pada air liur pengenceran 200, 300, 400, dan 500 kali.
Pada percobaan ini disiapkan 5 tabung reaksi diberi label U, masing-masing tabung ditambahkan dengan larutan pati 1% lalu didiamkan selama 5 menit dengan tujuan agar pati terdegradasi secara sempurna. Selanjutnya pada tabung 1 ditambahkan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 100 kali, tabung 2 ditambahkan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 200 kali, tabung 3 ditambahkan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 300 kali, tabung 4 ditambahkan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 400 kali, dan tabung 5 ditambahkan 0,2 mL larutan air liur pengenceran 500 kali. Dalam hal ini air liur sebagai enzim amilase dengan konsentrasi yang berbeda-beda (konsentrasi sebagai variabel manipulasi), kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Selanjutnya larutan dalam masing-masing tabung tersebut dipanaskan pada suhu 60 oC hal ini bertujuan untuk mendenaturasikan enzim amilase, karena pada suhu tersebut sudah melewati suhu optimum enzim amilase. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya akan menurun. Sehingga enzim yang memiliki konsentrasi rendah akan lebih cepat terdenaturasi, oleh karena itu saat di tambahkan dengan 1 mL larutan iodium yang berfingsi untuk mendeteksi adanay amilum menghasilkan perubahan warna sebagai berikut :
Pada tabung 1 (menggunakan enzim pengenceran 100 kali) : larutan berwarna kuning kecoklatan
Pada tabung 2 (menggunakan enzim pengenceran 200 kali) : larutan berwarna biru kehitaman
Pada tabung 3 (menggunakan enzim pengenceran 300 kali) : larutan berwarna biru kehitaman (+)
Pada tabung 4 (menggunakan enzim pengenceran 400 kali) : larutan berwarna biru kehitaman (++)
Pada tabung 5 (menggunakan enzim pengenceran 500 kali) : larutan berwarna biru kehitaman (+++)
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, pada tabung 1 menghasilkan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan, hal ini menandakan bahwa sudah tidak ada kandungan amilum pada larutan dalam tabung 1, amilum tersebut telah berubah menjadi maltosa. Hal tersebut terjadi karena pada tabung 1 memiliki konsentrasi enzim yang paling tinggi yaitu larutan air liur pengenceran 100 kali, sehingga meskipun telah dipanaskan pada suhu 60 oC hanya sedikit enzim yang terdenaturasi dan dengan pemanasan tersebut laju reaksinya semakin cepat untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Sedangkan pada tabung 2-5 konsentrasi enzimnya semakin berkurang sehingga saat diuji dengan amilum dari tabung 2-5 warna biru kehitaman semakin pekat hal ini menunjukkan bahwa kandungan amilumnya semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena saat pemanasan pada suhu 60 oC enzim yang konsentrasinya rendah akan mudah terdenaturasi sehingga semakin rendah konsentrasinya akan semakin sulit untuk mengubah amilum menjadi maltosa. Setelah diuji dengan iodium, larutan ditambahkan dengan 8 mL aquades, dimana aquades ini berfungsi untuk agar larutan tidak terlalu pekat dan dapat diukur aborbansinya pada Spektronik-20, karena pada Spektronik-20 jika larutan terlalu pekat maka tidak dapat terbaca absorbansi pada larutan. Pada percobaan ini akan menghasilkan nilai absorbansi sampel yaitu absorbansi yang masih memiliki pengotor – pengotor di dalamnya sehingga untuk mencari absorbansi yang sebenarnya dengan cara nilai absorbansi blanko dikurangi nilai absorbansi sampel. Digunakan cara demikian karena kemampuan enzim dalam mendegradasi pati. Dalam percobaan ini sesuai dengan teori bahwa konsentrasi enzim mempengaruhi pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk yang dihasilkan, dalam percobaan ini semakin besar konsentrasi enzim amilase maka maltosa yang dihasilkan semakin banyak atau jika di uji dengan iodium menghasilkan warna kuning kecoklatan yang menandakan tidak adanya kandungan amilum.
Reaksi yang terjadi :
Hasil percobaan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
No
Konsentrasi
Nilai
1
100x
-0,602
2
200x
-0,106
3
300x
-0,056
4
400x
-0,01
5
500x
0
Tabung Blanko
Pada percobaan ini, dimasukkan 1 mL larutan pati 1% , berfungsi sebagai substrat. Larutan pati 1% didiamkan selama 5 menit, hal ini bertujuan agar pati terdegradasi secara sempurna. Selanjutnya masing-masing tabung yang berisi larutan pati ditambahkan dengan 0,2 mL aquades tak berwarna. Setelah dicampur larutan dipanaskan selama 1 menit pada suhu 60oC. Selanjutnya larutan di tambahkan dengan 1 mL larutan iodium yang berupa larutan berwarna kuning jernih pada masing-masing tabung yang berfungsi sebagai indikator untuk menentukan adanya amilum. Penambahan Iodium tersebut menghasilkan perubahan warna menjadi biru kehitaman yang pekat karena pada tabung uji tidak memiliki enzim. Blanko digunakan sebagai pembanding, yaitu larutan pati tanpa enzim amilase menghasilkan warna biru kehitaman saat diberi iodium, menandakan pati tidak terhidrolisis atau masih terdapat kandungan amilum/pati dalam larutan tersebut. Selanjutnya larutan ditambahkan dengan 8 mL aquades, dimana aquades ini berfungsi untuk agar larutan tidak terlalu pekat dan dapat diukur aborbansinya pada Spektronik-20, karena pada Spektronik-20 jika larutan terlalu pekat maka tidak dapat terbaca absorbansi pada larutan. Nilai absorbansi blanko digunakan untuk mengurangi nilai absorbansi sampel, sehingga mengurangi adanya pengotor di dalam larutan tersebut.
KESIMPULAN
Dari percobaan yang praktikan lakukan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi enzim mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Pengaruh konsentrasi enzim ini yaitu pembentukan produk, dimana makin besar konsentrasi enzim makin banyak pula produk yang dihasilkan, dalam percobaan ini semakin besar konsentrasi enzim amilase maka maltosa yang dihasilkan semakin banyak atau jika di uji dengan iodium menghasilkan warna kuning kecoklatan yang menandakan tidak adanya kandungan amilum karena telah diubah menjadi maltosa.Makin besar konsentrasi enzim makin kecil hasil absorbansinya, karena warna larutan kompleks pati iodium semakin memudar.
Selain konsentrasi aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh pH. Enzim amilase bekerja pada pH optimum 7. Aktivitas enzim semakin meningkat seiring meningkatnya pH namn akan kembali menurun aktivitasnya setelah melewati pH optimumnya. Dalam percobaan sesuai dengan teori bahwa pada pH 7 enzim bekerja secara optimum ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning kecoklatan yang berarti bahwa amilum telah diubah menjadi maltosa.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Hana. 2014. Enzim (online)
hana-aaoo.blogspot.co.id/2014/03/enzim-laboratorium-biokimia- 2013.html?m=1. diakses pada Selasa, 27 Oktober 2015, pukul 20:35 WIB
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar BiokimiaJilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Ruddin, Choi.2010. Laporan praktikum biokimia ii percobaan ii enzim.
Jayapura : Universitas Cendrawasih
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Praktikum Biokimia. Surabaya : Jurusan Kimia, FMIPA UNESA.
JAWABAN PERTANYAAN
Buatlah kurva yang menggambarkan hubungan antara kecepatan reaksi enzimatik (V=A/menit) dengan pH !
Buatlah kurva antara konsentrasi/pengenceran enzim dengan kecepatan reaksi enzimatik (A/menit) !