BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG PROYEK
Untuk meningkatkan dan melancarkan aktifitas angkutan dan transportasi di area desa Tileng menuju desa Nglindur kecamatan Rongkop kabupaten Gunung Kidul dan sebaliknya, sangat dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang. Adapun sarana dan prasarana yang dimaksud salah satunya adalah pembangunan sisi darat berupa jalan. Tanpa dukungan tersebut akses darat kurang efektif untuk melayani aktifitas angkutan dan transportasi secara maksimal.
Salah satu langkah kongkrit yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum (DPU), mengadakan pekerjaan jalan berupa “Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I”. Dimana jalan ini dapat digunakan sebagai akses jalan utama, desa Tileng menuju desa Nglindur kecamatan Rongkop kabupaten Gunung Kidul. Dengan demikian aktivitas transportasi darat semakin baik dari segi waktu, kenyaman, dan keselamatan pengguna jalan.
Dengan demikian untuk memberikan laju arus lalu lintas dan kenyamanan yang baik kepada para pengguna jalan perlu dilakukan perbaikan jalan, diantaranya :
Pelebaran jalan
Perkuatan daya dukung jalan
Membuka jalur altrnatif baru
Diharapkan dengan diadakan Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I dapat meningkatkan daya guna jalan yang nantinya akan dapat memperlancar laju arus lalu lintas yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya.
TUJUAN PROYEK
Untuk mempermudah akses transportasi darat dari desa Tileng menuju desa Nglindur dan sebaliknya di kecamatan Rongkop kabupaten Gunung Kidul.
Meningkatkan peranan jalan dalam peningkatan daerah yang meliputi pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya pada masyarakat setempat maupun masyarakat luar.
LOKASI PROYEK
Desa Tileng
Desa Nglindur
Awal pekerjaan
Akhir pekerjaan
Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I, salah satunya adalah jalan yang menghubungkan desa Tileng dan desa Nglindur dengan panjang 1.200 m dengan lebar 4 m inilah yang akan membantu aktivitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek, sumber dari google map.
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN PROYEK
Jangka waktu pelaksanaan Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul ini disebutkan dalam No SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) 06?SPMK/PPK-KRP J-P1/VII?2014 kepada kontraktor PT. Tom Konstruksi selama 120 (seratus dua puluh) hari kalender terhitung sejak dikeluarkan SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja).
BESAR DAN SUMBER DANA PROYEK
Besar dana yang tersedia untuk Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul ini sesuai dengan nilai kontrak sebesar Rp. 4.201.537.600,00 (empat milyar dua ratus satu juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu enam ratus rupiah).
Sumber dana ini dialokasikan pada Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul yang di bagi oleh beberapa lokasi, salah satunya adalah proyek yang berlokasi di desa Tileng menuju desa Nglindur
DATA PROYEK
Data umum Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul :
Program : Rehabilitasi/Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I
Kegiatan : Rehabilitasi/Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I
Pekerjaan : Rehabilitasi/Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I
Lokasi : Kab. Gunung Kidul
Tahun Anggaran : 2014
Kontraktor : PT. Tom Konstruksi
No. Kontrak : 05/SP/PPK-KRPJ-P1/VII/2014
Tanggal Kontrak : 22 juli 2014
No. SPMK : 06/SPMK/PPK-KRPJ-P1/VII/2014
Tanggal SPMK : 22 juli 2014
Nilai Kontrak : Rp. 4.201.537.600,00 (empat milyar dua ratus satu juta lima ratus tiga puluh tujuh ribu enam ratus rupiah).
Waktu Pelaksanaan : 120 hari (seratus dua puluh) hari kalender
Waktu Pemeliharaan : 180 hari (seratus delapan puluh) hari kalender
Konsultan : CV. Arsilon
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI
BAB III
LANDASAN TEORI
UMUM
Perkerasan jalan terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu meliputi lapisan permukaan (surface course), perkerasan atas (base course), perkerasan bawah (subbase course), dan tanah dasar (sub grade).
Gambar 3.1 Susunan Lapisan Perkerasan Jalan
Tanah Dasar
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu lintas.
Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air.
Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu.
Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
Lapis Pondasi Bawah
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda.
Mencapai efisiensi penggunaan material yang relative murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya konstruksi).
Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.
Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR ≥ 20%, PI ≤ 10%) yang relative lebih baik dari tanah dasar dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah.Campuran-campuran tanah setemapt dengan kapur atau semen Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.
Lapis Pondasi
Fungsi lapis pondasi antara lain:
Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.
Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan.
Bahan-bahan untuk lapis pondasi umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda.Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi, hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik.
Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain: batu pecah, kerikil pecah, dan stabilisasi tanah dengan semen atau kapur.
Lapis Permukaan
Fungsi lapis permukaan antara lain:
Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda.
Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat cuaca.
Sebagai lapisan aus (wearing course).
Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan perlu dipertimbangkan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai manfaat yang sebesar-besarnya dari biaya dikeluarkan.
3.2. Pekerjaan Lapis Pondasi Jalan
Ruang Lingkup
Berdasarkan Manual Konstruksi dan Bangunan No. 002-03/BM/2006, Lapis Pondasi agregat adalah lapis pondasi yang bahan utamanya terdiri atas agregat atau batu atau granular material. Agregat adalah material berbutir keras dan kompak dan yang dimaksud agregat mencakup antara lain batu bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir.
Disamping untuk lapis pondasi, agregat mempunyai peranan yang sangat penting dalam prasarana transportasi khususnya dalam hali ini pada perkerasan jalan.Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik agregat yang digunakan.Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat menentukan dalam keberhasilan pembangunan atau pemeliharaan jalan.
Lapis Pondasi Agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu Kelas A, Kelas B, dan Kelas C. Lapis Pondasi terdiri atas Agregat Kelas A atau Kelas B, sedangkan Lapis Pondasi Bawah terdiri atas Agregat Kelas C.
Persyaratan
Persyaratan Bahan dan Campuran
Agregat Kasar
Agregat kasar (tertahan pada ayakan 4,75 mm) harus terdiri atas partikel yang keras dan awet.
Agregat kasar Kelas A yang berasal dari batu kali harus 100% mempunyai paling sedikit dua bidang pecah.
Agregat kasar Kelas B yang berasal dari batu kali harus 65% mempunyai paling sedikiti satu bidang pecah.
Agregat kasar Kelas C berasal dari kerikil.
Agregat Halus
Agregat halus (lolos ayakan 4,75 mm) harus terdiri atas dari partikel pasir atau batu pecah halus.
Gradasi Agregat Campuran
Gradasi agregat untuk lapis pondasi agregat harus memenuhi persyaratan gradasi agregat campuran sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Persyaratan Gradasi Lapis Pondasi Agregat
Persyaratan Lapis Pondasi Agregat
Agregat untuk lapis pondasi harus bebas dari bahan organic dan gumpalan lempung atau bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus memenuhi persyaratan sesuai pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Persyaratan Lapis Pondasi Agregat
Persyaratan Hasil Pelaksanaan Lapis Pondasi Agregat
Untuk memperoleh homogenitas campuran dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus langsung dari instalasi pemecah batu atau pencampur yang disetujui, dengan menggunakan pemasok mekanis yang telah dikalibrasi untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponenn campuran dengan proporsi yang benar.Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan melakukan pencampuran di lapangan dengan grader, loader atau backhoe kecuali dengan alat khusus pulvi mixer.Hasil pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi harus memenuhi persyaratan toleransi dimensi sebagaimana diuraikan berikut ini.
Elevasi Permukaan
Elevasi permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Gambar Rencana, dengan toleransi sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Toleransi Elevasi Permukaan
Ketebalan Lapis Pondasi Agregat
Tebal total minimum Lapis POndasi Agregat Kelas A dan Kelas C atau Kelas B dan Kelas C tidak boleh kurang dari tebal yang disyaratkan sebagaimana disajikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Toleransi Ketebalan
Penyimpangan Kerataan Permukaan
Pengukuran kerataan permukaan dengan mistar lurus sepanjang 3 meter yang diletakkan sejajar dan melintang sumbu jalan untuk sepanjang lokasi pekerjaan. Pengukuran kerataan dilakukan setelah semua bahan yang lepas dibersihkan.Toleransi kerataan permukaan lapis pondasi untuk ke 3 (tiga) kelas agregat disajikan Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Toleransi Kerataan Permukaan
Peralatan
Umum
Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai harus layak pakai dan selama pelaksanaan harus dirawat agar supaya selalu dalam keadaan yang memuaskan.Peralatan processing harus direncanakan, dipasang, dioperasikan dan dengan kapasitas sedemikian sehingga dapat mencampur agregat, air secara merata sehingga menghasilkan campuran yang homogeny, seragam yang diperlikan untuk pemadatan.Bilamana instalasi pencampur digunakan maka instalasi pencampur tersebut harus dikalibrasi terlebih dahulu untuk memperoleh aliran yang menerus dari komponen-komponen campuran dengan proporsi yang benar.Lapis pondasi agregat harus dipadatkan dengan alat pemadat seperti, alat pemadat roda besi dengan penggetar, alat pemadat roda besi, alat pemadat roda karet.Alat pemadat roda besi dengan penggetar hanya boleh digunakan pada awal pemadatan.
Alat Penghampar
Alat penghampar agregat harus menggunakan perlatan mekanis yang mampu menyebarkan bahan lapis pondasi agregat dengan lebar dan toleransi permukaan yang diinginkan serta tidak menimbulkan segregasi.
Alat Pemadat
Alat pemadat roda besi dengan penggetar, pemadat roda besi tanpa penggetar atau pemadat roda karet, harus digunakan untuk pemadatan pondasi agregat yang sudah dalam keadaan kadar air optimum untuk pemadatan.
Alat Pengangkut
Dump Truck dengan penutup terpal harus digunakan untuk pengangkutan bahan ke lokasi pekerjaan.Bahan harus digelar dalam keadaan air optimum untuk pemadatan dengan penggilas.
Perkakas-perkakas lain
Perkakas-perkakas lain yang termasuk dalam daftar berikut ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup ditambah dengan perkakas lainnya yang diperlukan.
Mistar pengecek kerataan permukaan.
Alat perata dengan manual.
Pembuatan Formula Campuran
Pembuatan Formula Campuran Rancangan (FCR)
Sebelum pembuatan campuran rancangan, terlebih dahulu agregat yang akan digunakan harus sudah diuji dan hasilnya memenuhi persyaratan.
Gambar 3.2 Ilustrasi pembuatan Formula Campuran Rancangan
Pembuatan Formula Campuran Kerja (FCK)
Setelah formula capuran rancangan (FCR) doo[eroleh, langkah berikutnya adalah untuk membaut formula campuran kerja (FCK). Untuk pembuatan formula campuran kerja (FCK) dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan prosedur kerja baku yang berlaku.
Pelaksanaan
Pekerjaan Persiapan Untuk Lapis Pondasi Agregat
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih dahulu.
Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan atau lapis pondasi yang disiapkan, makan lapisan iniharus diselesaikan sepenuhnya.
Sbelum pekerjaan Lapisan Pondasi Agregat akan dilaksanakan, maka lapisan dasar yang akan dilapisi harus telah dipersiapkan dan memenuhi persyaratan serta telah ditangani sesuai dengan butir (1) dan (2) di atas, dengan panjang paling sedikit 100 meter secara menerus. Untuk penyiapan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter karena tidak cukup ruang, seluruh daerah itu harus disiapkan dan disetujui sebelum lapos pondasi agregat dihampar.
Bilamana Lapis Pondasi Agregatakan dihampar langsung di atas permukaan perkerasan aspal lama, yang kondisi tidak rusak, maka harus dilakukan penggarukan atau pengaluran pada permukaan perkerasan aspal lama dengan grader agar diperoleh tanahan geser yang lebih baik.
Penghamparan
Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dibawa ke badan jalan sebagai campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air dalam rentang yang disyaratkan. Kadar air dalam bahan harus tersebar secara merata.
Setiap lapis harus dihampar pada ketebalan yang merata agar menghasilkan tebal padat yang diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan-lapisan tersebut harus diusahakan sama tebalnya.
Lapis Pondasi Agregat harus diangkut, dihampar, dan dibentuk dengan salah satu metode yang disetujui yang tidak menyebabkan segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang bergradasi baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukuran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm.
Pemadatan
Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan memadai, hingga kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat maka untuk pemadatan akhir dianjurkan agar menggunakan mesin gilas beroda karet.
Pemadatan harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 1,5 % di bawah kadar air optimum sampai 1,5 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
Operasi penggilasan harus dimulai dari tepi terendah dan bergerak ke titik tertinggi dalam arah memanjang.. Pada bagian super elevasi, penggilasan harus dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang dan lspid tersebut terpadatkan secara merata. Material sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tidak terjangkau dengan mesin gilas dipadatkan dengan timbris mekanis atau alat pemadat lainnya yang dapat menghasilkan kepadatan yang baik.
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN
4.1. PENDAHULUAN
Untuk pelaksanaan mengacu pada PERMEN PU No. 15/PRT/M/2010, tentang petunjuk teknis penggunaan DAK bidang infrastruktur sebagai pengganti PERMEN PU No. 42/PRT/M/2007, yang bertujuan mewujudkan penanganan jaringan jalan daerah secara optimal dan meningkatkan kelancaran distribusi barang dan penumpang, serta kinerja pelayanan jalan berupa kondisi mantap jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota.
Sasaran nya adalah penambahan jumlah jalan provinsi dengan kondisi mantap sepanjang ± 1.173 km sehingga jalan provinsi dengan kondisi mantap meningkat dari 40,73% menjadi 41,26% atau sepanjang 20.217 km, dan penambahan jumlah jalan kabupaten/kota dengan kondisi mantap sepanjang ± 2.857 km sehingga jalan kabupaten/kota dengan kondisi mantap meningkat dari 49,37% menjadi 50,37% atau sepanjang 146.016 km.
4.2. MOBILISASI
Pengiriman unit-unit peralatan ringan dan berat perkerasan aspal hotmix, pekerjaan ini sangat vital dalam perkerjaan proyek jalan, kelancaran pekerjaan ini sangat mempengaruhi pekerjaan selanjutnya, biasanya pekerjaan ini mempunyai kendala pada akses jalan yang sempit dan terjal, tentunya kondisi jalan seperti itu susah di jangkau pada saat pengiriman alat berat yang harus melibatkan truk container.
Gambar 4.5 Pekerjaan Mobilisasi
4.3. PEKERJAAN AWAL
pekerjaan awal yang meliputi :
Mempelajari gmbar rencana dan spesifikasi proyek
Pemahaman lebih dalam terhadap lokasi proyek, jalur dan kemiringan lokasi
Peralatan dan organisasi kontraktor
Koordinasi kepada para pemegang tanggung jawab pekerjaan di lapangan
4.4. PEMBERSIHAN LAHAN
Pekerjaan ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan selanjutnya, agar saat penentuan existing pada lokasi pekerjaan mudah di lakukan. Pada lokasi yang sudah bersih (terlihat mudah) dapat langsung dilakukan pekerjaan setelahnya.
4.5. PENGUKURAN/PENENTUAN ELEVASI
Pekerjaan pengukuran (penentuan elevasi) adalah pekerjaan awal setelah pekerjaan pembersihan lahan. Penentuan elevasi dilakukan dengan menentukan ass jalan dan lebar jalan sesuai dengan gambar kerja.
Gambar 4.5 Pekerjaan Pengukuran/Penentuan elevasi
4.6. PENGHAMPARAN AGREGAT KASAR DAN HALUS
Pada struktur konstruksi jalan terdapat lapisan fondasi yaitu terdiri dari agregat kasar dan halus, penghamparan agregat ini harus merata dan ketinggian sesuai rencana dan spesifikasi pekerjaan. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan dum truck untuk mengangkut dan meletakkan agregat pada lokasi pekerjaan, kemudian agregat di ratakan menggunakan dozer.
Gambar 4.6 Pekerjaan Penghamparan Agregat
4.7. PEMADATAN AGREGAT
Dengan mengetahui volume dari truck, maka didapatkan setiap jarak tertentu volumenya yang diperlukan. Toleransi ketinggian diambil ± 1 cm, dimana menurut pengalaman waktu pengamparannya dilebihkan dari tinggi yang diperlukan Ump. : tebal 15 cm padat, sebelum dipadatkan kita ampar tebalnya 16.5- 17.50. Ini jangan lupa bahwa lebih kering akan banyak susut/ turunnya daripada materialnya basah. Menurut pengalaman dengan cara itu kita telah mendapatkan ketinggian dalam ketentuan (toleransi) dan mengurangi segregation.
Sesudah tersedia dilapangan kerja dengan volume yang diperlukan barulah kita apreading/ampar dan grading/ratakan, sesudah rata kelihatannya baru kita padatkan (pertama dengan Mac Adam Roller atau Tandem Roller, dimana biasanya dapat dilihat mana yang rendah dan tinggi perlu kita tambah/kurangi. Setelah kira-kira rata lagi baru selanjutnya kita padatkan pakai Tire Roller sambil disiram. Untuk finishing, lebih baik dipadatkan pakai Mac Adam Roller.
Setelah rata dan padat tentu dengan pengecekan oleh surveyor (Check level/permukaan) dan kepadatannya oleh Soil Material Enginer (Density test) dengan data tertulis, baru pekerjaan selanjutnya dilanjutkan ke pekerjaan Prime-Coat.
Gambar 4.7 Pekerjaan Pemadatan agregat
PRIME COAT
Sebagai mana disebut diatas, apabila pekerjaan prime coat ini akan dilaksanakan, base coursenya betul- betul sudah memenuhi syarat yang dikehendaki, baik ketinggiannya dan kepadatannya.
Sesudah itu kita harus menjaga hal seperti berikut ini :
Permukaan harus bersih dari kotoran dan debu, serta kering. Alat untuk membersihkan adalah kompresor, sapu lidi, dan karung goni, power brom, atau power blower.
Pemakaian alat-alat ini melihat pada keadaan dari kotoran/ debu yang melekat pada permukaan base-course tersebut. Mungkin pada sapu lidi dan karung goni saja sudah cukup, dan adakalanya harus dipakai kompresor dahulu baru dengan sapu dan karung goni, prinsip harus bersih dari debu dan kotoran dan material yang terlepas harus dibuang.
Setelah ini selesai baru kita mempersiapkan untuk prime-coating yang dipersiapkan ialah alat- alatnya (distributor kecil), dan alat penarik (Tire Roller) atau distributor (besar), juga disebut distributor- car distributor. Tentu semua alat ini telah diperiksa baik dan berjalan lancar.
Untuk memenuhi banyaknya yang dikehendaki tentu sebelumnya melalui beberapa kali percobaan dengan dasar pedoman dari yang sudah diketahui sebelumnya. Panas/temperature, kecapatan, menentukan volume yang keluar, jarak nozel dengan permukaan base-course menentukan ratanya disamping juga ikut menentukan volume tersebut.
Untuk pengontrolan mendapatkan volume yang dikehendaki itu, walaupun sudah ada patokan/pedoman dasar selalu setiap pelaksanaan tenaga bahagian laboratorium (Soil Material Engineer) harus hadir untuk mengecek dilapangan (cara timbangan). Sesudah selesai dengan sempurna, dengan menunggu kering lebih dahulu baru pekerjaan selanjutnya/asphalt concrete dilaksanakan.
Umumnya sesudah ± 48 jam sudah cukup kering, dan asphalt concrete dilaksanakan.
Cepat dan lambatnya kering itu dipengaruhi oleh cuaca/panas matahari dan tebalnya lapisan dari prime coat tersebut.
Gambar 4.2 Pekerjaan Mobilisasi Alat Berat
PENGHAMPARAN MATERIAL ASPHALT
Sebagaimana yang telah diuraikan tadi, Asphalt- concrete baru dapat dilaksanakan apabila prime-coat telah memenuhi syarat sebagai berikut :
Harus sudah kering.
Permukaan prime-coat bersih dari kotoran/debu.
Pengamparan tebal asphalt sebelum dipadatkan biasanya diampar ± 25% dari tebal yang diperlukan.
Sebelum memulai pengamparan, finisher disetel/ diatur sedemikian rupa, supaya dapat asphalt concrete yang kita perlukan. Finisher itu dapat diatur untuk tebal dan kemiringan/slope yang kita perlukan.
Asphalt concrete dapat dipakai/diampar setelah sampai dilapangan harus utuh/ tidak basah (yang mungkin dalam perjalanan ditimpa air hujan) dan panasnya memenuhi syarat (spesifikasi) Ump, dengan adanya jarak lapangan kerja A.M.P (Production Asphalt Concrete) tentu akan ada penurunan/perubahan panas.
Gambar 4.9 Pekerjaan Penghamparan material asphalt
PEMADTAN ASPHALT
Tahap awal penggilasan dan penggilasan final akan dikerjakan semuanya dengan mesin gilas roda baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan dilakukan dengan sebuah mesin gilas ban pneumatic. Mesin gilas pemadatan akan beroperasi dengan roda kemudi sedekat mungkin ke paver.
Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas roda baja, dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban pneumatic maka akan selalu cukup lambat untuk menghindari penggeseran campuran panas. Garis penggilasan tidak boleh terlalu berubah-ubah atau arah penggilasan berbalik secara tiba-tiba yang akan menimbulkan pergeseran campuran.
Penggilasan kedua atau penggilasan antara mengikuti sedekat dan sepraktis mungkin di belakang penggilasan pemadatan awal dan harus dilaksanakan sementara campuran tersebut masih pada satu temperature yang akan menghasilkan pemadatan maksimum. Penggilasan akhi rakan dikerjakan bilamana bahan tersebut masih dalam kondisi cukup padat, dikerjakan untuk membuang semua tanda-tanda bekas mesin gilas.
Penggilasan akan dimulai secara memanjang pada sambungan dan dari pinggiran sebelah luar yang akan berlangsung sejajar dengan sumbu lapangan, penggilasan dimulai dari sisi rendah maju menuju sisi tinggi. Lintasan berikutnya dari mesin gilas akan bertumpang tindih pada paling sedikit separuh lebar mesin gilas dan lintasan tidak boleh berhenti pada titik-titik ditempat satu meter dari titik ujung lintasan-lintasan tersebut.
Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama-tama harus bergerak di atas lintasan yang sudah dilewati sebelumnya sedemikian sehingga tidak lebih dari 15 cm dari roda kemudi jalan/lewat di atas pinggir perkerasan yang tidak tertindih. Mesin gilas haru terus menerus sepanjang jalur ini menggeser posisinya sedikit demi sedikit menyilang sambungan tersebut dengan lintasan berikutnya, sampai diperoleh satu sambungan yang dipadatkan rapi secara menyeluruh.
Penggilasan akan bergerak maju secara terus-menerus sebagaimana diperlukan untuk mendapatkan pemadatan yang seragam selama waktu bahwasanya campuran tersebut dalam kondisi dapat dikerjakan dan sampai semua tanda-tanda bekas mesin gilas tidak terlihat atau rata, roda-roda tersebut harus dijaga selalu basah tetapi air yang berlebihan tidak diizinkan (hanya basah roda).
Alat berat atau meisn gilas tidak diizinkan berdiri di atas permukaan yang baru selesai, sampai permukaan tersebut dingin secara menyeluruh dan matang.
Gambar 4.2 Pekerjaan Pemadatan asphalt
PEKERJAAN GARIS MARKA
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.
Maksud dan tujuan buku petunjuk Perencanaan MarkaJalan ini adalah untuk memberikan pengarahan dalam perencanaan dan Penerapan Marka Jalan sesuai dengan perencanaan geometrik jalan dalam rangka meningkatkan tata tertib berlalu lintas sehingga dicapai kapasitas Optimal dari jalan tersebut.
Marka jalan adalah suatu tanda yang berupa garis, simbol,angka, huruf atau tanda-tanda lainnya yang digambarkan.
Marka jalan berfungsi sebagai penuntun/pengarah pengemudi selama per jalanan.
Warna marka jalan umumnya putih, terdiri dari :
Marka garis
Marka hurup
Marka simbul dan sebagainya.
Pemakaian warna marka jalan selain warna putih harus sesuai petunjuk/ ijin Pembina Jalan. Keputusan Menteri PerhubunganNomor :KM.al/OT.002/Phb-80, Nomor :KM.164/OT002/PHB-80 dan Nomor : KM.210/Hk601/Phb – 87 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan terlampir.
Gambar 4.11 Pekerjaan Garis marka
PERMASALAHAN
Mobilisasi terbatas karena lokasi di daerah pemukiman penduduk dan dengat dengan tempat-tempat umum diantaranya pasar dan sekolah.
Keterlambatan pengantaran material.
Beberapa alat berat mengalami kerusakan.
Kekurangan tenaga kerja saat pekerjaan tertentu.
Cuaca yang tidak menentu sehingga menyebabkan tertundanya pekerjaan.
Terbatas lahan untuk menyimpan material.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan pekerjaan perkerasan di desa Tileng pada lokasi awal menyambung pada perkerasan lama yang juga ber material asphalt, tentu pada sambungan ini menimbulkan masalah perbedaan elevasi maka solusi agar permukaan perkerasan lama dengan permukaan perkerasan baru dapat merata dilakukan pengurangan asphalt saat penghamparan dengan alat paver (atau dengan penghamparan dengan tenaga manusia secara tipis).
Saat pekerjaan ini berlangsung arus lalulintas di tutup dengan meletakkan rambu-rambu lalulintas di lokasi awal pekerjaan dan akhir pekerjaan. Penutupan jalan ini bersifat sementara hingga asphalt menjadi padat, dam dingin/matang atau siap di dilewati kendaraan transportasi maupun angkutan umum. Yang nantinya setelah itu dapat di buka kembali arus lalulintas nya.
Proses mobilisasi alat berat terkendala oleh jalur yang terjal dan sempit, hingga melibatkan masyarakat setempat untuk membantu pekerjaan mobilisasi dengan memperbolehkan salah satu ban truk container melindas halaman rumah yang mula nya bukan berfungsi untuk arus lalulintas. Karena sambutan masyarakat sangat baik, maka hubungan antara pekerja lapangan dan masyarakat setempat berlangsung baik, hal ini sangat membantu berlangsungnya kelancaran pekerjaan Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul.
BAB V
PERALATAN DAN MATERIAL
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari uraian dan pengamatan yang telah ditemukan selama melaksanakan tugas Kerja Praktek, saya dapat menggambil kesimpulan sebagai berikut:
Dengan adanya Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul ini diharapkan akan dapat memperlancar dan meningkatkan arus lalu lintas pada ruas jalan yang menghubungkan desa Tileng menuju desa Nglindur yang menjadi salah satu jalur alternatif menuju Kota Wonosari.
Dalam pelaksanaan proyek, keadaan tanah sangat bervariasi, ada sebagian tanah dasar sangat labil dan sebagian cukup labil, dan terdapat perkerasan sederhana yang di bangun oleh warga masyarakat sehingga dalam perencanaan susunan perkerasaan disesuaikan dengan kondisi tanah dasar lokasi.
Biaya pelaksanaan Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya yang telah ditetapkan.
Jangka Waktu pelaksanaan Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam time schedule.
SARAN
Dari pengamatan yang dilakukan saya selama melaksanakan Kerja Praktek di Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I kab. Gunung Kidul, maka saya memberikan saran sebagai berikut:
Keselamatan tenaga kerja dilapangan, seperti penggunaan pakaian proyek (wearpack), helm, kaos tangan, masker dan sepatu kerja (safetyboot) harus diperhatikan agar dapat mengurangi tingkat kecelakaan kerja yang terjadi saat pelaksanaan proyek.
Pemeliharaan alat-alat pekerjaan Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I harus dilakukan secara berkala (continue) agar kelacaran pekerjaan tidak terganggu.
Penundaan pekerjaan karena adanya suatu hal perlu diperhatikan secara khusus agar tidak terjadi kesalah pahaman antara berbagai pihak yang bersangkutan.
Koordinasi lapangan antara pengawas, pelaksana dan mandor harus terjalin baik, agar tidak berdampak bagi pekerjaan Proyek Pemeliharaan Berkala Jalan DAK Paket I.