A I
PENDAHULUAN
A. Latar elakang
Secara khusus, memasuki abad ke-2 dunia pendidikan Indonesia masih mengalami
masalah yaitu masih rendahnya mutu pendidikan (Muhaimin, 200). Hal ini disebabkan
oleh belum meratanya pembangunan di Indonesia dalam berbagai aspek dan keadaan
geografis Indonesia yang masih sulit dijangkau sehingga pembangunan dunia pendidikan
masih tertinggal dan terjadi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan
pedesaan.
Dengan kenyataan tersebut dikhawatirkan Indonesia akan gagal memasuki pasar
bebas pada tahun 2020. Indikasi ke arah tersebut telah nampak pada beberapa kompetisi
akademik dan kenyataan di masyarakat. Pada tahun 2003, studi PISA (rogramme for
International Student Assessment) menunjukkan bahwa Indonesia di peringkat ke-38 dari
4 negara peserta pada bidang literasi sains. Sedangkan pada TIMSS (Trends
Internasional in Mathematics and Science Study), Indonesia menduduki urutan ke-34 dari
45 negara peserta. (Ali, 2006). Mutu pendidikan Indonesia yang tercermin dalam kedua
studi internasional tersebut masih belum memuaskan.
Pendidikan IPA atau pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya
pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui
pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena
alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek
pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
umumnya yakni tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan sains khususnya, yaitu
untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah (Amien, 992).
Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil
literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti literasi sains/IPA (scientific
literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains
yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.
. Rumusan Masalah
. Apa itu Literasi Sains?
2. Apa itu Literasi Sains TIMSS?
3. Bagaimana tujuan dari Literasi Sains TIMSS?
4. Bagaimana system pengukuran terhadap Literasi Sains TIMSS?
5. Bagaimana kemampuan fisika siswa Indonesia dalam TIMSS?
C. Tujuan
. Untuk mengetahui pengertian dari Literasi sains.
2. Untuk mengetahui Literasi Sains terhadap TIMSS.
3. Untuk mengetahui tujuan dari Literasi Sains TIMSS.
4. Untuk mengetahui bagaimana system pengukuran terhadap Literasi sains TIMSS.
5. Untuk mengetahui kemampuan fisika siswa Indonesia dalam TIMSS.
2
A II
PEMAHASAN
A. Pengertian Literasi Sains
Literasi IPA ( scientific literacy ) didefinisikan sebagai kapasitas untuk
menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta untuk memahami alam semesta dan membuat keputuan dari perubahan
yang terjadi karena aktivitas manusia (OECD, 2003). Menurut Suhendra Yusuf (2003),
literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa
dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang
dihadapi oleh masyarakat moderen yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan
serta perkembangan ilmu pengetahuan.
Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Secara harfiah literasi
berasal dari kata Literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf
(Echols & Shadily, 990). Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa inggris Science
yang berarti ilmu pengetahuan. Pudjiadi (987) mengatakan bahwa: “sains merupakan
sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari
pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan
bereksperimen menggunakan metode ilmiah”.
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk
mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam
rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2000). Literasi sains menurut National
Science Education Standards (995) adalah: Scientific literacy is knowledge and
understanding of scientific concepts and processes required for personal decision making,
participation in civic and cultural affairs, and economic productivity. It also includes
specific types of abilities.
Literasi sains yaitu suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan
proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan
pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan
pertumbuhan ekonomi, termasuk di dalamnya kemampuan spesifik yang dimilikinya.
Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi
kebutuhan masyarakat (Widyatiningtyas, 2008).
3
Antara sains dan teknologi saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Penemuan
dalam sains memungkinkan pengembangan teknologi, dan teknologi menyediakan
instrument yang baru lagi yang memungkinkan mengadakan observasi dan eksperimentasi
dalam sains. Hurd dalam tulisannya yang berjudul “A Rationale for Science, Technology,
and Society Theme in Science Education”, mengutip pendapat Price yang menyatakan
teknologi yang tinggi berdasarkan sains, sains modern ditunjang oleh penemuan teknologi
(Hurd, 985 : 98, dalam buku Hakekat pendekatan science and society dalam
pembelajaran sains). Pada abad ke-20 ini, pengembangan sains sangat ditunjang oleh
penemuan teknologi (Fischer, 975:77). Pengembangan atau inovasi teknologi diarahkan
untuk kesejahteraan manusia. Masalah yang dihadapi masyarakat akan lebih mudah
ditanggulangi dengan menggunakan hasil teknologi. Walaupun demikian, teknologi
mempunyai keterbatasan. Artinya, penerapan suatu teknologi di lingkungan kita akan
menimbulkan dampak negatif selain dampak positif. Dengan demikian hendaknya
perubahan pendidikan sains harus merefleksikan atau mengarahkan kepada hubungan
antara sains dan teknologi dengan masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut Widyawatiningtyas, Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membaca dan menulis, atau kemampuan berkomunikasi melalui tulisan dan kata-kata.
Literasi sains (scientific literasi), dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi teknologi, dapat diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan teknologi yang didasari kemampuan identifikasi, sadar akan
efek hasil teknologi, dan mampu bersikap serta mampu menggunakan alat secara aman,
tepat, efesien dan efektif. Adapun literasi sains dan teknologi (literasi sains dan teknologi
untuk semua orang yang diusulkan untuk pendidikan dasar di Indonesia), dapat diartikan
sebagai kemampuan menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains,
mengenal teknologi yang ada beserta dampaknya di sekitar, mampu menggunakan produk
teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat produk teknologi sederhana, dan mampu
mengambil keputusan berdasarkan nilai.
. Pengertian Literasi Sains TIMSS
TIMSS ( trens in Matematics and Science Study ) merupakan studi internasional
yang dilakukan oleh IEA ( International Association for the Evaluation of Educational
Achievements ) setip empat tahunan, sejak tahun 995. TIMSS menilai prestasi
matematika dan sains siswa serta mengumpulkan berbagai informasi berkaitan dengan
4
sekolah, kurikulum, pembelajaran. TIMSS berfungsi antara lain adalah description or
mirror functions, a bench marking, monitoring of quality of education, as a large scale
policy research ( Plomp, 999). Hasil studi TIMSS dapat dimanfaatkan untuk assist to
generate policy questins, comparisons in relation to relevant common policies rather than
to reference groups, need for improved data analysis method and for difeerent ways of
preseting the adata.
Indonesia telah tiga kali berpartisipasi dalam TIMSS, yaitu tahun 999, 2003 dan
2007, tetapi hanya mengikuti siswa grade 8 ( siswa kelas VIII SMP/MTs). Capaian siswa
kelas 8 di Indonesia terhadap 3kali keikutsertaan dalam TIMSS ( TIMSS-R 999, TIMss
2003, TIMSS 2007 ) dalam Matematika dan Sains yang berada dip pan bawah
dibandingkan capaian siswa setingkat di beberapa Negara di Asia ( Hngkong, Japan,
Korea, Taiwan, malyasia, dan Thailand ). Rata – rata skor prestasi sains siswa Indonesia
pada TIMSS tahun 999, 2003 dan 2007 secara berurutn adalah 435, 420, dan 433.
Dengan skor tersebut siswa Indonesia menempati peringkat 32 dari 38 negara ( 999 ),
peringkat 37 dari 46 ( 2003 ), dan peringkat 35 dari 49 ( 2007 ). Rata –rata skor siswa
Indonesia pada TIMSS 2007 di bawah skor rata – rata 500 dan hanya mencapai Low
International Benchmarl. Dengan capaian tersebut, rata – rata siswa Indonesia hanya
mampu mengenal topic sains, apalagi menerapkn konsep – konsep yang kompleks dan
abstrak. Pemanfaatan hasil studi iternasional seperti TIMSS dapat ditindaklajuti.
Pemanfaatan hasil studi seperti TIMSS dapat ditindaklajuti dengan manganalisis
factor – factor penentu hasil belajar sains dengan cara yang berbeda. Data hasil TIMSS
perlu dikaji guna meningkatkan mutu pendidikan. Khususnya dalam bidang matematikka
dan sains. Kajian tersebut meliputi :
. Kompetensi – kompetensi mana yang telah dikuasi dan kompetensi – kompetensi mana
yang belum dikuasai oleh siswa – siswi Indonesia berdasarkan hasik tiga kali TIMSS
2. Bgaimna tingkat penguasaan siswa Indonesia relative terhadap benchark internasional (
rata – rata internasional ) dalam masing – masing kompetensi yang diases dalam
TIMSS, dan
3. Penyebab – penyebab lekemhan siswa Indonesia dalam masing – masing kompetensi
yang diukur oleh TIMSS uyang diinferensi dari spesifikasi respon sampel siswa
terhadap setiap butir soal TIMSS.
5
C. Tujuan Literasi Sains TIMSS
Tujuan TIMSS adalah untuk mengukur prestasi matematika dan sains siswa
kelasVIII di negara-negara peserta. Bagi Indonesia, manfaat yang dapat diperoleh antara
lain adalah untuk mengetahui posisi prestasi siswa Indonesia bila dibandingkan dengan
prestasisiswa di negara lain dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu,
hasil studi inidiharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan
untuk peningkatanmutu pendidikan
D. Pengukuran Literasi Sains TIMSS
Apa yang diukur, yaitu dasar penilaian prestasi matematika dan sins dalam TIMSS
dikategorikan ke dalam dua domain, uaitu isi dn kognitif. Distribusi spesifikasi dari
penilaian tersebut adalah sebagai berikut :
Domain isi matematika :
. Bilangan
2. Aljabar
3. Geometri
4. Data dan peluang
Domain isi sains :
. Biologi
2. Kimia
3. Fisika
4. Ilmu bumi
Domain kognitif, baik untuk matematika maupun untuk sains :
. Pengetahuan
2. Penerapan, dan
3. Penalaran.
Indonesia sendiri masuk sebagai negara partisipan tahun 999. Ini berarti saat anakanak itu diujikan masih hidup di zaman ORBA. 2003 dan 2007 anak-anak yang diuji hidup
dizaman reformasi. Indonesia sendiri sebagai partisipan untuk 8 th Grade (kelas 2 SMP).
PadaTIMSS tahun 2007 ada 3 negara baru yang ikut, salah satunya dari Asia Tenggara
yaituThailand. Tetapi ada juga yang tidak lagi menjadi partisipan yaitu Philipina.
Philipinasendiri secara rangking selalu di bawah Indonesia.
6
Indonsia sudah dua tahun 2003 dan 2007 ini prestasi sains di TIMSS memalukan,
selalukalah dengan Negara Palestiana, Negara yang sedang berkecamuk perang. Tahun
2003Palestina Ada di urutan 34 Tahun 2007 ada di urutan 34. Bandingkan dengan
Indonesia 2003diurutan 36 2007 diurutan 4.
TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan,
untuk mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan atau
penurunanprestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi permasalahan
yang muncul.Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS. TIMSS putaran pertama
diadakan padatahun 995, putaran kedua pada tahun 999, putaran ketiga pada tahun
2003, dan berlanjutseterusnya setiap empat tahun sekali.
TIMSS 999
TIMSS pertama kali diadakan pada tahun 995, saat itu ikut berpartisipasi 4
negara.Negara-negara tersebut mengevaluasi prestasi matematika dan sains murid-murid
kelasketiga, keempat, ketujuh, kedelapan, dan pada tahun terakhir sekolah
menengah.TIMSS 999 menggunakan teknik sampling untuk mencapai cakupan yang luas
(total308 item) secara sistematis didistribusikan di 8 buku uji dan booklet dibagikan secara
acak kepada siswa. Setiap siswa menyelesaikan satu booklet tes selama 90 menit.Secara
keseluruhan, ada 62 item matematika dan 46 item ilmu pengetahuan.Sekitar sepertiga
dari item disusun menggunakan format respon, dan item sisanya pilihan ganda. Untuk
tahun 999, TIMSS akan melaporkan penilaian untuk matemarika dan sains dengan
pokok bahasan.
Matematika :
. Fractions and number sense
2.
Measurement
3. Representasi data, analisis, dan probabilitas
4. Geometri
5. Aljabar
Sains :
. Ilmu bumi
2. Ilmu pengetahuan hidup
3. Fisika
4. Kimia
5. Scientific inquiry and the nature of science
7
6. Isu lingkungan dan sumber day
TIMSS pada tahun 995 dan 999 dikembangkan melalui upaya kolaborasi
antaraPusat Studi Internasional, pendidik ( bidang matematika dan sains) dari seluruh
dunia, danperwakilan negara-negara yang ikut berpartisipasi. Sekitar sepertiga dari item
dalampenilaian 995 disimpan untuk mengukur tren dari waktu ke waktu. Dalam
mengembangkantes tahun 999, instrument pada tahun 995 yang dirilis ke publik
digantikan dengan itemdengan isi, format, dan kesulitan yang serupa. Penggantian item
dan panduan skoringdikembangkan dengan bantuan dari Science and Mathematics Item
Replacement Committee,sekelompok pendidik matematika dan pendidik sains terkemuka
dari seluruh dunia. Itemyang diuji coba pada tahun 998 di tes lapangan yang luas yang
melibatkan 3 negara, dantelah ditinjau oleh Koordinator Nasional Penelitian, yang
melakukan review dalam negaradengan panel pendidik matematika dan ilmu pengetahuan
dan ahli pengukuran.TIMSS 999 mengumpulkan informasi yang luas tentang pengajaran
danpembelajaran matematika dan sains di seluruh dunia. Melalui serangkaian kuesioner,
TIMSSmengumpulkan informasi tentang kurikulum, praktik pembelajaran, kebijakan, dan
latarbelakang siswa dan sikap. Banyak pertanyaan juga diminta pada tahun 995,
provididing trenuntuk negara-negara yang berpartisipasi dalam kedua penilaian.
TIMSS 2003
TIMSS 2003 adalah putaran ketiga dari TIMSS yang serius melakukan serangkaian
penilaianinternasional yang dilaksanakan di negara-negara di dunia untuk mengukur tren
dalammatematika dan sains di kelas keempat dan kedelapan. TIMSS sangat membantu
Negara – negar yang ikut serta untuk memperoleh kesempatan memperoleh informasi
komparatif tentang siswa mereka mengenai prestasi dalam matematika dan sains. Dalam
TIMSS 2003terdapat 49 negara yang ikut serta.IEA, TIMSS, PIRLS, dan National Center
for Education Statistics ( dari U. SDepartment of Educations) bekerja sama dengan negara
peserta untuk menjelaskan secararinci mengenai matematika dan sains tentang konten
yang akan dinilai untuk memperbaruihasil pembelajaran.Dalam TIMSS 2003 matematika
terbagi dalam lima domain contents yaitu, jumlah,aljabar, pengukuran, geometri, dan data.
Setiap domain content dijelaskan topik yang akandinilai dan setiap area topic ini diuraikan
dengan jelas untuk kelas keempat dan kelaskedelapan. Ada empat domain kognitif dalam
setiap domain content yaitu mengetahui faktadan prosedur, pemahaman konsep,
pemecahan masalah rutin, dan penalaran.
8
Seperti tujuan TIMSS yang berupaya untuk mengetahui keberhasilan
kurikulumdalam suatu negara melalui tes yang diujikan, pada tahun 2003 pun dilakukan
tes yang serupayang diujikan pada sampel kelas dalam suatu sekolah yang diambil secara
acak pada setiapnegara. TIMSS cukup konsisten memberikan laporan mengenai
keberhasilan kurikulummatematika dan sains kepada setiap negara yang ikut serta.
TIMSS 2007
TIMSS 2007 adalah TIMSS keempat dalam siklus penilaian komparatif
internasionalyang didedikasikan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran dalam
matematika dansains bagi siswa di seluruh dunia. Dilakukan setiap empat tahun di kelas
keempat dankedelapan, TIMSS menyediakan data tentang tren dalam matematika dan
prestasi sains dariwaktu ke waktu.Untuk menginformasikan kebijakan pendidikan di
negara-negara yang berpartisipasi,penilaian ini di seluruh dunia dan proyek penelitian juga
secara rutin mengumpulkaninformasi latar belakang yang luas yang membahas
kekhawatiran tentang kuantitas, kualitas dan isi dari instruksi. Sebagai contoh, TIMSS
2007 mengumpulkan informasi rinci tentangmatematika dan ilmu pengetahuan cakupan
kurikulum dan pelaksanaan, serta persiapan guru,ketersediaan sumber daya, dan
penggunaan teknologi.Pengembangan Kerangka Kerja Penilaian TIMSS 2007 merupakan
usaha bersamayang luas yang melibatkan individu dan kelompok ahli dari lebih dari 60
negara di seluruhdunia. Terdapat tiga kerangka kerja untuk melaksanakan TIMSS 2007,
yaitu KerangkaMatematika, Kerangka Sains, dan Kerangka Kontekstual untuk kuesioner.
Hal ini jugamemberikan gambaran dari desain penilaian, termasuk parameter umum untuk
pembangunanitem. Kerangka kerja konten TIMSS untuk tahun 2007 sangat tergantung
pada upaya-upayaluas yang dikeluarkan untuk memperbaharui kerangka kerja untuk tahun
2003.
Laporan Teknis TIMSS 2007 menyediakan dokumentasi teknis tentang desain
danpelaksanaan penilaian, termasuk rincian proses yang mendasari pengembangan
instrumenTIMSS tahun 2007 dan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel,
pengumpulandata, skala, analisis data, dan pelaporan. Secara khusus, TIMSS 2007
Laporan Teknismenyediakan dokumentasi rinci tentang prosedur dan metode yang
digunakan oleh TIMSSuntuk menyediakan data perbandingan internasional berkualitas
tinggi. Laporan inimenjelaskan multi-faceted perhatian terhadap kualitas dan langkahlangkah jaminan kualitasyang banyak diterapkan dari memperbarui kerangka kerja
9
penilaian untuk TIMSS 2007melalui rilis dari database internasional dan Panduan
Pengguna.
Tabel berikut menunjukkan peringkat prestasi matematika dan sains siswa antarnegarapeserta (Tahun 2007 rata-rata skor internasioanal = 500 dan standar deviasi = 00):
0
2
3
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi siswa Indonesia berada
signifikan dibawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 999 berada di peringkat
ke 34 dari 38negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007
berada diperingkat ke 36 dari 49 negara . Dengan jumlah negara peserta yang sama seperti
dalammatematika, untuk rata-rata skor prestasi sains posisi Indonesia tidak jauh berbeda.
SiswaIndonesia pada tahun 999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di
peringkat ke37, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35.
E. Kemampuan Fisika siswa Indonesia dalam TIMSS.
Untuk mengukur kemampuan sains siwa, TIMSS menggunakan instrumen tes
tertulisdengan format pilihan ganda dan uraian. Jumlah seluruh item 67, terdiri atas 427
item(62,69%) Multiple Choice (MC) dan item (52,9%) uraian. Bahan kajian makalah ini
adalahseluruh respons dan capaian siswa terhadap butir soal fisika yang digunakan dalam
TIMSS999, TIMSS 2003 dan TIMSS 2007.
Soal-soal dalam domain kognitif memuat tugas-tugas(tasks) yang meminta siswa untuk:
. memperlihatkan pengetahuan tentang alat, metode, dan prosedur (=Knowing);
2. menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah(=Applying);
3. menggunakan pengertian ilmiah untuk memberikan penjelasan berdasarkanbukti (=
Reasoning).
Hasil kajian awal terhadap cakupan domain kognitif ketiga TIMSStidak sama, maka
domain kognitif soal-soal sains TIMSS 999 dan 2003 merujuk padakerangka domain
kognitif pada TIMSS 2007 (knowing, applying, reasoning).Data sekunder dari laporan
TIMSS selama tiga periode akan digunakan sebagai datautama guna mengkaji
kemampuan fisika siswa Indonesia, baik ditinjau dari aspek kognitif (knowing, applying,
reasoning). Untuk mengkaji kemampuan siswa Indonesia, baik ditinjaudari aspek kognitif
(knowing, applying, reasoning), maupun aspek konten Fisika, data sekunder dari laporan
TIMSS selama tiga periode.
Pencapaian rata-rata fisika siswa Indonesia sebesar 34,57 lebih kecil
dibandingkanrata-rata Internasional sebesar 43,40. Hal ini menunjukkan bahwa proses
pembelajaran yangditerapkan di Indonesia berbeda dengan proses pembelajaran di negaranegara lain. Apabila ditinjau dari tujuan kurikulum Nasional yaitu KTSP yang berorientasi
pada kompetensi sebenarnya memiliki tujuan yang sama dengan target TIMSS yaitu
4
mengukur kompetensi siswa. Sehingga yang perlu ditekankan adalah tataran implementasi
kurikulum yang masihbelum berorientasi pada kompetensi yang diharapkan. Permasalahan
lain adalah ketidakbiasaan siswa dalam menjawab bentuk soal yang berbentuk tabel,
diagram, mengujikemampuan analisis, dam problem solving. Kebanyakan soal-soal yang
biasa digunakan padaulangan umum dan UN masih berorientasi pada pengetahuan semata,
sehingga perlu adanyapembiasaan pada siswa untuk berlatih soal-soal yang menguji
kemampuan berpikir dan bernalar siswa. Kemampuan guru dalam mengembangkan
soalsoal ‘ala TIMSS’ perlu ditingkatkan, sehingga siswa Indonesia dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnyamelalui proses assessment yang dapat mengukur kemampuan
sains yang beragam.
Kecenderungan dalam tiga tahun TIMSS pencapaian rata-rata fisika terhadap
pencapaian rata-rata fisika internasional, diperoleh kecenderungan capaian Fisika siswa
Indonesia dan siswa Internasional dalam tiga tahun TIMSS sama-sama menurun. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat kesulitan soal - soal TIMSS meningkat, sehingga baik siswa
Indonesia maupun rata-rata siswa internasional mengalami kesulitan dalam menjawab soal
TIMSS. Rata-rata skor capaian internasional hanya 43,40 dan siswa Indonesia mencapai
34,57. Hal ini menujukkan bahwa kecenderungan proses pembelajaran baik nasional
maupun internasional belum mengarahkan kepada kemampuan berpikir.
5
A III
PENUTUP
A. Kesimpulan
TIMSS ( Trends in International Mathematics and Science Study) dibentuk oleh
International Association for the Evaluation of Educational Achievement ( IEA). IEA juga
membentuk Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS). TIMSS dirancang
untuk membantu negara di seluruh dunia meningkatkan belajar siswa dalam Matematika
dan Sains. TIMSS mengumpulkan data prestasi pendidikan beberapa Negara terlihat
bahwakemampuan siswa Indonesia masih sangat rendah dan itu tidak terlipas dari sumber
dayaalam manusia tersebut. Maka dari itu perlu dilakukan pembaharuan terhadap
pendidikan diIndonesia.
TIMSS menyediakan informasi penting untuk pengembangan kebijakan,
untuk mendorong akuntabilitas publik, untuk memungkinkan daerah kemajuan atau
penurunanprestasi untuk diidentifikasi dan dimonitor, dan untuk mengatasi permasalahan
yang muncul.Sekitar 50 negara ikut berpartisipasi dalam TIMSS. TIMSS putaran pertama
diadakan padatahun 995, putaran kedua pada tahun 999, putaran ketiga pada tahun
2003, dan berlanjutseterusnya setiap empat tahun sekali.
Rata-rata skor capaian internasional hanya 43,40 dan siswa Indonesia mencapai
34,57. Hal ini menujukkan bahwa kecenderungan proses pembelajaran baik nasional
maupun internasional belum mengarahkan kepada kemampuan berpikir
6
DAFTAR PUSTAKA
Ali. (2006). pendekatan fenomena mengatasi kelemahan pembelajaran ipa. [online]. Tersedia
http://www.p4tkipa.org/. (29 Maret 205).
Muhaimin. (200). Kajian kebijakan Kurikulum mata pelajaran IA. Departemen Pendidikan
Nasional. (29 Maret 205).
Yusuf. (2003). eningkatan Literasi Sains dan Teknologi dalam endidikan dan
Implementasinya dalam KTS.[online]. Tersedia http://www.blogger.com/. (29 Maret
205).
Widyatiningtias.(2008). Perkembangan Literasi. [online]. Tersedia http://masprana.
Blogspot.com/. (29 Maret 205).
Anonim. (200). Trends_in_international_Mathematics_and_sains_study. [online]. tersedia
http://en.wikipedia.org
Anonim. (202). eningkatan minat siswa terhadap ilmu alam. [online]. tersedia
http://saorajaku.wordpress.com
Anonim. rogram enilaian elajar Internasional. [online]. Tersedia
http://id.wikipedia.org/wiki
Anonim. ergerakan bangsa. [online]. tersedia http://www.pergerakankebangsaan.org
Anonim. (202). engembangan soal matematika model. [online]. Tersedia http://karyailmiah.blogspot.com
Anonim. Aplikasi Kimia.[online]. Tersedia http://aplikasikimia.blogspot.com
Anonim. (200). UN dan masa depan pendidikan Indonesia. [online]. Tersedia
http://sekolahdi.blogspot.com
7