LEARNING CYCLE 3E, 5E, 7E
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah : Inovasi Pembelajaran Biologi
Dosen Pengampu : Ipin Aripin, M.Pd
Disusun oleh :
Dicky Zulkifli
Nim : 14121610741
Kelas : Biologi C / 6
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2015
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim,
Puji syukur kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusun
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Learning Cycle 3e, 5e, 7e” sebagai
tugas ujian tengah semester. Penulisan makalah yang disusun merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaika ujian tengah semester dalam mata pelajaran inovasi
pembelajaran biologi dengan dosen pengampu Ipin Aripin, M.Pd.
Pemakalah menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan serta kesalahan yang tidak disengaja, baik dari segi
isi, dan penyajian bahasa. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan serta waktu yang di
miliki. Oleh karena itu atas segala kekurangan yang telah diperbuat mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Pemakalah menerima tegur dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penyusun mudah-mudahan makalah yang
disusun ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi kami
mahasiswa biologi.
Cirebon, Maret 2015
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan model maupun metode yang tepat pada pembelajaran dapat
mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa
untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang
lebih baik.
Siklus belajar merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam
pendidikan IPA. Siklus belajar dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan
pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan
metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa . Guru harus
menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka
alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang
mengajukan konstruksi pengetahuan.
Model pembelajaran learning cycle dikembangkan dari teori perkembangan
kognitif Piaget. Model belajar ini menyarankan agar proses pembelajaran dapat
melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang aktif sehingga proses asimilasi, akomodasi
dan organisasi dalam struktur kognitif siswa tercapai. Bila terjadi proses konstruksi
pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap
materi yang dipelajari. Menurut Dahar RW (1998) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
yang paling umum dan esensial yang dapat diturunkan dari konstruktivisme ialah siswa
memperoleh pengetahuan diluar sekolah dan pendidikan seharusnya memperhatikan hal
tersebut. Dan juga menyatakan bahwa pelajaran kemudian dikembangkan dari gagasan
yang telah ada mungkin melalui langkah-langkah intermediet dan berakhir dengan
gagasan yang telah mengalami modifikasi. Salah satu model belajar mengajar yang
menerapkan konstruktivisme adalah penggunaan model siklus belajar atau sering disebut
Learning Cycle.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian model pembelajaran belajar learning cycle 3E, 5E, 7E ?
2. Bagaimana tahap-tahap model pembelajaran siklus belajar 3E, 5E, 7E ?
3. Jelaskan hakikat pembelajaran learning cycle ?
4. Jelaskan keunggulan dan kelemahan dari metode learning cycle ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran belajar learning cycle 3E, 5E, 7E.
2. Mengetahui tahap-tahap model pembelajaran siklus belajar 3E, 5E, 7E.
3. Megetahui hakikat pembelajaran learning cycle.
4. Megetahui keunggulan dan kelemahan dari metode learning cycle.
BAB II
ISI
A. Pengertian model belajar learning cycle 3E, 5E, 7E
Learning Cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student
centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi
sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
1. Model belajar learning cycle 3E
Model siklus belajar pertama kali dikembangkan oleh Robert Karplus dari
Universitas California, Barkley tahun 1970-an. Karplus mengidentifikasi adanya tiga
fase yang digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary exploration,
invention, dan discovery.Berkaitan dengan tiga fase dalam learning cycle, Charles
Barman dan Marvin Tolman menggunakan istilah exploration,concept introduction,
dan concept application.Joseph Abruscato menggunakan istilah exploration, concept
acquisition, dan concept application.SedangkanEdmund Marek menggunakan istilah
exploration, term introduction, dan concept application. Walaupun disebutkan
dengan istilah yang berbeda, namun pada dasarnya mempunyai makna yang sama.
Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga fase,
yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kegiatan
pembelajarannya dilakukan baik secara individual maupun berkelompok.
2. Model belajar learning cycle 5E
Learning Cycle 5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered). Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan
(fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat
menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
Learning cycle 5E merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui
dalam pendidikan IPA. Learning cycle 5E dikembangkan berdasarkan teori yang
dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode
ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat
memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap
siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan
siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan
mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.
Pada learning cycle 5e, terdapat penggabungan ketiga fase pada learning cycle
3e dan penambahan dua fase terbaru yakni ditambahkan tahap engage sebelum
explore dan tahap evaluate pada bagian akhir dari siklus. Selain itu pada tahap
concept introduction dan concept application masing-masing diberi istilah explain
dan elaborate. Oleh karena itu, learning cycle 5e fase sering dijuluki LC 5E
(Engage, Explore, Explain, Elaborate, dan Evaluate).
3. Model belajar learning cycle 7E
Model learning cycle (7E) adalah pembelajaran siklus yang merupakan salah
satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran
ini adalah penyempurnaan dari model learning cycle (5E). Eisenkraft (2003)
mengembangkan learning cycle menjadi tujuh tahapan. Perubahan yang terjadi pada
tahapan siklus belajar (5E) menjadi (7E) terjadi pada fase Engage menjadi dua
tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate
menjadi tiga tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan Extend. Pengembangan
learning cycle 5e menjadi learning cycle 7e terjadi pada tahapan tertentu, yaitu tahap
Engage menjadi Elicit dan Engage sedangkan pada tahap Elaborate dan Evaluate
menjadi tiga tahap, yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend.
B. Tahap-tahap model pembelajaran learning cycle 3E, 5E, 7E
1. Tahap pembelajaran 3E
fase pertama, fase eksplorasi konsep, siswa diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, serta
menjelaskan fenomena yang mereka alami. Pada fase ini bantuan guru terhadap siswa
sangat minim. Siswa memperoleh pengalaman konkrit dimana mereka melakukan
sejumlah keterampilan ilmiah dan menemukan konsep-konsep penting. Misalnya
siswa ditugaskan untuk membentuk sendiri rangkaian-rangkaian listrik yang sesuai
dengan pengetahuan awalnya. Konsep-konsep ini kemudian digunakan dalam
kegiatan berikutnya untuk menemukan hubungan antara beberapa konsep; misalnya
bagaimana konsep sumber arus (baterai) mempengaruhi konsep kuat arus (nyala
lampu). Berbekal garis besar pengalaman mengeksplorasi, melalui diskusi kelompok
siswa kemudian membentuk kesimpulan untuk menjelaskan hasil observasi. Hasil
observasi ini dijadikan sebagai bekal berbagai pengalaman dalam kelompok yang
lebih besar (diskusi kelas). Tujuan utama fase ini adalah membangkitkan minat, rasa
ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan sains.
Dalam fase kedua (pengenalan konsep) atau klarifikasi, peran guru sangat
dominan. Guru membantu siswa dalam mengidentifikasi konsep, prinsip, atau
hubungan-hubungan setelah mereka memiliki dasar pengalaman dari fase eksplorasi
konsep. Pada bagian ini guru mengenalkan istilah, preposisi, dan penjelasan yang
lebih membantu pemahaman dan pengkomunikasian pengalaman konkrit siswa.
Strategi bertanya, diskusi kelas, penggunaan media dan kegiatan ulang dirancang
untuk meneguhkan pemahaman siswa juga digunakan oleh guru.
Dalam fase ketiga, aplikasi konsep atau elaborasi, siswa menggunakan konsep
yang telah mereka pahami untuk menyelidiki atau memecahkan masalah-masalah
baru
yang
masih
berhubungan.
Mereka
diminta
untuk
memperlakukan
benda/fenomena lain melalui kegiatan mengobservasi, memprediksi, menghipotesis,
dan mengkomunikasikan hasilnya. Guru membantu siswa dalam menginterpretasi
dan menggeneralisasi hasil observasi berdasarkan pengalaman siswa melalui kegiatan
diskusi kelas atau kelompok.
Inti dari model siklus belajar terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi, fase
eksplanasi dan fase aplikasi. Siklus belajar ini kemudian berkembang berdasarkan
kebutuhan lapangan menjadi lima fase dan dikenal dengan the 5 E Learning Cycle
Model. Model siklus belajar ini terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu Engagement
(pendahuluan), Exploration (eksplorasi), Explanation (eksplanasi), Elaboration
(elaborasi), dan Evaluation (evaluasi).
2. Tahap-tahap pembelajaan 5E
a. Tahap Pembangkitan Minat (Engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada
tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam
kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan
demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa
tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa tentang pokok bahasan, kemudian guru perlu melakukan identifikasi
ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun
keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas.
b. Tahap Eksplorasi (Exploration)
Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa,
kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa
pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk
menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahnnya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan
serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru
berperan sabagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah
mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah,
atau mungkin sebagian salah sebagian benar.
c.
Tahap Penjelasan (Explanation)
Pada tahap penjelasan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan
suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi
atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa
atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan
tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu
sebagai dasar diskusi.
d. Tahap Elaborasi (Elaboration)
Pada tahap ini pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa
membangun pemahaman yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan.
Siswa memperluas konsep yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep
lain yang berhubungan, serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia
nyata. Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan
aktifitas baru.
Pada tahap ini guru berharap siswa menggunakan definisi, identifikasi dan
penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau
memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru.
e. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman
siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri
dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan
menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil
evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan
model learning cycle yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan
sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri,
siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses
pembelajaran yang sudah dilakukan.
3. Tahap-tahap model pembelajaran 7E
a. Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa)
Pada tahap ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan
awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut diambil dari beberapa
contoh mudah yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan
untuk
mendapatkan
respon
dari
siswa
serta
merangsang
keingintahuannya terhadap jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
b. Engagement (melibatkan)
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa,
mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu mereka mengakses
pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai adalah
timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari.
Guru memberitahu siswa agar lebih berminat dalam mempelajari konsep dan
memperhatikan guru dalam mengajar. Tahap ini dilakukan dengan cara
demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lainnya.
c. Exploration (menyelidiki)
Pada fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara
mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara
langsung dari guru. Siswa memanipulasi suatu obyek, melakukan percobaan,
penyelidikan, pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat
kesimpulan awal dari percobaan yang dilakukan. Guru berperan sebagai
fasilitator, yakni membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan
(hipotesis yang dibuat sebelumnya) dan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menguji dugaan/hipotesis yang telah mereka tetapkan. Dengan demikian,
siswa diharapkan memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang
berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari.
d.
Explaination (menjelaskan)
Kegiatan belajar pada fase explain ini bertujuan untuk melengkapi,
menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru
mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan defenisi-defenisi yang
dipahaminya dengan kata-katanya sendiri serta menunjukkan contoh-contoh yang
berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Dari defenisi dan
konsep tersebut kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju pada
defenisi yang formal.
e. Elaboration (menguraikan)
Pada fase elaborate siswa menerapkan simbol-simbol,definisi-defiisi, konsepkonsep, dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
f. Evaluation (menilai)
Evaluasi merupakan tahap dimana guru mengevaluasi dari hasil pembelajaran
yang telah dilakukan. Pada tahap ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian
baik secara formal maupun informal. Guru diharapkan secara terus-menerus
melakukan observasi dan memperhatikan kemampuan dan keterampilan siswa
untuk menilai tingkat pengetahuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran
siswa terhadap pemikiran awalnya.
g. Extend (memperluas)
Pada tahapan akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari, menemukan,
dan menjelaskan contoh penerapan konsep dan keterampilan baru yang telah
dipelajari. Guru dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan
alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi dalam
situasi yang baru. Selain itu, melalui kegiatan ini Guru meransang siswa untuk
mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah
atau belum dipelajari.
C. Hakikat Pembelajaran Learning Cycle
Dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang
paling pokok, karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional.
Agar proses belajar mengajar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, salah
satu strateginya adalah dengan memilih model pembelajaran yang sesuai yaitu model
pembelajaran learning cycle.
Model pembelajaran learning cycle dipilih karena merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga menjadikan peserta didik sebagai
subjek bukan semata-mata sebagai objek yang hanya menerima informasi dari pengajar.
Learning Cycle (CL) patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget,
teori belajar yang berbasis konstruktivisme. Piaget menyatakan bahwa belajar merupakan
pengembangan aspek kognitif yang meliputi struktur, isi dan fungsi. Struktur intelektual
adalah organisasi-organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk
memecahkan masalh-masalah. Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon
masalah uang dihadapi, sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual
yang mencakup adaptasi dan organisasi.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari
guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi merupakan proses
pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung.
Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakana dan menjadikan skema dalam diri
siswa menjadi pengetahuan fungsional yang setiap saat dapat diorganisasi oleh siswa
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
D. Keunggulan dan kelemahan dari metode learning cycle
Dilihat dari dimensi guru, implementasi model pembelajaran ini dapat
memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan
pembelajaran. Sedangkan dilihat dari dimensi siswa, penerapan model pembelajaran
ini memberikan kelebihan sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran
2. Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat dan gagasan
3. Dapat menumbuhkan kegiatan belajar
4. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Sedangkan kekurangan penerapan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah–
langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreatifitas guru dalam merancang dan melaksanakan
proses pembelajaran.
3. Memerlukan pengelolahan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai beriukut :
1. Model pembelajaran learning cycle merupakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, sedangkan gurunya sebagai fasilitator.
2. Learning cycle 3E adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga fase,
yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kegiatan
pembelajarannya dilakukan baik secara individual maupun berkelompok.
3. Learning cycle 5e, terdapat penggabungan ketiga fase pada learning cycle 3e dan
penambahan dua fase terbaru yakni ditambahkan tahap engage sebelum explore dan
tahap evaluate pada bagian akhir dari siklus. Selain itu pada tahap concept
introduction dan concept application masing-masing diberi istilah explain dan
elaborate.
4. Model learning cycle (7E) adalah pembelajaran siklus yang merupakan salah satu
model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Model pembelajaran ini
adalah penyempurnaan dari model learning cycle (5E).
5. Perubahan yang terjadi pada tahapan siklus belajar (5E) menjadi (7E) terjadi pada
fase Engage menjadi dua tahapan yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada tahap
Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu menjadi Elaborate, Evaluate dan
Extend.
6. Model pembelajaran learning cycle dipilih karena merupakan model pembelajaran
yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga menjadikan peserta didik
sebagai subjek bukan semata-mata sebagai objek yang hanya menerima informasi
dari pengajar.
DAFTAR FUSTAKA
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wibowo, Arie. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E
dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata pelajaran Teknologi Informasi
dan Komunikasi (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMPN 1
Lembang Tahun Ajaran 2009/2010)
Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia:
www.coe.ilstu.edu
Khotimah, Tiara Husnul.(2011).“Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP”.Skripsi pada UPI:Tidak
Diterbitkan.
Einsenkraft.Arthur.(2003).Expanding the 5E Model. Dalam Journal for High School Science
Educators.[Online], Vol 70, (6), 56-59. http://www.its-about
time.com/htmls/ap/eisenkrafttst.pdf. (diakses 11 april 2015)