Academia.eduAcademia.edu

Adab Murid Terhadap Guru Dalam Perspektif Hadits

TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah

Seeking knowledge requires understanding and ethics based on religious arguments so that Allah SWT. facilitates the pursuit of knowledge. It is important for Muslims to study the arguments related to the obligation to study and understand the ethics of a student in studying so that they can obtain knowledge to the fullest. A student in gaining knowledge should pay attention to several things that need to be prepared. One of them is having good intentions. Sincere intentions in his heart. The intention is solely to learn because of Allah ta'ala. In addition, a student must also have good manners in his pursuit of knowledge. The most important figure as a role model for students to have commendable morals is the Prophet Muhammad. Rasulullah saw is a noble creature. His main task was sent to the world is to perfect morals. He taught and exemplified commendable behavior to his friends. Then the friends transmit what they get to others, so that these teachings reach us today. These t...

TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah Volume 01, No. 02, 2022 E-ISSN: 2828-6448 | DOI : https://doi.org/10.36769/tarqiyatuna.v1i2.261 Adab Murid Terhadap Guru dalam Perspektif Hadits Almaydza Pratama Abnisa STAI Asy-Syukriyyah Tangerang [email protected] Abstrack: Seeking knowledge requires understanding and ethics based on religious arguments so that Allah SWT. facilitates the pursuit of knowledge. It is important for Muslims to study the arguments related to the obligation to study and understand the ethics of a student in studying so that they can obtain knowledge to the fullest. A student in gaining knowledge should pay attention to several things that need to be prepared. One of them is having good intentions. Sincere intentions in his heart. The intention is solely to learn because of Allah ta'ala. In addition, a student must also have good manners in his pursuit of knowledge. The most important figure as a role model for students to have commendable morals is the Prophet Muhammad. Rasulullah saw is a noble creature. His main task was sent to the world is to perfect morals. He taught and exemplified commendable behavior to his friends. Then the friends transmit what they get to others, so that these teachings reach us today. These teachings have come down to us in the form of hadiths. Keyword: Good Manners, Teacher, Hadits Abstrak: Menuntut ilmu dibutuhkan pemahaman serta etika berdasarkan dali-dalil agama agar Allah Swt. memberi kemudahan dalam tujuan menuntut ilmu. Penting bagi umat muslim mempelajari dalil-dalil yang berkaitan dengan kewajiban menuntut ilmu dan memahami etika seorang pelajar dalam menuntut ilmu agar bisa memperoleh ilmu dengan maksimal. Seorang murid dalam menimba ilmu seharusnya memperhatikan beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Di antaranya adalah harus mempunyai niat yang bagus. Niat yang ikhlas di dalam hatinya. Niat semata-mata belajar karena Allah ta’ala. Selain itu seorang murid juga harus mempunyai adab yang baik dalam usahanya menuntut ilmu. Sosok yang paling utama sebagai panutan murid untuk memiliki akhlak yang terpuji adalah Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah makhluk yang mulia. Tugas utama beliau diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mengajarkan sekaligus mencontohkan perilaku terpuji kepada para sahabatnya. Kemudian para sahabat menularkan apa yang ia dapat kepada orang lain, sehingga sampailah ajaran-ajaran tersebut kepada kita di zaman sekarang ini. Ajaran-ajaran tersebut sampai kepada kita dalam bentuk hadits. Keyword: Adab Murid, Guru, Hadist PENDAHULUAN Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi kaum muslim dan muslimah. Dikatakan bahwa seseorang harus menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat. Ini membuktikan bahwa selama manusia hidup maka diharuskan untuk menuntut ilmu. Karena dengan ilmu itulah derajat seseorang akan diangkat. Namun, menuntut ilmu dibutuhkan pemahaman serta etika berdasarkan dali-dalil agama agar Allah Swt. memberi kemudahan dalam tujuan menuntut ilmu. Oleh karena itu, penting bagi umat muslim mempelajari dalil-dalil yang berkaitan dengan kewajiban menuntut ilmu dan memahami etika seorang pelajar dalam menuntut ilmu agar bisa memperoleh ilmu dengan maksimal. Pendidik sebagai motivator yang menjadi pembimbing, pengarah dan berorientasi pada tujuan, sehingga tingkah laku yang termotivasi akan bergerak dalam suatu arah secara spesifik dan dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran perlu TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 92 Almaydza Pratama Abnisa diciptakan adanya lingkungan kondisi pembelajaran yang lebih kondusif. 1 Serta pendidik sebagai pemimpin perlu selalu bersikap penuh perhatian kepada peserta didiknya, memberikan semangat dan mempengaruhi peserta didik untuk selalu memaksimalkan pembelajaran. 2 Pembelajaran sebagai suatu proses yang di desain oleh pendidik dalam menciptakan inovasi peserta didik yang akan meningkatkan keahlian dalam ilmu pengetahuan dan dalam membangun penguasaan materi yang lebih baik. 3 Sehingga pembelajaran dalam pendidikan sangat penting karena tanpa adanya pembelajaran tidak akan ada pendidikan. 4 Pembelajaran sebagai kesadaran yang di usahakan dan pelaksanaannya direncanakan dalam menggapai peserta didik yang aktif dalam meningkatkan keunggulan dalam dirinya dan membentuk akhlakul karimah (Abnisa, 2017). Salah satu upaya dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran adalah dengan adanya komunikasi yang efektif (Solihin, 2022). Komunikasi yang baik antara guru dan murid. Sehingga antar satu sama lain saling memahami hak dan kewajibannya. Dengan demikian bukan hanya kegaitan belajar mengajar saja yang berhasil, akan tetapi rasa saling menghargai juga akan timbul. Seorang murid dalam menimba ilmu seharusnya memperhatikan beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Di antaranya adalah harus mempunyai niat yang bagus. Niat yang ikhlas di dalam hatinya. Niat semata-mata belajar karena Allah ta’ala. Selain itu seorang murid juga harus mempunyai adab yang baik dalam usahanya menuntut ilmu. Ada beberapa adab yang harus dimiliki oleh seorang murid. Di antaranya adalah adab ketika menuntut ilmu, adab terhadap guru, adab terhadap sesama teman, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan guna murid mendapat keberkahan dalam mencari ilmu serta memiliki akhlak yang terpuji. Sosok yang paling utama sebagai panutan murid untuk memiliki akhlak yang terpuji adalah Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah makhluk yang mulia. Tugas utama beliau diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mengajarkan sekaligus mencontohkan perilaku terpuji kepada para sahabatnya. Kemudian para sahabat menularkan apa yang ia dapat kepada orang lain, sehingga sampailah ajaran-ajaran tersebut kepada kita di zaman sekarang ini. Ajaran-ajaran tersebut sampai kepada kita dalam bentuk hadits. Baik itu hadits qouliyah maupun fi’liyah. Terdapat banyak hadits Rasulullah saw yang membahas tentang adab seorang murid terhadap gurunya. Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali dapat diraih dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan akhirat melainkan karena kurangnya adab. 5 Di antara adab-adab yang telah disepakari adalah adab murid kepada syaikh atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli 1Almaydza Pratama Abnisa, Konsep Motivasi Pembelajaran, Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2020, hal. 124-142. 2Almaydza Pratama Abnisa, Leadership dalam Pendidikan, Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 17 Nomor 1 Desember 2016, hal. 32-53. 3Sartono, A. Z., & Abnisa, A. P. (2022). Motivasi Belajar Dalam Presfektif Al-Qur'an. Indonesia Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 4(2), 210-219. 4Almaydza Pratama Abnisa, Zubairi, Personality Competence Educator and Students Interest in Learning; Kompetensi Kepribadian Pendidik dan Minat Belajar Siswa, SCAFFOLDING Jurnal Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, Vol. 4 Nomor 1 Maret 2022, hal. 279-290. 5Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin Baina Manaziili Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, Beirut; Darul I’ikar, 1408, Jilid II, hal. 39 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 93 Almaydza Pratama Abnisa Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” 6 Faktanya adab murid terhadap guru masih sangat kurang maksimal, seperti adab berbicara yang belum menyesuaikan bahasa yang baik, dalam kelas ataupun dalam komunikasi melalui media. Adab berpakaian yang rapi ketika melaksanakan pembelajaran, adab berjalan ketika bertemu dengan guru. Sehingga beberapa adab yang harus dimiliki oleh seorang murid. Diantaranya adalah adab ketika menuntut ilmu, adab terhadap guru, adab terhadap sesama teman, dan lain sebagainya. Hal tersebut dilakukan guna murid mendapat keberkahan dalam mencari ilmu serta memiliki akhlak yang terpuji. Sosok yang paling utama sebagai panutan murid untuk memiliki akhlak yang terpuji adalah Rasulullah saw. Rasulullah saw adalah makhluk yang mulia. Tugas utama beliau diutus ke dunia adalah untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mengajarkan sekaligus mencontohkan perilaku terpuji kepada para sahabatnya. Kemudian para sahabat menularkan apa yang ia dapat kepada orang lain, sehingga sampailah ajaran-ajaran tersebut kepada kita di zaman sekarang ini. Ajaran-ajaran tersebut sampai kepada kita dalam bentuk hadits. Baik itu hadits qouliyah maupun fi’liyah. Terdapat banyak hadits Rasulullah saw yang membahas tentang adab seorang murid terhadap gurunya. Penulis memilih data primer beberapa referensi berupa jurnal, penelitian jurnal ilmiah berkaitan dengan pembahasan sebagai berikut: pertama, jurnal berjudul etika guru dan murid yang ditulis oleh Aida Mukhlishah, Hadi Yasin, Intan Meila. Dalam jurnalnya membahas dan mereferinsikan tulisan Imam Nawawi telah menuliskan butiran-butiran nasihat yang sarat dengan nilai pendidikan karakter berlandaskan keimanan dan ketakwaan. Nasihat-nasihat beliau di dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim ini sama sekali tidak lekang dan tidak tergerus oleh perubahan zaman. Bahkan nilai-nilai yang diajarkan oleh beliau masih sangat relevan dengan zaman modern sekarang. Terdapat perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penulis lebih kepada adab murid terhadap guru dalam perspektif hadis. METODE PENELITIAN Pendekatan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptifinterpretatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah library research. Data yang diperoleh adalah narasi deskriptif mengenai adab murid terhadap guru dalam perspektif hadist sahih dengan periwayat hadis yang bersumber dari kitab sahih muslim, sahih bukhori dan sahih tarmidzi.. Sebagai penelitian library research, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, dengan mengambil data yang berasal dari berbagai literatur yang relevan, terutama tentang hadist-hadist Nabi SAW. yang menjadi literatur pokok dalam pembahasan, dengan langkah-langkah Jika suatu hadits diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari (dalam Shahih Bukhari) atau Imam Muslim (dalam Shahih Muslim), atau keduanya, maka yakinilah itu adalah hadits yang shahih, untuk kemudian data ini diinterpretasikan menjadi narasi kritis terhadap judul yang dibahas dalam penelitian menggunakan metode maudu’i. HASIL DAN PEMBAHASAN Adab Murid Terhadap Guru dalam Perspektif Hadist Sesungguhmya adab yang mulia adalah salah satu faktor penentu kebahagiaan dan keberhasilan seseorang. Begitu juga sebaliknya, kurang adab atau tidak beradab 6Al Imam Ibnu Muflih Al Maqdisi, al-Adab as-Syar’iah, Damaskus; Risalah Alamiyyah, Jilid 1, hal. 408 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 94 Almaydza Pratama Abnisa adalah alamat (tanda) jelek dan jurang kehancurannya. Tidaklah kebaikan dunia dan akhirat kecuali dapat diraih dengan adab, dan tidaklah tercegah kebaikan dunia dan akhirat melainkan karena kurangnya adab (Al-Jauziyah: 1408). Di antara adab-adab yang telah disepakari adalah adab murid kepada syaikh atau gurunya. Imam Ibnu Hazm berkata: “Para ulama bersepakat, wajibnya memuliakan ahli al-Qur’an, ahli Islam dan Nabi. Demikian pula wajib memuliakan kholifah, orang yang punya keutamaan dan orang yang berilmu.” 7 Berikut ini beberapa adab yang selayaknya dimiliki murid ketika menimba ilmu kepada gurunya. 1. Hendaklah murid menghormati guru, memuliakan serta mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru dengan cara yang baik. Sebagaimana sabda Rosululloh saw. ‫ِﯿﺮﻧَﺎ‬ َ ‫ﯿﺮﻧَﺎ َو ﯾَ ْﺮ َﺣ ْﻢ‬ َ ‫ﺻﻐ‬ َ ‫ْﺲ ﻣِ ﻨﱠﺎ َﻣ ْﻦ ﻟَ ْﻢ ﯾُ َﻮﻗِّ ْﺮ َﻛ ِﺒ‬ َ ‫ﻟَﯿ‬ “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda”. 8 2. Bersikap sopan di hadapan guru, serta mencintai guru karena Allah. Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw ‫ِإ ﱠن اﻟﻠﱠﮫَ َﺟﻤِ ﯿ ٌﻞ ﯾُﺤِ ﺐﱡ ْاﻟ َﺠ َﻤﺎ َل‬ “Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan”. 9 3. Selektif dalam bertanya dan tidak berbicara kecuali setelah mendapat izin dari guru. Sebagaimana sabda Rosululloh saw. ُ‫ َﻣﺘَﻰ اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔ‬: ‫ﻲ ﻓَﻘَﺎ َل‬ ُ ‫ﻲ ﻓِﻲ َﻣﺠْ ﻠ ٍِﺲ ﯾُ َﺤ ِﺪ‬ ِ ‫َﻋ ْﻦ أَ ِﺑﻲ ھ َُﺮﯾ َْﺮةَ ـ َر‬ ‫ّث ْاﻟﻘَ ْﻮ َم َﺟﺎ َءهُ أَﻋ َْﺮا ِﺑ ﱞ‬ ‫ﺑَ ْﯿﻨَ َﻤﺎ اﻟﻨﱠﺒِ ﱡ‬: ‫ﻲ اﻟﻠﱠـﮫ ُ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ َﻋ ْﻨﮫ ُ ـ أَﻧﱠﮫُ ﻗَﺎ َل‬ َ ‫ﺿ‬ ْ َ ُ ‫ﺳﻮ ُل اﻟﻠﱠـ ِﮫ ﯾُ َﺤ ِﺪ‬ ‫ﻀﻰ‬ ُ ‫ َوﻗَﺎ َل ﺑَ ْﻌ‬، ‫ﺳﻤِ َﻊ َﻣﺎ ﻗَﺎ َل ﻓَﻜ َِﺮهَ َﻣﺎ ﻗَﺎ َل‬ ُ ‫ﻀﻰ َر‬ ُ ‫ّث ﻓَﻘَﺎ َل ﺑَ ْﻌ‬ َ َ‫ َﺣﺘﱠﻰ إِذَا ﻗ‬، ‫ ﺑَﻞْ ﻟ ْﻢ ﯾَ ْﺴ َﻤ ْﻊ‬: ‫ﻀ ُﮭ ْﻢ‬ َ ‫؟ ﻓَ َﻤ‬ َ : ‫ﺾ اﻟﻘَ ْﻮ ِم‬ ُ ‫ﱠ‬ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ‫ﻓ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ﺈ‬ : ‫ ﻗَﺎ َل‬. َ‫ﺿ ِﯿّ َﻌﺖْ ْاﻷ َ َﻣﺎﻧَﺔُ ﻓَﺎ ْﻧﺘَﻈِ ْﺮ اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔ‬ : ‫ل‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻗ‬ ، ‫ﮫ‬ ‫ـ‬ ‫ﻠ‬ ‫اﻟ‬ ‫ل‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺳ‬ ‫ر‬ ‫ﺎ‬ ‫ﯾ‬ ‫َﺎ‬ ‫ﻧ‬ ‫أ‬ ‫َﺎ‬ ‫ھ‬ : ‫ل‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻗ‬ ‫؟‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﱠﺎ‬ ‫ﺴ‬ ‫اﻟ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻞ‬ ‫ﺋ‬ ‫ﱠﺎ‬ ‫ﺴ‬ ‫اﻟ‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ﯾ‬ ‫أ‬ : ‫ل‬ ‫ﺎ‬ ‫ﻗ‬ َ ُ َ َ َ ُ ِ َِ ُ َ َ‫َﺣﺪِﯾﺜَﮫُ َ ْﻦ‬ َ ِ ِ َ .َ‫ ﻓَﺎ ْﻧﺘَﻈِ ْﺮ اﻟﺴﱠﺎ َﻋﺔ‬، ‫ﺳﺪَ ْاﻷ َ ْﻣ ُﺮ إِﻟَﻰ َﻏﯿ ِْﺮ أَ ْھ ِﻠ ِﮫ‬ ّ ِ ‫ ِإذَا ُو‬: ‫ﺿﺎ َﻋﺘ ُ َﮭﺎ ؟ ﻗَﺎ َل‬ َ ‫ْﻒ ِإ‬ َ ‫َﻛﯿ‬ Dari Abu Huroiroh berkata kepada Nabi sedang berada di majlis sedang berbicara terhadap suatu kaum dan sedang mengajar. Datanglah seorang badui bertanya Ya Rasul kapan Kiamat, maka Rasul tetap melanjutkan mengajarnya. Sebagian orang berpendapat Nabi mendengar yang dikatakan Badui, tetapi Nabi tidak suka terhadap pertanyaan dan sebagian yang lain Nabi tidak mendengar. Sampai selesai mengajar Beliau bersabda mana orang tadi bertanya tentang hari Kiamat? Orang itu menjawab: Saya Ya Rasululloh. Rasul bersabda: Apabila Amanah sudah disia-siakan maka tunggulah kiamat. Orang itu bertanya lagi Apa yang dimaksud dengan menyia-nyiakan Amanah? Nabi bersabda “Apabila urusan itu diserahkan bukan pada Ahlinya maka tunggulah Kiamat” Hadits di atas Rasul mencontohkan adab menjawab pertanyaan ketika proses pembelajaran dan pembahasan yang berbeda (diluar tema Pembahasan). Orang badui bertanya kepada Rasul kapan kiamat, sedang Rasul mengajarkan lain kepada para sahabatnya (Pembahasan yang lain). Maka Nabi tidak memotong pelajarannya tetapi melanjutkan dan menyelesaikan sampai selesai pelajarannya. 10 7Al Imam Ibnu Muflih Al Maqdisi, al-Adab as-Syar’iah, Damaskus; Risalah Alamiyyah, Jilid 1, hal. 408 8HR. Ahmad dan At-Tirmidzi 9HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim 10Abdulloh bin Abdur rahman bin jibran, Sarah kitabul ilmi min sokhikhil Bukhori, hal. 1617 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 95 Almaydza Pratama Abnisa 4. 5. 6. 7. Penulis berpandangan bahwa hadist tersebut di atas memberikan pemahaman tentang bagaimana adab (Adab) ketika seseorang bertanya kepada gurunya, sedang gurunya belum selesai menyampaiakn materi. Maka sebagai guru, Nabi kemudian melanjutkan materi sampai selesai setelah itu baru menjawab pertanyaan sang murid. Setiap pertanyaan yang di ajukan kepada guru pada saat sedang menjelaskan suatu bab tertentu, mestinya pertanyaan menyesuaikan dengan bab yang sedang di bahas. Mengikuti anjuran dan nasehat guru. Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. 11 Qoshim bin Salam menceritakan: “Adalah para murid Ibnu Mas’ud mereka belajar kepadanya untuk melihat akhlak, kepribadian dan kemudian menirunya”. 12 Jika melakukan kesalahan, segera mengakuinya dan meminta maaf kepada guru.Salah satu Dalil "Minta Maaf" merupakan bagian Ibadah (dalam hadist berikut ini "minta maaf" diistilahkan dengan "meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya"): Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apa pun, maka hari ini ia wajib meminta agar perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari saat tidak ada ada dinar dan dirham, karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun, jika ia tidak memiliki amal saleh maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi”. 13 Hendaknya murid memilih guru yang tidak hanya betul-betul menguasai bidangnya, tetapi juga mengamalkan ilmunya dan berpegang teguh kepada agamanya. Sabda Nabi SAW: ‫ﻻ ﯾٶﺧﺬ اﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ ٳﻻ ﻣﻦ أﻣﯿﻦ ﺛﻘﺔ ﻷن ﻗﻮام اﻟﺪﯾﻦ ﺑﺎ ﻟﻌﻠﻢ‬ ”Tidak boleh menuntut ilmu kecuali dari guru yang amin dan tsiqah (mempunyai kecerdasan kalbu dan akal) karena kuatnya agam adalah dengan ilmu”. Selain itu, Dalam kitab Ilmu wa Adab al-‘Alim wa al- Muta’allimdikatakan bahwa sikap murid sama dengan sikap guru, yaitu sikap murid sebagi pribadi dan sikap murid sebagai penuntut ilmu. Sebagai pribadi seorang murid harus bersih hatinya dari kotoran dan dosa agar dapat dengan mudah dan benar dalam menangkap pelajaran, menghafal dan mengamalkannya. 14 Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah saw: ‫اﻻ ان ﻓﻲ اﻟﺠﺴﺪ ﻣﻀﻔﺔ ٳذا ﺻﻠﺤﺖ ﺻﻠﺢ ﺳﺎ ﺋﺮ ﻋﻤﻠﮫ وٳذا ﻓﺴﺪت ﻓﺴﺪ ﺳﺎﺋﺮ ﻋﻤﻠﮫ اﻻ وھﻲ اﻟﻘﻠﺐ‬ “Ingatlah bahwa dalam jasad terdapat segumpal daging, jika segumpal daging tersebut sehat, maka sehatlah seluruh perbuatannya, dan jika segumpal daging itu rusak, maka rusaklah seluruh awalnya. Ingatlah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” Ikhlas sebelum melangkah Pertama kali sebelum melangkah untuk menuntut ilmu hendaknya kita berusaha selalu mengikhlaskan niat. Sebagaimana telah jelas niat adalah faktor penentu diterimanya sebuah amalan. Ilmu yang kita pelajari adalah ibadah, amalan yang mulia, maka sudah barang tentu butuh niat yang ikhlas dalam menjalaninya. Belajar bukan karena ingin disebut sebagai pak ustadz, orang alim atau ingin meraih bagian dunia yang menipu. 11Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 86 dan Tarjamah Izzudin Karimi, kitab Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, Jakarta; Darul Haq, 2019, hal. 81 12Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 40 13HR. Bukhari, No. 2449 14Abudin, Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), Cet. Ke-1, hl.102 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 96 Almaydza Pratama Abnisa Dalil akan pentingnya ikhlas beramal di antaranya firman Allah: ‫ِﺼﯿﻦَ ﻟَﮫُ اﻟ ِﺪّﯾﻦَ ُﺣﻨَﻔَﺎء‬ ِ ‫َو َﻣﺎ أُﻣِ ُﺮوا ِإ ﱠﻻ ِﻟ َﯿ ْﻌﺒُﺪُوا اﻟﻠﱠﮫَ ُﻣ ْﺨﻠ‬ “Padahal mereka tidakdisuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus”.(QS. al-Bayyinah: 5) Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membantah orang bodoh, atau berbangga di hadapan ulama atau mencari perhatian manusia, maka dia masuk neraka. 15 Imam ad-Daruqutni berkata: “Dahulu kami menuntut ilmu untuk selain Alloh, akan tetapi ilmu itu enggan kecuali untuk Alloh”. 16 Imam asy-Syaukani berkata: “Pertama kali yang wajib bagi seorang penuntut ilmu adalah meluruskan niatnya. Hendaklah yang tergambar dari perkara yang ia kehendaki adalah syariat Alloh, yang dengannya diturunkan para Rosul dan al-Kitab. Hendaklah penuntut ilmu membersihkan dirinya dari tujuan-tujuan duniawi, atau karena ingin inencapai kemuliaan, kepemimpinan dan Iain-lain. Ilmu ini mulia, tidak menerima selainnya.” 17 Apabila keikhlasan telah hilang ketika belajar, maka amalan ini (menuntut ilmu) akan berpindah dari keutamaan yang paling utama menjadi kesalahan yang paling rendah. 18 8. Jangan mencari guru sembarangan Ibnu Jama’ah al-Kinani berkata: “Hendaklah penuntut ilmu mendahulukan pandangannya, istikhoroh kepada Alloh untuk memilih kepada siapa dia berguru. Hendaklah dia memilih guru yang benar-benar ahli, benar-benar lembut dan terjaga kehormatannya. Hendaklah murid memilih guru yang paling bagus dalam mengajar dan paling bagus dalam memberi pemahaman. Janganlah dia berguru kepada orang yang sedikit sifat waro’nya atau agamanya atau tidak punya akhlak yang bagus.” 19 Bukan sebuah aib apabila kita menuntut ilmu dari orang alim yang masih muda. Imam Ibnu Muflih berkata: “Fasal mengambil ilmu dari ahlinya sekalipun masih berusia muda”. 20 Sahabat Abdulloh bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku dahulu membacakan ilmu kepada beberapa orang muhajirin, di antara mereka ada Abdurrahman bin Auf”. 21 Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Dalam hadits ini terdapat peringatan akan perlunya mengambil ilmu dari ahlinya sekalipun masih berusia muda atau sedikit kedudukannya”. 22 15HR. Ibnu Majah 253, Syaikh al-Albani menyatakan hadits ini hasan dalam al-Misykah 225 16Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 47 17Abnisa, Almaydza Pratama (2021) Prinsip-Prinsip Motivasi Dalam Pembelajaran Perspektif Al-Qur’an. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta 18Syaikh Amru Abdul Mun'im Salim, At Ta'liq ats Tsamin 'ala Syarhi Syaikh ibni Utsaimin li Hilyati Thalibil Ilmi..., hal. 18 19Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 86 20Al Imam Ibnu Muflih Al Maqdisi, al-Adab as-Syar’iah, Damaskus; Risalah Alamiyyah, Jilid 2, hal. 214 21HR. Bukhori No. 6442 22Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 16 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 97 Almaydza Pratama Abnisa Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Orang yang bodoh itu tetap dikatakan rendah sekalipun dia seorang syaikh. Dan orang yang berilmu itu tetap mulia sekalipun masih muda”. 23 9. Mengagungkan guru Mengagungkan orang yang berilmu termasuk perkara yang dianjurkan. Sebagaimana Rasululloh bersabda : “bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghorrmti orang yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak ulama kami. 24 Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid memperhatikan gurunya dengan pandangan penghormatan. Hendaklah ia meyakini keahlian gurunya dibandingkan yang lain. Karena hal itu akan menghantarkan seorang murid untuk banyak mengambil manfaat darinya, dan lebih bisa membekas dalam hati terhadap apa yang ia dengar dari gurunya tersebut”. 25 10. Akuilah keutamaan gurumu Khothib al-Baghdadi berkata: “Wajib bagi seorang murid untuk mengakui keutamaan gurunya yang faqih dan hendaklah pula menyadari bahwa dirinya banyak mengambil ilmu dari gurunya”. 26 Ibnu Jamaah al-Kinani berkata: “Hendaklah seorang murid mengenal hak gurunya, jangan dilupakan semua jasanya”. 27 11. Doakan kebaikan Rasululloh bersabda : “Apabila ada yang berbuat baik kepadamu maka balaslah denganbalasan yang setimpal. Apabila kamu tidak bisa membalasnya, maka doakanlah dia hingga engkau memandang telah mencukupi untuk membalas dengan balasan yang setimpal”. 28 Imam Abu Hanifah berkata: “Tidaklah aku sholat sejak kematian Hammad kecuali aku memintakan ampun untuknya dan orang tuaku. Aku selalu memintakan ampun untuk orang yang aku belajar darinya atau yang mengajariku ilmu”. 29 Ibnu Jama’ah berkata: “Hendaklah seorang penuntut ilmu mendoakan gurunya sepanjang masa. Memperhatikan anak-anaknya, kerabatnya dan menunaikan haknya apabila telah wafat”. 30 12. Rendah diri kepada guru Ibnu Jama’ah rahimahullah berkata: “Hendaklah seorang murid mengetahui bahwa rendah dirinya kepada seorang guru adalah kemuliaan, dan tunduknya adalah kebanggaan.” (Tadzkiroh Sami’ hal. 88) 23Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz Adab at-Tatalmudz hal. 16) Ahmad 5/323, Hakim 1/122. Dishohihkan oleh al-Albani dalam Shohih Targhib 1/117 25Imam An-Nawawi, al-Majmu Syarah Al Muhadzdzab..., Jilid 1, hal. 84 26Al-Khatib Al-Baghdadi, al-Faqih wal Mutafaqqih..., Jilid 1, hal.196 27Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 90 28HR. Abu Dawud 1672, Nasa’i 1/358, Ahmad 2/68, Hakim 1/412 Bukhori dalam al-Adab al-Mufrod no. 216, Ibnu Hibban 2071, Baihaqi 4/199, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 9/56. Lihat asShohihah 254 29Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 28 30Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 86 dan Tarjamah Izzudin Karimi, kitab Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, Jakarta; Darul Haq, 2019, hal. 91 24HR. TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 98 Almaydza Pratama Abnisa Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dengan kemuliaan dan kedudukannya yang agung, beliau mengambil tali kekang unta Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu seraya berkata: “Demikianlah kita diperintah untuk berbuat baik kepada ulama”. 31 al-Khothib telah meriwayatkan dalam kitab Jami’nya bahwa Ibnul Mu’taz berkata: “Orang yang rendah diri dalam belajar adalah yang paling banyak ilmunya sebagaimana tempat yang rendah adalah tempat yang paling banyak airnya.”. 32 13. Mencontoh akhlaknya Hendaklah seorang penuntut ilmu mencontoh akhlak dan kepribadian guru. Mencontoh kebiasaan dan ibadahnya. 33 Qoshim bin Salam menceritakan: “Adalah para murid Ibnu Mas’ud mereka belajar kepadanya untuk melihat akhlak, kepribadian dan kemudian menirunya”. 34 Bila pelajaran sudah dimulai hendaklah bagi seorang penuntut ilmu memperhatikan hal-hal berikut; Pertama, Menghadirkan hati dan perhatian dengan seksama. Apabila telah hadir dalam majelis ilmu maka pusatkanlah perhatianmu untuk mendengar dan memahami pelajaran. Jangan biarkan hati menerawang ke-mana-mana. Konsentrasi penuh, karena sikap yang demikian akan membuat pelajaran lebih membekas dan terpahami. Ibnu Jama’ah berkata: “Hendaklah seorang murid ketika menghadiri pelajaran gurunya memfokuskan hatinya dan ber-sih dari segala kesibukan. Piki-rannya penuh konsentrasi, tidak dalam keadaan mengantuk, marah, haus, lapar dan lain seba-gainya. Yang demikian agar hatinya benar-benar menerima dan memahami terhadap apa yang dijelaskan dan apa yang dia dengar”. 35 Kedua, Mengenakan pakaian yang bersih. Hendaklah seorang murid berpakaian yang sopan dan bersih. Ingatlah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau sangat bersih pakaian dan keadaan dirinya. Umar bin Khoththob mengatakan: “Ketika kami duduk di sisi Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam pada suatu hari, tiba-tiba datang kepada kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, rambutnya sangat hitam, tidak terlihat padanya bekas perjalanan jauh”. 36 Karena kondisi yang bersih menandakan bahwa seorang murid siap menerima pelajaran dan ilmu. Maka jangan salah-kan apabila ilmu tidak mere-sap dalam dada karena kondisi kita yang kurang siap, pakaian penuh keringat, kepanasan dan sebagainya. Ketiga, Duduk dengan tenang. Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin berkata: “Duduklah dengan duduk penuh adab. Jangan engkau luruskan kakimu di hadapannya, ini termasuk adab yang jelek. Jangan duduk dengan bersandar, ini juga adab yang jelek apalagi di tempat belajar. Lain halnya jika engkau duduk di tempat umum, maka ini lebih ringan”. 37 31Qodli Iyad, As Syifa Bita'rifi Huquqil Musthofa, Bairut; Darul Kutub Ilmiyah/Dar Ibn Jauzi, Jilid 2, hal. 608 32Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 32 33Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 86 34Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 40 35Abnisa, Almaydza Pratama, Zubaidi Zubaidi, Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Peserta Didik, Vol. 1 No. 1 (2022): TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, https://doi.org/10.36769/tarqiyatuna.v1i1.158 36HR. Muslim 8, Abu Dawud 4695, Tirmidzi 2610, Nasa’i 8/97, Ibnu Majah 63 dan selainnya 37Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, at-Ta’liq as-Tsamin..., hal. 181 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 99 Almaydza Pratama Abnisa Keempat, Bertanya kepada guru. Ilmu adalah bertanya dan menjawab. Dahulu dikatakan, “Bertanya dengan baik adalah setengah ilmu”. 38 Bertanya dengan tenang, tidak tergesa-gesa dan pergunakanlah bahasa yang santun lagi sopan. Jangan guru itu dipanggil dengan namanya, katakanlah wahai guruku dan semisalnya. Karena guru perlu dihormati, jangan disamakan dengan teman. Alloh berfirman; ً ‫ﻀ ُﻜﻢ ﺑَ ْﻌﻀﺎ‬ ُ ‫اﻟﺮ‬ ‫َﻻ ﺗَﺠْ َﻌﻠُﻮا دُ َﻋﺎء ﱠ‬ ِ ‫ﺳﻮ ِل ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻛﺪُ َﻋﺎء ﺑَ ْﻌ‬ “Janganlah kamu jadikan panggilan Rosul di antara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada seba-hagian (yang lain)” (QS. an-Nur: 63). Ayat ini adalah pokok untuk membedakan orang yang punya kedudukan dengan orang yang biasa. Harap dibedakan keduanya. 39 Sering kita jumpai sebagian para penuntut ilmu memaksa gurunya untuk menjawab dengan dalil atas sebuah pertanyaan. Seolaholah sang murid belum puas dan terus mendesak seperti berkata kenapa begini, soya belum terima, siapa yang berkata demikian, semua ini harus dihindari. Guru adalah manusia biasa, bisa lupa dan bersalah. Apabila engkau pandang gurumu salah atau lupa dengan dalilnya maka janganlah engkau memaksa terus dan jangan memalingkan muka darinya. Berilah waktu untuk mendatangkan dalil di kesempatan lain. Jagalah adab ini, jangan sampai sang guru menjadi jemu, marah hanya karena melayani pertanyaanmu. Syaikh al-Albani berkata: “Kadangkala seorang alim tidak bisa mendatangkan dalil atas sebuah pertanyaan, khususnya apabila dalilnya adalah sebuah istinbat hukum yang tidak dinashkan secara jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah. Semisal ini tidak pantas bagi penanya untuk terlalu mendalam bertanya akan dalilnya. Menyebutkan dalil adalah wajib ketika realita menuntut demikian. Akan tetapi tidak wajib baginya acapkali ditanya harus menjawab Allah berfirman demikian, Rosul bersabda demikian, lebih-lebih dalam perkara fiqih yang rumit yang diperselisihkan. 40 Kelima, Perhatikan keadaan gurumu. Memperhatikan keadaan guru merupakan perkara yang penting. Karena mengajar butuh persiapan yang penuh. Jangan bertanya atau meminta belajar ketika kondisi guru tidak siap, semisal sedang sibuk, banyak permasalahan, sedih dan sebagainya. Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Janganlah engkau meminta belajar kepadanya ketika dia sibuk, sedang sedih, kelelahan, dan Iain-lain, karena hal itu akan menyebabkan dia malas untuk menjelaskan pelajaran kepadamu”. 41 14. Membela kehormatan guru Ketahuilah selayaknya bagi siapa saja yang mendengar orang yang sedang mengghibah kehormatan seorang muslim, hendaklah dia membantah dan menasehati orang tersebut. Apabila tidak bisa diam dengan lisan maka dengan tangan, apabila orang yang mengghibah tidak bisa dinasehati juga dengan tangan dan lesan maka tinggalkanlah tempat tersebut. Apabila dia mendengar orang yang mengghibah gurunya atau siapa saja yang mempunyai kedudukan, keutamaan dan kesholihan, maka hendaklah dia lebih serius untuk membantahnya. 42 15. Jangan berlebihan kepada guru 38Ibnu Hajar Al Asqolani, Fath al Bari bi Syarh Sahih al Bukhari juz 8, Qohiroh: Dar at Taqwa, 2000, Jilid 1, hal. 142 39Imam Ibnul Jauzi, Adab at-Tatalmudz..., hal. 52 40Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, at-Ta’liq as-Tsamin..., hal. 188 41Imam An-Nawawi, al-Majmu Syarah Al Muhadzdzab..., Jilid 1, hal. 86 42Imam Nawawi, Shohih al-Adzkar, Pustaka Imam Asy Syafii, Jilid 2, hal. 832, TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 100 Almaydza Pratama Abnisa Guru adalah manusia biasa. Tidak harus semua perkataannya diterima mentahmentah tanpa menimbangnya menurut kaidah syar’iah. Orang yang selalu manut terhadap perkataan guru, bahkan sampai membela mati-matian ucapannya adalah termasuk sikap ghuluw (berlebih-lebihan). Apabila telah jelas kekeliruan guru maka nasehatilah, jangan diikuti kesalahannya. Jangan seorang guru dijadikan tandingan bagi Alloh dalam syariat ini. Alloh berfirman; ‫ﺳ ْﺒ َﺤﺎﻧَﮫُ َﻋ ﱠﻤﺎ‬ ُ ‫ُون اﻟﻠّ ِﮫ َو ْاﻟ َﻤﺴِﯿ َﺢ اﺑْﻦَ َﻣ ْﺮﯾَ َﻢ َو َﻣﺎ أُﻣِ ُﺮواْ إِﻻﱠ ِﻟﯿَ ْﻌﺒُﺪُواْ إِﻟَـﮭﺎ ً َواﺣِ ﺪا ً ﻻﱠ إِﻟَـﮫَ إِﻻﱠ ھ َُﻮ‬ َ َ‫اﺗ ﱠ َﺨﺬُواْ أَﺣْ ﺒ‬ ِ ‫ﺎر ُھ ْﻢ َو ُر ْھﺒَﺎ َﻧ ُﮭ ْﻢ أَ ْرﺑَﺎﺑﺎ ً ِ ّﻣﻦ د‬ َ‫ﯾُ ْﺸ ِﺮ ُﻛﻮن‬ “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rohib-rohib mereka se-bagai Robb-Robb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Robb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. at-Taubah 9: 31) Imam Mawardi rahimahullah mengatakan, “Sebagian para pengikut orang alim berbuat ghuluw kepada gurunya. Hingga menjadikan perkataannya sebagai dalil sekalipun sebenarnya tidak bisa dijadikan dalil. Meyakini ucapannya sebagai hujjah sekalipun bukan hujjah”. 43 16. Bila guru bersalah Sudah menjadi ketetapan yang mapan bahwasanya tidak ada seorang pun yang selamat dari kesalahan. Salah merupakan hal yang wajar terjadi pada manusia. Rosululloh saw bersabda; Seluruh bani Adam banyak bersalah. Dan sebaik-baiknya orang yang banyak bersalah adalah yang bertaubat. 44 Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Barangsiapa yang mempunyai ilmu dia akan mengetahui dengan pasti bahwa orang yang mempunyai kemuliaan, mempunyai peran dan pengaruh dalam Islam maka hukumnya seperti ahli Islam yang lain. Kadang-kala dia tergelincir dan bersalah. Orang yang semacam ini diberi udzur bahkan bisa diberi pahala karena ijtihadnya, tidak boleh kesalahannya diikuti, kedudukannya tidak boleh dilecehkan di hadapan manusia.” 45 Selanjutnya menurut Imam Ghazali dalam tulisan Ni’am Sholeh Asrorun, ada sepuluh kriteria yang harus diupayakan oleh murid, diantaranya yaitu: 46 1. Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih dahulu menyucikan jiwa dari perangai buruk dan sifat tercela. 2. Semampu mungkin anak didik harus menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap dunia. 3. Anak didik harus selalu bersikap rendah hati, memperhatikan instruksi dan arahan pendidik, dan mampu mengontrol emosinya. 4. Anak didik harus menghindarkan diri dari suasana perdebatan yang membingungkan. 5. Seorang anak didik harus mmpunyai semangat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang layak dipelajari sebagai konsekuensi adanya keterkaitan antardisiplin ilmu pengetahuan. 6. Anak didik harus belajar secara gradual. Ia perlu menentukan skala prioritas ilmu pengetahuan dengan mengacu kepada manfaatnya, dalam hal ini adalah ilmu agama. 43Al-Mawardi, 1994, Adab Ad-dunya Wa Ad-din, Tahqiq, (Libanon: Dar Al-Fikr), hal. 49 Tirmidzi 2499, Ibnu Majah 4251, Ahmad 3/198, ad-Darimi 273, Hakim 4/244; Lihat Shohih Jami’us Shoghir 4515. 45Ibnu Qoyyim Al-Juziyah, I’lamul Muwaqqi’in..., Jilid 3, hal. 295 46Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsass, 2006), Cet. Ke-3, hal.75 44HR. TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 101 Almaydza Pratama Abnisa 7. Anak didik harus memahami hirarki ilmu pengetahuan. 8. Anak didik harus memahami nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari dan menentukan mana yang lebih utama dari yang lain. 9. Anak didik mempunyai orientasi atas pendidikannya; tujuan jangka pendek, yaitu memperbaiki dan membersihkan jiwanya; sedangkan orientasi jangka panjang adalah mendekatkan diri pada Allah swt dan berusaha menaikkan derajatnya setara dengan malaikat. 10. Anak didik harus hati-hati dalam memilih sosok pendidik demi kelangsungan proses belajar yang positif. 47 DAFTAR PUSTAKA Abnisa, Almaydza Pratama, Konsep Motivasi Pembelajaran, Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 21 Nomor 2 Oktober 2020 Abnisa, Almaydza Pratama. “Konsep Pendidik dan Peserta Didik Dalam Perspektif AlQur’an.” Jurnal Asy-Syukriyyah 18, no. 1 (October 5, 2017): 67–81. https://doi.org/10.36769/asy.v18i1.72. Abnisa, Almaydza Pratama, Leadership dalam Pendidikan, Jurnal Asy-Syukriyyah Vol. 17 Nomor 1 Desember 2016, https://doi.org/10.36769/asy.v17i1.61 Abnisa, Almaydza Abnisa and Zubairi, “Personality Competence Educator and Student Interest in Learning,” Scaffolding J. Pendidik. Islam dan Multikulturalisme, vol. 4, no. 1, pp. 279–290, 2022. Abnisa, Almaydza Pratama, Zubaidi Zubaidi, Peranan Metode Pembelajaran Terhadap Minat dan Prestasi Belajar Peserta Didik, Vol. 1 No. 1 (2022): TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, https://doi.org/10.36769/tarqiyatuna.v1i1.158 Abnisa, Almaydza Pratama, Prinsip-Prinsip Motivasi dalam Pembelajaran Perspektif Al-Qur’an, Indramayu: Penerbit Adab, 2022. Abnisa, Almaydza Pratama (2021) Prinsip-Prinsip Motivasi Dalam Pembelajaran Perspektif AlQur’an. Doctoral thesis, Institut PTIQ Jakarta Abudin, Nata, Persepektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Rajawali Press, 2001), Cet. Ke-1 Al Imam Ibnu Muflih Al Maqdisi, al-Adab as-Syar’iah, Damaskus; Risalah Alamiyyah, Jilid 1 Al Imam Ibnu Muflih Al Maqdisi, al-Adab as-Syar’iah, Damaskus; Risalah Alamiyyah, Jilid 2 Al-Mawardi, 1994, Adab Ad-dunya Wa Ad-din, Tahqiq, (Libanon: Dar Al-Fikr) Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Elsass, 2006) Ibnu Hajar Al Asqolani, Fath al Bari bi Syarh Sahih al Bukhari juz 8, Qohiroh: Dar at Taqwa, 2000 Ibnu Jama’ah, Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, 2019, hal. 86 dan Tarjamah Izzudin Karimi, kitab Tadzkirah al Sami wa al-Mutakalim fi Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Beirut; Darul Basyair al-Islamiyah, Jakarta; Darul Haq, 2019 Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Madarijus Salikin Baina Manaziili Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’in, Beirut; Darul I’ikar, 1408, Jilid II Qodli Iyad, As Syifa Bita'rifi Huquqil Musthofa, Bairut; Darul Kutub Ilmiyah/Dar Ibn Jauzi, Jilid 2 47Asrorun, Ni’am Sholeh, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Elsass, 2006, Cet. Ke-3, hal.75-77 TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 102 Almaydza Pratama Abnisa Sartono, A. Z., & Abnisa, A. P. (2022). Motivasi Belajar Dalam Presfektif Al-Qur'an. Indonesia Pendidikan Islam dan Multikulturalisme, 4(2), 210-219. https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/scaffolding/article/view/1609 Solihin, R. (2022). Komunikasi Synchronous Dan Asynchronous Dalam Blended Learning Pada Masa Pasca Pandemi. Scaffolding: Jurnal Pendidikan Islam Dan Multikulturalisme, 4(2), 279– 291. TARQIYATUNA: Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Madrasah Ibtidaiyah, Volume 01 (02), 2022 103