Pancasila and civic education

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan konseptual tentang manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) inklusi khususnya manajemen. Makalah ini merupakan hasil  studi literatur dari berbagai sumber referensi dan didasarkan pada  Undang-Undang Pendidikan Anak Usia Dini yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Makalah ini adalah paradigma baru dalam mengatasi kesenjangan dalam manajemen PAUD inklusi khususnya manajemen personalia pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Kontribusi dari makalah ini sebagai panduan untuk para pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini khususnya dalam merekrut tenaga pendidik dan kependidikan PAUD yang berkualitas. (This paper aims to provide conceptual insight into the management of Early Childhood Education (ECE) inclusion especially personnel management. This paper is the result of a literature study with a reliable reference source and refers to the Early Childhood Education Law established by the Ministry of Education and Culture.This paper is a new paradigm in overcoming gaps in the management of ECE inclusion especially personnel management at ECE institutions in Indonesia. The contribution of this paper is a guide for the managers of Early Childhood Education Institutions, especially in recruiting qualified PAUD educators and educators)

Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan konseptual tentang manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) inklusi khususnya manajemen. Makalah ini merupakan hasil  studi literatur dari berbagai sumber referensi dan didasarkan pada  Undang-Undang Pendidikan Anak Usia Dini yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Makalah ini adalah paradigma baru dalam mengatasi kesenjangan dalam manajemen PAUD inklusi khususnya manajemen personalia pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Kontribusi dari makalah ini sebagai panduan untuk para pengelola Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini khususnya dalam merekrut tenaga pendidik dan kependidikan PAUD yang berkualitas. (This paper aims to provide conceptual insight into the management of Early Childhood Education (ECE) inclusion especially personnel management. This paper is the result of a literature study with a reliable reference source and refers to the Early Childhood Education Law established by the Ministry of Education and Culture.This paper is a new paradigm in overcoming gaps in the management of ECE inclusion especially personnel management at ECE institutions in Indonesia. The contribution of this paper is a guide for the managers of Early Childhood Education Institutions, especially in recruiting qualified PAUD educators and educators)

This paper aims to provide conceptual insight into the management of Early Childhood Education (ECE) inclusion especially personnel management. This paper is the result of a literature study with a reliable reference source and refers to the Early Childhood Education Law established by the Ministry of Education and Culture.This paper is a new paradigm in overcoming gaps in the management of ECE inclusion especially personnel management at ECE institutions in Indonesia. The contribution of this paper is a guide for the managers of Early Childhood Education Institutions, especially in recruiting qualified PAUD educators and educators.

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan alasan diterapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme oleh kepala sekolah dalam mendukung perilaku kepemimpinan transformasional. Selain itu, untuk mendalami langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis tiga bentuk pendekatan dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis analitik yang dimodifikasi. Validitas data berdasarkan tingkat kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Temuan penelitian menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang kuat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi, keunggulan pribadi pemimpin dan dorongan untuk menghidupkan kembali spiritualitas humanis figur inspiratif, serta citra yayasan sekolah yang dikelola oleh satuan Militer, Kodam V-Brawijaya, menjadi alasan dasar kepala sekolah menerapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme. Selain itu langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme berdampak efektif dalam mengotimalkan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. Kata kunci: kepemimpinan transformasional, pendekatan kepala sekolah, penguatan pendidikan karakter

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan alasan diterapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme oleh kepala sekolah dalam mendukung perilaku kepemimpinan transformasional. Selain itu, untuk mendalami langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis tiga bentuk pendekatan dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis analitik yang dimodifikasi. Validitas data berdasarkan tingkat kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Temuan penelitian menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang kuat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi, keunggulan pribadi pemimpin dan dorongan untuk menghidupkan kembali spiritualitas humanis figur inspiratif, serta citra yayasan sekolah yang dikelola oleh satuan Militer, Kodam V-Brawijaya, menjadi alasan dasar kepala sekolah menerapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme. Selain itu langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme berdampak efektif dalam mengotimalkan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. (This study aims to describe the reasons for applying the cultural, humanistic, and nationalism approaches by school principals in supporting transformational leadership behavior. In addition, to explore the steps of the principal's transformational leadership role based on three forms of approach in the implementation of character education strengthening programs. This study used a qualitative approach, case study design. Data collection through in-depth interviews, participant observation, and learn documentation. Data analysis used a modified analytic analysis method. The level of credibility, transferability, dependability, and confirmability examines the validity of the data. The research findings explain that culture or tradition greatly influences the school environment, personal excellence, and encouragement to revive the humanistic spiritual inspirational figure, as well as the image of the school foundation managed by the Military unit, Kodam V-Brawijaya, being the basic reason that inspires the principal to use a cultural, humanistic approach, and nationalism. Besides that the steps of the principal's transformational leadership role based on cultural, humanistic, and nationalism approaches have an effective effect in optimizing the implementation of character education strengthening in schools)

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan alasan diterapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme oleh kepala sekolah dalam mendukung perilaku kepemimpinan transformasional. Selain itu, untuk mendalami langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis tiga bentuk pendekatan dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis analitik yang dimodifikasi. Validitas data berdasarkan tingkat kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Temuan penelitian menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang kuat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi, keunggulan pribadi pemimpin dan dorongan untuk menghidupkan kembali spiritualitas humanis figur inspiratif, serta citra yayasan sekolah yang dikelola oleh satuan Militer, Kodam V-Brawijaya, menjadi alasan dasar kepala sekolah menerapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme. Selain itu langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme berdampak efektif dalam mengotimalkan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. (This study aims to describe the reasons for applying the cultural, humanistic, and nationalism approaches by school principals in supporting transformational leadership behavior. In addition, to explore the steps of the principal's transformational leadership role based on three forms of approach in the implementation of character education strengthening programs. This study used a qualitative approach, case study design. Data collection through in-depth interviews, participant observation, and learn documentation. Data analysis used a modified analytic analysis method. The level of credibility, transferability, dependability, and confirmability examines the validity of the data. The research findings explain that culture or tradition greatly influences the school environment, personal excellence, and encouragement to revive the humanistic spiritual inspirational figure, as well as the image of the school foundation managed by the Military unit, Kodam V-Brawijaya, being the basic reason that inspires the principal to use a cultural, humanistic approach, and nationalism. Besides that the steps of the principal's transformational leadership role based on cultural, humanistic, and nationalism approaches have an effective effect in optimizing the implementation of character education strengthening in schools)

Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan alasan diterapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme oleh kepala sekolah dalam mendukung perilaku kepemimpinan transformasional. Selain itu, untuk mendalami langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis tiga bentuk pendekatan dalam pelaksanaan program penguatan pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, desain studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, dan studi dokumentasi. Analisis data menggunakan metode analisis analitik yang dimodifikasi. Validitas data berdasarkan tingkat kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Temuan penelitian menjelaskan bahwa lingkungan sekolah yang kuat dipengaruhi oleh budaya dan tradisi, keunggulan pribadi pemimpin dan dorongan untuk menghidupkan kembali spiritualitas humanis figur inspiratif, serta citra yayasan sekolah yang dikelola oleh satuan Militer, Kodam V-Brawijaya, menjadi alasan dasar kepala sekolah menerapkan pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme. Selain itu langkah-langkah peran kepemimpinan transformasional kepala sekolah berbasis pendekatan budaya, humanistik, dan nasionalisme berdampak efektif dalam mengotimalkan pelaksanaan penguatan pendidikan karakter di sekolah. (This study aims to describe the reasons for applying the cultural, humanistic, and nationalism approaches by school principals in supporting transformational leadership behavior. In addition, to explore the steps of the principal's transformational leadership role based on three forms of approach in the implementation of character education strengthening programs. This study used a qualitative approach, case study design. Data collection through in-depth interviews, participant observation, and learn documentation. Data analysis used a modified analytic analysis method. The level of credibility, transferability, dependability, and confirmability examines the validity of the data. The research findings explain that culture or tradition greatly influences the school environment, personal excellence, and encouragement to revive the humanistic spiritual inspirational figure, as well as the image of the school foundation managed by the Military unit, Kodam V-Brawijaya, being the basic reason that inspires the principal to use a cultural, humanistic approach, and nationalism. Besides that the steps of the principal's transformational leadership role based on cultural, humanistic, and nationalism approaches have an effective effect in optimizing the implementation of character education strengthening in schools)

This paper is a literature study that describes the basic reasons for applying character education in Indonesia and Taiwan. Through this study, readers can discover the early history of the reasons for applying character education in Indonesia and Taiwan. Furthermore, this paper describes the weaknesses of the application of character education in Indonesia and strives for improvement based on the findings of the results of tracking studies of the application of character education in Taiwan. Based on this comparative study, the reader can find some improvement in the implementation of character education in Indonesia based on studies of the implementation of character education in Taiwan

pendidikan tidak lain adalah spekulai filsafat akan hidup manusia. Dalam kepentingan itulah, pendidikan kemudian lahir sebagai proses pengajaran atau transformasi nilai-nilai keteladanan hidup di satu sisi dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi lain melalui desain kurikulum pendidikan. Makna pendidikan dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain selain sebuah upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang ada. Asumsi-asumsi filosofis tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak rumusan tujuan pendidikan, berimplikasi pada penyusunan kurikulum. Kurikulum merupakan ruh (spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu sistem pendidikan, dan juga merupakan sebuah idea vital yang menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang baik. Kurikulum kemudian menjadi tolok ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan baik buruknya kualitas output dan outcome keluaran pendidikan

Makalah ini disusun untuk membedah secara kritis model kepemimpinan kolegial kepala sekolah dalam penguatan pendidikan karakter. kepemimpinan kolegial kepala sekolah terfokus pada partisipasi seluruh komponen sekolah dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan efektivitas organisasi sekolah dalam penguatan pendidikan karakter. Metode penelitian berupa tindakan penelitian langsung, diperkuat melalui studi hasil penelitian terdahulu. Keabsahan data dalam kebermaknaannya, dinilai berdasarkan hasil temuan di lapangan, dan diperkuat oleh kedalaman fakta hasil temuan peneliti sebelumnya, dikaji dalam relevansinya dengan kondisi di Indonesia. Hasil studi menemukan bahwa model kepemimpinan kolegial kepala sekolah sangat efektif dalam penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik, karena semua pihak berpartisipasi baik dalam pengambilan keputusan maupun dan pengimplemantasian melalui tindakan bersama

Studi hasil kajian literatur ini untuk membedah historisitas penerapan pendidikan karakter di Indonesia dan Taiwan. Melalui studi ini, pembaca dapat menemukan sejarah awal perlunya penerapan pendidikan karakter di Indonesia dan Taiwan. Selanjutnya dibahas pula dalam studi ini, kelemahan-kelemahan penerapan pendidikan karakter di Indonesia, selanjutnya disempurnakan dalam rekomendasi melalui studi penerapan pendidikan karakter di Taiwan. Berdasarkan kajian perbandingan ini, pembaca dapat menemukan beberapa rekomendasi penyempurnaan penerapan pendidikan karakter di Indonesia sebagaimana yang diterapkan di Taiwan.

Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak dapat dilepaskan-pisahkan dari pengaruh perkembangan global, yang ditandai oleh semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalisasi mengarah kepada proses `mendunia' dalam proses penyebaran berbagai obyek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak pribadi masyarakat setempat. Dalam konteks ini pula, globalisasi yang telah masuk dalam ranah pendidikan juga dipahami sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi ekstensitas, intensitas, kecepatan berpikir dan berkomunikasi agar dapat bersaing dalam kancah pendidikan yang lebih mendunia.

Studi hasil kajian literatur ini untuk membedah historisitas penerapan pendidikan karakter di Indonesia dan Taiwan. Melalui studi ini, pembaca dapat menemukan sejarah awal perlunya penerapan pendidikan karakter di Indonesia dan Taiwan. Selanjutnya dibahas pula dalam studi ini, kelemahan-kelemahan penerapan pendidikan karakter di Indonesia, selanjutnya disempurnakan dalam rekomendasi melalui studi penerapan pendidikan karakter di Taiwan. Berdasarkan kajian perbandingan ini, pembaca dapat menemukan beberapa rekomendasi penyempurnaan penerapan pendidikan karakter di Indonesia sebagaimana yang diterapkan di Taiwan.

This paper is structured to critically dissect the principal's collegial leadership model in strengthening character education. Principal collegial leadership focused on the participation of all school components in decision making to improve the effectiveness of school organizations in strengthening character education. The research method in the form of direct research action strengthened through the study of previous research results. The validity of the data in its meaningfulness was judged based on findings in the field and was strengthened by the depth of the facts of the findings of previous researchers, examined in their relevance to conditions in Indonesia. The results of the study found that the principal's collegial leadership model was very effective in strengthening character education for students because all parties participated in both decision making and implementation through joint action.

Pendidikan tidak lain adalah spekulai filsafat akan hidup manusia. Dalam kepentingan itulah, pendidikan kemudian lahir sebagai proses pengajaran atau transformasi nilai-nilai keteladanan hidup di satu sisi dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi lain melalui desain kurikulum pendidikan. Makna pendidikan dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain selain sebuah upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang ada. Asumsi-asumsi filosofis tentang hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak rumusan tujuan pendidikan, berimplikasi pada penyusunan kurikulum. Kurikulum merupakan ruh (spirit) yang menjadi gerak dinamik suatu sistem pendidikan, dan juga merupakan sebuah idea vital yang menjadi landasan bagi terselenggaranya pendidikan yang baik. Kurikulum kemudian menjadi tolok ukur bagi kualitas dan penyelenggaraan pendidikan. Baik buruknya kurikulum akan sangat menentukan baik buruknya kualitas output dan outcome keluaran pendidikan

This paper is structured to critically dissect the principal's collegial leadership model in strengthening character education. Principal collegial leadership focused on the participation of all school components in decision making to improve the effectiveness of school organizations in strengthening character education. The research method in the form of direct research action strengthened through the study of previous research results. The validity of the data in its meaningfulness was judged based on findings in the field and was strengthened by the depth of the facts of the findings of previous researchers, examined in their relevance to conditions in Indonesia. The results of the study found that the principal's collegial leadership model was very effective in strengthening character education for students because all parties participated in both decision making and implementation through joint action.

Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini tidak dapat dilepaskan-pisahkan dari pengaruh perkembangan global, yang ditandai oleh semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Globalisasi mengarah kepada proses `mendunia' dalam proses penyebaran berbagai obyek dan pengalaman kepada semua orang ke seluruh dunia, yang dalam prosesnya cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak pribadi masyarakat setempat. Dalam konteks ini pula, globalisasi yang telah masuk dalam ranah pendidikan juga dipahami sebagai sebuah proses (atau serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi ekstensitas, intensitas, kecepatan berpikir dan berkomunikasi agar dapat bersaing dalam kancah pendidikan yang lebih mendunia.