Kelompok 2 PSikiatri Salinan

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 36

TANDA DAN GEJALA KLINIS PSIKIATRIK

Pembimbing:
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ

Muhammad Raditya P (2021 84 176)


Healdatia Rizky Malawat (2022 84 178)
Gita Rahmadani (2022 84 179)
Eka F Rahaningmas (2022 84 184)
Bela Maharani Wael (2022 84 185)
Nurul T Alfira Maskat (2019 83 033)
Tiffani Wafi Idlal M (2019 83 034)
KESADARAN DAN
1. KOGNISI
KESADARAN
• Kompos Mentis : Suatu derajat optimal. Individu mampu memahami apa yang terjadi pada

diri dan lingkungannya serta bereaksi secara memadai

• Apatia : Individu berespon lambat terhadap stimulus dari luar, tampak tak acuh

terhadap situasi disekitarnya

• Somnolensi : Kesadaran menurun yang cenderung tidur, pasien tampak selalu

mengantuk dan bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar

• Sopor : Orang dengan kesadaran sopor nyaris tidak berespon terhadap stimulus

dari luar, atau hanya memberikan respon minimal

terhadap rangsangan kuat.


KESADARAN
• Koma : Individu tidak bereaksi terhadap rangsangan dari luar, meskipun

sekuat apapun rangsangan diberikan

• Kesadaran berkabut : Individu tampak binggung, sulit memusatkan perhatian dan mengalami

disorientasi

• Delirium : Keadaan yang sering disertai gangguan presepsi berupa halusinasi atau ilusi

• Kesadaran seperti mimpi : Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor.

Individu tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti

melakukan aktivitas normal

• Twilight state : Perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi. Penderita

seperti berada dalam keadaan separuh sadar.


KOGNISI
Kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang
dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas intelenjensi seseorang.
Komponen:

Memori/
Berhitung
daya ingat

Konsentransi/
Visiospatial
perhatian

Orientasi Fungsi eksekutif

Kemampuan berbahasa Abstarksi dan taraf intelenjensi


PERHATIAN/KONSENTRASI
Usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu. Beberapa jenis
gangguan perhatian/konsentrasi yaitu :

KEWASPADAAN
DISTRAKBILITAS BERLEBIH
Konsentrasi yang sangat mudah teralih Pemusatan perhatian yang berlebihan
terhadap stimulus eksternal dan internal
oleh berbagai stimulus yang terjadi
sehingga penderita tampak sangat
disekitarnya. (Gangguan cemas akut dan tegang.
keadaan maniakal)

INATENSI SELEKTIF
Ketidakmampuan memusatkan perhatian
pada obyek atau situasi tertentu,
biasanya situasi yang membangkitkan
kecemasan
ORIENTASI
Kemampuan individu mengenali obyek atau situasi sebagaimana adanya.

ORIENTASI
ORIENTASI WAKTU
PERSONAL/ORANG
Yaitu kemampuan untuk Yaitu kemampuan Individu
mengenali orang-orang yang mengenal secara tepat waktu
sudah dikenalnya dimana individu berada

ORIENTASI
RUANG/SPATIAL
Yaitu kemampuan individu
untuk mengenali tempat
dimana ia berada
MEMORI / DAYA INGAT
Proses pengelolaan informasi,meliputi perekaman-penyimpanan-dan pemanggilan kembali

1. Amnesia, adalah ketidakmampuan untuk


mengingat Sebagian atau seluruh masa lalu

a. Amnesia anterograd, hilangnya memori terhadap


pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian.

b. Amnesia retrogad, hilangnya memori terhadap


pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian.
2. Paramnesia

Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari
informasi/pengalaman yang sesungguhnya.
a. Konfabulasi, adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori.
(demensia)
b. Déjà vu, suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa sangat mengenali
suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya
c. Jamais vu, yaitu merasa asing yang justru pernah dialaminya.
d. Hiperamnesia, ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman
e. Screen memory, secara sadar menutupi ingatan terhadap pengalaman yang menyakitkan atau
traumatis dengan ingatan yang dapat ditoleransi
f. Letologika, ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata-kata yang tepat
untuk mendeskrispikan pengalamannya
EMOSI DAN PERILAKU
2. MOTORIK
Suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan
pikiran, persepsi dan perilaku individu.
1. Mood: adalah suasana perasaan yang bersifat pervasive dan bertahan lama,
yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
a. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang “normal”, yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama
hidupnya.
EMOSI
b. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasive diwarnai
dengan kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan
tentang kesedihan dan kehilangan semangat.
c. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel dan bosan.
d. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara pervasive memperlihatkan
semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas
kehidupan. Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara
berlebihan.
e. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan

f. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang

meluap-luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat

EMOSI
psikostimulansia

g. Aleksitimia: suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati

suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai kedangkala kehidupan

emosi. Seseorang dengan aleksitimia sangat sulit untuk mengungkapkan

perasaannya.
e. Anhedonia: suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan kesenangan terhadap

berbagai aktivitas kehidupan.

f. Mood kosong: kehidupan emosi yang sangat dangkal, sangat sedikit memiliki penghayatan suasana

perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan

disekitarnya dan dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis

g. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan dari sedih,

cemas, marah, eforia, mucul bergantian dan tak terduga. Dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut

h. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitive, mudah tersinggung, mudah marah dan seringkali

bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.


2. Afek: adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai dari ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan
gerak-gerik tubuhnya (Bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat.
a. Afek luas: afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah variasi yang beragam
dalam ekspresi wajah, irama suara maupun Gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.
b. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas dan keluasan dari ekspresi
emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan Bahasa tubuh yang kurang bervariasi.
c. Afek menumpul:
EMOSI penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari tatapan mata kosong,
irama suara monoton dan Bahasa tubuh yang sangat kurang.
d. Afek mendatar: suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul. Pada keaadaan ini dapat
dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong,
sikap tubuh yang kaku, Gerakan-Gerakan sangat minimal, dan irama suara datar seperti robot.
e. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian antara ekpresi
emosi dan suasana yang dihayatinya.
f. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekpresi emosi yang tidak cocok dengan suasana yang dihayati.
Misalnya seseorang yang mencerminkan suasana duka cita tapi dengan wajah riang dan tertawa-tawa
g. Afek labil: menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang tidak berhubungan
stimulus eksternal.
Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan tertentu serta melibatkan seluruh aktivitas mental
individu. Perilaku merupakan respons total individu terhadap situasi kehidupan. Perilaku motorik adalah ekpresi perilaku
individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motori. Berbagai ragam gangguan perilaku motorik yaitu:
1. Katatonia stupor: penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, bermanifetasi sebagai Gerakan yang lambat hingga
keadaan tak bergerak dan kaku seperti patung. Keadaan ini dapat dijumpai pada skizofrenia katakonik.
2. Katatonia furor: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motoric tak bertujuan, tampak motif yang jelas
PERILAKU
dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik dan seringkali silih berganti
MOTORIK
dengan gejala stupor katatonik.
3. Katalepsia: keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu dalam waktu lama. Individu dengan katalepsi
dapat berdiri diatas satu kaki selama bejam-jam tanpa bergerak dan merupakan salah satu gejala yang bisa ditemukan
pada skizofrenia katatonik.
4. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa perlawanan sehingga diistilakan
seluwes lilin.
5. Akinesia: menggambarkan suatu kondisi aktivitas motoric yang sangat terbatas, pada keadaan berat menyerupai stupor
pada skizofrenia katatonik.
6. Bradikinesia: perlambatan Gerakan motoric yang biasa terjadi pada parkinsonisme atau penyakit Parkinson. Individu
memperlihatkan Gerakan yang kaku dan kehilangan respons spontan.
PROSES PIKIR DAN ISI PIKIR
3.
Gangguan Bentuk Pikir / Arus Proses Pikir
pikir

Asosiasi Longgar Inkoherensia Flight of Ideas

Pikiran yang sangat cepat, verbalisasi berlanjut


Gangguan arus pikir dengan ide-ide yang Pikiran yang secara umum tidak dapat kita
atau permainan kata yang menghasilkan
berpindah dari satu subjek ke subjek yang mengerti, pikiran atau kata keluar
perpindahan yang konstan dari suatu ide ke ide
lain yang tidak berhubungan sama sekali ; bersama-sama tanpa hubungan yang logis
lainnya; ide biasanya berhubungan dan dalam
Dalam bentuk yang lebih parah disebut atau tata bahasa tertentu hasil
bentuk yang tidak parah, pendengar mungkin
inkoherensia disorganisasi pikir.
dapat mengikuti jalan pikirnya
Proses Pikir
Sirkumstansial

Tangensial
Pembicaraan yang tidak langsung
sehingga lambat mencapai point
yang diharapkan, tetapi seringkali
akhirnya mencapai Ketidakmampuan untuk mencapai
tujuan secara langsung dan
seringkali pada akhirnya tidak
mencapai point atau tujuan yang
diharapkan
Isi Pikir
Gangguan Isi Pikir

Kemiskinan isi Waham / delusi


pikir
Suatu perasaan keyakinan atau
Hanya menghasilkan sedikit kepercayaan yang keliru, berdasarkan
informasi. simpulan yang keliru, tidak konsiten
dengan intelegensia dan latar belakang
budaya pasien dan tidak bisa diubah
lewat penalaran atau dengan penyakian
fakta
Waham Kejaran (Persekutorik) :
Waham Kebesaran : suatu delusi yang menandai seorang paranoid,
Keyakinan / kepercayaan, biasanya psikotik yang mengira bahwa dirinya adalah korban
sifatnya dari usaha untuk melukainya / yang
mendorong agar dia gagal dalam tindakannya.

Waham Paranoid

Waham Rujukan (delusion of reference) : Waham Dikendalikan :


satu kepercayaan keliru yang meyakini bahwa keyakinan yang keliru bahwa keinginanya,
tingkah laku orang lain itu pasti akan pikiran atau perasaanyya dikendalikan oleh
memfitnah, membahayakan, atau akan kekuatan dari luar.
menjahati dirinya.
Waham Bizare
Waham Sistematik
Keyakinan yang keliru, Keyakinan yang tergabung
mustahil dan aneh dengan satu kejadian yang
dapat diikuti akhirnya

Waham Nihilistik Waham Somatik


Perasaan yang keliru bahwa
diri dan dunia tidak ada, Keyakinan yang keliru
atau menuju kiamat tentang fungsi tu
Thought Withdrawl
Thought Insertion
Waham bahwa pikirannya
ditarik oleh orang lain atau Waham bahwa pikirannya
kekuatan lain. disisipi oleh orang lain
atau kekuatan lain.

Thought Broadcasting Thought Control


Waham bahwa pikirannya Waham bahwa pikirannya
dapat diketahui oleh orang dikendalikan oleh orang
lain, tersiar di udara. lain atau kekuatan lain
Obsesi Kompulsi Fobia

Kebutuhan dan tindakan Ketakutan patologis yang


Suatu ide yang tegar menatap persisten, rasional,
patologis untuk
dan seringkali tidak rasional, berlebihan dan selalu
melaksanakan suatu impuls,
yang biasanya dibarengi suatu terjadi berhubungan
jika ditahan akan
kompulsi untuk melakukan dengan stimulus atau
menimbulkan kecemasan,
suatu perbuatan, yang dapat situasi spesifik yang
perilaku berulang sebagai
dihilangkan dengan usaha mengakibatkan keinginan
respons dari obsesi atau
yang logis, berhubungan yang memaksa untuk
timbul untuk memenuhi satu
dengan kecemasan. menghindari stimulus
aturan tertentu.
tersebut.
Waham cemburu

Keyakinan yang keliru yang


berasal dari cemburu patologis
tentang pasangan yang tidak setia

Keyakinan yang keliru, biasanya


pada perempuan, merasa yakin
Erotomania
bahwa seseorang sangat
mencintainya
FOBIA

Fobia Spesifik Fobia Sosial Akrofobia Agorafobia Klaustrofobia

Ketakutan yang terbatas


Ketakutan dipermalukan Ketakutan berada di Ketakutan berada di Ketakutan berada di
pada obyek atau situasi
di depan publik tempat tinggi tempat terbuka tempat yang sempit
khusus

Ailurofobia Zoofobia Xenofobia Fobia Jarum

Ketakutan yang
Ketakutan pada orang
Ketakutan pada kucing Ketakutan pada binatang berlebihan menerima
asing
suntikan
PERSEPSI DAN REALITY
4. TESTING OF ABILITY
PERSEPSI
Proses mental yang merupakan pengiriman stimulus
fisik informasi psikologis  stimulus sensorik
dapat diterima secara sadar.
Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi : Suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subjektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau
tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)
2. Derealisasi : Perasaan subjektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata.
3. Ilusi : Suatu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang
nyata.
4. Halusinasi : persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata; menghayari gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.
Gangguan Persepsi
Jenis-jenis halusinasi :
a. Halusinasi hipnogogik : persepsi sensorik keliru yang terjadi keliru
yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong
fenomena patologis
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis
c. Halusinasi Auditorik : persepsi suara yang keliru, biasanya berupa
suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan
jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.
d. Halusinasi Visual : persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa
bentuk jelas (orang) ataupun bentuk tidak jelas (kilatan
cahaya),seringkali terjadi pada gangguan medis umum
Gangguan Persepsi
e. Halusinasi Penciuman : persepsi penghidu keliru yang seringkali terjadi pada gangguan
medis umum.
f. Halusinasi pengecapan : persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai awal
gejala kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
g. Halusinasi Taktil : Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh
teramputasi) atau formikasi (sensasi merayap dibawah kulit)
h. Halusinasi somatic : sensasi keliru yang terjadi pada atau didalam tubuhnya, lebih sering
menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai anesthesic hallucination)
i. Halusinasi liliput : persepsi keliru yang mengakibatkan objek terlihat lebih kecil .
“REALITY TESTING
OF ABILITY (RTA)”

 Kemampuan seseorang untuk menilai realitas


 Kemampuan ini akan menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi
dengan realitas kehidupan.
 Contoh penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas (Reality Testing
Of Ability) yaitu waham dan halusinasi
DAYA NILAI DAN TILIKAN
5.
Daya Ingat
Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai
dengan situasi tersebut.

Kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar dan


Daya nilai bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut dengan
sosial memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan
sosial budayanya. Pada gangguan jiwa berat atau kepribadian
antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.

Uji daya Kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan


nilai bertindak yang sesuai dalam situasi imajiner yang
diberikan.
Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu
situasi.

Dalam arti luas, tilikan sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman
seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya.

Dalam arti sempit merupakan pemahaman pasien terhadap penyakitnya.


Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk memahami kenyataan
obyektif akan kondisi dan situasi dirinya.
JENIS-JENIS TILIKAN
Tilikan derajat 3:
Tilikan derajat 1: Tilikan derajat 2: menyalahkan faktor
penyangkalan total ambivalensi terhadap lain sebagai penyebab
terhadap penyakitnya penyakitnya penyakitnya

Tilikan derajat 5: Tilikan derajat 6


Tilikan derajat 4:
menyadari penyakitnya (sehat): menyadari
menyadari dirinya
dan faktor-faktor yang sepenuhnya tentang
sakit dan butuh
berhubungan dengan situasi dirinya
bantuan namun tidak
penyakitnya namun tidak disertai motivasi
memahami penyebab
menerapkan dalam untuk mencapai
sakitnya
perilakunya perbaikan
TERIMA
KASIH

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai