Kelompok 2 PSikiatri Salinan
Kelompok 2 PSikiatri Salinan
Kelompok 2 PSikiatri Salinan
Pembimbing:
dr. Sherly Yakobus, Sp.KJ
• Apatia : Individu berespon lambat terhadap stimulus dari luar, tampak tak acuh
• Sopor : Orang dengan kesadaran sopor nyaris tidak berespon terhadap stimulus
• Kesadaran berkabut : Individu tampak binggung, sulit memusatkan perhatian dan mengalami
disorientasi
• Delirium : Keadaan yang sering disertai gangguan presepsi berupa halusinasi atau ilusi
• Kesadaran seperti mimpi : Gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor.
Memori/
Berhitung
daya ingat
Konsentransi/
Visiospatial
perhatian
KEWASPADAAN
DISTRAKBILITAS BERLEBIH
Konsentrasi yang sangat mudah teralih Pemusatan perhatian yang berlebihan
terhadap stimulus eksternal dan internal
oleh berbagai stimulus yang terjadi
sehingga penderita tampak sangat
disekitarnya. (Gangguan cemas akut dan tegang.
keadaan maniakal)
INATENSI SELEKTIF
Ketidakmampuan memusatkan perhatian
pada obyek atau situasi tertentu,
biasanya situasi yang membangkitkan
kecemasan
ORIENTASI
Kemampuan individu mengenali obyek atau situasi sebagaimana adanya.
ORIENTASI
ORIENTASI WAKTU
PERSONAL/ORANG
Yaitu kemampuan untuk Yaitu kemampuan Individu
mengenali orang-orang yang mengenal secara tepat waktu
sudah dikenalnya dimana individu berada
ORIENTASI
RUANG/SPATIAL
Yaitu kemampuan individu
untuk mengenali tempat
dimana ia berada
MEMORI / DAYA INGAT
Proses pengelolaan informasi,meliputi perekaman-penyimpanan-dan pemanggilan kembali
Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari
informasi/pengalaman yang sesungguhnya.
a. Konfabulasi, adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori.
(demensia)
b. Déjà vu, suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa sangat mengenali
suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya
c. Jamais vu, yaitu merasa asing yang justru pernah dialaminya.
d. Hiperamnesia, ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman
e. Screen memory, secara sadar menutupi ingatan terhadap pengalaman yang menyakitkan atau
traumatis dengan ingatan yang dapat ditoleransi
f. Letologika, ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata-kata yang tepat
untuk mendeskrispikan pengalamannya
EMOSI DAN PERILAKU
2. MOTORIK
Suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan
pikiran, persepsi dan perilaku individu.
1. Mood: adalah suasana perasaan yang bersifat pervasive dan bertahan lama,
yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
a. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang “normal”, yakni
individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama
hidupnya.
EMOSI
b. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasive diwarnai
dengan kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan
tentang kesedihan dan kehilangan semangat.
c. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan.
Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel dan bosan.
d. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara pervasive memperlihatkan
semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas
kehidupan. Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara
berlebihan.
e. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan
EMOSI
psikostimulansia
perasaannya.
e. Anhedonia: suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan kesenangan terhadap
f. Mood kosong: kehidupan emosi yang sangat dangkal, sangat sedikit memiliki penghayatan suasana
perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan
g. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan dari sedih,
cemas, marah, eforia, mucul bergantian dan tak terduga. Dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut
h. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitive, mudah tersinggung, mudah marah dan seringkali
Tangensial
Pembicaraan yang tidak langsung
sehingga lambat mencapai point
yang diharapkan, tetapi seringkali
akhirnya mencapai Ketidakmampuan untuk mencapai
tujuan secara langsung dan
seringkali pada akhirnya tidak
mencapai point atau tujuan yang
diharapkan
Isi Pikir
Gangguan Isi Pikir
Waham Paranoid
Ketakutan yang
Ketakutan pada orang
Ketakutan pada kucing Ketakutan pada binatang berlebihan menerima
asing
suntikan
PERSEPSI DAN REALITY
4. TESTING OF ABILITY
PERSEPSI
Proses mental yang merupakan pengiriman stimulus
fisik informasi psikologis stimulus sensorik
dapat diterima secara sadar.
Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi : Suatu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan
subjektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau
tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)
2. Derealisasi : Perasaan subjektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata.
3. Ilusi : Suatu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang
nyata.
4. Halusinasi : persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata; menghayari gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.
Gangguan Persepsi
Jenis-jenis halusinasi :
a. Halusinasi hipnogogik : persepsi sensorik keliru yang terjadi keliru
yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong
fenomena patologis
b. Halusinasi hipnopompik : persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis
c. Halusinasi Auditorik : persepsi suara yang keliru, biasanya berupa
suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan
jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.
d. Halusinasi Visual : persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa
bentuk jelas (orang) ataupun bentuk tidak jelas (kilatan
cahaya),seringkali terjadi pada gangguan medis umum
Gangguan Persepsi
e. Halusinasi Penciuman : persepsi penghidu keliru yang seringkali terjadi pada gangguan
medis umum.
f. Halusinasi pengecapan : persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai awal
gejala kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum.
g. Halusinasi Taktil : Persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh
teramputasi) atau formikasi (sensasi merayap dibawah kulit)
h. Halusinasi somatic : sensasi keliru yang terjadi pada atau didalam tubuhnya, lebih sering
menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai anesthesic hallucination)
i. Halusinasi liliput : persepsi keliru yang mengakibatkan objek terlihat lebih kecil .
“REALITY TESTING
OF ABILITY (RTA)”
Dalam arti luas, tilikan sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman
seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya.