Kelas A - Kelompok 5 - Antikonvulsan
Kelas A - Kelompok 5 - Antikonvulsan
Kelas A - Kelompok 5 - Antikonvulsan
“ANTIKONVULSAN”
Oleh :
Kelompok 5
Kelas A
Cara kerja anti konvulsi belum semuanya jelas. Namun, dari sejumlah obat terdapat
indikasi mengenai mekanisme kerjanya. Yaitu :
Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membran sel, antara lain asetazolamid
dan felbamat
Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya (focus) dalam SSP, misalnya
fenobarbital dan klonazepam
Menghindari penjalaran hiperaktivitas (muatan listrik) tersebut pada neuron otak lainnya, seperti
klonazepam, dan fenitoin
Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin, yang bersifat menghambat perombakan
GABA oleh transminase, sehingga kadarnya di sinaps meningkat
Mengurangi neurotransmisi glutamat : lamotrigin dan topiramat. Glutamat adalah suatu
neurotransmitter lain, yang dapat turut menimbulkan serangan epilepsi. Pembebasannya dari asam
amino ini dapat dicegah oleh lamotrigin.
Contoh Obat-obat AntiKonvulsan
Karbamazepin
Struktur Kimia karbamazepin
Karbamazepin merupakan obat antiepilepsi turunan
dibenzazepin yang mempunyai spektrum anti kejang
luas dan digunakan sebagai pilihan utama untuk
pengobatan serangan epilepsi.
Karbamazepin merupakan senyawa trisiklik yang mirip
imipramin, ditemukan pada tahun 1964. Obat ini
pertama kali digunakan untuk pengobatan trigeminal
neuralgia.
Selain bekerja antikonvulsif, juga berkhasiat
antidepresif dan antidiuretis
MEKANISME KERJA
☺Absorpsi
☺Eliminasi
◘ Karbamazepin secara ekstensif di metabolisme di hati, khususnya oleh
cytochrome P450 isoenzymes CYP3A4 and CYP2C8.
◘ Karbamazepin sebagian di metabolisir menjadi turunan 10,11-dihidro yang
selanjutnya di konyugasi.
◘ Turunan dihidro dibentuk melalui epoksid yang stabil, karbamazepin 10,11-
epoksid yang bersifat antikonvulsan (metabolit utama nya).
◘ Metabolit carbamazepin diekskresikan bersama urin dan bersama feses.
◙ Eliminasi carbamazepin dilaporkan berlangsung
secara cepat pada anak2, dan lebih besar terakumulasi
dalam bentuk aktif pada orang dewasa.
◙ Obat ini menginduksi metabolismenya sendiri,
dimana t1/2 nya bergantung pada reduksi setelah
pengulangan dosis.
◙ T1/2 rata2 dari pengulangan dosis adalah 5 – 26 jam,
biasanya pada anak2 lebih pendek dari orang2 dewasa.
◙ Dapat disimpulkan bahwa metabolisme
carbamazepin dipengaruhi oleh obat2 yang dapat
menginduksi enzim metabolisme di hati.
Kejang
INDIKASI
tonik-klonik (grand-mal)
Kejang parsial
Neuralgia trigeminus
Antidepresiv
Diabetes insipidus (Antidiabetik)
KONTRAINDIKASI
☼ Pasien dengan sejarah hipersensitif
terhadap karbamazepin atau produk
hidantoin lain nya.
☼ Hipolkalsemia
☼ Hamil dan Laktasi
Kadar Terapi dan Dosis
Anak-anak
♥ Di bawah 1 tahun → 100 – 200 mg sehari
♥ Umur 1 - 5 tahun → 200 – 400 mg sehari
♥ Umur 5 – 10 tahun → 400 – 600 mg sehari, dengan dosis
pemeliharaan 10 – 20 mg/kg BB sehari dibagi dalm beberapa dosis.
♥ Umur 10 - 15 tahun → 0.6 - 1 gram sehari
Dewasa
Dosis awal 2x 200mg pada hari pertama, selanjutnya dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang berkisar antara
800 – 1200 mg sehari yang dibagi dalam 2 – 4 dosis.
Dengan dosis ini, umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6 – 8 microgram / mL
EFEK SAMPING
Tulang
terganggungnya penyerapan kalsium dan vitamin D.
Sistem endokrin
hyponatraemia or water intoxication.
SSP
sedasi, sakit kepala, pusing, ataksia, mengantuk dan gangguan psikis.
Hati
hepatitis
Imunologik
Sindroma sensitifitas, lupus eritromatosus sistemik dan kelainan
immunoglobulin.
Saluran cerna
Mual, muntah dan anoreksia
Kulit
Kelainan dermatologik berupa ruam kulit
skarlatimiform atau morbiliform kadang-kadang
disertai dengan demam. Bentuk lebih serius dapat
berupa dermatitis eksfoliativ, lupus eritematosus,
sindroma Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal
toksik.
Sistem hemopoetik
Efek samping berupa trombositopenia
leukopenia, granulositopenia, agranulositosis,
pansitopenia dengan atau tanpa supresi sumsum
tulang.
Interaksi Obat
Carbamazepin merupakan suatu penginduksi enzim hepatic, dan menginduksi
metabolismenya sendiri, seperti pada beberapa obat antibakteri (doxysiklin),
antikoagulan, dan hormon sex (kontrasepsi oral).
Obat yang dapat meningkatkan aktivitas karbamazepin , yaitu : antiepileptic
lain and mood stabilizers
Obat-obat yang dapat menurunkan kadar karbamazepin, yaitu : phenobarbital,
phenytoin (Dilantin), dan primidone (Mysoline).
Obat-obat yang dapat meningkatkan metabolisme, sehingga dapat menurunkan
kadar dari karbamazepin dalam darah, yaitu : warfarin (Coumadin), phenytoin
(Dilantin), theophylline , and valproic acid
Alkohol → dapat meningkatkan efek samping dari karbamazepine terutama
terhadap CNS.
Obat-obat yang dapat menurunkan metabolisme, sehingga dapat
meningkatkan kadar dari karbamazepin dalam darah yaitu :
eritrhomycin, cimetidine (Tagamet), propoxyphene (Darvon),
and calcium chanel blokers.
Grapefruit juice → Bioavailability dan konsentrasi plasma dari
carbamazepine akan meningkat dengan grapefruit juice.
Penggunaan analgesic seperti dextropropoxipen, akan
menyebabkan kadar plasma carbamazepin meningkat, karena
metabolismenya dihambat oleh dextropropoxipen.
Pengunaan bersama antimikroba (INH, Troleandomycin,
Eritromicin, klaritomisin), dapat meningkatkan konsentrasi
carbamazepin dalam plasma. Selain itu, juga dapat
meningkatkan resiko hepatotoxic yg disebabkan oleh INH.
Antihistamin (Terfenadine) dan carbamazepin saling bersaing
utk terikat dengan protein plasma. Penggunaan secara
bersamaan menyababkan tingginya kadar karbamazepin bebas
dalam plasma.
TOKSISITAS
Stupor atau koma
Penderita iritabel
Kejang
Depresi pernapasan
Diplopia dan ataksia
TDM
Monitoring kadar plasma carbamazepin sangat dibutuhkan.
Range kadar plasma carbamazepin adalah 4 – 12 mcg/mL (17 –
50 mcmol/L), tergantung juga dari individu pasien. Monitoring
ini juga dapat dilakukan dengan melihat kadar carbamazepin
bebas dalam saliva, dan air mata.
5,5-Difenilhidantoin
Fenitoin merupakan obat golongan antiepilepsi.
Mekanisme kerja utamanya pada korteks motoris yaitu
menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal
ini disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron
dan fenitoin cenderung menstabilkan ambang rangsang
terhadap hipereksitabilitas yang disebabkan perangsangan
berlebihan atau kemampuan perubahan lingkungan di mana
terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui membran. Ini
termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak
yang berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik
(grand mal). Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-
rata adalah 22 jam (antara 7-42 jam).
Sifat Fisikokimia :
Serbuk,putih,tidak berbau,melebur pada suhu lebih
kurang 295°C..
Kelarutan: praktis tidak larut dalam air,larut dalam etanol
panas,sukar Larut dalam etanol dingin dalam kloroform
dan dalam eter (FI IV).
Indikasi
Terapi pada semua jenis epilepsi, kecuali petit
mal; status epileptikus (IONI p.153).
Dosis, Cara Pemberian dan Lama
Pemberian
Oral : dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300 mg/hari,
dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan
bertahap. Dosis lazim : 300 - 400 mg/hari, maksimal 600
mg/hari. ANAK : 5 - 8 mg/kg/hari, dosis tunggal/terbagi 2
kali sehari. Status epileptikus : i.v. lambat atau infus, 15
mg/kg, kecepatan maksimal 50 mg/menit (loading dose).
Dosis pemeliharaan sekitar 100 mg diberikan sesudahnya,
interval 6-8 jam. Monitor kadar plasma. Pengurangan dosis
berdasar berat badan.(IONI p.153).
Posologi:
Kemungkinan diperlukan penyesuaian dosis dan monitoring level
serum bila terjadi perubahan dari pemakaian bentuk “free acid” menjadi
bentuk garam natriumnya dan sebaliknya karena fenitoin bentuk “free acid”
mengandung kadar fenitoin 8% lebih tinggi dibanding bentuk sediaan garam
natriumnya.
• Dosis harus disesuaikan dengan keadaan penderita dan konsentrasi plasma
harus dimonitor.
• Dewasa:
Dosis awal: 300 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis.
Dosis pemeliharaan: 300-400 mg atau 3-5 mg/kg BB sehari (maksimal 600
mg sehari).
• Anak-anak:
Dosis awal 5 mg/kg BB sehari dibagi dalam 2-3 dosis dan tidak lebih dari
300 mg sehari.
Dosis pemeliharaan awal yang dianjurkan: 4-7 mg/kg BB sehari.
Anak usia lebih dari 6 tahun dapat diberikan dosis minimal dewasa (300 mg
sehari).
Farmakologi
Fenitoin menghambat zat - zat yang bersifat antiaritmia.
Walaupun obat ini memiliki efek yang kecil terhadap
perangsangan elektrik pada otot jantung, tetapi dapat
menurunkan kekuatan kontraksi, menekan pacemaker action,
meningkatkan konduksi antrioventrikular, terutama setelah
ditekan oleh glikosida digitalis. Obat ini dapat menimbulkan
hipotensi jika diberikan secara intravena. Fenitoin memiliki
aktivitas hipnotik yang kecil. (AHFS p.2132).
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap fenitoin atau hidantoin lain, komponen
sediaan obat, kehamilan.
Efek Samping
Gangguan saluran cerna, pusing, nyeri kepala, tremor,
insomnia, neuropati perifer, hipertrofi gingiva, ataksia, bicara tak
jelas, nistagmus, penglihatan kabur, ruam, akne, hirsutisme,
demam, hepatitis, lupus eritematosus, eritema multiform, efek
hematologik (leukopenia, trombositopenia, agranulositosis).
(IONI p.153)
Interaksi dengan obat lain
Analgetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh asetosal,
azapropazon dan fenilbutazon.
Antasida : Menurunkan absorpsi fenitoin.
Antiaritmia : Amiodaron menaikkan kadar plasma fenitoin;
fenitoin menurunkan kadar plasma disopiramid, meksiletin, dan
kinidin.
Antibakteri : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh
kloramfenikol, sikloserin, isoniazid dan metronidazol; kadar
plasma fenitoin dan efek antifolat ditingkatkan oleh
kotrimoksazol dan trimetoprim dan mungkin juga oleh
sulfonamida lain; kadar plasma fenitoin diturunkan oleh
rifamisin; kadar plasma doksisiklin diturunkan oleh fenitoin.
Antikoagulan : Metabolisme nikumalon dan warfarin dipercepat
(kemungkinan efek antikoagulan menurun, tetapi juga dilaporkan adanya
peningkatan)
Antidepresan : Antagonisme efek antikonvulsan (ambang kejang diturunkan);
fluoksetin, fluroksamin, dan viloksazin menaikkan kadar plasma fenitoin;
fenitoin menurunkan kadar plasma mianserin, paroksetin, dan trisiklik.
Antidiabetik : Kadar plasma fenitoin untuk sementara ditingkatkan oleh
tolbutamid (kemungkinan toksisitas)
Antiepileptik lain : Pemberian bersama dua atau lebih antiepileptik dapat
meningkatkan toksisitas tanpa diikuti peningkatan khasiat anti epileptik; selain
itu interaksi antar antiepileptik dapat menyulit kan pemantauan pengobatan;
interaksi meliputi peningkatan efek, peningkatan sedasi,dan penurunan kadar
plasma.
Antijamur : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh flukonazol dan mikonazol;
kadar plasma itrakonazol dan ketokonazol diturunkan
Antimalaria : Antagonisme efek antikonvulsan; peningkatan risiko efek
antifolat dengan pirimetamin
Glikosida jantung : metabolisme digitoksin (hanya
digitoksin) dipercepat (menurunkan efek)
Kortikosteroida : metabolime kortikosteroida dipercepat
(menurunkan efek)
Siklosporin : Metabolisme siklosporin dipercepat
(menurunkan kadar Plasma)
Sitotoksika : Mengurangi absorpsi fenitoin; efek antifolat
dinaikkan dengan metotreksat
Disulfiram : Kadar plasma fenitoin dinaikkan
Estrogen dan progesteron : Metabolisme gestrinon, tibolon,
dan kontrasepsi oral dipercepat (menurunkan efek kontrasepsi)
Simpatomimetik : Kadar plasma fenitoin dinaikkan oleh
metilfenidat
Teofilin : Metabolisme teofilin dipercepa
Overdosis:
Dosis letal pada orang dewasa diperkirakan 2 sampai 5 gram.
Gejala awal yang terjadi: nistagmus, ataksia dan disartria.
Tanda-tanda lain adalah: tremor, hiperfleksia, letargi, banyak
bicara, mual, muntah.
Kemudian menjadi koma, pupil tidak beraksi dan tekanan
darah menurun. Kematian terjadi akibat depresi pernafasan dan
depresi sirkulatori. Penatalaksanaannya bersifat non-spesifik
yaitu dengan bantuan pernafasan atau hemodialisis.
Lethal dose pada anak-anak tidak diketahui.
Farmakokinetik
1. Absorpsi obat
Obat bergerak dari sumber ke dalam aliran darah, kecuali topical drugs
Faktor yang mempengaruh : Cara pemberian, jenis obat,
makanan,keadaan pasien.
2. Pergerakan obat dalam tubuh.
Absorpsi darah dan di dalam limfatik, ke luar melalui sel, masuk ke
jaringan
Faktor yang mempengaruhi sirkulasi cairan tubuh:
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cardiac patologik
3. Metabolisme obat
Sirkulasi obat jaringan berinteraksi dengan sel perubahan zat kimia
menjadi lebih efektif bereaksi diekskresi hati darah mucosa usus, dan
ginjal
4. Ekskresi obat
2-ethyl-2-methylsuccinimide
Senyawa Succinimide efektif untuk
pengobatan kejang absence.
Mekanisme kerja : dengan cara menghambat
aliran kalsium ambang rendah
Dengan menghambat enzim NHDPH-aldehyd
reductase, inhibisi sistem Na K ATPase,
menurunkan aktivase arus Na menghambat
channel Ca2+ yang tergantung pada channel
K+, inhibisi arus Ca2+
Metabolisme terjadi di hati ( 70-80 %) melalui
hidroksilasi, menghasilkan metabolit inaktif.
Obat tersebut memiliki efektifitas spektrum sempit
Range terapetik untuk ethosuximide adalah 40–
100 μg/mL
Efek samping dari ethosuximide adalah distress
lambung , mual , muntah , dan anoreksia , tapi
masalah-masalah pencernaan tampaknya
disebabkan oleh iritasi lokal mukosa lambung
Pada konsentrasi melebihi 100 mg / mL , obat
dapat mengikuti nonlinear farmakokinetik
Ethosuximide bioavailabilitas oral kapsul ( 250
mg ) dan sirup ( 250 mg / 5 ml ) diasumsikan
100 % .
Dosis pemeliharaan khas untuk ethosuximide
adalah 20mg/kg/d untuk pasien anak(< 12 th)
dan 15 mg / kg / d untuk pasien yang lebih tua .
Efek samping obat:
Efek samping yang paling sering dilaporkan
adalah mual dan muntah (lebih dari 40 %) efek
ini dapat diminimalisir dengan pemberian dosis
yang lebih kecil dan frekuensi pemakaian yang
lebih sering. Efek samping lain meliputi
mengantuk, lelah, lethargy, pusing, cegukan
dan sakit kepala. Efek yang jarang timbul
adalah reaksi idiosinkratik, seperti ruam, lupus
dan kelainan darah9.
Keuntungan: